Anda di halaman 1dari 30

CASE REPORT

KATARAK SENILIS HIPERMATUR OD

Disusun oleh:
Mohamad Egatama
1102013175

Pembimbing:
dr. Hj. Elfi Hendriati Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
BAB I
STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN
No CM : 010898xx
Tanggal : 13 Maret 2018
Nama : Tn. E
Umur : 70 tahun
Alamat : Tarogong Kaler
Pekerjaan : Buruh

ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis kepada pasien pada tanggal 13 Maret 2018
di Poliklinik Mata RSU dr.Slamet Garut
Keluhan Utama: Pandangan mata kanan buram seperti berkabut sejak 3 bulan Sebelum Masuk
Rumah Sakit (SMRS)
Anamnesa Khusus: Pasien berusia 70 tahun datang ke Poli Mata RSU dr Slamet Garut dengan
keluhan penglihatan mata kiri buram seperti berkabut yang dirasakan sejak kurang lebih 3
bulan yang lalu. Keluhan mata buram dirasakan perlahan yang semakin memberat. Awalnya
pasien tidak khawatir pandangan mata kanannya terganggu, namun sejak 1 bulan SMRS mata
kiri pasien mulai terasa seperti mata kanan pasien.
Pasien menyangkal adanya mata merah, perih maupun berair. Pasien merasa
penglihatan tidak membaik dengan memicingkan mata. Sering menabrak sekitar pada saat
berjalan disangkal. Tidak ada keluhan sakit kepala. Riwayat trauma dan infeksi pada mata
sebelumnya disangkal, pasien juga menyangkal sedang dalam pengobatan jantung dan
pengobatan paru. Pasien mengaku sering berada di luar ruangan dan terkena sinar matahari
secara langsung karena pekerjaannya. Pada saat bekerja juga pasien menyangkal telah
menggunakan alat keamanan untuk pekerjaannya sebagai buruh.
Anamnesa Keluarga: Tidak ada keluhan serupa pada anggota keluarga pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat mengalami penyakit yang sama disangkal. Riwayat
hipertensi disangkal. Riwayat diabetes melitus disangkal.
Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien tidak bekerja dan tinggal dirumah bersama anaknya. Pembiayaan pengobatan
pasien menggunakan BPJS.
Riwayat Gizi:
Pasien makan dengan frekuensi dua-tiga kali sehari. Kesan: Gizi cukup
PEMERIKSAAN VISUS & REFRAKSI

Visus OD OS
SC 1/~ 1/300
CC - -
STN - -
Koreksi - -
Adde - -
Posisi Bola Mata Ortoforia Ortoforia
Gerakan bola mata Versi dan duksi baik kesegala arah Versi dan duksi baik kesegala arah
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0 0 0

PEMERIKSAAN EKSTERNAL

OD OS

OD OS
Palpebra superior Tenang Tenang
Palpebra inferior Tenang Tenang
Margo Palpebra Tenang Tenang

Silia Tumbuh teratur, trichiasis Tumbuh teratur, trichiasis


(-), madarosis (-)
(-), madarosis(-)
Ap. Lakrimalis Refluks(-) Refluks(-)
Konjungtiva Tarsalis Tenang Tenang
superior
Konjungtiva Tarsalis Tenang Tenang
inferior
Konjungtiva Bulbi Tenang Tenang
Kornea Jernih Jernih
COA Sedang Sedang
Pupil Bulat, sentral, isokhor, Bulat, sentral, isokhor,
shadow test (-) shadow test (-)
Diameter pupil ± 3 mm ± 3 mm
Reflex cahaya
 Direct + +
 Indirect + +
Iris Coklat, kripti (+) Coklat, kripti (+)
Lensa Keruh keruh

PEMERIKSAAN SLIT LAMP & BIOMICROSCOPY

OD OS

Midriasis non-Midriasis
OD OS
Silia Tumbuh teratur Tumbuh teratur
Konjungtiva Tenang Tenang
Kornea Jernih Jernih
COA Sedang Sedang
Pupil Bulat, sentral, isokhor Bulat, sentral, isokhor
Iris Coklat, kripti (+) Coklat, kripti (+)
Lensa Keruh Keruh
Tonometri digital 16,3 mmHg 25,0 mmHg
Palpasi N/palpasi N/palpasi
PEMERIKSAAN FUNDUSCOPY
OD OS
Keruh Lensa Keruh
Jernih Vitreus Sulit Dinilai
Refleks fundus (+) Fundus Sulit Dinilai
Bentuk bulat, batas tegas Papil Sulit Dinilai
0.3-0.4 CD Ratio Sulit Dinilai
2:3 A/V Retina Sentralis Sulit Dinilai
Flat Retina Sulit Dinilai
+ Fovea refleks Sulit Dinilai

