Disusun oleh:
Mohamad Egatama
1102013175
Pembimbing:
dr. Hj. Elfi Hendriati Sp.M
IDENTITAS PASIEN
No CM : 010898xx
Tanggal : 13 Maret 2018
Nama : Tn. E
Umur : 70 tahun
Alamat : Tarogong Kaler
Pekerjaan : Buruh
ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis kepada pasien pada tanggal 13 Maret 2018
di Poliklinik Mata RSU dr.Slamet Garut
Keluhan Utama: Pandangan mata kanan buram seperti berkabut sejak 3 bulan Sebelum Masuk
Rumah Sakit (SMRS)
Anamnesa Khusus: Pasien berusia 70 tahun datang ke Poli Mata RSU dr Slamet Garut dengan
keluhan penglihatan mata kiri buram seperti berkabut yang dirasakan sejak kurang lebih 3
bulan yang lalu. Keluhan mata buram dirasakan perlahan yang semakin memberat. Awalnya
pasien tidak khawatir pandangan mata kanannya terganggu, namun sejak 1 bulan SMRS mata
kiri pasien mulai terasa seperti mata kanan pasien.
Pasien menyangkal adanya mata merah, perih maupun berair. Pasien merasa
penglihatan tidak membaik dengan memicingkan mata. Sering menabrak sekitar pada saat
berjalan disangkal. Tidak ada keluhan sakit kepala. Riwayat trauma dan infeksi pada mata
sebelumnya disangkal, pasien juga menyangkal sedang dalam pengobatan jantung dan
pengobatan paru. Pasien mengaku sering berada di luar ruangan dan terkena sinar matahari
secara langsung karena pekerjaannya. Pada saat bekerja juga pasien menyangkal telah
menggunakan alat keamanan untuk pekerjaannya sebagai buruh.
Anamnesa Keluarga: Tidak ada keluhan serupa pada anggota keluarga pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat mengalami penyakit yang sama disangkal. Riwayat
hipertensi disangkal. Riwayat diabetes melitus disangkal.
Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien tidak bekerja dan tinggal dirumah bersama anaknya. Pembiayaan pengobatan
pasien menggunakan BPJS.
Riwayat Gizi:
Pasien makan dengan frekuensi dua-tiga kali sehari. Kesan: Gizi cukup
PEMERIKSAAN VISUS & REFRAKSI
Visus OD OS
SC 1/~ 1/300
CC - -
STN - -
Koreksi - -
Adde - -
Posisi Bola Mata Ortoforia Ortoforia
Gerakan bola mata Versi dan duksi baik kesegala arah Versi dan duksi baik kesegala arah
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0 0 0
PEMERIKSAAN EKSTERNAL
OD OS
OD OS
Palpebra superior Tenang Tenang
Palpebra inferior Tenang Tenang
Margo Palpebra Tenang Tenang
OD OS
Midriasis non-Midriasis
OD OS
Silia Tumbuh teratur Tumbuh teratur
Konjungtiva Tenang Tenang
Kornea Jernih Jernih
COA Sedang Sedang
Pupil Bulat, sentral, isokhor Bulat, sentral, isokhor
Iris Coklat, kripti (+) Coklat, kripti (+)
Lensa Keruh Keruh
Tonometri digital 16,3 mmHg 25,0 mmHg
Palpasi N/palpasi N/palpasi
PEMERIKSAAN FUNDUSCOPY
OD OS
Keruh Lensa Keruh
Jernih Vitreus Sulit Dinilai
Refleks fundus (+) Fundus Sulit Dinilai
Bentuk bulat, batas tegas Papil Sulit Dinilai
0.3-0.4 CD Ratio Sulit Dinilai
2:3 A/V Retina Sentralis Sulit Dinilai
Flat Retina Sulit Dinilai
+ Fovea refleks Sulit Dinilai
RESUME
Pasien berusia 70 tahun datang ke RSUD dr Slamet Garut dengan keluhan penglihatan
mata kanan buram seperti berkabut yang dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu.
