Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1 13. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang Berlaku pada Kementerian Perhubungan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
I. Pendahuluan
102, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5884;
1.1 Latar Belakang 14. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah oleh Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2014 tentang
Fungsi pelabuhan tertuang di dalam Undang-undang RI nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran dan Peraturan
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pemerintah nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhan serta perubahannya pada Peraturan Pemerintah nomor 64
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah oleh Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun
tahun 2015, yakni sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi, khususnya kelancaran
2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
perpindahan muatan angkutan laut dan darat, sehingga dibutuhkan perencanaan pembangunan pelabuhan yang
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah oleh Peraturan
tepat dan memenuhi persyaratan teknis kepelabuhanan, kelestarian lingkungan, tata ruang sosial, keselamatan
Presiden Nomor 30 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012
pelayaran, ekonomi, dan finansial.
tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;
15. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara;
Sehubungan fungsi pelabuhan serta amanat perundangan di atas, maka mengharuskan setiap pelabuhan memiliki
16. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan;
kerangka dasar rencana pengembangan dan pembangunan pelabuhan yang tertuang dalam suatu rencana
17. Keputusan Presiden Nomor 62 Tahun 2007 tentang Fasilitas Umum;
pengembangan tata ruang untuk kemudian dijabarkan dalam suatu tahapan pelaksanaan pembangunan jangka
18. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 62 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit
pendek 5 tahunan, menengah 10 tahunan, dan panjang 20 tahunan, agar dapat menjamin kepastian usaha dan
Penyelenggara Pelabuhan sebagaimana telah diubah oleh Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 44
pelaksanaan pembangunan pelabuhan yang terencana, terpadu, tepat guna, efisien, dan berkesinambungan, pun
Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 62 Tahun 2010 Organisasi
tak terkecuali Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara.
dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan sebagaimana telah diubah oleh Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 130 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
Kerangka dasar rencana pengembangan dan pembangunan Pelabuhan Wanci tersebut diwujudkan dalam suatu
PM 62 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan, Berita Negara
rencana pengaturan ruang Pelabuhan Wanci berupa peruntukan tanah dan perairan di Daerah Lingkungan Kerja
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1400;
(DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara dalam suatu
19. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun 2011 tentang Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP);
dokumen Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Wanci yang disinkronkan dengan perencanaan tata ruang wilayah
20. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun 2011 tentang Telekomunikasi – Pelayaran;
Kabupaten Wakatobi dan Provinsi Sulawesi Tenggara.
21. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 52 Tahun 2011 tentang Pengerukan dan Reklamasi sebagaimana
telah diubah oleh Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 74 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
1.2 Dasar Hukum
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 52 Tahun 2011 tentang Pengerukan dan Reklamasi, Berita Negara
Peraturan perundangan terkait yang menjadi dasar hukum dalam penyusunan Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1880, sebagaimana telah diubah oleh Peraturan Menteri Perhubungan
Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara ini adalah sebagai berikut: Nomor PM 136 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 52
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Lembaran Negara 1960 Tahun 2011 tentang Pengerukan dan Reklamasi, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1309;
– 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043; 22. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 58 Tahun 2013 tentang Penanggulangan Pencemaran di Perairan
2. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 dan Pelabuhan, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 731;
Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 132; 23. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 93 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Angkutan Laut, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1523, sebagaimana telah diubah oleh
2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 74 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Perhubungan Nomor PM 93 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut, Berita
Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849; Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 966;
5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan, Lembaran Negara Tahun 2009 24. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 29 Tahun 2014 tentang Pencegahan Pencemaran Lingkungan
Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5025; Maritim, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1115;
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lembaran 25. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 78 Tahun 2014 tentang Standar Biaya di Lingkungan Kementerian
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Pehubungan, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1968;
5059; 26. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 20 Tahun 2015 tentang Standar Keselamatan Pelayaran, Berita
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Lembaran Negara Republik Indonesia Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 272;
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587; 27. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 37 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Penumpang Angkutan
8. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Lembaran Laut, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 276, sebagaimana telah diubah oleh Peraturan
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Menteri Perhubungan Nomor PM 119 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan
4833, sebagaimana telah diubah oleh Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Nomor PM 37 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Penumpang Angkutan Laut, Berita Negara Republik
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Lembaran Indonesia Tahun 2015 Nomor 1231;
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 28. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut, Berita
6042; Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 311, sebagaimana telah diubah oleh Peraturan Menteri
9. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan, Lembaran Negara Republik Indonesia Perhubungan Nomor PM 146 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM
Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070 sebagaimana telah 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
diubah oleh Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 1867;
Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 193, 29. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 57 Tahun 2015 tentang Pemanduan dan Penundaan Kapal, Berita
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5731; Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 390;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian, Lembaran Negara Republik Indonesia 30. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5093; Perhubungan, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1844 sebagaimana telah diubah oleh
11. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan, Lembaran Negara Republik Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 86 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5108 sebagaimana Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan, Berita
telah diubah oleh Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1012 sebagaimana telah diubah oleh Peraturan Menteri
Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor Perhubungan Nomor PM 44 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Perhubungan
43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208; Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan, Berita Negara
12. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 816 sebagaimana telah diubah oleh Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5109; Nomor PM 117 Tahun 2017 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189
1
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan, Berita Negara Republik Indonesia 6. Luas lahan pelabuhan minimal 10 ha;
Tahun 2017 Nomor 1891; 7. Memiliki peralatan bongkar muat sesuai jenis angkutan barang.
31. Peraturan Menteri Perhubungan PM 129 Tahun 2016 tentang Alur Pelayaran di Laut dan Bangunan dan/atau
Instalasi di Perairan, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1573; 1.5 Lokasi Studi
32. Peraturan Menteri Perhubungan PM 20 Tahun 2017 tentang Terminal Khusus dan Terminal untuk Kepentingan
Lokasi rencana Pelabuhan Wanci berada di wilayah Desa Mandati, Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kabupaten
Sendiri, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1573;
Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara dengan letak astronomis lokasi pelabuhan ini berada di antara 05º 19' 31,42"
33. Peraturan Menteri Perhubungan PM 112 Tahun 2017 tentang Pedoman dan Proses Perencanaan di
LS dan 123º 32' 02,40" BT. Pelabuhan Wanci ini merupakan wilayah kerja dari KUPP Baubau yang berada di
Lingkungan Kementerian Perhubungan, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1710;
Kabupaten Buton yang diberikan dalam Gambar 1. , Orientasi pencapaian lokasi Pelabuhan Wanci diuraikan
34. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan
sebagai berikut:
Tanah, sebagaimana diubah Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional 6
1. Jakarta – Kendari, menggunakan pesawat dengan waktu tempuh 2 jam 55 menit;
Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional 5 Tahun 2012 tentang
2. Kendari – Wakatobi, menggunakan pesawat dengan waktu tempuh 45 menit;
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 648,
3. Bandara – Pelabuhan Wanci, menggunakan mobil dengan waktu tempuh 15 menit.
sebagaimana diubah Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional 22 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional 5 Tahun 2012 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1872;
35. Keputusan Menteri Perhubungan KP 432 Tahun 2017 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional;
36. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut UM.002/38/18/DJPL-11 tentang Standar Kinerja Pelayanan
Operasional Pelabuhan;
37. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut PP.001/2/19/DJPL-14 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan
Rencana Induk Pelabuhan;
38. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara 1 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2010 – 2030;
39. Peraturan Daerah Kabupaten Wakatobi 12 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Wakatobi Tahun 2012 – 2032.
