Anda di halaman 1dari 81

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG DEMAM

BERDARAH DENGUE DENGAN MOTIVASI


MELAKUKAN PENCEGAHAN DEMAM
BERDARAH DENGUE DI WILAYAH
PUSKESMAS KALIJAMBE
SRAGEN

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh:
ERY WAHYUNING SEJATI
NIM: ST13031

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015

i
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG DEMAM BERDARAH


DENGUE (DBD) DENGAN MOTIVASI MELAKUKAN PENCEGAHAN
DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH PUSKESMAS
KALIJAMBE SRAGEN

Oleh :
Ery Wahyuning Sejati
NIM. ST13031

Telah dipertahankan didepan penguji pada tanggal 7 Agustus 2015 dan dinyatakan
telah memenuhi syarat untuk menndapatkan gelar Sarjana Keperawatan

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

(S. Dwi Sulisetyawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep) (bc. Yeti Nurhayati, M.Kes)


NIK : 200984041 NIK : 201378115

Penguji,

(Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep)


NIK : 200981037

Surakarta,………………….2015
Ketua Program Studi S-1 Keperawatan

(Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.kep)


NIK : 201279102

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada seluruh hamba-Nya. Sholawat

serta salam tak lupa penulis tujukan kepada Rosul pembawa kabaikan Nabi

Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi

sebagai persyaratan uji akhir Studi S-1 keperawatan yang diselenggarakan oleh

STIKES Kusuma Husada Surakarta.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya pada berbagai pihak yang berkaitan dengan proses penyusunan Skripsi

ini dapat selesai pada waktunya untuk itu perkenankan penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberi motivasi dalam penyusunan Skripsi.

2. Wahyu Rima Agustina, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi

S-1 Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta yang telah memberi

motivasi dalam penyusunan Skripsi.

3. S. Dwi Sulisetyawati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing I yang telah

memberikan pengarahan dan motivasi dalam menyelesaikan penyusunan

Skripsi.

4. bc. Yeti Nurhayati, M.Kes, selaku pembimbing II yang telah memberikan

pengarahan dan motivasi dalam penyelesaikan penyususnan Skripsi.

iii
5. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku penguji yang telah memberikan

pengarahan dan motivasi dalam penyelesaikan penyusunan Skripsi.

6. Bapak, Ibu dan kakak serta seluruh anggota keluarga tercinta yang telah

memberikan do’a dan dukungan moril serta material sehingga penulis

dapat menyelasaikan Skripsi.

7. Karyawan serta dosen STIKES Kusuma Husada Surakarta.

8. Semua staff Puskesmas Kalijambe Sragen

9. Semua Responden yang ada di Wilayah Puskesmas Kalijambe Sragen

10. Sahabat dan teman-teman angkatan 2014 yang penulis sayangi dan cintai.

11. Sumua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah

berperan dalam penyusunan selama ini.

Semoga amal baik semua pihak akan mendapat balasan dari Allah SWT.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Skripsi ini jauh dari

kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Maka

dari itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan semoga tulisan ini dapat

bermanfaat. Amiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surakarta, Agustus 2015

penulis

iv
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Ery Wahyuning Sejati
NIM : ST13031
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1) Skripsi saya, Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKES Kusuma Husada
Surakarta maupun diperguruan tinggi lain.
2) Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukkan Tim
Penguji.
3) Dalam Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkann
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dann apabila di kemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya tulis, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di
perguruan tinggi ini.

Surakarta, Agustus 2015


Yang membuat pernyataan,

(Ery Wahyuning Sejati)

NIM. ST13031

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………… ii

KATA PENGANTAR ………………………………………………….. iii

SURAT PERNYATAAN ……………………………………………… v

DAFTAR ISI ……………………………………………………………. vi

DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. vii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. ix

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. x

ABSTRAK …………………………………………………………..… xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………. 1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………. 6

1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………….. 6

1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori ………………………………………. 11

2.2 Keaslian Penelitian ………………………………… 35

2.3 Kerangka Teori ……………………………………. 37

2.4 Kerangka Konsep ……………………………………. 38

2.5 Hipotesis …………………………………………….. 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................. 39

vi
3.2 Populasi dan Sampel …………………………………… 39

3.3 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala

Pengukuran……………………………………………… 41

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian ………………………….. 42

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data……………… 42

3.6 Etika Penelitian ………………………………………… 48

3.7 Teknik Pengolahan data dan Analisa Data .……………… 51

BAB IV HASIL PENELITIAN ………………………………………. 54

BAB V PEMBAHASAN ……………………………………………. 56

BAB VI PENUTUP …………………………………………………… 60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

2.2 Keaslian Penelitian 35

3.1 Definisi Operasional 41

3.2 Hasil Uji Validitas pengetahuan dan Motivasi 44

3.4 Hasil Uji Reabilitas 47

4.1 Gambaran umum responden 53

4.2 Gambaran tingkat pendidikan responden 53

4.3 Gambaran Pengetahuan tentang DBD 54

4.4 Gambaran motivasi melakukan pencegahan 54

4.3 Analisis Hubungan pengetahuan dengan motivasi 55

viii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

2.3 Kerangka Teori 37

2.4 Kerangka konsep 38

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Keterangan

1. Usulan Topik Penelitian

2. Usulan Judul Penelitian

3. Lembar Permohonan menjadi responden

4. Lembar Persetujuan Sebagai Responden

5. Lembar Kuisioner Pengetahuan

6. Lembar Kuisioner Motivasi

7. Jadwal Kegiatan Penelitian

8. Surat Ijin Studi Pendahuluan

9. Surat Ijin Uji Validitas dan Reabilitas

10. Hasil validitas

11. Surat Ijin Penelitian

12. Hasil penelitian

13. Lembar Konsultasi

x
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015

Ery Wahyuning Sejati

Hubungan Pengetahuan tentang Demam Berdarah Dengue dengan Motivasi


Melakukan Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Wilayah Puskesmas
Kalijambe Sragen

Abstrak

Latar belakang: Mengingat sangat berbahaya penyakit DBD, maka perlu


ada upaya pemberantasan yang komprehensif dari penyakit tersebut. Tindakan
masyarakat dalam melakukan program 3M yaitu Menguras, Menutup dan
mengubur masih sangat rendah, tempat penampungan air yang dibiarkan terbuka,
tidak pernah dikuras, dan tidak diberi abate. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisis hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan
motivasi melakukan pencegahan demam berdarah dengue di Wilayah Kerja
Puskesmas Kalijambe Kabupaten Sragen.
Metode penelitian: penelitian ini menggunakan desain penelitian
kuantitatif non eksperimental dengan studi korelasional. Populasi pada penelitian
ini adalah warga di wilayah Puskesmas Kalijambe Kabupaten Sragen yang
melakukan pencegahan demam berdarah berjumlah 85 orang. Sampel yang
memenuhi kriteria sebanyak 46 orang. Kuesioner pengetahuan dikembangkan dari
konsep pengetahuan tentang demam berdarah sebanyak 19 butir pertanyaan, dan
kuesioner motivasi dikembangkan dari konsep motivasi sebanyak 15 pertanyaan.
Analisis data dilakukan dengan uji Spearman Rank.
Hasil penelitian: Tingkat pengetahuan sebagian besar responden pada
kategori sedang sebanyak 18 responden (39,1%). Motivasi sebagian besar
responden dalam kategori tinggi sebanyak 24 responden (52,2%). Terdapat
hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan motivasi
melakukan pencegahan demam berdarah dengue di Wilayah Kerja Puskesmas
Kalijambe Kabupaten Sragen dengan arah hubungan positif dan kekuatan
hubungan pada tingkat kuat (nilai r: 0,563; nilai p: 0,0001).
Saran: bagi masyarakat diharapkan mampu mempertahankan atau
meningkatkan motivasi dan perilaku dalam pencegahan demam berdarah untuk
menghindari munculnya penyakit DBD yang mengancam kematian masyarakat.

Kata kunci: pengetahuan, motivasi, demam berdarah


Daftar pustaka: 33 (2007-2014)

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit

menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat

di Indonesia, sering muncul sebagai kejadian luar biasa dan menimbulkan

kepanikan di masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat

menyebabkan kematian. Penyebab demam berdarah dengue adalah virus

dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albupictus

yang hidup digenangan air bersih sekitar rumah. Peningkatan insidensi dan

penyebarluasan DBD tersebut diduga erat kaitannya dengan kepadatan

vektor yang sangat tinggi dan didukung dengan meningkatnya mobilitas

penduduk oleh karena meningkatnya sarana transportasi dalam kota maupun

luar kota (Depkes RI, 2007).

Aedes aegypti tersebar luas di daerah tropis dan sub tropis. Di Indonesia

nyamuk ini tersebar luas baik di rumah-rumah maupun tempat-tempat

umum. Nyamuk ini dapat hidup dan berkembang biak sampai ketinggian

daerah ± 1.000 m dari permukaan air laut. Nyamuk aedes aegypti tidak

dapat hidup diatas ketinggian 1.000 m dan tidak dapat berkembang biak,

karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah, sehingga tidak

memungkinkan bagi kehidupan nyamuk tersebut (Depkes RI, 2007).

1
2

Faktor lingkungan yang memberi pengaruh terhadap keberadaan faktor

DBD antara lain lingkungan fisik, suhu udara, kelembaban, hujan, angin,

sinar matahari, arus air, lingkungan kimiawi dan lingkungan biologi.

Manipulasi lingkungan terutama dalam mencegah vektor secara umum

dapat berupa penghilangan tempat-tempat perindukannya dengan cara

melakukan 3M yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur (Dinkes Jateng,

2013).

Berdasarkan penelitian Waris (2013) menunjukkan perilaku dalam

melakukan pencegahan 3M plus masyarakat cenderung negative, ini dapat

dilihat dari 100 responden yang memiliki pengetahuan baik dengan perilaku

baik pula sejumlah 25 responden (61%), sedangkan pengetahuan baik

dengan perilaku kurang sejumlah 16 responden (39%). Begitu pula

sebaliknya responden pengetahuan kurang dengan perilaku kurang sebanyak

36 responden (61%), sedangkan responden pengetahuan kurang dengan

perilaku baik sebanyak 23 responden (39%), hanya 20 orang yang

melakukan 3M (menguras, menutup dan mengubur).

