Anda di halaman 1dari 195

1

Daftar Isi
 
DAFTAR  ISI  ................................................................................................................................................................  2  
INTROSPEKSI  PENERAPAN  ELECTRONIC  GOVERNMENT  ...........................................................................  3  
PENERAPAN  KONSEP  BUSINESS  PROCESS  REENGINEERING  PADA  PEMERINTAHAN  ...................  21  
PENGAPLIKASIAN  ALAT  UKUR  BALANCED-­‐SCORECARD  PADA  ELECTRONIC  GOVERNMENT  ....  31  
ALAT  UKUR  KINERJA  DAN  EFEKTIVITAS  WEBSITE  PARA  WAKIL  RAKYAT  ......................................  37  
PENERAPAN  KONSEP  ELECTRONIC  DEMOCRACY  DI  KONGRES  ............................................................  42  
TAHAPAN  INISIATIF  ELECTRONIC  GOVERNMENT  DI  MICHIGAN  .........................................................  46  
PEMBANGUNAN  JARINGAN  TENAGA  KERJA  NASIONAL  ...........................................................................  52  
PEMBAYARAN  PAJAK  SECARA  ONLINE  DI  CALIFORNIA  ..........................................................................  58  
KIAT  PEMERINTAH  COLORADO  BELAJAR  DARI  SEKTOR  SWASTA  ......................................................  64  
PERENCANAAN  DAN  PENGEMBANGAN  E-­‐CITY  DI  TORONTO  ................................................................  70  
KERANGKA  IMPLEMENTASI  ELECTRONIC  GOVERNMENT  DI  MACHESTER  .......................................  75  
SOLUSI  PEMERINTAH  INGGRIS  MEMBANGUN  KERANGKA  INTEROPERABILITY  ............................  81  
PENERAPAN  GEOGRAPHICAL  INFORMATION  SYSTEM  DI  BADAN  PERTANAHAN  NASIONAL  
SWEDIA  ....................................................................................................................................................................  86  
ENAM  STRATEGI  PADA  MASTERPLAN  KOMISI  E-­‐MALTA  .......................................................................  91  
PORTAL  CANGGIH  LAYANAN  ONLINE  DI  KOTA  BREMEN  ........................................................................  96  
PENGEMBANGAN  KARTU  IDENTITAS  ELEKTRONIK  NEGARA  ITALIA  ..............................................  100  
STRATEGI  MEMBANGUN  KOMUNITAS  BERBASIS  INFORMASI  DI  ESTONIA  ....................................  104  
RENCANA  STRATEGIS  MODERNISASI  MASYARAKAT  WINA  .................................................................  109  
STUDI  PENERAPAN  ELECTRONIC  GOVERNMENT  DI  YORDANIA  ........................................................  113  
BRUNEI  MENUJU  MASYARAKAT  BERBASIS  ELEKTRONIK  ....................................................................  120  
KOMITMEN  PENGUASA  MEMODERNISASIKAN  CHINA  ...........................................................................  129  
MENUJU  KOMUNITAS  DIGITAL  BERBASIS  E-­‐BUSINESS  DI  HONGKONG  ............................................  136  
AMBISI  INDIA  MENJADI  NEGARA  SUPERPOWER  DI  BIDANG  TEKNOLOGI  INFORMASI  ..............  142  
STRATEGI  KOREA  MEMBANGUN  INFORMATION  SUPERHIGHWAY  ...................................................  148  
MULTIMEDIA  SUPER  CORRIDOR  SEBAGAI  MESIN  PENGGERAK  PERTUMBUHAN  EKONOMI  
MALAYSIA  .............................................................................................................................................................  155  
PENDEKATAN  TERINTEGRASI  TEKNOLOGI  INFORMASI  DI  SINGAPURA  .........................................  163  
TRANSFORMASI  SOSIAL  EKONOMI  NEGARA  TAIWAN  ...........................................................................  170  
KEBIJAKAN  STRATEGIS  TEKNOLOGI  INFORMASI  TAIWAN  ..................................................................  175  
PRIORITAS  PENGEMBANGAN  ELECTRONIC  GOVERNMENT  DI  AUSTRALIA  ....................................  179  
PRINSIP  DASAR  ELECTRONIC  GOVERNMENT  DI  NEW  SOUTH  WALES  .............................................  183  
MASALAH  E-­‐READINESS  DI  BENUA  AFRIKA  ..............................................................................................  188  

2
INTROSPEKSI PENERAPAN
ELECTRONIC GOVERNMENT

3
Pada tahun 2002, Pacific Council International Policy (PCIP) menerbitkan
sebuah publikasi menarik berjudul “Roadmap for E-Government in the
Developing World” (PCIP, 2002) yang bertujuan untuk membantu negara-negara
dalam menyusun strategi penerapan dan pengembangan e-government-nya.
Berdasarkan kajian terhadap pengalaman kolektif dari sejumlah negara yang
dipandang telah berhasil menerapkan beragam inisiatif aplikasi e-government –
y a i t u B r a z i l , C h i l i , C i n a , D e n m a r k , M e s i r , I n d i a , I s r a e l , M e k s i k o , A f r i ka S e l a t a n ,
Tanzania, Thailand, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat – pada tingkat
pemerintahan setingkat negara, provinsi, kabupaten, dan kota, PCIP
menemukan 10 (sepuluh) faktor utama penentu keberhasilan penerapan e-
government. Kesepuluh faktor ini pada saat yang bersamaan dapat dijadikan
bahan introspeksi bagi para stakeholder dalam menilai status perkembangan
dan pertumbuhan e-government di dalam sebuah negara.

1. WHY ARE WE PURSUING E-GOVERNMENT?

Pertanyaan berbau filosofis ini sekilas terkesan basa basi, padahal kunci
keberhasilan penerapan e-government berasal dari sini. Tidak sedikit inisiatif e-
government yang berakhir dengan kegagalan karena keputusan untuk
melaksanakan proyek tersebut didasarkan pada latah belaka (ikut-ikutan
dengan trend di masyarakat). Bahkan tidak jarang ditemui orang-orang yang
bersepakat untuk menerapkan konsep e-government tanpa mengetahui alasan
yang jelas mengapa hal tersebut harus dilakukan.

Konsep e-government bukanlah sebuah inisiatif yang mudah dan murah.


Sebelum memutuskan untuk mengalokasikan sejumlah sumber daya yang
sangat besar, harus dimengerti terlebih dahulu latar belakang apa yang
menyebabkan inisiatif e-government perlu (atau tidak) untuk diimplementasikan.
E-government bukanlah sebuah obat atau jalan pintas menuju pada perbaikan
atau pertumbuhan ekonomi yang signifikan secara cepat, atau pencapaian
efisiensi kinerja pemerintahan dalam waktu singkat, atau pembentukan
mekanisem pemerintahan yang bersih dan transparan; e-government adalah
sarana atau alat untuk menuju kepada obyektif-obyektif tersebut. E-government
tidaklah dapat dibangun dan diterapkan hanya dengan sekedar menyusun
peraturan atau kebijakan dari pemerintah atau pimpinan negara semata, namun
memerlukan proses kerja keras yang diawali dengan perubahan paradigma yang
bermuara pada perekayasaan ulang proses (business process) yang terjadi di
pemerintahan. Dari sudut ini terlihat bagaimana sulit dan kompleksnya harus
melakukan perancangan ulang sejumlah proses di dalam pemerintahan,
terutama yang bersifat lintas sektoral atau antar departemen.

Menggunakan komputer atau teknologi informasi semata di dalam proses


pemerintahan belum berarti bahwa konsep e-government telah diterapkan;
karena belum tentu kehadiran benda tersebut dapat merubah kinerja
pemerintah. Memfokuskan diri pada teknologi dalam pengembangan e-
government adalah sebuah langkah yang keliru. Perlu dipahami bahwa
teknologi hanyalah merupakan instrumen untuk terciptanya sebuah transformasi
peranan pemerintah, dari yang bersifat birokrasi, menjadi sebuah ”lembaga”
yang berorientasi proses untuk melayani ”pelanggannya” – yang dalam hal ini
adalah masyarakat, komunitas bisnis (industri), dan para stakeholder lainnya.
Sebuah negara memutuskan untuk mengimplementasikan e-government karena
percaya bahwa dengan melibatkan teknologi informasi di dalam kerangka
manajemen pemerintahan, akan memberikan sejumlah manfaat seperti:

• Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat dan


komunitas negara lainnya;

4
• Memperbaiki proses transparansi dan akuntabilitas di kalangan
penyelenggara pemerintahan;

• Mereduksi biaya transaksi, komunikasi, dan interaksi yang terjadi


dalam proses pemerintahan;

• Menciptakan masyarakat berbasis komunitas informasi yang lebih


berkualitas; dan lain sebagainya.

Pada sebuah daerah kecil yang terdapat di negeri Cina, menciptakan komunitas
y a n g b e r b a s i s i n f o r m a s i m e r u p a k a n d a s a r p e n g e m b a n g a n e- g o v e r n m e n t b a g i
pemerintah setempat. Seluruh komunitas yang berada di lokasi tersebut –
seperti pendidikan, industri/bisnis, administrasi publik, dan masyarakat –
diajarkan agar dapat mempergunakan komputer dan teknologi komunikasi untuk
keperluan penciptaan, perolehan, dan penyebaran informasi yang sangat
mereka butuhkan untuk aktivitas sehari-hari. Karena masyarakat ini diarahkan
untuk memiliki tingkatan information literacy yang tinggi, maka secara gradual
information technology literacy mereka meningkat karena terkondisi dengan
lingkungan yang diciptakan oleh pemerintah.

2. DO WE HAVE A CLEAR VISION AND PRIORITIES FOR E-GOVERNMENT?

Kata “e-government” dapat diartikan secara beragam karena pada dasarnya e-


government dapat menampakkan dirinya dalam berbagai bentuk dan ruang
lingkup. Oleh karena itu, adalah merupakan keharusan untuk mendefinisikan
secara jelas visi dari pengembangan e-government tersebut.

Jiwa e-government sebenarnya adalah suatu usaha penciptaan suasana


penyelenggaraan pemerintahan yang sesuai dengan obyektif bersama (shared
goals) dari sejumlah komunitas yang berkepentingan. Oleh karena itu, visi yang
dicanangkan harus pula mencerminkan visi bersama dari para stakeholder yang
ada – misalnya:

• Memperbaiki produktivitas dan kinerja operasional pemerintah dalam


melayani pelanggannya;

• Mempromosikan pemerintahan yang bersih dan transparan;

• Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat melalui kinerja


pelayanan publik;

• Menjamin terciptanya penyelenggaraan negara yang demokratis; dan


lain sebagainya.

Karena visi tersebut berasal ”dari, oleh, dan untuk” masyarakat atau komunitas
dimana e-government tersebut diimplementasikan, maka nuansanya akan
sangat bergantung pada situasi dan kondisi masyarakat setempat. Misalnya di
suatu pemerintahan daerah yang sedang mengkampanyekan proses
pemerintahan yang bebas KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), maka visi e-
government yang dicanangkan akan terkait dengan usaha pembentukan
mekanisme penyelenggaraan pemerintah yang bersih (good governance) dari
KKN.Menurut hasil kajian, visi yang baik di dalam e-government memiliki
sejumlah karakteristik sebagai berikut:

• Disusun secara kolektif oleh para stakeholder e-government karena


pada dasarnya konsep ini ditujukan untuk kepentingan bersama
(shared vision). Disamping itu, pendefinisian visi secara bersama-

5
sama tersebut berguna pula untuk menciptakan dukungan dari
berbagai pihak yang berkepentingan, agar pelaksanaannya nanti tidak
mengalami hambatan yang berarti. Manfaat lain yang diperoleh
adalah semakin banyaknya pihak yang turut mensosialisasikan
konsep e-government ini agar semua orang merasa semangat untuk
mewujudkannya.

• Secara esensial, e-government memiliki tujuan akhir untuk memenuhi


beragam kebutuhan dari masyarakat dalam rangka meningkatkan
kualitas kehidupan manusia. Berdasarkan hal ini, visi yang
dikembangkan haruslah berfokus pada kepentingan masyarakat
tersebut. Walaupun dalam beberapa kasus e-government bertujuan
untuk memperbaiki kinerja internal pemerintah, namun pada akhirnya
bermuara pada pemberian pelayanan kepada masyarakat yang lebih
baik, lebih murah, atau lebih cepat.

• Visi harus secara mudah dikomunikasikan dan disosialisasikan. Harap


diperhatikan bahwa pada kenyataannya, struktur masyarakat sebuah
negara cenderung bersifat heterogen, dalam arti kata memiliki latar
belakang dan karakteristik yang sangat beragam. Dalam upaya
memasyarakatkan visi e-government, harus ditemukan cara yang
mudah dan kontekstual agar seluruh orang mengerti dan memahami
esensi dari e-government yang ingin dibangun.

Pengembangan visi dari pemerintah negara Mesir didasarkan pada keinginan


untuk memperbaiki kualitas hubungan atau relasi antara pemerintah dengan
masyarakatnya. Pemerintah memulainya dengan sejumlah inisiatif untuk
mempromosikan terjadinya mekanisme kerja yang transparan. Misalnya proses
permohonan pembuatan akte kelahiran dan akte kematian menjadi semakin
cepat dan transparan karena saat ini telah dapat dilakukan/dipesan melalui
media telepon atau internet. Hal sederhana ini telah menjadi titik awal
pemerintah dalam memberdayakan masyarakatnya untuk dapat memenuhi
kebutuhannya secara mandiri. Proses tradisional yang pada awalnya sangat
bergantung pada kinerja pemerintah, mendadak menjadi hilang dan diambil alih
oleh mekanisme relasi melalui teknologi informasi dan komunikasi.

Contoh lain adalah negara Meksiko yang visinya lahir dari permasalah korupsi
y a n g s u d a h b e g i t u m e n g g e j a l a d i s e j u m l a h i n s t i t u s i pe m e r i n t a h a n n y a . M e l a l u i
proyek e-government yang diberinama Compranet, maka seluruh proses dan
prosedur pengadaan barang kebutuhan pemerintah dilakukan secara online
melalui mekanisme e-bidding (tender secara otomatis). Konsep ini tidak saja
berdampak berkurangnya biaya mekanisme tender, tetapi lebih jauh
mempromosikan terjadinya proses yang transparan kepada masyarakat karena
semua tahapan proses tender dapat dimonitor oleh mereka melalui internet –
termasuk di dalamnya siapa saja yang ikut berpartisipasi, bagaimana sistem
penilaian dilakukan, dan siapa yang berhasil memenangkan proses tender
tersebut. Saat ini paling sedikit ada 6,000 tender per hari yang diumumkan di
situs pemerintah dan lebih dari 20,000 peserta aktif berpartisipasi sebagai
peserta tender.

3. WHAT KIND OF E-GOVERNMENT ARE WE READY FOR?

Setiap komunitas masyarakat dalam sebuah negara atau daerah pasti memiliki
kondisi dan kebutuhan yang unik. Siap tidaknya mereka untuk mulai
menerapkan konsep e-government sangat bergantung pada dua hal utama, yang

6
secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada jenis atau model
e-government yang akan diterapkan, yaitu:

• Kebutuhan seperti apa yang saat ini menjadi prioritas utama dari
masyarakat di negara atau daerah terkait; dan

• Ketersediaan sumber daya yang terdapat pada domain masyarakat


dan pemerintah tersebut.

Dengan kata lain, problem kesiapan untuk menerapkan prinsip-prinsip e-


government bukanlah merupakan masalah pemerintah saja, tetapi adalah
masalah bersama seluruh komunitas di dalam domain pemerintahan yang
dimaksud, yaitu masyarakat, para pelaku bisnis, komunitas organisasi, dan lain
sebagainya. Tanda-tanda adanya kesiapan biasanya berasal dari terdapatnya
pemimpin atau leader dari pemerintahan yang memperlihatkan political will
untuk mempromosikan pengimplementasian e-government. Pemimpin ini tidak
saja harus pintar dalam hal penyusunan konsep belaka, tetapi harus pula
menjadi motivator ulung di dalam fase implementasi (action). Hal kedua yang
menunjukkan adanya kesiapan untuk ke arah penerapan e-government adalah
adanya suatu ”kebijakan” atau nuansa keinginan dan kesepakatan dari kalangan
pemerintah dan stakeholder-nya untuk saling membagi dan tukar-menukar
informasi dalam penyelenggaraan aktivitas kegiatan sehari-hari. Nampak
sekilas bahwa hal ini sangat sederhana, namun pada tingkatan operasional
tidak semudah yang diduga karena masalah ”menyimpan informasi untuk diri
sendiri dan tidak ingin membaginya dengan pihak lain” telah membudaya di
dalam diri birokrat.