RESUME
Pasien berusia 70 tahun datang ke RSUD dr Slamet Garut dengan keluhan penglihatan
mata kanan buram seperti berkabut yang dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu.
Keluhan mata buram seperti berkabut dirasakan perlahan yang semakin memberat.
Status Oftalmologis :
Pemeriksaan OD OS
Visus 1/~ 1/300
Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Palpebra superior Tenang Tenang
Palpebra inferior Tenang Tenang
Conjunctiva bulbi Tenang Tenang
Kornea Jernih Jernih
COA Sedang Sedang
Pupil Bulat, Isokor, ditengah, Bulat, isokor, ditengah,
shadow test (+) shadow test (-)
Iris Coklat, kripti(+), sinekia(-) Coklat , kripti(+), sinekia(-)
Lensa Keruh Keruh
Tonometri Digital 16,3 mmHg 25,0 mmHg
DIAGNOSIS BANDING
 Katarak Senilis Matur ODS
 Katarak Diabetikum ODS
 Kelainan refraksi
DIAGNOSIS KERJA
Katarak Senilis Hipermatur OD + Katarak Senilis Matur OS
RENCANA PEMERIKSAAN
-Laboratorium hematologi rutin: Untuk persiapan operasi serta menilai fungsi hemostasis
-Biometri OD: Untuk persiapan operasi guna pemilihan ukuran lensa intraokuler
-Ultrasonografi OD
-Retinometri OD
RENCANA TERAPI
Jenis operasi :
1. SICS (Small Incision Cataract Surgery) OD
2. IOL OD

PROGNOSIS
- Quo ad vitam : Ad bonam
- Quo ad functionam : Ad bonam
- Quo ad sanationam : Ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. LENSA
1.1 Anatomi Lensa
Jaringan ini berasal dari permukaan yang berbentuk lensa di dalam mata dan bersifat
bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya
berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang. Lensa
akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa. Tebalnya
sekitar 4 mm dan diameter 9 mm. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus
sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk
nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau
serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus
embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda
dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut
sebagai korteks anterior, sedang di belakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai
konsistensi lebih keras di banding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul
lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan
siliar.1,2

Gambar 1. Anatomi Lensa3


1.2 Fisiologi Lensa
Akomodasi Mata
Untuk mengakomodasikan mata pada objek yang dekat, musculus ciliaris berkontraksi dan
menarik corpus ciliare ke depan dan dalam, sehingga serabut-serabut radier ligamentum
suspensorium menjadi relaksasi. Keadaan ini memungkinkan lensa yang elastis menjadi lebih
bulat. Dengan bertambahnya usia, lensa menjadi lebih padat dan kurang elastis, dan sebagai
akibatnya kemampuan berakomodasi menjadi berkurang (presbiopia). Kelemahan ini dapat
diatasi dengan memakai lensa tambahan berupa kacamata untuk membantu mata melihat
benda-benda yang dekat.4

Gambar 2. Perbandingan kondisi mata normal saat berakomodasi dan relaksasi6

Konstriksi Pupil Saat Akomodasi Mata


Untuk menjamin bahwa sinar cahaya berjalan melalui pars centralis lensa, dengan
mengurangi penyimpangan sferis selama akomodasi untuk objek yang dekat, musculus
sphincter pupillae berkontraksi sehingga pupil menjadi lebih kecil.4
Konvergensi Mata Selama Akomodasi Lensa
Pada manusia, retina kedua bola mata hanya fokus pada satu set objek (penglihatan
binocular sederhana). Jika sebuah objek bergerak dari jauh ke arah seseorang, mata
berkonvergensi sehingga hanya terlihat sebagai satu ob.jek, bukan dua. Konvergensi mata
dihasilkan dari koordinasi kontraksi kedua musculus rectus medialis.4
2. KATARAK
2.1 Definisi
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa. Penuaan merupakan penyebab katarak
yang terbanyak, tetapi banyak juga faktor lain yang mungkin terlibat, antara lain : trauma,
toksin, penyakit sistemik (misal; diabetes), merokok, dan herediter. Kata katarak berasal dari
Yunani “katarraktes” yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak sendiri sebenarnya merupakan
kekeruhan pada lensa akibat hidrasi, denaturasi protein. Biasanya kekeruhan mengenai kedua
mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang
lama.1,3,5