Penyakit demam berdarah dengue mulai menyebar ke sebagian besar

kabupaten dan kota di seluruh propinsi di Indonesia dan jumlah kota dan

kabupaten yang terjangkit juga terus menerus meningkat. Penyakit DBD

juga merupakan salah satu penyakit menular yang sering menimbulkan

kejadian luar biasa (Soegijanto, 2004). Di Indonesia setiap tahunnya terjadi

KLB (Kejadian Luar Biasa), secara sporadic dan setiap 5-10 tahun terjadi

KLB (Kejadian Luar Biasa) besar seperti tahun 1988, 1998, dan 2004. Hal
3

ini menunjukkan bahwa sulit sekali menghentikan transmisi penyakit ini

karena banyak faktor yang berperan dalam dinamika penularan penyakit

demam berdarah dengue (DBD) yang mencakup interaksi Host-Agent-

Environment. Cara penularan penyakit DBD adalah melalui gigitan nyamuk

Aedes Aegypti yang mengigit penderita DBD kemudian ditularkan kepada

orang sehat. Masa menggigitnya yang aktif ialah pada awal pagi yaitu dari

pukul 09.00-10.00 WIB dan pukul 16.00-17.00 WIB (Direktorat PPBB,

2007).

Mengingat sangat berbahayanya penyakit DBD, maka perlu ada upaya

pemberantasan yang komprehensif dari penyakit tersebut. Pemerintah telah

mengeluarkan kebijakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN 3M-Plus)

untuk menanggulanggi penyakit DBD. Ini merupakan cara utama yang di

anggap efektif, efisien dan ekonomis untuk memberantas vektor penular

DBD mengingat obat dan vaksin pembunuh virus DBD belum di temukan.

Program PSN 3M- plus perlu diimbangi dengan peningkatan pengetahuan

masyarakat tentang DBD. Pengetahuan kepada masyarakat diperlukan

karena sebagai modal awal perubahan perilaku masyarakat. Pengetahuan

yang baik diyakini akan berpengaruh terhadap peningkatan motivasi

masyarakat untuk mencegah munculnya penyakit DBD di lingkungan

sekitarnya (Depkes RI, 2007).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmojo, 2010).

Pengetahuan tentang DBD berperan terhadap motivasi pencegahan DBD


4

secara umum. Motivasi adalah sesuatu pendorong seseorang untuk

bertingkah laku dalam mencapai suatu tujuan (Saam dan Wahyuni, 2012).

Motivasi adalah hal yang penting terutama bagi mereka yang pernah

mengalami penyakit DBD. Motivasi pencegahan DBD dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain, faktor kepercayaan, nilai, sikap, usia. Semakin

bertambahnya usia maka tingkat perkembangan akan berkembang sesuai

dengan pengetahuan yang pernah didapatkan dan juga pengalaman sendiri.

Walaupun 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur) merupakan cara yang

mudah dan bisa dilakukan dengan biaya yang sedikit pada kenyataannya

cara ini tidak terlaksana dengan baik. Ini sangat erat dengan motivasi

masyarakat dalam kebiasaan hidup bersih dan pemahaman serta perlakuan

masyarakat terhadap bahayanya Demam Berdarah Dengue ini (Handayani,

2007).

Selama tahun 2010, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) menurun

menjadi 156.806 kasus dan jumlah kematian 1.358 orang (Badan Litbang

dan Pengembangan Kesehatan, 2010). Data yang didapatkan dari Jawa Pos

Nasional Network (JPNN) tahun 2011, jumlah kasus DBD di Indonesia dari

Januari-Oktober 2011 sebanyak 49.486 kasus dengan angka kematian 403

orang (Riskesdas, 2013).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di wilayah

kerja Puskesmas Kalijambe Kabupaten Sragen pada bulan Juni-Agustus

2014 didapatkan hasil sebagai berikut: terdapat 5 kasus DBD pada bulan

Juni, meningkat 300% lebih pada bulan Agustus 2014 menjadi 17 kasus
5

Demam Berdarah Dengue (DBD). Kejadian kasus demam berdarah di

Kabupaten Sragen pada bulan Agustus 2014 dari tiga kecamatan didapatkan

angka kejadian di kecamatan Plupuh sebanyak enam kasus, Kecamatan

Kalioso sebanyak lima kasus dan Kecamatan Kalijambe sebanyak tujuh

belas kasus (Dinkes Kab Sragen, 2014).

Gambaran sekilas desa Banaran Kabupaten Sragen adalah home

industry dalam bidang furniture, sehingga terdapat banyak tumpukan kayu,

air yang menggenang, dan tempat penampungan air. Enam puluh persen

rumahnya kurang cahaya, karena terdapat banyak tumpukan mebel dan

banyak gantungan pakaian didalam rumah. Pada bulan Juli terdapat lima

rumah yang terdeteksi jentik nyamuk dan bulan Agustus delapan rumah

yang terdeteksi jentik nyamuk (Profil Desa Banaran, 2014).

Hasil wawancara yang dilakukan pada warga Banaran Kabupaten

Sragen pada tanggal 22 Oktober 2014 secara insidental terhadap 10 warga

didapatkan semua warga mengetahui tentang demam berdarah disebabkan

oleh nyamuk aedes aegypti. Sebanyak tiga orang melakukan pencegahan

Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan cara 3M (Menguras, Menutup dan

Mengubur). Sebanyak tujuh orang tidak melakukan pencegahan faktor

demam berdarah dengan alasan malas dan sibuk sehingga tidak mau

menerapkan dalam kesehariannya.

Upaya pencegahan DBD yang telah dilakukan oleh Puskesmas

Kalijambe dengan peran serta masyarakat sekitar antara lain dilakukan

penyuluhan tentang PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dengan


6

melalukan 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur) dan setiap minggunya

dilakukan kerja bakti semua warga masyarakat. Dari upaya yang dilakukan

tersebut ternyata masih banyak angka kejadian DBD. Hal tersebut

menunjukan adanya perilaku masyarakat yang masih sangat kurang. Salah

satu faktor yang berpengaruh adalah pengetahuan (Dinkes Kab Sragen

2014).

Hasil studi pendahuluan tersebut mendorong peneliti tertarik ingin

mengetahui hubungan pengetahuan tentang Demam Berdarah Dengue

dengan motivasi melakukan pencegahan Demam Berdarah Dengue di

Wilayah Puskesmas Kalijambe Sragen.

1.2 Rumusan Masalah

Secara spesifik rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada

hubungan pengetahuan tentang Demam Berdarah Dengue dengan motivasi

melakukan pencegahan Demam Berdarah Dengue di Wilayah Puskesmas

Kalijambe Sragen?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan

tentang Demam Berdarah Dengue dengan motivasi melakukan

pencegahan Demam Berdarah Dengue di Wilayah Puskesmas

Kalijambe Sragen.
7

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik responden

2. Mengetahui gambaran pengetahuan tentang Demam Berdarah

Dengue di Wilayah Puskesmas Kalijambe Sragen.

3. Mengetahui gambaran motivasi melakukan pencegahan Demam

Berdarah Dengue di Wilayah Puskesmas Kalijambe Sragen.

4. Mengetahui hubungan pengetahuan tentang Demam Berdarah

Dengue dengan motivasi melakukan pencegahan Demam

Berdarah Dengue di Wilayah Puskesmas Kalijambe Sragen.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat untuk

menumbuhkan motivasi dan perilaku dalam pencegahan demam

berdarah secara optimal pada seluruh lapisan masyarakat.

1.4.2 Bagi institusi pelayanan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian terhadap

perilaku masyarakat dalam upaya pencegahan demam berdarah

dengue. Diharapkan petugas puskesmas dapat mengetahui perilaku

keluarga tentang pencegahan penyakit demam berdarah dengue serta

memberi penyuluhan pentingnya perilaku masyarakat dalam

penanggulangan penyakit demam berdarah dengue.


8

1.4.3 Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk

melanjutkan penelitian terkait dalam bidang pencegahan dan

penatalaksanaan demam berdarah dengue.

1.4.4 Bagi peneliti

Hasil penleitian ini dapat digunakan sebagai dasar bagi peneliti

dalam melaksanakan tugas sebagai tenaga kesehatan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Demam Berdarah Dengue

2.1.1.1. Definisi

Penyakit demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic

Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes

aegypti dan aedes albopictus. Kedua nyamuk ini terdapat

hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-

tempat ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan

laut (Depkes RI, 2007).

DHF/DBD adalah Suatu penyakit menular yang

disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan dari orang ke

orang lain melalui gigitan nyamuk aedes aegypti, dapat

menimbulkan kematian yang singkat dan sering

menimbulkan wabah. Penyakit Demam Berdarah Dengue

adalah Penyakit menular yang disebabkan oleh virus

dengue dan ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti, yang

ditandai dengan demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari

tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu

hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik

9
10

perdarahan atau ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan,

berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau

renjatan (shock) (Depkes RI, 2007).

Dari beberapa pengertian tentang penyakit demam

berdarah dengue diatas dapat disimpulkan bahwa demam

berdarah dengue adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh

nyamuk aedes aegypti dari orang ke orang lain dengan

gejala demam, nyeri ulu hati dan sendi, adanya perdarahan

serta terjadi renjatan (shock).

2.1.1.2. Penyebab

Penyebab demam berdarah menurut Badan Litbang dan

Pengembangan Kesehatan (2010) adalah sebagai berikut:

1. Agent (virus)

Virus dengue adalah anggota genus flavivirus dan

famili flavividae. Virus berukuran 50 nm ini memiliki

single standart RNA. Virus dengue membentuk suatu

kompleks yang nyata di dalam genus flavivirus

berdasarkan kepada karakteristik antigenic dan

biologisnya. Terdapat empat serotipe virus yang disebut

sebagai DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.

terinfeksinya seseorang dengan salah satu serotype


11

tersebut diatas, akan menyebabkan kekebalan seumur

hidup terhadap serotipe virus yang bersangkutan.

Meskipun keempat serotipe ini mempunyai daya

antigenis yang sama namun mereka berbeda di dalam

menimbulkan proteksi silang meskipun baru beberapa

bulan terjadi infeksi dengan salah satu dari serotipe ini.

Serotype DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan

diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi

klinik yang berat. Semua ke empat serotipe virus ini

dapat menyebabkan kejadian luar biasa dan

menyebabkan penyakit menjadi berat dan fatal.

2. Host

Virus dengue menginfeksi manusia. Tubuh manusia

merupakan urban reservoir yang utama bagi virus

tersebut.

