Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

(ASAM AMINO DAN PROTEIN)

Laporan Asam Amino dan Protein

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Asam amino adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsion al
karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam biokimia seringkali
pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang sama
(disebut atom C “alfa” atau α). Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus
amina memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik:
cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam.
Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion. Asam amino
termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari karena salah satu
fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun protein
(Anonim, 2010).
Protein merupakan polimer yang tersusun dari asam amino sebagai
monomernya. Monomer-monomer ini tersambung dengan ikatan peptida, yang
mengikat gugus karboksil milik satu monomer dengan gugus amina milik monomer
di sebelahnya. Reaksi penyambungan ini (disebut translasi) secara alami terjadi di
sitoplasma dengan bantuan ribosom dan tRNA. Pada polimerisasi asam amino,
gugus -OH yang merupakan bagian gugus karboksil satu asam amino dan gugus -H
yang merupakan bagian gugus amina asam amino lainnya akan terlepas dan
membentuk air. Oleh sebab itu, reaksi ini termasuk dalam reaksi dehidrasi. Molekul
asam amino yang telah melepaskan molekul air dikatakan disebut dalam bentuk
residu asam amino (Tim Dosen Kimia, 2009).
Pada umumnya asam amino diperoleh sebagai hasil hidrolisis protein, baik
menggunakan enzim maupun dengan menggunakan asam, dengan cara ini
diperoleh campuran bermacam-macam asam amino dan untuk menentukan jenis
asam amino maupun kualitasnya masing-masing asam amino perlu diadakan
pemisahan antara asam-asam amino tersebut (Poedjiadi, 1994).
Ada empat tingkat struktur dasar protein, yaitu struktur primer, sekunder,
tersier, dan kuartener.
a. Stuktur primer
susunan primer protein merupakan suatu rangkaiaan uhit-unit asam amino dengan
gugus-gugus R berda dalam posisi “trans”
b. Struktur sekunder
nama lainnya adalah stuktur helik, terjadi karenapa adanya ikatan hydrogen antara
atom oksigen dari radikal karboksil dengan atom hydrogen dari radikal –N-H yang
terdapat pada 1 rantai peptide.
c. struktur tersier
struktur tersier menunjukkan kecenderungan peptide membentuk lipatan dan
dengan demikian membentuk 5 struktur yang lebih kompleks.
d. struktur kuarterner
struktur kuaterner menunjukkan derajat persekutuan unit-unit protein.
(Sumardjo,1986)
Protein terdapat di dalam semua system kehidupan dan merupakan suatu
komponen seluler utama yang menysusun sekitar setengah dari berat kering sel.
Setiap sel mengndung ratusan protein yang berbeda-beda dan tiap jenis sel
mengandung beberapa protein yang khas bagi sel tersebut. Sebagian besar protein
disimpan di dalam jaringan otot dasn beberapa organ tubuh lainnya, sedangkan
sisanya terdapat didalam darah (Katili, 2009).
Protein tersusun atas asam-asam alfa amino, susunan kimianya mengandung
unsure-unsur seperti yang terdapat dalam asam alfa amino penyusunnya, yaitu
karbon, oksigen, hydrogen, nitrogen. Asam-asam kuat yang ditambahkan ke larutan
protein menyebabkan suatu denaturasi irreversibel protein. selain penambahan
asam-asam kuat dapat juga dilakukan penambahann logam, penambahan alkohol
dan melakukan pengocokan terhadap larutan protein sehingga menyebabkan
protein itu terdenaturasi (Poedjiadi, 1994).
Pada umumnya asam amino diperoleh sebagai hasil hidrolisis protein, baik
menggunakan enzim maupun dengan menggunakan asam. Salah satu sumber
protein yang di akan diuji dalam laboratorium adalah albumin atau putih telur. Telur
merupakan bahan makanan yang umum dikonsumsi oleh masyarakat yang memiliki
kadar protein yang cukup tinggi (Katili, 2009)
Berdasarkan landasan teori di atas, maka dilakukanlah percobaan mengenai
reaksi-reaksi spesifik asam amino dan protein.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan


1.2.1 Maksud Percobaan
Untuk mengetahui, memahami dan mempelajari reaksi-reaksi spesifik dari
asam amino dan protein.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah:
1. Mengidentifikasi adanya gugus indol spesifik amino triptofan melalui
percobaan Adamkiewitz-Hopkins.
2. Mengetahui reaksi uji protein dengan terjadinya denaturasi melalui proses
termokoagulasi serta pengendapan dengan asam kuat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam
amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus –NH2 pada atom
karbon dari posisi gugus –COOH (Poedjiadi, 1994 ).
Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut
organik non polar seperti eter, aseton, dan klorofil sifat asam amino ini berbeda
dengan asam karboksilat maupun dengan asam amina. Asam karboksilat aliafatik
maupun aromatik yang terdiri atas beberapa atom karbon umumnya kurang larut
dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Demikian pula amina pada umumnya
tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (Poedjiaji, 1994).
Kata protein berasal dari protos atau proteos yang pertama atau utama.
Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau
manusia. oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang
terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan
pertumbuhan tubuh (Poedjiadi, 1994).
Protein adalah molekul penyusun tubuh kita yang terbesar setelah air. Hal ini
mengindikasikan pentingnya protein dalam menopang seluruh proses kehidupan
dalam tubuh. Dalam kenyataannya, memang kode genetik yang tesimpan dalam
rantaian DNA digunakan untuk membuat protein, kapan, dimana dan seberapa
banyak. Protein berfungsi sebagai penyimpan dan pengantar seperti hemoglobin
yang memberikan warna merah pada sel darah merah kita, bertugas mengikat
oksigen dan membawanya ke bagian tubuh yang memerlukan.
Selain itu juga menjadi penyusun tubuh, "dari ujung rambut sampai ujung kaki",
misalnya keratin di rambut yang banyak mengandung asam amino Cysteine
sehingga menyebabkan bau yang khas bila rambut terbakar karena banyaknya
kandungan atom sulfur di dalamnya, sampai kepada protein-protein penyusun otot
kita seperti actin, myosin, titin, dsb. Kita dapat membaca teks ini juga antara lain
berkat protein yang bernama rhodopsin, yaitu protein di dalam sel retina mata kita
yang merubah photon cahaya menjadi sinyal kimia untuk diteruskan ke otak. Masih
banyak lagi fungsi protein seperti hormon, antibodi dalam sistem kekebalan tubuh,
dll (Witarto, 2001).
Protein mempunyai molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara
5000 sampai jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh asam atau oleh enzim, protein akan
menghasilkan asam-asam amino. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam
molekul protein. asam-asam amino ini terikat satu dengan lain oleh ikatan peptide.
Protein mudah dipengatuhi oleh suhu tinggi, PH dan pelarut organik (Poedjiadi,
1994).
Protein adalah molekul penyusun tubuh kita yang terbesar setelah air. Hal ini
mengindikasikan pentingnya protein dalam menopang seluruh proses kehidupan
dalam tubuh. Dalam kenyataannya, memang kode genetik yang tesimpan dalam
rantaian DNA digunakan untuk membuat protein, kapan, dimana dan seberapa
banyak. Protein berfungsi sebagai penyimpan dan pengantar seperti hemoglobin
yang memberikan warna merah pada sel darah merah kita, bertugas mengikat
oksigen dan membawanya ke bagian tubuh yang memerlukan. Selain itu juga
menjadi penyusun tubuh, "dari ujung rambut sampai ujung kaki", misalnya keratin di
rambut yang banyak mengandung asam amino Cysteine sehingga menyebabkan
bau yang khas bila rambut terbakar karena banyaknya kandungan atom sulfur di