2.2 Epidemiologi
Katarak merupakan penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan di Indonesia
dan di dunia. Dari semua kebutaan pada masyarakat, lebih dari 50% disebabkan oleh katarak.
Di Indonesia hasil survei kebutaan dengan menggunakan metode Rapid Assessment of
Avoidable Blindness (RAAB) yang baru dilakukan di 3 provinsi (NTB, Jabar dan Sulsel) tahun
2013 -2014 didapatkan prevalensi kebutaan pada masyarakat usia > 50 tahun rata-rata di 3
provinsi tersebut adalah 3,2 % dengan penyebab utama adalah katarak (71%). Diperkirakan
setiap tahun kasus baru buta katarak akan selalu bertambah sebesar 0,1% dari jumlah penduduk
atau kira-kira 250.000 orang/tahun. Sementara itu kemampuan kita untuk melakukan operasi
katarak setiap tahun diperkirakan baru mencapai 180.000/tahun sehingga setiap tahun selalu
bertambah backlog katarak sebesar lebih kurang 70.000.5
Penelitian - penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar
10% orang, dan angka kejadian ini meningkat hingga sekitar 50% untuk mereka yang berusia
antara 65 sampai 74 tahun, dan hingga sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75
tahun.3

2.3 Etiologi dan Faktor Risiko


Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga
akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata local menahun. Bermacam-
macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis
dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan proses penyakit intraokular lainnya.
Kelainan sistemik atau metabolik yang dapat menimbulkan katarak adalah diabetes
melitus, galaktosemi, dan distrofi miotonik.Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa
adanya kelainan mata atau sistemik (katarak senil, juvenil, herediter) atau kelainan kongenital
mata.1
Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti 1:
 Diabetes
 Radang mata
 Trauma mata
 Riwayat keluarga dengan katarak
 Pemakaian steroid lama (oral)
 Merokok
 Pembedahan mata lainnya
 Terpajan banyak sinar ultra violet

2.4 Patofisiologi
Mekanisme terjadi kekeruhan lensa pada katarak senilis yaitu:
1. Katarak senilis kortikal
Terjadi proses dimana jumlah protein total berkurang, diikuti dengan penurunan asam
amino dan kalium, yang mengakibatkan kadar natrium meningkat. Hal ini menyebabkan lensa
memasuki keadaan hidrasi yang diikuti oleh koagulasi protein.6
Dengan Peningkatan Usia
(usia tua)

Penurunan fungsi mekanisme pompa mengurangi reaksi oksidatif


transport aktif lensa

Pembalikan rasio Na+/K+ Penurunan tingkat asam amino

Hidrasi fibrin lensa Penurunan sintesi protein pada fibrin lensa

Denaturasi protein lensa

Pembelahan fibrin lensa korteks

Bagan 1. Patofisiologi Katarak Senilis Kortikal 6

2. Katarak Senilis Nuclear


Terdapat perubahan degeneratif yang berhubungan dengan usia terkait dengan sklerosis
nukleus yang disebabkan oleh dehidrasi dan pemadatan nukleus sehingga terjadinya katarak.
Hal ini disertai dengan kenaikan protein yang tidak larut dalam air. Namun, total proteinnya
isi dan distribusi kation tetap normal. Kemungkinan hal ini berhubungan dengan deposisi
pigmen urokrom dan / atau melanin yang berasal dari asam amino di lensa.6

Gambar 4. Perbandingan penglihatan normal dan penglihatan katarak

2.5 Klasifikasi
BERDASARKAN USIA
1. Katarak Kongenital
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita
penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, diabetes Melitus, hipoparatiroidism,
homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusisitomegalik, dan histoplasmosis, penyakit lain yang
menyertai katarak kongenital biasanya merupakan penyakit-penyakit herediter seperti
mikroftalmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik, displasia
retina, dan megalo kornea.1

Gambar 5. Katarak Kongenital


2. Katarak Juvenil

Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuk pada usia kurang
dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak
kongenital dan biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan
penyakit lainnya seperti: 1
1. Katarak metabolik
a) Katarak diabetik dan galaktosemik (gula)
b) Katarak hipokalsemik (tetanik)
c) Katarak defisiensi gizi
d) Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)
e) Penyakit Wilson
f) Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain.
2. Otot
Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)
3. Katarak traumatik
4. Katarak komplikata
 Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroftalmia, aniridia,
pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis).
 Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal), seperti Wagner
dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma).
 Katarak anoksik
 Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol,
triparanol, antikholinesterase, klorpromazin, miotik, klorpromazin, busulfan, dan
besi).
 Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit
(sindermatik), tulang (disostosis kraniofasial, osteogenesis inperfekta,
khondrodistrofia kalsifikans kongenita pungtata), dan kromosom.
 Katarak radiasi
3. Katarak Senilis
Katarak senilis disebut juga katarak terkait usia, yang dapat diartikan sebagai semua
kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu diatas usia 50 tahun keatas.1
Perubahan lensa pada usia lanjut1:
 Kapsul : menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia, bentuk lamel
kapsul berkurang atau kabur, terlihat bahan granular.
 Epitel makin tipis : sel epitel pada equator bertambah berat dan besar
 Serat lensa : lebih iregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown slerosis nucleus,
korteks tidak bewarna.
BERDASARKAN MATURITAS
1. Stadium Insipien
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut1:
a. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan
posterior (katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks.
b. Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular
posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan
degeneratif (benda Morgagni) pada katarak insipien.
c. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang
tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap
untuk waktu yang lama.
d. Katarak Intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat
lensa degeneratif yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa
disertai pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan
mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding
dengankeadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan
penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang
berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat
terjadi hidrasi korteks sehingga akan mencembung dan daya biasnya akan
bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slit-lamp terlihat
vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.