3. Environment

Aedes aegypti lebih menyukai beristirahat ditempat

yang gelap, lembab, tempat tersembunyi dalam rumah

dan bangunan. Perpipaan yang tidak selalu mengalir

karena debet air kecil dan tekanan air rendah sehingga

tidak mampu melayani air keseluruh pipa sehingga

harus menampung air di tempat penampung air seperti

drum, ember, dan bak air. Di daerah sulit air,


12

pengambilan air dari sumber lain juga mengharuskan

penduduk menampung air ditempat penampungan air

besar dan kecil dimana memungkinkan menjadi tempat

perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti.

Tempat penampungan air yang dibuat dari tanah liat,

keramik, bak beton, drum, seng, vas bunga, pot

tanaman, dan mangkok untuk menyimpan air minum

burung. Tempat penampung air yang tidak baik dan

terlindung dari sinar matahari dapat menjadi tempat

perkembangbiakan jentik aedes aegypti.

Pembuangan sampah yang tidak memenuhi

persyaratan sanitasi memberi kontribusi terbentuknya

perkembangbiakan nyamuk, banyak barang-barang

seperti kaleng bekas, pecahan botol, ember, dan pot-pot

yang berserakan, batok kelapa, ban bekas, pagar

bambu, beton yang berlubang yang dapat menampung

air hujan menjadi tempat perkembangbiakan jentik

nyamuk aedes aegypti oleh karena itu setiap rumah

tangga perlu menata kembali lingkungan sehingga tidak

menjadi tempat perkembangbiakan jentik dan tidak

lupa untuk melakukan pencegahan melalui 3M

(Menguras, Mengubur dan Menutup).


13

2.1.1.3. Tanda dan Gejala.

Tanda dan gejala demam berdarah dengue menurut

(Heraswati & Kusumawati, 2008) adalah:

1. Demam

Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang

mendadak, terus-menerus, berlangsung 2-7 hari, naik

turun dan tidak mampu dengan obat antipiretik. Kadang-

C dan dapat

terjadi kejang demam. Akhir fase demam merupakan

fase kritis pada DBD pada saat fase demam mulai

menurun dan pasien tampak seakan sembuh, hati-hati

karena fase tersebut sebagai awal kejadian syok.

Biasanya pada hari ketiga dari demam. Hari ke 3, 4, 5

adalah fase kritis yang harus dicermati pada hari ke 6

dapat terjadi syok. Kemungkinan dapat terjadi

perdarahan dan kadar trombosit sangat rendah

(<20.000/ul)

2. Tanda Perdarahan

Penyebab perdarahan pada pasien DBD ialah

vaskulopati, trombositopenia dan gangguan fungsi

trombosit, serta koagulasi intravaskuler yang

menyeluruh. Jenis perdarahan terbanyak adalah

perdarahan kulit seperti uji tourniquet (rumple leede)


14

positif, petekie, purpura, ekimosis. Petekie sering sulit

dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk. Perdarahan

lain yaitu epitaksis, perdarahan gusi, mimisan,

perdarahan subkonjungtiva, hematuria, melena dan

hematemisis namun tanda perdarahan seperti tersebut

diatas tidak semua terjadi pada seorang pasien DBD.

3. Hepatomegali

Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan

pada kondisi awal sebuah penyakit, pembesaranya

bervariasi, dilakukan pemeriksaan palpasi sekitar 2-4 cm

dibawah lengkungan iga kanan sudah dapat terapa

pembesaran hati. Proses pembesaran hati ini tidak dapat

teraba sampai menjadi teraba, dapat meramalkan

perjalanan penyakit DBD, nyeri tekan pada daerah tepi

hati.

4. Syok

Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala

klinis menghilang setelah demam turun. Demam turun

disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi

dan tekanan darah, akral ekstremitas teraba dingin,

disertai kongesti kulit. Perubahan ini memperlihatkan

gejala gangguan sirkulasi, sebagai akibat dari

perembesan plasma yang dapat bersifat ringan atau


15

sementara. Pada pasien biasanya akan sembuh spontan

setelah pemberian cairan dan elektrolit. Syok ditandai

dengan denyut nadi cepat dan lemah, tekanan nadi tururn

menjadi 20 mmHg atau kurang, perhatikan tekanan

systolik dan diastolic. Syok merupakan tanda kegawatan,

apabila tidak segera diatasi secepatnya dapat

menyebabkan kematian. Komplikasi akibat syok dapat

terjadi seperti asidosis metabolic, perdarahan saluran

cerna yang hebat, sampai ensefalopati, kelainan ginjal,

sampai oedem paru. Dasar patogenesisi DBD adalah

perembesan plasma, yang terjadi pada fase penurunan

suhu maka dasar pengobatannya adalah penggantian

volume plasma yang hilang. Penggantian cairan harus

diberikan dengan kebijaksanaan dan hati-hati.

4.1.1.1. Derajat Penyakit

Derajat penyakit demam berdarah dengue menurut

Anggraini (2010) diklasifikasikan kedalam 4 derajat:

1. Derajat I

Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya

manifestasi perdarahan adalah uji tourniquet.


16

2. Derajat II

Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit

dan atau perdarahan lain.

3. Derajat III

Kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat, dan lemah,

tekanan darah menurun (20mmHg atau kurang) atau

hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan

lembab, dan anak tampak gelisah.

4. Derajat IV

Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan

darah tidak terukur (Depkes RI, 2004). Sindrom Syok

Dengue biasanya terjadi pada saat atau segera saat atau

segera setelah suhu turun, antara hari ke-3 sampai hari

sakit ke-7. Pasien mula-mula terlihat letargi atau

gelisah kemudian jatuh ke dalam syok yang ditandai

dengan kulit dingin-lembab, sianosis sekitar mulut, nadi

cepat-lemah, tekanan nadi 20 mmHg dan hipotensi.

Kebanyakan pasien masih tetap sadar sekalipun

sudah mendekati stadium akhir. Dengan diagnosis dini

dan penggantian cairan adekuat, syok biasanya teratasi

dengan segera, namun bila terlambat diketahui atau

pengobatan tidak adekuat, syok dapat menjadi syok

berat dengan berbagai penyulitnya seperti asidosis


17

metabolic, perdarahan hebat saluran cerna, sehingga

memperburuk prognosis. Pada masa penyembuhan

yang biasanya terjadi dalam 2-3 hari, kadang-kadang

ditemukan sinus bradikardi atau aritma, dan timbul

ruam pada kulit. Tanda prognostic baik apabila

pengeluaran urin cukup dan kembalinya nafsu makan.

4.1.1.2. Siklus penularan

Nyamuk Aedes aegypti yang sudah terinfeksi virus

dengue pada saat dia menghisap darah dari seseorang yang

sedang dalam fase demam akut (viraemia). Setelah melalui

periode inkubasi ekstrinsik selama 8 sampai 10 hari,

kelenjar ludah nyamuk bersangkutan akan terinfeksi dan

virusnya akan ditularkan ketika nyamuk tersebut menggigit

dan mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke

tubuh orang lain (Depkes, 2007).

Setelah masa inkubasi di tubuh manusia selama 3-14 hari

(rata-rata selama 4-6 hari) timbul gejala awal penyakit

secara mendadak, yang ditandai dengan demam, pusing,

myalgia (nyeri otot), hilangnya nafsu makan. Viraemia

biasanya muncul pada saat atau persis sebelum gejala awal

penyakit tampak dan berlangsung selama kurang lebih lima

hari setelah dimulainya penyakit. Saat-saat tersebut


18

merupakan masa kritis dimana penderita dalam masa sangat

infektif untuk vector nyamuk yang sangat berperan dalam

siklus penularan.

4.1.1.3. Faktor Resiko Terjadi Demam Berdarah Dengue

(Notoatmojo, 2010) :

1. Status imunologi seseorang

Seseorang yang memiliki sistem kekebalan tubuh

kurang maka dengan mudah terserang penyakit

termasuk penyakit yang disebabkan virus khususnya

virus dengue.

2. Strain virus/serotype virus yang menginfeksi

Virus dengue juga merupakan faktor penyebab

resiko timbulnya demam berdarah dengue namun tidak

semua virus memiliki potensi menimbulkan

wabah/KLB.

3. Usia

Meskipun demam berdarah dengue mampu dan

terbukti menyerang tubuh manusia dewasa, namun

lebih banyak kasus ditemukan pada pasien anak-anak

yang berusia kurang dari 15 tahun. Hal ini disebakan

karena sistem kekebalan tubuh pada anak-anak masih

kurang sehingga rentan terhadap penyakit dan aktivitas


19

anak-anak lebih banyak diluar rumah pada siang hari,

sedangkan nyamuk aedes aegypti biasanya menggigit

pada siang hari.

4.1.1.4. Tindakan Pencegahan Demam Berdarah Dengue

Gerakan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) adalah

keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dan

pemerintah untuk mencegah penyakit DBD yang disertai

pemantauan hasil-hasilnya secara terus menerus. Gerakan

PSN DBD merupakan bagian terpenting dari keseluruhan

upaya pemberantasan penyakit DBD, dan merupakan

bagian dari upaya mewujudkan kebersihan lingkungan serta

perilaku sehat dalam rangka mencapai masyarakat dan

keluarga sejahtera. Dalam membasmi jentik nyamuk

penularan DBD dengan cara yang dikenal dengan istilah

3M plus, (Depkes RI, 2007) yaitu:

1. Menguras bak mandi, bak penampungan air, tempat

minum hewan peliharaan minimal sekali dalam

seminggu.

2. Menutup rapat tempat penampungan air sedemikian

rupa sehingga tidak dapat diterobos oleh nyamuk

dewasa.
20

3. Mengubur barang-barang bekas yang sudah tidak

terpakai, yang semuanya dapat menampung air hujan

sebagai tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes

aegypti.

4. Menghindari gigitan nyamuk.

Belum ada vaksin untuk pencegahan penyakit demam

berdarah dengue dan belum ada obat-obatan khusus untuk

pengobatannya. Dengan demikian pengendalian DBD

tergantung pada pengendalain nyamuk aedes Aegypti.

Program pemberantasan yang berkesinambungan dan

harus melibatkan antara pemerintah dan masyarakat akan

sangat baik untuk jangka panjang dan berkesinambungan.

Tindakan Pencegahan Demam Berdarah Dengue Menurut

Depkes RI, 2007.

1. Pengelolaan Lingkungan

Ada beberapa metode pengelolaan lingkungan yaitu

mengubah lingkungan: perubahan fisik habitat vector,

pemanfaatan lingkungan dengan pengelolaan dan

menghilangkan tempat perkembangbiakan alami,

mengupayakan perubahan perilaku dan tempat tinggal

manusia sebagai usaha mengurangi kontak antara

vector-manusia.
21

a. Mengeringkan instalasi penampungan air.