Keluhan mata buram seperti berkabut dirasakan perlahan yang semakin memberat.
Status Oftalmologis :
Pemeriksaan OD OS
Visus 1/~ 1/300
Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Palpebra superior Tenang Tenang
Palpebra inferior Tenang Tenang
Conjunctiva bulbi Tenang Tenang
Kornea Jernih Jernih
COA Sedang Sedang
Pupil Bulat, Isokor, ditengah, Bulat, isokor, ditengah,
shadow test (+) shadow test (-)
Iris Coklat, kripti(+), sinekia(-) Coklat , kripti(+), sinekia(-)
Lensa Keruh Keruh
Tonometri Digital 16,3 mmHg 25,0 mmHg
DIAGNOSIS BANDING
Katarak Senilis Matur ODS
Katarak Diabetikum ODS
Kelainan refraksi
DIAGNOSIS KERJA
Katarak Senilis Hipermatur OD + Katarak Senilis Matur OS
RENCANA PEMERIKSAAN
-Laboratorium hematologi rutin: Untuk persiapan operasi serta menilai fungsi hemostasis
-Biometri OD: Untuk persiapan operasi guna pemilihan ukuran lensa intraokuler
-Ultrasonografi OD
-Retinometri OD
RENCANA TERAPI
Jenis operasi :
1. SICS (Small Incision Cataract Surgery) OD
2. IOL OD
PROGNOSIS
- Quo ad vitam : Ad bonam
- Quo ad functionam : Ad bonam
- Quo ad sanationam : Ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. LENSA
1.1 Anatomi Lensa
Jaringan ini berasal dari permukaan yang berbentuk lensa di dalam mata dan bersifat
bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya
berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang. Lensa
akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa. Tebalnya
sekitar 4 mm dan diameter 9 mm. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus
sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk
nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau
serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus
embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda
dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut
sebagai korteks anterior, sedang di belakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai
konsistensi lebih keras di banding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul
lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan
siliar.1,2
2.2 Epidemiologi
Katarak merupakan penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan di Indonesia
dan di dunia. Dari semua kebutaan pada masyarakat, lebih dari 50% disebabkan oleh katarak.
Di Indonesia hasil survei kebutaan dengan menggunakan metode Rapid Assessment of
Avoidable Blindness (RAAB) yang baru dilakukan di 3 provinsi (NTB, Jabar dan Sulsel) tahun
2013 -2014 didapatkan prevalensi kebutaan pada masyarakat usia > 50 tahun rata-rata di 3
provinsi tersebut adalah 3,2 % dengan penyebab utama adalah katarak (71%). Diperkirakan
setiap tahun kasus baru buta katarak akan selalu bertambah sebesar 0,1% dari jumlah penduduk
atau kira-kira 250.000 orang/tahun. Sementara itu kemampuan kita untuk melakukan operasi
katarak setiap tahun diperkirakan baru mencapai 180.000/tahun sehingga setiap tahun selalu
bertambah backlog katarak sebesar lebih kurang 70.000.5
Penelitian - penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar
10% orang, dan angka kejadian ini meningkat hingga sekitar 50% untuk mereka yang berusia
antara 65 sampai 74 tahun, dan hingga sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75
tahun.3
2.4 Patofisiologi
Mekanisme terjadi kekeruhan lensa pada katarak senilis yaitu:
1. Katarak senilis kortikal
Terjadi proses dimana jumlah protein total berkurang, diikuti dengan penurunan asam
amino dan kalium, yang mengakibatkan kadar natrium meningkat. Hal ini menyebabkan lensa
memasuki keadaan hidrasi yang diikuti oleh koagulasi protein.6
Dengan Peningkatan Usia
(usia tua)
2.5 Klasifikasi
BERDASARKAN USIA
1. Katarak Kongenital
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita
penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, diabetes Melitus, hipoparatiroidism,
homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusisitomegalik, dan histoplasmosis, penyakit lain yang
menyertai katarak kongenital biasanya merupakan penyakit-penyakit herediter seperti
mikroftalmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik, displasia
retina, dan megalo kornea.1
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuk pada usia kurang
dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak
kongenital dan biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan
penyakit lainnya seperti: 1
1. Katarak metabolik
a) Katarak diabetik dan galaktosemik (gula)
b) Katarak hipokalsemik (tetanik)
c) Katarak defisiensi gizi
d) Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)
e) Penyakit Wilson
f) Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain.
