Anda di halaman 1dari 8

Makalah Fosfor

PENGARUH PEMUPUKAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN


DAN PRODUKSI TANAMAN

OLEH :

A S D A R
G2A1 011 010

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012

BAB I
PENDAHULUAN

Fosfat (P) merupakan unsur hara esensial makro seperti halnya karbon (C) dan
nitrogen (N). Tanaman memperoleh unsur P seluruhnya berasal dari tanah atau dari
pemupukan serta hasildekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Jumlah P total dalam
tanah cukup banyak, namun yang tersedia bagi tanaman jumlahnya rendah hanya berkisar
0,01-0,2 mg/kg tanah.
Didalam tanah P berada dalam bentuk P-organik dan P-anorganik. Bentuk P-
anorganik dalam tanah umumnya berasal dari pelapukan mineral primer, pemupukan dan
mineralisasi P-organik. Mineral primer tersebut misalnya apatit dengan rumus
M10(PO4)6X2, dimana M sama dengankalsium (Ca) dan X sama dengan F-, Cl-, OH- atau
CO32-. Bentuk tersebut merupakan bentuk yang paling umum dipakai sebagai pupuk, yaitu
fosfat alam yang kaya karbonat apatit. Padatanah-tanah yang telah mengalami pelapukan
lanjut, umumnya sumber P dari mineral primer sedikit sekali dijumpai, kecuali pada tanah
pertanian yang memperoleh masukan P dari pupuk fosfat alam.
Berkenaan dengan ketersediaannya bagi tanaman, unsur P dibedakan menjadi (a) P-
terlarut, bentuk ini labil yang tersedia dengan cepat bagi tanaman, (b) P-terikat pada
kompleks permukaan koloid, misalnya Al-P dan Fe-P seperti yang dijumpai pada tanah-
tanah masam, (c)P-terjerap kuat yang lambat atau sukar larut (P-stabil) dan P terselimuti
oleh Fe2O3 atau Mn2O3(occluded P). Ketiga bentuk P tersebut diatas saling berhubungan
satu sama lain membentuk suatu keseimbangan yang dinamis
Bentuk P-organik berada dalam bentuk senyawa organik kompleks yang berasal dari
sisatanaman, hewan dan organisme tanah. Bnetuk ini terdapat sebagai senyawa ester
seperti inositolfosfat, fosfolipida, asam nukleat, nukleotida dan gula-gula fosfat; bentuk ini
menyumbang 30-50% P-total tanah (Paul dan Clark, 1989; Subba Rao, 1977). Senyawa P-
organik terdapat didalam humus tanah dan berasosiasi dengan jaringan mikroba tanah.
Ketersediaan P-organik bagitanaman sangat tergantung pada aktivitas mikroorganisme
melalui mineralisasi. Enzim fosfataseyang dihasilkan oleh mikroorganisme heterotrof
berperan penting dalam pelepasan P ke dalamtanah.
Fosfat merupakan sumber energi primer bagi oksidasi mikroba. Organisme tanah
berhubungansangat erat dengan siklus P dalam tanah yaitu berperan dalam : (a) pelarutan
P-anorganik dan pelepasan (mineralisasi) P-organik, (b) imobilisasi P-tersedia.
Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada
tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Fosfat organik
dari hewan dantumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat
anorganik. Fosfatanorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan
mengendap di sedimen laut.Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di batu karang dan
fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikisdan membentuk fosfat anorganik terlarut di air
tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudianakan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus
ini berulang terus menerus.
Siklus P di dalam tanah cukup dinamis meliputi serapan P oleh tanaman, hanyut
terbawalimpasan permukaan dan erosi, pengembalian melalui residu tanamandan hewan,
pemupukan, pengembalian melalui mineralisasi-immobilisasi P-organik, reaksi pengikatan
pada permukaanliat dan oksida Al dan Fe serta pelarutan mineral P oleh aktivitas mikroba
(Buresh et al., 1997).
Pembentukan P-mineral primer berlangsung sangat lambat, sementara jerapan P
dalam tanahterjadi lebih cepat. Jerapan P dalam tanah tersebut biasa dikenal dengan
adsorpsi atau sorpsi Jerapan P pada tanah sangat dipengaruhi oleh ph larutan tanah.
Rendahnya nilai pH pada andisolmenyebabkan meningkatnya jerapan P, karena
menurunnya pH mengakibatkan aktivasi Al pada permukaan koloid mineral anorganik.
Jerapan anion fosfat ini juga akan semakin menigkatdengan meningkatnya derajat
pelapukan tanah. Hal ini kemungkinan disebabkan meningkatnyakandungan Al. Bila ion
fosfat (HPO42- atau H2PO4-) diserap tanaman, keseimbangan P dalamtanah terganggu, P-
labil bergerak menuju larutan tanah menajdi bentuk P-tersedia.
Keseimbangan antara bentuk P-labil dan P-terjerap juga terganggu, dimana P
bergerak lambatdari pool P-stabil menuju pool P-labil (Paul dan Clark, 1989). Pada sistem
pola tanam yangterbuka, memungkinkan terjadinya limpasan air di permukaan tanah dan
mengangkut tanahlapisan atas termasuk pula unsur P dan hara lainnya ke tempat lain
sehingga menjadi tidak tersedia bagi tanaman.