Genangan air, pipa penyaluran, katup pintu air,

tempat yang dapat menampung air dan dapat

menjadi tempat perindukan jentik aedes Aegypti bila

tidak dirawat.

b. Tempat penampungan air di lingkungan rumah

tangga.

Sumber utama perkembangbiakan aedes aegypti di

sebagian besar daerah adalah tempat penampung air

untuk keperluan rumah tangga, termasuk wadah dari

keramik, wadah dari semen, dan tempat tempat

penampung air bersih atau air hujan harus ditutup

dengan rapat.

c. Jambangan dan Vas bunga

Jambangan bunga dan vas bunga harus dilubangi

sebagai lubang pengeringan, vas harus digosok dan

dibersihkan.

d. Pembuangan Sampah Padat.

Sampah padat, kering seperti kaleng, ember, botol,

ban bekas atau sejenisnya yang tersebar disekitar

rumah harus dipindahkan dan dikubur didalam

tanah. Perlengkapan rumah dan alat perkebunan

(ember, mangkok dan alat penyiram) harus


22

diletakkan terbalik untuk mencegah tertampungnya

air hujan. Ban truk bekas dapat dibuat sebagai

wadah sampah berharga murah dan dapat di pakai

berulang kali.

e. Mengisi lubang pagar.

Pagar dan pembatas pagar yang terbuat dari bambu

harus dipotong ruasnya dan pagar beton harus

dipenuhi dengan pasir untuk mengirangi perindukan

nyamuk aedes aegypti.

2. Memodifikasi Lingkungan

a. Perbaikan Saluran Air. Apabila aliran sumber air

tidak memadai dan hanya tersedia pada jam tertentu

atau sedikit, harus diperhatikan kondisi

penyimpanan air pada berbagai jenis wadah karena

hal tersebut dapat meningkatkan perkembangbiakan

aedes aegyprti. Wadah besar dan berat dan sulit

dikeringkan dibersihkan harus benar-benar

diperhatikan, tutup rapat-rapat wadah dan tidak lupa

untuk menaburkan bubuk abate kedalam wadah

yang berisi air untuk membunuh jentik-jentik

nyamuk. Takaran bubuk abate untuk 10 liter air

cukup dengan 1 gram bubuk abate. Untuk

menakarnya digunakan sendok makan.


23

b. Talang air/tangki air bawah tanah. Tempat

perindukan jentik nyamuk termasuk di talang

air/tangki bawah tanah, maka strukturnya harus

dibuat anti nyamuk. Bangunan dari batu untuk tutup

pintu air dan meteran air juga harus dilengkapi

dengan lubang pengering sebagai tindakan dari

pencegahan. Bak mandi dikuras setiap 2x dalam

seminggu dan dapat diberi ikan kecil agar dapat

memutuskan perkembangbiakan nyamuk.

3. Perlindungan Diri

a. Pakaian pelindung. Pakaian dapat mengurangi

resiko gigitan nyamuk bila pakaian tersebut cukup

longgar dan tebal, lengan panjang dan celana

panjang serta kaos kaki yang merupakan tempat

gigitan nyamuk.

b. Obat nyamuk semprot, bakar. Produk insektisida

rumah tangga, seperti obat nyamuk bakar,

semprotan pyrentrum dan aerosol (semprot)

banyak digunakan sebagai alat perlindungan diri

terhadap nyamuk. Mats electric juga dapat

digunakan.

c. Obat oles anti nyamuk (repellent). Pemakaian obat

anti nyamuk merupakan suatu cara yang


24

paling umum bagi seseorang untuk melindungi

dirinya dari gigitan nyamuk dan serangga lainnya.

Jenis ini secara luas diklasifikasikan menjadi dua

kategori, penangkal alamiah dan penangkal

kimiawi. Minyak murni dari ekstrak tanaman

merupakan bahan utama obat-obatan penangkal

nyamuk alamiah, contohnya, minyak serai,

minyak sitrun dan minyak neem. Bahan penangkal

kimiawi seperti DEET (NDiethyl-m-Toluamide)

dapat memberikan perlindungan terhadap aedes

aegypty selama beberapa jam.

d. Tirai dan kelambu nyamuk. Tirai dan kelambu

nyamuk sangat bermanfaat untuk pemberantasan

dengue karena spesies ini mengigit pada siang

hari. Kelambu efektif untuk melindungi bayi,

orang-orang dan pekerja malam yang sedang tidur

siang.

e. Penggunaan tanaman penghalau nyamuk.

Menanam tanaman yang dapat mengusir nyamuk

dengan baunya juga dapat digunakan sebagai salah

satu cara untuk mencegah gigitan nyamuk demam

berdarah dengue ini. Beberapa tanaman yang

dapat digunaka sebagai penghalau nyamuk


25

diantaranya adalah akar wangi (vertiver

zizanoides). Ekstrak Akar Wangi ini mampu

membunuh larva nyamuk aedes aegypti kurang

lebih dalam waktu 2 jam dengan cara merendam

ke dalam air. Ekstra akar wangi memiliki

kandungan evodiamine dan rutaecarpine sehingga

menghasilkan aroma yang cukup tajam yang tidak

disukai serangga selain itu Ekstra akar wangi

terasa pahit, Geranium memiliki kandungan

geraniol dan sitronelol yang merupakan tanaman

berbau menyengat dan harum dan bersifat

antiseptic dan tidak disukai nyamuk, Lavender

selain bisa langsung sebagai pengusir nyamuk

bunganya juga menghasilkan minyak yang

digunakan sebagai bahan penolak nyamuk bahkan

bahan yang sering digunakan sebagai lotion anti

nyamuk dengan komposisi utama adalah linalool

asetat, Rosemary yang mampu menebar aroma

wangi sekaligus pengacau penciuman dan daya

efektifitas “radar” nyamuk.

4. Pengasapan (fogging).

Pengasapan tidak mampu membasmi jentik nyamuk

namun membunuh nyamuk dewasa. Pengasapan sangat


26

efektif dilakukan pada pagi hari, waktu angin belum

kencang dan saat aktifitas menggigit nyamuk sedang

memuncak. Pengasapan sebaiknya dilakukan didalam

dan diluar rumah serta bukan diselokan dan

pengasapan baiknya dilakukan pada waktu nyamuk

hidup dan berkembangbiak yaitu pada pagi hari.

Pengasapan menggunakan insektisida Malathion 4%

dicampur solar, hanya dapat membunuh nyamuk pada

radius 100-200 m disekitarnya dan efektif untuk 1-2

hari. Fogging kurang efektif karena hanya mampu

membunuh nyamuk dewasa dan tidak sekaligus

membunuh larvanya dan dapat menggangu kesehatan

manusia seperti gangguan paru dan kulit.

2.1.2 Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini

terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap

suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (over behaviour)

(Notoatmodjo, 2010).
27

2.1.2.1 Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif

ada 6 tingkatan, Bloom (1950) dalam

(Notoatmodjo, 2010) yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu

materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali sesuatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension) Memahami

diartikan sebagai suatu

kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai sebagai

kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini


28

dapat diartikan sebagai aplikasi atau

menggunakan hokum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam satu struktur organisasi, dan

masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan (membuat kata kerja, seperti

dapat menggambarkan memisahkan,

bagan), membedakan, mengelompokkan

dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu

kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada.


29

Misalnya dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkaskan, dapat

menyesuaikan, dan sebagainya terhadap

suatu teori atau rumusan-rumusan yang

telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan

untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu didasarkan pada suatu criteria

yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.2.2 Penilaian pengetahuan

Kategori pengetahuan dinilai berdasarkan teori

kategori pengetahuan (Notoatmojo, 2007)

yang membagi pengetahuan menjadi 3

tingkatan:

1. Pengetahuan rendah, jika skor <56%

2. Pengetahuan sedang, jika skor 56-75%

3. Pengetahuan tinggi, jika skor >75%


30

2.1.2.3 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan menurut Notoadmodjo (2007),

yaitu:

1. Pengalaman

Pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan, baik

pengalaman diri maupun orang lain. Hal

ini dilakukan dengan cara mengulang

kembali dan bila gagal maka orang tidak

akan menggunakan cara yang sama.

2. Pendidikan

Pendidikan berhubungan dengan

pengembangan dan perubahan kelakuan

anak didik. Pendidikan bertalian dengan

transisi pengetahuan, sikap, kepercayaan,

ketrampilan dan aspek kelakuan yang lain.

Pedidikan adalah proses belajar dan

mengajar pola–pola kelakuan manusia

sesuai dengan yang diharapkan

masyarakat.
31

3. Informasi

Memberikan informasi tentang hubungan

seksual saat kehamilan diharapkan akan

meningkatkan pengetahuan dan sikap

dalam kesehatan reproduksi dalam diri

individu atau pasangan suami istri sasaran

berdasarkan kesadaran dan kemampuan

individu yang bersangkutan.

4. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung

terhadap pengetahuan seseorang. Namun

bila seseorang berpenghasilan cukup besar,

maka dia akan mampu untuk menyediakan

atau memberikan fasilitas– fasilitas sumber

informasi.

5. Sosial budaya

Semua orang hidup dalam kelompok dan

saling berhubungan melalui lambang–

lambang, khususnya bahasa. Manusia

mempelajari kelakuan orang lain di

lingkungan sosialnya. Hampir segala

sesuatu yang dipikirkan, dirasakan

bertalian dengan orang lain, bahasa,


32

kebiasaan, makan, pakaian, dan sebagian

dipelajari dari lingkungan sosial

budayanya.

2.1.3 Motivasi

2.1.3.2 Pengertian motivasi

Menurut George Terry, motivasi adalah

keinginan di dalam seorang individu yang

mendorong ia untuk bertindak. Sedangkan

menurut Harold Koontz, motivasi adalah

dorongan dan usaha untuk

memenuhi/memuaskan suatu kebutuhan

atau untuk mencapai suatu tujuan

(Moekijat, 2010). Sedangkan menurut

Vroom, motivasi mengacu kepada suatu

proses mempengaruhi pilihan-pilihan

individu terhadap bermacam-macam bentuk

kegiatan yang dikehendaki (Purwanto,

2006).

2.1.3.3 Tujuan motivasi

Tujuan motivasi adalah untuk

menggerakkan atau menggugah seseorang


33

agar timbul keinginan dan kemampuannya

untuk melakukan sesuatu sehingga dapat

memperoleh hasil dan mencapai tujuan

tertentu (Purwanto, 2006).

