Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN

SELF-CONTROL DI KALANGAN REMAJA

Muhammad Saddam Haviez


Bina Nusantara University, Jl. Kemanggisan Ilir No. 45 Kemanggisan – Palmerah, Jakarta 11480,
Tel: (+62-21) 532-7630/Fax: (+62-21) 533-2985, haviez.sadaam@yahoo.com
Muhammad Saddam Haviez, Ihshan Gumilar, B.HSc

ABSTRACT

This study was to determine the relationship between religiosity and self-control among adolescents. Survey
methods in this study using a measuring instrument Spirituality Religiosity Scale for Youth (RaSSY) and Self-
Control Scale. The study involved high school students as respondents, n = 212, taken using nonprobability
sampling technique. The results showed that there is a positive and significant correlation between religiosity
and self-control among adolescents. MSH

Keywords: Religiosity, Self-control, Adolescents, Jakarta, Moral

Abstrak
Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dan self-control di kalangan
remaja. Metode survey dalam penelitian ini menggunakan alat ukur Religiosity and Spirituality Scale for
Youth (RaSSY) dan Self-control Scale. Penelitian ini melibatkan siswa SMA sebagai responden, n=212,
yang diambil dengan menggunakan teknik NonProbability sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa
ada korelasi yang positif dan signifikan antara religiusitas dan self-control di kalangan remaja. MSH

Kata Kunci: Religiusitas, Self-control, Remaja, Jakarta, Moral

PENDAHULUAN

Saat ini banyak pemberitaan baik di media cetak maupun elektronik yang menggambarkan
memudarnya nilai-nilai ajaran agama pada diri seseorang. Kasus yang sering terjadi biasanya selalu
bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama, misalnya kasus pemerkosaan, pembunuhan, pencurian, korupsi,
dan berbagai macam hal yang menyinggung pelanggaran nilai-nilai ajaran agama yang ada. Sebagai contoh
kasus yang belum lama terjadi yaitu kasus “Xenia Maut” di area sekitar tugu tani, Jakarta Pusat. Menurut artikel
yang ditulis oleh Saut (2012) akibat mengemudikan mobil setelah melakukan pesta NARKOBA, Afriyani
Susanti menabrak 12 pejalan kaki di area sekitar tugu tani, Jakarta Pusat yang 9 diantaranya meninggal dunia.

Selain itu, contoh memudarnya nilai-nilai ajaran agama remaja di Jakarta juga tergambar dalam
perilaku seks bebas maupun rasa candu remaja terhadap pornografi, seperti dalam artikel yang ditulis oleh
Fadillah (2010) disebutkan bahwa mahasiswa dan anak sekolah menjadi konsumen terbesar situs maupun film
porno. Dalam artikel tersebut Peri Umar Farouk selaku ketua Gerakan Jangan Bugil Depan Kamera menyatakan
bahwa dari riset yang ia lakukan kota-kota yang paling banyak pelajar dan mahasiswanya justru yang paling
banyak mengakses situs porno, urutan teratas adalah Yogyakarta, Semarang, Medan, Malang, dan Jakarta.

Penelitian yang dilakukan oleh Gailiot, Gitter, Baker, dan Baumeister (2012), ditemukan bahwa self-
control yang rendah meningkatkan berbagai pelanggaran aturan sosial. Fenomena yang terjadi menggambarkan
remaja pada saat ini sudah kurang atau bahkan tidak memiliki self-control pada dirinya. Keadaan ini sangat
mengkhawatirkan, karena apabila seseorang khususnya remaja sudah tidak memiliki kontrol pada dirinya untuk
bisa membedakan mana yang patut dan harus dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan maka akan
mengakibatkan kerusakan pada tatanan kehidupan manusia.
Menurut Praptiani (2013) Self-control merupakan kemampuan individu untuk berperilaku yang tenang
dan tidak meledak-ledak, dapat memikirkan resiko dari perilakunya, berusaha mencari informasi sebelum
megambil keputusan, tidak mengandalkan kekuatan fisik dalam menyelesaiakan masalah dan tidak bersikap
egois atau mudah marah.

