NOCARDIOSIS
PEMBUKAAN
Pada pemicu, pasien laki-laki 30 tahun mengalami sariawan yang tidak sembuh sejak
1 bulan walaupun seudah berobat ke puskesmas. Pasien juga mengalami nafsu makan dan
berat badan yang menurun. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran kelenjar getah
bening multipel di regio coli bilateral. Tanda-tanda dan gejala tersebut mengindikasikan
bahwa pasien mengalami imunosupresi. Pada kedua lengan pasien juga ditemukan tato,
merupakan faktor risiko penularan berbagai penyakit bloodborne. Atas pertimbangan
tersebut, dicurigai pasien mengalami infeksi HIV. Oleh karena itu, pada LTM ini akan dibahas
nocardiosis sebagai salah satu infeksi oportunis yang dapat terjadi pada pasien dengan AIDS.
PEMBAHASAN
ETIOLOGI 1
Nocardiosis terjadi di seluruh dunia. Estimasi insidensi per tahun pada tiga benua
(Amerika Utara, Eropa, dan Australia) adalah 0,376 kasus per 100.000 orang. Penyakit ini
lebih umum dijumpai pada dewasa dibandingkan anak-anak dan laki-laki dibandingkan
perempuan. Hampir semua kasus bersifat sporadis, namun wabah yang terjadi diasosiasikan
dengan kontaminasi lingkungan rumah sakit, larutan obat-obatan, maupun peralatan injeksi.
Transmisi antarmanusia belum terdokumentasikan dengan baik. Nocardiosis juga tidak
terlihat memiliki pola musiman tertentu.
Lebih dari 90% kasus penyakit pulmoner atau disseminata terjadi pada orang-orang
dengan defek imunitas. Sebagian besar memiliki defisiensi imunitas selular, terutama yang
diasosiasikan dengan limfoma, transplantasi, terapi glukokortikoid, atau AIDS. Insidensi
penyakit ini kira-kira 140 kali lebih banyak pada pasien dengan AIDS dan 340 kali lebih
banyak pada penerima transplan sumsum tulang dibandingkan dengan populasi umum.
Pada pasien dengan AIDS, nocardiosis biasanya terjadi pada kasus dengan jumlah limfosit T
CD4+ <250/μL. Nocardiosis juga telah diasosiasikan dengan proteinosis alveolar pulmoner,
tuberculosis dan penyakit mycobacterium lainnya, penyakit granuloma kronik, defisiensi
interleukin 12, serta pengobatan dengan antibodi antimonoklonal terhadap tumor necrosis
factor.
Kasus-kasus aktinomisetoma terjadi lebih banyak pada area tropis dan subtropis,
terutama Meksiko, Amerika Tengah dan Selatan, Afrika, serta India. Faktor risiko terpenting
adalah kontak yang sering dengan tanah atau sayur-sayuran, terutama para pekerja.
PATOGENESIS, PATOFISIOLOGI 1
Pneumonia dan penyakit disseminata diduga diawali dengan inhalasi fragmen misel
bakteri. Fitur histologis yang khas dari nocardiosis adalah abses dengan infiltrasi netrofil
ekstensif dan nekrosis prominen. Jaringan granulasi biasanya mengelilingi lesi, namun
fbrosis luas atau enkapsulasi jarang terjadi.
Aktinomisetoma biasanya dikarakterisasikan dengan inflamasi supuratif dengan
pembentukan jalur sinus. Granul-granul (mikrokoloni yang terdiri dari massa filamen bakteri
yang padat, meluas secara radial dari tengah), terkadang dapat terlihat pada sediaan
histologis. Granul-granul ini sering ditemukan pada discharge dari lesi aktinomisetoma,
namun hampir tidak pernah ditemukan pada discharge dari lesi pada bentuk nocardiosis
yang lain. Terkadang, Nocardia dan patogen indolen lainnya seperti fungi dan mycobacteria
dapat terisolasi dari pasien yang sama.
Nocardia telah berkembang untuk memiliki beberapa mekanisme yang
memungkinkannya hidup di dalam fagosit, termasuk neutralisasi oksidan, pencegahan fusi
fagosom-lisosom, dan mencegah pengasaman pada fagosom. Neutrofil dapat memfagosit
organisme ini dan membatasi pertumbuhannya, namun tidak membunuhnya dengan
efisien. Imunitas seluler sangat penting untuk kontrol definitif dan eliminasi Nocardiae.
MANIFESTASI KLINIS DAN KOMPLIKASI 1
Penyakit Ekstrapulmoner
Pada setengah dari semua kasus nocardiosis, penyakit dapat bermanifestasi di luar
paru-paru. Pada satu dari lima kasus penyakit disseminata, penyakit paru tidak terlihat.
Lokasi paling sering dari penyebaran penyakit adalah pada otak. Selain itu, kulit dan jaringan
ikat, ginjal, tulang, otot, bahkan hampir semua organ dapat terlibat. Peritonitis telah
dilaporkan pada pasien yang menjalani dialisis peritoneal. Nocardia dapat ditemukan dalam
darah pada beberapa kasus pneumonia, penyakit disseminata, atau infeksi kateter vena
sentral. Endocarditis Nocardia jarang terjadi dan dapat mengenai katup asli maupun
prostetik.
