Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. FH
Umur : 36 tahun
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Alamat : Tawiri
Keluhan utama : Keluar cairan dari jalan lahir sejak 6 jam SMRS
TP : 15 Desember 2017
Riwayat pengobatan :
rumah sakit
Riwayat Menstruasi :
Riwayat Pernikahan :
Riwayat Kontrasepesi :
Riwayat Obstetrik :
Tahun
N Tempat Umur Jenis Penolong Komplikasi Anak
O lahir kehamilan persalinan Hidup/ Mati/ BB
Kel Kel
1 2014 Rumah Aterm PN Bidan - P 2800
C. PEMERIKSAAN FISIK
IMT : 31,9
TANDA VITAL
- TD : 130/80 mmHg
- Nadi : 90x/menit
- Pernapasan : 22 x/menit
a. Kepala : Normocephal
g. Dada : Normochest
h. Abdomen : Cembung, bekas luka operasi (+), striae gravidarum (+), nyeri
tekan (-)
PEMERIKSAAN OBSTETRI-GINEKOLOGI
- TFU : 44 cm
- VT :
- OUE/OUI : terbuka/terbuka
- Pembukaan : 7cm
- Ketuban : (-)
- Kepala : HII
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Elektrokardiografi.
E. RESUME MEDIS
cairan dari jalan lahir yang dialami sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit.
Pasien mengatakan cairan yang keluar jernih dan ada sedikit darah. Pasien
pasien yang dialami sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien
Desember 2017. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas
normal, tinggi badan 168cm dan berat badan 90kg. Pada pemeriksan obstetri
didapat TFU 44 cm dengan TBJ seberat 5115 gram. HIS (+) 3-4 kali dalam
10 menit, durasi 40-60 detik, DJJ (+) 154 x/menit. Pada pemeriksaan
dalam vagina didapatkan pembukaan 7cm, ketuban (-), kepala HII. Pada
F. DIAGNOSIS KERJA
Obesitas
G. TATALAKSANA
a. Non Medikamentosa
- Observasi keluhan.
- Pasang kateter
- Puasa
b. Medikamentosa
- Menyarankan ibu tidur miring kiri, tetap tenang, dan tidak stres
H. LAPORAN OPERASI
Diagnosis pre operasi : G2P1A0 hamil postterm impartu kala 1 fase aktif
I. PROGNOSIS
Kamis - Nyeri luka operasi - KU: Baik P2A0 post SC Observasi tanda vital,
04/01/18 seperti tertusuk-tusuk. - VAS 6. + makrosomia keadaan umum, perdarahan,
- Tanda vital: + Obesitas dan kontraksi
15.30 TD:130/80 mmHg Sp.OG:
N: 80x/mnt - IVFD RL + oxytocin 20
S: 36,2⁰C IU/8 jam
RR: 20x/mnt - Ceftriakson 1gr/12jam/ iv
Status generalis: - Metronidazole 0,5gr/8jam/
- Mata : CA -/-, SI -/- drip
- Thorax: - Tramadol 3x100 gr drip
- Jantung: dbn - Ketorolac 30gr/8jam/ iv
- Paru: dbn - Asam Tranexamat
- Mammae: ASI (+) 500mg/8jam/iv
- Abdomen: supel, BU (-) Pemeriksaan HB dan GDS 6
- Ekstremitas: akral jam Post Op
hangat.
Kateter terpasang dengan
baik
Jumat - Nyeri luka operasi - KU: Baik P2A0 post SC Observasi tanda vital,
5/01/18 berkurang - VAS 3. + makrosomia keadaan umum, perdarahan,
09.00 - Tanda vital: + Obesitas dan kontraksi
TD:120/90 mmHg - IVFD RL + oxytocin 20
N: 82x/mnt IU/8 jam
S: 36,5⁰C - Ceftriakson 1gr/12jam/ iv
RR: 18x/mnt - Metronidazole 0,5gr/8jam/
Status generalis: drip
- Mata : CA -/-, SI -/- - Tramadol 3x100 gr drip
- Thorax: - Ketorolac 30gr/8jam/ iv
- Jantung: dbn - Asam Tranexamat
- Paru: dbn 500mg/8jam/iv
- Mammae: ASI (+)
- Abdomen: supel, BU (-)
- Ekstremitas: akral
hangat.
