I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asam amino adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsion al
karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam biokimia seringkali
pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang sama
(disebut atom C “alfa” atau α). Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus
amina memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik:
cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam.
Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion. Asam amino
termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari karena salah satu
fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun protein
(Anonim, 2010).
Protein merupakan polimer yang tersusun dari asam amino sebagai
monomernya. Monomer-monomer ini tersambung dengan ikatan peptida, yang
mengikat gugus karboksil milik satu monomer dengan gugus amina milik monomer
di sebelahnya. Reaksi penyambungan ini (disebut translasi) secara alami terjadi di
sitoplasma dengan bantuan ribosom dan tRNA. Pada polimerisasi asam amino,
gugus -OH yang merupakan bagian gugus karboksil satu asam amino dan gugus -H
yang merupakan bagian gugus amina asam amino lainnya akan terlepas dan
membentuk air. Oleh sebab itu, reaksi ini termasuk dalam reaksi dehidrasi. Molekul
asam amino yang telah melepaskan molekul air dikatakan disebut dalam bentuk
residu asam amino (Tim Dosen Kimia, 2009).
Pada umumnya asam amino diperoleh sebagai hasil hidrolisis protein, baik
menggunakan enzim maupun dengan menggunakan asam, dengan cara ini
diperoleh campuran bermacam-macam asam amino dan untuk menentukan jenis
asam amino maupun kualitasnya masing-masing asam amino perlu diadakan
pemisahan antara asam-asam amino tersebut (Poedjiadi, 1994).
Ada empat tingkat struktur dasar protein, yaitu struktur primer, sekunder,
tersier, dan kuartener.
a. Stuktur primer
susunan primer protein merupakan suatu rangkaiaan uhit-unit asam amino dengan
gugus-gugus R berda dalam posisi “trans”
b. Struktur sekunder
nama lainnya adalah stuktur helik, terjadi karenapa adanya ikatan hydrogen antara
atom oksigen dari radikal karboksil dengan atom hydrogen dari radikal –N-H yang
terdapat pada 1 rantai peptide.
c. struktur tersier
struktur tersier menunjukkan kecenderungan peptide membentuk lipatan dan
dengan demikian membentuk 5 struktur yang lebih kompleks.
d. struktur kuarterner
struktur kuaterner menunjukkan derajat persekutuan unit-unit protein.
(Sumardjo,1986)
Protein terdapat di dalam semua system kehidupan dan merupakan suatu
komponen seluler utama yang menysusun sekitar setengah dari berat kering sel.
Setiap sel mengndung ratusan protein yang berbeda-beda dan tiap jenis sel
mengandung beberapa protein yang khas bagi sel tersebut. Sebagian besar protein
disimpan di dalam jaringan otot dasn beberapa organ tubuh lainnya, sedangkan
sisanya terdapat didalam darah (Katili, 2009).
Protein tersusun atas asam-asam alfa amino, susunan kimianya mengandung
unsure-unsur seperti yang terdapat dalam asam alfa amino penyusunnya, yaitu
karbon, oksigen, hydrogen, nitrogen. Asam-asam kuat yang ditambahkan ke larutan
protein menyebabkan suatu denaturasi irreversibel protein. selain penambahan
asam-asam kuat dapat juga dilakukan penambahann logam, penambahan alkohol
dan melakukan pengocokan terhadap larutan protein sehingga menyebabkan
protein itu terdenaturasi (Poedjiadi, 1994).
Pada umumnya asam amino diperoleh sebagai hasil hidrolisis protein, baik
menggunakan enzim maupun dengan menggunakan asam. Salah satu sumber
protein yang di akan diuji dalam laboratorium adalah albumin atau putih telur. Telur
merupakan bahan makanan yang umum dikonsumsi oleh masyarakat yang memiliki
kadar protein yang cukup tinggi (Katili, 2009)
Berdasarkan landasan teori di atas, maka dilakukanlah percobaan mengenai
reaksi-reaksi spesifik asam amino dan protein.
3.1. Alat
Pada percobaan reaksi-reaksi spesifik asam amino dan protein di gunakan
beberapa peralatan,yaitu : tabung reaksi,rak tabung,masker,lateks (sarung tangan),
dan pipet tetes.