Dengan demikian, muncul pertanyaan di benak penulis apakah memudarnya self-control pada remaja,
khususnya di Jakarta diakibatkan karena memudarnya nilai-nilai agama yang ada pada diri mereka? Nilai-nilai
ajaran agama yang tertanam pada diri seseorang sehingga mempengaruhi rasa ketaatan terhadap Tuhan dan
agama yang dianutnya, dan pada akhirnya membentuk kereligiusitasan pada individu tersebut. Menurut Myers
(1996) religiusitas sendiri memiliki arti sebuah perilaku individu yang di pengaruhi oleh ketaatan terhadap
aturan dan ajaran agama yang dianutnya, sehingga tercermin di dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa penelitian juga menemukan bahwa religiusitas pada diri seseorang dapat menumbuhkan atau
bahkan meningkatkan self-control pada seseorang, seperti penelitian yang dilakukan oleh Desmond, Ulmer, dan
Bader (2013), mengatakan bahwa agama merupakan suatu hal yang dapat meningkatkan self-control seseorang.
Lebih jauh lagi mereka mengatakan bahwa self-control seperti otot seorang yang rajin berolahraga, maka
program yang berbasis agama dapat berfungsi sebagai media pelatihan dari “otot” self-control tersebut.
Religiusitas dapat berfungsi sebagai media pelatihan dari “otot” self-control mungkin saja di karenakan semakin
seseorang taat dan menjalankan ajaran agamanya semakin individu tersebut memiliki self-control yang baik di
dalam dirinya (Desmond, Ulmer, & Bader, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh McCullough dan Willoughby (2009) juga menemukan bahwa agama
secara positif berkaitan dengan self-control serta sifat-sifat seperti kesadaran dan keramahan. Mereka
menyebutkan bahwa seorang yang memiliki tingkat relgiusitas yang lebih tinggi percaya bahwa setiap tingkah
laku mereka diawasi oleh Tuhan, sehingga mereka cenderung memiliki self-monitoring yang lebih tinggi dan
pada akhirnya memunculkan self-control pada dirinya.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Welch, Tittle, dan Grasmick (2006) menyebutkan bahwa seorang
yang memiliki religiusitas yang tinggi juga memiliki self-control yang bagus dibandingkan dengan seorang yang
religiusitasnya rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Carter, McCullough, dan Carver (2012) juga
menyebutkan bahwa religiusitas berkorelasi positif dengan self-control. Seorang yang memiliki tingkat
religiusitas yang lebih tinggi percaya bahwa setiap tingkah laku mereka diawasi oleh Tuhan, sehingga mereka
cenderung memiliki self-monitoring yang lebih tinggi dan pada akhirnya memunculkan self-control pada
dirinya.

Menurut Wood (2012) ketika individu berpikir tentang agama, maka akan memicu tingkat self-control
yang lebih baik pada dirinya. Ia menyatakan lebih jauh bahwa hal yang paling menarik yang ditemukan dalam
studinya adalah ketika konsep agama ternyata mampu mengisi “bahan bakar” dari self-control seseorang, oleh
karena itu tingkat self-control dapat ditingkatkan ketika individu memasukan nilai-nilai agama di dalam
kehidupan sehari-harinya.

LANDASAN TEORI

Self-control membuat seseorang menahan suatu respon yang dianggap negatif dan mengarahkannya
kepada respon lain yang lebih baik dalam segi self discipline, deliberate/nonimpulsive, healthy habits, work
ethic, dan reliability (Tangney, Baumeister, & Boone, 2004).

Carver dan Scheier (1982) mengatakan bahwa teori kontrol merupakan sebuah pendekatan umum
didalam memahami self-control. Teori kontrol digunakan untuk menganalisis perilaku individu, karena
berfungsi sebagai pengambaran model dari self-control individu. Dasar dari teori kontrol adalah negative
feedback loop. Fungsi dari negative feedback loop ialah menghilangkan, mengurangi dan mengetahui adanya
penyimpangan nilai standar.

Menurut Carver dan Scheier (1982) teori kontrol terbentuk dari beberapa komponen, yaitu:

a) Input function yaitu sebuah persepsi yang dihasilkan dari pengindraan terhadap situasi atau
kondisi pada saat ini
b) Comparator yaitu mekanisme dimana hasil dari persepsi yang terjadi pada proses input
function dibandingkan dengan titik acuan
c) Reference value yaitu sebuah standar nilai
d) Output function yaitu perilaku yang muncul setelah mengalami proses perbandingan dengan
reference value.

