Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan oftalmologi
karena dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat bahkan sampai
kehilangan penglihatan. Trauma ini terjadi akibat terpaparnya bahan kimia baik yang
bersifat asam atau basa yang dapat merusak struktur bola mata. Trauma kimia diakibatkan
oleh zat asam dengan pH < 7 ataupun zat basa pH > 7. Tingkat keparahan trauma
dikaitkan dengan jenis, volume, konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat penetrasi dari
zat kimia tersebut.

Mekanisme cedera antara asam dan basa sedikit berbeda. Trauma bahan kimia
dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi dalam laboratorium, industri, pekerjaan yang
memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian, dan peperangan memakai bahan kimia serta
paparan bahan kimia dari alat-alat rumah tangga. Setiap trauma kimia pada mata
memerlukan tindakan segera. Irigasi daerah yang terkena trauma kimia merupakan
tindakan yang harus segera dilakukan.

Berdasarkan data CDC tahun 2000 sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat
mengalami gangguan penglihatan seperti buta pada satu mata akibat trauma kimia
sebesar 75%, dan sekitar 50.000 menderita cedera serius yang mengancam penglihatan
setiap tahunnya. Setiap hari lebih dari 2000 pekerja di amerika Serikat menerima
pengobatan medis karena trauma mata pada saat bekerja. Lebih dari 800.000 kasus
trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi setiap tahunnya. Dari data
WHO tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan unilateral sebanyak 19 juta orang,
2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral, dan 1,6 juta mengalami kebutaan bilateral
akibat cedera mata. Sebagian besar (84%) merupakan trauma kimia. Rasio frekuensi
bervariasi trauma asam : basa antara 1:1 sampai 1:4. Secara international, 80% dari
trauma kimiawi dikarenakan oleh pajanan karena pekerjaan. Menurut United States Eye
Injury Registry (USEIR), frekuensi di Amerika Serikat mencapai 16 % dan meningkat di
lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak pada laki-laki (93 %) dengan
umur rata-rata 31 tahun.

1
1.2 TUJUAN
Referat ini dibuat untuk memenuhi tugas kepanitraan klinik senior di Rumah Sakit
Umum Daerah Solok dan juga sebagai bahan pengayaan materi agar mahasiswa lebih
memahami tentang Trauma kimia

1.3 MANFAAT
Agar referat ini dapat digunakan sebagai referensi dalam pembelajaran, menambah
ilmu pengetahuan dan agar pembaca lebih memahami tentang Trauma kimia

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Mata

Gambar 1. Anatomi Mata

Mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata
menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat
dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke
otak. Di sini akan di bahas struktur dan fungsi mata. Mata kita terdiri dari bermacam-
macam struktur sekaligus dengan fungsinya. Struktur dari mata itu sendiri atau bisa di
sebut dengan anatomi mata meliputi sklera, konjungtiva, kornea, pupil, iris, lensa, retina,
saraf optikus, humor aqueus, serta humor vitreus yang masing-masingnya memiliki
fungsi atau kerjanya sendiri.

1. Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan
relatif kuat.

2. Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar
sklera.

3
3. Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari
iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
4. Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.
5. Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan
didepan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara
merubah ukuran pupil.

6. Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus;
berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.

7. Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata;
berfungsi mengirimkan pesan visual melalui saraf optikus ke otak.

8. Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke
otak.

9. Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea
(mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan
kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
10. Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina
(mengisi segmen posterior mata).

2.2 Definisi

Trauma kimia mata adalah salah satu kasus kedaruratan mata, umumnya terjadi
karena masuknya zat-zat kimia ke jaringan mata dan adneksa di sekitarnya. Keadaan ini
memerlukan penanganan cepat dan segera oleh karena dapat mengakibatkan kerusakan
berat pada jaringan mata dan menyebabkan kebutaan. Zat kimia penyebab dapat bersifat
asam atau basa. Trauma basa terjadi dua kali lebih sering dibandingkan trauma asam dan
umumnya menyebabkan kerusakan yang lebih berat pada mata. Selain itu, beratnya
trauma kimia juga ditentukan oleh besarnya area yang terkena zat kimia serta lama
pajanan

4
2.3. Etiologi
Trauma kimia biasanya disebabkan bahan-bahan yang tersemprot atau terpercik
pada wajah. Trauma pada mata yang disebabkan oleh bahan kimia disebabkan oleh 2
macam bahan yaitu bahan kimia yang bersifat asam dan bahan kimia yang bersifat basa.
Bahan kimia dikatakan bersifat asam bila mempunyai pH< 7 dan dikatakan bersifat basa
bila mempunyai pH> 7.

