Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dermatitis adalah suatu penyakit kulit (ekzema) yang menimbulkan peradangan.


Dermatitis alergika yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah dermatitis
atopik. Penyakit ini merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I yang diperantarai oleh
Imunoglobulin E. Prevalensi dermatitis atopik adalah 0,69 % dari semua bentuk ekzema
dan kira-kira mengenai 2-3% anak (Reskisdes, 2007).

Karakteristiknya adalah adanya rasa gatal, eritema dengan perubahan histologik


dengan sel radang yang bulat, dan edema epidermal spongiotik. Dermatitis ditemukan pada
70% penderita dengan faktor predisposisi seperti asma, kongjungtivitis alergika, rhinitis
alergika, urtikaria, dan alergi makanan. Perjalanan penyakit dermatitis atopik umumnya
kronik dan sering kambuh. Penyakit ini cenderung diturunkan (faktor genetik), tetapi faktor
lingkungan juga memegang peranan dalam perkembangan penyakit ini. Obat-obat yang
diberikan pada dermatitis atopik ini umumnya bertujuan untuk mengurangi gejala
penyakitnya. Contoh obat-obatan tersebut adalah kortikosteroid dan antihistamin, namun
sayangnya obat-obatan tersebut dapat menimbulkan berbagai macam efek samping. Efek
samping pemberian kortikosteroid akan menyebabkan moon face, osteoporosis, tukak
lambung, dan hipertensi. Pemberian antihistamin menyebabkan vertigo, tinitus, insomnia,
tremor, nafsu makan berkurang, konstipasi, dan mulut kering (Irma D. Roesyanto &
Mahadi, 2000).

Masyarakat sering menggunakan tumbuhan obat untuk mengatasi berbagai


penyakit, termasuk dermatitis. Salah satu tumbuhan obat yang digunakan untuk mengurangi
reaksi peradangan pada dermatitis tersebut adalah meniran. Pada penelitian ini penulis
meneliti efek meniran terhadap reaksi peradangan pada dermatitis dengan menggunakan
hewan coba mencit dengan menggunakan ekstrak air dan etanol. Penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya adalah efek anti inflamasi herba meniran yang dilarutkan dalam
pelarut n-heksana ( Diana K. Jasaputra & Rosnaeni, 2007).

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Dermatitis?
2. Bagaimana patofisiologi Dermatitis?
3. Apa etiologi dari penyakit Dermatitis?
4. Bagaimana manifestasi klinis seseorang menderita Dermatitis?
5. Apa komplikasi dari penyakit Dermatitis?
6. Bagaimana penatalaksanaan Dermatitis?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada penderita Dermatitis?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dermatitis

2. Tujuan Khusus

a. Memahami definisi dari dermatitis

b. Mengatahui patofisiologi dermatitis

c. Mengetahui etiologi dermatitis

d. Mengetahui manifestasi klinis dermatitis

e. Mengetahui komplikasi dermatitis

f. Mengetahui pemeriksaan diagnostik dermatitis

g. Mengetahui penatalaksanaan dermatitis

D. Manfaat Penulisan

2
1. Masyarakat
Dengan adanya makalah tentang Dermatitis, khususnya masyarakat yang mempunyai
keluarga atau kerabat dengan penyakit ini, maka akan menambah pengetahuan yang
akan mengedukasi tentang bahaya Dermatitis pada keluarga yang terkena, sehingga
masyarakat akan dengan mudah mencegah atau mengantisipasi terjadinya penyakit
Dermatitis.
2. Mahasiswa
Sebagai sarana pembelajaran dan referensi untuk menambah pengetahuan tentang
Dermatitis yang berbahaya bagi keadaan masyarakatyang terkena, sehingga mahasiswa
dapat lebih mengetahui tentang penyakit Dermatitis yang dialami oleh masyarakat.
3. Perawat
Agar perawat mengetahui cara mencegah terjadinya penyakit Dermatitis bagi
klien/pasien yang datang dengan penyakit tersebut, serta dapat mengetahui cara
perawatan dan pemberian asuhan keperawatan bagi pasien/klien yang mengalami
penyakit ini.