Dengan adanya pemimpin dan kebijakan di atas, maka paling tidak ada dua
prasyarat awal yang telah dipenuhi oleh sebuah komunitas yang telah bersiap
diri untuk mengimplementasikan konsep e-government. Disamping kedua hal
tersebut, ada sejumlah faktor penentu yang patut menjadi bahan pertimbangan
dalam menentukan tingkat kesiapan sebuah daerah untuk menerapkan e-
government, yaitu:

• Infrastruktur Telekomunikasi – Dalam level pelaksanaannya,


perangkat keras seperti komputer, jaringan, dan infrastruktur akan
menjadi faktor teramat sangat penting dalam penerapan e-
government. Secara ideal memang harus tersedia infrastruktur yang
dapat menunjang target atau prioritas pengembangan e-government
yang telah disepakati. Namun secara pragmatis, harus pula
dipertimbangkan potensi dan kemampuan atau status pengembangan
infrastruktur telekomunikasi di lokasi terkait. Untuk daerah yang
masih memiliki infrastruktur yang teramat sangat minim, adalah baik
dipikirkan pola kerjasama dengan sejumlah pihak swasta guna
mengundang mereka berinvestasi di daerah terkait.

• Tingkat Konektivitas dan Penggunaan TI oleh Pemerintah – Dengan


mengamati sejauh mana pemerintah saat ini telah memanfaatkan
beraneka ragam teknologi informasi dalam membantu kegiatan sehari-
hari akan memperlihatkan sejauh mana kesiapan mereka untuk
menerapkan konsep e-government. Sudah menjadi rahasia umum
bahwa banyak sekali lembaga internasional yang telah memberikan
bantuan dana pinjaman atau hibah untuk membeli sejumlah teknologi
perangkat keras bagi pemerintah, namun instrumen tersebut tidak
dipergunakan secara maksimal dan banyak yang tidak dirawat
sehingga sudah dalam kondisi rusak.

• Kesiapan Sumber Daya Manusia di Pemerintah – Yang akan menjadi


”pemain utama” atau subyek di dalam inisiatif e-government pada
dasarnya adalah manusia yang bekerja di lembaga pemerintahan,

7
sehingga tingkat kompetensi dan keahlian mereka akan sangat
mempengaruhi performa penerapan e-government. Semakin tinggi
tingkat information technology literacy SDM di pemerintah, semakin
siap mereka dalam menerapkan konsep e-government.

• Ketersediaan Dana dan Anggaran – Sangat jelas terlihat bahwa


sekecil apapun inisiatif e-government yang akan diterapkan,
membutuhkan sejumlah sumber daya finansial untuk membiayainya.
Pemerintah daerah tertentu harus memiliki jaringan yang cukup
terhadap berbagai sumber dana yang ada dan memiliki otoritas untuk
menganggarkannya. Harap diperhatikan bahwa dana yang dibutuhkan
tidak sekedar untuk investasi belaka, namun perlu pula dianggarkan
untuk biaya operasional, pemeliharaan, dan pengembangan di
kemudian hari.

• Perangkat Hukum – Karena konsep e-government sangat terkait erat


dengan usaha penciptaan dan pendistribusian data/informasi dari satu
pihak ke pihak lain, masalah keamanan data/informasi dan hak cipta
intelektual misalnya akan merupakan hal yang perlu dilindungi oleh
undang-undang atau peraturan hukum yang berlaku. Pemerintah
harus memiliki perangkat hukum yang dapat menjamin terciptanya
mekanisme e-government yang kondusif.

• Perubahan Paradigma – Pada hakekatnya, penerapan e-government


adalah merupakan suatu proyek change management yang
membutuhkan adanya keinginan untuk merubah paradigma dan cara
berfikir. Perubahan paradigma ini akan bermuara pada
dibutuhkannya kesadaran dan keinginan untuk merubah cara kerja,
bersikap, perilaku, dan kebiasaan sehari-hari. Jika para pimpinan dan
karyawan di pemerintahan tidak mau berubah, maka dapat dikatakan
bahwa yang bersangkutan belum siap untuk menerapkan konsep e-
government.

4. IS THERE ENOUGH POLITICAL WILL TO LEAD THE E-GOVERNMENT


EFFORT?

Telah dikatakan sebelumnya bahwa political will merupakan hal utama yang
harus ada di dalam kerangka perencanaan dan pengembangan e-governemnt.
Tanpa adanya political will dari pemerintah, mustahil sebuah inisiatif e-
government dapat berhasil dilaksanakan. Yang dimaksud dengan adanya
political will di sini adalah adanya:

• Dukungan kepemimpinan politik memiliki komitmen berkelanjutan;

• Ketersediaan alokasi dana yang telah dianggarkan dan siap untuk


dicairkan;

• Kesepakatan untuk melakukan koordinasi lintas sektoral;

• Niat untuk mulai menyusun undang-undang atau peraturan guna


mendukung inisiatif yang ada dan memberlakukannya;

• Kesiapan dari seluruh SDM pemerintah untuk belajar dan merubah


cara kerjanya sesuai dengan transformasi yang diinginkan; dan

• Usaha untuk mensistemkan atau menginsitusionalisasikan konsep e-


government agar inisiatif ini dapat berlangsung terus-menerus
(memiliki sustainability yang tinggi).

8
Melihat struktur kekuasaan dan manajemen di dalam lembaga pemerintahan,
maka jelas terlihat bahwa unsur adanya pimpinan atau leader yang mampu
menjadi inisiator utama di dalam mensosialisasikan dan memacu
terimplementasikannya konsep e-government adalah merupakan salah satu
kunci keberhasilan yang ada. Hasil riset memperlihatkan bahwa di balik
kesuksesan beragam proyek e-govermnet, terdapat seorang leader di
belakangnya. Seorang leader yang baik tidak saja harus merupakan seorang
visioner dengan karisma dan otoritas yang cukup, tapi yang bersangkutan
haruslah merupakan sosok yang rela berkorban, berani mengambil resiko,
sanggup mencari sumber dana, pandai melakukan lobby, bersedia meluangkan
waktu dan tenaganya, sanggup bekerja ekstra keras, dan diterima kehadirannya
atau keberadaannya oleh masyarakat.

Ada sebuah negara di benua Afrika, para pakar dari dunia akademisi dan
industri telah berhasil menyusun sebuah rekomendasi terkait dengan konsep
penyusunan kebijakan e-government yang baik. Namun karena menteri negara
terkait tidak tertarik dengan pelaksanaan e-government, maka rekomendasi
tersebut sama sekali tidak dilihat, apalagi diimplementasikan. Saat ini mungkin
hasil kajian tersebut sama sekali tidak bisa dipergunakan karena situasi telah
berubah dan teknologi telah berganti.

Tidak ada proyek e-government yang berjalan dengan mulus. Pada tahap
awalnya saja, biasanya akan ditemukan sejumlah tantangan dari berbagai
pihak. Sementara pada tahap konstruksinya dan implementasinya, akan ditemui
berbagai kendala seperti perubahan teknologi, kurangnya dana, dan lain
sebagainya. Dalam kondisi yang serba kompleks ini, seorang leader harus
mampu secara konsisten menghadapi permasalahan yang ada dan berusaha
mencari potensi solusinya. Daya tahan atau endurance dari seorang pemimpin
akan diuji di dalam periode ini. Bahkan seringkali isu permasalahan e-
government lebih berbau politis dibandingkan dengan isu teknis atau yang
bersifat content.

Seorang pemimpin harus pula memiliki kemampuan untuk dapat ”menjual” atau
mengkampanyekan ide e-government ini ke berbagai pihak secara terus-
menerus. Caranya tentu saja harus disesuaikan dengan audience yang ingin
diajak untuk mendukung konsep terkait. Tentu saja untuk dapat melakukannya
dengan cara yang benar, efektif, dan menarik, seorang pemimpin harus memiliki
sejumlah soft skill yang baik dan sedikit hard skill yang mendukung – atau
dengan kata lain yang bersangkutan harus memiliki tingkat e-literacy yang
cukup.

S i f a t l e a d e r s h i p y a n g d i p e r l i h a t k a n h a r u s l a h b e n a r- b e n a r d i j i w a i o l e h
pelakunya, bukan sekedar suatu perilaku yang oportunis dalam arti kata hanya
dilakukan karena kebetulan sedang memperoleh tugas terkait dengan e-
government atau teknologi informasi di pemerintahan. Seorang e-government
champion harus selalu mempromosikan dan mendukung pengembangan e-
government terlepas dari dimana saja yang bersangkutan ditugaskan. Konsep
sustainable leadership ini selain berguna untuk meningkatkan awareness lebih
banyak orang akan perlunya e-government, juga secara tidak langsung akan
menciptakan atau melahirkan sejumlah leader-leader baru di masa mendatang.

Seorang Chief Minister provinsi Andhra Pradesh di India bernama Chandrababu


Naidu telah menjadi seorang leader e-government selama kurang lebih 6 (enam)
tahun. Dia secara konsisten meluangkan waktunya minimal satu jam sehari
untuk bicara masalah teknologi informasi dan e-government dalam
pemerintahannya. Perhatian dan kesungguhan yang diperlihatkannya telah
berhasil melahirkan sebuah dokumen cetak biru (blueprint) pengembangan e-
government bagi provinsinya. Dengan adanya cetak biru yang jelas tersebut,
banyak pihak yang tertarik untuk berinvestasi di provinsinya. Selain aktif

9
mempromosikan masalah e-government, yang bersangkutan juga turut serta
aktif ”memaksa” segenap jajarannya untuk belajar menggunakan komputer dan
aplikasi untuk membantu aktivitas kerja mereka sehari-hari.

5. ARE WE SELECTING E-GOVERNMENT PROJECTS IN THE BEST WAY?

Setelah pertanyaan pertama sampai keempat telah dijawab sebagai bahan


introspeksi, tibalah masanya untuk mencurahkan perhatian pada pelaksanaan
proyek e-government. Bagaimana caranya menentukan atau memilih proyek e-
government yang terbaik? Atau apakah proyek e-government yang sedang
dilakukan saat ini merupakan pilihan terbaik?

Untuk sebuah lembaga atau daerah atau komunitas yang belum pernah
menerapkan inisiatif e-government, pemilihan proyek pertama merupakan hal
yang krusial. Karena jika proyek ini gagal, akan sulit untuk menelurkan
sejumlah inisiatif lainnya di kemudian hari (seperti pepatah mengatakan “sekali
lancung ke ujian, seumur hidup orang tak percaya”). Untuk itu, perlu dilakukan
beberapa langkah krusial terkait dengan pemilihan proyek e-government yang
tepat dan sesuai dengan kebutuhan maupun kapasitas kemampuan yang ada.

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan usaha semacam


diagnosa atau kajian terhadap status pemanfaatan teknologi informasi di
kalangan pemerintahan setempat. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang perlu
dicari jawabannya seperti:

• Seberapa besar pemerintah saat ini telah memanfaatkan teknologi


informasi untuk membantu aktivitas sehari-hari? Dalam hal atau
bidang apa saja pemanfaatan teknologi informasi tersebut dilakukan?

• Proyek-proyek e-government apa saja yang selama ini telah


dikerjakan dan mana saja yang sukses dalam tahap
pengimplementasiannya? Faktor-faktor apa yang menyebabkan
keberhasilan tersebut terjadi?

• Seberapa besar pemerintah menganggarkan sumber daya finansialnya


untuk belanja teknologi informasi? Dari sumber mana saja
pembiayaan tersebut diperoleh?

• Hal-hal apa yang kerap menghambat proses penerapan/ implementasi


teknologi informasi di lingkungan pemerintahan? Bagaimana usaha-
usaha selama ini dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut?

• dan lain sebagainya.

Tujuan dari diagnosa ini adalah untuk mengetahui potret dari penggunaan
teknologi informasi di kalangan pemerintah guna mendapatkan gambaran
sehubungan dengan tingkat kematangan atau maturity level dari pengembangan
e-government. Status ini sangat perlu untuk diketahui agar dapat dipilih jenis
proyek dan strategi yang cocok dengan tingkat kematangan pemerintah
setempat. Jika e-literacy rata-rata pegawai pemerintahan sudah cukup tinggi
misalnya, maka akan dipilih penerapan aplikasi e-government yang bersifat
lintas sektoral dengan ruang lingkup yang cukup luas dan kompleks, namun jika
di pemerintah terkait penggunaan komputer masih sangat terbatas, maka akan
dipilihkan terlebih dahulu jenis aplikasi penerapan e-government yang tepat
guna atau ”murah meriah”. Biasanya mereka yang menerapkan e-government
berangkat dari dua sisi penyebab yang berbeda:

• Pemerintah menghadapi permasalahan tertentu dimana aplikasi e-


government dipandang dapat menyelesaikan masalah tersebut; atau

10
• Pemerintah berniat untuk memperbaiki kinerja dari serangkaian
proses yang selama ini sudah terjadi.

Dari salah satu penyebab inilah kemudian lahir apa yang dinamakan sebagai
kebutuhan atau requirements dari pemerintah untuk melibatkan teknologi
informasi dalam proses kegiatannya sehari-hari.

Langkah kedua yang perlu dilakukan adalah melakukan shop around atau
melihat-lihat bagaimana pemerintah di berbagai tempat atau negara yang
berbeda menghadapi permasalahan atau kebutuhan yang sama, dan bagaimana
mereka mencoba memenuhi needs tersebut melalui implementasi e-government.
Belajar dari pemerintah lain yang sukses menerapkan aplikasi e-government
serupa merupakan obyektif yang ingin dicapai dalam menjalani langkah ini. Jika
dihitung-hitung, biaya belajar dengan cara demikian jauh lebih murah
dibandingkan dengan biaya yang harus keluar melalui suatu usaha trial and
error. Selain berbincang-bincang atau berdiskusi dengan mereka yang telah
berhasil menerapkan e-government, melakukan studi pustaka melalui sejumlah
literatur sangat pula bermanfaat bagi mereka yang terlibat dalam proyek
perencanaan dan pengembangan e-government. Salah satu metodologi yang
cukup banyak dilakukan adalah mencoba mencari the best practice atau
pekerjaan unggulan (terbaik) yang pernah dilakukan oleh sejumlah komunitas
pemerintahan dalam usahanya untuk mengaplikasikan modul e-government
tertentu.

Setelah langkah diagnosa dan shop around dilakukan, langkah ketiga yang
perlu dikerjakan adalah meyakinkan para stakeholders bahwa apa yang hendak
dikerjakan atau diaplikasikan benar-benar sesuai dan/atau sejalan dengan visi
e-government yang telah dicanangkan. Pemerintah dalam hal ini harus cukup
peka terhadap kebutuhan masyarakat atau mereka yang berkepentingan dengan
keberhasilan proyek e-government. Biasanya pemerintah yang baik akan
memilih jenis proyek yang dilakukan berdasarkan asas prioritas dan manfaat.

Di negara Chili, ketersediaan tempat tinggal (rumah) merupakan hal yang


sangat krusial bagi masyarakat. Melihat hal ini, pemerintah memutuskan untuk
mengembangkan aplikasi e-government dimana orang miskin dapat mengajukan
permohonan untuk mendapatkan keringanan pembayaran atau subsidi kepada
pemerintah melalui internet secara online. Melalui cara ini masyarakat dapat
menghemat cukup banyak biaya dan waktu yang diperlukan untuk berhubungan
dengan kantor perwakilan Menteri Perumahan yang hanya terdapat di kota-kota
besar saja. Hasilnya cukup mengagetkan. Dalam kurun waktu hanya 5 (lima)
bulan semenjak dioperasikannya aplikasi e-government ini, kurang lebih 40,000
orang dari segala penjuru negara telah mengajukan permohonannya.

