MANAJEMEN OPERASIONAL
disusun oleh :
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya dan kerja keras penulis, makalah ini dapat diselesaikan. Penulis
menyadari bahwa makalah ini tersusun berkat dukungan dari berbagai pihak.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Sumber Daya
Manusia, Desain Pekerjaan, dan Pengukuran Kinerja ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi bagi pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ............................................................................................................ i
iii
2.5 Metode Analisis ....................................................................... 8
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Strategi sumber daya manusia yang baik adalah berbiaya mahal, sulit untuk
mencapainya, dan sukar untuk mempertahankannya. Adapun tujuan dari strategi
sumber daya manusia adalah untuk mengelola tenaga kerja dan merancang
pekerjaan sehingga para karyawan dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
Pada strategi sumber daya manusia, kita akan memastikan bahwa , para karyawan:
Kualitas kehidupan pekerjaan memadai dapat dicapai ketika kebutuhan fisik dan
kebutuhan psikologis karyawan terpenuhi. Sedangkan komitmen yang saling
menguntungkan artinya adalah bahwa manajemen dan karyawan berusaha dengan
keras untuk mencapai tujuan umum perusahaan. Kepercayaan yang saling
mengutungkan tercermin dalam kebijakan ketenagakerjaan yang memadai dan
dikomentasikan secara jujur serta diimplementasikan secara adil untuk kepuasan
manajemen maupun karyawan. Kualitas pekerjaan memadai dan kepercayaan yang
saling menguntungkan tidak terlalu sulit ketika manajemen memiliki rasa hormat
yang tulus terhadap para karyawan dan kontribusi mereka kepada perusahaan.
2
Dalam mengatasi kendala-kendala dalam strategi sumber daya manusia
dibutuhkan tiga keputusan dalam bidang:
a. Stabilitas Ketenagakerjaan
b. Jadwal Kerja
c. Penggolongan kerja dan Aturan kerja
2.2.1 Kebijakan Stabilitas Ketenagakerjaan
3
2.2.2 Jadwal Kerja
Yaitu dimana jumlah hari kerjanya lebih sedikit tetapi jumlah jam kerjanya lebih
panjang.
Yaitu suatu kebijakan dilakukan dengan cara memindahkan para karyawan pada
status paruh waktu.
Penggolongan pekerjaan dan aturan kerja terbagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Ketat, penggolongan pekeraan dan aturan kerja yang tetap selalu menentukkan
siapa yang mengerjakan apa, kapan, dan dengan kondisi seperti apa mereka akan
melaksanakkannya. Klasifikasi pekerjaan dan aturan kerja ini membatasi
fleksibitas karyawan di tempat kerja.
2. Fleksibel, penggolongan pekerjaan dana aturan kerja terjadi ketika susunan
kepegawaian dan penjadwalan kerja ditentukkan secara fleksibel, sehingga
karyawan bisa lebih efesien dan responsif.
2.3 Desain Pekerjaan
Desain Pekerjaan (job design) menetapkan tugas yang membentuk pekerjaan
untuk individual atau dalam kelompok. Dalam hal ini ada 5 komponen desain
pekerjaan yang akan dibahas, yaitu :
a. Spesialisasi pekerjaan
b. Ekspansi pekerjaan
c. Komponen psikologis
d. Tim yang mandiri
e. Motivasi dan sistem insentif
4
2.3.1 Spesialisasi Pekerjaan
Pada abad ke-18, Adam Smith menyarankan untuk pembagian tenaga kerja yang
juga dikenal sebagai spesialisasi tenaga kerja (labor specialization) yang
bertujuan untuk membantu dalam menurunkan biaya tenaga kerja yang
multitalenta. Hal ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
5
2.3.3 Komponen Psikologis dari Desain Pekerjaan
Yaitu sekelompok orang yang diberdayakan dan bekerja sama untuk meraih
sebuah tujuan yang sama. Tim-tim ini efektif karena pada dasarnya mereka dapat
menyediakan pemberdayaan karyawan, memastikan adanya sifat-sifat pekerjaan
inti, dan memuaskan banyak kebutuhan psikologis serta individu.
Ada 6 keterbatasan dalam memperluas desain pekerjaan dalam tim yang mandiri,
yaitu :
1. Biaya modal yang lebih tinggi, karena dalam perluasan pekerjaan memerlukan
peralatan dan fasilitas tambahan.
2. Perbedaan individual, karena beberapa karyawan memilih pekerjaan yang tidak
rumit.
6
3. Tingkat upah yang lebih tinggi, karena pekerjaan yang diperluas sangat
memerlukan rata-rata tingkat upah yang lebih tinggi.
4. Ketersediaan tenaga kerja yang lebih sedikit, karena pekerjaan yang diperluas
membutuhkan lebih banyak keahlian dan penerimaan lebih banyak tanggung-
jawab, maka persyaratan pekerjaan akan ditingkatkan.
5. Biaya pelatihan yang lebih tinggi, karena perluasan pekerjaan memerlukan
pelatihan dan pelatihan silang. Maka dari itu, anggaran untuk pelatihan perlu
ditingkatkan.
Selain faktor kejiwaan, uang juga sering berfungsi sebagai pemberi motivasi
jiwa maupun kerja. Penghargaan dalam bentuk uang biasanya meliputi :
Umpan Balik kepada Operator, yaitu dimana umpan balik kepada operator
diberikan dengan pandangan, suara, dan perasaan; bukan menghapuskan peluang.
7
Lingkungan Kerja, yaitu lingkungan fisik dimana para karyawan bekerja dapat
memengaruhi kinerja, keselamatan, dan kualitas kehidupan pekerjaan mereka.