Gambar 6. Katarak Stadium Insipien

2. Stadium Imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa.
Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik
bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan
hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder1.
3. Stadium Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini bisa
terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen tidak
dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal.
Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa.
Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada
lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.1

Gambar 7. Katarak Stadium Imatur dan Matur6

4. Stadium Hipermatur
Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan
mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi
mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan
kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula
Zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal
maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di
dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.1
Gambar 8. Katarak Morgagni6
Tabel 1. Perbedaan Stadium Katarak Senilis1

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
(air masuk) (air keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam
depan
Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka
mata
Shadow test - + - Pseudopos
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma
BERDASARKAN LETAK
1. Katarak Kortikal
Katarak kortikal mungkin melibatkan korteks anterior, posterior atau equator.
Kekeruhan dimulai sebagai celah dan vakuola antara serat lensa karena hidrasi korteks.
Selanjutnya hasil opasifikasi khas cuneiform (wedge-shaped) atau radial spoke-like, yang
biasanya pada awalnya kuadran inferonasal. Penderita katarak kortikal sering mengeluhkan
silau karena penyebaran cahaya.isi pencahayaan yang terang (miosis)5,9b, ini merupakan akibat
meningkatnya kekuatan fokus Katarak ini cenderung bilateral, tetapi sering asimetrik.7
2. Katarak Nuklear
Katarak nuklear merupakan perubahan penuaan melibatkan inti lensa. Hal ini sering
dikaitkan dengan miopia karena peningkatan refraktif indeks nukleus, dan juga dengan
peningkatan spheris. Gejala yang paling dini, beberapa pasien lanjut usia dapat terjadi mampu
membaca tanpa kacamata lagi (“penglihatan kedua”), ini merupakan akibat meningkatnya
kekuatan fokus lensa bagian sentral yang menyebabkan refraksi bergeser ke miopia
(penglihatan dekat). Gejala-gejala lain dapat berupa diskriminasi warna yang buruk atau
diplopia monokular. Sebagian besar katarak nuklear adalah bilateral tetapi bisa asimetrik.
Sklerosis nuklear ditandai dengan rona kekuningan pada tahap awal karena endapan pigmen
urokrom. Jenis katarak ini paling baik dinilai dengan slit-lamp biomicroscopy, bukan dengan
retroilluminasi. Setelah semakin berkembang, nukleus menjadi coklat.lensa bagian sentral
yang menyebabkan refraksi bergeser ke miopia (penglihatan dekat). Gejala-gejala lain dapat
berupa diskriminasi warna yang buruk atau diplopia monokular. Sebagian besar katarak
nuklear adalah bilateral tetapi bisa asimetrik.7