- Status obstetri:
TFU: 1 JBPST
Uterus: kontraksi (+),
perdarahan aktif (-),
Lochia (+)
Kateter terpasang dengan
baik
HB Post Op: 12,6 g/dl
GDS: 119 mg/dL
Sabtu - Nyeri luka operasi - KU: Baik P2A0 post SC Observasi keadaan umum,
6/01/18 berkurang - VAS 3. + makrosomia tanda vital, perdarahan, nyeri
- Tanda vital: luka operasi.
TD:120/80 mmHg Aff Infus
N: 76x/mnt Ganti Obat Oral
S: 36,5⁰C - Cefadroxil 2x500 mg tab
RR: 20x/mnt - Asam mefenamat 3x500
Status generalis: mg tab
- Mata : CA -/-, SI -/- - Sohobion 1x1 tab
- Thorax: Aff kateter
- Jantung: dbn GV Besok
- Paru: dbn
- Mammae: ASI (+)
- Abdomen: supel, BU (-)
- Ekstremitas: akral
hangat.
- Status obstetri:
TFU: 2 JBPST
Uterus: tenang,
perdarahan aktif (-),
Lochia: (+)
Minggu - Nyeri luka operasi - KU: Baik P2A0 post SC Cefadroxil 2x500 mg tab
6/01/18 berkurang - VAS 2. + makrosomia Asam mefenamat 3x500 mg
- - Tanda vital: + Obesitas tab
TD:110/80 mmHg Sohobion 1x1 tab
N: 80x/mnt GV hari ini
S: 36,2⁰C BLPL
RR: 18x/mnt Edukasi :
Status generalis: - kontrol di bidan atau
- Mata : CA -/-, SI -/- puskesmas setelah 3 hari
- Thorax: untuk ganti perban
- Jantung: dbn - diet tinggi protein dan
- Paru: dbn jaga hygiene luka operasi
- Mammae: ASI (+) serta luka operasi tidak
- Abdomen: supel, BU (-) boleh basah.
- Ekstremitas: akral
hangat.
- Status obstetri:
TFU: 2 JBPST
Iv/u: tenang, perdarahan
aktif (-), Lochia: (+)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Makrosomia atau bayi besar adalah berat badan lahir bayi melebihi dari 4000
gram. Menurut Cunningham semua neonatus dengan berat badan 4000 gram atau
B. EPIDEMIOLOGI
Janin dengan berat badan yang besar untuk usia kehamilannya atau
makrosomia mempunyai risiko yang tinggi untuk mengalami distosia bahu, asfiksia
pada saat persalinan, trauma persalinan, kematian janin dan non insulin dependent
diabetes mellitus. Selain itu janin yang besar juga memberikan risiko untuk ibunya.
Insiden bayi dengan berat badan lebih dari 4500 gram 10 kali lebih sering pada
untuk batasan berat badan lebih dari 4000 gram dan kurang dari 1% bila memakai
batasan berat badan lebih dari 4500 gram. Insidensi bayi dengan berat badan yang
berlebihan ini cenderung meningkat dalam abad ke 20. Contohnya menurut William,
insidensi bayi lahir dengan berat badan lebih dari 5000 gram 1-2 per 10.000
kelahiran, sedangkan di RS.Parkland dari tahun 1998 – 2002 adalah 15 per 10.000
kelahiran.3
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN JANIN
Ukuran akhir besarnya bayi pada saat dilahirkan merupakan hasil interaksi antara
faktor genom janin dan lingkungan maternal. Peran faktor genetic terhadap tumbuh
kembang janin diperkirakan kurang lebih 30-60%. Walaupun faktor genetik dalam
regulasi pertumbuhan janin diturunkan oleh kedua orang tua, namun genetik maternal
1. Faktor Genetik
trimester terakhir. Pada kasus kehamilan dengan diabetes, janin lebih rentan
Contohnya, pada zigot ginogenetik (dua kopi genom maternal) terjadi ganaguan
transfer inti zygot menunjukkan bahwa zygot androgenetik (dua kopi genom
Beberapa gen telah berhasil dipetakan sebagai gen maternal dan paternal.