Manifestasi yang paling umum dari penyakit disseminata ekstrapulmoner adalah
abses subakut. Sebagian kecil abses di luar paru atau sistem saraf pusat (SSP) membentuk
fistula dan mengeluarkan sedikit pus. Pada infeksi SSP, abses otak biasanya supratentorial,
dan sering kali melibatkan banyak kavitas, namun bisa juga tunggal. Abses otak cenderung
mengarah ke ventrikel atau menembus sampai rongga subarachnoid. Gejala dan tanda
abses otak Nocardia lebih tidak menyakitkan dibandingkan dengan abses otak karena
bakteri lain. Meningitis cukup jarang terjadi dan biasanya terjadi karena penyebaran dari
abses otak di dekatnya. Nocardia tidak dapat ditemukan dengan mudah pada cairan
serebrospinal.
Infeksi Mata
Bakteri Nocardia merupakan penyebab yang cukup jarang dari keratitis subakut,
biasanya terjadi setelah trauma pada mata. Endopthalmitis Nocardia dapat terjadi setelah
operasi mata. Selain itu, endopthalmitis dapat terjadi pada kasus disseminata. Infeksi
Nocaria pada glandula lakrimalis juga telah dilaporkan.
DIAGNOSIS 1
Langkah pertama diagnosis nocardiosis adalah pemeriksaan sputum atau pus untuk
bakteri Gram positif yang berbentuk batang bengkok bercabang, memiliki tonjolan-tonjolan
kecil, lebar kira-kira 1 μm dan panjang hingga 50 μm. Sebagian besar Nocardia tahan
terhadap asam dalam pewarnaan yang menggunakan asam lemah untuk dekolorisasi
(misalnya pewarnaan Kinyoun dan Ziehl-Neelsen yang dimodifikasi). Bakteri ini juga dapat
diwarnai dengan pewarnaan silver.
Gambar 5. Sputum dengan pewarnaan Gram:
dari pasien dengan pneumonia Nocardia.
Identifikasi dari spesimen yang mengandung berbagai flora dapat dilakukan dengan
media selektif (agar asam colistin-nalidixic, agar Thayer-Martin dimodifikasi, atau buffered
charcoal-yeast exctract agar). Nocardia dapat tumbuh pada sebagian besar media jamur
dan mycobacterium, namun prosedur yang dilakukan untuk dekontaminasi spesimen kultur
dapat membunuh Nocardia sehingga biasanya tidak dilakukan ketika pasien dicurigai
mengalami nocardiosis.
Nocardia tumbuh relatif lambat. Koloni dapat membutuhkan waktu hingga 2 minggu
untuk muncul dan bisa jadi tidak menunjukkan karakter khasnya, yaitu misel aerial
berwarna putih, kuning, atau orange, dan substrat misel yang halus dan bercabang, sampai
dengan 4 minggu. Beberapa kultur darah juga mendukung pertumbuhan Nocardia,
walaupun bakteri ini bisa tidak terdeteksi sampai 2 minggu. Pertumbuhan Nocardia sangat
berbeda dari patogen yang umum sehingga laboraturium harus waspada ketika nocardiosis
dicurigai, untuk memaksimalkan kemungkinan isolasi.
Pada pneumonia Nocardia, pewarnaan sputum sering kali negatif. Oleh karena itu,
bronkoskopi atau aspirasi paru biasanya diperlukan kecuali diagnosis dapat dibuat dari lesi
di tempat yang lebih terjangkau. Untuk mengevaluasi kemungkinan disseminata pada
pasien dengan pneumonia Nocardia, riwayat pasien harus didapatkan dengan seksama dan
pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan hati-hati. Gejala yang mendukung dapat didukung
dengan pemeriksaan penunjang.
CT atau MRI kepala, dengan atau tidak dengan materi kontras, harus dilakukan bila
gejala mengindikasikan keterlibatan otak. Beberapa otoritas merekomendasikan pencitraan
otak pada semua kasus pulmoner atau disseminata. Jika terdapat indikasi klinis, cairan
serebrospinal atau urin harus dikonsentrasikan dan dikultur.
Aktinomisetoma, eumisetoma (yang melibatkan jamur), dan botryomikosis
(melibatkan kokus atau basil, sering kali Staphylococcus aureus) sulit dibedakan secara klinis
namun dapat dibedakan dengan uji mikrobiologis. Granula harus selalu dicari pada
discharge apapun. Jika ada, partikel tersebut dibilas dalam larutan saline, diperiksa dengan
mikroskop kemudian dikultur. Perbedaan karakteristik granul-granul dari setiap etiologi
adalah sebagai berikut:
Granul pada aktinomisetoma biasanya putih, kuning pucat, merah jambu atau
merah. Pada mikroskop, akan terlihat massa filamen-filamen halus (0.5–1 μm) yang
padat dan meluas secara radial dari tengah.
