Anda di halaman 1dari 24

Kepekaan terhadap stimulus merupakan salah satu ciri utama kehidupan.

Tujuan akhir dari respon


adalah untuk mempertahankan hidupnya. Respon heawan terhadap lingkungannya bervariasi
tergantung dari jenis dan intensitas stimulus, jenis spesies, stadium perkembangan, umur, kondisi
fisiologis dan kisaran toleransi terhadap lingkungannya.
Apabila kondisi lingkungan menjadi sangat tidak baik, maka yang terjadi adalah, pertama, hewan
meninggalkan tempat itu dan mencari tempat dengan kondisi yang lebih baik. Kedua, hewan
memberikan respon tertentu yang mampu mengatasi efek negative perubahan tersebut. Ketiga,
hewan itu akan mati.
RESPON DASAR HEWAN
Selama periode ontogeny pada hewan dikenal tiga macam respon dasar yaitu respon pengaturan,
respon penyesuaian, dan respon perkembangan. Mekanisme ketiga respon itu berdasarkan sistem
umpan balik negatif. Agar mekanisme itu berhasil maka respon yang dihasilkan harus sesuai
besarnya, waktu tepat dan berlangsung cukup cepat.
Respon Reversibel
Tipe respon dasar hewan yang reversible dan paling sederhana adalah respon pengaturan
(regulatori). Rspon fisiologi terjadi sangat cepat (refleks). Contoh: perubahan pupil mata terhadap
intensitas cahaya.
Tipe respon lain yang bersifat reversible adalah respon penyesuaian (aklimatori), berlangsung lebih
lama dari respon regulatori karena proses yang fisiologi yang melandasinya melibatkan perubahan
struktur dan morfologi hewan. Contoh: di lingkuan bertekanan parsial oksigen rendah, terjadi
proliferasi dan pengingkatkan jumlah eritrosit, tubuh terdedah pada kondisi kemarau terik, kulit
mengalami peningkatan pigmentasi. Respon aklimatori umum terdapat pada hewan berumur
panjang, yang menghadapi perubahan kondisi musiman. Reversibilitas respon penting sekali karena
tiap tahun kondisi khas musimana selalu berulang.
Respon Tak-reversibel
Tipe respon tak-reversibel selama ontogeny adalah respon perkembangan. Respon berlangsung
lama karena melibatkan banya proses yang menghasilkan perkembangan beraneka ragam macam
struktur tubuh. Hasilnya bersifat permanen dan tak reversible. Contoh : perubahan jumlah mata
facet pada Drosophila yang dipelihara pada suhu tinggi, atau terbentuknya keturunan cacat akibat
respon perkembangan embrio terhadap senyawa teratogenik dalam lingkungannya.
AKLIMATISASI DAN ADAPTASI
Alkimatisasi dan adaptasi merupakan perwujudan respon terhadap lingkungannya. Aklimatisasi
terjadi pada periode ontogeny, reversible, dan tidak diwariskan. Yang serupa dengan aklimatisasi
adalah aklimasi. Perbedaannya aklimatisasi menyangkut banyak faktor alami, aklimasi digunakan
untuk satu atau dua faktor yang terjadi dalam lingkungan terkontrol di laboratorium. Contoh :
respon Rana pipiens berupa laju konsumsi oksigen pada kondisi suhu tertentu menjadi berbeda
setelah mengalami aklimasi, dan perubahan ini tidak langgeng.
Adaptasi melibatkan perubahan yang diakibatkan seleksi alam, bersifat herediter, dan proses
berlangsung meliputi sejumlah besar generasi yang berurutan. Terdapat tiga macam hasil proses
adapatasi pada hewan, yaitu:
Adaptasi Fisiologis
Adaptasi fisiologis (adaptasi fungsional) adalah seluruh perangkat kemampuan fisiologis untuk
menghadapi kondisi lingkungannya, meliputi proses kimiawi, substansi kimiawi, enzim, ko-enzim
serta hormon yang terlibat pada proses tersebut. Adapatasi fiologis biasa didukung oleh adaptasi
structural dan perilaku.
Adaptasi Morfologis
Contoh: Koral Madrepora berbeda bentuk pada lingkungan yang berbeda. Adanya kesamaan corak
dan kondisi lingkungan, mungkin menghasilkan bentuk yang serupa pada berjenis-jenis hewan dari
kelompok yang bertaksonomi perkerabatan jauh. Contoh: berbagai jenis ikan dan mamalia yang
hidup di lautan. Adaptasi structural menyangkut seluruh aspek hidup hewan. Misal: tipe mulut pada
Insecta dan tipe paruh pada burung sesuai dengan jenis makanannya.
Adapatasi dari berbagai struktur tubuh saling mendukung untuk melakuakn suatu fungsi hidup, misal
pada burung karnivor memiliki paruh yang kukuh dah tajam, penglihatan tajam, daya terbang baik
dan kaki bercakar kuat. Adaptasi tidak hanya menyangkut bentuk dan besar struktur, melainkan juga
warna, pola pewarnaan, dan aspek fenotip lainnya.
Aturan mengenai adaptasi structural pada hewan:
- Aturan Bergmann: Hewan yang hidup di suhu tinggi cenderung bertubuh kecil dibandingkan
kerabatnya yang hidup di daerah suhu rendah.
- Aturan Allen: Paruh, daun telinga, ekor dan bagian tubuh yang terjulur lainnya, cenderung lebih
pendek pada hewan yang hidup di daerah bersuhu rendah dibandingkan dengan kerabatnya yang
hidup di daerah bersuhu tinggi.
- Aturan Gloger: Hewan homoterm di daerah beriklim panas dan lembab cenderung berpigmen
hitam, di daerah kering berpigmen kuning, coklat dan merah, dan pada daerah dingin pigmen
mengalami reduksi.
- Aturan Jordan: Jumlah vertebrata pada jenis-jenis ikan di perairan bersuhu rendah cendurung lebih
sedikit dibandingkan dengan di peraiaran bersuhu tinggi.
- Sayap dari jenis burung di daerah pegunungan atau beriklim dingin cenderung berukuran lebih
panjang dibandingkan dengan yang di dataran rendah atau beriklim panas.
Respon dan Adaptasi Perilaku
Perilaku hewan merupakan aktivitas terarah berupa respon terhadap kondisi dan sumber daya
lingkungan. Terjadinya suatu perilaku melibatkan peranan reseptor dan efektor serta koordinasi
saraf dan hormon. Jenis efektor yang paling berperan adalah otot-otot tubuh.
Perilaku pada hewan rendah seluruhnya ditentukan secara genetic, bersifat khas, terjadi secara
otomatis. Pada hewan tinggi banyak mengandung komponen yang tidak bersifat herediter,
melainkan proses belajar yang dipengaruhi faktor lingkungan. Pada Invertebrata berupa taksis atau
refleks, pada serangga berupa instink dan pada manusia ditentukan oleh komponen belajar dan
menalar.
Taksis
Adalah berbagai perilaku Invertebrata dan Vertebrata rendah, berupa gerakan di tempat maupun
berpindah tempat dengan jalan berkerut, meregang, membelokkan tubuh dan sebagainya. Stimulus
dapat berupa cahaya (foto-), suhu (termo-), sentuhan (tigmo-), arus air (reo-) dan sebagainya.
Respon perilaku hewan mobil yang berupa gerakan yang terorientasi langsung pada sumber stimulus
dan meliputi gerakan berpindah tempat disebut taksis. Misal termotaksis negative atau tigmotaksis
positif. Hewan Invertebrata sesil juga perilakunya terorientasi langsung pada sumber stimulus, hanya
memeperlihatkan gerakan seluruh atau sebagian tubuhnya tanpa berpindah tempat disebut
tropisme. Misal Respon kemotropi negative Hydra terhadap larutan asam (tentakel dan tubuh
mengkerut). Kinesis merupakan gerakan yang tidak terorientasi langsung pada sumber stimulus dan
dicapainya situasi akhir terjadi melalui gerakan coba-coba. Misal Jenis Protozoa berpindah tempat
karena respon kemikinesis negative.
Refleks
Sejumlah gerakan atau perilaku hewan umumnya berlangsung secara refleks, meskipun frekuensinya
berkurang pada hewan tinggi. Refleks merupakan gerakan otomatis yang terjadi aakibat
beroperasinya mekanisme reseptor sederhana, dn proporsional terhadap besarnya stimulus. Pada
hewan rendah, berbagai aktivitas penting terjadi sebagai seurutan refleks-refleks. Misal pada lalat.
Refleks merupakan salah satu komponen dasar dari perilaku yang mempunyai nilai kesintasan.
Refleks akan menjauhkan hewan dari kondisi membahayakan dan memanfaatkan sumber daya
lingkungannya.
Perilaku Naluriah
Naluri (instink) dalam arti perilaku atau landasan pendorong yang merupakan terjadinya perilaku itu.
Perilaku naluriah didefinisikan sebagai suatu perilaku yang rumit, khas spesies, testerotipe, herediter
dan terjadi otomatis oleh induksi stimulus kunci atau stimulus syarat. Respon ini bersifat tidak
proporsional dengan intensitas stimulus.
Instink memerlukan mekanisme saraf, namun yang paling utama karena timbulnya dorongan (drive)
yang timbul karena mencapai status fisiologis tertentu (motivasi) dengan “mood” yang tepat. Bila
dikombinasikan dengan stimulus sinyal yang tepat dari lingkungan akan mewujudkan instink.
Stimulus isyarat dapat berupa bentuk, warna, suara/nyanyian, feromon, sentuhan dan sebagainya.
Belajar
Belajar merupakan perubahan perilaku akibat suatu pengalaman, berarti respon terhadap suatu
stimulus tertentu menjadi berubah dibandingkan sebelumnya. Terjadi pada Vertebrata tinggi, dan
paling efektif pada usia muda.
Macam-macam corak belajar:
- Habituasi (pembiasaan), hewan tidak lagi memberikan respon pada suatu stimulus yang tidak
memberikan arti dalam kehidupannya. Misal: anak hewan mengindari bunyi/gerakan tiba-tiba,
setelah tahu tidak memberikan efek buruk, maka stimulus tidak diacuhkan lagi.
- Pengkondisian, suatu stimulus yang tadinya tidak mengandung arti, setelah melalui pengalaman
menjadi penting, yakni terbinanya kesan hubungan antara stimulus dengan ganjaran. Misal respon
anjing yang diberi stimulus visual dan auditori.
- Imprinting (perekaman), perilaku naluriah mengikuti induk. Misal anak itik yang ditetaskan secara
terisolasi, akan terus mengikuti manusia atau objek bergerak yang pertama kali dilihatnya.
- Imitating (meniru), suatu individu dalam kelompok akan melakukan gerakan atau aktiviatar
tertentu (berlari, bernyanyi, makan dll) yang sama denga individu lain dalam kelompok. Terjadi pada
hewan yang bersifat gregarious.
- Trial and Error (coba-coba), eliminasi dari semua stimulus dan respon, kecuali yang relevan, dengan
diperolehnya ganjaran atau hukuman. Misalnya anak ayam mematuki sembarang objek, lalu hanya
mematuki makanannya saja.
- Reasoning (menalar), meliputi terjadinya proses pembinaan suatu kesan hubungan antara objek
dengan objek, kejadian dengan kejadian atau objek dengan kejadian, untuk kemudian diwujudkan
dalam bentuk respon perilaku yang tepat, tanpa didahului coba-coba. Hanya terjadi pada mamalia
tingkat tinggi, misal lumba-lumba, anjing dan kera. Misal kera yang terkurung mengambil pisang di
luar dengan tongkat. Menalar atau belajar konsepsional paling baik perkembangannya pada manusia,
karena perkembangan bagian korteks otaknya paling baik.
Adaptasi Tingkah laku Makhluk Hidup