Insulin-like growth factor I (IGF-I) dan IGF-II merupakan dua produk protein
dari gen yang khusus mengatur perkembangan sel-sel trofoblas yang membentuk
plasenta. Delesi pada gen IGF-I dan IGF II akan menyebabkan terjadinya
2. Faktor Epigenetik
umum seperti, umur ibu, paritas, status gizi, penyakit dan kebiasaan ibu
sirkulasi, misalnya faktor endokrin atau yang disintesis lokal seperti parakrin,
janin.4
adalah:
a. Ukuran Uterus
bagi janin terbatas. Contohnya embrio dari keturunan yang kecil bila
ditransplantasikan ke uterus yang besar akan bertumbuh lebih besar
Sebaliknya embrio dari keturunan yang besar yang ditransfer ke uterus yang
kecil akan bertumbuh lebih kecil dibandingkan bila dia berada dalam uterus
yang besar. Jadi jelas bahwa janin kecil dari orang tua yang kecil dan janin
besar dari orang tua yang besar bukan merupakan gambaran restriksi
b. Nutrisi Ibu
Asupan kalori dan protein harus kurang dan 50% sebelum terjadi restriksi
pertumbuhan. Hal yang sama juga berlaku pada makrosomia yang umumnya
c. Plasenta
janin dengan cara menjadi mediator sistem maternal untuk mengenali dan
tempat untuk pengambilan nutrisi dan pengeluaran limbah dan juga untuk
pertahanan melawan patogen. Kegagalan pertumbuhan plasenta
fungsional antara janin dan plasenta juga penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin.5
D. FAKTOR RISIKO
mempunyai pertambahan berat badan yang berlebihan selama kehamilan atau dengan
korelasi yang paling kuat ditemukan pada ibu dengan diabetes melitus, obesitas dan
kehamilan lewat waktu dengan risiko makrosomia berkisar antara 5 – 15 persen. Bayi
dengan berat badan 4250 gram yang dilahirkan oleh ibu penderita diabetes
mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengalami distosia bahu dibandingkan
dengan bayi dengan berat badan sama yang dilahirkan oleh ibu non diabetes. Insiden
diabetes maternal meningkat bila berat badan bayi melebihi 4000 gram, namun perlu
ditekankan bahwa insiden diabetes pada ibu yang melahirkan bayi makrosomia tidak
besar. Di RS.Parkland dari 13.805 bayi yang lahir dengan berat badan lebih dari 4000
gram hanya 823 atau 6 persen yang lahir dari ibu penderita diabetes.6
Multiparitas
Umur ibu
Janin laki-laki
E. DIAGNOSIS
Sampai saai ini perkiraan yang akurat terhadap besar janin dalam uterus masih
sulit dilakukan, sehingga diagnosis makrosomia seringkali tidak dapat dibuat sampai
pemeriksaan fisik sering dihubungkan dengan keadaan ibu seperti adanya obesitas.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk memperbaiki ketepatan perkiraan berat janin
meramalkan berat janin kecil dan preterm, terapi masih kurang akurat untuk
meramalkan berat janin yang sangat besar. Seperti yang terlihat pada grafik dibawah,
seorang bayi yang diramalkan berberat 4000 g pada kenyataannya dapat berberat
badan jauh lebih besar atau lebih kecil dari pada yang diramalkan.1
Hasil serupa juga dilaporkan oleh Jazayeri 1999. Rouse 1996, mengulas 13
penelitian sejak 1985 sampai 1995 yang melaporkan sensitivitas dan spesifisitas
ramalan ultrasonik pada janin makrosomik. Berbagai metode tersebut didapati hanya
mempunyai sensitivitas yang sedang (60 persen) untuk diagnosis akurat makrosomia,
tetapi spesifisitas yang lebih tinggi (90 persen) dalam menyingkirkan ukuran janin
yang berlebih. Sayangnya, belum ditemukan suatu rumus yang mampu menyajikan
perkiraan makrosomia janin dengan nilai prediktif yang cukup akurat dan bermanfaat
penggunaan data sonografik secara klinis untuk memperkirakan berat janin yang
lebih besar harus ditangguhkan. Adashek dan kawan-kawan 1996 menemukan bahwa