Langkah keempat yang baik untuk dilakukan adalah mencoba melihat


bagaimana pelaksanaan e-government dari kacamata pengguna atau
masyarakat. Sikap empati ini perlu untuk dilakukan untuk mencoba melihat isu-
isu yang secara langsung dihadapi oleh pengguna, sehingga diharapkan
pemerintah dapat mengantisipasinya agar penerapan e-government dapat
berlangsung dengan sukses. Contohnya adalah melihat kenyataan bahwa
banyak sekali masyarakat yang belum pernah menggunakan komputer
sebelumnya, atau belum tersentuhnya suatu daerah dengan infrastruktur
teknologi yang dibutuhkan, dan lain sebagainya.

Sebuah provinsi di Negara Brazil yaitu Bahia State adalah sebuah contoh
bagaimana sebuah aplikasi e-government dapat diterapkan dengan baik tanpa
membutuhkan infrastruktur teknologi informasi. Pemerintah Bahia menyediakan
sejumlah mobile service center dalam bentuk truk yang diperlengkapi dengan
peralatan komputer untuk berkeliling ke 400 daerah pedesaan dan pedalaman
yang belum terjangkau infrastruktur telekomunikasi. Tugas utama mereka

11
adalah untuk melayani masyarakat di sejumlah daerah tersebut dalam hal
pembuatan akte kelahiran, kartu keluarga, kartu identitas buruh, kartu
kesehatan, dan lain sebagainya. Hal ini dimungkinkan untuk dilakukan karena
truk tersebut diperlengkapi dengan jaringan komputer yang terhubung dengan
sistem basis data (database) pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Hingga
saat ini, telah kurang lebih 5 (lima) juta orang dilayani dengan menggunakan
metode sederhana ini.

Langkah kelima adalah mencari atau menentukan pihak-pihak mana yang


terlebih dahulu akan dilibatkan dalam proyek pengembangan e-government.
Adalah bijaksana untuk mulai menerapkan e-government dimana mereka yang
terlibat terdiri dari individu yang sangat antusias dan memiliki komitmen penuh
untuk mensukseskan proyek terkait. Hal ini disebabkan tidak saja untuk
memperbesar probabilitas keberhasilan proyek tersebut, tetapi lebih jauh lagi
mereka yang terlibat ini berpotensi menjadi marketer yang baik bagi
pengembangan e-government lebih lanjut di masa mendatang. Biasanya para
praktisi terkait dengan hal ini lebih senang memulai pembangunan aplikasi e-
government melalui pilot project yaitu mengimplementasikan modul aplikasi
pada ruang lingkup terbatas dahulu agar lebih manageable disamping untuk
menekan resiko kegagalan sekecil mungkin dan pengalokasian sumber daya
seoptimal mungkin. Ada pepatah mengatakan ”think ambitiously, but implement
discretely” yang kurang lebih berarti cobalah untuk berfikir secara ambisius
dalam menargetkan hasil akhir penerapan e-government, namun dalam
pengimplementasiannya dilakukan secara bertahap. Di dalam penerapan e-
government sering dipergunakan strategi ”think big, start small, scale fast” yang
kurang lebih memiliki arti yang sama.

Langkah keenam yang harus dilakukan setelah proyek e-government selesai


dilaksanakan adalah mencoba mensosialisasikan keberadaan aplikasi e-
government dengan cara memberitahukan prosedur baru tersebut kepada
masyarakat. Berbagai cara dapat dilakukan, misalnya melalui penyuluhan,
televisi, radio, sekolah, koran, dan lain sebagainya. Yang perlu disosialisasikan
disini tidak sekedar cara kerja sistem yang baru, namun terlebih-lebih perlu
diperlihatkan alasan mengapa pemerintah mengganti sistem yang ada – dengan
kata lain perlu diperlihatkan kepada masyarakat kelebihan-kelebihan dari
sistem yang baru dan manfaatnya bagi mereka. Jika pemerintah gagal
mempromosikan ”produk baru” ini dan melakukan persuasi kepada
masyarakatnya, maka yang terjadi adalah penolakan dari diri mereka untuk
menggunakan sistem yang baru.

Pemerintah Tanzania menyewa konsultan khusus untuk menyusun sebuah buku


panduan mengenai prosedur dan tata cara penggunaan Sistem Informasi
Sumber Daya Manusia terpadu yang menggantikan proses terkait dengan
manajemen SDM yang konvensional. Buku panduan tersebut selain berfungsi
sebagai user manual, berisi pula penjelasan mengenai keuntungan yang
diperoleh oleh para staf dan karyawan pemerintah jika menggunakan sistem
yang baru. Secara tidak langsung buku manual tersebut sekaligus memiliki
fungsi sebagai marketing kit bagi segenap staf dan karyawan pemerintahan.

Langkah terakhir yaitu hal ketujuh yang perlu dilakukan adalah melakukan
evaluasi terhadap pelaksanaan sebuah proyek e-government. Cara melakukan
evaluasi yang efektif adalah dengan menanyakan langsung pendapat para
pengguna atau customers dari aplikasi e-government yang ada. Masukan dari
mereka harus benar-benar diperhatikan dan dijadikan bahan pertimbangan
untuk melakukan perbaikan-perbaikan di sana sini untuk menyempurnakan
sistem yang ada.

12
6. HOW SHOULD WE PLAN AND MANAGE E-GOVERNMENT PROJECTS?

Merencakan, mengeksekusi, dan mengelola proyek e-government bukanlah


sebuah pekerjaan yang mudah. Cukup banyak proyek e-government yang harus
berakhir dengan kegagalan karena para pengelolanya tidak mengindahkan baku
standar pengelolaan proyek. Inti dari manajemen proyek sebenarnya cukup
sederhana, yaitu bagaimana dapat menyelesaikan sebuah proyek dengan ruang
lingkup dan kualitas yang diinginkan (efektif) sesuai dengan tenggat waktu dan
anggaran biaya yang telah ditentukan (tersedia).

Proyek adalah sebuah pekerjaan yang memiliki jangka waktu, dalam arti kata
ada titik mulai dan titik selesai. Sebuah tim yang diketuai oleh seorang project
manager harus dibentuk dan bertanggung jawab terhadap perencanaan dan
ekseskusi proyek terkait. Dalam mengimplementasikan e-government, biasanya
seorang birokrat dengan posisi yang cukup tinggi ditunjuk sebagai seorang
project manager dan bertugas mengelola proyek tertentu. Yang bersangkutan
dibantu pelaksanaannya oleh tim terdiri dari berbagai individu yang telah dipilih
secara khusus sesuai dengan ruang lingkup aplikasi e-government yang ingin
dikerjakan. Terhadap tim ini kemudian dialokasikan sejumlah sumber daya yang
dibutuhkan seperti uang, peralatan, informasi, dan lain-lain agar mereka dapat
menjalankan tugasnya dengan baik. Pembentukan tim ini haruslah dilakukan
secara terinstitusionalisasi (formal) agar mereka dapat melakukan pekerjaan
secara efektif dan efisien.

Perlu diperhatikan di sini bahwa terhadap tim tersebut perlu diberikan otoritas
yang cukup agar project manager dan anggotanya dapat melaksanakan semua
strategi dan skenario yang dimiliki. Terlebih-lebih karena melihat bahwa
kebanyakan proyek e-government bersifat lintas sektora atau antar departemen,
sementara di pemerintahan sistem organisasi yang diterapkan adalah birokrasi
dengan struktur command and control yang jelas. Jika project manager dan
timnya tidak diberikan wewenang yang cukup untuk mengakses berbagai data
dan informasi yang ada di seluluruh departemen yang terlibat, maka akan
semakin memperkecil tingkat kesuksesan proyek tersebut. Paling tidak
dikeluarkan Surat Keputusan resmi yang mengikat secara hukum terhadap
penunjukkan project manager dan pembentukan tim terkait, dan disosialisasikan
secara lintas lembaga agar tidak terjadi penolakan-penolakan di sana sini.

Pemerintah di negara Thailand membentuk National IT Committee (NITC) –


sebuah komite koordinasi setingkat kementrian – dan menugaskan National
Electronics and Computer Technology Center (NECTEC) untuk menjadi lembaga
yang memimpin berbagai inisiatif pengembangan ICT dan e-government di
negara tersebut. NECTEC mendapatkan mandat dan dukungan penuh dari
seluruh anggota kabinet sebagai lembaga yang akan menjadi driving force
(kekuatan pemicu) agenda pengembangan ICT dan e-government di Thailand,
termasuk di dalamnya masalah pengelolaan proyek, penyiapan sumber daya
manusia, dan penyusunan perangkat regulasi. NECTEC sekaligus berfungsi
sebagai sekretariat dari NITC.

Setelah tim terbentuk dan project manager terpilih, langkah selanjutnya yang
dilakukan adalah menyusun struktur rencana kerja proyek (work breakdown
structure). Mendefinisikan visi, misi, dan obyektif saja tidak cukup di sini,
karena paling tidak 6 (enam) komponen penting harus diperhatikan
pengelolaannya, masing-masing adalah:

1. Content Development – menyangkut pengembangan aplikasi


(perangkat lunak), pemilihan standar teknis, penggunaan bahasa
pemrograman, spesifikasi sistem basis data, kesepakatan user
interface, dan lain sebagainya.

13
2. Competency Building – menyangkut pelatihan dan pengembangan
kompetensi maupun keahlian seluruh jajaran sumber daya manusia di
berbagai lini pemerintahan.

3. Connectivity – menyangkut ketersediaan infrastruktur komunikasi dan


teknologi informasi di lokasi dimana e-government akan diterapkan.

4. Cyber Laws – menyangkut keberadaan kerangka dan perangkat


hukum yang telah diberlakukan terkait dengan seluk beluk aktivitas e-
government.

5. Citizen Interfaces – menyangkut pengembangan berbagai kanal akses


(multi access channels) yang dapat dipergunakan oleh seluruh
masyarakat dan stakehoder e-government dimana saja dan kapan
saja mereka inginkan.

6. Capital – menyangkut pola permodalah proyek e-government yang


dilakukan terutama berkaitan dengan biaya setelah proyek selesai
dilakukan seperti untuk keperluan pemeliharaan dan perkembangan –
di sini tim harus memikirkan jenis-jenis model pendapatan (revenue
model) yang mungkin untuk diterapkan di pemerintahan.

Hal terakhir yang perlu pula diperhatikan oleh tim pelaksana e-government
adalah membangun suatu mekanisme efektif agar komunikasi antara tim dengan
para stakeholder dari proyek e-government dapat terjalin dengan baik.
Keterlibatan sejumlah stakeholder terutama pengguna langsung sistem e-
government dengan porsi yang tepat akan sangat berguna terutama dalam
usaha untuk melakukan evaluasi demi penyempurnaan sistem.

7. HOW WILL WE OVERCOME RESISTANCE FROM WITHIN THE


GOVERNMENT?

Sulit ditemui pelaksanaan proyek e-government yang bebas dari tantangan atau
resistansi dari satu atau sejumlah pihak tertentu – terutama di negara
berkembang dimana tingkat pengembangan sumber daya manusianya (human
development index) masih relatif rendah dan terbatasnya ketersediaan sejumlah
sumber daya penunjang lainnya. Ada beberapa hal yang patut dipelajari,
dipahami, dan dilaksanakan sehubungan dengan terjadinya resistansi tersebut
dan bagaimana mengatasinya.

Pertama adalah mencoba memahami mengapa resistensi tersebut muncul.


Analisa ini teramat sangat penting untuk mencari penyebab dan akar
permasalahannya. Ada beberapa permasalahan klasik yang kerap muncul dalam
setiap inisiatif implementasi e-government, misalnya:

1. Ketakutan bahwa mereka akan kehilangan pekerjaan karena


tergantikan oleh teknologi;

2. Kekhawatiran bahwa otoritas atau kekuasaan (authority power) yang


selama ini mereka miliki akan menjadi berkurang jika e-government
diimplementasikan;

3. Ketidakmampuan mereka dalam menggunakan teknologi seperti


komputer atau perangkat lainnya;

4. Kesadaran bahwa dengan adanya teknologi, maka mereka akan


kehilangan “pendapatan” tidak resmi yang kerap diperoleh sehari-hari

14
sebagai balas jasa dari orang-orang yang dilayani; dan lain
sebagainya.

Kedua adalah mengajak para stakeholder proyek e-government – terutama para


calon pengguna langsung atau user – untuk bersama-sama duduk dalam
merencanakan proyek terkait. Hal ini baik untuk dilakukan mengingat bahwa
merekalah yang kelak akan merasakan manfaat dari penerapan e-government
tersebut. Adalah baik mencoba berdiskusi dengan mereka mengenai cara-cara
mensosialisasikan proyek tersebut agar mendapatkan dukungan dari beragam
khalayak yang berkepentingan. Agar efektif, biasanya dipilih tokoh-tokoh yang
berpengaruh di komunitasnya masing-masing. Akan lebih baik jika dapat
ditemukan sejumlah tokoh yang telah memiliki pengalaman sukses menerapkan
e-government di komunitasnya sehingga dapat menjadi panutan bagi yang lain.

Ketiga adalah dengan secara konsisten, kontinyu, dan intens melakukan


penjelasan kepada masyarakat mengenai “binatang apa” sebenarnya e-
government, karena adalah merupakan kenyataan bahwa konsep ini sangat
asing di kalangan awam yang notabene merupakan mayoritas dari stakeholder
proyek e-government. Hal yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa
diperlukan kiat-kiat khusus agar penjelasan yang dilakukan berhasil, bukan
malah membingungkan masyarakat. Memahami psikologi massa merupakan
salah satu kunci sukses dalam proses memberikan penjelasan yang efektif.

Keempat adalah dengan menyelenggarakan pelatihan-pelatihan bagi mereka


yang ingin atau berkepentingan untuk tahu lebih jauh mengenai konsep maupun
aplikasi e-government. Tujuan pelatihan selain untuk meningkatkan wawasan
pengetahuan adalah guna memberikan kompetensi dan keahlian baru, sehingga
usaha ini tidak saja ditujukan pada mereka yang berada di level karyawan atau
staf belaka, namun juga ditujukan bagi para pimpinan dan manajer senior di
dalam pemerintahan. Pengalaman memperlihatkan bahwa agar pelatihan atau
training ini berlangsung dengan baik, kerjasama dengan pihak-pihak seperti
perguruan tinggi, lembaga riset, atau training provider sangat dibutuhkan.

Kelima adalah melibatkan pihak luar seperti konsultan ahli atau para pakar di
bidang e-government – yang telah memiliki pengalaman dan jam terbang tinggi
di bidang perencanaan dan pengembangan e-government – untuk menjadi nara
sumber dalam usahanya mengevaluasi dan memperbaiki kinerja proyek yang
berlangsung. Para tenaga ahli ini dapat diambil dari kalangan pemerintahan itu
sendiri, swasta atau industri, maupun dari perguruan tinggi.

Pemerintah sebuah negara di Timur Tengah, menugaskan sebuah perusahaan


untuk melakukan evaluasi terhadap seluruh proyek e-government yang
dilaksanakan di negara tersebut. Melihat kenyataan ini, maka selain seluruh tim
berbagai proyek bekerja bersungguh-sungguh agar tidak mendapatkan ”nilai
buruk” ketika dievaluasi, antar tim proyek e-government saling ”berkompetisi”
untuk mendapatkan ranking yang baik dalam evaluasi.

Keenam adalah dengan membuat suatu suasana atau lingkungan sehingga yang
bersangkutan ”terpaksa” untuk menggunakan e-government walaupun mereka
sebenarnya memiliki resistansi terhadap hal tersebut. Misalnya adalah dengan
cara dikeluarkannya keputusan bahwa sistem yang lama tidak boleh dilakukan
lagi. Satu-satunya cara untuk bekerja mulai saat tertentu adalah dengan cara
menggunakan sistem baru.

Di sebuah negara di Asia, seorang pimpinan pemerintahan mengumumkan


bahwa mulai saat ini seluruh bentuk surat menyurat untuk undangan rapat
maupun pertemuan akan dilakukan melalui electronic mail. Demikian pula yang
bersangkutan akan sering melakukan diskusi dengan anak buah di jajarannya
melalui fasilitas discussion atau chatting yang tersedia. Keadaan ini membuat

15
seluruh anak buah yang bersangkutan ”terpaksa” belajar menggunakan
komputer beserta fitur-fitur yang terkait dengan kebutuhan tersebut.

Ketujuh adalah dengan melakukan kampanye secara terus menerus, baik


dengan cara tradisional seperti membagikan atau memasang brosur maupun
banner, sampai dengan cara-cara moderen seperti menggunakan media massa
maupun internet.