2.4. Patofisiologi Trauma Kimia


1. Trauma Asam Pada Mata
Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion dalam
kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH, sementara
anion merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan koagulasi. Koagulasi
protein umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam. Sehingga trauma
pada mata yang disebabkan oleh zat kimia asam cenderung lebih ringan dari pada trauma
yang diakibatkan oleh zat kimia basa.
Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan denaturasi dan
presipitasi dengan jaringan protein disekitarnya, karena adanya daya buffer dari jaringan
terhadap bahan asam serta adanya presipitasi protein maka kerusakannya cenderung
terlokalisir. Bahan asam yang mengenai kornea juga mengadakan presipitasi sehingga
terjadi koagulasi, kadang-kadang seluruh epitel kornea terlepas. Bahan asam tidak
menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan dikornea. Bila trauma diakibatkan asam
keras maka reaksinya mirip dengan trauma basa.

Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi protein epitel
kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi tidak
tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya kerusakan hanya
pada bagian superficial saja. Koagulasi protein ini terbatas pada daerah kontak bahan
asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini dapat mengenai jaringan yang lebih dalam.

Bahan kimia bersifat asam contohnya asam sulfat, asam sulfit, asam hidrklorida,
zat pemutih, asam asetat, asam nitrat, asam kromat, asam hidroflorida. Akibat ledakan
baterai mobil, yang menyebabkan luka bakar asam sulfat, mungkin merupakan penyebab
tersering dari luka bakar kimia pada mata. Asam Hidroflorida dapat ditemukan dirumah
pada cairan penghilang karat, pengkilap aluminum, dan cairan pembersih yang kuat.

5
Asam hidroflorida adalah satu pengecualian. Asam lemah ini secara cepat melewati
membran sel, seperti alkali. Ion fluoride dilepaskan ke dalam sel, dan memungkinkan
menghambat enzim glikolitik dan bergabung dengan kalsium dan magnesium
membentuk insoluble complexes. Nyeri lokal yang ekstrim bisa terjadi sebagai hasil dari
immobilisasi ion kalsium, yang berujung pada stimulasi saraf dengan pemindahan ion
potassium. Fluorinosis akut bisa terjadi ketika ion fluoride memasuki sistem sirkulasi,
dan memberikan gambaran gejala pada jantung,

pernafasan, gastrointestinal, dan neurologik

Gambar 2. Menunjukkan koagulasi protein yang berlaku pada mata akibat trauma asam, dan menimbulkan
kekeruhan pada kornea, dimana yang nantinya akan cenderung untuk masuk kebilik depan mata dan bisa
menimbulkan katarak

2. Trauma Basa pada Mata


Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan
basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat secara cepat untuk
penetrasi sel membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai retina.

Trauma basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari luar. Namun,
apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini mengakibatkan suatu
kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, kamera okuli anterior sampai retina
dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan. Pada trauma basa akan terjadi
penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan
terjadi proses safonifikasi, disertai dengan dehidrasi.

Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel jaringan. Pada pH
yang tinggi alkali akan mengakibatkan safonifikasi disertai dengan disosiasi asam lemak
membran sel. Akibat safonifikasi membran sel akan mempermudah penetrasi lebih lanjut
zat alkali. Mukopolisakarida jaringan oleh basa akan menghilang dan terjadi

6
penggumpalan sel kornea atau keratosis. Serat kolagen kornea akan bengkak dan stroma
kornea akan mati. Akibat edema kornea akan terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke
dalam stroma kornea. Serbukan sel ini cenderung disertai dengan pembentukan
pembuluh darah baru atau neovaskularisasi. Akibat membran sel basal epitel kornea
rusak akan memudahkan sel epitel diatasnya lepas. Sel epitel yang baru terbentuk akan
berhubungan langsung dengan stroma dibawahnya melalui plasminogen aktivator.
Bersamaan dengan dilepaskan plasminogen aktivator dilepas juga kolagenase yang akan
merusak kolagen kornea.

Selain itu gangguan penyembuhan epitel yang berkelanjutan dengan ulkus kornea
dan dapat terjadi perforasi kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam sesudah trauma
dan puncaknya terdapat pada hari ke 12-21. Biasanya ulkus pada kornea mulai terbentuk
2 minggu setelah trauma kimia. Pembentukan ulkus berhenti hanya bila terjadi epitelisasi
lengkap atau vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea. Bila alkali sudah masuk
ke dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan fungsi badan siliar. Cairan mata
susunannya akan berubah, yaitu terdapat kadar glukosa dan askorbat yang berkurang.
Kedua unsur ini memegang peranan penting dalam pembentukan jaringan kornea.