para ibu yang menjalani pemeriksaan ultrasonografi dalam 4 minggu gestasi terakhir
mempunyai risiko seksio sesarea yang jauh lebih tinggi jika perkiraan besar janin
melebihi 4000 g. Mereka menyimpulkan bahwa perkiraan berat janin dari pengukuran
perkiraan ini secara rutin untuk menemukan makrosomia tidak dianjurkan. Temuan-
temuan dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa perkiraan berat janin dengan
pemeriksaan fisik pada wanita hamil sama baiknya atau bahkan lebih baik daripada
on Macrosomia, ada tiga metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi bayi
dengan berat badan 4000 gram atau lebih yaitu pemeriksaan ultrasonografi (diameter
biparietal, panjang femur, kepala, dan lingkar perut), pemeriksaan fisik (pengukuran
badan lahir lebih atau sama dengan 4000 gram.1 Namun untuk menentukan bayi
makrosomia merupakan hal yang sulit. Menurut kepustakaan ada tiga metode utama
yang dapat digunakan untuk memprediksi bayi makrosomia. Ketiga metode utama
dikenali, namun meskipun wanita hamil memiliki satu atau dua faktor risiko
kemungkinan mendapatkan bayi makrosomia hanya 32%. Sedangkan ada 34% bayi
makrosomia lahir dari ibu yang tidak memiliki faktor risiko apapun dan 38% lahir
dari ibu dengan satu faktor risiko.7 Penentuan makrosomia dengan cara palpasi
Leopold juga memiliki kelemahan. Pemeriksaan fisik dengan manuver leopold dapat
dipengaruhi oleh habitus ibu hamil, adanya hidramnion, kehamilan kembar, dan
adanya tumor dalam uterus. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa mean error
dengan metode palpasi adalah 300 gram. Pemeriksaan dengan USG tidaklah lebih
unggul namun sejumlah penelitian menuliskan bahwa pemeriksaan USG lebih akurat
F. PENANGANAN
wanita dari persalinan per vaginam yang kemungkinan besar akan mengalami
kemacetan akibat disproporsi fetopelvis sejati atau penyulit distosia bahu. Terdapat
beberapa pendekatan kontroversial untuk mencegah penyulit persalinan pada
sebagai suatu cara menghindari pertumbuhan janin lebih lanjut. Akan tetapi, induksi
persalinan belum terbukti dapat menurunkan angka sesar atau distosia bahu. Kedua,
sesar elektif. Protokol sesar rutin pada wanita pengidap diabetes dengan janin yang
secara sonografis diperkirakan memiliki berat 4250 gram atau lebih dilaporkan secara
Kekhawatiran utama dalam melahirkan janin makrosomia adalah distosia bahu dan
risiko kelumpuhan pleksus brakialis. Distosia bahu terjadi jika panggul ibu memiliki
ukuran cukup untuk melahirkan kepala janin, tetapi tidak cukup besar untuk
Ketika estimasi berat badan janin lebih dari 4500 gram dengan perpanjangan kala
Sectio cesarea dipertimbangkan pada ibu nondiabetik dengan estimasi berat badan
janin lebih dari 5000 gram dan lebih dari 4500 gram pada ibu diabetes.
cesarea. Hal ini untuk menghindari kompilkasi-komplikasi yang dapat terjadi selama
makrosomia pada kondisi kepala bayi sudah berada pada bidang Hodge IV dan pada
keadaan panggul ibu cukup luas selain itu penolong harus mempersiapkan diri
terhadap kemungkinan yang dapat terjadi selama persalinan misalnya distosia bahu.
pada bayi dengan makrosomia dan mampu menggunakan teknik-teknik yang sesuai
untuk melahirkan bayi dengan aman. Hindari traksi yang terlalu kuat. Bahu dapat
1. Intervensi klinis
diabetes, satu percobaan klinis kecil mengevaluasi efek dari intervensi diet
penurunan berat badan lahir lebih besar dari persentil ke-90 dari 45 persen di
antara peserta penelitian diobati dengan diet hanya untuk 13 persen di antara
makrosomia janin, dan hasil dari studi kohort besar mengkonfirmasi hal ini.