Kedelapan adalah melalui cara pemberian penghargaan terhadap mereka yang


dipandang berhasil menerapkan e-government. Penghargaan yang diberikan
dapat beraneka ragam bentuknya, seperti:

• Menganugerahkan award yang diliput pemberiannya oleh pers dan


media massa;

• Menaikkan pangkat yang bersangkutan sesuai dengan jenjang karir


yang ada;

• Memberikan sejumlah bonus atas prestasi yang telah dilakukan;

• Menjadikan mereka sebagai contoh atau teladan bagi orang-orang


lain; dan lain sebagainya.

8. HOW WILL WE MEASURE AND COMMUNICATE PROGRESS? HOW WILL


WE KNOW IF WE ARE FAILING?

Praktisi manajemen yang bijak mengatakan demikian:

• “Something that cannot be measured, cannot be controlled” dan

• “Something that cannot be controlled, cannot be managed”

y a n g m e n g a n d u n g a r t i b a h w a b e r b a g a i k e g i a t a n y a n g m e m i l i k i u n s u r- u n s u r
manajemen (pengelolaan sumber daya) – seperti proyek e-government misalnya
– harus memiliki ukuran kinerja yang jelas agar dapat diketahui status
sukses/berhasil atau gagalnya aktivitas tersebut. Ada dua jenis ukuran atau
indikator kinerja yang dapat dipergunakan dalam proyek e-government.

Yang pertama adalah berkaitan dengan manajemen proyek itu sendiri. Sesuai
dengan definisinya dimana proyek merupakan suatu rangkaian aktivitas yang
memiliki titik mulai dan titik selesai untuk menghasilkan output tertentu dalam
durasi waktu dan batasan anggaran yang tersedia. Dengan menggunakan
standar manajemen proyek umum seperti misalnya PMBOK (Project
Management Body Of Knowledge) pada suatu titik tertentu dapat dilihat kinjerja
dari sebuah proyek e-government, seperti:

• Apakah aktivitas yang dilakukan sesuai tenggat waktu yang


direncanakan atau tidak;

• Apakah aktivitas terkait telah mengkonsumsi anggaran yang lebih


besar dari seharusnya atau tidak;

• Apakah individu yang diserahkan untuk melakukan aktivitas tertentu


telah mengerjakan pekerjaan sesuai target atau tidak;

• Apakah pemakaian sumber daya penunjang (seperti: bahan baku,


alat-alat administrasi, perangkat keras, dan lain-lain) dilakukan
secara optimal atau tidak; dan lain sebagainya.

16
Yang kedua adalah melakukan pengukuran terhadap sukses tidaknya proyek e-
government tersebut dengan cara menurunkan sejumlah indikator dari obyektif
yang ingin dicapai. Ada dua jenis indikator yang dapat dipergunakan, yaitu:

Standar Ukuran Kinerja Pemerintah

• Volume transaksi yang dilakukan secara elektronik atau digital;

• Response Time yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu rangkaian


proses pelayanan kepada pelanggan;

• Jumlah keluhan dari masyarakat atas kualitas pelayanan pemerintah;

• Tambahan fasilitas pelayanan dari pemerintah terutama yang


dilakukan secara elektronik;

• Lebar jangkauan pelayana pemerintah kepada masyarakatnya yang


tersebar di berbagai area geografis; dan lain sebagainya.

Standar Ukuran Dampak Aplikasi e-Government

• Persentasi jumlah pelanggan yang menggunakan e-government


dibandingkan dengan aktivitas manual terdahulu;

• Jumlah “kunjungan” atau akses terhadap aplikasi e-government


melalui internet sehari-harinya;

• Besarnya pengurangan biaya yang terjadi baik di kalangan institusi


pemerintahan maupun yang harus ditanggung oleh masyarakat atau
penikmat/pengguna/pemakai pelayanan yang diberikan pemerintah;

• Peningkatan ragam produk-produk atau jasa-jasa baru dari


pemerintah yang disediakan bagi komunitas masyarakatnya;

• Kemudahan dalam “mengkonsumsi” pelayanan pemerintahan sesuai


dengan kebutuhan masyarakatnya; dan lain sebagainya.

Sebelum proyek dilaksanakan – yaitu dalam proses perencanaan – pimpinan


proyek maupun manajemen atau stakeholder proyek e-government harus
bersepakat menentukan indikator kinerja kuantitatif maupun kualitatif yang
hendak dipergunakan sebagai acuan (benchmark). Cara menentukan baku
ukuran benchmark dapat berdasarkan pada hal-hal semacam:

• Melihat bagaimana pemerintah daerah atau negara lain memilih dan


menentukan suatu ukuran untuk jenis proyek sejenis;

• Melakukan polling atau jajak pendapat di masyarakat dan


menyimpulkan hasilnya;

• Melalui survei yang dilakukan oleh para peneliti atau lembaga


independen lainnya; dan lain sebagainya.

9. WHAT SHOULD OUR RELATIONSHIP BE WITH THE PRIVATE SECTOR?

Pertanyaan mengenai sejauh mana peranan sektor swasta (industri) di dalam


kerangka pengembangan e-government kerap menjadi pertanyaan luas di

17
kalangan para praktisi. Dalam melaksanakan proyek e-government, pemerintah
tidak dapat bekerja sendiri – mereka harus didukung dengan partisipasi swasta
yang notabene memiliki domain pengetahuan di bidang teknologi informasi yang
dipergunakan dalam e-government dan akses lebih baik ke sektor keuangan dan
pembiayaan.

Pemerintah dalam kaitan ini harus menganggap dan memperlakukan


perusahaan-perusahaan pada sektor swasta sebagai mitra kerja (partner)
khususnya dalam membangun konsep e-government. Keberadaan sektor swasta
tidak lagi sekedar sumber dimana pemerintah dapat memperoleh pemasukan
dari pajak yang mereka bayar, tetapi telah menjadi sebuah tempat dimana dapat
ditemukan para pakar, tenaga ahli, profesional, dan sumber daya penting
lainnya. Pengalaman luas mereka dalam menciptakan produk dan memberikan
pelayanan yang terbaik bagi pelanggannya merupakan harta yang sangat
berharga bagi pemerintah untuk dipelajari. Dengan kata lain, jangan hanya
memandang sektor swasta hanya sebagai tempat pengalihdayaan semata
(outsourcing), tapi jadikanlah mereka mitra kerja sehari-hari.

Memang disadari bahwa untuk dapat menjalin kemitraan yang efektif antara
pemerintah dan sektor swasta perlu dicari format berdasarkan shared value
yang cocok bagi kedua belah pihak. Apapun bentuk kerangka kerjasama yang
dilakukan, semua pasti berangkat dari anggapan atau pemahaman bahwa baik
pemerintah maupun sektor swasta membutuhkan “return on investment”-nya
masing-masing dalam pengertian yang luas (atau kerap diistilahkan sebagai
win-win solution). Jika visi dan misi dari pemerintah terkait langsung dengan
usaha untuk meningkatkan peran pelayanannya kepada masyarakat (public
services), sementara sektor swasta adalah untuk mencari keuntungan
komersial, maka kerangka kemitraan yang perlu dibangun harus dapat
memenuhi kedua obyektif tersebut. Misalnya adalah dengan cara pengerjaan
proyek e-government dipercayakan kepada sebuah perusahaan tertentu dimana
yang bersangkutan selama proyek berlangsung harus melakukan transfer of
knowledge kepada pihak pemerintahan yang kelak akan menjalankan aplikasi e-
government yang dibangun, sehingga pemerintah dapat meningkatkan kualitas
pelayanannya kepada masyarakat.

Dalam setiap kesempatan, hampir pasti skenario berikut akan terjadi.


Perusahaan berusaha menjual produk dan jasa komersialnya kepada
pemerintah terkait dengan pengembangan teknologi informasi untuk keperluan
e-government. Sementara dilain pihak pemerintah perlu mencari cara untuk
dapat “menjual” pelayanan melalui e-government tersebut ke masyarakat agar
mereka senang menggunakannya. Jika masing-masing pihak yang bermitra –
beserta stakeholder yang terkait – memahami benar masing-masing posisi
tersebut, maka untuk mencari bentuk kerjasama yang tepat akan menjadi lebih
mudah. Sektor swasta harus memberikan semacam “jaminan” atau “kiat-kiat”
atau “strategi” atau “metodologi” agar produk dan jasanya nanti akan dengan
mudah berhasil dipergunakan oleh masyarakat, sementara pemerintah harus
memberikan pula jaminan bahwa kewajiban komersial yang harus menjadi hak
sektor swasta (seperti kejelasan sumber dana, ketepatan termin pembayaran,
dan lain-lain) sesuai dengan kontrak yang ada dapat dilaksanakan dengan baik.

Cara lain yang dapat dipergunakan pula sebagai pemula dalam usaha menjalin
kemitraan strategis adalah dengan memahami kekuatan yang dimiliki oleh
masing-masing pihak. Hal ini perlu untuk dilakukan karena dalam berbagai
konteks atau inisiatif, kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing pihak dapat
berbeda-beda. Dengan mengetahui kekuatan (dan tentu saja kelemahan) dari
setiap pihak maka dengan jelas dapat ditemukan kerangka kerja sama yang
tepat karena biasanya kekuatan yang dimiliki satu pihak akan menutupi
kelemahan di pihak lain. Pemerintah pun harus bersifat profesional dalam hal
ini karena pada kenyataannya banyak sekali pihak swasta yang berkepentingan
sementara di antara mereka sendiri saling berkompetisi untuk menawarkan

18
produk, jasa, dan bentuk kerjasamanya masing-masing. Dalam kondisi seperti
ini, jelas asas kebijaksanaan, kearifan, dan keadilan akan sangat berpengaruh.
Dari sisi pemerintah cukup mudah, dalam arti kata yang bersangkutan perlu
mengadakan beauty contest terhadap masing-masing calon mitranya sebelum
yang bersangkutan melakukan pemilihan. Proses tender atau bidding yang
transparan merupakan salah satu cara yang kerap dipergunakan terkait dengan
kondisi ini. Prinsipnya, siapa yang dapat memberikan sesuatu yang terbaiklah
yang berpotensi menjadi mitra strategis pemerintah.

10. HOW CAN E-GOVERNMENT IMPROVE CITIZEN PARTICIPATION IN


PUBLIC AFFAIRS?

Target terakhir atau ultimate goal dari sebuah evolusi e-government adalah
perbaikan dan peningkatan terhadap partisipasi publik dalam proses
pemerintahan. Ketika berbicara mengenai target ini, hampir semua negara di
dunia dalam status yang sama, yaitu dalam proses menuju pada terciptanya
suasana tersebut. Publik – yang merupakan kumpulan dari individu, komunitas,
dan sektor swasta di dalam suatu negara – dapat berpartisipasi di dalam e-
government dalam bentuk hal-hal semacam:

• Memberikan penilaian terhadap kebijakan pemerintah yang akan


dieberlakukan atau yang telah diinstitusionalisasi secara bebas dan
aktif melalui fasilitas email atau mailing list;

• Mencari data atau informasi yang dibutuhkan untuk proses penunjang


aktivitas sehari-hari dari sejumlah website yang dimiliki oleh
pemerintah;

• Mengikuti beragam dialog atau public hearing yang dilakukan secara


online melalui internet; dan lain sebagainya.

Partisipasi publik merupakan hal yang penting karena adalah tugas utama
pemerintah untuk melayani publiknya. Jenis dan ragam pelayanan beserta
kinerjanya akan secara efektif dapat dicapai oleh pemerintah apabila publik
sebagai pelanggannya secara aktif dilibatkan dalam proses pengambilan
keputusan. Lihatlah bagaimana sering terjadi adanya demonstrasi melawan
keputusan pemerintah karena apa yang dilakukan tidak sesuai dengan harapan
dan suara hati rakyat atau masyarakatnya. Melalui implementasi e-government,
kolaborasi antara pemerintah dengan publiknya dapat dilakukan dengan mudah,
murah, dan cepat.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa citizens are the e-government experts
yang mengandung arti kurang lebih bahwa masyarakatlah yang paling tahu
betul kebutuhan mereka sehari-hari dan dalam kerangka bagaimana pemerintah
harus membantu mereka dalam hal memberikan sejumlah produk dan pelayanan
tertentu. Tanpa berkonsultasi dengan mereka, sering kali aspek demand dari
publik tidak sesuai dengan aspek supply atau bahkan bertentangan dari yang
diberikan pemerintah.

Pemerintah sebuah kota di Eropa tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan


rakyatnya mengembangkan sebuah sistem online untuk proses pendaftaran
sekolah anak-anak. Sistem yang kompleks dan memakan biaya besar ini pada
akhirnya tidak ada yang menggunakan karena ternyata sebagian besar orang
tua langsung mendaftarkan sekolah anaknya ketika yang bersangkutan
melakukan kunjungan ke sekolah yang diinginkan – karena sekaligus ingin
melihat fasilitas, sarana prasaran, dan bertemu dengan para guru dan pendidik
di sekolah tersebut.

19
Pada akhirnya, sebuah proses evolusi dan pengembangan e-government dapat
dikatakan berhasil apabila partisipasi publik dalam menggunakan teknologi ini
semakin bertambah dari hari ke harinya. Spektrum bentuk partisipasi dalam e-
government sangat lebar variasinya, mulai dari berperan sebagai user aktif dari
aplikasi yang ada, sampai dengan turut merancang dan mengevaluasi proyek e-
government yang dikembangkan.

Di Afrika Selatan – melalui situs www.gov.za – mengembangkan aplikasi e-


government yang memungkinkan masyarakat mendapatkan draft lengkap
rancangan undang-undang atau peraturan yang sedang disusun dan akan
diajukan oleh lembaga legislatifnya. Seluruh masyarakat dapat melakukan
kajian dan menganalisa kebijakan tersebut untuk selanjutnya mengirimkan
pendapatanya dalam bentuk kritikan, anjuran, saran, analisa, dan lain
sebagainya kepada dewan. Dengan cara demikian, selain masyarakat merasa
dilibatkan dalam proses penyusunan peraturan yang akan diberlakukan bagi
mereka, hasil kerja dewan benar-benar sesuai dengan kebutuhan dari
masyarakat (tidak bertentangan dengan suara hati rakyat).

20
PENERAPAN KONSEP BUSINESS
PROCESS REENGINEERING PADA
PEMERINTAHAN

21
PENDAHULUAN

Ketika untuk pertama kalinya konsep Business Process Reengineering (BPR)


diperkenalkan oleh Michael Hammer dan James Champy pada awal tahun 1990-
an, beribu-ribu perusahaan berlomba-lomba untuk menerapkan paradigma baru
dalam memandang bisnis tersebut.Hasilnya cukup mengejutkan, dalam arti kata
cukup banyak perusahaan yang pada akhirnya berhasil meningkatkan
kinerjanya secara signifikan dan mentransformasikan dirinya menjadi sebuah
korporasi kelas dunia. Melihat hal tersebut, sejumlah birokrat di negara maju
mencoba untuk menerapkan konsep ini pada organisasi pemerintahan dengan
tujuan akhir untuk meningkatkan kualitas kinerja institusi, terutama di dalam
menghadapi berbagai tantangan pada era globalisasi.Dari hasil yang didapatkan
terlihat bahwa paradigma yang dipergunakan di dalam BPR merupakan sebuah
batu loncatan efektif dalam membantu pemerintah dalam mengimplementasikan
konsep “electronic government” (e-Government), yang merupakan sebuah
perwujudan dari model pemerintahan di masa mendatang. Artikel ini
memperlihatkan bagaimana penerapan pola pola pikir dalam teori BPR dapat
membantu pemerintah dalam memahami dan menjawab berbagai tuntutan
perubahan jaman dewasa ini, terutama yang berkaitan dengan bagaimana
penerapan teknologi informasi dapat membantu pemerintah Indonesia dalam
usahanya untuk meredifinisikan kembali dirinya dan mencoba untuk menjadi
salah satu agen perubahan dalam menuju sebuah negara moderen.