3
BAB II
KONSEP DERMATITIS
A. Definisi
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap
pengaruh faktor ekstrogen dan atau faktor endrogen, menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi polimorfi (eritmia, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan gatal (suria
Djuanda, IP. Kulit Kelamin, 1999).
Dermatitis merupakan epidermo-dermitis dengan gejala subyektif pruritus. Obyektif
tampak inflamasi eritema, vesikulasi, eksudasi, dan pembentukan sisik. Tanda-tanda
polimorfi tersebut tidak selalu timbul pada saat yang sama. penyakit bertendensi residif dan
menjadi kronis (Arif mansjoer, dkk. 2008).

B. Patofisiologi
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang
disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan merusak
lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan
berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen
inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan diaktifkan dan
membebaskan asam arakidonik akan membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang akan
menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen dan
sintesis protein. Pada dermatitis kontak iritan terjadi melalui fase sensitisasi. Ada dua jenis
bahan iritan yaitu: iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit
pada pajanan pertama pada hampir semua orang, sedang iritan lemah hanya pada mereka
yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya:
kelembaban udara, tekanan, gesek dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan
tersebut.
Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun tipe IV yang
menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu:
1. Fase Sensitisasi
Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada fase ini terjadi
sensitisasi terhadap individu yang semula belum peka, oleh bahan kontakan yang
disebut alergen kontak atau pemeka. Terjadi bila hapten menempel pada kulit selama

4
18-24 jam kemudian hapten diproses dengan jalan pinositosis atau endositosis oleh sel
LE (Langerhans Epidermal) untuk mengadakan ikatan kovalen dengan protein karier
yang berada di epidermis, menjadi komplek hapten protein. Protein ini terletak pada
membran sel Langerhans dan berhubungan dengan produk gen HLA-DR (Human
Leukocyte Antigen-DR). pada sel penyaji antigen (antigen presenting cell). Kemudian
sel LE menuju duktus Limfatius dan ke paraorteks Limfonodus regional dan terjadilah
proses penyajian antigen kepada molekul CD4+ (Cluster of Diferantiation 4+) dan
molekul CD3. CD4+ berfungsi sebagai pengenal komplek HLADR dari sel
Langerhans, sedangkan molekul CD3 yang berkaitan dengan protein heterodimerik Ti
(CD3-Ti), merupakan pengenal antigen yang lebih spesifik, misalnya untuk ion nikel
saja atau ion kromium saja. kedua reseptor antigen tersebut terdapat pada permukaan
sel T. Pada saat ini telah terjadi pengenalan antigen (antigen recognition). Selanjutnya
sel Langerhans dirangsang untuk mengeluarkan IL-1 (Interleukin-1) yang akan
merangsang sel T untuk mengeluarkan IL-2. Kemudia IL-2 akan mengakibatkan
proliferasi sel T sehingga terbentuk primed memory T cells, yang akan bersikulasi ke
seluruh tubuh meninggalkan limfonodi dan akan memasuki fase elisitasi bila kontak
berikut dengan alergen yang sama. proses ini pada manusia berlangsung selama 14-21
hari dan belum terdapat ruam kulit. Pada saat ini individu tersebut telah tersensitisasi
yang berarti mempunyai resiko untuk mengalami dermatitis kontak alergi.
2. Fase Elisitasi
Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari antigen yang
sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam kompartemen dermis. Sel
Langerhans akan mensekresi IL-1 yang akan merangsang sel T untuk mensekresi IL-2.
Selanjutnya IL-2 akan merangsang INF (interferon) gamma. IL-1 dan INF gamma akan
merangsang keratinosit memproduksi ICAM-1 (intercellular adhesion molecule-1)
yang langsung beraksi dengan limfosit T dan leukosit, serta sekresi eikosanoid.
Eikosanoid akan mengaktifkan sel mast dan makrofag untuk melepaskan histamin
sehingga terjadi vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat. Akibatnya timbul
berbagai macam kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikula yang akan tampak
sebagai dermatitis.

