Makalah Fosfor
Makalah Fosfor
OLEH :
A S D A R
G2A1 011 010
BAB I
PENDAHULUAN
Fosfat (P) merupakan unsur hara esensial makro seperti halnya karbon (C) dan
nitrogen (N). Tanaman memperoleh unsur P seluruhnya berasal dari tanah atau dari
pemupukan serta hasildekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Jumlah P total dalam
tanah cukup banyak, namun yang tersedia bagi tanaman jumlahnya rendah hanya berkisar
0,01-0,2 mg/kg tanah.
Didalam tanah P berada dalam bentuk P-organik dan P-anorganik. Bentuk P-
anorganik dalam tanah umumnya berasal dari pelapukan mineral primer, pemupukan dan
mineralisasi P-organik. Mineral primer tersebut misalnya apatit dengan rumus
M10(PO4)6X2, dimana M sama dengankalsium (Ca) dan X sama dengan F-, Cl-, OH- atau
CO32-. Bentuk tersebut merupakan bentuk yang paling umum dipakai sebagai pupuk, yaitu
fosfat alam yang kaya karbonat apatit. Padatanah-tanah yang telah mengalami pelapukan
lanjut, umumnya sumber P dari mineral primer sedikit sekali dijumpai, kecuali pada tanah
pertanian yang memperoleh masukan P dari pupuk fosfat alam.
Berkenaan dengan ketersediaannya bagi tanaman, unsur P dibedakan menjadi (a) P-
terlarut, bentuk ini labil yang tersedia dengan cepat bagi tanaman, (b) P-terikat pada
kompleks permukaan koloid, misalnya Al-P dan Fe-P seperti yang dijumpai pada tanah-
tanah masam, (c)P-terjerap kuat yang lambat atau sukar larut (P-stabil) dan P terselimuti
oleh Fe2O3 atau Mn2O3(occluded P). Ketiga bentuk P tersebut diatas saling berhubungan
satu sama lain membentuk suatu keseimbangan yang dinamis
Bentuk P-organik berada dalam bentuk senyawa organik kompleks yang berasal dari
sisatanaman, hewan dan organisme tanah. Bnetuk ini terdapat sebagai senyawa ester
seperti inositolfosfat, fosfolipida, asam nukleat, nukleotida dan gula-gula fosfat; bentuk ini
menyumbang 30-50% P-total tanah (Paul dan Clark, 1989; Subba Rao, 1977). Senyawa P-
organik terdapat didalam humus tanah dan berasosiasi dengan jaringan mikroba tanah.
Ketersediaan P-organik bagitanaman sangat tergantung pada aktivitas mikroorganisme
melalui mineralisasi. Enzim fosfataseyang dihasilkan oleh mikroorganisme heterotrof
berperan penting dalam pelepasan P ke dalamtanah.
Fosfat merupakan sumber energi primer bagi oksidasi mikroba. Organisme tanah
berhubungansangat erat dengan siklus P dalam tanah yaitu berperan dalam : (a) pelarutan
P-anorganik dan pelepasan (mineralisasi) P-organik, (b) imobilisasi P-tersedia.
Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada
tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Fosfat organik
dari hewan dantumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat
anorganik. Fosfatanorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan
mengendap di sedimen laut.Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di batu karang dan
fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikisdan membentuk fosfat anorganik terlarut di air
tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudianakan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus
ini berulang terus menerus.
Siklus P di dalam tanah cukup dinamis meliputi serapan P oleh tanaman, hanyut
terbawalimpasan permukaan dan erosi, pengembalian melalui residu tanamandan hewan,
pemupukan, pengembalian melalui mineralisasi-immobilisasi P-organik, reaksi pengikatan
pada permukaanliat dan oksida Al dan Fe serta pelarutan mineral P oleh aktivitas mikroba
(Buresh et al., 1997).
Pembentukan P-mineral primer berlangsung sangat lambat, sementara jerapan P
dalam tanahterjadi lebih cepat. Jerapan P dalam tanah tersebut biasa dikenal dengan
adsorpsi atau sorpsi Jerapan P pada tanah sangat dipengaruhi oleh ph larutan tanah.
Rendahnya nilai pH pada andisolmenyebabkan meningkatnya jerapan P, karena
menurunnya pH mengakibatkan aktivasi Al pada permukaan koloid mineral anorganik.
Jerapan anion fosfat ini juga akan semakin menigkatdengan meningkatnya derajat
pelapukan tanah. Hal ini kemungkinan disebabkan meningkatnyakandungan Al. Bila ion
fosfat (HPO42- atau H2PO4-) diserap tanaman, keseimbangan P dalamtanah terganggu, P-
labil bergerak menuju larutan tanah menajdi bentuk P-tersedia.
Keseimbangan antara bentuk P-labil dan P-terjerap juga terganggu, dimana P
bergerak lambatdari pool P-stabil menuju pool P-labil (Paul dan Clark, 1989). Pada sistem
pola tanam yangterbuka, memungkinkan terjadinya limpasan air di permukaan tanah dan
mengangkut tanahlapisan atas termasuk pula unsur P dan hara lainnya ke tempat lain
sehingga menjadi tidak tersedia bagi tanaman.