ADAPTASI TINGKAH LAKU PADA MAKHLUK HIDUP


Dalam mempertahankan hidup, seti jenis dihadapkan pada masalah-masalah hidup yang
kritis. Misalnya, seekor hewan harus mendapatkan makanan, mempertahankan diri terhadap
musuh alaminya, serta memelihara anaknya. Untuk mengatasi masalah tersebut, organisme
harus memiliki struktur khusus seperti : duri, sayap, kantung, atau tanduk. Hewan juga
memperlihatkan tingkah laku tertentu, seperti membuat sarang atau melakukan migrasi yang
jauh untuk mencari makanan. Struktur dan tingkah laku demikian disebut adaptasi.
Dari pengertian adaptasi tersebut, ada tiga macam bentuk adaptasi, yaitu:
a. adaptasi fisiologi
b. adaptasi tingkah laku,
c. adaptasi morfologi.
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku/perilaku
terhadap lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat berubah warna kulit sesuai
dengan warna yang ada di lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk menyembunyikan diri.
 Mimikri

Mimikri adalah teknik manipulasi warna kulit pada binatang seperti misalnya bunglon
yang dapat berubah-ubah sesuai warna benda di sekitarnya agar dapat mengelabuhi binatang
predator/pemangsa sehingga sulit mendeteksi keberadaan bunglon untuk dimangsa. Jika
bunglon dekat dengan dedaunan hijau maka dia akan berubah warna kulit menjadi hijau, jika
dekat batang pohon warna coklat, dia juga ikut ganti warna menjadi coklat, dan lain
sebagainya.

 Hibernasi

Hibernasi adalah teknik bertahan hidup pada lingkungan yang keras dengan cara tidur
menonaktifkan dirinya (dorman). Hibernasi bisa berlangsung lama secara berbulan-bulan
seperti beruang pada musim dingin. Hibernasi biasanya membutuhkan energi yang sedikit,
karena selama masa itu biantang yang berhibernasi akan memiliki suhu tubuh yang rendah,
detak jantung yang lambat, pernapasan yang lambat, dan lain-lain. Binatang tersebut akan
kembali aktif atau bangun setelah masa sulit terlewati. Contoh hewan yang berhibernasi yaitu
seperti ular, ikan, beruang, kura-kura, bengkarung, dan lain-lain.