5
Proses peredaan atau penyusutan peradangan terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu
proses skuamasi, degradasi antigen oleh enzim dan sel, kerusakan sel Langerhans dan
sel keratinosit serta pelepasan Prostaglandin E-1 dan E-2 (PGE-1,2) oleh sel makrofag
akibat stimulasi INF gamma. PGE-1,2 berfungsi menekan produksi IL-2R sel T serta
mencegah konta sel T dengan keratisonit. Selain itu sel mast dan basofil juga ikut
berperan dengan memperlambat puncak degranulasi setelah 48 jam paparan antigen,
diduga histamin berefek merangsang molekul CD8 (+) yang bersifat sitotoksik.
Dengan beberapa mekanisme lain, seperti sel B dan sel T terhadap antigen spesifik dan
akhirnya menekan atau meredakan peradangan

Sumber : http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2014/01/laporan-pendahuluan-dermatitis.html?m=1
C. Etiologi
Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak diketahui. Sebagian besar merupakan
respons kulit terhadap agen-agen, misalnya zat kimia, protein, bakteri, dan fungus. Respons

6
tersebutberhubungan dengan alergi. Alergi ialah perubahan kemampuan tubuh yang didapat
dan spesifik untuk bereaksi.

Reasi alergi terjadi atas dasar interaksi antara antigen dan antibodi. Karena
banyaknya agen penyebab, ada anggapan bahwa nama dermatitis digunakan sebagai nama
‘tong sampah’ (catch baset term). Banyak penyakit alergi yang disertai tanda-tanda
polimorfi disebut dermatitis (Arif mansjoer, dkk. 2008)

D. Manifestasi Klinis
Subjektif ada tanda-tanda radang akut, terutama pruritus (sebagai pengganti dolor).
Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau
pembengkakan, dan gangguan fungsi kulit (fungsio lesi).
Objektif, biasanya batas kelainan tidak tegas dan terdapat lesi polimorfi, yang dapat
timbul secara serentak atau berturut-turut. Pada permulaan timbul eritema dan edema.
Edema sangat jelas pada kulit yang longgar, misalnya muka (terutama palpebra dan bibir)
dan genitalia eksterna. Infiltrasi biasanya terdiri atas papul.
Dermatitis madidans (basah) berarti terdapat eksudasi. Disana sini terdapat sumber
dermatitis, artinya terdapat vesikel-vesikel pungtiformis yang berkelompok dan kemudian
membesar. Kelainan tersebut dapat disertai bula atau pustul, jika disertai infeksi.

Dermatitis sika (kering) berarti tidak madidans. Bila gelembung-gelembung


mengering maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis
menjadi kering disebut dermatitis sika. Pada stadium tersebut terjadi deskuamitasi, artinya
timbul sisik-sisik. Bila proses menjadi kronis tampak likenifikasi dan sebagai sekuele
terlihat hiperpigmentasi atau hipopigmentasi (Arif mansjoer, dkk. 2008).

E. Komplikasi

1. Komplikasi medis

a. Infeksi

7
1) Infeksi bakteri
Risiko kesehatan yang terkait dengan dermatitis atopic adalah skin colonization
atau infeksi bakteri seperti Staphylococcus aureus. 60% – 90% orang dengan
dermatitis atopic cenderung memiliki bakteri tersebut pada kulit. Bakteri dapat
menyebabkan infeksi, yang memperburuk dermatitis atopik.
2) Infeksi virus
Orang dengan dermatitis atopic rentan terhadap beberapa infeksi virus pada
kulit. Sebagai contoh, virus herpes simplex dapat menyebabkan kondisi kulit
dermatitis atopic dengan eksim herpeticum. Orang dengan dermatitis atopic
juga dilarang menerima vaksin cacar, karena berisiko terkena infeksi eksim
vaccinatum. Infeksi ini disebabkan oleh virus vaccinia pada vaksin cacar yang
bereproduksi dan menyebar ke seluruh tubuh. Selain itu, orang yang dekat
dengan penderita dermatitis atopic dilarang menerima vaksin cacar,
dikarenakan risiko berpindahnya virus vaksin pada penderita dermatitis atopik.
Gagal mengobati infeksi dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius,
seperti penyakit parah atau kemungkinan rawat inap.
b. Neurodermatitis
Neurodermatitis adalah kondisi kulit akibat terlalu sering digaruk. Hal ini dapat
menyebabkan kulit menebal, merah, dan berwarna lebih gelap dari kulit sekitarnya.
Walaupun tidak berbahaya, neurodermatitis dapat menyebabkan perubahan warna
permanen dan penebalan kulit walau eksim sudah tidak aktif.
c. Bekas luka
Menggaruk kulit secara konstan dapat menyebabkan bekas luka. Satu-satunya cara
untuk mencegah bekas luka adalah dengan tidak menggaruk kulit. Bekas luka baru
muncul saat kulit sembuh dari eksim. Bekas luka dapat membuat permukaan kulit
lebih timbul atau bekas luka permanen pada bagian yang teriritasi (hallosehat.com).
2. Komplikasi gaya hidup
a. Kepercayaan diri