BAB II
PEMEBAHASAN

Fosfor merupakan bagian yang esensial dari berbagai gula fosfat yang berperan
dalam reaksi-reaksi pada fase gelap fotosintesis, respirasi, dan berbagai proses
metabolisme lainnya. Fosfor juga merupakan bagian nukleotida (RNA dan DNA) dan
fosfolipida penyusun membran (Lakitan, 2008). Selain itu fosfor berperan sebagai
penyusun metabolit dan senyawa kompleks, aktivator, kofaktor atau penyusun enzim,
serta berperan dalam proses fisiologi (Soepardi, 1983).
Fosfor diserap tanaman dalam bentuk ion H2PO4- atau HPO42- , tergantung pH
larutan tanah. Pada pH 7.22 jumlah ion H2PO4- sama dengan HPO42-, di bawah pH 7.22
sebagian besar dalam bentuk ion H2PO4- dan di atas pH 7.22 sebagian besar dalam bentuk
ion HPO42- . Tanaman menyerap ion H2PO4- lebih cepat dari pada ion HPO42-. Senyawa
fosfat organik dapat diserap tanaman, akan tetapi dalam jumlah kecil (Tisdale et al., 1985).
Fosfor berperan dalam pembagian sel dan pembentukan lemak serta albumin,
pembentukan bunga, buah, dan biji, kematangan tanaman, melawan pengaruh buruk
nitrogen, perkembangan akar halus dan akar rambut, meningkatkan kualitas tanaman dan
ketahanan terhadap penyakit (Soepardi, 1983). Kadar P rendah pada tanaman berakibat
kahat P sehingga mengurangi sintesis protein, sebab P adalah sumber energi untuk
mengubah asimilat menjadi nukleoprotein. Kekahatan ini menyebabkan terjadinya
penimbunan gula pada bagian vegetatif tanaman yang mendorong pembentukan
antosianin sehingga warna daun berubah menjadi hijau tua. Daun tua berwarna coklat
gelap dan gugur (Salisbury dan Ross, 1995).
Havlin (2005) menyatakan bahwa fosfor di dalam tanaman bersifat mobil sehingga
jika terjadi kahat fosfor dari daun akan dipindahkan ke daun yang lebih muda. Hal ini
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan tanaman tidak mampu berproduksi
secara optimal. Kadar fosfor di dalam tanaman 0.1-0.5% lebih rendah dari kadar nitogen
dan kalium. Marschner (1985) menyatakan bahwa kebutuhan fosfor untuk pertumbuhan