Namun, tidak ada data yang tersedia tentang peran pembatasan diet selama
memiliki diabetes. 9
2. Section Caesarea
pervaginam lebih tinggi dengan peningkatan berat badan lahir, operasi Caesar
mengurangi, tetapi tidak menghilangkan resiko ini. Selain itu, hasil uji coba
profilaksis bila ada perkiraan berat janin yang tidak diketahui spesifik. Hasil
dari 4.000 g. Meskipun demikian, hasil laporan tersebut, bersama dengan data
untuk tersangka janin makrosomia dengan perkiraan berat kurang dari 5.000
g, meskipun beberapa penulis setuju bahwa kelahiran Caesar dalam situasi ini
harus dipertimbangkan9
3. Induksi persalinan
Pada kasus pasien dengan suspek janin makrosomia, bukti saat ini
tidak mendukung induksi dini dari persalinan. Hasil dari laporan terakhir
mengindikasikan induksi persalinan setidakna menggandakan resiko
morbiditas bayi, walaupun hasil dipengaruhi oleh sejumlah kecil sampel dan
G. KOMPLIKASI
yang dapat menimbulkan trauma hebat bagi ibu dan bayi. Komplikasi yang lain yang
juga dapat terjadi pada makrosomia ialah perdarahan postpartum, tapi pada kasus ini
tidak terjadi.1,9
Bayi besar yang sedang berkembang merupakan suatu indikator dari efek ibu.
Walaupun dikontrol dengan baik dapat timbul pada janin, maka sering disarankan
persalinan yang lebih dini sebelum aterm. Situasi ini biasanya dinilai pada sekitar
penurunan kepala janin dan diatas serviks. Bersama dengan pertimbangan terhadap
hal ini sebenarnya dapat dihindarkan dengan seksio sesarea yang terencana.
Walaupun demikian, yang perlu dingat bahwa persalinan dari bayi besar (baby giant)
dengan jalan abdominal bukannya tanpa resiko dan hanya dapat dilakukan oleh
dokter bedah kebidanan yang terampil. Bayi besar juga kerap menjadi penyulit pada
saat persalinan normal, karena dapat menyebabkan cedera baik pada ibu maupun
b. Perdarahan
2. Pada bayi
a. Terjadinya distosia bahu yaitu kepala bayi telah lahir tetapi bahu
b. Asfiksia pada bayi sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan untuk
melahirkan bahu.
lengan.
bahu.
H. PENCEGAHAN
ukuran janin yang sedang berkembang. USG pelvimetri dapat memberikan informasi
lebih lanjut. Bila terlihat uterus yang sangat besar, hidramnion, atau ukuran janin
yang sangat besar, atau janin lebih dari satu merupakan hal yang perlu
mengantisipasi makrosomia:
3. Konsultasikan pola makan dan asupan gizi semasa hamil dengan dokter.
4. Sesuaikan kenaikan berat badan ibu selama kehamilan antara 8-12 kg.
daging, tahu, tempe) vitamin dan mineral (sayur dan buah buahan).