8
Banyak orang dewas dan anak-anak dengan eksim/dermatitis merasa malu terhadap
kondisi kulitnya. Ruam dan kulit yang kasar dapat mengganggu kepercayaan diri.
Penanganan yang tepat serta mengurangi stress dapat meringankan kondisi ini.

b. Rasa tidak nyaman dalam berolahraga

Eksim/dermatitis dapat mempersulit aktivitas berolahraga, karena keringat dapat


menyebabkan kulit gatal. Karenanya, beberapa orang menghindari aktivitas fisik
akibat kondisi kulit ini. Namun anda dapat berpartisipasi pada olahraga dalam
ruangan ber-AC untuk menghindari berkeringat. Anda juga dapat menghindari
aktivitas fisik yang intens. Banyak komplikasi eksim dapat dihindari dengan
pengobatan dan pencegahan. Dengan mencegah kambuh, anda dapat mengurangi
kesempatan infeksi dan mengurangi potensi terganggunya rasa percaya diri anda.

c. Bullying

Anak-anak dalam usia sekolah mungkin mengalami ledekan dari teman-teman


seusianya karena eksimatopik yang mereka miliki. Bentuk dari bullying dapat
menjadi traumatis bagi anak-anak. Anak yang mungkin menjadi lebih diam dan
tertekan. Jelaskan situasi pada guru anak anda dan buat anak nyaman untuk
membicarakan perasaan mereka.

d. Kesulitan tidur

Masalah kesulitan tidur umum terjadi pada orang dengan eksim. Kekurangan tidur
dapat mempengaruhi mood dan perilaku, serta membuat sulit berkonsentrasi pada
pelajaran sekolah atau pekerjaan. Jika anak memiliki kesulitan tidur akibat eksim,
anak dapat ketinggalan pelajaran. Anda dapat memberitahu guru anak anda tentang
kondisi anak, sehingga guru dapat membantunya. Pada kondisi eksim yang serius,
anak mungkin membutuhkan waktu izin dari sekolah. Hal ini juga dapat
mempengaruhi performa dalam studi anak-anak (hallosehat.com).

9
F. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Brown dan Burns, 2005), pemeriksaan diagnostik dermatitis sebagai berikut:

1. Pemeriksaan darah
Meliputi: Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin,
globulin.
Fungsi: untuk melihat adanya kelainan sistemik yang melatarbelakanginya dan
dikembangkan untuk analisis genetik.
2. Swab dan sampel-sampel yang lain untuk infeksi
Fungsi: untuk melihat adanya infeksi pada kulit yang terkena dermatitis
3. Lampu wood
Beberapa kelainan jadi lebih mudah untuk dilihat. Lampu wood merupakan sumber
sinar ultraviolet yang difilter dengan nikel oksida.
Fungsinya untuk memperjelas tiga gambaran penyakit kulit:
a. Organisme tertentu penyebab bercak-bercak jamur (ringworm) pada kulit kepala
memberikan fluoresensi hijau (berguna untuk menentukan diagnosis awal dan
membantu dalam memantau terapi).
b. Organisme yang berperan dalam terjadinya eritra sama memberikan fluoresensi
merah terang.
c. Beberapa kelainan pigmen lebih jelas terlihat terutama bercak-bercak pucat pada
sklerosistuberosa, dan tanda cafeau-lait pada neurofibromatosa.
d. Menginduksi fluoresensi urin pada beberapa kasus porifria.
4. Kerokan kulit atau guntingan kuku
Fungsi: hal ini bermanfaat khususnya bila dicurigai adanya infeksi jamur, atau mencari
tungau scabies dan untuk melihat kultur mikologis
5. Biopsi kulit
Histopatologi, mikroskopielektron, imunopatologi, sidik DNA
Fungsi: untuk mengetahui apakah suatu jaringan mengandung sel-sel kanker atau sel-
sel abnormal lainnya
6. Tes Tempel