A. Senyawa Fosfat Tanah


Fosfor di dalam tanah dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu P-organik dan P-
anorganik.Kandungannya sangat bervariasi tergantung pada jenis tanah, tetapi pada
umumnyarendah , Gambar 20 menunjukkan bagian dunia yang kekuranagn P (Handayanto
dan Hairiyah,2007)Posfor organik di dalam tanah terdapat sekitar 50% dari P total tanah
dan bervariasi sekitar 15-80% pada kebanyakan tanah. Bentuk-bentuk fospat ini berasal
dari sisa tanaman, hewan danmikrobia. Di sini terdapat sebagai senyawa ester dari asam
orthofospat yaitu inositol , fosfolipid,asam nukleat, nukleotida, dan gula posfat. Tiga
senyawa yaitu inositol fospolopid dan asamnukleat amat dominan dalam tanah.
Inositol fospat dapat mempunyai satu sampai enam atom P setiap unitnya, dan
senyawa ini dapat ditemukan dalam tanah atau organisme hidup (bakteri) yang dibentuk
secara enzimatik. Asamnukleat sebagai DNA dan RNA menyusun 1-10% P-organik total
(Elfiati,2005). Sel-sel mikrobia(bakteri) sangat kaya dengan asam nukleat. Jika organisme
tersebut mati maka asam nukleatnyasiap untuk dimineralisasi.
Ketersediaan P-organik bagi tanaman sangat tergantung pada aktivitas mikrobia
untuk memineralisasikannya. Namun seringkali hasil mineralisasi ini segera bersenyawa
dengan bagian-bagian anorganik untuk membentuk senyawa yang relatif sukar larut.
Enzim fostafase berperan utama dalam melepaskan P dari ikatan P-organik. Enzim ini
banyak dihasilkan darimikrobia tanah,terutama yang bersifat heterotrof. Aktivitas
fosfatase dalam tanah meningkatdengan meningkatnya C-organik,tetapi juga dipengaruhi
oleh pH , kelembaban temperatur danfaktor lain.
Dalam kebanyakan tanah total P-organik sangat berkorelasi dengan C-organik tanah,
sehinggamineralisasi P meningkat dengan meningkatnya C-organik. Semakin tinggi C-
organik dansemakin rendah P-organik semakin meningkat immobilisasi P. Fosfat
anorganik dapatdiimmobilisasi menjadi P-organik oleh mikrobia dengan jumlah yang
bervariasi antara 25-100%.
Bentuk P-anorganik dapat dibedakan menjadi P aktif yang meliputi Ca-P, Al-P, Fe-P
dan P tidak aktif, yang meliputi occhided-P , reductant-P , dan mineral P primer.Fospor
anorganik di dalamtanah pada umumnya berasal dari mineral fluor apatit. Dalam proses
hancuran iklim dihasilkan berbagai mineral P sekunder seperti hidroksi apatit, karbonat
apatit, klor apatit dan lainnya sesuaidengan lingkungannya. Selain itu ion-ion fospat
dengan mudah dapat bereaksi ionFe3+,Al3+,Mn2+ dan Ca2+, ataupun terjerap pada
permukaan oksida-oksida hidrat besi,aluminium dan hidrat.
P-anorganik berupa senyawa 3Ca(PO4)CaF Fluor apatit, 3Ca3(PO4)2CaCO3 Carbonat
apatit,3Ca2(PO4)2Ca(HO)2 Hidroksi apatit, 3Ca3(PO4)2CaO Oksi apatit, Ca(PO4)2CaCO3
Trikalsium Phosfat, Ca3(PO4)2 Dikalsium phosfat, AlPO42H2O Variscit, FePO42H2O
Strengit