 Autotomi
Autotomi adalah teknik bertahan hidup dengan cara mengorbankan salah satu bagian
tubuh. Contoh autotomi yaitu pada cicak / cecak yang biasa hidup di dinding rumah, pohon,
dll. Cicak jika merasa terancam ia akan tega memutuskan ekornya sendiri untuk kabur dari
sergapan musuh. Ekor yang putus akan melakukan gerakan-gerakan yang cukup menarik
perhatian sehingga perhatian pemangsa akan fokus ke ekor yang putus, sehingga cicak pun
bisa kabur dengan lebih leluasa.

 Estivasi
Estivasi adalah menonaktifkan diri (dorman) pada saat kondisi lingkungan tidak
bersahabat. Bedanya dengan hibernasi adalah di mana pada estivasi dilakukan pada musim
panas dengan suhu udara yang panas dan kering. Hewan-hewan seperti kelelawar, tupai,
lemur kerdil, dll akan mengestivasi diri di tempat yang aman dan terlindung. Pada tumbuhan
estivasi juga dilakukan oleh oleh pohon jati dengan meranggas atau menggugurkan daun.

 Simbiosis Rayap dan Flagellata

Rayap membutuhkan bantuan makhluk hidup lainnya yaitu flagelata untuk mencerna kayu
yang ada di dalam usus rayap. Tanpa flagellata rayap tidak akan mampu mencerna kayu yang
masuk ke dalam tubuhnya. Rayap-rayap kecil yang baru menetas mendapatkan flagellata
dengan jalan menjilat dubur rayap dewasa. Rayap secara periodik melakukan aktivitas ganti
kulit dan meninggalkan bagian usus lama, sehingga rayap akan memakan kulit yang
mengelupas untuk memasukkan kembali flagellata ke dalam usus pencernaannya.

 Pernapasan Ikan Paus

Ikan paus adalah mamalia yang mirip ikan dan hidup di air. Paus memiliki paru-paru
yang harus diisi dengan oksigen dari permukaan laut minimal setiap setengah jam sekali. Ikan
paus ketika muncuk ke permukaan akan membuang udara kotor lewat hidung mirip seperti
air mancur yang berisi karbon dioksida bercampur uap air jenuh yang terkondensasi.

Thermoregulasi
Themoregulasi adalah proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu tubuhnya
agar tetap konstan dinamis. Adapun mekanismenya adalah mengatur keseimbangan antara
perolehan panas dengan pelepasan panas. Suhu tubuh hewan dipengaruhi oleh suhu
lingkungan hewan. Namun untuk hidup secara normal hewan harus memilih kisaran suhu
yang lebih sempit dari kisaran suhu tersebut yang ideal dan disukai agar proses fisiologis
optimal. Suhu tubuh konstan sangat dibutuhkan karena perubahan suhu berpengaruh pada
konformasi protein dan ativitas enzim juga pada energi kinetik molekul zat. Kenaikan suhu
Lingkungan mengakibatkan peningkatan laju reaksi yang berpengaruh pada aktivitas
metabolisme sel tubuh.
Kemampuan hewan untuk mempertahankan suhu tubuh ada 2, yaitu :
 Hewan poikiloterm adalah hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah seiring dengan
berubahnya suhu lingkungan.
 Hewan homeoterm adalah hewan yang suhu tubuhnya selalu konstan sekalipun suhu
lingkungannya berubah.
Interaksi panas yang menguntungkan: mengatur suhu tubuh yaitu
meningkatkan/menurunkan pelepasan panas dari tubuh dan memperoleh panas.
 Konduksi: Perpindahan atau pergerakan dua benda yang saling bersentuhan.
 Konveksi: Perpindahan panas antara dua benda yang terjadi melalui zat alir (fluida) yang
bergerak.
Proses Konveksi:
Berlangsung sampai suhu tubuh kembali ke suhu normal. Perpindahan panas bisa
dipercepat, apabila kecepatan aliran fluida di sekeliling tubuh ditingkatkan. Terjadi dari
lingkungan ke tubuh hewan, misalnya pada saat udara panas bertiup di dekat hewan, lama-
kelamaan tubuh hewan akan menjadi lebih panas juga.
 Radiasi : Perpindahan panas antara dua benda yang tidak saling bersentuhan
Frekuensi dan Intensitas Radiasi:
1. Tergantung pada suhu benda yang mengeluarkan radiasi. Semakin tinggi suhu benda yang
mengeluarkan radiasi, semakin tinggi pula intensitas radiasinya.
 Tubuh hewan (kulit, rambut, dan bulu) menyerap panas radiasi dengan baik.

 Berjemur pada hewan (khususnya poikiloterm) untuk menaikkan atau memperoleh panas

tubuh.

 Evaporasi : Proses perubahan benda dari fase cair ke fase gas.


Evaporasi:
Cara penting untuk melepaskan panas tubuh. Hewan yang tidak memiliki kelenjar
keringat, jika tubuhnya panas, penguapan melalui saluran pernafasan dengan cara terengah-
engah (pada anjing diikuti dengan menjulurkan lidahnya). Jika suhu tubuh meningkat,
keringat akan membasahi kulit, selanjutnya keringat akan menyerap kelebihan panas dari
tubuh dan mengubahnya menjadi uap, setelah keringat mengering, suhu tubuh pun turun.
Laju aliran panas pada suatu benda di pengaruhi oleh:
a) Luas permukaan benda yang saling bersentuhan.
b) Perbedaan suhu awal antara kedua benda tersebut.
c) Konduktivitas panas (tingkat kemudahan untuk mengalirkan panas yang dimiliki suatu
benda) dari kedua benda.