dalamnya, sampai kepada protein-protein penyusun otot kita seperti actin, myosin,
titin, dsb. Kita dapat membaca teks ini juga antara lain berkat protein yang bernama
rhodopsin, yaitu protein di dalam sel retina mata kita yang merubah photon cahaya
menjadi sinyal kimia untuk diteruskan ke otak. Masih banyak lagi fungsi protein
seperti hormon, antibodi dalam sistem kekebalan tubuh, dll (Witarto, 2001).
Protein berfungsi sebagai katalisator, sebagai pengangkut dan penyimpan
molekul lain seperti oksigen, mendukung secara mekanis sistem kekebalan
(imunitas) tubuh, menghasilkan pergerakan tubuh, sebagai transmitor gerakan
syaraf dan mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan. Analisa elementer
protein menghasilkan unsur-unsur C, H, N dan 0 dan sering juga S. Disamping itu
beberapa protein juga mengandung unsur-unsur lain, terutama P, Fe, Zi dan Cu
(Katili, 2009).
Fungsi protein ditentukan oleh konformasinya, atau pola lipatan tiga
dimensinya, yang merupakan pola dari rantai polipeptida. Beberapa protein, seperti
keratin rambut dan bulu, berupa serabut, dan tersusun membentuk struktur linear
atau struktur seperti lembaran dengan pola lipatan berulang yang teratur. Protein
lainnya seperti kebanyakan enzim, terlipat membentuk konformasi globuler yang
padat dan hampir menyerupai bentuk bola. Konformasi akhir bergantung pada
berbagai interaksi yang terjadi (Kuchel dan Ralston, 2006 ).
Peran dan aktivitas protein dalam proses biologis antara lain sebagaikatalis
enzimatik, bahwa hampir semua reaksi kimia dalam system biologi dikatalis oleh
makromolekul yang disebut enzim yang merupakan satu jenis protein. Sebagian
reaksi seperti hidrasi karbondioksida bersifat sederhana, sedangkan reaksi lainnya
seperti replikasi kromosom sangat rumit. Enzim mempunyai daya katalitik yang
besar, urnumya meningkatkan kecepatan reaksi sampai jutaan kali. Peran lainnya
dari protein dalam sistem biologi adalah sebagai transport dan penyimpanan.
Contohnya transport oksigen dalam eritrosit oleh hemoglobin dan rnioglobin yakni
sejenis protein yang mentransport oksigen dalam otot. Selain itu terdapat beberapa
jenis protein lainnya seperti filament yang berfungsi dalam koordinasi gerak, protein
fibrosa yang berfungsi untuk menjaga ketegangan kulit dan tulang, protein kolagen
yang merupakan komponen serat utama dalam kulit, tulang, tendon, tulang rawan
dan gigi; antibodi merupakan protein yang sangat spesifik dan dapat mengenal serta
berkombinasi dengan benda asing seperti virus, bakteri dan sel yang berasal dari
organisme lain, membangkitkan dan menghantar impuls sara£ Respons sel saraf
terhadap rangsang spesifik diperantarai oleh protein reseptor, misalnya rodopsin
suatu protein yang sensitif terhadap cahaya yang ditemukan pada sel batang retina.
Protein reseptor yang dapat dipicu oleh molekul kecil spesifik seperti asetilkolin yang
berperan dalam transmisi impuls saraf pada sinap yang menghubungkan sel-sel
saraf dan pengaturan perturnbuhan dan diferensiasi (Witarto, 2001).
Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam maupun
basa sebagian ada yang mudah larut dan ada pula yang sukar larut. namun semua
protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter dan kloroform. apabila protein
dipanaskan atau ditambah etanol absolute, maka protein akan menggumpal
(terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel air yang melingkupi
molekul-molekul protein (Yasid dan Nursanti, 2006).
Pada umumnya, protein sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh fisik dan
kimia, sehingga mudah mengalami perubahan bentuk perubahan atau modifikasi
pada struktur molekul protein disebut denaturasi. Hal-hal yang dapat menyebabkan