Pencahayaan, kebisingan, dan vibrasi, temperatur, kelembaban, dan kualitas udara
merupakan faktor dalam lingkungan kerja yang berada dibawah kendali organisasi
dan manajer operasional.
Pencahayaan perlu, tetapi level yang layak bergantung pada kerja yang
dilaksanakan. Namun, faktor pencahayaan lainnya penting. Hal ini meliputi
kemampuan yang reflektif, kontras dengan permukaan tempat kerja dengan
lingkungan, silau, dan bayangan.
8
2. Aktivitas manusia dan mesin serta aktivitas kru
Analisis ini dilakukan dengan diagram aktivitas (juga dikenal sebagai diagram
manusia-mesin dan diagram kru).
3. Pergerakan badan (terutama lengan dan tangan)
Analisis ini dilakukan dengan menggunakan diagram operasional.
Visual tempat kerja dapat menghilangkan aktivitas yang tidak memiliki nilai
tambah dengan menetapkan standar, permasalahan, dan keabnormalan secara
9
visual. Visual tempat kerja membutuhkan supervisi yang sedikit karena karyawan
memahami standar, melihat hasilnya, dan mengetahui apa yang harus dilakukan.
1. Isi tenaga kerja atas barang yang dihasilkan (biaya tenaga kerja)
2. Kebutuhan pegawai (berapa banyak orang yang akan dipekerjakan untuk
memenuhi produksi yang diperlukan)
3. Estimasi biaya dan waktu sebelum kegiatan produksi (untuk membantu
mengambil berbagai keputusan, dari estimasi biaya hingga keputusan untuk
membuat sendiri atau membeli)
4. Jumlah kru dan keseimbangan kerja (orang yang melakukan apa di dalam suatu
kelompok ativitas atau pada lini produksi)
5. Produksi yang diharapkan (sehingga baik manager maupun pekerja
mengetahui apa yang merupakan hari kerja yang wajar)
6. Dasar perencanaan insentif kerjav(apa yang menjadi acuan untuk memberikan
insentif yang tepat)
7. Efisiensi dalam hal karyawan dan pengawasan (standar yang diperlukan untuk
mengetahui apa yang digunakan dalam penentuan efisiensi)
10
historis mempunyai kelebihan karena untuk memperolehnya relative mudah dan
murah. Standar historis ini biasanya diperoleh dari kartu waktu pekerja atau data
produksi. Walaupun demikian, standar ini tidak obyektif dan kita tidak mengetahui
akurasinya, apakan mereka mencerminkan kecepatan kerja yang layak atau buruk,
dan apakah kejadian yang tidak biasa terjadi telah disertakan dalam perhitungan.
Karena variable ini tidak diketahui, penggunaan teknik ini tidak dianjurkan.
11
8. Mengitung waktu standar (standar time)
Total waktu normal
Waktu standar = 1−faktor cadangan
1. Seberapa akurat yang kita inginkan (misalnya ±5% waktu yang diobservasi
sudah cukupkah?)
2. Tingkat keyakinan yang diinginkan (misalnya, nilai z adalah 95% memadai
atau 99% yang diperlukan?)
3. Berapa banyak variasi yang terjadi di dalam elemen pekerjaan (misalnya,
jika variasinya besar, sampel yang lebih besar yang diperlukan)
zs 2
Ukuran sampel yang dibutuhkan = n = [hx̅]
h = tingkat keakuratan
zs 2
n = [𝑒] dimana e adalah jumlah waktu absolut yang dapat diterima
Σ(𝑥1 −𝑥)2
S=√ 𝑛−1
X = rata-rata observasi
12
n = jumlah observasi dalam sampel
Suatu pembagian pekerjaan manual menjadi elemen dasar kecil yang waktunya
telah ditetapkan dan dapat diterima secara luas. Caranya dengan menjumlahkan
faktor waktu bagi setiap elemen dasar dari pekerjaan. Cara ini membutuhkan biaya
yang besar. Metode yang paling umum adalah metode pengukuran waktu (MTM
= Methods Time Measurement). Standar waktu yang telah ditetapkan merupakan
perkembangan dari gerakan dasar yang disebut sebagai Therblig yang ditemukan
oleh Frank Gilbreth, yang mencakup aktifitas seperti memilih, mengambil,
mengarahkan, merakit, menjangkau, memegang, beristirahat, meneliti.
4. Serikat pekerja cenderung menerima metode ini sebagai cara yang wajar untuk
menetapkan standar,
5. Standar waktu yang telah ditentukan biasanya efektif pada perusahaan yang
melakukan sejumlah besar penelitian pada tugas yang sama.
13
perkiraan biaya aktivitas dan kelonggaran keterlambatan bagi standar pekerja.
Apabila pengambilan sampel ini untuk menetapkan kelonggaran keterlambatan,
maka sering disebut penelitian rasio keterlambatan (ratio delay study). Prosedur
dalam metode ini ada lima langkah sebagai berikut:
3. Buat jadwal pengamatan pada waktu yang layak. Konsep angka acak digunakan
untuk menapatkan pengamatan yang benar-benar acak,
𝑧 2 𝑝(1−𝑝)
Rumus : n= ℎ2
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Mencapai pemanfaatan SDM yang efisien dalam lingkup fungsi operasi yang
merupakan sasaran utama perusahaan karena tenaga kerja sering menjadi bagian
besar dari biaya total produk yang dapat dikendalikan.
2. Desain pekerjaan yang efektif, aman, dan memberikan mutu pelaksanaan kerja
yang baik bagi karyawannya dalam lingkungan yang saling menghormati.
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari dalam makalah ini adalah sebaiknya
perusahaan mampu mengatasi kendala-kendala dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia didalamnya sehingga perusahaan/organisasinya dalam
berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuannya untuk mendapatkan laba
semaksimal mungkin.
15