Hewan Ektoterm
Hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan sekitarnya. Yaitu,
 Perolehan panas tubuh tergantung pada berbagai sumber panas di lingkungan luar.
 Masalah yang dihadapi tidak sama, tergantung pada jenis habitatnya.
Hewan Ektoterm Akuatik: Suhunya relatif stabil sehingga mengalami permasalahan suhu
lingkungan yang rumit.
Hewan Ektoterm Terestial: Suhunya selalu berubah dengan variasi yang cukup besar
sehingga ada perbedaan signifikan antara suhu udara siang dan malam.
Adaptasi Hewan Ektoterm terhadap Suhu Sangat Panas dan Sangat Dingin
Adaptasi terhadap Suhu Sangat Panas
Meningkatkan laju pendinginan dengan penguapan:
a) Melalui kulit, bagi hewan yang berkulit lembab (cacing dan katak) atau dengan cara
berkeringat (untuk hewan yang mempunyai kelenjar keringat).
b) Melalui saluran pernafasan, bagi hewan yang kulitnya tebal dan kedap air (reptil dan
insekta).
c) Mengubah mesin metaboliknya agar bisa bekerja pada suhu tinggi (kadal dan reptil gurun).
Adaptasi terhadap Suhu Sangat Dingin
a) Meningkatkan suhu osmotik.
b) Titk beku cairan tubuh dapat diturunkan hingga dibawah 0°C.
c) Menghambat pembekuan kristal es didalam sel.
d) Mencegah kerusakan membran.
Hewan Endoterm
Hewan yang panas tubuhnya berasal dari dalam tubuh sebagai hasil dari metabolism sel
tubuh.
Suhu tubuh terlalu tinggi dilepaskan dengan cara:
1. Vasodilatasi daerah perifer tubuh.
2 Berkeringat dan terengah-engah.
3 Menurunkan laju metabolisme (misal: menekan sekresi tiroksin).
4) Respons perilaku (misal: berendam di air).
Suhu Tubuh Terlalu Rendah
Cara untuk mempertahankan atau meningkatkan produksi panas:
1. Vasokonstriksi.
2. Menegakkan rambut (merinding).
3. Menggigil (shivering).
4. Meningkatkan laju metabolisme (dengan meningkatkan sekresi tiroksin).
5. Respons perilaku (menghangatkan diri).
Mekanisme Produksi Panas pada Hewan Endoterm
1. Meningkatkan produksi panas metabolik dalam otot rangka (kontraksi otot):
 Terjadi secara sadar dengan cara menggerakkan anggota tubuh.
 Tanpa sadar dengan cara menggigil (gerakan yang tidak teratur dan tidak mempunyai tujuan
pergerakan tertentu, misalnya saat dingin).
2. Memetabolisme jaringan lemak cokelat:
 Jaringan lemak cokelat berbeda dengan jaringan lemak putih.
 Jaringan lemak cokelat dibungkus oleh selaput yang dipersarafi dengan baik oleh sistem
saraf simpatis.
 Jika dirangsang, lemak akan dimetabolisme dalam mitokondria sel lemak, dan panas akan
dihasilkan.
 Membutuhkan banyak oksigen sehingga hewan harus meningkatkan pasokan oksigen.
3. Meningkatkan sekresi hormon tiroid (T3 dan T4), hormon yang dapat meningkatkan
aktivitas metabolisme dalam sel.
4. Menyerap radiasi panas matahari.
5. Menegakkan rambut/bulu sehingga pelepasan panas secara konveksi dapat diperkecil.
6. Mengurangi aliran darah ke organ perifer dengan vasokonstriksi (menyempitkan
pembuluh darah).
7. Memberikan berbagai tanggapan perilaku.
Adaptasi Hewan Endoterm terhadap Suhu Sangat Panas dan Sangat Dingin
Adaptasi terhadap Suhu Sangat Dingin
1. Masuk ke dalam kondisi heterotermi, yaitu mempertahankan adanya perbedaan suhu di
antara berbagai bagian tubuh.
Contoh: burung dan mamalia kutub yang mempunyai suhu pada pusat tubuh sebesar 38oC,
namun suhu kakinya hanya sekitar 3oC, secara fisiologis, kaki tetap berfungsi normal (telah
beradaptasi pada tingkat sel dan tingkat molekul).
2. Hibernasi atau torpor, yaitu penurunan suhu tubuh yang berkaitan dengan adanya
penurunan laju metabolisme, laju denyut jantung, laju respirasi, dan sebagainya.
Periode hibernasi, mulai dari beberapa jam hingga beberapa minggu, bahkan beberapa bulan.
Berakhirnya hibernasi dicapai dengan kebangkitan spontan melalui peningkatan laju
metabolisme dan suhu tubuh secara cepat, yang akan segera mengembalikannya ke keadaan
nomal.
Adaptasi terhadap Suhu Sangat Panas
 Meningkatkan pelepasan panas tubuh dengan meningkatkan penguapan, baik melalui proses
berkeringat ataupun terengah-terengah.
 Melakukan gular fluttering: yaitu menggerakkan daerah kerongkongan secara cepat dan
terus-menerus sehingga penguapan melalui saluran pernafasan (dan mulut) dapat meningkat,
akibatnya pelepasan panas tubuh juga meningkat. Misalnya pada ayam yang sedang
mengerami telur.
 Menggunakan strategi hipertermik, yaitu mempertahankan atau menyimpan kelebihan panas
metabolik di dalam tubuh sehingga suhu tubuh meningkat sa ngat tinggi, contoh: unta dan
rusa gurun.
Hipertermik mengurangi pelepasan air dari tubuh, yang seharusnya digunakan untuk
mendinginkan tubuh melalui penguapan (untuk sementara). Hipertermik menimbulkan
masalah karena organ tertentu dalam tubuh (misalnya otak) kurang mampu mentoleransi
kenaikan suhu yang terlalu besar. Pendinginan dilakukan dengan cara kerja mirip heat
exchanger, lokasinya terletak pada rongga hidung.
Pengendalian Suhu Tubuh Hewan Endoterm
Komponen penyelenggara pengendalian suhu tubuh
 Reseptor: Reseptor panas aktif bila suhu tubuh meningkat, sedangkan reseptor dingin aktif
bila suhu tubuh menurun.
 Komparator: Pusat control.
 Efektor: Mekanisme perbaikan.

DAFTAR PUSTAKA
Godam. 2009. Contoh Bentuk Adaptasi Tingkah Laku Behavioral Pada Mahluk Hidup – Ilmu
Biologi. (Online) (http://organisasi.org/contoh-bentuk-adaptasi-tingkah-laku-behavioral-pada-
makhluk-hidup-ilmu-biologi, diakses 26 Maret 2011).
Godam. 2009. Macam Dan Jenis Adaptasi Mahluk Hidup – Morfologi, Fisiologi dan Tingkah
Laku. (Online) (http://organisasi.org/macam-jenis-adaptasi-makhluk-hidup-morfologi-
fisiologi-dan-tingkah-laku-untuk-menyesuaikan-diri, diakses 26 Maret 2011).
Mughni, Irpan Arif. 2011. Thermoregulasi. (Online)
(http://irpanarifmughni.blogspot.com/2011_01_01_archive.html, diakses 26 Maret 2011).
Dasar Teori Adaptasi Hewan Lengkap Terbaru

Keberadaan sebuah objek Ekowisata tidak boleh bertolak belakang dengan prinsip ekowisata. Dalam
misinya ekowisata berupaya menghadirkan sebuah konsep wisata yang tidak mengabaikan
lingkungan. Bangunan objek Ekowisata tidak boleh merusak ekosistem yang ada di kawasan tersebut.
Hal ini menuntut bangunan harus mampu beradaptasi dengan lingkungan. Oleh karena itu, tema
yang digunakan terkait dengan objek rancang Ekowisata Mangrove Wonorejo adalah adaptatif
(bunglon) ( Rizky 2013: 55).

Reaksi hewan terhadap kondisi dan perubahan lingkungan nya dinyata kan sebagai respon
hewan terhadap lingkungan nya. respon hewan terhadap lingkungan dapat beruba perubahan fisik,
fisiologis, dan tingkah laku. Respon hewan terhadap kondisi dan perubahan lingkungan ada yang
bersifat reaktif, arti nya respon itu terbentukdan berlaku pada saat pengaruh kondisi dan perubahan
lingkungan berlaku ( Agus Dharmawan 2005: 41).

Setiap Makhluk hidup tidak hidup sendiri dan tidak dapat hidup sendiri. Setiap makhluk hidup
tinggal dengan makhluk hidup lain nya di suatu tempat yang memiliki cirri fisik dan kimia tertentu.
Antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lain nya (komponen biotic), serta fisik dan kimia
tempat tinggal nya (komponen biotic) terjadi hubungan timbale balik ( Diah Aryulina 2006: 270).