2. Otot
Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)
3. Katarak traumatik
4. Katarak komplikata
Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroftalmia, aniridia,
pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis).
Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal), seperti Wagner
dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma).
Katarak anoksik
Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol,
triparanol, antikholinesterase, klorpromazin, miotik, klorpromazin, busulfan, dan
besi).
Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit
(sindermatik), tulang (disostosis kraniofasial, osteogenesis inperfekta,
khondrodistrofia kalsifikans kongenita pungtata), dan kromosom.
Katarak radiasi
3. Katarak Senilis
Katarak senilis disebut juga katarak terkait usia, yang dapat diartikan sebagai semua
kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu diatas usia 50 tahun keatas.1
Perubahan lensa pada usia lanjut1:
Kapsul : menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia, bentuk lamel
kapsul berkurang atau kabur, terlihat bahan granular.
Epitel makin tipis : sel epitel pada equator bertambah berat dan besar
Serat lensa : lebih iregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown slerosis nucleus,
korteks tidak bewarna.
BERDASARKAN MATURITAS
1. Stadium Insipien
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut1:
a. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan
posterior (katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks.
b. Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular
posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan
degeneratif (benda Morgagni) pada katarak insipien.
c. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang
tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap
untuk waktu yang lama.
d. Katarak Intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat
lensa degeneratif yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa
disertai pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan
mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding
dengankeadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan
penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang
berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat
terjadi hidrasi korteks sehingga akan mencembung dan daya biasnya akan
bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slit-lamp terlihat
vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
2. Stadium Imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa.
Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik
bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan
hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder1.
3. Stadium Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini bisa
terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen tidak
dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal.
Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa.
Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada
lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.1
4. Stadium Hipermatur
Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan
mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi
mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan
kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula
Zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal
maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di
dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.1
Gambar 8. Katarak Morgagni6
Tabel 1. Perbedaan Stadium Katarak Senilis1
Bayangan Iris Terlihat Terlihat Tidak Terlihat Tidak Terlihat Tidak Terlihat
Indirek Area tengah Beberapa area Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Opthalmoscopy gelap dengan gelap dengan cahaya merah cahaya merah cahaya merah
dengan Dilatasi latar belakang latar belakang Pupil bewarna Pupil berwarna
Pupil cahaya merah cahaya merah putih karna putih susu
katarak Mature
Pemeriksaan Nuklear tidak Area Normal Korteks penuh Nukleus Lensa katarak
Slit Lamp jelas terlihat Terdapat dengan katarak berwarna Putih menciut dengan
Korteks jernih Katarak susu kecoklatan penebalan
kapsul anterior
ISC : Imature Senile Cataract, MSC: Mature Senile Cataract, HMSC(M):Hypermature Senile Cataract
(Morgagnian), HMSC(S): Hypermature Senile Cataract (Sclerotic), PL: Perception of Light, HM: Hand
Movements, FC: Finger Counting
2.8 Tatalaksana
1. Non Operatif 6
a. Pengobatan penyebab katarak dapat menghentikan perkembangan dan kadang pada
tahap awal bahkan bisa menyebabkan regresi dari perubahan katarak. Dengan demikian
menunda operasi. Beberapa contoh umum meliputi:
Kontrol diabetes mellitus yang memadai
Tidak menggunakan obat-obatan yang dapat menyebabkan katarak seperti obat bius
kortikosteroid, fenotiazen dan miotik. Hal ini dapat menunda atau mencegah
katarakogenesis.
Menghindari iradiasi (sinar inframerah atau sinar-X) dapat juga menunda atau
mencegah pembentukan katarak.