Contoh dari bagaimana penerapan mekanisme teori control yaitu ketika seorang remaja memiliki
hubungan khusus dengan lawan jenis (berpacaran). Pada awalnya persepsi remaja tersebut menganggap
bahwa berciuman bibir (kissing) merupakan suatu tindakan yang wajar. Namun, hal tersebut merupakan
suatu hal yang dilarang agama Islam karena termasuk perilaku zina (standar nilai) menurut kacamata agama
Islam. Kemudian, muncul perbandingan persepsi dengan standar nilai yang ada sehingga remaja tersebut
memutuskan untuk tidak berciuman bibir lagi dan hanya mengekspresikan kasih sayangnya melalui
berpegangan tangan saja. Suatu saat pasangan remaja tersebut menonton film romantis dan di dalam film
tersebut ada adegan sepasang kekasih melakukan kissing. Akhirnya muncul keinginan mereka untuk
melakukan kissing lagi, namun mereka mengingat bahwa kissing adalah sebuah perilaku yang dilarang
agama Islam untuk dilakukan oleh pasanngan yang belum diakui secara agama, akhirnya remaja tersebut
hanya mencium tangan pasangannya sebagai hasil dari adanya ketidaksesuaian antara persepsi saat ini dan
reference value (standar nilai) yang ada.

Reference value

Comparator

Input function Output Function


(perception) (Behavior)

Impact on
environment

Disturbance

(Sumber: Carver & Scheier, 1981)

Gambar 2. 1The Negative feedback loop

Gambar 2.1 merupakan skema dari teori kontrol dan digunakan didalam contoh yang peneliti
paparkan di atas.

Menurut Baumeister dan Exline (2000) ada empat faktor utama dalam pembentukan self-control.
Diantaranya adalah :

a) Kontrol impuls yang melibatkan penahanan diri terhadap godaan dan dorongan yang tidak diinginkan
lingkungan sosial ataupun pribadi. Yang mungkin termasuk ke dalam dorongan tersebut antara lain
seperti dorongan atas tindakan seksual, dorongan untuk makan dan adalah Muslim Syiah dan rata-rata
berusia 23 tahun, dilaporkan bahwa mayoritas dari mereka yaitu sebanyak 55% memiliki nilai
religiusitas yang tinggi, dan 20% dari mereka memiliki hubungan minum, dorongan untuk memakai
narkoba, dorongan melakukan kekerasan atau bersikap agresif, dan sejenisnya.
b) Kontrol atas pikiran yaitu berkonsentrasi untuk mengatur pertimbangan seseorang sehingga dapat
menghasilkan informasi sesuai dengan fakta dan informasi yang ada sehingga dapat menekan pikiran
yang tidak di inginkan.

c) Pengaruh regulasi yang melibatkan upaya untuk mengubah keadaan emosional dan suasana hati
seseorang, hal yang paling sering dilakukan adalah dengan keluar dari suasana hati yang buruk.

d) Kontrol diri yang relevan untuk mencapai kinerja yang optimal, dan proses pengendalian kinerja dapat
mencakup ketekunan, pengelolaan tenaga yang optimal, tibal balik yang cepat dan tepat, mencegah
terhambat di bawah tekanan.

self-control scale terdapat 5 faktor yang membentuk skala ini, diantaranya adalah:

1. Kedisiplinan diri (Self discipline) terdiri dari 9 item, yaitu 2 unfavorable item dan 7
favorableitem. Contoh item favorable yang ada pada faktor ini adalah “Saya pandai melawan
godaan” dan salah satu contoh item unfavorable adalah “Saya terkadang tidak dapat berhenti
melakukan suatu hal, meskipun saya tahu itu buruk”

2. Aksi yang tidak impulsif (Deliberate/nonimpulsive) terdiri dari 10 item, yaitu 1 unfavorable
item dan 9 favorable item. Contoh item favorable pada faktor 2 “Saya tidak pernah
memperbolehkan diri saya hilang kendali” dan salah satu contoh item unfavorable “Saya
tidak pandai menjaga rahasia”

3. Pola hidup sehat (Healthy habits) terdiri dari 7 item, 4 unfavorable item dan 3 favorable
item. . Contoh item favorable pada faktor 3 “Sayamelakukanhal-halburuk bagi saya, apabila
hal-hal itu menyenangkan” dan salah satu contoh item unfavorable “orang lain akan
mengatakan bahwa saya memiliki disiplin diri sekuat baja”

4. Etika kerja (Work ethic)terdiri dari 5 item, semua item merupakan favorable item. Salah satu
contoh itemnya adalah “ Saya malas”

5. Reliabilityterdiri dari 5 item dan semua item merupakan unfavorable item. Salah satu contoh
itemnya adalah “Saya selalu tepat waktu”

Religiusitas merupakan keyakinan seseorang terhadap Tuhan dan agama yang tercermin dalam
menangani masalah (faith-basic coping) dan kegiatan kegamaan yang dilakukannya (religious social
support/activities).