gula, mie, roti/kue, dll. Melakukan USG secara rutin selama kehamilan, sehingga
dapat memantau penambahan berat badan bayi selama dalam kandungan dan
Prognosis makrosomia adalah dubia ad malam baik dari pihak ibu maupun
janin jika dilakukan persalinan pervaginam. Selama kehamilan khususnya pada ibu
Selama persalinan dapat terjadi persalinan memanjang (kala II lama), ruptura jalan
lahir, perdarahan postpartum. Selama masa nifas dapat terjadi sepsis puerperalis,
dapat terjadi kematian janin dalam rahim, maturasi paru terlambat. Selama persalinan
dapat terjadi distosia bahu, cedera pleksus brachialis dan saraf facialis. Pada bayi
DISKUSI
Makrosomia atau bayi besar adalah berat badan lahir bayi melebihi dari 4000
gram. Menurut Cunningham semua neonatus dengan berat badan 4000 gram atau
lebih tanpa memandang usia kemilan dianggap sebagai makrosomia. Namun untuk
menentukan bayi makrosomia merupakan hal yang sulit. Menurut kepustakaan ada
tiga metode utama yang dapat digunakan untuk memprediksi bayi makrosomia.
Ketiga metode utama tersebut adalah penilaian faktor-faktor risiko, palpasi uterus
Pada kasus ini didiagnosa dengan suspek makrosomia oleh karena pada
pemeriksaan taksiran berat badan janin berdasarkan TFU didapatkan sebesar 5115
gram, namun ternyata setelah bayi lahir berat badan bayi sebesar 4096 gram.
Kesalahan ini dapat terjadi karena pemeriksa kurang tepat menentukan tinggi fundus
uterus. Hal ini dapat terjadi pada ibu dengan obesitas sehingga memiliki lapisan
lemak yang tebal pada dinding abdomen atau dapat juga terjadi ketika sedang
pemeriksaan leopold uterus dalam keadaan kontraksi. Pada kasus ini kemungkinan
Diagnosa pasti makrosomia hanya dapat ditentukan setelah bayi lahir. Pada
kasus ini terbukti bayi tersebut adalah bayi makrosomia karena seteleh ditimbang
berat badan bayi tersebut adalah 4096 gram. Penyebab makrosomia pada kasus ini
diduga akibat obesitas maternal dimana berat ibu 90 kg, sesuai teori yang mengatakan
bahwa faktor resiko terjadinya makrosomia adalah IMT ibu yang > 30. Untuk
menyingkirkan penyebab lain terjadinya makrosomia pada ibu ini dapat dilakukan
yang merupakan salah satu penyebab tersering terjadinya bayi makrosomia pada
pasien ini menunjukkan hasil dalam batas normal yaitu 119 gr/dL.
cesarea. Hal ini untuk menghindari kompilkasi-komplikasi yang dapat terjadi selama
sesarea cito dikarenakan kondisi janin yang sudah tidak ada ketuban dan sudah ada
tanda-tanda impart. Selain itu, pada pasien ini direncanakan untuk dilakukan seksio
resiko yang ada pada pasien ini yaitu usia pasien sudah 36 tahun dan berat badan 90
Prognosis pada kasus ini dapat ditinjau dari ibu dan bayi. Dari pihak ibu
prognosis pada kasus ini sebelum dilakukan operasi adalah dubia ad bonam karena
persalinan dilakukan dengan cara seksio sesarea dengan persiapan yang cukup baik
dan tidak ada penyulit yang bermakna serta keadaan ibu baik sebelum operasi.
Prognosis selama operasi dubia ad bonam karena selama operasi berjalan dengan baik
tanpa komplikasi yang bermakna. Prognosis post operasi juga dubia ad bonam hal ini
dinilai dari selama observasi pada ibu post seksio sesarea tidak ada keluhan yang
bermakna ataupun terjadi komplikasi post seksio sesarea seperti perdarahan post
partum, dan infeksi. Dari pihak janin prognosisnya adalah dubia ad bonam karena
setelah dilakukan seksio sesarean didapati apgar skornya yaitu 8-9. Ibu dan bayi
D. Fetal Growth Disorders In: Williams obstetrics. 22nd ed. USA. McGraw Hill,
2005. p. 893-910.
Obstetrics ang Gynecology. 10th ed. New York. Mc. Graw Hill. 2007. p. 288-310.
B, editors. High risk pregnancy management option. 2 nd ed. New York: W.B
2003;3 No.6:e119-127.
2000. p. 326-35.
Practice 2003:15.