10
Pada pemeriksaan ini allergen yang kemungkinan menjadi penyebab dilarutkan dalam
media yang sesuai. Bahan-bahan tes ditempatkan pada lempengan-lempengan tipis
yang ditempelkan pada kulit selama 48 jam. Teknik pemeriksaan ini dapat diperluas
antara lain untuk pemeriksaan fotoalergi.
Fungsi: bila pada dermatitis dicurigai adanya alergi

G. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan (Arif mansjoer, dkk. 2008).


a. Terapi sitemik
Pada dermatitis ringan diberian tihistamin atau kombinasi anti histamin, anti
serotonin, anti graditinin, dan pada kasus berat dipertimbangkan pemberian
kortikosteroid.
b. Terapi topical
Prinsip umum terapi topikal diuraikan di baawah ini:
- Dermatitis basah (madidans) harus diobati dengan kompres terbuka.
Dermatitis kering (sika) diobati dengan krim atau salep
- Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat spesifik
- Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila sub akut, diberi losio (bedak kocok),
- pasta, krim, atau linimentum (pasta pendingin). Bila kronik, diberi salep
- Pada dermatitis sika, bila superfisial, diberikan bedak, losio, krim atau pasta;
bila kronik diberikan salep. Krim diberikan pada daerah berambut, sedangkan
pasta pada daerah yang tidak berambut. Penetrasi salep lebih besar daripada
krim
- Dermatitis akut diberi kompres, bila sub akut cukup diberi bedak kocok, dan
bila kronik diberi salep.
c. Diet Tinggi Kalori dan Tinggi Protein ( TKTP )
Contoh : daging, susu, ikan, kacang-kacangan, jeruk, pisang, dan lain-lain

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Menurut Tucker (2007) pengkajian sistem integumen adalah sebagai berikut:
1. Data biografi
Terdiri dari: nama, umur, alamat, jenis kelamin, agama, pekerjaan, dll.
2. Data Subjektif
Mengkaji kulit meliputi Gatal, nyeri, ruam, kasar, kering, bengkak, perubahan warna
kulit.
3. Data Objektif
Mengkaji keutuhan, elastisitas, ruam, kelembaban, kebersihan, eksudat,
pigmentasi.Lesi likenifikasi (epidermis tebal dan kasar), erosi adanya lembab,
ekskoriasi (abrasi) kehilangan lapisan epidermis.
3. Riwayat kesehatan keluarga
4. Riwayat psikososial
5. Riwayat penyakit penyerta alergia atau sensitif terhadap alergen internal atau eksternal.
6. Medikasi yang digunakan
Obat-obat yang digunakan; krim, losion, salep.
7. Riwayat Praktik Higiene
8. Pemeriksaan diagnostik
Pewarnaan gram untuk mendeteksi organisme, kultur darah, dan skin scrapping.
9. Anamnesa (Rospa Hetharia, 2009)
a. Kapan pertama kali pasien mengetahui masalah kulit, termasuk durasi dan
intensitasnya ?

12
b. Apakan masalah penyakit kulit ini terus terjadi sebelumnya ?
c. Apakah ada gejala yang lainnya ?
d. Pada bagian mana pertama kali terkena ?
e. Bagaimana ruam atau lesi tersebut terlihat ketika muncul untuk pertama kali ?
f. Dimana dan seberapa cepat penyebarannya?
g. Apakah terdapat rasa gatal, terbakar, kesemutan atau seperti ada yang merayap?
h. Apakah terdapat ganngguan kemampuan untuk merasa ?
i. Apakah masalah yang dirasakan menjadi bertambah parah pada waktu atau musim
tertentu ?
j. Apakah anda dapat menjelaskan bagaimana kelainan ini berasal ?
k. Apakah pasien memiliki riwayat hay fever, asma, biduran, eksema atau alergi ?
l. Apakah ada keluarga pasien yang mengalami masalah kulit, ruam ?
m. Apakah erupsi tersebut sekilas memakan sesuatu
n. Apakah ada hubungannya antar kejadian tertentu dari episode ruam atau lesi.
o. Obat apa yang sedang dikonsumsi ?
p. Obat oles (krim, salep, lotion) untuk mengatasi lesi tersebut.
q. Apakah pekerjaanya ?
r. Apakaah dilingkungan atau sekitas pasien terdapat faktor-faktor (tanaman, hewan,
zat-zat kimia, infeksi ) yang dapat mencetuskan masalah ...
s. Apakah pasien ingin menceritaan mengenai masalah ....