3.2. Bahan
Pada percobaan reaksi-reaksi spesifik asam amino dan protein,di gunakan
beberapa bahan, yaitu : albumin,asam amino (alanin,glisin, dan asam aspartat),
asam sulfat 4 ml. NaOH 0,1 M, asam asetat 0,1 M, asam nitrat 1 ml, dan asam
trikloroasetat 7%.
3.3. Prosedur Kerja
3.3.1 Reaksi Adamkiewitz-Hopkins
Menyediakan 4 tabung reaksi,tabung pertama diisi dengan larutan albumin
sebanyak 2 ml,dan tabung ke 2,ke 3,ke 4 di isi larutan asam amino (alanin,glisin,
dan asam aspartat).Kemudian pada semua tabung di tambahkan dengan larutan
asam sulfat pekat sebanyak 4 ml dengan menggunakan pipet berskala tanpa
mencampurkan larutan,sehingga pada pipet tetes di celupkan kedasar tabung
hingga larutan tidak tercampur,aduk dan amati apa yang terjadi.
3.3.3 Reaksi-reaksi pengendapan
1) Termokagulasi
Sebuah tabung reaksi diisi dengan larutan albumin 1 mL dan asam amino
(alanin, asam aspartat, dan glisin) 1 mL pada 5 tabung reaksi lainnya, ditambahkan
1 tetes NaOH 0,1 M ke dalam tiap tabung, dipanaskan semua tabung sampai
mendidih, ditambahkan larutan panas tadi dengan asm asetat 0,1 M, diamati
perubahan yang terjadi.
2) Pengendapan dengan asam kuat
a. Asam nitrat
Dua buah tabung reaksi diisi masing-masing 1 mL larutan albumin 1 mL dan
asam amino (asam aspartat), ditambahkan larutan asam nitrat pekat 1 mL pada
dasar tabung tanpa mencampur, diamati perubahan yang terjadi.
b. Asam organik
Dua buah tabung reaksi diisi masing-masing 1 mL larutan albumin 1 mL dan
asam amino (alanin), ditambahkan 1 mL larutan trikloroasetat 7 % pada dasar
tabung tanpa mencampur, diamati perubahan yang terjadi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Pengamatan
4.1.1 Reaksi Adamkiewitz-Hopkins
No Larutan Reagen H2SO4
Hopkins
1 Albumin Bening Bening Kekuning-
kuningan
Bening
2 Glisin Bening
(tidak terjadi perubahan)
Bening
3 Alanin Bening
(tidak terjadi perubahan)
Bening
4 Asam Aspartat Bening
(tidak terjadi perubahan)
4.3 Pembahasan
4.3.1 Reaksi Adamkiewitz-Hopkins
Pada uji reaksi Adam kiewits-Hopkins, reagen Hopkins ditambahkan pada
larutan albumin. Setelah penambahan reagen Hopkins larutan albumin tidak
mengalami perubahan atau tidak terjadi reaksi diantaranya. Lalu ditambahkan
dengan larutan H2SO4 pekat, larutan berubah dan terbentuk 2 fase yaitu buih putih
pekat dan putih. Hal ini menunjukkan bahwa protein mengandung asam amino
triptofan yang memiliki gugus indol. Namun pada percobaan yang dilakukan karena
tidak terdapat cincin berwarna ungu bisa dikatakan bahwa gugus indol yang terdapat
pada dalam albumin sangat sedikit.
Pada larutan asam amino glisin yang ditambahkan dengan larutan reagen
Hopkins, tidak terjadi perubahan apa-apa. Saat ditambahkan lagi dengan larutan
asam sulfat pekat, campuran larutan tidak mengalami perubahan.
Faktor lain yang menyebabkan tidak adanya cincin flokulasi ungu yakni albumin
mengalami denaturasi (kehilangan struktur tersier dan sekunder dengan penerapan
beberapa tekanan eksternal atau senyawa).
Pada larutan asam amino alanin, glisin, dan aspartat yang ditambahkan
dengan larutan reagen Hopkins, tidak terjadi perubahan apa-apa. Saat ditambahkan
lagi dengan larutan asam sulfat pekat, campuran larutan tidak mengalami
perubahan. Hal ini dikarenakan alanin, glisin, dan aspartat merupakan asam amino
(monomer) dan tidak mengandung gugus indole.