Binatang yang hidup beradaptasi dengan kehidupan urban sebagian besar hidup sebagai generalis
dibandingkan spesialis. Kalajengking umumnya adalah predator generalis bagi serangga, laba-laba,
dan binatang kecil lainnya. Keberadaan kalajengking sebagai salah satu binatang penghuni
lingkungan urban, merupakan suatu bentuk adaptasi terhadap bentuk lingkungan (Hadi, 2011: 120).

Selain beradaptasi terhadap cara memperoleh makanan, hewan juga beradaptasi terhadap serangan
musuh. Hal ini dilakukan agar hewan dapat bertahan hidup. Sebagian hewan beradaptasi terhadap
serangan musuh dengan menggunakan alat tubuhnya. Sementara itu, sebagian hewan yang lain
melindungi diri dari serangan Beberapa jenis hewan ada yang menyesuaikan diri dengan lingkungan
dengan cara mengubah tingkah laku (Dianingrum, 2012: 214).

Untuk dapat hidup di bawah cahaya yang berlebihan dan suhu tinggi, pada tanah yang tidak kompak,
anaerob dan secara periodik tergenangi air asin, mendorong tumbuhan bakau telah
mengembangkan beberapa mekanisme adaptasi. Yakni mekanisme secara morfologi, secara
anatomis, dan secara reproduktif (Timotius, 2012: 187).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kubangan dan aktivitas berkubang babi
hutan yang terkait dengan: waktu, suhu, jumlah individu, dan jenis-jenis kegiatan yang dilakukan.
Dengan mengetahui bagaimana karakteristik dari kubangan dan aktivitas berkubang, kita dapat
memahami perilaku babi hutan lebih mendetail. Karakteristik kubangan dan aktivitas berkubang
dapat menunjukan kemampuan hewan beradaptasi dengan habitatnya. (Wido, 2014: 196).

(Campbell, 2008: 67) menjelaskan bahwa setiap hewan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan
habitatnya ataupun dilingkungan yang baru. Kegiatan adaptasi ini ditunjukkan dengan kegiatan
adaptasi structural, fisiologi dan adaptasi tingkah laku.

Daftar Pustaka

Agus Dharmawan. 2005. Adaptasi hewan. Malang: Universitas Negri Malang.

Aryulina, Diah. 2006. Ekosistem. Jakarta: Esis.

Rizky. 2013. Penerapan Prinsip Adaptasi pada Desain Bangunan Ekowisata di Lahan Konservasi
Mangrove Wonorejo. Jurnal saints dan seni pomits. Vol 2 (2).

Dianingrum, Nur. 2012. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Sains/Ipa Pada Konsep Penyesuaian Diri
Makhluk Hidup Dengan Menggunakan Pendekatan Quantum Learning. Jurnal Primary. Vol. 4 (2):
203-220.

Hadi, Mochammad, dkk. 2011. Fauna Kalajengking (Arachnida: Scorpiones) di Pemukiman Jatiluhur
Jatingaleh Semarang. Jurnal Sains dan Matematika. Vol. 19 (4): 119-121.

Timotius, K., H, dkk. 2012. Ekologi Asia Tenggara. Jakarta: Salemba Teknika.

Campbell, A. 2008. Biologi Edisi 8. San Fransisco: Benjamin Cummings.

Wido, dkk. 2014. Karakteristik Kubangan dan Aktivitas Berkubang Babi Hutan (Sus scrofa L.) di Hutan
Pendidikan dan Penelitian Biologi (HPPB) Universitas Andalas. Jurnal Biologi Universitas Andalas (J.
Bio. UA.) 3(3) – September 2014 : 195-201.
“ADAPTASI DAN RESPON HEWAN”

I. Bibliografi
Godam. 2009. Contoh Bentuk Adaptasi Tingkah Laku Behavioral Pada Mahluk Hidup – Ilmu
Biologi. (Online) (http://organisasi.org/contoh-bentuk-adaptasi-tingkah-laku-behavioral-pada-
makhluk-hidup-ilmu-biologi, diakses 26 Maret 2011).
Godam. 2009. Macam Dan Jenis Adaptasi Mahluk Hidup – Morfologi, Fisiologi dan Tingkah Laku.
(Online) (http://organisasi.org/macam-jenis-adaptasi-makhluk-hidup-morfologi-fisiologi-dan-
tingkah-laku-untuk-menyesuaikan-diri, diakses 26 Maret 2011).
Mughni, Irpan Arif. 2011. Thermoregulasi. (Online)
(http://irpanarifmughni.blogspot.com/2011_01_01_archive.html, diakses 26 Maret 2011).
II. Tujuan Penulis
Menyampaikan informasi :
1. Adaptasi adalah kemampuan atau kecenderungan makhluk hidup dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan baru untuk dapat tetap hidup dengan baik.
2. Jenis-Jenis Dan Macam-Macam Adaptasi
1) Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan
kebutuhan organisme hidup.
2) Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang
menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan
baik.
3) Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku/perilaku
terhadap lingkungannya.
3. Bentuk adaptasi tingkah laku (behavioral adaptation) pada binatang/hewan di sekitar kita:
1) Mimikri
Mimikri adalah teknik manipulasi warna kulit pada binatang.
2) Hibernasi
Hibernasi adalah teknik bertahan hidup pada lingkungan yang keras dengan cara tidur
menonaktifkan dirinya (dorman).
3) Autotomi
Autotomi adalah teknik bertahan hidup dengan cara mengorbankan salah satu bagian tubuh.
4) Estivasi
Estivasi adalah menonaktifkan diri (dorman) pada saat kondisi lingkungan tidak bersahabat.
Bedanya dengan hibernasi adalah di mana pada estivasi dilakukan pada musim panas dengan
suhu udara yang panas dan kering.
5) Simbiosis Rayap dan Flagellata
Rayap membutuhkan bantuan makhluk hidup lainnya yaitu flagelata untuk mencerna kayu
yang ada di dalam usus rayap. Tanpa flagellata rayap tidak akan mampu mencerna kayu yang
masuk ke dalam tubuhnya.
6) Pernapasan Ikan Paus
Ikan paus adalah mamalia yang mirip ikan dan hidup di air. Paus memiliki paru-paru yang
harus diisi dengan oksigen dari permukaan laut minimal setiap setangah jam sekali.
4. Themoregulasi adalah proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu tubuhnya agar
tetap konstan dinamis. Adapun mekanismenya adalah mengatur keseimbangan antara
perolehan panas dengan pelepasan panas.
5. Kemampuan hewan untuk mempertahankan suhu tubuh ada 2, yaitu :
1) Hewan poikiloterm adalah hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah seiring dengan
berubahnya suhu lingkungan.
2) Hewan homeoterm adalah hewan yang suhu tubuhnya selalu konstan sekalipun suhu
lingkungannya berubah.
6. Adaptasi hewan ektoterm terhadap suhu sangat panas
Meningkatkan laju pendinginan dengan penguapan:
1) Melalui kulit, bagi hewan yang berkulit lembab (cacing dan katak) atau dengan cara
berkeringat (untuk hewan yang mempunyai kelenjar keringat).
2) Melalui saluran pernafasan, bagi hewan yang kulitnya tebal dan kedap air (reptil dan insekta).
3) Mengubah mesin metaboliknya agar bisa bekerja pada suhu tinggi (kadal dan reptil gurun).
Adaptasi hewan ektoterm terhadap suhu sangat dingin
1) Meningkatkan suhu osmotik
2) Titik beku cairan tubuh dapat diturunkan hingga dibawah 0°C
3) Menghambat pembekuan kristal es didalam sel
4) Mencegah kerusakan membran
7. Adaptasi hewan endoterm terhadap suhu sangat dingin
1) Masuk ke dalam kondisi heterotermi, yaitu mempertahankan adanya perbedaan suhu di
antara berbagai bagian tubuh
2) Hibernasi atau torpor, yaitu penurunan suhu tubuh yang berkaitan dengan adanya penurunan
laju metabolisme, laju denyut jantung, laju respirasi, dan sebagainya
Adaptasi hewan endoterm terhadap suhu sangat panas
1) Meningkatkan pelepasan panas tubuh dengan meningkatkan penguapan, baik melalui proses
berkeringat ataupun terengah-terengah.
2) Melakukan gular fluttering, yaitu menggerakkan daerah kerongkongan secara cepat dan
terus-menerus sehingga penguapan melalui saluran pernafasan (dan mulut) dapat meningkat,
akibatnya pelepasan panas tubuh juga meningkat.
3) Menggunakan strategi hipertermik, yaitu mempertahankan atau menyimpan kelebihan panas
metabolik di dalam tubuh sehingga suhu tubuh meningkat sangat tinggi, contoh: unta dan
rusa gurun.