Bahan kimia bersifat basa contohnya NaOH, CaOH, amoniak, Freon/bahan


pendingin lemari es, sabun, shampo, kapur gamping, semen, tiner, lem, cairan pembersih
dalam rumah tangga, soda kuat.

2.5. Klasifikasi derajat keparahan


Trauma kimia pada mata dapat diklasifikasikan sesuai dengan derajat keparahan
yang ditimbulkan akibat bahan kimia penyebab trauma.Klasifikasi ini juga bertujuan
untuk penatalaksaan yang sesuai dengan kerusakan yang muncul serta indikasi
penentuan prognosis.Klasifikasi ditetapkan berdasarkan tingkat kejernihan kornea dan
keparahan iskemik limbus

1) Klasifikasi Thoft
a) Derajat 1: kornea jernih dan tidak ada iskemik limbus (prognosis sangat baik)
b) Derajat 2: kornea berkabut dengan gambaran iris yang masih terlihat dan
terdapat kurang dari 1/3 iskemik limbus (prognosis baik)

c) Derajat 3: epitel kornea hilang total, stroma berkabut dengan gambaran iris
tidak jelas dan sudah terdapat ½ iskemik limbus (prognosis kurang)

7
d) Derajat 4: kornea opak dan sudah terdapat iskemik lebih dari ½ limbus
(prognosis sangat buruk)

Gambar 7.Klasifikasi Derajat Keparahan Trauma Kimia (a) derajat 1 (b) derajat 2 (c) derajat 3(d)
derajat 4

2.6. Gejala klinis

Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia yaitu, epifora,
blefarospasme dan nyeri berat. Trauma kimia akibat bahan yang bersifat asam biasanya
dapat segera terjadi penurunan penglihatan akibat nekrosis superficial kornea. Sedangkan
pada trauma basa, kehilangan penglihatan sering bermanifestasi beberapa hari sesudah
kejadian. Namun sebenarnya kerusakan yang terjadi pada trauma basa lebih berat
dibandingkan trauma asam

2.7. Diagnosis

Diagnosis pada trauma mata dapat ditegakkan melalui gejala klinis, anamnesis,
pemeriksaan fisik dan penunjang. Namun hal ini tidaklah mutlak dilakukan dikarenakan
trauma kimia pada mata merupakan kasus gawat darurat sehingga hanya diperlukan
anamnesis singkat

A. Anamnesis
Pada anamnesis sering sekali pasien menceritakan telah tersiram cairan atau
tersemprot gas pada mata atau partikel nya masuk kedalam mata. Perlu diketahui apa
persisnya zat kimia dan bagaimana terjadinya trauma tersebut( misalnya tersiram sekali
atau akibat ledakan dengan kecepatan tinggi) kapan terjadi trauma tersebut. Pasien
mengeluhkan mata merah, bengkak, iritasi, rasa sakit pada mata,sulit membuka mata,rasa
menganjal pada mata

8
Jenis bahan sebaiknya digali, misalnya dengan menunjukkan botol bahan kimia,
hal ini dapat membantu menentukan jenis bahan kimia yang mepaseingenai mata.Waktu
dan durasi dari pajanan, gejala yang timbul segera setelah pajanan, serta penatalaksanaan
yang telah diberikan di tempat kejadian juga merupakan anamnesis yang dapat membantu
dalam diagnosis.

B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang cermat harus ditunda setelah dilakukan irigasi yang cukup
pada mata yang terkena dan PH mata telah netral. Setelah dilakukan irigasi, dilakukan
pemeriksaan dengan seksama terutama melihat kejernihan dan integritas kornea, iskemia
limbus dan tekanan intraokular. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pemberian anestesi
topikal.

1. Hiperemi konjungtiva
2. Defek epitel kornea
3. Iskemia limbus kornea
4. Kekeruhan kornea dan lensa

Pada trauma derajat ringan sampai sedang biasanya yang dapat ditemukan berupa
kemosis, edema pada kelopak mata, luka bakar derajat satu pada kulit sekitar, serta
adanya sel dan flare pada bilik mata depan. Pada kornea dapat ditemukan keratitis
pungtata sampai erosi epitel kornea dengan kekeruhan pada stroma. Sedangkan pada
derajat berat mata tidak merah, melainkan putih karena terjadinya iskemia pada
pembuluh darah konjungtiva. Kemosis lebih jelas, dengan derajat luka bakar yang lebih
berat pada kulit sekitar mata, serta opasitas pada

kornea.