B. Peranan Fosfat pada Tanaman


Fospor merupakan unsur hara esensial makro yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman.Tanaman memperoleh unsur P seluruhnya berasal dari tanah atau dari
pemupukan serta hasildekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Jumlah P total dalam
tanah cukup banyak, namunyang tersedia bagi tanaman jumlahnya rendah hanya 0,01 – 0,2
mg/kg tanah (Handayanto dan Hairiyah,2007)
Fospor yang diserap tanaman tidak direduksi, melainkan berada di dalam senyawa
organik dan organik dalam bentuk teroksidasi. Fospor organik banyak terdapat di dalam
cairan sel sebagaikomponen sistim penyangga tanaman. Dalam bentuk anorganik, P
terdapat sebagai fosfolipidyang merupakan komponen membran sitoplasma dan kloroplas.
Fitin merupakan simpananfospat dalam biji, gula fospat merupakan senyawa antara dalam
berbagai proses metabolismetanaman. Nukleoprotein merupakan komponen utama DNA
dan RNA inti sel. ATP, ADP danAMP merupakan senyawa berenergi tinggi untuk
metabolism
Peranan P pada tanaman penting untuk pertumbuhan sel, pembentukan akar halus
dan rambutakar, memperkuat tegakan batang agar tanaman tidak mudah rebah,
pembentukan bunga , buahdan biji serta memperkuat daya tahan terhadap penyakit.
Tanaman jagung menghisap unsur Pdalam bentuk ion sebanyak 17 kg/ha untuk
menghasilkan berat basah tanaman 4200 kg/ha(Premono,2002
Kekurangan P pada tanaman akan mengakibatkan berbagai hambatan metabolisme,
diantaranyadalam proses sintesis protein, yang menyebabkan terjadinya akumulasi
karbohidrat dan ikatan-ikatan nitrogen. Kekurangan P tanaman dapat diamati secaa visual,
yaitu daun-daun yang lebihtua akan berwarna kekuningan atau kemerahan karena
terbentuknya pigmen antisianin. Pigmenini terbentuk karena akumulasi gula di dalam
daun sebagai akibat terhambatnya sintesa protein.Gejala lain adalah nekrotis atau
kematian jaringan pada pinggir atau helai daun diikutimelemahnya batang dan akar
terhambat pertumbuhannya
Buntan (1992) menjelaskan fosfor merupakan bahan makanan utama yang
digunakan oleh semuaorganisme untuk energi dan pertumbuhan. Secara geokimia, fosfor
merupakan 11 unsur yangsangat melimpah di kerak bumi. Seperti halnya nitrogen, fosfor
merupakan unsur utama di dalam proses fotosintesis. Fosfor biasanya berasal dari pupuk
buatan yang kandungannya berdasarkanrasio N-P-K. Sebagai contoh 15-30-15,
mengindikasikan bahwa berat persen fostor dalam pupuk buatan adalah 30% fosfor
oksida (P2O5). Fosfor yang dapat dikonsumsi oleh tanaman adalahdalam bentuk fosfat,
seperti diamonium fosfat ((NH4)2HPO4) atau kalsium fosfatdihidrogen(Ca(H2PO4)2).
Fosfat merupakan salah satu bahan galian yang sangat berguna untuk pembuatan
pupuk. Sekitar 90% konsumsi fosfat dunia dipergunakan untuk pembuatan pupuk,
sedangkan sisanya dipakaioleh industri ditergen dan makanan ternak. Mineral-mineral
fosfat adalah batuan dengankandungan fosfor yang ekonomis. Kandungan fosfor pada
batuan dinyatakan dengan BPL (bone phosphate of lime) atau TPL (triphosphate of lime)
yang didasarkan atas kandungan P2O5.Sebagian besar fosfat komersial yang berasal dari
mineral apatit {Ca5 (PO4)3 (F,Cl,OH)} adalahkalsium fluo-fosfat dan kloro-fosfat dan
sebagian kecil wavelit (fosfat aluminium hidros).Sumber lainnya berasal dari jenis slag,
guano, krandalit (CaAl3(PO4)2(OH)5 .H2O), dan milisit{(Na,K) CaAl6 (PO4)4 (OH)9 3H2O}.
Apatit memiliki struktur kristal heksagonal dan biasanya dalam bentuk kristal
panjang prismatik.Sifat fisik yang dimilikinya: warna putih atau putih kehijauan, hijau,