TANTANGAN PEMERINTAH DI MASA DEPAN

Globalisasi merupakan sebuah fenomena dimana negara-negara di dunia secara


langsung maupun tidak langsung mengharapkan terjadinya sebuah interaksi
antar masyarakat yang jauh lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan saat-
saat sebelumnya (Douglas, 2001). Di dalam format ini, proses interaksi dan
komunikasi antar negara-negara di dunia akan jauh lebih intens dibandingkan
dengan apa yang selama ini pernah terjadi. Adalah merupakan suatu kenyataan
bahwa globalisasi telah membuka isolasi batasan antar negara yang selama ini
berlaku - terutama untuk hal-hal yang berhubungan dengan politik, ekonomi,
sosial, budaya, dan hukum.

Seperti layaknya dua sisi pada mata uang, fenomena globalisasi menjanjikan
sebuah lingkungan dan suasana kehidupan bermasyarakat yang jauh lebih baik;
sementara di sisi lain, terdapat pula potensi terjadinya chaos jika perubahan ini
tidak dikelola dan dijalani secara baik. Karena pada suatu titik ekstrem seorang
individu di sebuah negara dapat melakukan apa saja yang dikehendakinya
( m i s a l n y a b e r d a g a n g , b e r m i t r a , b e r k o l a b o r a s i , b e r b u a t k e j a h a t a n , b e r k o l u s i,
dan lain-lain) dengan individu yang berada di negara lain, maka jelas bahwa
kehidupan masyarakat harus dapat terlebih dahulu ditata dengan baik di dalam
sebuah sistem yang menjamin bahwa negara yang bersangkutan akan
memperoleh manfaat yang besar di dalam lingkungan global, bukan sebaliknya
(Indrajit, 2001).

Visi pemerintah sebuah negara selain memiliki dimensi internal (cita-cita


bangsa yang bersangkutan) tidak dapat pula dilepaskan dari sejumlah aspek
eksternal, terutama yang berkaitan dengan tuntutan pemenuhan berbagai aspek
relasi antar negara dan antar anggota masyarakatnya. Adalah merupakan suatu
fakta bahwa terdapat desakan dari negara-negara besar yang mengharuskan
setiap negara di dunia untuk menjamin terselenggaranya berbagai isu penting
semacam demokratisasi, hak asasi manusia, kepastian hukum, pencegahan
korupsi, transparansi bisnis, dan lain sebagainya agar negara yang
bersangkutan tidak ingin dikucilkan dari pergaulan dunia (Leer, 1999).

22
Dalam format ini pemerintah di sebuah negara diminta untuk lebih responsif
terhadap berbagai permintaan masyarakatnya, terutama mereka yang aktivitas
sehari-harinya memiliki ketergantungan yang tinggi dengan birokrasi
pemerintahan. Jika dahulu sebuah pemerintah terkenal dengan birokrasinya
yang sangat lambat, boros, dan sangat fungsional, maka masyarakat saat ini
membutuhkan sebuah kinerja pemerintah yang cepat, murah, dan berorientasi
pada proses agar dapat memberikan dukungan yang signifikan dan kompetitif
bagi para mereka yang dilayaninya (individu, komunitas bisnis, masyarakat, dan
stakeholder yang lain). Tentu saja merubah paradigma tersebut bukanlah
merupakan suatu hal yang mudah. Namun di sisi lain perubahan merupakan
suatu keharusan, bukan pilihan (ICGFM, 20010). Dan bagi siapa yang dapat
melakukan perubahan secara cepat, akan semakin diuntungkan karena selain
dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru, yang bersangkutan dapat
menjadi pemain kunci dalam mekanisme global tersebut.

MEMAHAMI KONSEP BPR

Ada dua hal utama yang kerap mengawali berbagai usaha perubahan.
Pertanyaan pertama berkaitan dengan derajat perubahan yang diinginkan,
sementara pertanyaan kedua berkisar pada dari sisi mana inisiatif perubahan
harus dimulai (Champy, 1995). Untuk menjawab pertanyaan pertama, ada
baiknya dilihat sejumlah teori perubahan pada organisasi yang telah dikenal
luas. Secara teori, spektrum jenis perubahan dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok besar, yang diklasifikasikan berdasarkan parameter, yaitu frekuensi
aplikasi perubahan dan dampak yang diharapkan dari inisiatif perubahan
(Tenner, 1996):

Sumber: Arthur Tenner et.al., 1997

• Continuous Improvement – perubahan yang dilakukan secara


perlahan-lahan dan kontinyu, dimana hasilnya berupa perbaikan
kinerja secara inkremental;

• Leapfrogging – perubahan yang dilakukan secara bertahap dengan


mengikuti periode tertentu, dimana menghasilkan perbaikan kinerja
yang cukup signifikan pada sektor tertentu; dan

• Reengineering – perubahan yang dilakukan sesekali namun sanggup


menghasilkan sebuah perbaikan kinerja yang sangat signifikan.

23
Bagi negara berkembang seperti Indonesia, yang secara relatif semakin
terpuruk posisinya karena krisis yang berkepanjangan, memilih pendekatan
perubahan yang pertama dan kedua tentu saja tidak akan memberikan pengaruh
yang berarti. Oleh karena itu tidak ada jalan lain, jika pemerintah dan segenap
masyarakat secara serius ingin meningkatkan keunggulan kompetitif Indonesia
secara cepat, maka ada baiknya metode pendekatan ”Reengineering” dipelajari
dan dicoba dicari jalan penerapannya.

BPR merupakan salah satu metodologi yang di dalam klasifikasi terkait. Secara
definisi, BPR memiliki empat buah karakteristik utama, yaitu (Hammer, 1993):

• Hasil perubahan yang diharapkan bersifat dramatis (sangat


signifikan);

• Paradigma perubahan dihasilkan dari pemikiran yang bersifat


fundamental (sangat mendasar);

• Perancangan lingkungan yang baru dihasilkan melalui ide-ide radikal;


dan

• Fokus perubahan yang diarahkan pada perbaikan proses.

Keempat aspek utama ini secara logika memiliki keterkaitan sebagai berikut.
Sebuah hasil perubahan yang dramatis hanya akan lahir dari adanya pemikiran-
pemikiran yang bersifat sangat mendasar, dimana didalamnya akan
mengandung sejumlah ide-ide perubahan yang bersifat radikal. Karena sebuah
organisasi pada dasarnya merupakan kumpulan dari orang-orang dalam sebuah
struktur untuk menjalankan aktivitas tertentu, maka subyek utama perubahan
yang tepat adalah pada dasarnya memperbaiki kinerja proses terkait yang ada.

TEKNIK MEMULAI PERUBAHAN

Pertanyaan kedua menyangkut dari sisi mana sebuah inisiatif perubahan harus
dimulai, dijawab secara jelas melalui metodologi baku BPR. Menurut
metodologi, langkah pertama dan utama yang harus dilakukan adalah
menentukan siapa saja sebenarnya ”customer” (baca: kustomer) dari
pemerintah (Dorine, 1994). Hal ini perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh
karena pada dasarnya keberadaan organisasi pemerintahan adalah
menjalankan sejumlah rangkaian proses untuk melayani berbagai kustomer
yang berbeda-beda. Secara umum, kustomer besar dari sebuah organisasi
pemerintahan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori sebagai berikut:

• Masyarakat – yang merupakan kumpulan dari individu, kelompok, atau


komunitas tertentu yang sehari-harinya membutuhkan sejumlah
pelayanan tertentu dari pemerintahnya untuk kebutuhan aktivitas
sehari-hari;

• Pelaku Bisnis (Industri) – yang merupakan sekelompok perusahaan


dan/atau organisasi komersial yang sehari-harinya melakukan
kegiatan pertukaran barang dan jasa untuk menggerakkan roda
perekonomian nasional;

• Organisasi – yang merupakan kumpulan dari orang-orang yang


memiliki misi tertentu dalam sebuah kerangka bernegara, seperti
misalnya: LSM, partai politik, yayasan, perhimpunan, perguruan
tinggi, dan lain sebagainya; dan

24
• Institusi Pemerintah Lain – yang merupakan mitra kerja dari sebuah
organisasi pemerintahan karena adanya unsur keterkaitan dalam
proses.

Pada dasarnya keempat kustomer ini memiliki obyektif yang berbeda dalam
hubungannya berinteraksi dengan pemerintahan. Kelompok masyarakat
membutuhkan berbagai pelayanan pemerintah yang berkaitan dengan
keberadaannya sebagai seorang penduduk atau warganegara, seperti misalnya
menyangkut proses-proses berhubungan dengan: pembuatan KTP,
perpanjangan STNK, kepemilikan harta benda, permasahalan hukum, dan lain
sebagainya. Kelompok pelaku bisnis membutuhkan keterlibatan pemerintah
sehubungan dengan proses-proses seperti: transaksi jual beli, pembayaran
pajak, administrasi ekspor-impor, pengurusan imigrasi, dan lain sebagainya.
Kelompok organisasi di lain pihak membutuhkan keterlibatan pemerintah dalam
sejumlah proses berkaitan dengan: pendirian organisasi, eksekusi kegiatan
komunitas, penjaminan pencapaian misi, penggunaan sumber daya, dan lain
sebagainya. Sementara institusi pemerintahan lain perlu melakukan sejumlah
koordinasi dan komunikasi dengan berbagai lembaga pemerintahan yang ada
untuk menjalankan berbagai proses yang bersifat lintas sektoral.

PEMETAAN DAN PENGKAJIAN PROSES

Setelah mendefinisikan kustomer, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan


adalah melakukan pemetaan terhadap seluruh proses yang dilakukan oleh
institusi pemerintah terkait, terutama yang berkaitan dengan berbagai
pelayanan yang dibutuhkan oleh sejumlah stakeholder terkait. Tujuan
dilakukannya pemetaan ini adalah sebagai berikut (Hunt, 1996):

• Mendapatkan gambaran secara keseluruhan bagaimana beragam


proses di dalam organisasi pemerintahan saling terkait dan berjalan
selama ini;

• Memudahkan penemuan dan pengkajian terhadap sejumlah sub-


proses yang dianggap kinerjanya rendah untuk kemudian dicari akar
penyebabnya; dan

• Membantu mencari jalan keluar dalam proses perubahan desain


proses agar menghasilkan suatu kinerja perubahan yang signifikan.

Agar proses pemetaan dan pengkajian dapat dilakukan secara mudah dan
cepat, banyak sekali perangkat lunak (software) yang dapat dipergunakan,
seperti misalnya: Extend (Imagine That Inc.), WITNESS Simulation (AT&T),
SIMPROCESS (CACI Products Coy), ITHINK (Performance Systems Inc.), dan
lain-lain (ImagineThat, 1995).

PERANCANGAN PROSES BARU

Di mata kustomer, kinerja pemerintah dalam hal melayani publik akan dianggap
membaik jika dari waktu ke waktu sejumlah proses pelayanan terlihat semakin
bertambah baik, bertambah murah, dan bertambah cepat. Untuk menghasilkan
proses yang diinginkan tersebut, ada 4 (empat) hal yang harus dilakukan oleh
pemerintah sehubungan dengan proses yang terjadi di sejumlah organisasinya,
masing-masing adalah (Hammer, 1996):

25
Sumber: Extend Software Inc., 1998

• Eliminasi - berupa penghilangan atau pemangkasan proses-proses


yang sebenarnya tidak perlu untuk dilakukan;

• Simplifikasi – berupa penyederhanaan rangkaian proses yang


sebenarnya dapat diperingkas atau diperpendek;

• Integrasi – berupa penggabungan beberapa proses yang sebenarnya


dapat dilakukan sekaligus secara bersamaan (simultan); dan

• Otomatisasi – berupa pengalihan proses dari yang biasa dikerjakan


oleh manusia menjadi kegiatan yang dapat dijalankan oleh teknologi.

Berdasarkan pengalaman dari negara-negara maju, dan juga sejumlah negara


tetangga Indonesia – seperti Malaysia, Singapura, Taiwan, Hongkong, dan
Korea – teknologi informasi (perpaduan antara teknologi komputer dan
telekomunikasi) ternyata mampu untuk melakukan keempat strategi peningkatan
kinerja proses tersebut (Ho, 2000).

Ada dua jenis pendekatan perancangan proses baru yang dapat dilakukan.
Pendekatan pertama adalah dengan cara mengkaji peta proses yang dikerjakan
pada saat ini, kemudian masing-masing sub-proses tersebut dilihat
kemungkinannya untuk dilakukan eliminasi, simplifikasi, integrasi, dan
otomatisasi melalui pemanfaatan teknologi informasi yang ada.

Sementara pendekatan kedua adalah dengan melakukan perbandingan


(benchmarking) terhadap apa yang telah dilakukan oleh pemerintah negara lain
sehubungan dengan proses serupa, dan mencoba untuk menerapkannya di
Indonesia (biasanya akan dipilih proses yang terbaik dari hasil perbandingan,
atau yang kerap dikenal dengan istilah ”best practices”).

Jika kedua pendekatan ini dilakukan – baik secara terpisah maupun bersama-
sama – makan akan dijamin terjadinya sebuah perbaikan kinerja proses yang
cukup signifikan. Bahkan secara prinsip, perancangan proses baru dengan
memanfaatkan teknologi informasi ini akan merupakan sebuah cikal bakal atau
embrio dari lahirnya sebuah konsep ”Electronic Government” (e-Government) di
Indonesia, yang oleh Bank Dunia didefinisikan sebagai (Belt, 2001):

26
“E-Government refers to the use by government agencies of information
technologies that have the ability to transform relations with citizens,
businesses, and other arms of government.”

Pemahaman yang utuh dan lengkap mengenai konsep e-Government dan


penerapan strategi perampingan proses melalui metodologi BPR secara tidak
langsung akan membawa pemerintah kepada tantangan perubahan paradigma
secara mendasar dan radikal yang perlu untuk dipertimbangkan.

PERUBAHAN PARADIGMA

Dalam kerangka perubahan tersebut, paradigma birokrat yang selama ini efektif
dipergunakan harus mulai digantikan dengan paradigma e-Government.
Setidak-tidaknya ada 8 (delapan) aspek yang membedakan antara kedua buah
paradigma tersebut, yaitu (Haedler 2001 dan Pellici 2001):

1. Orientation;

2. Process Organization;

3. Management Principle;

4. Leadership Style;

5. Internal Communication;

6. External Communication;

7. Mode of Service Delivery; dan

8. Principles of Service Delivery.

ORIENTATION

Orientasi dari paradigma birokrat adalah menghasilkan produk atau pelayanan


yang hemat biaya (cost-efficient) kepada masyarakat dan mereka yang
berkepentingan (stakeholders). Orientasinya pada efisiensi karena bukan
merupakan rahasia umum bahwa biaya pemerintahan diambil langsung dari
anggaran belanja negara/daerah yang terkadang sangat kecil dibandingkan
dengan volume dan frekuensi produk/pelayanan yang harus diberikan kepada
masyarakat. Karena selalu menggunakan ukuran biaya sebagai fokus, maka
dapat dimaklumi jika banyak sekali produk atau pelayanan yang diberikan
kalangan birokrat terkadang memiliki kualitas yang rendah dan cenderung
terkesan asal-asalan.

Di dalam e-Government, pemberian produk dan pelayanan harus berorientasi


pada kepuasan kustomer (customer satisfaction oriented). Ukuran keberhasilan
pemberian produk dan pelayanan dari pihak pemerintah kepada masyarakat
adalah jumlah keluhan dari pelanggan yang bersangkutan terhadap kualitas
produk dan pelayanan yang diberikan.

Hal yang lain yang harus diperhatikan, karena berorientasi kepada kebutuhan
dan kepuasan pelanggan, maka produk maupun pelayanan yang diberikan pun
harus dapat fleksibel (di sisi ekstrim, setiap produk atau pelayanan harus dapat
disesuaikan/tailor-made dengan kebutuhan unik masing-masing individu).
Contoh lain aspek fleksibilitas adalah sehubungan dengan cara akses kepada
pemerintahan. Kalau di dalam pendekatan konvensional masyarakat yang harus
datang ke birokrat, di dalam e-Government pemerintah harus dapat menjawab

27
kebutuhan masyarakat 24 jam sehari dan 7 hari seminggu, dari mana saja dan
kapan saja.