2.1.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

seseorang (Suharti, 2010), yaitu:

1. Faktor fisik dan proses mental, adalah

dukungan fisik dan mental yang

memungkinkan untuk mencapai

tujuan.

2. Faktor hereditas, lingkungan. dan

kematangan usia, adalah faktor

turunan seperti bahwa bangsa atau

suku tertentu sangat ulet dan

mempunyai semangat tinggi kalau

mempunyai keinginan.

3. Faktor intrinsik, adalah keinginan

yang datangnya dari diri sendiri

4. Fasilitas (sarana dan prasarana),

adalah fasilitas yang mendukung

kemungkinan hasil atau tujuan

tercapai.
34

5. Situasi dan kondisi, adalah suatu

keadaan atau kondisi yang

memungkinkan seseorang untuk

berbuat atau beraktifitas.

6. Program dan aktifitas, adalah program

atau rencana-rencana kegiatan

7. Media, media elektronik maupun

media cetak sangat mempengaruhi

motivasi seseorang.

2.1.3.4. Penilaian motivasi

Penilaian Motivasi menurut Hastono, 2007:

1. Motivasi tinggi, jika skor ≥ cutt of poin

2. Motivasi rendah jika skor < cutt of poin

COP: hasil jawaban responden ke 1 –

responden ke n dibagi dengan jumlah

responden
35

2.2. Keaslian Penelitian

Table 2.1 Keaslian Penelitian

NAMA JUDUL
METODE HASIL PENELITIAN
PENELITI PENELITIAN
Sri Suharti Hubungan Penelitian ini 1. Pengetahuan
(2010) pengetahuan dan merupakan mempunyai hubungan
motivasi dengan penelitian yang signifikan
perilaku kepala dengan terhadap perilaku
keluarga dalam analisis kepala keluarga
pemberantasan deskriptif dalam pemberantasan
sarang nyamuk korelasional sarang nyamuk
demam berdarah dan teknik demam berdarah
dengue sampel 2. Motivasi mempunyai
menggunakan hubungan yang
proportional signifikan terhadap
sampling. perilaku kepala
Jumlah sampel keluarga dalam
sebanyak 113 pemberantasan sarang
orang. nyamuk demam
berdarah
Lukma Waris, Pengetahuan dan Jenis Hasil uji Chi-square
Windi Tri perilaku penelitian ini untuk melihat hubungan
Yuana (2013) masyarakat adalah cross pengetahuan dan perilaku
terhadap Demam sectional, masyarakat di Batulicin
Berdarah Dengue pengumpulan terhadap DBD
di Kecamatan data dilakukan menunjukkan masih
Batulicin pada rendahnya pengetahuan
Kabupaten Tanah bulan Oktober masyarakat terhadap
Bumbu 2012. Sampel upaya pencegahan DBD
Provinsi yang dan berpengaruh pada
Kalimantan digunakan perilaku mereka.
Selatan adalah Terdapat hubungan yang
individu dalam signifikan antara
rumah tangga pengetahuan dan perilaku
yang terpilih responden dalam
secara acak pencegahan DBD (x
sebanyak 100 =4,688, p=0,030).
rumah dan
diwawancarai
dengan
menggunakan
kuesioner.

Abi Muhlisin, Penanggulangan Metode Hasil kegiatan


dan Arum demam berdarah kegiatan dalam penyuluhan tentang
Pratiwi (2006) dengue (DBD) di pelatihan ini pencegahan demam
kelurahan adalah melalui berdarah secara kualitatif
singopuran pemberian menunjukan adanya
36

NAMA JUDUL
METODE HASIL PENELITIAN
PENELITI PENELITIAN
kartasura intervensi peningkatan pengetahuan
Sukoharjo berupa ibu-ibu tentang materi
pendidikan yang diajarkan hal ini
kesehatan, ditunjukan dengan
kemudian pertanyaan secara lesan
dibandingkan yang bisa di jawab oleh
ketrampilan peserta penyuluhan
masyarakat dibandingkan dengan
melakukan reaksi saat penggalian
pencegahan tingkat pengetahuan
demam diawal penyuluhan.
berdarah
sebelum dan
sesudah
diberikan
pendidikan
kesehatan
37

2.3. Kerangka Teori

Pencegahan Demam Pengetahuan:


Berdarah: 1. Mengetahui
1. Gerakan PSN 2. Memahami
a. Mengubur 3. Aplikasi
b. Menutup 4. Analisis
c. Menguras 5. Sintesis
2. Pengelolaan 6. Evaluasi
Lingkungan
3. Memodifikasi
Lingkungan
4. Perlindungan Diri
5. Pengasapan Motivasi Pencegahann DBD:
1. Motivasi tinggi, jika skor ≥ cutt
of poin
2. Motivasi rendah jika skor <
cutt of poin
COP: hasil jawaban responden ke
1 –responden ke n dibagi dengan
jumlah responden

Gambar 2.2: Kerangka Teori

(Depkes RI, 2007; Notoatmodjo, 2010)

2.4. Kerangka Konsep

Pengetahuan Motivasi pencegahan


tentang DBD DBD

Gambar 2.3: Kerangka Konsep

(Notoatmojo, 2010)
38

2.5. Hipotesis

Hipotesis adalah Jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan

baru didasarkan pada teori (Sugiyono, 2009).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho : Tidak ada Hubungan Pengetahuan tentang Demam Berdarah Dengue

dengan Motivasi melakukan Pencegahan Demam Berdarah Dengue di

Wilayah Puskesmas Kalijambe Sragen.

Ha : Ada Hubungan Pengetahuan tentang Demam Berdarah Dengue dengan

Motivasi melakukan Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Wilayah

Puskesmas Kalijambe Sragen.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Desain penelitian adalah model atau metode yang digunakan peneliti

untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya

penelitian (Dharma, 2011). Desain yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuantitatif non eksperimental dengan studi korelasional. Studi

korelasional adalah studi untuk mencari ada tidaknya hubungan diantara dua

variabel yang diteliti (Notoatmojo, 2010).

Penelitian dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan

pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan motivasi melakukan

pencegahan demam berdarah dengue di Wilayah Puskesmas Kalijambe

Sragen.

3.2 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah warga di

wilayah Puskesmas Kalijambe Sragen yang melakukan pencegahan

demam berdarah berjumlah 85 orang.

39
40

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Sampel penelitian ini adalah keluarga yang

memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum

subyek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang

akan dijadikan peneliti sebagai sampel penelitian (Notoatmojo, 2010).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Bisa membaca dan menulis

b. Berpartisipasi penuh dalam kegiatan penelitian

c. Keluarga yang tidak memiliki anggota keluarga tenaga

kesehatan

d. Keluarga yang tidak menjadi kader kesehatan

e. Keluarga yang pernah melakukan pencegahan

Kriteria eksklusi adalah kriteria yang dapat menggagalkan populasi

menjadi sampel (Sugiyono, 2009). Kriteria ekslusi sample dalam

penelitian ini adalah:

a. Responden yang tidak bersedia mengikuti penelitian

b. Keluarga yang pindah tempat tinggal diluar wilayah Puskesmas

Kalijambe.

3. Teknik pengambilan sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan tehnik

purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan menggunakan


41

pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti (Dahlan, 2009). Tehnik

pengambilan sampel dilakukan dengan rumus Slovin:

n N
1 N (d 2 )

Dimana:

N: jumlah populasi

n: jumlah sampel

D: tingkat kesalahan (0,01)

Sehingga dilakukan penghitungan didapatkan:

85
n
1 85(0,012 )

n: 45,9, dibulatkan menjadi 46

Setelah dilakukan seleksi populasi, didapatkan jumlah sampel

sebanyak 46 responden.

4. Besar sampel

Besar sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dijadikan sebagai

subjek penelitian (Sugiyono, 2009). Setelah dilakukan identifikasi

terhadap 85 warga, jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi, dari

didapatkan sebanyak 46 warga, sehingga besar sampel yang dibutuhkan

dalam penelitian ini adalah 46 warga.


42

3.3 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan skala Pengukuran

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang

demam berdarah dengue, dan variabel dependen adalah motivasi melakukan

pencegahan demam berdarah dengue.

Tabel 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

Definisi Alat ukur dan Hasil


Variabel Skala Ukur
Operasional Cara Ukur Ukur
Pengetahuan Kemampuan Kuesioner 1. Pengetahua Ordinal
Sesorang untuk sejumlah 19 n tinggi,
mengetahui dan pertanyaan jika skor >
memahami apa menggunakan skala 75 %
yang perlu Guttman dengan 2. Pengetahua
dipahami, yaitu pilihan jawaban n sedang,
tentang pencegahan benar dan salah. jika skor
demam berdarah Jika pertanyaan antara 56-
positif, jawaban 75%
benar diberikan 3. Pengetahua
skor 1 n rendah
Jika pertanyaan jika skor <
negatif, jawaban 56%
benar skor 0
Motivasi Keinginan kuat Kuesioner 1. Motivasi Ordinal
melakukan untuk sejumlah 15 tinggi, jika
pencegahan melaksanakan pertanyaan skor ≥ cutt
demam kegiatan sesuai menggunakan skala of poin
berdarah dengan apa yang Likert dengan 2. Motivasi
telah diyakininya pilihan jawaban rendah jika
akan menghasilkan Sangat Setuju (SS), skor < cutt
kebaikan Setuju (S), Tidak of poin
Setuju (TS), dan COP: hasil
Sangat Tidak jawaban
Setuju (STS). responden
Jika pertanyaan ke 1 –
positif, jawaban responden
diberikan skor: ke n dibagi
1. STS (Sangat dengan
Tidak Setuju) jumlah
2. TS (Tidak responden
Setuju)
3. S (Setuju)
4. SS (Sangat
Setuju)
Jika pertanyaan
negatif, jawaban
43

Definisi Alat ukur dan Hasil


Variabel Skala Ukur
Operasional Cara Ukur Ukur
diberikan skor:
1. SS (Sangat
setuju)
2. S (Setuju)
3. TS (Tidak
setuju)
4. STS (Sangat
Tidak setuju)

3.4 Tempat dan Waktu Penelitiann

Penelitian dilakukan di wilayah Puskesmas Kalijambe Kabupaten Sragen

pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Mei 2015.