Granul pada eumisetoma berwarna putih, kuning, coklat, hitam, atau hijau. Pada
mikroskop akan terlihat massa filamen-filamen yang lebih tebal (2-5 μm) dalam
sebuah matriks.
Granul pada botryomikosis terdiri dari massa kokus ato basilus yang renggang.
Organisme juga dapat dilihat pada discharge luka atau spesimen histologis.
Cara yang paling dapat diandalkan untuk membedakan organisme penyebab
misetoma adalah dengan kultur.
Isolat Nocardia dari sputum atau darah kadang merepresetasikan kolonisasi, infeksi
transien, atau kontaminasi. Pada kasus tipikal kolonisasi saluran napas, spesimen
pewarnaan Gram akan menunjukkan hasil negatif dan kultur hanya positif secara
intermiten. Kultur sputum yang positif pada pasien dengan imunosupresi biasanya
menandakan terjadinya penyakit. Ketika Nocardia diisolasikan dari sputum pasien
immunokompeten tanpa gejala nokardiosis yang nampak, pasien harus diobservasi dengan
hati-hati tanpa pengobatan. Pasien dengan defek imunitas biasanya menerima terapi
antimikroba.
TATA LAKSANA 1
Pasien-pasien dengan penyakit yang parah dapat diberikan terapi kombinasi yang
mencakup TMP-SMX, amikacin, dan ceftriaxone atau imipenem. Perbaikan klinis biasanya
dapat terlihat setelah 1-2 minggu terapi namun juga bisa lebih lama, terutama pada
penyakit SSP. Setelah terdapat perbaikan klinis yang definit, terapi bisa dilanjutkan dengan
satu obat saja (biasanya obat oral) di sebagian besar kasus). Beberapa klinisi menggunakan
dua atau lebih obat di sepanjang terapi, namun belum diketahui apakah banyak obat lebih
baik dari satu obat atau tidak. Penggunaan banyak obat meningkatkan risiko toksisitas. Pada
pasien nocardiosis yang membutuhkan terapi immunosupresi untuk prevensi penyakit yang
dialami atau akan menerima transplantasi, terapi immunosupresi sebaiknya tetap
dilanjutkan.
Penggunaan SMX-TMP pada populasi risiko tinggi untuk mencegah pneumositis atau
infeksi saluran kemih terbukti mengurangi, namun tidak mengeliminasi risiko nocardiosis.
Insidensi nocardiosis cukup rendah sehingga profilaksis yang khusus untuk penyakit ini saja
tidak direkomendasikan.
Tindakan bedah pada penyakit Nocardia mirip dengan penyakit bakteri lainnya.
Abses otak perlu diaspirasi, drainase, dan eksisi jika diagnosis masih belum jelas, atau jika
abses cukup besar dan terjangkau, atau jika abses gagal merespon terhadap kemoterapi.
Abses otak yang kecil atau tidak terjangkau harus diobati secara medis. Perbaikan klinis
biasanya dijumpai setelah 1-2 minggu. Pencitraan otak harus diulang untuk
mendokumentasikan resolusi lesi, walaupun biasanya gejala membaik lebih cepat dari
perbaikan lesi.
Terapi antimikroba biasanya cukup untuk aktinomisetoma Nocardia. Pada kasus yang
dalam atau ekstensif, drainase dan eksisi dari jaringan yang terlibat dapat membantu
penyembuhan, namun struktur dan fungsi jaringan sebaiknya tetap dijaga sebaik mungkin.
Keratitis diobati dengan sulfonamid topikal atau drop amikacin ditambah dengan
sulfonamid, atau obat alternatif yang diberikan secara oral.
Relaps sering terjadi pada infeksi Nocardia (terutama pada pasien dengan penyakit
granulomatosa kronis), sehingga durasi pengobatan yang dibutuhkan biasanya cukup
panjang. Bila penyakit terlalu ekstensif atau respon terhadap terapi lambat, rekomendasi
durasi pengobatan perlu diperpanjang. Dengan pengobatan yang tepat, mortalitas
nocardiosis pulmoner atau disseminata di luar SSP di bawah 5%. Penyakit SSP memiliki
mortalitas yang lebih tinggi. Pasien harus diikuti dengan hati-hati selama setidaknya 6 bulan
setelah terapi dihentikan. Rekomendasi durasi terapi dapat dilihat pada tabel berikut.
PROGNOSIS
Referensi:
1. Longo D, Fauci A, Kasper D, Hauser S, Jameson J, Loscalzo J et al. Harrison's principles
of internal medicine. 18th ed. New York: McGraw-Hill; 2012.
2. Corti M, Villafane-Fioti M. Nocardiosis: a review. Int J Infect Dis. 2003. 7:243-250.
3. Lavalard E, Guillard T, Baumard S, Grillon A, Brasme L, Rodríguez-Nava V, et al. Brain
abscess due to Nocardia cyriacigeorgica simulating an ischemic stroke. Ann Biol Clin
(Paris). 2013. 71(3):345-348.