Perawatan dini dan memadai terhadap penyakit mata, seperti uveitis dapat mencegah
terjadinya komplikasi katarak.
b. Tindakan untuk menunda progresivitas. Kandungan garam iodida dari kalsium dan
kalium yang di berikan pada tahap awal katarak (terutama di katarak senilis) dalam upaya untuk
menunda perkembangannya. Namun sampai saat ini belum ada hasil yang pasti mengenai peran
vitamin E dan aspirin dalam menunda proses katarak.
c. Tindakan untuk memperbaiki penglihatan pada katarak insipien dan imatur.
Indikasi Operasi:
Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup indikasi visus, medis, dan
kosmetik.6
1. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada tiap
individu, tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak terhadap aktivitas
sehari-harinya.
2. Indikasi medis; pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan pada lensa
matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi katarak seperti glaukoma
imbas lensa (lens-induced glaucoma), endoftalmitis fakoanafilaktik, dan kelainan pada
retina misalnya retiopati diabetik atau ablasio retina.
3. Indikasi kosmetik; kadang-kadang pasien dengan katarak matur meminta ekstraksi
katarak (meskipun kecil harapan untuk mengembalikan visus) untuk memperoleh pupil
yang hitam.
Persiapan Operasi6:
1. Antibiotik topikal seperti tobramycin atau gentamisin atau ciprofloxacin selama 3 hari
sebelum operasi dianjurkan sebagai profilaksis endophthalmitis.
2. Persiapan mata yang akan dioperasi dengan memotong bulu mata dan mata yang akan
dioperasi harus ditandai.
3. Melakukan informed consent
4. Setiap pasien harus diinstruksikan agar mandi scrub termasuk mencuci muka dan
rambut dengan sabun dan air. Pasien laki-laki harus mencukur jenggot dan memangkas
rambutnya. Pasien wanita sebaiknya menyisir rambut dengan benar.
5. Untuk menurunkan IOP (Intra Ocular Pressure), diberikan acetazolamide 500 mg stat
2 jam sebelum operasi dan gliserol 60 ml dicampur dengan jumlah air atau jus lemon
1 jam sebelum operasi, atau mannitol intravena 1 gm / kg berat badan setengah jam
sebelum operasi.
6. Untuk mempertahankan pupil melebar (terutama pada ekstraksi katarak extracapsular)
dapat diberikan obat tetes mata antiprostaglandin seperti indometasin atau flurbiprofen
tiga kali sehari sebelum operasi dan setengah jam selama dua jam segera sebelum
operasi. Pelebaran pupil yang memadai pupil dapat dicapai dengan pemberian
tropikamid 1 persen dan 5 persen atau 10 persen phenylephrine setiap sepuluh menit
pada satu jam sebelum operasi.
Jenis Operasi:
1. Ekstraksi katarak ekstra kapsular (EKEK)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan korteks
lensa dapat keluar melalui robekan tersebut, kemudian dikeluarkan melalui insisi 9-10
mm, lensa intraokular diletakkan pada kapsul posterior. Termasuk ke dalam golongan ini
ekstraksi linear, aspirasi dan irigasi.
Pembedahan ini dilakukan pada pasien dengan katarak imatur, kelainan
endotel, keratoplasti, implantasi lensa intra okular posterior, implantasi sekunder lensa
intra okular, kemungkinan dilakukan bedah glaukoma, predisposisi prolaps vitreous,
sebelumnya mata mengatasi ablasi retina, dan sitoid makular edema.
Lensa difiksasi di iris dengan bantuan jahitan. Lensa jenis ini juga telah jarang dipakaikarena
mempunya insidens yang tinggi terjadinya komplikasi post operatif.
o Posterior chamber lenses
PCIOL ini terletak di bagian belakang iris yang disuport oleh sulkus siliar atau olehcapsular
bag. Ada 3 jenis dari PCIOL yang sering dipakai:
1. Rigid IOL: terbuat secara keseluruhan dari PMMA
2. Foldable IOL: dipakai untuk penanaman melalui insisi yang kecil(3,2mm)
setelah tindakan phacoemulsifikasi dan terbuat dari silikom, akrilik, hydrogel
dan collaner
3. Rollable IOL
IOL yang paling tipis dan biasa dipakai setelah mikro insisi pada
phakonitteknik, terbuat dari hydrogel.