Gambar 9. Katarak Nuklear16


3. Katarak Subkapsular
Katarak subskapular anterior terletak tepat di bawah kapsul lensa. Subkapsular
posterior terdapat pada korteks di dekat kapsul posterior bagian sentral. dan memiliki vacuola,
granular, atau penampilan seperti plak pada slit-lamp oblique biomikroskopi dan tampak hitam
saat retroilluminasi. Penglihatan dekat seringkali terganggu daripada penglihatan jauh. Gejala-
gejala yang umum, antara lain “glare” dan penurunan penglihatan pada kondisi pencahayaan
yang terang (miosis), seperti saat terpapar lampu mobil yang berlawanan dan sinar
matahari.Kekeruhan lensa disini dapat timbul akibat trauma, penggunaan kotrikosteroid
(topikal atau sistemik), peradangan, atau pajanan radiasi pengion.7
Gambar 10. Tipe Katarak Berdasarkan Letak
2.6 Gejala Klinik
Keburaman lensa mungkin hadir tanpa menimbulkan gejala dan mungkin ditemukan pada
pemeriksaan mata rutin. Gejala umum katarak adalah sebagai berikut:6
a) Glare (Silau). Salah satu gangguan visual paling awal adalah silau atau intoleransi
terhadap cahaya terang, seperti sinar matahari langsung atau lampu depan
kendaraan bermotor dari arah yang berlawanan.
b) Uniocular polyopia (yaitu, penglihatan ganda-berlipatganda), merupakan salah
satu gejala awal. Hal ini terjadi karena refraksi tidak teratur oleh lensa karena
variabel indeks bias akibat proses katarak.
c) Halos berwarna, Hal ini mungkin dirasakan oleh beberapa pasien karena cahaya
putih menjadi spektrum berwarna karena adanya tetesan air di lensa.
d) Bintik hitam di depan mata
e) Penglihatan kabur, distorsi gambar dan penglihatan berkabut bisa terjadi pada
tahap awal katarak.
f) Kehilangan penglihatan. Kerusakan visual akibat katarak senilis memiliki
beberapa ciri khas. Hal ini tidak menimbulkan rasa sakit dan progresif secara
bertahap. Pasien dengan kekeruhan sentral (misal katarak cupuliform) memiliki
kehilangan penglihatan dini. Pasien ini melihat lebih baik saat pupil melebar akibat
cahaya redup di malam hari (kebutaan hari). Pada pasien dengan kekeruhan perifer
(misalnya katarak cuneiform) penglihatannya membaik saat cahaya terang dan
pupil berkontraksi. Pada pasien dengan sklerosis nuklear, penglihatan jauh
memburuk karena miopia progresif. Pasien itu mungkin bisa membaca tanpa
kacamata presbyopia. Peningkatan penglihatan dekat ini disebut sebagai
‘'pandangan kedua. Seiring perkembangan opasifikasi, penglihatan terus
berkurang, sampai hanya persepsi cahaya dan proyeksi sinar dalam tahap katarak
matur.
2.7 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis katarak maka diperlukan melakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah: 6
1. Uji Visus
Tergantung pada lokasi dan pematangan katarak, ketajaman penglihatan berkisar
antara 6/9 sampai hanya PL (Preception of Light) +
2. Pemeriksaan iluminasi oblique
Pada pemeriksaan ini dapat melihat warna lensa di daerah pupil yang bervariasi
pada berbagai jenis katarak.
3. Uji bayangan iris (shadow test)
Ketika seberkas sinar masuk ke pupil dari arah samping, bayangan sabit dari tepi
pupil iris akan terbentuk pada lapisan bawah keabu-abuan lensa. Saat lensa itu
benar-benar transparan atau benar-benar buram, tidak akan terbentuk bayangan
iris. Maka dari itu, adanya bayangan iris adalah tanda katarak imatur.
4. Pemeriksaan oftalmoskop direk.
Lensa katarak parsial menunjukkan warna hitam bayangan terhadap cahaya merah
di daerah katarak. Lensa katarak matur tidak terdapat cahaya merah.
5. Pemeriksaan slit-lamp harus dilakukan dengan pupil yang melebar penuh.
Pemeriksaan tersebut memperlihatkan morfologi lengkap (ukuran, bentuk, pola
warna dan kekerasan nukleus). Grading kekerasan inti pada lensa katarak adalah
penting untuk mengatur parameter teknik phacoemulsification ekstraksi katarak.
Tabel 2. Grade Kekerasan Inti Nukleus6
Tingkat Kekerasan Deskripsi Kekerasan Warna Nukleus
Tingkat I Lunak Putih atau Kuning Kehijauan
Tingkat II Setengah-Lunak Kekuningan
Tingkat III Setengah-Keras Kuning Kecoklatan
Tingkat IV Keras Kecoklatan
Tingkat V Keras Sekali Kehitaman
(Seperti Batu)
Tabel 3. Tanda Katarak6
Pemeriksaan Katarak ISC MSC HMSC(M) HMSC(S)
Nuklear
Ketajaman 6/9 sampai PL+ 6/9 sampai HM+ SAMPAI PL+ PL+
Visual FC+ PL+
Warna Lensa Abu-abu, Putih Keabu- Putih Mutiara Putih Susu Putih Keruh
Coklat, Hitam Kuning abuan dengan dengan Bintik-
atau Merah Kecoklatan Nukleus Bintik Putih
Kecoklatan

Bayangan Iris Terlihat Terlihat Tidak Terlihat Tidak Terlihat Tidak Terlihat
Indirek Area tengah Beberapa area Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Opthalmoscopy gelap dengan gelap dengan cahaya merah cahaya merah cahaya merah
dengan Dilatasi latar belakang latar belakang Pupil bewarna Pupil berwarna
Pupil cahaya merah cahaya merah putih karna putih susu
katarak Mature
Pemeriksaan Nuklear tidak Area Normal Korteks penuh Nukleus Lensa katarak
Slit Lamp jelas terlihat Terdapat dengan katarak berwarna Putih menciut dengan
Korteks jernih Katarak susu kecoklatan penebalan
kapsul anterior