BAB II
PEMEBAHASAN
Fosfor merupakan bagian yang esensial dari berbagai gula fosfat yang berperan
dalam reaksi-reaksi pada fase gelap fotosintesis, respirasi, dan berbagai proses
metabolisme lainnya. Fosfor juga merupakan bagian nukleotida (RNA dan DNA) dan
fosfolipida penyusun membran (Lakitan, 2008). Selain itu fosfor berperan sebagai
penyusun metabolit dan senyawa kompleks, aktivator, kofaktor atau penyusun enzim,
serta berperan dalam proses fisiologi (Soepardi, 1983).
Fosfor diserap tanaman dalam bentuk ion H2PO4- atau HPO42- , tergantung pH
larutan tanah. Pada pH 7.22 jumlah ion H2PO4- sama dengan HPO42-, di bawah pH 7.22
sebagian besar dalam bentuk ion H2PO4- dan di atas pH 7.22 sebagian besar dalam bentuk
ion HPO42- . Tanaman menyerap ion H2PO4- lebih cepat dari pada ion HPO42-. Senyawa
fosfat organik dapat diserap tanaman, akan tetapi dalam jumlah kecil (Tisdale et al., 1985).
Fosfor berperan dalam pembagian sel dan pembentukan lemak serta albumin,
pembentukan bunga, buah, dan biji, kematangan tanaman, melawan pengaruh buruk
nitrogen, perkembangan akar halus dan akar rambut, meningkatkan kualitas tanaman dan
ketahanan terhadap penyakit (Soepardi, 1983). Kadar P rendah pada tanaman berakibat
kahat P sehingga mengurangi sintesis protein, sebab P adalah sumber energi untuk
mengubah asimilat menjadi nukleoprotein. Kekahatan ini menyebabkan terjadinya
penimbunan gula pada bagian vegetatif tanaman yang mendorong pembentukan
antosianin sehingga warna daun berubah menjadi hijau tua. Daun tua berwarna coklat
gelap dan gugur (Salisbury dan Ross, 1995).
Havlin (2005) menyatakan bahwa fosfor di dalam tanaman bersifat mobil sehingga
jika terjadi kahat fosfor dari daun akan dipindahkan ke daun yang lebih muda. Hal ini
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan tanaman tidak mampu berproduksi
secara optimal. Kadar fosfor di dalam tanaman 0.1-0.5% lebih rendah dari kadar nitogen
dan kalium. Marschner (1985) menyatakan bahwa kebutuhan fosfor untuk pertumbuhan
Fosfat (P) merupakan unsur hara esensial makro seperti halnya karbon (C) dan
nitrogen (N). Tanaman memperoleh unsur P seluruhnya berasal dari tanah atau dari
pemupukan serta hasildekomposisi dan mineralisasi bahan organic.
Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada
tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Fosfat organik
dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat
anorganik.
Fosfor berperan dalam pembagian sel dan pembentukan lemak serta albumin,
pembentukan bunga, buah, dan biji, kematangan tanaman, melawan pengaruh buruk
nitrogen, perkembangan akar halus dan akar rambut, meningkatkan kualitas tanaman dan
ketahanan terhadap penyakit.
Kekurangan P pada tanaman akan mengakibatkan berbagai hambatan metabolisme,
diantaranya dalam proses sintesis protein, yang menyebabkan terjadinya akumulasi
karbohidrat dan ikatan-ikatan nitrogen. Kekurangan P tanaman dapat diamati secaa visual,
yaitu daun-daun yang lebih tua akan berwarna kekuningan atau kemerahan karena
terbentuknya pigmen antisianin.
DAFTAR PUSTAKA
Winarto, W.P. dan M. Surbakti. 2003. Khasiat dan Manfaat Pegagan, Tanaman Penambah Daya
Ingat. Agromedia Pustaka. Jakarta. 64 hal.
Tisdale, S.L., W.L. Nelson, and J.D Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers. 4th Edition.
Mcmillan Publishing Company. New York. 754 p.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 591 hal.
Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Terjemahan dari: Plant
Physiology. Penerjemah: D.R. Lukman dan Sumaryono. Penerbit ITB. Bandung. 343 hal.
Havlin, J.L., J.D. Beaton, S.L. Tisdale, and W.L. Nelson. 2005. Soil Fertility and Fertilizers: An
Introduction to Nutrient Management. Pearson Prentice Hall. New Jersey. 515 p.
Marschner, H. 1985. Mineral Nutrition in Higher Plants. Academic Press. London. 674 p.
Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online. Fakultas Pertanian Unsri &Program
Studi Ilmu Tanaman, Program Magister (S2), Program Pascasarjana. UniversitasSriwijaya.
Http://dasar2ilmutanah.blogspot.com.
Paul, E.A dan Clark, F.E. 1989. Soil Microbiology and Biochemistry Academic Press, Inc. NewYork.
USABuresh, R.J., Smithson, P.C. and Hellums, D.T. 1997. Building soil phospharus capital in
Africa.P. 111-149. In. R.J. Buresh et al. (eds). Replenishing soil fertility in Africa SSSA Spec.
Publ. 51.SSSA, Madison, WI
Diposting 17th November 2012 oleh Asdar Agronomi