Indikasi pemasangan IOL:
Sebaliknya pemasangan IOL dilakukan pada setiap operasi katarak, kecuali ada
kontraindikasinya. PseudophakiaPseudofakia adalah suatu keadaan dimana mata terpasang
lensa tanam setelahoperasi katarak. Lensa ini akan memberikan penglihatan lebih baik. Lensa
intraokularditempatkan waktu operasi katarak dan akan tetap disana untuk seumur hidup.
Lensa ini tidak akan mengganggu dan tidak perlu perawatan khusus dan tidak akan ditolak
keluaroleh tubuh.Gejala dan tanda pseudofakia: penglihatan kabur, visus jauh dengan
optotypesnellen, dapat merupakan miopi atau hipermetropi tergantung ukuran lensa yang
ditanam (IOL), terdapat bekas insisi atau jahitan.
2.10 Komplkasi
1. Komplikasi Intra Operatif edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan
atau efusi suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata kedalam
luka serta retinal light toxicity.
2. Komplikasi dini pasca operatif
Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara cairan yang keluar
dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan siliar, edema stroma dan epitel,
hipotonus, brown-McLean syndrome (edema kornea perifer dengan daerah sentral yang
bersih paling sering)
Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang tidak adekuat
yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan luka yang tidak sempurna,
astigmatismus, uveitis anterior kronik dan endoftalmitis.
3. Komplikasi lambat pasca operatif - Ablasio retina - Endoftalmitis kronik yang timbul karena
organissme dengan virulensi rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler - Post kapsul
kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah Malformasi lensa intraokuler, jarang
terjadi2
2.11 Preventif
80 persen kebutaan atau gangguan penglihatan mata dapat dicegah atau dihindari.
Edukasi dan promosi tentang masalah mata dan cara mencegah gangguan kesehatan mata.
sebagai sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan. Usaha itu melipatkan berbagai pihak, termasuk
media massa, kerja sama pemerintah, LSM, dan Perdami.
Vitamin C dan E dapat memperjelas penglihatan. Vitamin C dan E merupakan
antioksidan yang dapat meminimalisasi kerusakan oksidatif pada mata, sebagai salah satu
penyebab katarak. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 3.000 orang dewasa selama lima
tahun menunjukkan, orang dewasa yang mengonsumsi multivitamin atau suplemen lain yang
mengandung vitamin C dan E selama lebih dari 10 tahun, ternyata risiko terkena katarak 60%
lebih kecil
Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu normal
pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata, mengonsumsi makanan
yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan antioksidan seperti buah-buahan
banyak yang mengandung vitamin C, minyak sayuran, sayuran hijau, kacang-kacangan,
kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang merupakan makanan dengan kandungan vitamin
E, selenium, dan tembaga tinggi.2
2.11 Prognosis
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat jarang.
Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil dan
jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau
fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis
pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart.2
BAB III
PEMBAHASAN
OS memiliki kekeruhan pada lensa dengan shadow test (-) dan memiliki nucleus
yang mengambang dalam kapsulnya yang menunjukkan katarak hipermatur OD
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidrata dan Sri Rahayu. Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. 2015.
2. Khalilullah, Said Alvin. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak Senilis. 2010.
3. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta: Widya
Medika. 2008.
4. Snell, Richard S. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC. 2011.
5. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI. Katarak
Sebabkan 50% Kebutaan. Available:
http://www.depkes.go.id/article/view/16011100003/katarak-sebabkan-50-kebutaan.html
Updated on: 9 Januari 2016. Accessed on: 2018.
6. Khurana, A K. Comprehensive Ophtalmology Fourth Edition. New Delhi: New Age
International. 2007.
7. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7th ed. Elsevier.
2011.