B. Diagnosa
Kemungkinan diagnosa yang akan muncul pada pasien dengan dermatitis, yaitu:
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan lesi
2. Nyeri dan gatal berhubungan dengan lesi kulit
3. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan terhadap patogen akibat
adanya lesi kulit
4. Gangguan citra tubuh berhubungn dengan perasaan malu terhadap penampakan diri
dan presepsi diri tentang ketidakbersihan.
5. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan terapinya

13
C. Intervensi

Menurut (Rospa Hetharia, 2009) diagnosa yang kemungkinan yang akan muncul pada
pasien dermatitis adalah:
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan lesi
Defenisi:
Keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko terhadap kerusakan
jaringan epidermis dan dermis
Batasan Karakteristik:
Mayor:
 Gangguan epidermis dan dermis
Minor:
 Pencukuran kulit
 Eritema
- Lesi (primer, sekunder)
- Pruritus

Kriteria Hasil
 Mengidentifikasi rasional untuk penyembuhan luka
 Berpartisipasi dalam rencana pengobatan yang dianjurkan untuk meningkatkan
penyembuhan luka
INTERVENSI RASIONAL
Kaji lokasi, kondisi sekitar kulit,ukuran Memberikan informasi dasar untuk dapat
lesi, bentuk, eritema, papul, vesikal. memberikan petunjuk pengobatan
Meningkatkan integritas kulit dengan Dengan adanya cubitan dan garukan akan
menghindari dari cubitan dan garukan. menimbulkan trauma baru pada kulit.
Berikan perawatan kulit (cuci area Pembersihan kulit dapat mencegah
kemerahan dengan lembut terjadinya rasa gatal dan memberikan rasa
menggunakan sabun ringan, bilaslah nyaman.
seluruh area kulit)
Berikan motivasi agar pasien tidak Bagi pasien yang sering kontak dengan
kontak dengan bahan iritan bahan iritan akan memperhambat

14
penyembuhan
Masase dengan lembut kulit sehat Membantu melancarkan sirkulasi.
disekitar yang sakit jangan dilakukan
pada area yang kemerahan
Berikan pelembab pada kulit yang Memberikan kelembaban pada kulit
mengalami kekeringan (contoh: Nivea) menimbulkan rasa nyaman
Kolaborasi dalam pemberian terapi Membantu dalam penyembuhan

2. Nyeri dan gatal berhubungan dengan lesi kulit


Definisi
Keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam
berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya

Batasan Karakteristik
Mayor (harus terdapat)
 Individu memperlihatkan atau melaporkan ketidak nyamanan
 Iritan kimia
Minor (mungkin terdapat)
Respons autonom pada nyeri (tekanan darah meningkat, nadi meningkat, pernapasan
meningkat, posisi berhati-hati, raut wajah kesakitan, menangis)

Kriteris Hasil:
 Mengidentifikasi sumber-sumber nyeri
 Mengidfentifikasi aktivitas yang meningkatkan dan menurunkan nyeri
 Menggabarkan rasa nyaman dari orang lain selama mengalami nyeri.

INTERVENSI RASIONAL
Hindari penggunaan sprei/bantal plastic Bantal dan sprei plastik dapat
meningkatkan ketidak nyamanan oleh
karena peningkatan produksi panas
Evaluasi keluhan nyeri/ketidak Mempengaruhi pilihan/pengawasan
nyamanan, perhatikan lokasi dan keefektifan. Intervensi, tingkat ansietas