kilap kaca sampai lemak, berat jenis 3,15 3,20, dan kekerasan 5. Apatit merupakan mineral
asesori dari semua jenis batuan.beku, sedimen, dan metamorf. Ini juga ditemukan pada
pegmatit dan urat-urathidrotermal. Selain sebagai bahan pupuk, mineral apatit yang
transparan dan berwarna bagus biasanya digunakan untuk batu permata
Reservoir fosfor berupa lapisan batuan yang mengandung fosfor dan endapan fosfor
anorganik dan organik. Fosfat biasanya tidak atau sulit terlarut dalam air, sehingga pada
kasus ini tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Kehadiran mikroorganisme dapat
memicu percepatandegradasi fosfat. Sumber fosfor organik dalah perbukitan guano. Di
dunia, cadangan fosfat berjumlah 12 milyar ton dengan cadangan dasar sebesar 34 milyar
ton. Cadangan fosfat yang ada di Indonesia adalah sekitar 2,5 juta ton endapan guano (0,17
- 43% P2O5) dan diperkirakansekitar 9,6 juta ton fosfat marin dengan kadar 20 - 40%
P2O5. Masuknya fosfor ke laut sebesar 3,3 x 1011 mol P th. Jika aktivitas manusia
(anthropogenic), seperti perusakan hutan dan penggunaan pupuk dimasukkan, maka
jumlah fosfor yang masuk ke laut akan meningkat sebesar 3 kali lipat, yaitu 7,4 - 15,6 x
1011 mol P th . Siklus P pada Gambar 21 (Buntan, 1992).
C. Mineralisasi dan Immobilisasi Fosfat
Ketersediaan fosfat dikendalikan oleh mineralisasi dan immobilisasi melalui fraksi
organik dan pealrutan serta presipitasi fosfat dalam bentuk anorganik. Sisa tanaman,
hewan dan mikrobayang dikembalikan ke dalam tanah, secara aktif didekomposisi oleh
mikroorganisme. Fosfatdalam sisa organik tersebut harus dilepaskan jika harus tersedia
untuk tanaman dan mikroorganisme.
Mineralisasi fosfat merupakan proses enzimatik. Enzim yang terlibat disebut
fosfatase yangmengkatalis berbagai reaksi yang melepaskan fosfat dari senyawa fosfat
organik ke dalamlarutan tanah. Fosfatase dilepaskan oleh mikroorganisme di luar sel ke
dalam larutan tanah untuk mengkatalis reaksi-reaksi berikut ini :
Fosfomonoesterasi menghidrolisis fosfat dari bentuk monoester fosfat, seperti
nukleotida ataufosfolipida.
1. Fosfodiesterase menghidrolisis fosfat dari bentuk diester fosfat seperti asam nukleat.
2. Fitase menghidrolisis fosfat dari fosfat inositol
Jika fosfat dimineralisasi maka dapat diserap oleh tanaman atau diimmobilisasi
kembali kedalam sel mikroba, atau dapat membentuk kompleks anorganik tidak larut.
Biomassa mikrobadapat mempengaruhi ketersediaan fosfat melalui immobilisasi, yaitu
pengikatan ion ortofosfatmenajdi bentuk organik yang terikat dalam organisme. Misalnya
ortofosfat bereaksi dengan ADP(Adenosine diphosphate) dan masukan energi yang sesuai
untuk membentuk ATP. Tingkatimmobilisasi dipengaruhi oleh nisbah C/P bahan organik
yang mengalami dekomposisi dan jumlah fosfat tersedia dalam larutan tanah. Nisbah C/P
residu yang ditambahkan dapatmenentukan tingkat fosfat anorganik dimineralisasi atau
diimobilisasi. Jika fosfat tidak cukuptersedia dalam residu untuk asimilasi karbon yang
ditambahkan, maka fosfat anorganik darilarutan tanah harus digunakan dan bisa terjadi
net imobilisasi. Sebaliknya jika lebih banyak tersedia fosfat dalam residu jika dibandingkan
dengan yang diperlukan untuk asimilasi karbon,maka terjadi net mineralisasi ortofosfat.
Umumnya, nisbah C/P <> 300:1 menghasilkanimobilisasi. Nisbah antara 200-300 hanya
menghasilkan perubahan kecil dalam konsentrasifosfat daam larutan tanah. Proses ini
sama dengan proses mineralisasi dan imobilisasi nitrogen.Selain kandungan fosfat dalam