METODOLOGI PENELITIAN

Karakteristik Subjek Penelitian


Karakteristik subjek yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas X, XI, XII
dengan rentang usia 14-18 tahun (remaja), berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, dan berdomisili di
Jakarta..
Alat Ukur Penelitian
Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan adalah Religiosity and Spirituality Scale for Youth (RaSSY).
self-control scale.

- Alat Ukur Religiusitas


Alat test religiusitas diadaptasi dari Hernandez, Loyola, dan Louisiana (2011). Religiosity and
Spirituality Scale for Youth (RaSSY). RaSSY merupakan skala pengukuran yang dibuat untuk mengukur tingkat
religiusitas dan spiritualitas pada remaja, memiliki 37 item dan berdasarkan 2 faktor utama yaitu penanganan
berbasis kepercayaan (Faith-based Coping memiliki 22 item yang digunakan untuk menggambarkan keyakinan,
pengetahuan, doa untuk medapatkan kenyamanan, kekuatan, bantuan, ataupun petunjuk dari agama yang dianut
seseorang) dan faktor kedua ialah kegiatan/dukungan sosial keagamaan (Religious Social Support/Activities
memiliki 15 item yang digunakan untuk menilai dukungan sosial keagamaan dan partisipasi dalam kegiatan
keagamaan) seperti, mencari dukungan dari orang lain dalam komunitas agama, ataupun memberikan dukungan
dalam berbagai cara.
- Alat Ukur Self-Control
Alat ukur self-control di adaptasi dari Tangney, Baumeister & Boone (2004). Jumlah items
self-control ada 36. Menggunakan skala 1 (sama sekali bukan saya) sampai dengan skala 5 (sangat
seperti saya). Contoh item seperti, “Saya tidak mudah dipatahkan motivasinya”. Alat ukur self-control
ini sudah digunakan lebih dari 60 penelitian (Tangney, Baumeister & Boone, 2004).

Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode survey karena data
penelitian adalah angka yang akan diolah secara statistik. Desain penelitian yang digunakan adalah non-
eksperimental, dengan menggunakan kuesioner (skala likert) sebagai instrumen penelitian. Sementara tujuan
teknik analisis yang digunakan adalah analisis korelasional, yaitu melihat hubungan antar variabel.

Prosedur Penelitian

Persiapan Penelitian

Pada awalnya peneliti mengajukan proposal penelitian kepada pihak jurusan Psikologi
Universitas Bina Nusantara, setelah proposal diterima maka selanjutnya peneliti mulai mengumpulkan
instrumen penelitian. Setelah instrumen didapatkan, peneliti mulai mengadaptasinya ke dalam bahasa
Indonesia dengan bantuan dua orang yang ahli dalam bahasa Inggris. Selanjutnya, peneliti melakukan
konsultasi dengan dosen pembimbing untuk memastikan instrumen tersebut sudah dapat digunakan
atau belum. Setelah instrumen dirasa cukup baik, peneliti segera menyusun informed consent dan
menyatukan instrument tersebut sehingga siap untuk disebarkan kepada partisipant.

Pelaksanaan Penelitian

Peneliti melakukan penyebaran kuesioner kepada pelajar SMA dengan kriteria berumur 14-18
tahun (remaja) di wilayah Jakarta pada tanggal 15 juli- 20 juli 2013..

HASIL DAN BAHASAN

Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini mempunyai rentang umur 14 sampai 18 tahun, n=212, seluruh partisipan berasal
dari Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jakarta.

Katagorisasi Religiusitas dan Self-control

Dalam melihat tingkat religiusitas pada partisipant, Peneliti menggunakan katagorisasi rentang.
Rentang dibagi menjadi dua interval dengan kategori tinggi dan rendah. Adapun tingkat religiusitas pada subjek,
dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 4.5 Tabel Kategori Religiusitas

Interpretasi Interval skor n (%)

Tinggi 87-111 64 30

Sedang 62-86 126 59

Rendah 37-61 22 10

Total 212 100

Dari table diatas dapat dilihat bahwa n=212, terdapat (n=64, 30%) partisipant yang memiliki
religiusitas yang tinggi, dan religiusitas yang sedang (n=126, 59%), sedangakan yang memiliki self-control yang
rendah hanya (n=22, 10%).
Dalam melihat tingkat self-control pada partisipant, Peneliti menggunakan katagorisasi rentang.
Rentang dibagi menjadi dua interval dengan kategori tinggi dan rendah. Adapun tingkat self-control pada
subjek, dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 4.6 Tabel Kategori Self-Control


Interpretasi Interval skor n (%)

Tinggi 132-180 27 12

Sedang 84-131 177 83

Rendah 36-83 8 3

Total 212 100

Dari table diatas dapat dilihat bahwa n=212, terdapat (n=27, 12%) partisipant yang memiliki self-
control yang tinggi, dan terdapat (n=177, 83%) memiliki self-control yang sedang sedangkan yang memiliki
self-control yang rendah hanya (n=31, 15%).