III. Fakta Unik dan Menarik

1. Ternyata onta memiliki kantung air di punuknya untuk menyimpan air agar tahan tidak
minum di padang pasir dalam jangka waktu yang lama.
2. Cicak jika merasa terancam akan memutuskan ekornya sendiri untuk kabur dari sergapan
musuh.
3. Hibernasi dilakukan pada musim dingin, sedangkan estivasi dilakukan pada musim panas
dengan suhu udara yang panas dan kering.
4. Rayap kecil yang baru menetas mendapatkan flagellata dengan jalan menjilat dubur rayap
dewasa.
5. Paus memiliki paru-paru yang harus diisi dengan oksigen dari permukaan laut minimal setiap
setengah jam sekali.
6. Hewan harus memilih kisaran suhu yang lebih sempit dari kisaran suhu lingkungannya yang
ideal dan disukai agar proses fisiologis optimal.
7. Ternyata hewan yang tidak memiliki kelenjar keringat, jika tubuhnya panas, penguapan
melalui saluran pernafasan dengan cara terengah-engah (pada anjing diikuti dengan
menjulurkan lidahnya).
8. Burung dan mamalia kutub yang mempunyai suhu pada pusat tubuh sebesar 38oC, namun
suhu kakinya hanya sekitar 3oC.
IV. Konsep
1. Adaptasi Morfologi, Adapatasi Fisiologi, dan Adaptasi Tingkah Laku
2. Hewan Poikiloterm dan Hewan Homeoterm
3. Hewan Ektoterm dan Hewan Ektoterm
4. Lingkungan
V. Pertanyaan
1. Jelaskan bagaimana mekanisme perubahan warna kulit pada bunglon agar sesuai dengan
tempatnya?
2. Jelaskan apakah hewan yang sedang berhibernasi akan merespon terhadap gangguan yang
ada?
3. Jelaskan perbedaan hibernasi dan torpor!
4. Jelaskan mekanisme menggigil pada hewan endoterm!
VI. Refleksi Kelompok
Setelah kami membaca dan membuat analisis terhadap tiga artikel ini, kami mendapat
informasi tentang respon dan adaptasi yang diberikan hewan terhadap lingkungannya.
Perubahan kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap hewan. Hewan pun akan
mengadakan respon terhadap perubahan kondisi lingkungannya tersebut. Respon hewan
terhadap kondisi dan perubahan lingkungannya dinyatakan sebagai respon hewan terhadap
lingkungannya. Bentuk respon dan adaptasi hewan tersebut bisa berupa perubahan morfologi,
fisiologi, dan tingkah laku.
Adaptasi yang bersifat morfologi contohnya gigi singa runcing karena makanannya
berupa daging, sedangkan sapi tidak runcing karena giginya lebih sering digunakan untuk
memotong rumput dan mengunyah. Adaptasi yang bersifat fisiologi, contohnya onta punya
punuk di punggungnya sehingga dia tahan untuk tidak minum dalam jangka waktu yang lama.
Sedangkan adaptasi tingkah laku contohnya, bunglon mengubah warna kulitnya sesuai
dengan tempatnya.
Kami juga mendapat informasi bahwa hewan itu berdasarkan kemampuan dirinya
untuk mempertahankan panas dibedakan menjadi hewan poikiloterm dan hewan homeoterm.
Sedangkan berdasarkan sumber panas tubuhnya, hewan dibedakan menjadi hewan endoterm
dan hewan ektoterm. Masing-masing hewan tersebut memiliki cara yang berbeda dalam
beradaptasi dan merespon suhu lingkungan disekitar mereka.

Demikianlah Analisis Kritis tentang “Respon dan Adaptasi Hewan” ini kami buat,
semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami sadar bahwa Analisis Kritis yang kami buat
ini masih jauh dari sempurna, untuk itu apabila terdapat kesalahan dan kekurangan kami
mohon maaf. Saran dan kritik yang membangun pun sangat kami harapkan demi perbaikan di
masa depan. Terimakasih.
Macam & Jenis Adaptasi Makhluk Hidup - Morfologi, Fisiologi Dan
Tingkah Laku Untuk Menyesuaikan Diri
Ditulis oleh: Godam64

A. Pengetian, Arti Definisi Adaptasi


Adaptasi adalah kemampuan atau kecenderungan makhluk hidup dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru untuk dapat tetap hidup dengan baik.
B. Jenis-Jenis Dan Macam-Macam Adaptasi
1. Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan
kebutuhan organisme hidup. Misalnya seperti gigi singa, harimau, citah, macan, dan
sebagainya yang runcing dan tajam untuk makan daging. Sedangkan pada gigi sapi, kambing,
kerbau, biri-biri, domba dan lain sebagainya tidak runcing dan tajam karena giginya lebih
banyak dipakai untuk memotong rumput atau daun dan mengunyah makanan.
2. Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang
menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan
baik. Contoh adapatasi fisiologis adalah seperti pada binatang/hewan onta yang punya
kantung air di punuknya untuk menyimpan air agar tahan tidak minum di padang pasir dalam
jangka waktu yang lama serta pada anjing laut yang memiliki lapisan lemak yang tebal untuk
bertahan di daerah dingin.
3. Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku/perilaku
terhadap lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat berubah warna kulit sesuai
dengan warna yang ada di lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk menyembunyikan diri.