residu, variabel tanah dan lingkungan yang lain (misalnya Ph temperatur, aerasi, dan
lengas tanah) mempengaruhi aktivitas mikroba dan mineralisasi fosfat.Unsur yang paling
menjadi pembatas akan mengendalikan kecepatan mineralisasi fosfat dariresidu. Jika
mineralisasi karbon yang cepat terjadi pada residu dengan kandungan fosfat terbatas,maka
terjadi imobilisasi fosfat dari tanah. Ketika karbon oragnik yang dapat dimineralisasi
habis, bagian biomassa mikroba yang kaya fosfat juga akan dimineralisasi, menghasilkan
pelepasanfosfat yang semua diimobilisasi
Mineralisasi P-organik menjadi bentuk P-anorganik dilakukan oleh mikroba tanah.
Indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui siklus transformasi P-organik menjadi
P-anorganik adalah dengan mengetahui jumlah total mikroba dan biomassa mikroba
(Buresh et al., 1997).Faktot-faktor yang mempengaruhi proses mineralisasi P di dalam
tanah adalah temperatur,kelembaban, aerasi, pH tanah dan kualitas bahan organik yang
ditambahkan. Aerasi tanah yang baik dengan kelembaban yang cukup serta temperatur
tanah berkisar 30-40 oC menentukan jenisdan aktivitas mikroba tanah, selanjutnya dapat
menentukan produk akhir dari prosesmetabolisme mikroba yang bersangkutan
(Stevenson, 1986).
Pemilihan jenis tanaman sebagai sumber bahan organik untuk memperbaiki
ketersediaan P tanahditentukan oleh kualitasnya yaitu nisbah C/P. Nilai kritis C/P adalah
200, Bila C/P 200 makaakan terjadi mineralisasi, dan bila C/P 300 atau bila kandungan P
pada bahan organik <0,2%>Pelarutan Fosfat Anorganik
Mineral fosfat anorganik umumnya dijumpai sebagai aluminium dan besi fosfat pada
tanah-tanahmasam, sedangkan kalsium fosfat mendominasi tanah-tanah basa. Senyawa
yang kurang larut inimemasok ortofosfat ke larutan tanah tergantung tingkat kelarutan
senyawa tersebut. Ortofosfatdipasok ke akar terutama melalui difusi. Akar tanaman dan
mikroorganisme tanah dapat meamcu pelarutan senyawa fosfat melalui pelepasan karbon
dioksida dan asam-asam organik ke larutantanah. Asam karbonat dapat merangsang
pelarutan asam pada senyawa kalsium dan magnesiumfosfat. Hal yang sama, keasaman
yang dihasilkan oleh bakteri nitrifikasi dan bakteri pelarutsulfur merangsang pelarutan
garam-garam fosfat yang tidak larut. Berbagai jenis asam-asamorganik yang dihasilkan
oleh mikroorganisme dan tanaman dapat berperan sebagai bahan pengkhelat (chelating
agents) untuk melarutkan aluminium, besi, kalsium dan magnesium fosfat,sehingga
menghasilkan pelepasan ortofosfat ke dalam larutan tanah (Stevenson, 1986).
Satukelompok organisme yang penting adaalh jamur mikoriza, yang membentuk simbiosis
denganakar tanaman untuk memacu serapan fosfat dan unsur hara lainnya. Pada kondisi
tergenang,hidrogen sulfida yang dihasilkan oleh bakteri pereduksi sulfat atau proses
lainnya, dapat jugamengganti kation logam dari fosfat tidak larut, dengan melepaskan
fosfat. Beberapa bakteri yangsangat efektif dalam melarutkan fosfat (bakteri pelarut fosfat)
dari batuan fosfat. Salah satucontoh adalah Bacillus megaterium var. Phosphaticum.
Bakteri ini telah dikemas dalam bentuk inokulum yang disebut fosfobakterin dan
diaplikasikan ke tanah untuk memacu pelarutanmineral fosfat. Selain itu, pemberian bahan
sumber karbon yang mudah dimineralisasi seeprti pupuk kandang, dapat memacu
pelarutan fosfat melalui peningkatan aktivitas biologi.Peningkatan karbon organik juga
berperan dalam mengkompleks aluminium pada tanah-tanah asam, jadi mengurangi
peluang aluminium mengikat fosfat.
BAB III
PENUTUP