Tujuan penyusunan Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara diberikan dalam beberapa
poin berikut:
1. Acuan pelaksanaan pembangunan dan pengembangan fasilitas serta utilitas pelabuhan yang disusun dalam
suatu tahapan pembangunan dan pengembangan jangka pendek, menengah, dan jangka panjang;
2. Acuan dalam pelaksanaan pengelolaan pelabuhan yang diberikan dalam batas-batas penyelenggaran Gambar 1 Orientasi Lokasi Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara sesuai rencana kebutuhan operasional pelabuhan;
3. Memberikan jaminan keselamatan pelayaran serta kelancaran dan ketertiban dalam penyelenggaraan
pelabuhan;
4. Acuan pengelolaan dan arahan jenis-jenis penanganan lingkungan;
5. Memberikan kepastian hukum dan kepastian usaha bagi para pihak yang terkait, meliputi penyelenggara,
pengguna jasa, serta pihak terkait lainnya di Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara.
2
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
2 Kondisi batuan di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara ditinjau dari sudut geologis, terdiri atas batuan sedimen,
batuan metamorfosis, dan batuan beku, dimana batuan yang memiliki areal terluas adalah batuan sedimen seluas
II. Gambaran Umum Wilayah
2.579,79 ha (67,64%), sedangkan untuk tanah, provinsi ini memiliki sedikitnya enam jenis tanah, yaitu tanah
2.1 Provinsi Sulawesi Tenggara podsolik seluas 2.299.729 ha (60,30%), tanah mediteran seluas 898.802 ha (23,57%), tanah latosol seluas 349.784
ha (9,17%), tanah organosol seluas 116.099 ha (3,04%), jenis tanah alluvial seluas 129.569 ha (3,40%), dan tanah
2.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Wilayah
grumosol seluas 20.017 ha (0,52%).
Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di wilayah Pulau Sulawesi bagian Tenggara dan sebelah Selatan Garis
Khatulistiwa dengan letak astronomis memanjang dari Utara ke Selatan antara 20º 45” – 06º 15” LS dan Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki beberapa sungai yang melintasi hampir seluruh kabupaten/kota, dimana
membentang dari Barat ke Timur antara 120º 45” – 124º 30” BT dan batas-batas geografis sebagai berikut: sungai-sungai tersebut pada umumnya potensial untuk dijadikan sebagai sumber energi, untuk kebutuhan industri,
Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tengah; rumah tangga dan irigasi. Daerah aliran sungai, seperti Daerah Aliran Sungai (DAS) Konaweha, melintasi
Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi NTT dan Laut Flores; Kabupaten Kolaka, dan Konawe dengan luasan DAS mencapai 7.150,68 km² dengan debit air rata-rata 200
Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan dan Teluk Bone; m³/detik. Bendungan Wawotobi yang menampung aliran sungai tersebut, mampu mengairi persawahan di daerah
Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Maluku dan Laut Banda. Konawe seluas 18.000 ha. Selain itu, masih dapat dijumpai banyak aliran sungai di Provinsi Sulawesi Tenggara
dengan debit air yang besar sehingga berpotensi untuk pembangunan dan pengembangan irigasi seperti Sungai
Provinsi Sulawesi Tenggara, secara administrasi, terbagi ke dalam 8 kabupaten dan 2 kota dengan luas wilayah Lasolo di Kabupaten Konawe, Sungai Roraya di Kabupaten Bombana (Kecamatan Rumbia, dan Poleang), Sungai
daratan seluas 38.140 km 2 atau 3.814.000 ha dan wilayah perairan (laut) seluas 110.000 km 2 atau 11.000.000 ha Wandasa dan Sungai Kabangka Balano di Kabupaten Muna, Sungai Laeya di Kabupaten Kolaka, dan Sungai
dengan jumlah pulau sebanyak 60 pulau yang tersebar di Laut Banda dan Laut Flores. Wilayah administrasi Provinsi Sampolawa di Kabupaten Buton.
Sulawesi Tenggara diberikan dalam Gambar 2.
Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki perairan (laut) yang sangat luas, mencapai 110.000 km², dimana sangat
potensial untuk pengembangan usaha perikanan dan pengembangan wisata bahari, karena disamping memiliki
bermacam-macam jenis ikan dan berbagai varietas biota, juga memiliki panorama laut yang sangat indah. Berbagai
spesies ikan yang banyak ditangkap nelayan dari perairan laut Sulawesi Tenggara adalah Cakalang, Teri, Layang,
Kembung, Udang dan masih banyak lagi jenis ikan yang lain. Di samping ikan, juga terdapat hasil laut lainnya seperti
Teripang, Agar-agar, Japing-japing (kerang mutiara), Kerang Lola (Trochus niloticus), Mutiara dan sebagainya.
Sulawesi Tenggara merupakan daerah wisata bahari. Di sebelah Tenggara terdapat Taman Nasional Wakatobi
yang memiliki potensi sumber daya alam laut yang bernilai tinggi baik jenis dan keunikannya, dengan panorama
bawah laut yang menakjubkan. Taman nasional ini memiliki 25 buah gugusan terumbu karang dengan keliling pantai
dari pulau-pulau karang sepanjang 600 km. Lebih dari 112 jenis karang dari 13 famili diantaranya Acropora formosa,
A. hyacinthus, Psammocora profundasafla, Pavona cactus, Leptoseris yabei, Fungia molucensis, Lobophyllia
robusta, Merulina ampliata, Platygyra versifora, Euphyllia glabrescens, Tubastraea frondes, Stylophora pistillata,
Sarcophyton throchelliophorum, dan Sinularia spp.
Sulawesi Tenggara memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Musim kemarau terjadi antara bulan
Juni dan September, dimana angin Timur yang bertiup dari Australia tidak banyak mengandung uap air, sehingga
mengakibatkan musim kemarau, sebaliknya musim hujan terjadi antara bulan Desember dan Maret, dimana Angin
Barat yang bertiup dari Benua Asia dan Samudera Pasifik banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim
hujan. Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April – Mei
dan Oktober – November.
Curah hujan dipengaruhi oleh perbedaan iklim, orografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Hal ini menimbulkan
adanya perbedaan curah hujan menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Tinggi rendahnya suhu udara
dipengaruhi oleh letak geografis wilayah dan ketinggian dari permukaan laut. Sulawesi Tenggara yang terletak di
daerah khatulistiwa dengan ketinggian pada umumnya di bawah 1.000 meter, sehingga beriklim tropis. Pada tahun
2012, suhu udara maksimum rata-rata berkisar antara 30 ºC – 36 ºC dan suhu minimum rata-rata berkisar antara 20
ºC – 23 ºC.