Hasil Uji t (Perbedaan Tingkat Religiusitas antara Laki-laki dan Perempuan)

Tabel 4. 7Tabel Uji t Religiusitas

Jenis Kelamin Mean SD t Sig. (2 tailed)

Laki-laki 74, 29 13, 19 -4,56 <0,05

Perempuan 82, 41 12,41

Dari hasil uji t dapat kita ketahui bahwa terdapat perbedaan tingkat religiusitas yang signifikan antara partisipant
laki-laki dan perempuan t(208)=-4,5,p>,05 dimana perempuan memiliki tingkat relijius dengan nilai rata-rata
lebih tinggi dibanding laki-laki.

Berdasarkan analisis data ysng dilakukan, maka pertanyaan dalam penelitian ini Apakah ada hubungan
antara religiusitas dan self-control di kalangan remaja? Dapat dijawab bahwa terdapat hubungan positif yang
signifikan antara religiusitas dan self-control di kalangan remaja.

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan analisis data ysng dilakukan, maka pertanyaan dalam penelitian ini Apakah ada hubungan
antara religiusitas dan self-control di kalangan remaja? Dapat dijawab bahwa terdapat hubungan positif yang
signifikan antara religiusitas dan self-control di kalangan remaja.

Saran

Penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi setiap pihak untuk membuat sebuah program keagamaan yang
dapat meningkatkan self-control pada masyarakat khususnya remaja. Sebagai contoh, pihak sekolah dapat
mengajak peserta didiknya untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah karena kebersihan adalah bagian dari
ajaran agama sehingga mereka dapat menanamkan pola hidup sehat (healthy habits) menjadi sebuah kebiasaan
yang baik , mengadakan acara-acara bakti sosial karena berbagi kepada pihak yang membutuhkan adalah sebuah
ajaran agama, dan hal lain sebagainya.

Bagi peneliti lain yang tertarik mengadakan penelitian dengan topik yang sama agar memperhatikan
faktor lain yang dapat mempengaruhi self-control seseorang, seperti tingkat ekonomi keluarga, gaya hidup
seseorang, faktor konformitas, dan lain sebagainya. Selanjutnya peneliti lain dapat mengisi kekurangan dari
penelitian ini, memperhatikan jumlah item pada instrumen penelitian, dan memperluas subjek yang ada dalam
segi jumlah partisipant, etnik, maupun umur.

REFERENSI

Aghili, M., & Kumar, G. V. (2008). Relationship between religious attitude and happiness among
professional employees. Journal of the Indian Academy of Applied Psychology, 34, 66-69.

Baumeister, R. F., & Exline, J. J. (2000). Self-control, morality, and human strength. Journal of Social
and Clinical Psychology, 19, 29-42.

Carver, C. S., & Johnson, S. L. (2010). Authentic and huberistic pride: Differential relations to aspect
of goal regulation, affect, and self-control. 44 (6), 5.

Carver, C. S., & Scheier, M. F. (1981). Control theory: A useful conceptual framework for personality-
social, clinical, and health psychology. Psychological bulletin. (92), 111-135.

Carter, E. C., McCullough, M. E., & Carver, C. S. (2012). The mediating role of monitoring in the
association of religion with self-control. Social Psychological and Personality Science , 1-7.

Cheung, N. W., & Cheung, Y. W. (2010). Strain, self-control, and gender differences in delinquency
among chinese adolescents: extending general strain theory. Sociological Perspectives, 53, 321-345.

Clarke, C. S., Bannon, F. J., & Denihan, A. (2003). Suicide and religiosity-masaryk's theory revisited.
Social Psychiatry Psychiatr Epidemiol , 502-506.

Darokah, M., & Diponegoro, A. M. (2005). Peran akhlak terhadap kebahagiaan remaja Islam.
Indonesian Psychological Journal, 2, 15-27.

Desmond, S. A., Ulmer, J. T., & Bader, C. D. (2013). Religion, self control, and substance use. Deviant
Behavior , 384-406.