Fosfat (P) merupakan unsur hara esensial makro seperti halnya karbon (C) dan
nitrogen (N). Tanaman memperoleh unsur P seluruhnya berasal dari tanah atau dari
pemupukan serta hasildekomposisi dan mineralisasi bahan organic.
Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada
tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Fosfat organik
dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat
anorganik.
Fosfor berperan dalam pembagian sel dan pembentukan lemak serta albumin,
pembentukan bunga, buah, dan biji, kematangan tanaman, melawan pengaruh buruk
nitrogen, perkembangan akar halus dan akar rambut, meningkatkan kualitas tanaman dan
ketahanan terhadap penyakit.
Kekurangan P pada tanaman akan mengakibatkan berbagai hambatan metabolisme,
diantaranya dalam proses sintesis protein, yang menyebabkan terjadinya akumulasi
karbohidrat dan ikatan-ikatan nitrogen. Kekurangan P tanaman dapat diamati secaa visual,
yaitu daun-daun yang lebih tua akan berwarna kekuningan atau kemerahan karena
terbentuknya pigmen antisianin.

DAFTAR PUSTAKA
Winarto, W.P. dan M. Surbakti. 2003. Khasiat dan Manfaat Pegagan, Tanaman Penambah Daya
Ingat. Agromedia Pustaka. Jakarta. 64 hal.

Januwati, M. dan M. Yusron. 2005. Budi daya tanaman pegagan.


http//balittro.litbang.deptan.go.id. [22 Maret 2008].

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. 286 hal.

Tisdale, S.L., W.L. Nelson, and J.D Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers. 4th Edition.
Mcmillan Publishing Company. New York. 754 p.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 591 hal.
Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Terjemahan dari: Plant
Physiology. Penerjemah: D.R. Lukman dan Sumaryono. Penerbit ITB. Bandung. 343 hal.

Havlin, J.L., J.D. Beaton, S.L. Tisdale, and W.L. Nelson. 2005. Soil Fertility and Fertilizers: An
Introduction to Nutrient Management. Pearson Prentice Hall. New Jersey. 515 p.

Marschner, H. 1985. Mineral Nutrition in Higher Plants. Academic Press. London. 674 p.

Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online. Fakultas Pertanian Unsri &Program
Studi Ilmu Tanaman, Program Magister (S2), Program Pascasarjana. UniversitasSriwijaya.
Http://dasar2ilmutanah.blogspot.com.

Paul, E.A dan Clark, F.E. 1989. Soil Microbiology and Biochemistry Academic Press, Inc. NewYork.
USABuresh, R.J., Smithson, P.C. and Hellums, D.T. 1997. Building soil phospharus capital in
Africa.P. 111-149. In. R.J. Buresh et al. (eds). Replenishing soil fertility in Africa SSSA Spec.
Publ. 51.SSSA, Madison, WI
Diposting 17th November 2012 oleh Asdar Agronomi

Anda mungkin juga menyukai