3
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
dari sektor pertanian dan sektor pertambangan sebagaimana periode-periode sebelumnya. Pangsa masing-masing b. PT. Sultra Tuna Samudera jenis usaha yang dikembangkan untuk penangkapan ikan cakalang dan
komponen dari sektor tersier yang terdiri dari sektor perdagangan, sektor angkutan, sektor keuangan dan sektor pengumpulan ikan segar dengan kapasitas 10 ton/hari dengan negara bagian ekspor Jepang;
jasa-jasa terus menunjukkan trend yang meningkat. Sementara itu, sektor pertanian meskipun masih memiliki c. PT. Jayanti Group dengan jenis usaha penangkapan ikan dan pengumpulan ikan yang berkapasitas 30
pangsa yang terbesar, namun secara perlahan kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Sulawesi Tenggara ton/hari, dengan negara tujuan ekspor Jepang dan Taiwan;
mulai menurun. d. PT. Yanagi Histalaraya dengan usaha pengumpulan ikan, udang, cumi-cumi, gurita, dan rajungan dengan
kapasitas 2,5 ton/hari dan negara tujuan ekspor Jepang.
2.1.5 Sektor Unggulan Potensi Wilayah
2.1.6 Jaringan Transportasi Wilayah
1. Pertanian
Pertanian terdiri dari: Kondisi panjang jalan berdasarkan status pembinaannya di Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai 19.192,12 km,
a. Tanaman Pangan yang terdiri dari jalan Nasional sepanjang 1.406,68 km, jalan Provinsi sepanjang 1.737,32 km, dan Jalan
Tanaman pangan di Provinsi Sulawesi Tenggara antara lain padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi Kabupaten/kota sepanjang 16.048,12 km.
jalar, kacang tanah, kacang kedelei, dan kacang hijau. Produksi padi sawah dan ladang yang tertinggi
terdapat di Kabupaten Kendari mencapai 155.642 ton (54,16%) dari produksi padi di seluruh Sulawesi 2.1.7 Rencana Pengembangan dan Kebijakan Wilayah
Tenggara dengan produktivitas padi sawah per hektar tertinggi adalah di Kabupaten Kolaka mencapai 35,98
Rencana pengembangan struktur tata ruang wilayah Provinsi didasarkan pada konsepsi struktur tata ruang. Secara
kw/ha. Untuk tanaman Pangan Setara Beras (PSB) produksi terbesar yaitu padi sawah sebesar 259.794
garis besar materi rencana yang disajikan pada bab ini, yaitu arahan pemantapan kawasan lindung, arahan
ton kemudian ubi kayu. Selain produksi tanaman bahan makanan yang diusahakan di atas, maka untuk
pengembangan kawasan budidaya, pola pengembangan sistem kota-kota, pola pengembangan prasarana wilayah,
mencukupi kebutuhan masyarakat akan bahan makanan, Depot Logistik (Dolog) Propinsi Sulawesi
serta arahan pengembangan wilayah prioritas. Untuk mendukung rencana-rencana tersebut, dirumuskan pula
Tenggara setiap tahun berusaha mengadakan beberapa jenis bahan makanan pokok yaitu beras, gula
kebijakan penunjang penataan ruang baik yang berupa kebijaksanaan yang bersifat spasial maupun non-spasial.
pasir, dan tepung terigu.
Secara keseluruhan rencana struktur tata ruang ini diharapkan dapat mewujudkan keterkaitan antar kegiatan yang
b. Buah - Buahan
memanfaatkan ruang dalam kurun waktu 15 (Lima Belas) tahun. Kebijakan struktur ruang, pola ruang, dan kawasan
Jenis tanaman buah-buahan yang diusahakan di Sulawesi Tenggara hanya disajikan 15 jenis yaitu mangga,
strategis Provinsi Sulawesi Tenggara diberikan dalam Gambar 3 – Gambar 5.
rambutan, langsat, jeruk, jambu, durian, pepaya, pisang, nenas, salak, nangka, sirkaya, advokat,
kedondong dan sawo.
c. Sayur - Sayuran
Jenis tanaman sayur-sayuran yang diusahakan meliputi dua kelompok, yaitu kelompok jenis tanaman
sayur-sayuran yang dipanen lebih dari satu kali yaitu : kacang panjang, cabe, tomat, terong, buncis,
ketimun, labu, kangkung, dan bayam. Produksi tertinggi adalah kacang panjang dan kelompok jenis
tanaman sayur-sayuran yang dipanen sekaligus yaitu : bawang merah, bawang putih, bawang daun, kubis,
petsai/sawi dan kacang merah. Produksi tertinggi adalah tanaman petsai/sawi.
d. Tanaman Perkebunan
Jenis tanaman perkebunan rakyat di Sulawesi tenggara yaitu : kelapa, kopi, kapuk, lada, pala, cengkeh,
jambu mete, kemiri, coklat, enau, panili, pinang, asam jawa, tembakau, kelapa hybrida, kapas rakyat.
Produksi yang sangat potensial untuk ekspor yang sedang dikembangkan adalah kelapa, kopi, lada,
cengkeh, jambu mete, coklat dan pala. Ditinjau dari luas areal tanaman perkebunan rakyat, tanaman
perkebunan rakyat yang terluas adalah areal perkebunan jambu mete yaitu 126.679 Ha, terluas di
Kabupaten Muna. Terluas kedua adalah perkebunan Coklat, selanjutnya adalah perkebunan Kelapa dalam.
2. Peternakan
Jenis populasi ternak yang dikembangkan di propinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari ternak besar (sapi, kerbau,
dan kuda), ternak kecil yaitu kambing, domba dan babi, sedangkan ternak unggas adalah ayam kampung, ayam
buras dan itik/manila.
3. Kehutanan
Kawasan hutan di Provinsi Sulawesi Utara menurut fungsinya terdiri dari 5 jenis, yaitu:
a. Hutan produksi biasa;
b. Hutan produksi terbatas;
c. Hutan lindung;
d. Hutan wisata/PPA;
e. Hutan produksi yang dapat dikonversi.
Luas kawasan hutan di Sulawesi Tenggara adalah 2.246.765 ha, dimana wilayah yang memiliki luas hutan
terbesar adalah Kabupaten Kendari yang mencapai 1.217.625 ha. Menurut fungsinya, hutan terluas adalah
hutan produksi terbatas seluas 212.121 ha. Untuk produksi kayu di Sulawesi Tenggara tahun 2013, yang
meliputi kayu jati dan kayu rimba konversi, masing-masing tercatat sebanyak 2.310.729 m3 dan 4.370.725 m3,
sedangkan untuk komoditi rotan tercatat 3.171.072 ton.
4. Perikanan
Potensi ikan di Sulawesi Tenggara diperkirakan sebesar 500.000 ton/tahun, sementara luas areal
pengembangan untuk perikanan darat pengembangan tambak seluas ± 40.409 ha. Lokasi Kawasan Perairan Gambar 3 Rencana Struktur Ruang Provinsi Sulawesi Tenggara
Laut Banda dengan luasan areal sekitar ± 110.000 km 2 dengan panjang garis pantai ± 1.740 km.