Contoh Bentuk Adaptasi Tingkah Laku (Behavioral) Pada Makhluk Hidup


- Ilmu Biologi
Ditulis oleh: Godam64

Makhluk hidup melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan di sekitar habitat


tempat hidupnya tidak terkecuali manusia. Adaptasi yang dilakukan makhluk hidup bertujuan
untuk dapat bertahan hidup dari kondisi lingkungan yang mungkin kurang menguntungkan.
Di bawah ini adalah merupakan beberapa bentuk adaptasi tingkah laku (behavioral adaptation)
pada binatang/hewan di sekitar kita disertai pengertian dan arti definisi :
1. Mimikri
Mimikri adalah teknik manipulasi warna kulit pada binatang seperti misalnya bunglon
yang dapat berubah-ubah sesuai warna benda di sekitarnya agar dapat mengelabuhi binatang
predator/pemangsa sehingga sulit mendeteksi keberadaan bunglon untuk dimangsa. Jika
bunglon dekat dengan dedaunan hijau maka dia akan berubah warna kulit menjadi hijau, jika
dekat batang pohon warna coklat, dia juga ikut ganti warna menjadi coklat, dan lain
sebagainya.
2. Hibernasi
Hibernasi adalah teknik bertahan hidup pada lingkungan yang keras dengan cara tidur
menonaktifkan dirinya (dorman). Hibernasi bisa berlangsung lama secara berbulan-bulan
seperti beruang pada musim dingin. Hibernasi biasanya membutuhkan energi yang sedikit,
karena selama masa itu biantang yang berhibernasi akan memiliki suhu tubuh yang rendah,
detak jantung yang lambat, pernapasan yang lambat, dan lain-lain. Binatang tersebut akan
kembali aktif atau bangun setelah masa sulit terlewati. Contoh hewan yang berhibernasi yaitu
seperti ular, ikan, beruang, kura-kura, bengkarung, dan lain-lain.
3. Autotomi
Autotomi adalah teknik bertahan hidup dengan cara mengorbankan salah satu bagian
tubuh. Contoh autotomi yaitu pada cicak / cecak yang biasa hidup di dinding rumah, pohon,
dll. Cicak jika merasa terancam ia akan tega memutuskan ekornya sendiri untuk kabur dari
sergapan musuh. Ekor yang putus akan melakukan gerakan-gerakan yang cukup menarik
perhatian sehingga perhatian pemangsa akan fokus ke ekor yang putus, sehingga cicak pun
bisa kabur dengan lebih leluasa.
4. Estivasi
Estivasi adalah menonaktifkan diri (dorman) pada saat kondisi lingkungan tidak
bersahabat. Bedanya dengan hibernasi adalah di mana pada estivasi dilakukan pada musim
panas dengan suhu udara yang panas dan kering. Hewan-hewan seperti kelelawar, tupai,
lemur kerdil, dll akan mengestivasi diri di tempat yang aman dan terlindung. Pada tumbuhan
estivasi juga dilakukan oleh oleh pohon jati dengan meranggas atau menggugurkan daun.
5. Simbiosis Rayap dan Flagellata
Rayap membutuhkan bantuan makhluk hidup lainnya yaitu flagelata untuk mencerna
kayu yang ada di dalam usus rayap. Tanpa flagellata rayap tidak akan mampu mencerna kayu
yang masuk ke dalam tubuhnya. Rayap-rayap kecil yang baru menetas mendapatkan
flagellata dengan jalan menjilat dubur rayap dewasa. Rayap secara periodik melakukan
aktivitas ganti kulit dan meninggalkan bagian usus lama, sehingga rayap akan memakan kulit
yang mengelupas untuk memasukkan kembali flagellata ke dalam usus pencernaannya.
6. Pernapasan Ikan Paus
Ikan paus adalah mamalia yang mirip ikan dan hidup di air. Paus memiliki paru-paru
yang harus diisi dengan oksigen dari permukaan laut minimal setiap setengah jam sekali. Ikan
paus ketika muncuk ke permukaan akan membuang udara kotor lewat hidung mirip seperti
air mancur yang berisi karbon dioksida bercampur uap air jenuh yang terkondensasi.
Thermoregulasi
Diposkan oleh: Irpan Arif Mughnidi

Themoregulasi adalah proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu tubuhnya
agar tetap konstan dinamis. Adapun mekanismenya adalah mengatur keseimbangan antara
perolehan panas dengan pelepasan panas. Suhu tubuh hewan dipengaruhi oleh suhu
lingkungan hewan. Namun untuk hidup secara normal hewan harus memilih kisaran suhu
yang lebih sempit dari kisaran suhu tersebut yang ideal dan disukai agar proses fisiologis
optimal. Suhu tubuh konstan sangat dibutuhkan karena perubahan suhu berpengaruh pada
konformasi protein dan ativitas enzim juga pada energi kinetik molekul zat. Kenaikan suhu
Lingkungan mengakibatkan peningkatan laju reaksi yang berpengaruh pada aktivitas
metabolisme sel tubuh.
Kemampuan hewan untuk mempertahankan suhu tubuh ada 2, yaitu :
1. Hewan poikiloterm adalah hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah seiring dengan
berubahnya suhu lingkungan.
2. Hewan homeoterm adalah hewan yang suhu tubuhnya selalu konstan sekalipun suhu
lingkungannya berubah.
Interaksi panas yang menguntungkan: mengatur suhu tubuh yaitu
meningkatkan/menurunkan pelepasan panas dari tubuh dan memperoleh panas.
1. Konduksi: Perpindahan atau pergerakan dua benda yang saling bersentuhan.
2. Konveksi: Perpindahan panas antara dua benda yang terjadi melalui zat alir (fluida) yang
bergerak.
Proses Konveksi:
Berlangsung sampai suhu tubuh kembali ke suhu normal. Perpindahan panas bisa
dipercepat, apabila kecepatan aliran fluida di sekeliling tubuh ditingkatkan. Terjadi dari
lingkungan ke tubuh hewan, misalnya pada saat udara panas bertiup di dekat hewan, lama-
kelamaan tubuh hewan akan menjadi lebih panas juga.
3. Radiasi : Perpindahan panas antara dua benda yang tidak saling bersentuhan
Frekuensi dan Intensitas Radiasi:
 Tergantung pada suhu benda yang mengeluarkan radiasi. Semakin tinggi suhu benda yang
mengeluarkan radiasi, semakin tinggi pula intensitas radiasinya.
 Tubuh hewan (kulit, rambut, dan bulu) menyerap panas radiasi dengan baik.

 Berjemur pada hewan (khususnya poikiloterm) untuk menaikkan atau memperoleh panas

tubuh.