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

1. Alat pengumpul data

Instrumen yang digunakan untuk mengukur pengetahuan dan

motivasi menggunakan kuesioner. Kuesioner pengetahuan

dikembangkan dari konsep pengetahuan tentang demam berdarah

sebanyak 19 butir pernyataan dengan skala Guttman pilihan jawaban

benar dan salah. Jawaban benar pada pernyataan positif (Favoerabel)

akan diberikan skor 1 dan jawaban salah diberikan skor 0, sebaliknya

pada pernyataan yang bersifat negatif (Unfavoerabel), jawaban benar

diberikan skor 0 dan jawaban salah diberikan skor 1. Kuesioner

motivasi dikembangkan dari konsep motivasi sebanyak 15 pernyataan

dengan skala Likert pilihan jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju

dan sangat tidak setuju. Jika pernyataan positif (Favoerabel), jawaban

diberikan skor 1 pada jawaban sangat tidak setuju, skor 2 pada


44

jawaban tidak setuju, skor 3 pada jawaban setuju dan skor 4 pada

jawaban sangat setuju. Jika pernyataan negative (Unfavoerable),

jawaban diberikan skor 1 pada jawaban sangat setuju, skor 2 pada

jawaban setuju, skor 3 pada jawaban tidak setuju dan skor 4 pada

jawaban sangat tidak setuju.

2. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Kuesioner yang telah diujicobakan melalui uji validitas dan reliabilitas

kuesioner. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan di wilayah

Puskesmas Plupuh II.

a. Uji Validitas

Validitas adalah indeks yang menunjukkan seberapa besar suatu

alat ukur betul-betul mengukur apa yang perlu diukur (Azwar,

1986). Validitas suatu pengukuran senantiasa berhubungan dengan

kesesuaian dan kecermatan dari alat ukur yang digunakan. Untuk

pengujian validitas angket digunakan teknik korelasi product

moment angka. Adapun rumus korelasi product moment adalah :

Keterangan :

Koefisien

N = Banyak Sampel

= Jumlah Skor Nilai Setiap Item


45

= Jumlah Skor Total

= Jumlah XY

Table 3.2 Hasil Uji Validitas pengetahuan:

Butir soal Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan


1. 0,728 0,444 Valid
2. 0,728 0,444 Valid
3. 0,479 0,444 Valid
4. 0,665 0,444 Valid
5. 0,399 0,444 Tidak Valid
6. 0,541 0,444 Valid
7. 0,537 0,444 Valid
8. 0,518 0,444 Valid
9. 0,479 0,444 Valid
10. 0,662 0,444 Valid
11. 0,518 0,444 Valid
12. 0,601 0,444 Valid
13. 0,581 0,444 Valid
14. 0,425 0,444 Tidak Valid
15. 0,521 0,444 Valid
16. 0,399 0,444 Tidak Valid
17. 0,601 0,444 Valid
18. 0,540 0,444 Valid
19. 0,518 0,444 Valid
20. 0,369 0,444 Tidak Valid
21. 0,136 0,444 Tidak Valid
22. 0,480 0,444 Valid
23. 0,581 0,444 Valid
24. 0,622 0,444 Valid
25. 0,425 0,444 Tidak Valid

Hasil uji validitas pada variabel pengetahuan didapatkan pertanyaan

no 5, 14, 16, 20, 21, dan 25 memiliki nilai r hitung < 0,444 diketahui

tidak valid, sehingga pada proses analisis selanjutnya ke 6

pertanyaan tersebut dikeluarkan dari uji. Pada pengujian selanjutnya

terhadap 19 kuesioner pengetahuan didapatkan nilai r hitung pada


46

rentang 0,479-0,728 > 0,444 sehingga ke 19 pertanyaan pengetahuan

tersebut dinyatakan valid.

Table 3.3 Hasil Uji Validitas Motivasi :

Butir soal Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan


1. 0,438 0,444 Tidak valid
2. 0,815 0,444 Valid
3. 0,849 0,444 Valid
4. 0,205 0,444 Tidak valid
5. 0,501 0,444 Valid
6. 0,676 0,444 Valid
7. 0,585 0,444 Valid
8. 0,650 0,444 Valid
9. 0,800 0,444 Valid
10. 0,675 0,444 Valid
11. 0,295 0,444 Tidak valid
12. 0,610 0,444 Valid
13. 0,097 0,444 Tidak valid
14. 0,643 0,444 Valid
15. 0,560 0,444 Valid
16. 0,436 0,444 Tidak valid
17. 0,744 0,444 Valid
18. 0,668 0,444 Valid
19. 0,586 0,444 Valid
20. 0,664 0,444 Valid

Pada variabel motivasi untuk melakukan pencegahan demam

berdarah pada pertanyaan nomer 1, 4, 11, 13 dan 16 didapatkan nilai

r hitung < 0,444 sehingga ke 5 butir pertanyaan dinyatakan tidak

valid, sehingga pada proses analisis selanjutnya ke 5 pertanyaan

tersebut dikeluarkan dari uji. Pada pengujian selanjutnya terhadap 15

kuesioner motivasi untuk melakukan pencegahan demam berdarah

didapatkan nilai r hitung pada rentang 0,501-0,849 > 0,444 sehingga


47

ke 19 pertanyaan motivasi untuk melakukan pencegahan demam

berdarah tersebut dinyatakan valid.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana pengukuran itu dapat

memberikan hasil yang relatif tidak berbeda apabila dilakukan

pengukuran kembali terhadap subjek yang berbeda (Azwar, 1986).

Angket penelitian ini dihitung dengan teknik analisis varian yang

dikembangkan oleh Cronbach Alpha, adapun rumusnya sebagai

berikut :

Keterangan :

= Koefisien Cromboach Alpha

k = Banyak item soal yang valid

= Jumlah variance butir soal

= Variance total

Instrumen dikatakan reliabel jika r hitung atau r (α) > r tabel, instrumen

penelitian dinyatakan reliabel apabila nilai r hitung>0,6. Karena nilai r

tabel untuk n=20 pada taraf signifikan atau tingkat kemaknaan 5 %

(α=0,05) adalah 0,6 (Hastono, 2007).

Tabel 3.4 Hasil uji reliabilitas:


48

Instrumen
Nilai r hitung Konstanta Keterangan
kuesioner
Pengetahuan 0,890 0,6 Reliabel
Motivasi 0,913 0,6 Reliabel

Hasil uji reliabilitas pada variabel pengetahuan didapatkan nilai r

sebesar 0,890 dan pada variabel untuk melakukan pencegahan demam

berdarah didapatkan nilai r 0,913 lebih besar dari 0,6 sehingga

instrumen tersebut dinyatakan reliabel.

3. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian ini dilakukan sebagai berikut:

a. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian dari STIKes

Kusuma Husada Surakarta yang ditujukan ke Kantor

Kesbangpolinmas Kabupaten Sragen.

b. Mengajukan ijin penelitian ke Kantor Kesbangpolinmas

Kabupaten Sragen. Setelah mendapatkan ijin mengantarkan surat

tembusan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen dan Puskesmas

Kalijambe.

c. Peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden

d. Peneliti memberikan penjelasan terkait dengan penelitian yang

akan dilakukan mulai dari maksud dan tujuan, manfaat, langkah-

langkah penelitian

e. Calon responden yang bersedia menjadi responden, untuk

menandatangani surat pernyataan yang berisi tentang kesediaan

untuk menjadi responden.


49

f. Peneliti memeriksa kelengkapan data yang sudah didapatkan.

g. Peneliti kemudian mengolah hasil data yang sudah didapatkan dari

responden dengan menggunakan program komputer.

3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

3.6.1 Teknik Pengolahan Data

Hastono (2007) memaparkan bahwa pengolahan data

merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan setelah

pengumpulan data. Agar analisis penelitian menghasilkan

informasi yang benar, paling tidak ada empat tahapan dalam

pengolahan data yang peneliti harus lalui yaitu editing, coding,

processing, dan cleaning. Data yang telah dikumpulkan pada

penelitian ini selanjutnya diolah dengan menggunakan program

komputer dengan beberapa tahapan yaitu merekapitulasi hasil

jawaban kuesioner yang diisi oleh responden kemudian

dilakukan:

1. Editing

Dilakukan untuk memeriksa ulang kelengkapan pengisian

formulir kuesioner meliputi identitas dan jawaban masing-

masing pertanyaan.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf

menjadi data berbentuk angka/bilangan (Hastono, 2007).

Peneliti memberi kode pada setiap responden untuk


50

memudahkan dalam pengolahan data dan analisis data.

Kegiatan yang dilakukan, setelah data diedit kemudian

diberi kode. Pada kuesioner pengetahuan, hasil jawaban

diberikan kode 1 jika pengetahuan rendah, kode 2 jika

pengetahuan sedang dan kode 3 jika pengetahuan tinggi.

Dan pada variabel motivasi diberikan kode 1 pada motivasi

rendah dan kode 2 pada motivasi tinggi.

3. Processing

Setelah semua lebar observasi terisi penuh serta sudah

melewati pengkodean maka langkah peneliti selanjutnya

adalah memproses data agar data yang sudah di-entry dapat

dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-

entry dari data kuesioner ke paket program computer (SPSS

for Windows 15).

4. Cleaning

Suatu kegiatan pembersihan seluruh data agar terbebas dari

kesalahan sebelum dilakukan analisa data, baik kesalahan

dalam pengkodean maupun dalam membaca kode,

kesalahan juga dimungkinkan terjadi pada saat kita

memasukkan data ke komputer. Setelah data didapat

kemudian dilakukan pengecekan kembali apakah data yang

ada salah atau tidak. Pengelompokan data yang salah


51

diperbaiki hingga tidak ditemukan kembali data yang tidak

sesuai sehingga data siap dianalisis.

3.6.2 Analisa Data

Untuk melakukan pengujian hipotesis, analisis data yang dilakukan

adalah:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang bertujuan untuk

menjelaskan/mendiskripsikan karakteristik masing-masing

variabel yang diteliti (Hastono, 2007). Variabel yang dianalisis

secara univariat dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan

motivasi melakukan pencegahan demam berdarah. Data akan

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis untuk menguji

hubungan/pengaruh, perbedaan antara dua variabel. Pemilihan

uji statistik yang akan digunakan untuk melakukan analisis

didasarkan pada skala data, jumlah populasi/ sampel dan

jumlah variabel yang diteliti. Analisis untuk mengetahui

hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue

dengan motivasi melakukan pencegahan demam berdarah

dengue di Wilayah Puskesmas Kalijambe Sragen dilakukan


52

dengan uji Spearman Rank karena kedua variabel berskala

ordinal (Sabri & Hastono, 2010). Uji Spearman Rank adalah

uji yang digunakan pada dua variabel yang memiliki jenis data

ordinal atau nominal.