C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata adalah pemeriksaan pH
bola mata secara berkala dengan kertas lakmus.Irigasi pada mata harus dilakukan sampai
tercapai pH normal. Pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau slit lamp bertujuan
untuk mengetahui lokasi luka. Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek juga dapat
dilakukan. Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan tonometri untuk mengetahui
tekanan intraokular.

9
2.8. Penatalaksanaan
a. Terapi Emergency
1. Segera lakukan irigasi mata yang terkena zat kimia dengan cairan mengalir
sebanyak mungkin dan nilai kembali dengan kertas lakmus. Irigasi terus
dilakukan hingga tidak terjadi pewarnaan pada kertas lakmus
2. Lakukan eversi pada kelopak mata selama irigasi dan singkirkan debris yang
mungkin terdapat pada permukaan bola mata atau pada forniks
3. Setelah irigasi dilakukan, nilai tajam penglihatan, kemudian rujuk segera ke
dokter spesialis mata
b. Terapi medikamentosa
Trauma kimia ringan dapat diterapi dengan pemberian obat-obatan seperti
steroid topikal, sikloplegik, dan antibiotik profilaksis selama 7 hari.
Sedangkan pada trauma kimia berat, pemberian obat-obatan bertujuan untuk
mengurangi inflamasi, membantu regenerasi epitel dan mencegah terjadinya
ulkus kornea.

1. Steroid bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutofil. Namun


pemberian steroid dapat menghambat penyembuhan stroma dengan
menurunkan sintesis kolagen dan menghambat migrasi fibroblas. Untuk itu
steroid hanya diberikan secara inisial dan di tappering off setelah 7-10 hari.
Dexametason 0,1% ED dan Prednisolon 0,1% ED diberikan setiap 2 jam. Bila
diperlukan dapat diberikan Prednisolon IV 50-200 mg
2. Sikloplegik untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia
posterior. Atropin 1% ED atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari.
3. Asam askorbat mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan
meningkatkan penyembuhan luka dengan membantu pembentukan kolagen
matur oleh fibroblas kornea. Natrium askorbat 10% topikal diberikan setiap
2 jam. Untuk dosis sitemik dapat diberikan sampai dosis 2 gr.
4. Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor untuk menurunkan tekanan intra
okular dan mengurangi resiko terjadinya glaukoma sekunder. Diberikan
secara oral asetazolamid (diamox) 500 mg.
5. Antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis.
Tetrasiklin efektif untuk menghambat kolagenase, menghambat aktifitas

10
netrofil dan mengurangi pembentukan ulkus. Dapat diberikan bersamaan
antara topikal dan sistemik (doksisiklin 100 mg).
6. Asam hyaluronik untuk membantu proses re-epitelisasi kornea dan
menstabilkan barier fisiologis. Asam Sitrat menghambat aktivitas netrofil dan
mengurangi respon inflamasi. Natrium sitrat 10% topikal diberikan setiap 2
jam selama 10 hari. Tujuannya untuk mengeliminasi fagosit fase kedua yang
terjadi 7 hari setelah trauma

2.9. Komplikasi

Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya trauma, dan
jenis trauma yang terjadi. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus trauma kimia pada
mata antara lain:

1. Simblefaron
2. Entropion
3. Katarak

2.10. Prognosis
Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan penyebab trauma
tersebut.Derajat iskemik pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva merupakan salah
satu indikator keparahan trauma dan prognosis penyembuhan.Iskemik yang paling luas
pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva memberikan prognosis yang buruk.

11
BAB III
KESIMPULAN

Trauma kimia mata adalah salah satu kasus kedaruratan mata, umumnya terjadi
karena masuknya zat-zat kimia ke jaringan mata dan adneksa di sekitarnya. Keadaan ini
memerlukan penanganan cepat dan segera oleh karena dapat mengakibatkan kerusakan
berat pada jaringan mata dan menyebabkan kebutaan. Zat kimia penyebab dapat bersifat
asam atau basa. Trauma basa terjadi dua kali lebih sering dibandingkan trauma asam dan
umumnya menyebabkan kerusakan yang lebih berat pada mata. Selain itu, beratnya
trauma kimia juga ditentukan oleh besarnya area yang terkena zat kimia serta lama
pajanan. Penegakan diagnosis dari trauma kimia didapatkan dari hasil anamnesa
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.penatalaksanaan secara medikamentosa
dan non medikamentosa

12

Anda mungkin juga menyukai