terjadinya denaturasi adalah panas, PH, tekanan, aliran listrik, dan adanya bahan
kimia seperti urea, alkohol atau sabun. Proses denaturasi kadang berlangsung
secara reversible, tetapi adapula yang irreversible, tergantung pada penyebabnya.
protein yang mengalami denaturasi akan menurunkan aktivitas biologinya dan
berkurang kelarutannya, sehingga mudah mengendap (Yasid dan Nursanti, 2006).
Reaksi-reaksi untuk mengidentifikasi asam amino dan protein antara lain
(Poedjadi,1994) :
a. Reaksi sakaguci
Reaksi sakaguci dilakukan dengan menggunakan pereaksi nafol dan natrium
hipobromit. Pada dasarnya reaksi ini dapat memberi hasil positif apabila ada gugus
guanidin. Jadi arginin atau protein yang mengandung arginin dapat menghasilkan
warna merah.
b. Reaksi Xantoprotein
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan
protein. Setelah dicampur terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning
apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi adalah nitrasi pada inti benzena yang
terdapat pada molekul protein. Jadi reaksi ini positif jika mengandung tirosin, fenil
alanin dan triptofan.
c. Reaksi Hopkins-Cole
Triptofan dapat berkondensasi dengan beberapa aldehida dengan bantuan
asam kuat dan membentuk senyawa yang berwarna. Larutan protein yang
mengandung triptofan dapat direasikan dengan pereaksi Hopkins-Cole yang
mengandung asam glioksilat. Reaksi Hopkins-Cole memberi hasil positif khas untuk
gugus indol dalam protein.
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1. Alat
Pada percobaan reaksi-reaksi spesifik asam amino dan protein di gunakan
beberapa peralatan,yaitu : tabung reaksi,rak tabung,masker,lateks (sarung tangan),
dan pipet tetes.
3.2. Bahan
Pada percobaan reaksi-reaksi spesifik asam amino dan protein,di gunakan
beberapa bahan, yaitu : albumin,asam amino (alanin,glisin, dan asam aspartat),
asam sulfat 4 ml. NaOH 0,1 M, asam asetat 0,1 M, asam nitrat 1 ml, dan asam
trikloroasetat 7%.
3.3. Prosedur Kerja
3.3.1 Reaksi Adamkiewitz-Hopkins
Menyediakan 4 tabung reaksi,tabung pertama diisi dengan larutan albumin
sebanyak 2 ml,dan tabung ke 2,ke 3,ke 4 di isi larutan asam amino (alanin,glisin,
dan asam aspartat).Kemudian pada semua tabung di tambahkan dengan larutan
asam sulfat pekat sebanyak 4 ml dengan menggunakan pipet berskala tanpa
mencampurkan larutan,sehingga pada pipet tetes di celupkan kedasar tabung
hingga larutan tidak tercampur,aduk dan amati apa yang terjadi.
3.3.3 Reaksi-reaksi pengendapan
1) Termokagulasi
Sebuah tabung reaksi diisi dengan larutan albumin 1 mL dan asam amino
(alanin, asam aspartat, dan glisin) 1 mL pada 5 tabung reaksi lainnya, ditambahkan
1 tetes NaOH 0,1 M ke dalam tiap tabung, dipanaskan semua tabung sampai
mendidih, ditambahkan larutan panas tadi dengan asm asetat 0,1 M, diamati
perubahan yang terjadi.
2) Pengendapan dengan asam kuat
a. Asam nitrat
Dua buah tabung reaksi diisi masing-masing 1 mL larutan albumin 1 mL dan
asam amino (asam aspartat), ditambahkan larutan asam nitrat pekat 1 mL pada
dasar tabung tanpa mencampur, diamati perubahan yang terjadi.
b. Asam organik
Dua buah tabung reaksi diisi masing-masing 1 mL larutan albumin 1 mL dan
asam amino (alanin), ditambahkan 1 mL larutan trikloroasetat 7 % pada dasar
tabung tanpa mencampur, diamati perubahan yang terjadi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Pengamatan
4.1.1 Reaksi Adamkiewitz-Hopkins
No Larutan Reagen H2SO4
Hopkins
1 Albumin Bening Bening Kekuning-
kuningan
Bening
2 Glisin Bening
(tidak terjadi perubahan)
Bening
3 Alanin Bening
(tidak terjadi perubahan)
Bening
4 Asam Aspartat Bening
(tidak terjadi perubahan)