4
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
Luas wilayah Kabupaten Wakatobi adalah 18.377 km², terdiri dari daratan seluas ± 823 km² (3%) dan luas perairan
± 17.554 km2 (97%) yang merupakan perairan laut. Secara administratif Kabupaten Wakatobi terdiri dari 8 wilayah
kecamatan, 75 desa dan 25 kelurahan. Wilayah kecamatan terluas adalah kecamatan Wangi-Wangi dengan luas
241 km² (29,40%) yang sekaligus merupakan wilayah ibokota Kabupaten, sedangkan kecamatan yang wilayahnya
paling kecil adalah kecamatan Kaledupa, yaitu seluas 45,50 km² (5,53%). Wilayah administrasi Kabupaten Wakatobi
diberikan dalam Gambar 6.
Selain bentangan pulau-pulau kecil, relief dan topografi, di Kabupaten Wakatobi juga membentang Gunung Tindoi
di Pulau Wangi-Wangi, Gunung Pangilia di Pulau Kaledupa, Gunung Patua di Pulau Tomia, dan Gunung Watiu’a di
Pulau Binongko. Pada puncak gunung di empat pulau besar tersebut, terdapat situs peninggalan sejarah berupa
benteng dan makam yang sangat erat kaitannya dengan penyebaran agama Islam di Kabupaten Wakatobi maupun
Gambar 5 Rencana Kawasan Strategis Provinsi Sulawesi Tenggara
5
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
sejarah perkembangan kejayaan Kesultanan Buton, Tidore, dan Ternate. Situs sejarah dimaksud ialah Benteng 2.2.7 Rencana Pengembangan dan Kebijakan Wilayah
Liya, Benteng Tindoi, Benteng Patu’a, dan Benteng Suosuo serta peninggalan benda-benda purbakala lainnya.
Konsep rencana pengembangan wilayah Kabupaten Wakatobi adalah dengan mengembangkan sektor pariwisata
Kesemuanya merupakan aset daerah yang sangat berharga, terutama dalam pengembangan ilmu pengetahuan
dan infrastruktur pendukungnya, dimana pariwisata unggulan adalah wisata laut di seluruh wilayah kabupaten.
dan sebagai obyek wisata budaya, baik nasional maupun internasional.
Rencana pola ruang dan struktur ruang Kabupaten Wakatobi diberikan dalam Gambar 7 – Gambar 9.
Secara umum di Kabupaten Wakatobi tidak terdapat sungai yang mengalir sepanjang tahun. Sumber mata air
umumnya berasal dari air tanah (ground water) dari wilayah perbukitan dan gua-gua karst yang oleh penduduk
setempat disebut Tofa/Loba/Lia. Daerah Aliran Sungai (DAS) seperti DAS Posalu, Banduha-nduha, dan Waginopo
di Kecamatan Wangi-Wangi mempunyai peranan penting pada ketersediaan air tanah, dimana dalam konteks ini,
peranan vegetasi terutama hutan sangat penting dalam konservasi air tanah. Permukaan air terutama pada gua-
gua karst dan sumur penduduk banyak dipengaruhi oleh naik turunnya muka air laut, memberikan indikasi tentang
pentingnya perlindungan daerah pantai dari pengaruh abrasi.
Formasi geologi Wakatobi secara umum berdasarkan peta geologi Lembar Kepulauan Tukang Besi Sulawesi
Tenggara skala 1 : 25.000 tahun 1994 dikelompokkan dalam formasi geologi Qpl dengan jenis bahan induk batu
gamping koral. Jenis tanah yang tersebar pada beberapa tempat di empat pulau Kabupaten Wakatobi ialah jenis
organisol, alluvial, grumosol, mediteran, latosol, serta didominasi oleh podsolik. Formasi geologi batuan daratan
dengan bahan induk batu gamping jenis koral dan dominasi tanah podsolik, secara umum mengindikasikan
kesuburan tanah yang rendah akibat pH dan bahan organik rendah. Terkait hal tersebut, pemerintah daerah akan
mencanangkan program pertanian terpadu yang berbasis ekologi (integrated ecofarming).
Iklim di Kepulauan Wakatobi, menurut klasifikasi Schmidt-Fergusson, termasuk tipe C dengan dua musim yaitu
musim kemarau atau musim Timur yang terjadi pada bulan April – Agustus dan musim hujan atau musim Barat
yang terjadi pada September – April. Peralihan musim yang biasa disebut musim pancaroba terjadi pada bulan
Oktober – November dan bulan April – Mei.
Curah hujan di Kepulauan Wakatobi 10 tahun terakhir, berdasarkan pencatatan dari Stasiun Meteorologi Kelas III
Betoambari, berkisar antara 0,4 – 288,2 mm, dimana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember dengan
rata-rata mencapai 19,51 mm. Jumlah hari hujan mengikuti pola jumlah curah hujan dengan kisaran antara 1 – 19
hari hujan. Suhu udara maksimum berkisar 31,5 – 34,4 0C dan suhu udara minimum berkisar pada 22,3 – 24,9 0C,
dengan kisaran suhu rata-rata antara 23,7 – 32,4 0C dan kelembaban udara antara 71 – 86%.
6
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
Gambar 8 Rencana Pola Ruang Kabupaten Wakatobi Gambar 9 Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Wakatobi
7
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
3
III. Kondisi Eksisting Pelabuhan
3.1 Gambaran Umum Pelabuhan Wanci
Hierarki Pelabuhan Wanci menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 432 Tahun 2017 tentang Rencana
Induk Pelabuhan Nasional adalah Pelabuhan Pengumpul dengan peran sebagai lokasi pelabuhan laut yang
dipergunakan untuk angkutan laut. Lokasi Pelabuhan Wanci berada di wilayah Desa Mandati, Kecamatan Wangi-
wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara, dimana letak astronomis lokasi pelabuhan ini
berada di antara 05o 20' 18,87" LS dan 123o 32' 06,23" BT, dimana Pelabuhan Wanci ini merupakan wilayah kerja
dari KUPP Baubau yang berada di Kabupaten Buton.
Pelabuhan Wanci berada di pusat kegiatan Kecamatan Wangi-wangi, dimana lokasi pelabuhan dikelilingi oleh
permukiman masyarakat. Lahan eksisting Pelabuhan Wanci saat ini dimiliki oleh KUPP Baubau, dalam hal ini Kantor
Wilayah Kerja Pelabuhan Wanci, berupa lahan:
1. Daratan asli seluas kurang lebih 18.000 m 2;
2. Hasil reklamasi seluas 5.300 m 2 yang telah dibeton dan dibangun beberapa fasilitas diatasnya berupa:
a. Kantor Wilayah Kerja Wanci;
b. Rumah Dinas sebanyak 4 unit;
c. Taman;
d. Gudang;
e. Loket Terminal;
f. Pos Jaga;
g. Fasilitas penampungan air bersih.