ISC : Imature Senile Cataract, MSC: Mature Senile Cataract, HMSC(M):Hypermature Senile Cataract
(Morgagnian), HMSC(S): Hypermature Senile Cataract (Sclerotic), PL: Perception of Light, HM: Hand
Movements, FC: Finger Counting

2.8 Tatalaksana
1. Non Operatif 6
a. Pengobatan penyebab katarak dapat menghentikan perkembangan dan kadang pada
tahap awal bahkan bisa menyebabkan regresi dari perubahan katarak. Dengan demikian
menunda operasi. Beberapa contoh umum meliputi:
 Kontrol diabetes mellitus yang memadai
 Tidak menggunakan obat-obatan yang dapat menyebabkan katarak seperti obat bius
kortikosteroid, fenotiazen dan miotik. Hal ini dapat menunda atau mencegah
katarakogenesis.
 Menghindari iradiasi (sinar inframerah atau sinar-X) dapat juga menunda atau
mencegah pembentukan katarak.
 Perawatan dini dan memadai terhadap penyakit mata, seperti uveitis dapat mencegah
terjadinya komplikasi katarak.
b. Tindakan untuk menunda progresivitas. Kandungan garam iodida dari kalsium dan
kalium yang di berikan pada tahap awal katarak (terutama di katarak senilis) dalam upaya untuk
menunda perkembangannya. Namun sampai saat ini belum ada hasil yang pasti mengenai peran
vitamin E dan aspirin dalam menunda proses katarak.
c. Tindakan untuk memperbaiki penglihatan pada katarak insipien dan imatur.
Indikasi Operasi:
Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup indikasi visus, medis, dan
kosmetik.6
1. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada tiap
individu, tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak terhadap aktivitas
sehari-harinya.
2. Indikasi medis; pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan pada lensa
matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi katarak seperti glaukoma
imbas lensa (lens-induced glaucoma), endoftalmitis fakoanafilaktik, dan kelainan pada
retina misalnya retiopati diabetik atau ablasio retina.
3. Indikasi kosmetik; kadang-kadang pasien dengan katarak matur meminta ekstraksi
katarak (meskipun kecil harapan untuk mengembalikan visus) untuk memperoleh pupil
yang hitam.
Persiapan Operasi6:
1. Antibiotik topikal seperti tobramycin atau gentamisin atau ciprofloxacin selama 3 hari
sebelum operasi dianjurkan sebagai profilaksis endophthalmitis.
2. Persiapan mata yang akan dioperasi dengan memotong bulu mata dan mata yang akan
dioperasi harus ditandai.
3. Melakukan informed consent
4. Setiap pasien harus diinstruksikan agar mandi scrub termasuk mencuci muka dan
rambut dengan sabun dan air. Pasien laki-laki harus mencukur jenggot dan memangkas
rambutnya. Pasien wanita sebaiknya menyisir rambut dengan benar.
5. Untuk menurunkan IOP (Intra Ocular Pressure), diberikan acetazolamide 500 mg stat
2 jam sebelum operasi dan gliserol 60 ml dicampur dengan jumlah air atau jus lemon
1 jam sebelum operasi, atau mannitol intravena 1 gm / kg berat badan setengah jam
sebelum operasi.
6. Untuk mempertahankan pupil melebar (terutama pada ekstraksi katarak extracapsular)
dapat diberikan obat tetes mata antiprostaglandin seperti indometasin atau flurbiprofen
tiga kali sehari sebelum operasi dan setengah jam selama dua jam segera sebelum
operasi. Pelebaran pupil yang memadai pupil dapat dicapai dengan pemberian
tropikamid 1 persen dan 5 persen atau 10 persen phenylephrine setiap sepuluh menit
pada satu jam sebelum operasi.
Jenis Operasi:
1. Ekstraksi katarak ekstra kapsular (EKEK)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan korteks
lensa dapat keluar melalui robekan tersebut, kemudian dikeluarkan melalui insisi 9-10
mm, lensa intraokular diletakkan pada kapsul posterior. Termasuk ke dalam golongan ini
ekstraksi linear, aspirasi dan irigasi.
Pembedahan ini dilakukan pada pasien dengan katarak imatur, kelainan
endotel, keratoplasti, implantasi lensa intra okular posterior, implantasi sekunder lensa
intra okular, kemungkinan dilakukan bedah glaukoma, predisposisi prolaps vitreous,
sebelumnya mata mengatasi ablasi retina, dan sitoid makular edema.