4.1.2 Tabel Hasil Pengamatan Pengendapan


1. Tabel Hasil Pengamatan Termokoagulasi
No Larutan NaOH CH3COOH
1 Albumin Bening Putih susu
2 Glisin Bening Bening

2. Tabel Hasil Pengamatan Pengendapan Asam Kuat


a. Tabel Hasil Pengamatan Pengendapan asam Nitrat
No Larutan Asam Nitrat Pekat
1 Albumin Cincin Flokulasi Berwarna Kuning
2 Glisin Tidak terjadi perubahan

b. Tabel Hasil Pengamatan Pengendapan Asam Organik


No Larutan Asam Trikloroasetat (TCA) 7 %
1 Albumin Bereaksi berbentuk cincin kuning
2 Glisin Tidak terjadi perubahan

4.3 Pembahasan
4.3.1 Reaksi Adamkiewitz-Hopkins
Pada uji reaksi Adam kiewits-Hopkins, reagen Hopkins ditambahkan pada
larutan albumin. Setelah penambahan reagen Hopkins larutan albumin tidak
mengalami perubahan atau tidak terjadi reaksi diantaranya. Lalu ditambahkan
dengan larutan H2SO4 pekat, larutan berubah dan terbentuk 2 fase yaitu buih putih
pekat dan putih. Hal ini menunjukkan bahwa protein mengandung asam amino
triptofan yang memiliki gugus indol. Namun pada percobaan yang dilakukan karena
tidak terdapat cincin berwarna ungu bisa dikatakan bahwa gugus indol yang terdapat
pada dalam albumin sangat sedikit.
Pada larutan asam amino glisin yang ditambahkan dengan larutan reagen
Hopkins, tidak terjadi perubahan apa-apa. Saat ditambahkan lagi dengan larutan
asam sulfat pekat, campuran larutan tidak mengalami perubahan.
Faktor lain yang menyebabkan tidak adanya cincin flokulasi ungu yakni albumin
mengalami denaturasi (kehilangan struktur tersier dan sekunder dengan penerapan
beberapa tekanan eksternal atau senyawa).
Pada larutan asam amino alanin, glisin, dan aspartat yang ditambahkan
dengan larutan reagen Hopkins, tidak terjadi perubahan apa-apa. Saat ditambahkan
lagi dengan larutan asam sulfat pekat, campuran larutan tidak mengalami
perubahan. Hal ini dikarenakan alanin, glisin, dan aspartat merupakan asam amino
(monomer) dan tidak mengandung gugus indole.
4.3.2 Reaksi pengendapan
4.3.2.1 Termokoagulasi
Pada uji reaksi termokoagulasi,digunakan pereaksi yang bersifat basa yakni
larutan albumin yang ditambahkan kedalam larutan NaOH dan dipanaskan sampai
mendidih membentuk larutan bening, sebab yang terbentuk yaitu garam-garam
protein. Namun, setelah ditambahkan asam asetat setelah dipanaskan.
Penambahan asam asetat setelah dibasakan kemudian dipanaskan maka terjadilah
koagulasi yaitu terjadinya pengggumpalan pada larutan (berwarna putih). Hal ini
disebabkan karena penambahan asam asetat menetralkan larutan albumin yang
sebelumnya dalam keadaan basa. Koagulasi ini terjadi pada suhu yang tinggi, dan
dalam keadaan larutan dengan pH netral, Sehingga dapat dikatakan bahwa panas
menyebabkan denaturasi pada protein globular dan percobaan ini sesuai dengan
teori yang ada.
Sedangkan pada asam amino alanin yang ditambahkan dengan larutan
NaOH dan dipanaskan hingga mendidih, tidak terjadi perubahan, begitu pula saat
ditambahkan lagi dengan larutan asam asetat 0.1 M. Hal ini dikarenakan alanin
merupakan asam amino sementara reaksi pengendapan adalah reaksi yang
digunakan untuk menguji protein yang mengandung asam amino.
4.3.2.2 Pengendapan dengan asam kuat
4.3.2.2.1 Asam nitrat
Pada reaksi pengendapan dengan asam nitrat pekat, dapat diamati hasilnya
dimana terjadi perubahan pada larutan albumin yang artinya larutan albumin dapat
berekasi dengan asam kuat membentuk membentuk 2 fase yakni pada bagian atas
berwarna putih dan bawah berwarna kuning. Setelah dibiarkan beberapa menit,
akan menjadi 1 fase dan warna keseluruhan dari larutan menjadi kuning muda. Hal
ini terjadi karena jika asam-asam kuat yang ditambahkan ke larutan protein
menyebabkan suatu denaturasi irreversibel pada protein. Perubahan ini terjadi
karena larutan protein (albumin) dapat bereaksi dengan asam asetat. Adanya
perubahan warna disebabkan adanya senyawa yang mengandung kromatoform.
Dengan kata lain denaturasi irreversibvel ini terjadi karena adanya perubahan ph
yang ekstrim, yang jika sebelum ditambahkan albumin bersifat basa lemah setelah
ditambahkan asam kuat maka terjadi denaturasi. Akibatnya struktur alamiah pada
akan rusak dan larutan albumin tidak dapat lagi kembali kebentuk larutan jernih
seperti albumin sebelumnya. Untuk larutan alanin, tidak mengalami perubahan
karena tidak mengandung senyawa kromatoform yang dapat merubah sifat dari
struktur larutannya.