3. Hasil reklamasi seluas 2.500 m 2 (50 m x 50 m) yang sudah dibatasi dengan kanstein beton, namun masih
berupa tanah;
4. Trestle sepanjang 450 m dengan lebar 6 m;
5. Gapura;
6. Pagar beton sebagai batas dengan permukiman masyarakat;
7. Dermaga dengan panjang 177 m dan lebar 8 m.
Gambar 10 Pelabuhan sekitar Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
Pelabuhan Wanci, oleh masyarakat dan pemerintah daerah setempat, dikenal dengan sebutan Pelabuhan
Pangalubelo atau Pelabuhan Mandati, mengikuti nama jalan akses menuju pelabuhan, yakni Jalan Pangalubelo
dan nama desa dimana pelabuhan berada, yakni Desa Mandati. Kegiatan di Pelabuhan Wanci saat ini adalah
berupa bongkar muat barang dari Surabaya, Baubau, Kendari, dan Makassar, dimana barang yang dibongkar
diambil langsung oleh pemilik barang, baik yang berada di Pulau Wangi-wangi maupun pulau-pulau lainnya,
terutama pulau-pulau utama, yakni Pulau Kaledupa, Pulau Tomia, dan Pulau Binongko, dengan kapal lain dari
pelabuhan lain yang ada di Pulau Wangi-wangi, dan begitu pula dengan muat kapal. Kegiatan lainnya adalah turun
naik penumpang yang didominasi oleh wisatawan, terutama yang akan menikmati dan mengunjungi Taman Wisata
Bahari Nasional di wilayah Kabupaten Wakatobi. Pemerintah Daerah Wakatobi sangat mendukung pengembangan
Pelabuhan Wanci ini karena sejalan dengan perencanaan daerah, baik provinsi maupun kabupaten, yang
menjadikan pelabuhan ini sebagai salah satu inlet dan outlet bagi para wisatawan yang menuju Kabupaten
Wakatobi.
8
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
10
11
12
13
15
16
19
20
21
22
23
14
17
18
4) Gudang;
5) Loket Terminal; Waktu
6) Pos Jaga; Sumber: Olahan Konsultan, 2016
7) Fasilitas penampungan air bersih.
c. Hasil reklamasi seluas 2.500 m 2 (50 m x 50 m) yang sudah dibatasi dengan kanstein beton, namun masih Gambar 12 Grafik Pasang Surut Pelabuhan Wanci
berupa tanah.
9
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
12
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
13
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
Gambar 15 Current Rose Pelabuhan Wanci Sta. 1 pada Kedalaman 0,2D, 0,6D, dan 0,8D
Gambar 16 Current Rose Pelabuhan Wanci Sta. 2 pada Kedalaman 0,2D, 0,6D, dan 0,8D
14
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
Spesifikasi kapal yang beroperasi saat ini di Pelabuhan Wanci adalah Kapal Penumpang 500 DWT PELNI Kelimutu, 60000.0
Kapal Rakyat dengan ukuran 300 DWT, serta perahu-perahu nelayan dengan ukuran 60 GT ke bawah yang
50000.0
dipergunakan untuk mengangkut hasil bumi, bahan bangunan, bahan kebutuhan pokok masyarakat dari dan ke
pulau-pulau lainnya di wilayah Kabupaten Wakatobi selain Pulau Wangi-wangi, dimana rencana spesifikasi kapal 40000.0
ton
yang akan beroperasi di Pelabuhan Wanci untuk 20 tahun ke depan adalah kapal eksisting.
30000.0
Kedalaman perairan eksisting Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara hasil survei lapangan konsultan dan Bongkar Muat Total
Peta Laut Indonesia, diberikan sebagai berikut:
1. Depan dermaga adalah -15,0 mLWS;
Sumber: KUPP Bau Bau, 2015
2. Kolam pelabuhan adalah -15 – -30 mLWS;
3. Alur pelayaran 1 jalur 1 arah kedalaman -15 – -80 mLWS dengan lebar alur kurang lebih 100 m. Gambar 17 Arus Pergerakan Barang Eksisting Pelabuhan Wanci
15
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
18000.0
16000.0
14000.0
12000.0
10000.0
orang
8000.0
6000.0
4000.0
2000.0
.0
2009 2010 2011 2012 2013 2014
tahun Gambar 20 Rute Tol Laut melewati Pelabuhan Wanci
17
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
2500.0
2000.0
1500.0
call
1000.0
500.0
.0
2009 2010 2011 2012 2013
tahun
Arus kunjungan kapal di Pelabuhan Wanci yang melayani pergerakan barang dan penumpang diberikan pada Tabel
6 dan Gambar 23.
Tabel 6 Arus Pergerakan Kapal Eksisting Pelabuhan Wanci
No. Tahun Barang R-37 R-39 Ferry Cepat Total
1 2009 802 26 26 365 1.219
2 2010 856 26 26 365 1.273
3 2011 1.242 26 26 365 1.659
4 2012 1.544 26 26 365 1.961
5 2013 1.585 26 26 365 2.002
Sumber: KUPP Bau Bau, 2015
18
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
4
Data PDRB Hinterland
IV. Analisa Prakiraan Permintaan Jasa Angkutan Laut Pelabuhan yang di Studi
4.1 Metode Analisa
Proyeksi populasi penduduk dilakukan pada daerah hinterland pelabuhan, dalam hal ini adalah Pulau Wangi-wangi
yang terdiri dari dua kecamatan, yakni Kecamatan Wangi-wangi dan Kecamatan Wangi-wangi Selatan. Untuk
melakukan proyeksi populasi penduduk masa yang akan datang dibutuhkan data yang cukup sesuai kaidah statistik,
Perhitungan Laju Pertumbuhan PDRB
yakni minimal 20 seri data, dimana data kependudukan di wilayah hinterland Pelabuhan Wanci yang didapatkan
dari dokumen Kabupaten Wakatobi dalam angka tidak memenuhi kecukupan data untuk melakukan proyeksi
menggunakan model analisa tren, sehingga peramalan populasi penduduk di masa yang akan datang didapatkan
dari hasil proyeksi menggunakan kombinasi antara tingkat pertumbuhan penduduk yang telah dicantumkan dalam
Kabupaten Wakatobi dalam Angka untuk kurun waktu 20 tahun perencanaan dan permodelan yang dilakukan oleh
konsultan dengan data yang didapatkan dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Proyeksi PDRB dengan Metode Proyeksi PDRB dengan Data Laju
Wakatobi. Metode proyeksi populasi penduduk dengan dua metoda diberikan dalam satu diagram alir pada Gambar Analisa Tren Pertumbuhan PDRB
24.