PROCESS ORGANIZATION

Sebagaimana layaknya organisasi birokrat kebanyakan, struktur organisasi


yang rigid dan kaku merupakan ciri khas mesin manajemen pemerintahan.
Dalam kerangka ini, pemerintah membagi dirinya menjadi departemen-
departemen atau divisi-divisi berdasarkan spesialisasinya masing-masing
(fungsional) dimana di setiap departemen atau divisi terkait, akan diberlakukan
lagi struktur organisasi yang disusun dengan paradigma yang sama. Tujuan
dibangunnya mesin birokrasi semacam ini adalah agar kontrol internal secara
efektif dapat berjalan dengan baik. Dampak dari pendekatan organisasi seperti
ini adalah pembentukan teritori pada masing-masing bagian sehingga terkadang
membuat penyelesaian serangkaian pekerjaan menjadi lambat dan mahal.
Lihatlah bagaimana masyarakat kerap di-“ping-pong” dari satu bagian ke bagian
yang lain jika yang bersangkutan ingin mendapatkan pelayanan tertentu. Di
dalam e-Government, fenomena “ping-pong” semacam itu tidak boleh terjadi
lagi karena akan sangat merugikan masyarakat dan mereka yang
berkepentingan dengan pemerintah. Masyarakat menuntut agar berbagai proses
pelayanan yang diberikan dari hari harus semakin baik, cepat, dan murah.
Untuk keperluan tersebut, pemerintah harus merombak ulang struktur
organisasi rigid-nya agar dari yang bersifat fungsional dapat mendukung
aktivitas yang berbasis proses. Jelas terlihat di sini bahwa kerja sama antara
departemen (lintas sektoral) harus terjadi. Di dalam e-Government, tuntutan ini
dapat menjadi kenyataan bila pemerintah mengimplementasikan sistem jaringan
antar departemennya yang berfungsi saling tukar-menukar informasi melalui
sistem informasi (aplikasi) yang terintegrasi.

MANAGEMENT PRINCIPLE

Sistem manajemen yang diterapkan di sini adalah “management by mandate


and rule”, artinya seseorang baru akan bergerak jika mendapatkan mandat dari
atasannya yang biasanya secara sah dinyatakan dalam surat keputusan.
Buruknya gaya manajemen ini adalah tidak beraninya atau tidak maunya
seseorang karyawan untuk bekerja atau mengambil inisiatif jika belum diberikan
perintah atau mandat dari atasannya. Hal ini menyebabkan lambatnya kerja
atau response dari manajemen di segala lini yang bermuara pada buruknya
pelayanan yang diberikan pada pelanggan internal maupun eksternal. Di dalam
paradigma e-Government, gaya manajemen pemerintahan harus lebih fleksibel
dalam arti kata harus dapat selalu beradaptasi dengan berbagai perubahan
kebutuhan para pelanggan, baik yang berasal dari kalangan birokrat sendiri
(internal) maupun dari luar lembaga pemerintahan (eksternal). Kunci sukses
manajemen dengan gaya fleksibel ini terletak pada kemampuan para birokrat
bekerja secara tim (teamwork). Tim yang terdiri dari berbagai sumber daya
manusia dari beragam struktur organisasi ini bekerja sama untuk menghasilkan
sebuah rangkaian produk atau pelayanan yang baik dan berkualitas.

LEADERSHIP TYPE

Gaya kepemimpinan yang dahulu terbukti efektif di dalam mengelola struktur


organisasi birokratis adalah “command and control” seperti yang biasa
diterapkan pada organisasi militer. Maksudnya baik, yaitu agar mesin birokrasi
dipastikan dapat berjalan secara efektif sesuai dengan pagu yang disusun
bersama (karena adanya kontrol yang baik dan tidak terjadi persepsi yang salah
karena semua pekerjaan berasal dari satu perintah atau rantai komando).

28
Namun kelemahannya adalah berkurangnya potensi kreativitas pada masing-
masing sumber daya manusia karena yang bersangkutan hanya bekerja
berdasarkan perintah dari atasan semata. Karena struktur organisasi
merupakan satu-satunya alat manajemen yang dipergunakan untuk
berkomunikasi, maka secara tidak langsung gaya kepemimpinan yang ada akan
menular sampai ke unit organisasi terkecil yang ada pada struktur. Dengan
kata lain, karena semua memiliki gaya kepemimpinan pasif, maka sebagai
organisasi akan sulit berkembang dan adaptif terhadap perubahan lingkungan.
Menerapkan e-Government yang efektif berarti memaksa para birokrat untuk
mengubah gaya kepemimpinannya. Idealnya, mereka haruslah seseorang yang
dapat menggabungkan antara gaya kepemimpinan seorang profesional dan
seorang wiraswastawan (entrepreneurship). Karena seluruh departemen telah
dihubungkan melalui infrastruktur teknologi informasi (data, aplikasi, dan
teknologi), maka fungsi pemerintah menjadi berubah, dari seorang pemberi
perintah dan pengontrol, menjadi seorang fasilitator dan koordinator yang
bekerja berdasarkan kebutuhan atau tuntutan pelanggan. Jika dahulu prinsip
kepemimpinan dibangun berdasarkan “the boss idea”, maka dengan gaya
kepemimpinan e-Government yang harus diikuti adalah “the best idea”.

INTERNAL COMMUNICATION

Proses komunikasi yang terjadi di dalam manajemen internal adalah dengan


mempergunakan “top-down approach”. Walaupun terlihat bahwa sekilas sistem
tersebut bersifat netral, namun dalam pelaksanaannya menghasilkan efek
psikologis yang cenderung membuat organisasi menjadi kontraproduktif. Contoh
klasiknya adalah ketidakberanian seorang anak buah untuk bersikap yang
bertentangan dengan kemauan atasan (bahkan untuk berbeda pendapat pun
terkadang yang bersangkutan tidak berani), atau terbentuknya suasana yang
kaku karena adanya hubungan struktural antara atasan dan bawahan (atasan
harus selalu dihormati dan tidak boleh dipersalahkan), dan lain sebagainya.
Karena tidak adanya suasana demokrasi yang cukup di dalam organisasi, sering
kali kinerja institusi terkait tergantung dari kompetensi manajemen puncak yang
ada (bukan terletak pada sistem organisasi). Jika manajemen puncak ditempati
oleh orang-orang yang ahli dan/atau capable di bidangnya, maka cenderung
keputusannya akan berkualitas; namun jika manajemen puncak ditempati oleh
mereka yang memiliki kompetensi dan keahlian rendah, maka berbagai
keputusan yang diambil akan cenderung berdampak buruk bagi kinerja institusi.
Di dalam e-Government, melalui fasilitas semacam email dan chatting,
komunikasi dapat berlangsung secara bebas dan intensif antara masing-masing
individu maupun di dalam format kelompok. Dengan diinstalasinya jaringan
komputer lokal yang terhubung ke internet, maka setiap individu di dalam
pemerintahan dapat berkomunikasi secara cepat, langsung, aman, dan murah
ke berbagai pihak yang berkepentingan tanpa harus mengikuti garis komando
yang ada pada struktur organisasi.

EXTERNAL COMMUNICATION

Seperti halnya internal communication, external communication merupakan hal


lain yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan di dalam mengelola
pemerintahan. Dalam sistem birokratis, hubungan antar departemen atau antara
pihak pemerintah dengan kalangan lain (seperti swasta, luar negeri, LSM,
organisasi, partai, dan lain sebagainya) biasanya dilakukan secara formal,
dengan mengikuti prosedur-prosedur baku baik korespondensi maupun
protokoler yang berlaku. Karena banyaknya aturan yang harus ditaati, maka
sangat terasa sekali sulitnya menjalin kerja sama antara satu departemen
dengan departemen lainnya. Tentu saja format tersebut tidak bisa diterapkan
pada e-Government yang lebih mengutamakan pada bekerjanya sebuah sistem

29
lintas sektoral yang cepat. Di samping itu, beragam kanal akses pun dibutuhkan
untuk keperluan komunikasi agar para pengambil keputusan dapat melakukan
hubungan dengan mitra kerjanya dari mana saja dan kapan saja. Komunikasi
eksternal secara cepat dibutuhkan agar berbagai produk dan pelayanan
pemerintah kepada masyarakat yang sifatnya lintas sektoral, disamping untuk
mempermulus jalannya kerja sama dan menghindari adanya pertikaian karena
saling “memasuki teritori” pihak lain.

MODE OF SERVICE DELIVERY

Karena banyak berhubungan dengan hal-hal berbau administratif, maka model


pelayanan yang biasa diberikan oleh pemerintah pasti melibatkan sejumlah
dokumen-dokumen penting (seperti formulir, laporan, dan lain sebagainya).
Selain memakan biaya yang cukup banyak, proses yang melibatkan dokumen-
dokumen berbasis kertas biasanya memakan waktu yang cukup banyak,
sehingga pelayanan yang diberikan cenderung lambat. Di dalam era e-
Government, tujuan akhirnya adalah terbentuk suasana kerja yang
paperless/scriptless, dimana sejauh mungkin penggunaan kertas dikurangi
(karena memakan biaya pembuatan dan penyimpanannya). Sehingga semua
aspek pelayanan dan sumber daya yang dapat didigitalisasikan harus dilakukan
migrasi dari sistem manual ke otomatis. Konsep virtual office (kantor maya)
juga akan diterapkan di sini. Jika dahulu sebuah transaksi dikatakan sah
apabila terdapat dua pihak yang saling bertatap muka dan bersepakat, pada
implementasi e-Government, kebutuhan bertatap muka secara fisik tidak perlu
dilakukan karena semuanya dapat diwakili dengan berbagai produk teknologi
informasi yang canggih.

PRINCIPLES OF SERVICE DELIVERY

Aspek yang terakhir menyangkut prinsip yang dipakai dalam memberikan


pelayanan berbasis informasi. Pada sistem birokrasi, semua jenis pelanggan
diperlakukan sama di mata pemerintah, sehingga disusunlah berbagai standar-
standar aturan baku yang harus dipatuhi oleh semua khalayak. Seringkali
ditemui kasus-kasus tertentu yang tidak dapat dipecahkan dengan standarisasi
yang ada; namun masalah tersebut tidak dapat segera ditemukan solusinya,
karena pemerintah tidak mau bekerja diluar mekanisme standar yang telah
disepakati. Sebaliknya pada e-Government, pemerintah harus memperlakukan
masing-masing pelanggannya sebagai sebuah entiti yang unik, dalam arti kata
masing-masing memiliki kebutuhan yang spesifik. Sehingga pelayanan yang
diberikanpun harus dapat di-tailor-made sesuai kebutuhan unik masing-masing
pelanggan.

KESIMPULAN

Jika dipandang secara sungguh-sungguh, esensi penggabungan teori BPR dan


e-Government m e m i l i k i k e s a m a a n d e n g a n t u n t u t a n r e f o r m a s i to t a l y a n g
disuarakan oleh masyarakat Indonesia. Keseluruhan inisiatif program
perubahan tidak ada artinya tanpa terlebih dahulu diawali dengan perubahan
paradigma atau cara pandang akan peranan pemerintah di era reformasi,
terutama terkait dengan relasinya dengan para kustomer utamanya. Indonesia
baru hanya akan dapat terwujud jika pemerintah berani untuk melakukan
redefinisi ulang terhadap peranannya, dan mengambil langkah-langkah yang
cukup fundamental dan radikal dalam memperbaiki kinerja aktivitas
organisasinya sehari-hari.

30
PENGAPLIKASIAN ALAT UKUR
BALANCED-SCORECARD PADA
ELECTRONIC GOVERNMENT

31
Jika dalam manajemen perusahaan dikenal balanced scorecard sebagai salah
satu alat pengukuran performa perusahaan, maka dalam e-Government, Booz
Allen dan Hamilton dalam satu studinya bersama Berstelment Foundation
mengenalkan apa yang disebut sebagai balanced e-Government scorecard
sebagai alat ukur performa pemerintahan yang menerapkan e-Government.
Terdapat lima dimensi dalam balanced e-Government scorecard yang masing-
masing dijabarkan dalam berbagai kriteria secara lebih detil. Kelima dimensi itu
adalah: manfaat, efisiensi, partisipasi, transparansi, dan manajemen perubahan
(Stiftung, 2001).

Dimensi pertama, manfaat. Dimensi manfaat berhubungan dengan kualitas dan


kuantitas layanan yang diberikan dan bagaimana masyarakat mendapatkan
manfaat dari layanan tersebut. Termasuk dalam kriteria ini adalah:

• Cakupan layanan yang sudah diimplementasikan

• Bagaimana layanan tersebut bisa diakses dalam “one stop shop” dari
satu portal menuju berbagai layanan

• Kemudahan penggunaan dalam mendapatkan layanan tersebut

Dimensi kedua, efisiensi. Efisiensi berhubungan dengan bagaimana teknologi


bisa mempercepat proses dan meningkatkan kualitas layanan. Kriteria dalam
efisiensi, di antaranya:

• Ketersediaan arsitektur proses, aplikasi dan database yang bisa


berjalan baik ketika ditubuhkan

• Perencanaan sumber daya dan keuangan secara baik

• Pemanfaatan platform teknologi informasi dan teknologi secara


maksimal pada keseluruhan aspek

• Kualitas dan ruang lingkup pelatihan bagi para staf dan pegawai.

Dimensi ketiga, partisipasi. Ini berhubungan dengan pertanyaan apakah


layanan yang diberikan memberikan kesempatan yang luas kepada masyarakat
untuk memberikan partisipasi dalam penyampaian pendapat dan proses
pengambilan keputusan. Beberapa kriteria dalam hal ini, di antaranya:

• Akses langsung masyarakat terhadap orang yang berkepentingan


melalui web

• Pertimbangan terhadap umpan balik dan keinginan masyarakat

• Pengaruh dan keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan


keputusan

• Kemungkinan untuk memperdebatkan topik yang menyangkut


masyarakat umum (tersedianya fasilitas chatting, forum, milis).

Dimensi keempat, transparansi. Apakah pemerintah dalam hal ini mendorong


keterbukaan informasi menuju proses transparansi dalam pemerintahan. Kriteria
transparansi, di antaranya:

• Banyaknya informasi yang dikeluarkan pemerintah dalam proses


pengambilan keputusan (misalnya konferensi pers, release hasil rapat
kabinet, dan lain-lain)

32
• Informasi status permohonan aplikasi yang diajukan masyarakat.
Apakah masyarakat misalnya bisa menanyakan dan mengetahui
secara langsung apakah permohonan aplikasinya disetujui atau tidak.

• Topicality of information

Dimensi kelima, manajemen perubahan. Ini terkait dengan proses


implementasi apakah ada proses review yang jelas dan dikelola dengan baik.
Kriteria dalam hal ini, di antaranya:

• Strategi pengembangan, misalnya seberapa besar implementasi


melibatkan perbandingan dan studi kasus dengan implementasi di
tempat lain.

• Kualitas kontrol dan review

• Keterlibatan dan motivasi dari pegawai

Sumber: Stiftung, 2001

HASIL TEMUAN BOOZ ALLEN DAN HAMILTON

Dari hasil studi di beberapa negara, Booz Allen dan Hamilton mendapatkan
beberapa temuan menarik mengenai performa dalam pelaksanaan e-
Government melalui balanced e-Government scorecard. Studi ini melibatkan 12
negara yang melaksanakan e-Government

Pertama, dimensi manfaat. Beberapa negara sudah menerapkan asas


kemudahan pemakaian bagi pengguna, dan juga membagi pengguna sesuai
dengan profil dan kebutuhan mereka.

• Pemerintah Kanada adalah contoh yang sangat bagus dalam hal


memberikan kemudahan bagi pengguna. Dalam portal mereka
misalnya, mereka membagi pengguna menjadi “warga negara Kanada,
bukan warga negara Kanada, dan masyarakat bisnis Kanada”, yang
akan memudahkan bagi masyarakat menemukan informasi sesuai
dengan kebutuhannya.

• Portal kota Seattle membedakan dirinya dengan yang lain dengan


desain portal yang mudah digunakan dan ruang lingkup layanan yang

33
sangat luas. Portal Seattle terhubung dengan sekitar 50.000 website
dari berbagai otoritas dan layanan.

• Salah satu negara bagian US, Virginia membangun keamanan


pengguna dengan mengenalkan Virginia PIN bagi setiap warga negara
yang digunakan ketika akan mengakses berbagai fasilitas di portal
mereka.