4.3.2.2.2 Asam organik (asam trikloroasetat)


Pada penambahan larutan trikloroasetat 7% pada dasar tabung dengan tidak
mencampurkannya, larutan tersebut terdenaturasi karena larutan trikloroasetat
bersifat asam kuat yang dapat merubah / merusak struktur kuarter atau tersier dari
larutan albumin.larutan albumin mengalami
perubahan pada penambahan TCA 7%, yaitu menjadi bening dan terdapat
sedikit endapan putih dantidak terdapat cincin flokulasi. Perubahan ini terjadi karena
larutan protein atau albumin dapat bereaksi dengan larutan TCA 7% dan
menandakan bahwa larutan protein (albumin) dapat mengalami denaturasi dari
penambahan TCA 7%sedangkan pada asamamino (alanin) tidak mengalami
perubahan tetap bening tanpa endapan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan , dapat disimpulkan bahwa:
1. Reaksi Adamkiewitz-Hopkins spesifik untuk mengidentifikasi adanya gugus indol
pada asam amino triptofan.
2. Reaksi termokoagulasi spesifik untuk melihat terjadinya denaturasi protein pada
suhu yang tinggi dan pH yang netral. Reaksi pengendapan asam kuat spesifik untuk
melihat denaturasi irreversible pada protein dengan terbentuknya cincin flokulasi
pada larutan.

5.2 Saran
5.2.1 Percobaan
Sebaiknya bahan yang ingin digunakan dalam praktikum dapat diperbanyak
agar dapat menjadi bahan perbandingan terhadap percobaan yang lain.
5.2.2 Laboratorium
Sebaiknya perlatan dalam laboratorium dapat ditambah jumlahnya terutama
pada tabung reaksi yang saya rasa masih kurang dapat ditambah jumlahnya, agar
praktikum dapat berjalan dengan labih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Katili A.S., 2009, Struktur Dan Fungsi Protein Kolagen, jurnal pelangi ilmu
volume 2 no.5,Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.

Kuchel, P., dan Ralston, G.B., 2006, Scahum Easy Outlines Biokimia, Erlangga, MC
Graw Hill.
Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Witarto A., B., 2001, Protein Engineering, Perannya dalam Bioindustri dan
Prospeknya di Indonesia, Department of Biotechnology (1-7).

Yasid E., dan Nursanti L., 2006, Penuntun Praktikum Biokimia, ANDI OFFET,
Yoyakarta.

Anda mungkin juga menyukai