19
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
Sumber: Wakatobi dalam Angka 2015, Kecamatan Wangi-wangi dalam Angka 2015, dan Kecamatan Wangi-wangi dalam Angka 2015 54000.0
53000.0
jiwa
51000.0
50000.0
50000.0
49500.0
49000.0
49000.0
48000.0
48500.0
PDRB (juta Rp)
47000.0
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
48000.0
47500.0 tahun
47000.0
Sumber: Olahan Konsultan, 2015
46500.0
46000.0
Gambar 27 Proyeksi Penduduk Wilayah Hinterland Pelabuhan Wanci
45500.0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 4.2.2 Analisa dan Proyeksi Ekonomi Wilayah Hinterland
tahun
Proyeksi yang dilakukan terhadap nilai PDRB ini difokuskan pada nilai PDRB ADHK 2000, dimana nilai ini lebih
mencerminkan kondisi produktivitas ekonomi secara riil karena mengabaikan inflasi. Metode proyeksi dilakukan
Sumber: Wakatobi dalam Angka 2015, Kecamatan Wangi-wangi dalam Angka 2015, dan Kecamatan Wangi-wangi dalam Angka 2015
dengan cara yang sama pada proses proyeksi populasi penduduk, yakni dengan menggunakan rata-rata tingkat
Gambar 26 Populasi Penduduk Eksisting Wilayah Hinterland Pelabuhan Wanci pertumbuhan PDRB yang tercantum dalam dokumen Kabupaten Wakatobi dalam Angka 2015, Kecamatan Wangi-
wangi dalam Angka 2015, dan Kecamatan Wangi-wangi Selatan dalam Angka 2015, dimana pertumbuhan PDRB
ADHK 2000 wilayah hinterland Pelabuhan Wanci tahun 2012 – 2014 berturut-turut adalah 7,83%, 7,81%, dan
Tabel 8 Proyeksi Penduduk Wilayah Hinterland Pelabuhan Wanci 7,85%, sehingga didapatkan rata-rata tingkat pertumbuhan PDRB ADHK 2000 wilayah hinterland Pelabuhan Wanci
sebesar 7,83%. Nilai PDRB ADHK 2000 eksisting wilayah hinterland Pelabuhan Wanci dalam kurun waktu tahun
No. Tahun Penduduk Hinterland 2000 sampai dengan 2014 serta proyeksi nilai PDRB ADHK 2000 berdasarkan tingkat pertumbuhan PDRB ADHK
2000 sampai dengan tahun 2035 diberikan pada Tabel 9 – Tabel 10, serta Gambar 28 – Gambar 29.
0 2015 49.614
Tabel 9 PDRB Eksisting Wilayah Hinterland Pelabuhan Wanci (juta Rp)
1 2016 49.811
2 2017 50.009 No. Tahun Kec. Wangi-wangi Kec. Wangi-wangi Selatan Total
3 2018 50.207 1 2000 200.400 198.391 398.791
4 2019 50.407 2 2001 216.087 213.921 430.008
5 2020 50.607 3 2002 233.002 230.667 463.669
6 2021 50.808 4 2003 251.241 248.723 499.965
7 2022 51.009 5 2004 270.909 268.193 539.101
8 2023 51.212 6 2005 292.115 289.187 581.302
9 2024 51.415 7 2006 314.982 311.824 626.806
10 2025 51.619 8 2007 339.638 336.234 675.872
11 2026 51.824 9 2008 366.225 362.554 728.779
12 2027 52.030 10 2009 394.893 390.934 785.827
13 2028 52.236 11 2010 425.805 421.537 847.342
14 2029 52.444 12 2011 459.137 454.534 913.671
15 2030 52.652 13 2012 495.078 490.115 985.193
16 2031 52.861 14 2013 533.738 528.388 1.062.126
17 2032 53.070 15 2014 575.620 569.850 1.145.470
18 2033 53.281
Sumber: Wakatobi dalam Angka 2015, Kecamatan Wangi-wangi dalam Angka 2015, dan Kecamatan Wangi-wangi dalam Angka 2015
19 2034 53.493
20 2035 53.705
Sumber: Olahan Konsultan, 2015
20
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
1400000.0 6000000.0
1200000.0 5000000.0
1000000.0 4000000.0
PDRB (juta Rp)
jiwa
800000.0 3000000.0
600000.0 2000000.0
400000.0 1000000.0
200000.0 .0
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
.0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 tahun
tahun
21
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
70000.0 120000.0
60000.0
100000.0
50000.0
80000.0
40000.0
ton
ton
30000.0 60000.0
20000.0
40000.0
10000.0
.0 20000.0
2009 2010 2011 2012 2013 2014
tahun .0
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035
tahun
Bongkar Muat Total
bongkar muat bm
Sumber: KUPP Bau Bau, 2015
Sumber: Olahan Konsultan, 2015
Gambar 30 Pergerakan Barang Eksisting Pelabuhan Wanci
Gambar 31 Proyeksi Pergerakan Barang Pelabuhan Wanci
22
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
orang
15 2030 7.163 5.851 13.014 8000.0
16 2031 7.272 5.915 13.187 6000.0
17 2032 7.382 5.979 13.361 4000.0
18 2033 7.492 6.043 13.536 2000.0
19 2034 7.603 6.108 13.711 .0
20 2035 7.714 6.173 13.887
Sumber: Olahan Konsultan, 2015 tahun
Dimensi
8000.0
Draft Needed Jumlah Penumpang
No. Jenis Kapal DWT LoA Breadth (b) Draft (D) (m) (orang)
6000.0 (m) (m) (m)
4000.0 1 Kapal Penumpang/Perintis 500 51,80 8,50 3,00 4 250
450.0
Sumber: KUPP Bau Bau, 2015
400.0
Gambar 32 Pergerakan Penumpang Eksisting Pelabuhan Wanci
350.0
300.0
4.5 Analisa Pergerakan Kapal
call/unit
250.0
Kapal yang beroperasi di Pelabuhan Wanci saat ini adalah Kapal Penumpang PELNI Kelimutu 500 DWT, kapal 200.0
barang rakyat ukuran 300 DWT, serta perahu-perahu nelayan dengan ukuran 60 GT ke bawah yang dipergunakan
untuk mengangkut hasil bumi, bahan bangunan, bahan kebutuhan pokok masyarakat dari dan ke pulau-pulau 150.0
lainnya di wilayah Kabupaten Wakatobi selain Pulau Wangi-wangi, sedangkan rencana spesifikasi kapal yang akan 100.0
beroperasi di Pelabuhan Wanci untuk 20 tahun ke depan adalah masih kapal eksisting. Spesifikasi kapal yang 50.0
direncanakan beroperasi sampai 20 tahun mendatang di Pelabuhan Wanci diberikan pada Tabel 15, sedangkan
.0
proyeksi kunjungan kapal berdasarkan kebutuhan barang dan penumpang dalam kurun waktu 20 tahun mendatang 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035
diberikan pada Tabel 16, serta Gambar 34. tahun
23
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
24
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
5 Gudang m 2
375 1.125 1.125 1.125 3 Panjang Alur m 900
6 Lapangan Penumpukan m 2
2.500 6.267 6.267 6.267 4 Luas Alur m2/ha A=WxL 90.000 9
12 Kantor Karantina m 2
- 400 400 400 Renovasi 5 Kedalaman Area Labuh m Akp = n x π x R2 15 – 30
14 Rumah Dinas m2 4 x 100 4 x 100 4 x 100 4 x 100 1 Luas Kolam m2/ha Akp = n x π x R2 28.206 2,8
17 Parkir Truk m2 - 720 720 720 Pembetonan 1 Area Sandar m2/ha 36.143 3,6
19 Pos Jaga m 2
9 14 14 14 V Keperluan Darurat
21 Pagar Pembatas Lahan m 250 500 750 750 2 Kedalaman Area Keperluan Darurat m 30 – 40
25
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
Layout rencana pengembangan fasilitas darat dan perairan serta rancangan Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan
Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) Pelabuhan Wanci diberikan dalam Gambar 35 – Gambar 43, yang tersaji
pada beberapa peta dasar, yakni:
1. Peta Dasar yang dibuat konsultan yang merupakan superimpose 3 (tiga) peta (khusus untuk layout rancangan
Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) Pelabuhan Wanci), yaitu:
a. Peta Rupa Bumi Indonesia;
b. Peta Laut Indonesia;
c. Peta olahan hasil survei lapangan konsultan.