Kedua, efisiensi. Efisiensi menyangkut bagaimana teknologi mengurangi


proses kerja dari sisi waktu dan meningkatkan kualitas serta produktifitas. Di
beberapa negara misalnya, pengenalan pembayaran pajak secara online
berhasil meningkatkan produktifitas karena mengurangi berbagai proses
administrasi yang diperlukan. Namun demikian, penggunaan teknologi informasi
di beberapa negara merupakan sesuatu yang baru bagi para staf dan pegawai.
Karena itu, cukup banyak terdapat resistensi dari pegawai karena kemampuan
dan pengetahuan yang mereka miliki. Salah satu pemecahannya adalah
mengadakan pelatihan yang intensif kepada staf dan pegawai sehingga punya
kemampuan yang memadai untuk bekerja dalam sistem yang baru. Isu lain
dalam pemanfaatan teknologi adalah sistem aplikasi yang kadang tidak bisa
bekerja jika berhubungan dengan aplikasi yang lain. Menjadi isu penting untuk
menciptakan standar aplikasi yang bisa terhubung dan bisa beroperasi antara
satu dengan yang lain karena memang implementasi e-Government
membutuhkan pertukaran informasi dari berbagai aplikasi.

Ketiga, partisipasi publik. Dalam hal partisipasi publik, secara umum masih
sulit mewujudkan e-democracy di mana masyarakat bisa memberikan banyak
pilihan dan proses pengambilan keputusan secara online. Belum ada satupun
yang mengarah pada petisi online mengenai keputusan yang dikeluarkan
pemerintah. Kondisi ini disebabkan oleh dua hal: pemerintah memang belum
siap dan masyarakatpun belum terbiasa sehingga tuntutan ke arah sana belum
banyak dilakukan. Namun demikian, beberapa negara sudah menyediakan
lembar untuk usulan, kritikan, dan keluhan baik yang akan disampaikan kepada
pemerintah maupun lembaga legislatif. Masyarakat dengan demikian
dimungkinkan untuk berkomunikasi langsung dengan wakil-wakilnya di legislatif.
Dan beberapa negara juga sudah menyediakan fasilitas konsultasi dengan
kalangan legislatif secara online.

Keempat, transparansi. Dari sisi transparansi, kebutuhan masyarakat akan


informasi yang semakin terbuka menjadi semakin terasa. Pemerintah dalam
banyak negara sudah memanfaatkan portal mereka untuk memberikan informasi
secara umum yang berhubungan dengan masyarakat. Yang lebih maju adalah
kasus di Seattle, USA, di mana masyarakatnya bisa melakukan tracking secara
online status permohonan mereka. Online tracking ini menjadi layanan menarik
karena masyarakat tidak perlu mengeluarkan biaya terlalu banyak hanya untuk
menanyakan apakah permohonan mereka diterima atau tidak.

Kelima, manajemen perubahan. Ada banyak kriteria dalam hal manajemen


perubahan ini. Yang paling penting adalah perencanaan strategis dan strategi
pengembangan ke depan. Rata-rata setiap negara mempunyai perencanaan
yang cukup bagus dalam hal ini. Karena e-Government dalam implementasinya
selalu bergerak secara dinamis, diperlukan adanya monitoring dan kontrol yang
ketat. Selain itu, tidak bisa tidak keterlibatan pegawai menjadi faktor penting
kesuksesan pelaksanaannya di lapangan. Keterlibatan pegawai akan besar jika
mereka memiliki kemampuan dan pengetahuan yang memadai serta rasa
memiliki yang kuat. Amerika dan Inggris menjadi contoh yang baik dalam kedua
hal ini.

34
REKOMENDASI UNTUK PENERAPAN EGOVERNMENT

Untuk membangun egovernment sesuai dengan tujuannya yaitu memberikan


kualitas layanan yang lebih baik kepada masyarakat, Booz Allen dan Hamilton
menyarankan 8 (delapan) strategi pelaksanaan e-Government:

1. Perencanaan strategis secara keseluruhan. Kombinasikan antara


perencanaan dari sisi strategis dan detil operasionalnya di
lapangan. Perencanaan akan membantu proses implementasi baik
dari sisi pengembangan teknologi maupun kesiapan sumber daya.

2. Harus ada struktur tanggung jawab yang jelas untuk menjamin


pelaksanaan dan implementasi sesuai rencana. Struktur dan
tanggung jawab ini disesuaikan dengan kemampuan dan tanggung
jawab kerja setiap departemen selama ini.

3. Bangun rencana aksi jangka panjang. Rencana aksi jangka


panjang termasuk perencanaan strategis, aksi operasional di
lapangan hingga parameter kesuksesan. Implementasi dari sisi
teknologi hampir pasti memerlukan tahapan-tahapan pelaksanaan,
dan faktor lain yang perlu dipikirkan adalah pembiayaan dalam
jangka panjang.

4. Perbandingan pelaksanaan egovernment secara internasional.


Dengan melakukan proses perbandingan, akan lebih memudahkan
bagi proses adaptasi dan penyusunan perencanaan yang
disesuaikan dengan kondisi secara lokal.

5. Standarisasi dalam berbagai hal. Standarisasi ini menyangkut


prosedur dan juga pembangunan sistem aplikasi. Karena e-
Government akan melibatkan berbagai sektor dan departemen
dalam pemerintahan, standarisasi menjadi faktor mutlak agar
memudahkan interaksi berbagai aplikasi dan memungkinkan
adanya pertukaran data.

6. Orientasi pada pengguna. Tidak bisa dipungkiri, bahwa e-


Government membutuhkan partipasi penuh dari masyarakat
sebagai pengguna. Karena itu, pengembangan sistem informasi
yang akan dilaksanakan haruslah berorientasi pada kemudahan
dan kenyamanan masyarakat dalam menggunakannya.

7. Integrasi dan keterlibatan penuh dari staf dan seluruh pegawai.


Mereka perlu mendapatkan pelatihan yang memadai, dan adanya
insentif yang diukur berdasarkan kesuksesan pelaksanaan e-
Government di lapangan. Keterlibatan pegawai menjadi mutlak
karena sebaik apapun sistem aplikasi yang dijalankan tidak bisa
mempunyai manfaat penuh tanpa keterlibatan mereka.

8. Kerjasama dengan berbagai pihak baik pemerintah maupun


swasta. Egovernment adalah proyek yang sangat besar yang
membutuhkan partisipasi dari berbagai kalangan. Pemerintah akan
sulit menjalankan program e-Government tanpa partisipasi penuh
dari masyarakat. Karena itu kerjasama dengan berbagai pihak
terutama yang terkait secara teknis perlu dilakukan.

35
Sumber: Stiftung, 2001

36
ALAT UKUR KINERJA DAN
EFEKTIVITAS WEBSITE PARA
WAKIL RAKYAT

37
Banyak hal yang dapat dimanfaatkan dari hasil riset yang dilakukan oleh
Congressional Management Foundation ketika yang bersangkutan meneliti 605
website para wakil rakyat Amerika Serikat – baik yang berada di ”Dewan
Perwakilan Rakyat”-nya (House of Representative) maupun di ”Dewan
Perwakilan Negara Bagian”-nya (Senate). Salah satunya adalah kesimpulan
hasil riset terkait dengan aspek penting yang harus dipertimbangkan oleh
pembuat website pemerintah agar teknologi tersebut dapat secara efektif
menunjang fungsi dan peranan e-government. Hasil kajian memperlihatkan
bahwa terdapat 5 (lima) aspek penting yang harus benar-benar diperhatikan dan
dipertimbangkan pengembangannya oleh mereka yang ingin membangun
website e-government, masing-masing adalah: audience, content, interactivity,
usability, dan innovation (Goldschmidt et al, 2002).

AUDIENCE

Pada hakekatnya, website adalah merupakan sebuah alat berkomunikasi.


Sebuah komunikasi dapat terjadi secara efektif jika pemerintah dapat
mendefinisikan secara jelas siapa yang menjadi target atau audience atau
”lawan bicara”-nya sehingga isi website benar-benar dapat diarahkan untuk
melayani komunitas tersebut. Sekilas nampaknya proses ini mudah untuk
dilaksanakan, namun pada kenyataannya banyak yang gagal melakukannya
karena lupa pada sejumlah prinsip atau hal-hal yang bersifat esensial. Website
bukanlah merupakan sebuah medium broadcast seperti halnya televisi dan
radio, namun lebih merupakan sebagai suatu medium service atau pelayanan.
Berbeda dengan sebuah medium broadcast yang bekerja berdasarkan asas
”satu pesan untuk seluruh kalangan”, pada medium service sebuah website
harus dapat melayani sejumlah kebutuhan spesifik dari beragam kalangan.
Tentu saja hal ini bukan merupakan hal yang mudah mengingat pemerintah
”tidak memiliki kekuasaan” untuk menentukan siapa saja yang berhak singgah
dan mengakses website-nya. Secara garis besar ada dua tipe audience dari
sebuah website e-government, masing-masing diberi julukan seekers dan
recruits. Seekers merupakan orang-orang yang ”berkunjung” ke website dengan
alasannya dan/atau tujuannya masing-masing yang kesemuanya bermuara pada
pemenuhan terhadap kebutuhan akan informasi atau pelayanan tertentu.
Sementara recruits adalah kumpulan dari orang-orang yang menjadi target
komunikasi dari pemerintah. Secara prinsip, seekers merupakan audience
utama dari website e-government, dimana biasanya pemerintah bersifat “reaktif”
dalam melayani kebutuhan mereka. Para seekers memiliki sejumlah kebutuhan,
pertanyaan, harapan, dan permasalahan yang diharapkan dapat ditemuai
jawabannya dalam website terkait. Pemerintah dalam kaitan ini harus jeli dalam
menentukan kebutuhan apa saja yang dibutuhkan oleh beragam tipe seekers
yang berkunjung ke website-nya, seperti misalnya para audience yang mewakili
sejumlah kepentingan seperti: konstituen, pers, lembaga swadaya masyarakat,
forum atau organisasi, para mahasiswa dan peneliti, lembaga internasional, dan
lain sebagainya. Sementara itu secara bersamaan pemerintah juga mencoba
bersifat “proaktif” dalam arti kata mendekati dan membangun relasi baik dengan
sejumlah recruits atau “orang-orang baru” yang diharapkan dapat merasakan
manfaat langsung maupun tidak langsung dengan kehadiran website dari
pemerintah terkait. Sehubungan dengan aspek ini, masing-masing pemerintah
harus dapat mendefinisikan dan menentukan siapa saja seekers dan recruits
dari website-nya.

38
CONTENT

Setelah berhasil mendefinisikan audience-nya, barulah dibangun dan


dikembangkan ”jantung” dari sebuah website, yaitu content atau isi yang akan
dikomunikasikan melalui website. Jelas terlihat bahwa content yang dimiliki
harus sesuai dengan target audience yang telah ditetapkan sebelumnya; dalam
arti kata pemerintah harus mampu membangun website dimana content yang
tersedia dapat:

• Membantu audience dan stakeholders dalam memenuhi kebutuhannya


terkait dengan pelayanan prima yang ditawarkan melalui website;

• Menunjang pencapaian visi, misi, tujuan, dan obyektif dari pemerintah


terkait;

• Menggalang hubungan atau relasi yang kuat dengan para pengunjung


website;

• Menarik perhatian para calon pengunjung agar berminat menjadi


audience yang setia mengkakses website;

• Menyediakan semua jawaban terhadap kebutuhan informasi audience;

• Menghemat waktu dan biaya dari audience dalam berkomunikasi


dengan pemerintahnya;

• Memperkuat keterlibatan publik dalam proses pemerintahan; dan

• Memperkuat tingkat kepercayaan publik melalui proses keterbukaan


yang demokratis.

Contoh-contoh content yang dianggap relevan untuk ditampilkan dalam website


adalah: informasi terkait dengan proses legislatif, isu-isu yang sedang hangat
dibicarakan publik, hal-hal terkait dengan aspek akuntabilitas, referensi untuk
pendidikan politik, pelayanan kepada konstituen, press release, informasi
mengenai anggota legislatif dan bagaimana cara menghubunginya, link ke
alamat sejumlah website yang berhubungan, dan lain sebagainya.

INTERACTIVITY

Mengingat bahwa setiap pihak yang terlibat pastilah membutuhkan terjadinya


sebuah komunikasi yang bersifat ”dua arah” – dalam arti kata terselenggaranya
transaksi pertukaran data dari dua belah pihak secara bergantian – maka para
pembuat website harus pula memperhatikan aspek interactivity ini. Banyak
sekali teknologi internet yang dapat membantu pemerintah dalam menjalin
relasi yang ”intim” dengan para konstituennya di dunia maya. Sejumlah contoh
dari fasilitas dan fitur yang dapat dikembangkan oleh sebuah website e-
government adalah:

• Electronic Mail dan Mailing List;

• Online Surveys atau Online Polls;

• Bulleting Boards;

39
• Chat Rooms;

• Newsletters atau Newsgroups;

• Feedback dan Comment Forms; dan lain sebagainya.

Aspek interactivity di sini tidak saja terkait dengan asas fungsional belaka,
namun lebih jauh berpengaruh pula terhadap psikologi publik dalam hal
terjadinya proses timbal balik antara pemerintah dengan rakyatnya – yang
bermuara pada terselenggaranya good governance dan meningkatnya
partisipasi publik pada kegiatan politik dan pemerintahan, disamping tetap
terjaminnya dan terpeliharanya proses demokratisasi di negara.

USABILITY

Audience yang jelas, content yang berkualitas, dan interactivity yang baik tidak
ada artinya jika website yang dibangun sangat sulit untuk digunakan (tidak user
friendly). Hasil riset memperlihatkan banyaknya pengunjung yang tidak berniat
untuk mengakses kembali sebuah website yang walaupun content-nya bagus,
tetapi lambat aksesnya (karena terlalu banyak gambar dan animasi) atau buruk
sistem navigasinya (struktur menu yang berbelit-belit). Pembuat website dalam
hal ini harus sadar benar bahwa teknologi yang dimiliki oleh audience sangat
beragam, dari yang paling sederhana sampai yang canggih (state-of-the-art) –
sehingga agar mereka semua dijamin dapat dengan mudah melakukan akses
terhadap website yang ada, perlu dicari “common denominator” (unsur-unsur
yang sama dan serupa) dari teknologi yang dipergunakan oleh seluruh audience
pemerintah. Elemen-elemen harus dimiliki oleh sebuah website e-government
agar tingkat usability-nya tinggi adalah sebagai berikut:

• Sistem pengorganisasi content atau isi website haruslah memiliki


arsitektur yang jelas dan terstruktur secara logis;

• Navigasi yang diterapkan dalam website haruslah mudah cara


pengoperasiannya;

• Content yang ada harus mudah “dibacanya” dan “enak” di mata –


dalam arti kata tidak bertele-tele, bergaya bahasa yang menarik,
kombinasi warna yang tidak menusuk mata, pemakaian font yang
sesuai, gambar dan animasi secukupnya, dan lain-lain;

• Isinya haruslah up-to-date dalam arti kata selalu diperbaharui


sehingga selalu relevan dengan kebutuhan;

• Waktu untuk menampilkan satu halaman penuh website haruslah


cepat (disarankan tidak lebih dari 10 detik), sehingga perlu
dipertimbangkan ukuran memori total dari sebuah desain website;

• Tampilan website haruslah menarik, dalam arti kata memiliki “look


and feel” (desain grafis) yang sesuai dengan karakteristik audience-
nya;

• Website harus dapat dinikmati oleh semua orang, terlepas dari faktor
perbedaan usia, agama, bahasa, maupun hal-hal lain yang terdapat di
dalam masyarakat (tidak boleh ada unsur diskriminasi); dan

• Unsur privacy harus pula diperhatikan dalam arti kata para pengguna
website merasa yakin bahwa tidak ada hal-hal yang akan merugikan

40
dirinya – terkait dengan isu keamanan berinteraksi secara digital –
ketika mengakses website pemerintah.

INNOVATION

Innovation atau inovasi dalam kaitan ini bukanlah sekedar merupakan aspek
tambahan belaka mengingat banyaknya ide-ide kreatif dari para pembuat
website yang secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan
”konteks” penggunaan website bagi pengunjungnya. Lihatlah bagaimana
fasilitas ”search engine” dalam sebuah website dapat membantu pengunjung
secara cepat menemukan apa yang dicari, atau penggunaan video camera
dapat memberikan keleluasaan kepada konstituen untuk berkonferensi jarak
jauh (tele conference) dengan wakilnya di legislatif, atau jajak pendapat secara
online dapat meningkatkan partisipasi masyarakat secara cepat, dan lain
sebagainya. Intinya di sini adalah bahwa sejalan dengan kemajuan teknologi,
pemerintah harus secara kreatif dari hari ke hari berinovasi mengembangkan
website-nya agar semakin menarik dan bermanfaat (valuable), sehingga
masyarakat selalu setia mengakses website yang dimiliki oleh pemerintahnya.