Gambar 10. Teknik ECCE6


2. Fakoemulsifikasi
Pembedahan dengan menggunakan vibrator ultrasonik untuk menghancurkan
nukleus yang kemdian diaspirasi melalui insisi 2,5-3 mm, dan kemudian dimasukkan
lensa intraokular yang dapat dilipat. Keuntungan yang didapat dengan tindakan insisi kecil
ini adalah pemulihan visus lebih cepat, induksi astigmatis akibat operasi minimal,
komplikasidan inflamasi pasca bedah minimal. Penyulit yang dapat timbul pada
pembedahan katarak ekstrakapsul, dapat terjadi katarak sekunder yang
dapat dihilangkan/dikurangi dengan tindakan Yag laser.

Gambar 11. Teknik Fakoemulsifikasi6

3. Ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK).


Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat dilakukan
pada zonula Zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah diputus. Pada katarak
ekstraksi intrakapsular tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan
pembedahan yang sangat lama populer. Pembedahan ini dilakukan dengan
mempergunakan mikroskop dan pemakaian alat khusus sehingga penyulit tidak banyak
seperti sebelumnya. Katarak ekstraksi intrakapsular ini tidak boleh dilakukan atau kontra
indikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen
hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmat, glaukoma,
uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.

Gambar 12. Teknik EKIK6

4. SICS (Small Incision Cataract Surgery)


Manual operasi katarak sayatan kecil (SICS) ini menjadi sangat populer karena
kelebihannya dibandingkan dengan ECCE konvensional serta phacoemulsification. Dalam
teknik ini ECCE dengan implantasi lensa intraokular dilakukan dengan sutureless self-sealing
valvular sclerocorneo tunnel incision.
Gambar 13. Teknik SICS6
Pemasangan Lensa Tanam (IOL)
Merupakan pilihan utama untuk kasus aphakia. Bahan dasar IOL yang dipakai sampai saat
iniyaitu polymethylmethacrylate (PMMA). Ada beberapa tipe dari IOL berdasarkan
metodefiksasinya di mata5:
o Anterior Chamber IOL
Lensa jenis ini berada di depan iris dan disuport oleh anterior chamber. ACIOL inidapat
ditanam setelah proses ICCE dan ECCE. Jenis ini jarang dipakai karenamempunyai
resiko tinggi terjadinya bullous Keratopathy.
o Iris-Supported lenses

Lensa difiksasi di iris dengan bantuan jahitan. Lensa jenis ini juga telah jarang dipakaikarena
mempunya insidens yang tinggi terjadinya komplikasi post operatif.
o Posterior chamber lenses

PCIOL ini terletak di bagian belakang iris yang disuport oleh sulkus siliar atau olehcapsular
bag. Ada 3 jenis dari PCIOL yang sering dipakai:
1. Rigid IOL: terbuat secara keseluruhan dari PMMA
2. Foldable IOL: dipakai untuk penanaman melalui insisi yang kecil(3,2mm)
setelah tindakan phacoemulsifikasi dan terbuat dari silikom, akrilik, hydrogel
dan collaner
3. Rollable IOL
IOL yang paling tipis dan biasa dipakai setelah mikro insisi pada
phakonitteknik, terbuat dari hydrogel.
Indikasi pemasangan IOL:
Sebaliknya pemasangan IOL dilakukan pada setiap operasi katarak, kecuali ada
kontraindikasinya. PseudophakiaPseudofakia adalah suatu keadaan dimana mata terpasang
lensa tanam setelahoperasi katarak. Lensa ini akan memberikan penglihatan lebih baik. Lensa
intraokularditempatkan waktu operasi katarak dan akan tetap disana untuk seumur hidup.
Lensa ini tidak akan mengganggu dan tidak perlu perawatan khusus dan tidak akan ditolak
keluaroleh tubuh.Gejala dan tanda pseudofakia: penglihatan kabur, visus jauh dengan
optotypesnellen, dapat merupakan miopi atau hipermetropi tergantung ukuran lensa yang
ditanam (IOL), terdapat bekas insisi atau jahitan.

Gambar 14. Tipe IOL


Tanda-tanda pseudophakia6:
o Anterior chamber biasanya sedikit lebih dalam dibandingkan dengan matanormal
o Purkinje image test menunjukkan empat gambaran.
o Pupil bewarna kehitam-hitaman tetapi ketika sinar disenter ke arah pupil maka akan
terlihat pantulan reflex. Ada tidaknya IOL dapat dikonfirmasi dengan mendilatasi
pupil.