Untuk uji Spearman Rank digunakan derajat kepercayaan

(Confident Interval 95%), dan batas kemaknaan alfa 5% (0,05):

Bila diperoleh p ≤ 0,05, berarti secara statistik ada hubungan yang

signifikan antara Pengetahuan dengan Motivasi Melakukan

Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD).

Hasil p > 0,05 berarti secara statistik tidak ada hubungan yang

signifikan antara Pengetahuan dengan Motivasi Melakukan

Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD).

3.7 Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi

penelitian adalah manusia, maka penelitian harus memahami hak dasar

manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya,

sehingga penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung

tinggi kebebasan manusia.

1. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar

persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum


53

penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk

menjadi responden (Hidayat, 2011).

Informed consent berisi tentang identitas peneliti, tujuan penelitian,

alasan pemilihan sampel, tata cara penelitian, resiko dan

ketidaknyamanan penelitian, manfaat penelitian, kerahasiaan data,

jumlah sampel yang diperlukan kesukarelaan, kemungkinan timbul

biaya dan kontak peneliti.

2. Anonimity (tanpa nama)

Digunakan untuk memberikan jaminan dalam penggunaan subyek

penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan

nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode

lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan

(Hidayat, 2011).

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2011).
54
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Mei

2015 terhadap 46 responden kepala keluarga di wilayah Puskesmas

Kalijambe Sragen.

4.1 Analisis Univariat

4.1.1 karakteristik responden

1. Umur

Tabel 4.1 Gambaran umur responden di Wilayah


Puskesmas Kalijambe Sragen
Variabel Frekuensi Pesentase (%)
21 - 40 Tahun 40 87,0
41 – 60 Tahun 6 13,0
Jumlah 46 100

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar responden

berumur 21-40 tahun sebanyak 40 responden (87,0).

2. Tingkat pendidikan

Tabel 4.2 Gambaran tingkat pendidikan responden di Wilayah


Puskesmas Kalijambe Sragen

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)


SD 12 26.1
SMP 21 45,7
SMA 10 21,7
DIPLOMA 3 6,5
100,0
Jumlah 46

55
56

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar pendidikan

responden adalah SMP sebanyak 21 responden (45,7%). SD sebanyak

12 responden (26,1%), SMA sebanyak 10 responden (21,7%),

DIPLOMA sebanyak 3 responden (6,5%).

3. Gambaran pengetahuan tentang demam berdarah dengue (DBD) di

Wilayah Puskesmas Kalijambe Sragen.

Tabel 4.3: Gambaran pengetahuan tentang demam berdarah dengue


di Wilayah Puskesmas Kalijambe Sragen.
Persentase
Pengetahuan tentang DBD Frekuensi
(%)
Rendah 15 32,6
Sedang 18 39,1
Tinggi 13 28,3

Jumlah 46 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar responden

memiliki tingkat pengetahuan sedang yaitu sebanyak 18 responden

(39,1%). Tingkat pengetahuan rendah yaitu sebanyak 15 responden

(32,6%). Tingkat pengetahuan tinggi yaitu 13 responden (28,3%).

4. Gambaran motivasi melakukan pencegahan demam berdarah dengue di

Wilayah Puskesmas Kalijambe Sragen.

Tabel 4.4: Gambaran motivasi melakukan pencegahan demam


berdarah dengue di Wilayah Puskesmas Kalijambe Sragen.

Motivasi pencegahan DBD Frekuensi Persentase (%)


Rendah 22 47,8
Tinggi 24 52,2
Jumlah 46 100,0
57

Berdasarkan tabel 4.4, diketahui bahwa sebagian besar responden

memiliki motivasi tinggi yaitu sebanyak 24 responden (52,2%).

Motivasi rendah yaitu sebanyak 22 responden (47,8%).

4.2 Analisis Bivariat

Penelitian ini menggunakan uji spearman rank untuk mengetahui analisis

hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan motivasi

melakukan pencegahan demam berdarah dengue di Wilayah Puskesmas

Kalijambe Sragen.

Tabel 4.5: Hasil Analisis korelasi Spearman Rank


Variabel R P
Hubungan Pengetahuan
dengan Motivasi 0,563 0,0001

Hubungan pengetahuan dengan motivasi melakukan pencegahan demam

berdarah dengue berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji

Spearman, didapatkan nilai r sebesar 0,563 dan nilai p sebesar 0,0001.

Artinya terdapat hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue

dengan motivasi melakukan pencegahan demam berdarah dengue di

Wilayah Puskesmas Kalijambe Sragen dengan arah hubungan positif dan

kekuatan hubungan kuat (Nilai r berada pada rentang 0,51-0,75),

(Hastono,2007).

BAB V
58

PEMBAHASAN

5.1 Analisis Univariat

5.1.1 Karakteristik Responden

1. Umur

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar

responden berumur 31-35 tahun sebanyak 15 responden (32,6%).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

berada pada umur dewasa antara 31-35 tahun dimana pada umur ini

adalah umur seseorang telah menunjukkan kedewasaan yang ideal.

Menurut Hurlock (1998) dalam Wawan & Dewi (2010), semakin

cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Kepercayaan

masyarakat, seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang

yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian Maulina (2012) yang menyatakan bahwa usia seseorang

sangat mempengaruhi faktor pengetahuan karena dalam penelitian

ini peneliti meneliti pada kelompok usia dewasa.

2. Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian

besar pendidikan responden adalah SMP sebanyak 21 responden

(45,7%). Menurut Syah (2003) pendidikan dapat diartikan sebagai

sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang

memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku


57
59

yang sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan menurut Notoatmodjo

(2007) juga menjelaskan bahwa pendidikan semakin tinggi maka

seseorang akan lebih mudah menerima hal-hal yang baru dan

mudah menyesuaikan dengan perubahan baru. Hal ini didukung

dengan penelitian Maulina (2012) yang menemukan bahwa ada

beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang

tentang penyakit demam berdarah, diantaranya adalah jenjang

pendidikan terakhir, tingkat pengetahuan terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan demam berdarah, dan pernah tidaknya responden

menerima informasi tentang masalah tersebut baik dari media

elektronik, media cetak dan petugas kesehatan dan lain-lain

3. Gambaran pengetahuan tentang demam berdarah dengue di

Wilayah Puskesmas Kalijambe Sragen.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian

besar responden memiliki tingkat pengetahuan sedang yaitu

sebanyak 18 responden (39,1%). Hal tersebut ditunjukkan dengan

sebagian besar responden menjawab kuesioner pengetahuan dengan

jawaban benar. Hal tersebut didukung oleh teori menurut

Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan

hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan pengideraan

terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan dipengaruhi oleh

pendidikan, pekerjaan, usia, sumber informasi. Dalam hal ini

faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan responden yaitu


60

pendikan, umur, pekerjaan sehingga menghasilkan pengetahuan

yang baik tentang demam berdarah dengue.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suharti

(2010) yang menemukan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat

sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan sedang sebanyak

40,1%). Selain itu akses responden terhadap sumber informasi

mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan yang lebih baik karena

semakin besar pendapatan keluarga semakin mudah untuk

mendapatkan informasi dengan membeli majalah atau konsultasi

dengan dokter (Viviroy, 2008). Kemudian menurut Notoatmodjo

(2007) yang menyatakan bahwa dengan bekerja memungkinkan

adanya interaksi kelompok dengan lingkungan, sehingga untuk

mendapatkan informasi baru lebih banyak daripada yang tidak

bekerja.

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah sesuatu

yang diketahui, setelah sesorang melakukan penginderaan terhadap

obyek tertentu. Pengetahuan dalam teori kognitif merupakan hasil

interaksi sesorang dengan lingkungan sosial secara timbal balik

yang menghasilkan pengalaman tertentu. Pengetahuan seseorang

diproses melalui motivasi dari dalam dirinya sebagai pengalaman

yang telah dimiliki. Pengetahuan diperoleh dari usaha sesorang

mencari tahu terlebih dahulu terhadap rangsangan berupa obyek

dari luar melalui proses sensori dan interaksi antara dirinya dengan
61

lingkungan sosial sehingga memperoleh pengetahuan baru tentang

suatu obyek.

Kurangnya pengetahuan atau pengetahuan yang salah di

kelompok masyarakat akan berpengaruh terhadap persepsi dan

kepercayaan masyarakat yang salah, dimana masyarakat akan

cenderung melakukan pencegahan demam berdarah dengue. Peran

petugas kesehatan serta pihak-pihak terkait, sangat penting untuk

menggiatkan kegiatan konsultasi informasi dan edukasi (KIE)

antara lain dengan cara penyuluhan guna meningkatkan

pengetahuan tentang pencegahan demam berdarah dengue.

4. Gambaran motivasi melakukan pencegahan demam berdarah

dengue di Wilayah Puskesmas Kalijambe Sragen.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian

besar responden memiliki motivasi tinggi yaitu sebanyak 24

responden (52,2%). Hal ini terbukti motivasi responden untuk

memberantas penyebab penularan demam berdarah dengue cukup

tinggi, dari indikator internal yang meliputi kesehatan, kerapian,

dan kebersihan menunjukkan bahwa yang menyatakan memiliki

motivasi rendah lebih kecil daripada yang memiliki motivasi tinggi.

Berdasarkan prosentase jawaban benar pada variabel motivasi

tentang aspek-aspek atau indikator variabel motivasi membuktikan

bahwa hampir sebagian besar kepala keluarga memiliki motivasi

yang cukup untuk melakukan pemberantas


62

sarang nyamuk demam berdarah dengue. Kenyataan ini sejalan

dengan pendapat Samsudin (2006) yang menyatakan bahwa

motivasi adalah sebuah proses mempengaruhi atau mendorong dari

luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau

melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi atau

dorongan (driving force) dimaksudkan sebagai desakan yang alami

untuk memuaskan dan mempertahankan kehidupan.

Motivasi adalah dorongan dari luar dan dalam masing-masing

individu untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

Kepala keluarga yang memiliki tinggi dalam perilaku

pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue diharapkan

mampu memberikan contoh yang baik kepada kepala keluarga lain

yang kurang memiliki motivasi dalam melakukan pemberantasan

sarang nyamuk demam berdarah dengue. Kurangnya

penanggulangan motivasi dan seseorang atau masyarakat demam

terhadap akan pencegahan penyakit berdarah menyebabkan

semakin besar kemungkinan timbulnya penyakit demam berdarah

dengue. Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue

dapat dimulai dari membersihkan lingkungan sekitar rumah.