4.3.2 Reaksi pengendapan
4.3.2.1 Termokoagulasi
Pada uji reaksi termokoagulasi,digunakan pereaksi yang bersifat basa yakni
larutan albumin yang ditambahkan kedalam larutan NaOH dan dipanaskan sampai
mendidih membentuk larutan bening, sebab yang terbentuk yaitu garam-garam
protein. Namun, setelah ditambahkan asam asetat setelah dipanaskan.
Penambahan asam asetat setelah dibasakan kemudian dipanaskan maka terjadilah
koagulasi yaitu terjadinya pengggumpalan pada larutan (berwarna putih). Hal ini
disebabkan karena penambahan asam asetat menetralkan larutan albumin yang
sebelumnya dalam keadaan basa. Koagulasi ini terjadi pada suhu yang tinggi, dan
dalam keadaan larutan dengan pH netral, Sehingga dapat dikatakan bahwa panas
menyebabkan denaturasi pada protein globular dan percobaan ini sesuai dengan
teori yang ada.
Sedangkan pada asam amino alanin yang ditambahkan dengan larutan
NaOH dan dipanaskan hingga mendidih, tidak terjadi perubahan, begitu pula saat
ditambahkan lagi dengan larutan asam asetat 0.1 M. Hal ini dikarenakan alanin
merupakan asam amino sementara reaksi pengendapan adalah reaksi yang
digunakan untuk menguji protein yang mengandung asam amino.
4.3.2.2 Pengendapan dengan asam kuat
4.3.2.2.1 Asam nitrat
Pada reaksi pengendapan dengan asam nitrat pekat, dapat diamati hasilnya
dimana terjadi perubahan pada larutan albumin yang artinya larutan albumin dapat
berekasi dengan asam kuat membentuk membentuk 2 fase yakni pada bagian atas
berwarna putih dan bawah berwarna kuning. Setelah dibiarkan beberapa menit,
akan menjadi 1 fase dan warna keseluruhan dari larutan menjadi kuning muda. Hal
ini terjadi karena jika asam-asam kuat yang ditambahkan ke larutan protein
menyebabkan suatu denaturasi irreversibel pada protein. Perubahan ini terjadi
karena larutan protein (albumin) dapat bereaksi dengan asam asetat. Adanya
perubahan warna disebabkan adanya senyawa yang mengandung kromatoform.
Dengan kata lain denaturasi irreversibvel ini terjadi karena adanya perubahan ph
yang ekstrim, yang jika sebelum ditambahkan albumin bersifat basa lemah setelah
ditambahkan asam kuat maka terjadi denaturasi. Akibatnya struktur alamiah pada
akan rusak dan larutan albumin tidak dapat lagi kembali kebentuk larutan jernih
seperti albumin sebelumnya. Untuk larutan alanin, tidak mengalami perubahan
karena tidak mengandung senyawa kromatoform yang dapat merubah sifat dari
struktur larutannya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan , dapat disimpulkan bahwa:
1. Reaksi Adamkiewitz-Hopkins spesifik untuk mengidentifikasi adanya gugus indol
pada asam amino triptofan.
2. Reaksi termokoagulasi spesifik untuk melihat terjadinya denaturasi protein pada
suhu yang tinggi dan pH yang netral. Reaksi pengendapan asam kuat spesifik untuk
melihat denaturasi irreversible pada protein dengan terbentuknya cincin flokulasi
pada larutan.
5.2 Saran
5.2.1 Percobaan
Sebaiknya bahan yang ingin digunakan dalam praktikum dapat diperbanyak
agar dapat menjadi bahan perbandingan terhadap percobaan yang lain.
5.2.2 Laboratorium
Sebaiknya perlatan dalam laboratorium dapat ditambah jumlahnya terutama
pada tabung reaksi yang saya rasa masih kurang dapat ditambah jumlahnya, agar
praktikum dapat berjalan dengan labih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Katili A.S., 2009, Struktur Dan Fungsi Protein Kolagen, jurnal pelangi ilmu
volume 2 no.5,Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.
Kuchel, P., dan Ralston, G.B., 2006, Scahum Easy Outlines Biokimia, Erlangga, MC
Graw Hill.
Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Witarto A., B., 2001, Protein Engineering, Perannya dalam Bioindustri dan
Prospeknya di Indonesia, Department of Biotechnology (1-7).
Yasid E., dan Nursanti L., 2006, Penuntun Praktikum Biokimia, ANDI OFFET,
Yoyakarta.