2. Peta Laut Indonesia;
3. Peta Google Earth, khusus untuk layout rancangan Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan
Kepentingan (DLKp) Pelabuhan Wanci.
26
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
Gambar 42 Rancangan Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) Pelabuhan Wanci
34
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
Gambar 43 Rancangan Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) Pelabuhan Wanci dengan Zonasi
35
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
Gambar 44 Rencana Penempatan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) Pelabuhan Wanci
36
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
37
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
Setiap perencanaan infrastruktur, termasuk dalam perencanaan suatu pelabuhan, perlu dan harus menerapkan
konsep hijau (green), dimana dalam kaitannya dengan perencanaan pengembangan pelabuhan berarti konsep
pengelolaan pelabuhan untuk mencapai keseimbangan antara nilai ataupun biaya lingkungan dan manfaat
ekonomi, sehingga tercapai keselarasan aspek komersial dan lingkungan dalam menunjang pengelolaan yang
berkelanjutan mulai tahap perencanaan, pembangunan, dan pengoperasian.
Pendekatan yang dilakukan dalam suatu kajian lingkungan perencanaan infrastruktur dilakukan secara tiga dimensi,
yakni:
1. Dimensi waktu, meliputi tahap pra konstruksi, konstruksi, operasional, dan pasca operasional;
2. Dimensi skala tinjau, meliputi skala tapak kegiatan dan skala regional;
3. Dimensi komponen lingkungan yang sudah dan akan terpengaruh oleh kegiatan, meliputi komponen fisik kimia,
biologi, sosial ekonomi dan budaya serta kesehatan masyarakat.
Dampak yang dapat terjadi dalam suatu kegiatan pengembangan dan pembangunan infrastruktur, termasuk
pelabuhan, antara lain:
1. Tahap Pra Konstruksi, meliputi perubahan tata ruang kawasan pelabuhan, permukiman penduduk, dan fasilitas
umum yang berada di sekitar kawasan pelabuhan sehingga mengakibatkan ketidakserasian yang sudah ada
sebelumnya;
2. Tahap Konstruksi, meliputi:
a. Kegiatan mobilisasi alat dan bahan, yang akan berpengaruh terhadap peluang kerja dan usaha serta
peningkatan pendapatan masyarakat sekitar kawasan pelabuhan, bangkitan lalu lintas darat dan perairan
sehingga dapat menimbulkan kerusakan prasarana jalan;
b. Kegiatan pematangan lahan, yang akan menyebabkan penurunan kualitas udara ambient, peningkatan
intensitas kebisingan, kerusakan vegetasi/flora, habitat fauna, penurunan kualitas air permukaan, serta Sumber: Survei Lapangan Konsultan, 2015
gangguan kesehatan masyarakat dan biota air;
c. Kegiatan pembangunan konstruksi sipil dan mekanik listrik, yang dapat menyebabkan penurunan kualitas Gambar 45 Kondisi Komponen Fisik Kimia Pelabuhan Wanci
udara, peningkatan intensitas kebisingan, gangguan kesehatan masyarakat, peningkatan getaran,
gangguan pelayaran nelayan. 7.2.2 Komponen Biologi
3. Tahap Operasi, meliputi:
a. Mobilisasi tenaga kerja, yang akan menimbulkan peluang kerja dan usaha serta peningkatan pendapatan Komponen biologis yang terdapat di wilayah Pelabuhan Wanci adalah terumbu karang yang merupakan bagian dari
bagi masyarakat sekitar kawasan pelabuhan; keanekaragaman hayati di Kabupaten Wakatobi. Terumbu karang yang terdapat di sekitar Pelabuhan Wanci
b. Operasional dermaga, yang dapat menimbulkan bangkitan lalu lintas air, penurunan kualitas udara ambient, terkonsentrasi di wilayah sebelah Utara pelabuhan dan tersebar di sekeliling Pulau Wangi-wangi. Komponen
peningkatan intensitas kebisingan, penurunan kualitas air permukaan, gangguan pada biota air, timbulan biologis yang ada di wilayah pelabuhan ini merupakan komponen yang perlu dilakukan kajian lingkungan tersendiri
sampah, serta gangguan aktivitas pelayaran nelayan; berupa Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL) dalam hal pengembangan pembangunan di wilayah Pelabuhan
c. Operasional sarana penunjang, yang dapat menimbulkan peluang kerja dan usaha serta peningkatan Wanci, sedangkan dalam pemyusunan studi Rencana Induk Pelabuhan Wanci ini sendiri hanya diidentifikasi guna
pendapatan bagi penduduk dan atau perekonomian lokal, bangkitan lalu lintas darat, peningkatan intensitas menentukan penempatan zonasi perairan pelabuhan. Situasi kondisi komponen biologi Pelabuhan Wanci diberikan
kebisingan, penurunan kualitas udara ambient, serta timbulan sampah B3 dan non B3. dalam Gambar 46.
Rona lingkungan awal memberikan identifikasi mengenai kondisi eksisting pelabuhan yang meliputi kondisi kimia-
fisik lingkungan, kondisi biologi, kondisi ekonomi dan sosial budaya serta kesehatan masyarakat di kawasan
pelabuhan dan sekitarnya, dimana diharapkan hal tersebut dapat menjadi panduan awal untuk ditelaah lebih tajam
pada kajian lingkungan selanjutnya.
38
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
39
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
2. Kualitas Air Laut 3) Menyediakan Reception Facilities sebagai fasilitas penampungan limbah kapal, baik limbah B3 maupun
a. Dampak Lingkungan non B3, minyak serta sampah dalam kawasan pelabuhan berdasarkan Keputusan Menteri
Menurunnya kualitas kimia fisika perairan laut sekitar Pelabuhan Wanci. Perhubungan Nomor Km-215 /AU.506/PHB;
b. Sumber Dampak 4) Melakukan pengawasan dan pemeriksaan secara berkala terhadap gudang-gudang dan menyimpan
Sumber dampak menurunnya kualitas air laut adalah beberapa aktivitas pelabuhan yang meliputi: bahan cair dan padat secara terpisah, baik bahan yang dikategorikan bahan B3 maupun non B3.
1) Limbah cair dari kegiatan domestik, limbah yang berasal dari kegiatan kapal sandar dan labuh;
2) Kegiatan lain yang ada di pelabuhan yaitu bongkar muat barang. 7.3.2 Dampak Komponen Biologi
c. Tolok Ukur Dampak
Komponen biologi lingkungan yang ditelaah meliputi meliputi komunitas flora, fauna, baik terestrial maupun akuatik
Tolok ukur dampak penurunan kualitas air adalah dengan membandingkan kandungan logam berat seperti
yang terdapat di wilayah Pelabuhan Wanci, yakni:
ZA, Timbal (Pb), Tembaga (Cu), Alumunium (Al), Besi (Cr), dan Suspended solid, dalam air laut sampel
1. Dampak Lingkungan
dengan baku mutu kualitas air sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51
Terjadinya perubahan terhadap suatu ekosistem flora maupun fauna yang terdapat di wilayah Pelabuhan
tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang
Wanci, yakni terumbu karang dan keanekaragaman hayati lainnya.