4. Evaporasi : Proses perubahan benda dari fase cair ke fase gas.


Evaporasi:
Cara penting untuk melepaskan panas tubuh. Hewan yang tidak memiliki kelenjar
keringat, jika tubuhnya panas, penguapan melalui saluran pernafasan dengan cara terengah-
engah (pada anjing diikuti dengan menjulurkan lidahnya). Jika suhu tubuh meningkat,
keringat akan membasahi kulit, selanjutnya keringat akan menyerap kelebihan panas dari
tubuh dan mengubahnya menjadi uap, setelah keringat mengering, suhu tubuh pun turun.
Laju aliran panas pada suatu benda di pengaruhi oleh:
1. Luas permukaan benda yang saling bersentuhan.
2. Perbedaan suhu awal antara kedua benda tersebut.
3. Konduktivitas panas (tingkat kemudahan untuk mengalirkan panas yang dimiliki suatu benda)
dari kedua benda.
Hewan Ektoterm
Hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan sekitarnya. Yaitu,
 Perolehan panas tubuh tergantung pada berbagai sumber panas di lingkungan luar.
 Masalah yang dihadapi tidak sama, tergantung pada jenis habitatnya.
Hewan Ektoterm Akuatik: Suhunya relatif stabil sehingga mengalami permasalahan suhu
lingkungan yang rumit.
Hewan Ektoterm Terestial: Suhunya selalu berubah dengan variasi yang cukup besar
sehingga ada perbedaan signifikan antara suhu udara siang dan malam.
Adaptasi Hewan Ektoterm terhadap Suhu Sangat Panas dan Sangat Dingin
Adaptasi terhadap Suhu Sangat Panas
Meningkatkan laju pendinginan dengan penguapan:
1. Melalui kulit, bagi hewan yang berkulit lembab (cacing dan katak) atau dengan cara
berkeringat (untuk hewan yang mempunyai kelenjar keringat).
2. Melalui saluran pernafasan, bagi hewan yang kulitnya tebal dan kedap air (reptil dan insekta).
3. Mengubah mesin metaboliknya agar bisa bekerja pada suhu tinggi (kadal dan reptil gurun).
Adaptasi terhadap Suhu Sangat Dingin
1. Meningkatkan suhu osmotik.
2. Titk beku cairan tubuh dapat diturunkan hingga dibawah 0°C.
3. Menghambat pembekuan kristal es didalam sel.
4. Mencegah kerusakan membran.
Hewan Endoterm
Hewan yang panas tubuhnya berasal dari dalam tubuh sebagai hasil dari metabolism
sel tubuh.
Suhu tubuh terlalu tinggi dilepaskan dengan cara:
1. Vasodilatasi daerah perifer tubuh.
2. Berkeringat dan terengah-engah.
3. Menurunkan laju metabolisme (misal: menekan sekresi tiroksin).
4. Respons perilaku (misal: berendam di air).
Suhu Tubuh Terlalu Rendah
Cara untuk mempertahankan atau meningkatkan produksi panas:
1. Vasokonstriksi.
2. Menegakkan rambut (merinding).
3. Menggigil (shivering).
4. Meningkatkan laju metabolisme (dengan meningkatkan sekresi tiroksin).
5. Respons perilaku (menghangatkan diri).
Mekanisme Produksi Panas pada Hewan Endoterm
1. Meningkatkan produksi panas metabolik dalam otot rangka (kontraksi otot):
a. Terjadi secara sadar dengan cara menggerakkan anggota tubuh.
b. Tanpa sadar dengan cara menggigil (gerakan yang tidak teratur dan tidak mempunyai tujuan
pergerakan tertentu, misalnya saat dingin).
2. Memetabolisme jaringan lemak cokelat:
a. Jaringan lemak cokelat berbeda dengan jaringan lemak putih.
b. Jaringan lemak cokelat dibungkus oleh selaput yang dipersarafi dengan baik oleh sistem
saraf simpatis.
c. Jika dirangsang, lemak akan dimetabolisme dalam mitokondria sel lemak, dan panas akan
dihasilkan.
d. Membutuhkan banyak oksigen sehingga hewan harus meningkatkan pasokan oksigen.
3. Meningkatkan sekresi hormon tiroid (T3 dan T4), hormon yang dapat meningkatkan aktivitas
metabolisme dalam sel.
4. Menyerap radiasi panas matahari.
5. Menegakkan rambut/bulu sehingga pelepasan panas secara konveksi dapat diperkecil.
6. Mengurangi aliran darah ke organ perifer dengan vasokonstriksi (menyempitkan pembuluh
darah).
7. Memberikan berbagai tanggapan perilaku.
Adaptasi Hewan Endoterm terhadap Suhu Sangat Panas dan Sangat Dingin
Adaptasi terhadap Suhu Sangat Dingin
1. Masuk ke dalam kondisi heterotermi, yaitu mempertahankan adanya perbedaan suhu di
antara berbagai bagian tubuh.
Contoh: burung dan mamalia kutub yang mempunyai suhu pada pusat tubuh sebesar 38oC,
namun suhu kakinya hanya sekitar 3oC, secara fisiologis, kaki tetap berfungsi normal (telah
beradaptasi pada tingkat sel dan tingkat molekul).
2. Hibernasi atau torpor, yaitu penurunan suhu tubuh yang berkaitan dengan adanya penurunan
laju metabolisme, laju denyut jantung, laju respirasi, dan sebagainya.
Periode hibernasi, mulai dari beberapa jam hingga beberapa minggu, bahkan beberapa bulan.
Berakhirnya hibernasi dicapai dengan kebangkitan spontan melalui peningkatan laju
metabolisme dan suhu tubuh secara cepat, yang akan segera mengembalikannya ke keadaan
nomal.
Adaptasi terhadap Suhu Sangat Panas
1. Meningkatkan pelepasan panas tubuh dengan meningkatkan penguapan, baik melalui proses
berkeringat ataupun terengah-terengah.
2. Melakukan gular fluttering: yaitu menggerakkan daerah kerongkongan secara cepat dan
terus-menerus sehingga penguapan melalui saluran pernafasan (dan mulut) dapat meningkat,
akibatnya pelepasan panas tubuh juga meningkat. Misalnya pada ayam yang sedang
mengerami telur.
3. Menggunakan strategi hipertermik, yaitu mempertahankan atau menyimpan kelebihan panas
metabolik di dalam tubuh sehingga suhu tubuh meningkat sangat tinggi, contoh: unta dan
rusa gurun.
Hipertermik mengurangi pelepasan air dari tubuh, yang seharusnya digunakan untuk
mendinginkan tubuh melalui penguapan (untuk sementara). Hipertermik menimbulkan
masalah karena organ tertentu dalam tubuh (misalnya otak) kurang mampu mentoleransi
kenaikan suhu yang terlalu besar. Pendinginan dilakukan dengan cara kerja mirip heat
exchanger, lokasinya terletak pada rongga hidung.
Pengendalian Suhu Tubuh Hewan Endoterm
Komponen penyelenggara pengendalian suhu tubuh
1. Reseptor: Reseptor panas aktif bila suhu tubuh meningkat, sedangkan reseptor dingin aktif
bila suhu tubuh menurun.
2. Komparator: Pusat control.
3. Efektor: Mekanisme perbaikan.

DAFTAR PUSTAKA
Godam. 2009. Contoh Bentuk Adaptasi Tingkah Laku Behavioral Pada Mahluk Hidup – Ilmu
Biologi. (Online) (http://organisasi.org/contoh-bentuk-adaptasi-tingkah-laku-behavioral-pada-
makhluk-hidup-ilmu-biologi, diakses 26 Maret 2011).
Godam. 2009. Macam Dan Jenis Adaptasi Mahluk Hidup – Morfologi, Fisiologi dan Tingkah Laku.
(Online) (http://organisasi.org/macam-jenis-adaptasi-makhluk-hidup-morfologi-fisiologi-dan-
tingkah-laku-untuk-menyesuaikan-diri, diakses 26 Maret 2011).
Mughni, Irpan Arif. 2011. Thermoregulasi. (Online)
(http://irpanarifmughni.blogspot.com/2011_01_01_archive.html, diakses 26 Maret 2011).

Anda mungkin juga menyukai