2.10 Komplkasi
1. Komplikasi Intra Operatif edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan
atau efusi suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata kedalam
luka serta retinal light toxicity.
2. Komplikasi dini pasca operatif
 Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
 Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
 COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara cairan yang keluar
dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan siliar, edema stroma dan epitel,
hipotonus, brown-McLean syndrome (edema kornea perifer dengan daerah sentral yang
bersih paling sering)
 Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang tidak adekuat
yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan luka yang tidak sempurna,
astigmatismus, uveitis anterior kronik dan endoftalmitis.
3. Komplikasi lambat pasca operatif - Ablasio retina - Endoftalmitis kronik yang timbul karena
organissme dengan virulensi rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler - Post kapsul
kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah Malformasi lensa intraokuler, jarang
terjadi2

2.11 Preventif
80 persen kebutaan atau gangguan penglihatan mata dapat dicegah atau dihindari.
Edukasi dan promosi tentang masalah mata dan cara mencegah gangguan kesehatan mata.
sebagai sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan. Usaha itu melipatkan berbagai pihak, termasuk
media massa, kerja sama pemerintah, LSM, dan Perdami.
Vitamin C dan E dapat memperjelas penglihatan. Vitamin C dan E merupakan
antioksidan yang dapat meminimalisasi kerusakan oksidatif pada mata, sebagai salah satu
penyebab katarak. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 3.000 orang dewasa selama lima
tahun menunjukkan, orang dewasa yang mengonsumsi multivitamin atau suplemen lain yang
mengandung vitamin C dan E selama lebih dari 10 tahun, ternyata risiko terkena katarak 60%
lebih kecil
Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu normal
pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata, mengonsumsi makanan
yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan antioksidan seperti buah-buahan
banyak yang mengandung vitamin C, minyak sayuran, sayuran hijau, kacang-kacangan,
kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang merupakan makanan dengan kandungan vitamin
E, selenium, dan tembaga tinggi.2
2.11 Prognosis
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat jarang.
Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil dan
jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau
fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis
pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart.2
BAB III
PEMBAHASAN

1. Mengapa pasien ini di diagnosis Katarak Senilis Hipermatur OS?


Dari anamnesia didapatkan umur pasien 70 tahun, pasien memiliki faktor predisposisi
menderita katarak senilis yaitu kekeruhan lensa pada usia diatas 50 tahun. Keluhan
utama pasien adalah penurunan fungsi penglihatan (buram) secara progresif sejak 1
tahun SMRS. Penurunan penglihatan dirasakan perlahan (tidak mendadak) tanpa
disertai adanya mata merah. Penglihatan tidak membaik dengan memicingkan mata
untuk menyingkirkan kelainan refraksi. Pasien mendeskripsikan pandangan seperti
berkabut dan merasa cahaya menjadi lebih silau yang merupakan gejala katarak.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan kelainan pada kedua mata, yaitu:


 Mata kanan (OD) : Visus 1/~
 Mata kiri (OS): Visus 1/300

OS memiliki kekeruhan pada lensa dengan shadow test (-) dan memiliki nucleus
yang mengambang dalam kapsulnya yang menunjukkan katarak hipermatur OD

2. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien ini?


Pasien dengan kelainan katarak tidak dapat diatasi dengan pemberian obat tetes
mata maupun peroral. Sampai saat ini penanganan katarak yang terbaik adalah melalui
tindakan operasi dengan mengambil lensa yang keruh dan menggantinya dengan lensa
buatan (IOL) yang jernih.
Pada pasien ini penatalaksanaan yang diberikan untuk mengatasi penyakit
kataraknya adalah dengan dilakukan operasi. Tindakan operasi yang dilakukan adalah
SICE (small insition cataract ecstraction)
Perlu dijelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang dialaminya adalah
penyakit kekeruhan lensa yang mengenai kedua matanya akibat proses penuaan. Oleh
karena itu pasien harus memperhatikan gejala – gejala pada penyakit ini, yaitu
penurunan penglihatan, tampak seperti melihat asap, seperti melihat pelangi dan
terkadang sedikit silau.
3. Bagaimana prognosis pada pasien ini?
Prognosis katarak dapat dikatakan baik jika penyakit cepat dideteksi. Dengan
dilakukan operasi katarak dapat membantu pasien untuk melihat yang sebelumnya
terjadi gangguan penglihatan. Sekitar 95 % pasien dapat melihat kembali setelah
operasi katarak namun tidak dengan visus yang normal. Namun sekiranya pasien dapat
terbantu dengan penanaman lensa buatan yang di tanam untuk menggantikan lensa yang
dihancurkan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidrata dan Sri Rahayu. Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. 2015.
2. Khalilullah, Said Alvin. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak Senilis. 2010.
3. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta: Widya
Medika. 2008.
4. Snell, Richard S. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC. 2011.
5. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI. Katarak
Sebabkan 50% Kebutaan. Available:
http://www.depkes.go.id/article/view/16011100003/katarak-sebabkan-50-kebutaan.html
Updated on: 9 Januari 2016. Accessed on: 2018.
6. Khurana, A K. Comprehensive Ophtalmology Fourth Edition. New Delhi: New Age
International. 2007.
7. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7th ed. Elsevier.
2011.

Anda mungkin juga menyukai