Fadillah, R. (2010, 6 16). Masyarakat indonesia dinilai kecanduan pornografi. Dipetik 5 22, 2013, dari
Detiknews: http://news.detik.com/read/2010/06/16/071932/1379101/10/masyarakat-indonesia-dinilai-
kecanduan-pornografi?nd771104bcj

Gailliot, M. T., Baumeister, R. F., & Schmeichel, B. J. (2006). Self-regulatory processes defend against
the threat of death: effects of self-control depletion and trait self-control on thoughts and fears of dying. 91 (1),
51.

Gailiot, M. T., Gitter, S. A., Baker, D. M., & Baumeister, R. F. (2012). Breaking the rules : low trait or
state self control increases social norm violations. Scientific Research, 3, 1074-1083.

Hernandez, B. C., Loyola, B. A., & Louisiana, M. A. (2011). The religiosity and spirituality scale for
youth: development and initial validation. Louisiana: Disertasi (Louisiana State University).

Ismail, W. (2010). Korelasi antara religiusitas & aplikasi konseling dengan perilaku penyalahgunaan
narkoba siswa sma negeri di makassar. Lentera Pendidikan, 13, 121-133.

Landor, A., Simons, L. G., Simons, R. L., Brody, G. H., & Gibbons, F. X. (2011). The role of religiosity
in the relationship between parents, peers, and adolescent risky sexual behavior. J Youth Adolescence, 40, 296-
309.

Levin, J. S., Taylor, R. J., & Chatters, L. M. (1994). Race and gender differences in religiosity among
older adult: finding from four national surveys. Journal of Gerontology, 49, 137-145.

Maloney, P. W., Grawitch, M. J., & Barber, L. K. (2012). The multi-factor structure of the brief self-
control scale: Discriminant validity of restraint and impulsivity. 46, 112.

McCullough, M. E., & Willoughby, B. L. (2009). Religion, self-regulation, and self control:
associations, explanations, and implications. Psychological Bulletin, 135, 69-93.
Nakhaie, M. R., Silverman, R. A., & LaGrange, T. C. (2000). Self-control and social control: an
examination of gender,ethnicity, class and delinquency. The Canadian Journal of Sociology, 25, 35-39.

Praptiani, S. (2013). Pengaruh kontrol diri terhadap agresivitas remaja dalam menghadapi konflik
sebaya & pemaknaan gender. Jurnal Sains & Praktik Psikologi, 1, 1-13.

Roth, L. M., & Kroll, J. C. (2007). Risky business: assessing risk preference explanations for gender
differences in religiosity. American Sociological Review, 72, 205-220.

Saut, P. D. (2012, 4 26). Keluarga korban ingin afriyani dihukum setidaknya 20 tahun bui. Dipetik 5 22,
2013, dari Detiknews: http://news.detik.com/read/2012/04/26/102844/1901887/10/keluarga-korban-ingin-
afriyani-dihukum-setidaknya-20-tahun-bui

Shirazi, K. K., & Morowatisharifabad, M. A. (2009). Religiosity and determinants of safe sex in iranian
non-medical male students. Journal Relig Health, 48, 29-36.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif kualitatif, & r&d. Bandung: Alfabeta.

Sullins, D. P. (2006). Gender and religion: deconstructing universality, constructing complexity.


American Journal of Sociology, 112, 838-880.

Susandri, & Suhardini, A. D. (2011). Korelasi komitmen beragama dengan sikap & perilaku relasi antar
lawan jenis pada mahasiswa unisba. Prosiding Seminar Nasional Penelitian & PKM : Sosial, Ekonomi, &
Humaniora , 107-112.

Tangney, J. P., Baumeister, R. F., & Boone, A. L. (2004). High self-control predicts good adjustment,
less pathology, better grades, and interpersonal success. Journal of Personality , 271-322.

Welch, M. R., Tittle, C. R., & Grasmick, H. G. (2006). Christian religiosity, self-control and social
conformity. Social Forces, 84, 1605-1623.

Wood, J. (2012, Januari 25). Religion Can Aid in Self-Control. Dipetik April 21, 2013, dari
Psychcentral: http://psychcentral.com/news/2012/01/25/religion-can-aid-in-self-control/34065.html

RIWAYAT PENULIS

Muhammad Saddam Haviez lahir di kota Jakarta pada tanggal 10 Januari 1991. Penulis menamatkan pendidikan
S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang psikologi pada tahun 2013.

Anda mungkin juga menyukai