15
karakteristik termasuk intensitas dapatmempengaruhi. Presepsi/reaksi
terhadap nyeri.
Dorong pasien untuk mendiskusikan Membantu untuk menghilangkan ansietas
masalah sehubungan dengan pruritus,
vesikel dan bula.
Dorong untuk menggunakan teknik Mempfokuskan kembali perhatian,
manejemen stres, Imajinasi visualisasi, meningkatkan rasa control, dan dapat
sentuhan teraupetik meningkat kemampuan koping dalam
manejeman nyeri yang menetap
Identivikasi teraupetik yang tepat untuk Mencegah kebosanan menurunkan
usia pasien dan penampilan pribadi tegangan, dan dapat meningkatkan harga
diri dan kemampuan koping

Kolaborasi untuk pemberian obat Pemberian obat analgetik dapat


sesuai dengan indikasi menurunkan rasa nyeri

3. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan terhadap patogen akibat


adanya lesi kulit
a. NOC : Infection status
b. Tujuan : pasien mampu terhindar dari infeksi
c. Outcomes
1) Tidak adanya bisul atau jerawat, eksudat, atau pengerasan
2) Bebas dari infeksi sekunder yang ditunjukkan dengan kulit utuh, tanpa
kemerahan atau lesi
3) Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi.
d. NIC :
1) Infection protection
2) Wound care

INTERVENSI RASIONAL
Kaji kondisi luka Untuk menentukan terapi yang tepat
Kaji adanya tanda-tanda infeksi. Untuk memberikan tindak lanjut

16
perawatan dan pengobatan
Kaji temperatur. Demam mengindikasikan adanya
infeksi. Kecuali pada pasien dengan
penurunan imunitas dan diabetes
Menjelaskan kepada pasien tentang Secara potensial, komplikasi
tanda infeksi dan memastikan bahwa penularan sangat serius dari gangguan
tanda-tanda tersebut membutuhkan kulit yang terbuka.
intervensi medis.

Memastikan bahwa pasien mengerti Sisa obat mungkin sudah kadaluarsa


akan pentingnya pasien tidak dan tidak pantas digunakan untuk
mengobati diri sendiri dengan sisa pengobatan. Obat dapat
obat-obatan di rumah. terkontaminasi dan menyebabkan
infeksi atau kehilangan daya tahan
tubuh
Melaksanakan pemberian terapi Memberi pengobatan terhadap infeksi
antibiotik topikal sesuai instruksi.

4. Gangguan citra tubuh berhubungn dengan perasaan malu terhadap penampakan diri
dan presepsi diri tentang ketidakbersihan.

Definisi
Suatu keadaan dimana gangguan dalam cara pencerapan citra diri seseorang

Batasan Karakteristik
Mayor (mungkin terdapat):
Respons negatif verbal atau nonverbal terhadap perubahan aktul, mis; malu, keadaan
yang memalukan, bersalah.
Minor (Mungkin terdapat)
 Bersembunyi tidak menampakan diri pada lingkungan
 Perubahan dalam keterlibatan sosial

17
 Perasaan negatif terhadap tubuh
 Perasaan ketidakberdayaan

Kriteria hasil
 Mengimplementasikan pola penanganan baru
 Mengungkapkan dan mendemonstrasikan penerimaan penampilan (kerapian,
postur, kehadiran diri)
 Mendemonstrasikan keinginan dan kemampuan untuk mengambil perawatan diri.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji makna kehilangan/perubahan Pada tahap terjadinya traumatik
pada pasien/orang mengakibatkan perubahan yang tiba tiba
sehingga membutuhkan dukungan dalam
proses penyembuhan
Dorong individu untuk Episode awal dalam menentukan terpai
mengekspresikan perasaan (tentang
pikiran, perasaan, pandangan dirinya)
Terima dan aku ekspresi frustasi Penerimaan perasaan sebagai respons
(perhatikan perilaku menarik diri) normal Mendorong pasien untuk
menerima situasi, dan penarikan menarik
diri karena pasien tidak siap mengatasi
masalah pribadi
Berikan informasi yang dapat Informasi yang tepat dapat menimbulkan
dipercaya semangat dan motivasi pasien untuk
melanjutkan perawatan dan mendukung
terjadinya perilaku koping positif
Bersikap realities dan positif selama Meningkatkan kepercayaan dan
pengobatan mengadakan hubungan antara pasien
dengan perawat

5. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan terapinya


Defenisi:

18
Suatu keadaan dimana seorang individu atau kelompok mengalami defisiensi
pengetahuan kognitif atau keterampilan psikomotor berkenan dengan kondisi atau
rencana pengobatan

Batasan Karakteristik:
Mayor:
 Mengungkapkan kurang pengetahuan atau keterampilan/ permintaan informasi
 Mengekspresikan ketidakakuratan persepsi status kesehatan
 Melakukan dengan tidak tepat perilaku kesehatan yang dianjurkan/yang
diinginkan
Minor:
 Kurang integrasi tentang rencana pengobatan ke dalam aktivitas sehari-hari
 Ansietas
 Depresi
 Kurang informasi
Kriteria Hasil :
Klien menggambarkan tingkat pengetahuan tentang perawatan dan terapi yang
akandiberikan
INTERVENSI RASIONAL
Kaji ulang dan harapan yang akan Memberikan dasar pengetahuan pada
dating klien untuk membuat pilihan berdasarkan
informasi
Diskusikan harapan pasien untuk Pasien sulit untuk memutuskan untuk
kembali bekerja dan aktivitas normal melakukan aktivitas, dan menilai
tindakan normal
Diskusikan tentang perawatan kulit Gatal, sensitivitas dapat sembuh dalam
(penggunaan pelembab dan pelindung waktu tidak terlalu lama
sinar matahari)
Tekankan pentingnya pemasukan diet Nutrisi optimal meningkatkan regenerasi
tinggi kalori dan protein jaringan dan penyembuhan umum luka

D. Implementasi

19
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat

E. Evaluasi Keperawatan
Dx 1 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan lesi
Evaluasi: Mencapai integritas kulit yang sempurna (kulit yang lebih halus)
 Tidak ada lesi baru yang timbul
 Mempertahankan kulit agar selalu dalam keadaan lunak
 Mempertahankan kulit agar tidak terjadi kekeringan

Dx 2 : Nyeri dan gatal berhubungan dengan lesi kulit


Evaluasi: Tidak terjadi nyeri, pasien tenang

Dx 3 : Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan terhadap patogen akibat


adanya lesi kulit
Evaluasi: daya imunitas tubuh normal, tidak terjadi tanda atau gejala infeksi

Dx 4 : Gangguan citra tubuh berhubungn dengan perasaan malu terhadap penampakan diri
dan presepsi diri tentang ketidakbersihan
Evaluasi:
 Pasien mengungkapkan/menyatakan penerimaan situasi diri
 Mengembangkan kesadaran untuk penerimaan diri
 Mengekspresikan optimisme tentang hasil akhir terapi

Dx 5 : Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan terapinya


Evaluasi:
- Mendeskripsikan dermatitis dan terapi yang dipreskripsikan
- Mengungkapkan dengan kata kata, bahwa infeksi dan stres emosional
merupakan faktor pemicu
- Mempertahankan pengendalian penyakit dengan terapi yang tepat
- Memperagakan penggunaan terapi topikal yang benar

20
21
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dermatitis adalah suatu peradangan pada dermis atau epidermis yang dalam
perkembangannya memberikan gambaran klinik berupa efloresensi polimorf dan pada
umumnya memberikan gejala subjektif gatal.Secara umum penyebab dari dermatitis yaitu:
respon kulit terhadap agen-agen yang beraneka ragam, mis: zat kimia, protein, bakteri
adanya respon alergi.

Secara umum manifestasi klinis dari dermatitis yaitu secara Subjektif adanya tanda-
tanda radang akut terutama pruitus (sebagai pengganti dolor). Selain itu terdapat pula
kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau pembengkakan dan gangguan fungsi
kulit (function laisa). Sedangkan secara Objektif, biasanya batas kelainan tidak tegas dan
terdapat lesi polimorfi yang dapat timbul secara serentak atau berturut-turut.

Kemudian asuhan keperawatan dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi


kebuutuhan dasar klien dan mengembalikan kondisi klien seoptimal mungkin dengan cara
memberikan beberapa intervesi dan perawatan secara profesional.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak
kesalahan, kekurangan serta kejanggalan baik dalam penulisan maupun dalam pengopsepan
materi. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada semua pembaca mahasiswa khususnya,
untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan makalah yang akan datang.

22

Anda mungkin juga menyukai