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air serta seberapa berat pengaruhnya terhadap
2. Sumber Dampak
kehidupan dan lingkungan, dimana hal ini dilakukan dalam kajian khusus untuk dampak lingkungan sesuai
Sumber dampak potensial yang menyebabkan dampak lingkungan biologi adalah adanya emisi gas buang dan
peraturan perundangan yang berlaku. Baku mutu kualitas air laut diberikan pada Tabel 22.
buangan sisa bahan bakar kapal serta kendaraan-kendaraan yang keluar masuk daerah pelabuhan.
Tabel 22 Nilai Baku Mutu Air Laut 3. Tolok Ukur Dampak
Tolok ukur dampak terhadap komponen biologi adalah besarnya perbedaan jumlah jenis dan kelimpahan flora
No. Parameter Baku Mutu Satuan dan fauna darat yang ada pada kawasan pelabuhan.
4. Rencana Pengelolaan Dampak
I Fisika
Rencana meminimalisasi dampak yang mungkin terjadi adalah dengan mengelola hal-hal yang dapat merusak
coral: > 5 ekosistem tanaman bakau.
1 Kecerahan (Insitu) mangrove:- Meter
lamun: > 3
7.3.3 Dampak Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya
2 Kebauan Tidak berbau - Komponen sosial, ekonomi dan budaya lingkungan yang ditelaah meliputi ketenagakerjaan, kesehatan dan
coral: >20
keselamatan kerja, serta pendapatan dan mata pencaharian penduduk di wilayah Pelabuhan Wanci, khususnya di
wilayah Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, dimana masing-masing komponen tersebut
4 Zat padat tersuspensi (TSS) mangrove:80 mg/L dijabarkan dalam uraian di bawah ini.
lamun: 20 1. Ketenagakerjaan
5 Suhu air - ⁰C a. Dampak Lingkungan
Dampak yang mungkin terjadi dalam hal ketenagakerjaan akibat adanya kegiatan pengembangan
6 Lapisan Minyak Nihil -
Pelabuhan Wanci adalah dapat terserapnya banyak tenaga kerja, baik langsung akibat aktivitas pelabuhan
7 Sampah (Insitu) Nihil - maupun tidak langsung yang berupa efek multiplikasi adanya aktivitas kepelabuhan, dimana hal ini dikerja
II Kimia samakan dengan pihak Pemerintah Daerah Wakatobi yang merupakan wilayah terdekat dari pelabuhan.
1 pH ( Insitu) 6,5 – 8,5 - b. Sumber Dampak
Sumber dampak yang dapat menyebabkan dampak lingkungan ini terjadi antara lain adalah aktivitas
2 Salinitas Alami ‰
pelabuhan yang meliputi kegiatan di perkantoran, dermaga, utilitas, dan kegiatan bongkar muat barang
3 Amonia total (NH₃-N) 0,3 mg/L serta penumpang.
4 Sulfida (H₂S) 0,03 mg/L c. Tolok Ukur Dampak
Tolok ukur dampak komponen ketenagakerjaan adalah banyaknya orang yang dapat terserap untuk
5 Fenol 0,002 mg/L
menjadi tenaga kerja harian di dalam dan di luar pelabuhan maupun karyawan pada jenis kegiatan informal
6 Surfactan anion (MBAS) 1,0 mg/L yang berkaitan dengan kepelabuhan seperti agen muatan kapal laut dan sebagainya.
7 Minyak & Lemak 5,0 mg/L d. Rencana Pengelolaan Dampak
8 Air Raksa 0,003 mg/L Rencana pengelolaan dampak dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
1) Melaksanakan penataan daerah di sekitar kawasan Pelabuhan Wanci untuk disesuaikan dengan
9 Kadmium (Cd)*) 0,01 mg/L
kebutuhan pengembangan pembangunan ke depan sehingga terjadi keterkaitan antara kegiatan di
10 Tembaga (Cu)*) 0,05 mg/L dalam dan di luar kawasan pelabuhan;
11 Timbal (Pb)*) 0,05 mg/L 2) Memperluas lapangan kerja formal dan informal sejalan dengan perkembangan aktivitas di pelabuhan;
12 Seng (Zn)*) 0,1 mg/L
3) Prioritas rekruitmen tenaga kerja lokal sesuai dengan keterampilan dan tingkat pendidikan yang
dibutuhkan.
13 Hidrokarbon Total (HC) 1 mg/L 2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
III Mikrobiologi a. Dampak Lingkungan
1 Coliform (total) 1.000 MPN/100ml Dampak lingkungan yang mungkin terjadi akibat adanya kegiatan pengembangan Pelabuhan Wanci adalah
terjadinya gangguan kesehatan bagi karyawan dan masyarakat sekitar akibat penurunan kualitas udara,
Sumber: PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dan Kepmeneg LH No. 51
meningkatnya kebisingan, dan menurunnya kualitas air baik air laut maupun air tawar di kawasan sekitar
tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut
pelabuhan serta terjadinya kecelakaan kerja.
b. Sumber Dampak
d. Rencana Pengelolaan Dampak Sumber dampak potensial adalah akibat kegiatan bongkar muat kapal maupun penumpang, pergerakan
Rencana meminimalisasi dampak yang mungkin terjadi dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut: kendaraan yang keluar masuk pelabuhan yang beroperasi di Pelabuhan Wanci.
1) Mencegah tumpahnya bahan-bahan yang sifatnya berbahaya dan beracun ke perairan laut; c. Tolok Ukur Dampak
2) Membuat kolam pengendapan sebelum dialirkan ke laut; Tolok ukur dampak komponen kesehatan dan keselamatan kerja ini adalah banyaknya kecelakaan yang
terjadi pada saat kegiatan operasional pelabuhan serta banyaknya tenaga kerja yang mengalami penyakit
yang sekiranya disebabkan kegiatannya di Pelabuhan Wanci.
40
Ringkasan Eksekutif
Rencana Induk Pelabuhan Wanci Provinsi Sulawesi Tenggara
Pengendalian limbah, baik cair maupun padat, dilakukan dengan cara membangun fasilitas penampungan dan
pengelolaan limbah (Reception Facilities) yang dilengkapi fasilitas yang dibutuhkan. Fasilitas ini diharapkan dapat
menampung dan mengelola limbah yang berasal dari kapal dan kegiatan lainnya di pelabuhan, dimana dalam hal
penyelenggaraan fasilitas dapat dilakukan bersama antara KUPP Baubau, khususnya Wilayah Kerja Wanci, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten Wakatobi.
Selain pembangunan fasilitas penampungan dan pengelolaan limbah, perlu dilakukan pula pencegahan dan
penanganan dampak yang ditimbulkan dari kegiatan pembangunan dan pengembangan Pelabuhan Wanci dengan
menyusun Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
serta Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL).
Jakarta, 2018
Menteri Perhubungan
41