Dewasa ini kesadaran masyarakat terutama kepala keluarga dalam

hal memperhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal masih

dirasakan sangat kurang. Penelitian ini sesuai juga dengan

Handoko dan Yuli (2005), bahwa motivasi sebagai keadaan dalam


63

diri pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk

melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.

Motivasi adalah apa yang ada pada seorang yang akan mewujudkan

suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran

kepuasan.

5.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan sebagai analisis hubungan

pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan motivasi melakukan

pencegahan demam berdarah dengue di Wilaya Puskesmas Kalijambe Sragen.

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji Spearman,

didapatkan nilai r sebesar 0,563 dan nilai p sebesar 0,0001. Artinya terdapat

hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan motivasi

melakukan pencegahan demam berdarah dengue di Wilayah Puskesmas

Kalijambe Sragen dengan arah hubungan positif dan kekuatan hubungan

tingkat kuat (Hastono, 2007).

Tindakan pencegahan demam berdarah yang dapat dilakukan oleh

masyarakat adalah pengelolaan lingkungan, memodifikasi lingkungan,

perlindungan diri dan pengasapan (Depkes, RI, 2007). Pencegahan yang

dilakukan oleh masyarakat selama ini adalah tentang pengurasan kolam,

penimbunan barang bekas, serta pembersihan air pada vas bunga, kandang

ternak dan unggas. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Heraswati &

Kusumawati (2008) yang menyebutkan bahwa tindakan pemberantasan

sarang nyamuk meliputi tindakan: masyarakat menguras air kontainer secara


64

teratur seminggu sekali, menutup rapat kontainer air bersih, dan mengubur

kontainer bekas seperti kaleng bekas, gelas plastik, barang bekas lainnya yang

dapat menampung air hujan, sehingga menjadi sarang nyamuk, serta tindakan

abatesasi atau menaburkan butiran temephos (abate) ke dalam tempat

penampungan air.

Pemberantasan sarang nyamuk demam demam berdarah dengue dapat

dimulai dari lingkungan tempat tinggal seperti rumah. Salah satu fungsi

keluarga yang ada adalah fungsi perilaku, dimana kesehatan antar anggota

keluarga dapat dinilai lewat perilaku dalam kehidupannya, yang didukung

dengan tingkat pengetahuan yang baik. Perilaku yang baik untuk menjaga

lingkungan yang sehat dan bersih dari sarang nyamuk dapat terwujud apabila

motivasi dari seluruh anggota keluarga juga baik (Suharti, 2010). Seorang

kepala keluarga hendaknya termotivasi untuk menjaga lingkungan rumah

demi kesehatan seluruh anggota keluarga. Kepala keluarga mampu menjadi

motor yang baik bagi keluarga untuk menjaga kebersihan lingkungan.

Kebanyakan kepala keluarga yang telah termotivasi untuk menjaga

kebersihan lingkungan terpengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang

dimilikinya.

Pengetahuan tidak hanya diperoleh melalui jenjang pendidikan formal,

melainkan dari berbagai penyuluhan dan media massa. Pengetahuan diperoleh

dari pendidikan yang direncanakan dan tersusun secara baik, maupun

informasi yang tidak tersusun secara baik. Pengetahuan responden sebagian

besar responden memiliki tingkat pengetahuan sedang, hal ini berdasarkan


65

pengetahuan yang didapatkan dari media informasi baliho tentang

pemberantasan demam berdarah yang sudah ada tetapi hanya terbatas di

wilayah perkotaan saja, serta leaflet di puskesmas yang dapat dibaca oleh

pengunjung puskesmas.

Apabila dalam pemberian informasi tentang materi pengetahuan

mengenai pemberantasan sarang nyamuk secara baik dan benar serta dapat

dipahami dan dimengerti oleh kepala keluarga dalam suatu keluarga,

menimbulkan sikap atau tindakan perilaku positif dan akan bersifat langgeng.

Pengetahuan yang baik tentang pentingnya pemberantasan sarang nyamuk

akan memotivasi kepala keluarga untuk menjaga kesehatan keluarga

(Heraswati & Kusumawati, 2008). Oleh karena itu, tingkat pengetahuan

mampu memotivasi kepala keluarga untuk melaksanakan perilaku

pemberantasan sarang nyamuk dengan baik.

Namun, di dalam penelitian ini penulis menemukan masalah lain di mana

ada masyarakat yang memiliki tingkat pengetahuan pencegahan DBD yang

tergolong baik namun motivasi terhadap pencegahan DBD tergolong kurang

baik sehingga motivasi pencegahan DBD ada yang masih rendah. Hal

tersebut dapat dijelaskan melalui penelitian yang dilakukan oleh Sitorus

(2009) yang menyebutkan bahwa pengetahuan yang positif belum tentu

menjamin terjadinya motivasi yang positif pada seseorang.


BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Sebagian besar Umur responden adalah 21-40 tahun sebanyak 40

responden (87,0%) dan Sebagian besar Pendidikan responden adalah

SMP sebanyak 21 responden (45,7%)

2. Sebagian besar Tingkat Pengetahuan responden sedang yaitu sebanyak

18 responden (39,1%).

3. Sebagian besar Motivasi responden tinggi yaitu sebanyak 24 responden

(52,2%).

4. Terdapat hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue

dengan motivasi melakukan pencegahan demam berdarah dengue di

Wilayah Puskesmas Kalijambe Sragen dengan arah hubungan positif

dan kekuatan hubungan pada tingkat kuat (nilai r: 0,563; nilai p:

0,0001).

6.2 Saran

1. Bagi masyarakat

Menjaga motivasi dan perilaku dalam pencegahan demam berdarah

untuk menghindari munculnya penyakit DBD yang mengancam

kematian masyarakat.

66
67

2. Bagi institusi pelayanan

Petugas puskesmas dapat melakukan sosialisasi dan pendidikan

kesehatan secara kontinyu kepada masyarakat tentang pencegahan

penyakit demam berdarah dengue serta penanggulangan penyakit

demam berdarah dengue.

3. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk melanjutkan

penelitian terkait dalam bidang pencegahan dan penatalaksanaan

demam berdarah dengue

4. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman pembelajaran

berbasis riset keperawatan dan kesehatan untuk dijadikan referensi yang

uptodate.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, D. (2010). Stop Demam Berdarah Dengue. Bogor: Cita Insan Madani.

Azwar, A. (2003). Sikap Manusia Teori Dan Pengukuranya (Edisi Kedua ed.).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anwar, S. (2006). Sikap Manusia, Teori & Pengetahuan. Yogjakarta: Pustaka


Pelajar.

Arikunto, S. (2001). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rieka Cipta

Badan Litbang dan Pengembangan Kesehatan. (2010). Demam Berdarah Dengue


Buletin Jendela Epidemiologi, Vol 4 No 3, 144-149.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar


Riskesdas 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Dahlan, S. (2009). Besar Sampel Penelitian. Jakarta: Salemba Medika.

Depkes, RI. (2007). Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue


(psn dbd). Jakarta: Depkes RI.

Dharma, K.K. (2011). Metodologi penelitian keperawatan: Panduan


Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans info
Media.

Dinkes Kabupaten Sragen. (2014). Profil Kesehatan Kabupaten Sragen. Sragen:


Dinkes Sragen.

DINKES Prov Jateng. (2013). Data Informasi Kesehatan Jawa Tengah 2013.

Hastono, S.P. (2007). Basic Data Analysis For Health Research. Depok: FKM-
UI.

Heraswati, D.N., & Kusumawati, Y. (2008). Faktor-faktor yang berhubungan


dengan tindakan kepala keluarga dalam upaya pencegahan penyakit
demam berdarah dengue di desa gondang tani wilayah kerja puskesmas
gondang kabupaten sragen. Skripsi S-1 KEPERAWATAN STIKES
KUSUMA HUSADA SURAKARTA.

Hidayat, A.A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Kebidanan Serta


Teknik Analisis Data. Surabaya: Salemba Medika.
Maulina, Rengganis. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan
pengetahuan tentang pap smear pada wanita usia Subur (WUS) di
Kemukiman Lamnga Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar.
Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Moekijat. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Mandar Maju.

Muhlisin, A., & Pratiwi, A. (2006). Penanggulangan Demam Berdarah Dengue


(dbd) di Kelurahan Singopuran Kartasura Sukoharjo. Universitas
Muhamadiyah Surakarta, Surakarta.

Notoatmodjo, S. (2007). Ilmu Perilaku Kesehatan. PT. Rhineka Cipta Jakarta.

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. PT. Rhineka Cipta Jakarta.

PPM-PL., Ditjen. (2005). Pencegahan dan Pemberantasan DBD di Indonesia.


Jakarta: Ditjen PPM-PL.

Purwanto, M. Ngalim. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja


Roesdakarya.

Sabri, L., & Hastono, S. (2010). Statistik Data Kesehatan. Jakarta: Rajawali Press.

Samsudin, Sadili. (2006). Manajemen SDM. Pustaka Setia: Bandung.

Sitorus. (2009). Partisipasi ibu Rumah tangga dalam pencegahan pemberantasan


penyakit demam berdarah di kecamatan Medan Helvita,Kota Medan
Propinsi Sumatra Utara. (Tesis), Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Soegijanto. (2003). Demam Berdarah Dengue. Surabaya: PT Bina Ilmu.

Sudarmanto. (2005). Pengelolahan Demam Berdarah Dengue. Bandung: Rieka


cipta

Sugiono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif,


Kuantitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta

Suharti. (2010). Hubungan Pengetahuan dan Motivasi dengan Perilaku Kepala


Keluarga dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah
Dengue. ( Tesis ), Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Syah, Maulana. (2005). Pengaruh Tingkat Pengetahuan DBD Terhadap


Keberadaan Populasi Larva Aedes Aegypti di Desa Randusari. (Skripsi),
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Waris, L., & Yuana, W.T. (2013). Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat
Terhadap Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Batulicin Kabupaten
Tanah Bumbu Povinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Buski, Volume 4 No 3,
Hal 144-149.

Wawan, A, & Dewi, Nurhayati. (2010). Teori Pengukuran Pengetahuan, Sikap


dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Viviroy, 2008. Pengetahuan Sikap dan Perilaku Ibu-Ibu Akseptor KB Mengenai


AKDR Serta Faktor-Faktor Yang Berhubungan di RW03 Kelurahan
Tanju.

Zulfan Saam, Sri wahyuni. (2012). Psikologi Keperawatan. Cetakan pertama.


Jakarta : PT. Raja Grafindo persada.

Anda mungkin juga menyukai