Hal yang patut dicontoh dari Congressional Management Foundation dalam hal
ini adalah bahwa yang bersangkutan tidak hanya sekedar mengadakan riset
semata, tetapi mereka memiliki misi pula untuk meningkatkan kualitas
pengembangan website di kalangan pemerintahan. Untuk itulah secara berkala
mereka memberikan anugerah penghargaan berupa ”Congress Online Gold
Mouse Award” dan ”Congress Online Silver Mouse Award” kepada sejumlah
website e-government terbaik di Kongres Amerika Serikat.

41
PENERAPAN KONSEP ELECTRONIC
DEMOCRACY DI KONGRES

42
Banyak praktisi bertanya-tanya ”apakah ada tempat bagi teknologi informasi
untuk dapat berperan aktif dalam mempromosikan demokrasi di suatu negara?”.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya mempelajari fenomena yang
terjadi di Amerika Serikat terkait dengan penerapan website di lembaga
legislatifnya. Seperti diketahui bersama, pemerintahan Amerika Serikat
menganut sistem bikameral (dua kamar). Dewan pertama adalah House of
Representatives yang beranggotakan para wakil rakyat yang mewakili sejumlah
partai hasil pemilihan umum. Sementara dewan kedua adalah Senat yang
merupakan kumpulan dari sejumlah orang yang merupakan representatif dari
negara bagian (states). Seorang anggota House of Representatives kurang
lebih mewakili 600,000 orang konstituen sementara seorang anggota Senat
bervariasi berdasarkan jumlah populasi negara bagian. Tecatat bahwa paling
banyak seorang Senat dapat mewakili 35 juta orang. Dalam kesehari-hariannya,
selain harus mengurusi kegiatan terkait dengan kepemerintahan, para wakil
rakyat ini harus dapat melayani beraneka ragam kebutuhan masyarakat yang
diwakilinya – mulai dari sejumlah individu dengan kebutuhan spesifiknya,
sampai dengan sejumlah komunitas sosial dengan berbagai ragam visi dan
misinya.

Bagi seorang wakil rakyat, berkomunikasi dan memberikan jawaban terhadap


semua permasalahan konstituennya secara efektif merupakan tantangan yang
harus dihadapi sehari-hari. Gagal berlakukan hal tersebut akan berakibat fatal
yang tidak hanya merugikan wakil rakyat tersebut (karena dijamin mereka tidak
akan dipilih lagi di masa mendatang, atau justru akan ”dijatuhkan” di saat
periode aktif mereka), tetapi akan memberikan pengaruh buruk dan
mengganggu kinerja sistem pemerintahan secara keseluruhan.Terkait dengan
hal tersebut maka para wakil rakyat mulai memutuskan untuk membangun
sejumlah website agar mereka dapat bekerja secara lebih efektif dan efisien.
Tanpa disadari, pengembangan website yang pada awalnya ditujukan untuk
menurunkan biaya komunikasi dan transaksi antara wakil rakyat dengan
masyarakat yang ingin berhubungan dengannya (asas efisiensi), secara
evolusioner terlihat dapat memiliki manfaat tidak langsung lainnya – yaitu
meningkatkan kualitas demokrasi yang terjadi di Amerika Serikat (asas
efektivitas). Paling tidak ada 9 (sembilan) aspek yang dapat mempromosikan
meningkatnya kualitas proses ”dari, oleh, dan untuk rakyat” tersebut, yaitu
masing-masing sebagai berikut (Goldschmidt et al, 2002).

Aspek pertama adalah terjadinya perbaikan pelayanan terhadap para


konstituen dan masyarakat. Melalui konsep ”virtual offices” yang diterapkan
dalam sebuah website, secara tidak langsung wakil rakyat telah membuka
pintunya selama 24/7 untuk dapat diakses oleh mereka yang berkepentingan
dengan cara yang cepat dan harga yang teramat sangat murah. Dengan kata
lain, masyarakat yang membutuhkan hal-hal semacam: transkrip pidato, notulen
pertemuan, jadwal kunjungan wakil rakyat, aturan-aturan baru dalam bernegara,
dan lain sebaginya, tidak perlu lagi harus menunggu berita di televisi, koran
setiap pagi, majalah terbitan mingguan, atau konferensi pers, melainkan dapat
secara langsung memperolehnya melalui website terkait.

Aspek kedua berkaitan dengan terlihatnya peranan aktif dari para wakil rakyat
dan relasinya dengan anggota masyarakat maupun konstituennya. Dari
”rekaman” akses terhadap website terlihat seberapa besar terjadinya interaksi
antara para wakil rakyat dengan konstituen maupun masyarakatnya. Frekuensi
dan volume interaksi yang kecil memperlihatkan bagaimana citra atau
keberadaan wakil rakyat itu terkesan ”kurang” berkaitan langsung atau kurang
relevan dengan kebutuhan masyarakat sehari-hari – atau karena tidak
dikenalnya (populer) wakil tersebut di kalangan masyarakat. Dari performa ini
seorang wakil rakyat diharapkan dapat melakukan introspeksi terhadap dirinya
sehingga dapat berperan secara lebih aktif dalam melakukan kegiatan yang
berkaitan secara langsung dengan kepentingan masyarakat yang diwakilinya.

43
Aspek ketiga berasal dari kemampuan website dalam membangun sebuah
pusat informasi yang dapat ditujukan kepada beragam target masyarakat
dengan karakteristik spesifiknya masing-masing. Misalnya komunitas
pendidikan yang memerlukan berbagai data dan informasi terkait dengan
beasiswa dan dana riset, atau sekumpulan veteran perang yang menginginkan
kejelasan mengenai asuransi kesehatan yang menjadi hak mereka, atau forum
para dokter yang ingin mempertanyakan mengenai dana alokasi kesehatan
masyarakat, dan lain sebagainya. Dengan navigasi dan fitur yang baik, maka
wakil rakyat tersebut dapat menyediakan seluruh data dan informasi terkait
dengan beragam kepentingan yang berbeda tersebut di dalam sebuah sistem
website yang efektif, sehingga nampak terlihat bahwa yang bersangkutan ”care”
terhadap seluruh lapisan masyarakatnya.

Aspek keempat yang secara efektif dapat dijamin melalui implementasi website
adalah terjadinya komunikasi langsung antara masyarakat dengan wakilnya.
Melalui fasilitas semacam email, mailing list, chatting, dan discussion, setiap
individu dapat secara langsung menyampaikan aspirasinya kepada wakil yang
dipilihnya tanpa harus khawatir adanya pihak-pihak lain yang mendengar,
mengetahui, atau mengubahnya. Hal ini berarti para wakil rakyat benar-benar
mendapatkan data atau informasi dari tangan pertama, sehingga kualitasnya
dapat dipercaya karena belum mengalami distorsi.

Aspek kelima adalah dimungkinkannya pemakaian website sebagai salah satu


media untuk berkoalisi dan mendapatkan dukungan dari masyarakat akar
rumput (grassroots). Terhadap aspirasi yang ada, seorang wakil rakyat harus
tanggap menyikapinya. Yang bersangkutan biasanya setelah melakukan
pengecekan, kajian, dan analisa, harus mengambil sejumlah tindakan terkait
dengan tugas dan tanggung jawabnya, seperti misalnya: mengajukan anggaran,
mengusulkan kebijakan, mempertanyakan suatu keputusan, menyelidiki
kasus/masalah, dan lain sebagainya. Dalam melakukan tugas-tugas tersebut,
tentu saja yang bersangkutan perlu untuk berkomunikasi secara intensif dan
efektif dengan kelompok masyarakat yang terkait dan berkepentingan terhadap
suatu permasalahan tertentu. Dengan terjalinnya hubungan komunikasi yang
intens antara wakil rakyat dan kelompok masyarakat yang ada, maka jelas yang
bersangkutan dapat secara langsung mendapatkan dukungan dari mereka yang
berasal dari akar rumput ini tanpa harus khawatir terjebak di dalam mekanisme
birokrasi yang berbelit-belit.

Aspek keenam bersumber dari harapan masyarakat bahwa wakil rakyat yang
dipilihnya selain benar-benar memperjuangkan aspirasi dan kepentingan
masyarakatnya, juga merupakan seorang pribadi yang jujur, terbuka, dan
bermoral. Kata kuncinya adalah bahwa seorang wakil rakyat haruslah dapat
menerapkan asas akuntabilitas yang baik. Karena setiap hari berbagai aktivitas
dan tindakan yang dilakukan oleh wakil rakyat dicatat dan diinformasikan di
dalam website-nya, maka masyarakat dapat dengan mudah memonitor,
mengawasi, mengevaluasi, dan menilai kinerja wakilnya tersebut.

Aspek ketujuh dari manfaat yang dapat diberikan oleh website adalah
meningkatnya produktivitas wakil rakyat beserta jajarannya. Dengan
”diambilalihnya” urusan administratif oleh teknologi (website dan internet),
maka wakil rakyat dapat memiliki waktu yang lebih banyak untuk memfokuskan
diri pada hal-hal yang lebih strategis, seperti misalnya: membuat kebijakan,
memperjuangkan nasib masyarakat, memperbaiki kinerja pemerintahan,
menyempurnakan undang-undang, mengalokasikan dana pembangunan, dan
lain sebagainya. Artinya, produktivitas dari wakil rakyat dengan sendirinya akan
meningkat, yang berarti tingkat kesejahteraan rakyat pun nischaya akan
meningkat.

Aspek kedelapan sangat erat kaitannya dengan diberikannya umpan balik


(feedback) dari masyarakat terhadap berbagai pendapat, perilaku, tindakan,

44
pertanyaan, keputusan, dan sikap wakilnya. Tujuannya ada dua. Yang pertama
adalah sedapat mungkin dilakukan suatu proses yang bersifat proaktif, dalam
arti kata masyarakat terlebih dahulu memberikan berbagai saran dan pendapat
mengenai hal-hal yang harus diperhatikan dan dijadikan pertimbangan oleh
wakilnya sebelum yang bersangkutan mengambil keputusan strategis.
Sementara yang kedua adalah untuk hal-hal yang telah bersifat ”terlambat”,
usaha reaktif yang diambil adalah dengan diberikannya koreksi dari anggota
masyarakat terhadap wakilnya tersebut.

Aspek yang kesembilan adalah bahwa teknologi website yang semakin lama
semakin berkembang pesat, secara langsung akan memberikan rangsangan
bagi anggota masyarakat yang selama ini bersifat pasif dan apatis, untuk dapat
lebih aktif berpartisipasi dalam proses pemerintahan. Banyak sekali materi
dan informasi di dalam website yang dapat memberikan pendidikan politik bagi
masyarakat, misalnya: cara-cara wakil rakyat memperjuangkan dan memutuskan
sebuah peraturan atau undang-undang, apa yang harus dilakukan masyarakat
dan para wakilnya dalam rangka penyusunan anggaran pembangunan,
bagaimana hubungan keterkaitan antara lembaga legislatif dengan eksekutif
maupun yudikatif, dan lain sebagainya. Agar menarik, biasanya website terkait
tidak hanya berisi sejumlah dokumen dalam bentuk informasi belaka, namun
juga menyertakan sejumlah cuplikan gambar dan video, lengkap dengan audio
dan narasinya.

Dari kesembilan hal tersebut terlihat secara jelas bagaimana kualitas dari
sebuah demokrasi dapat meningkat secara signifikan sejalan dengan penerapan
sebuah website. Hubungan atau relasi yang ”intim” antara wakil rakyat dengan
konstituen dan masyarakatnya merupakan hal fundamental yang menjamin
terselenggaranya proses bernegara ”dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”.

45
TAHAPAN INISIATIF ELECTRONIC
GOVERNMENT DI MICHIGAN

46
PENDAHULUAN

Istilah e-Government mengacu pada cukup banyak definisi. Secara umum,


istilah yang berawalan “e” biasanya memiliki nuansa penggunaan teknologi
internet sebagai sarana utama yang menggantikan media konvensional.
Mengingat bahwa esensi tugas pemerintah adalah memberikan pelayanan
publik, maka konsep e-Government akan mengandung arti pada bagaimana
pemerintah memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan menggunakan
berbagai media teknologi terutama internet untuk memberikan pelayanan
terbaik kepada masyarakat sebagai “customer”-nya.

Ragam pelayanan publik yang diperikan pemerintah tentu saja sangat banyak
modelnya. Usaha untuk mencari model pelayanan mana saja yang dapat
dilaksanakan dengan menggunakan teknologi internet secara efektif tidaklah
mudah. Melihat besarnya ruang lingkup pelayanan publik dan lebarnya
spektrum jenis pelayanan yang ada, maka baik kiranya jika inisiatif e-
Government yang dikembangkan oleh suatu pemerintahan dibagi menjadi
beberapa jenis tahapan pengembangan berdasarkan “kematangan”
karakteristiknya.

Salah satu contoh menarik adalah bagaimana Washtenaw County membagi


berbagai inisiatif e-Government yang ada menjadi tiga tahapan besar, yaitu: e-
Information, e-Commerce dan e-Democracy (Kinney, 2001). Selain berbeda
karakteristiknya, tiga jenis klasifikasi inisiatif ini sekaligus merupakan tiga fase
besar pengembangan e-Government yang masing-masing membutuhkan proses
dan perjalanan panjang untuk mewujudkannya.

eInformation eCommerce eDemocracy

Sumber: Stiftung, 2001

TIGA TAHAPAN INISIATIF

Konsep e-Information terkait dengan obyektif bagaimana agar seluruh


stakeholder pemerintah – terutama yang berhubungan dengan pelayanan
masyarakat - dapat di satu sisi menyediakan dan di sisi lain mengakses
informasi secara cepat dan tepat melalui berbagai kanal akses. Kanal akses
tersebut dapat merupakan saluran komunikasi tradisional seperti kantor-kantor,
telepon, fax, dan lain sebagianya - maupun melalui media teknologi informasi
seperti internet, call center, web-TV, PDA (Personal Digital Assistant) dan lain-
lain. Program pembangunan aplikasi e-Government dalam tahapan ini biasanya
dimulai dengan membangun website yang berisi informasi mengenai berbagai
hal yang dibutuhkan oleh masyarakat, yang seyogiyanya merupakan tugas
pemerintah untuk menyediakannya. Dengan adanya website ini diharapkan
masyarakat dapat secara mandiri mencari data dan informasi yang
dibutuhkannya, sekaligus memungkinkan terjadinya komunikasi yang interaktif
antara mereka dengan pihak pemerintah yang membangun website tersebut.
Pada aplikasi yang lebih kompleks, biasanya website tersebut telah menjadi
sebuah portal pengetahuan (knowledge portal) yang di dalamnya tidak sekedar

47
berisi data dan informasi yang dibutuhkan masyarakat, namun lebih jauh lagi
berisi berbagai pengetahuan penting yang dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat secara langsung maupun tidak langsung.

Tahap selanjutnya adalah tahap e-Commerce, di mana konsep pelayanan yang


ada tidak hanya berhenti pada pertukaran informasi antara masyarakat dan
pemerintahnya, tetapi lebih jauh sudah melibatkan sejumlah proses transaksi
pertukaran barang dan/atau jasa. Masyarakat yang selama ini perlu mendatangi
kantor-kantor pemerintahan secara fisik untuk berbagai proses perijinan dan
berbagai pembayaran – seperti membuat Kartu Tanda Penduduk, Surat Ijin
Mengemudi, Penyetoran Pajak Bumi Bangunan, dan lain-lain – saat ini tidak
perlu berpergian lagi karena semua hal tersebut dapat dilakukan dari rumah
dengan memanfaatkan media internet.

Tahapan ketiga adalah tahapan e-Democracy, di mana terjadi suatu lingkungan


yang kondusif bagi pemerintah, wakil rakyat, partai politik, dan konstituennya
untuk saling berkomunikasi, berkolaborasi, dan berkoopreasi melalui sejumlah
proses interaksi melalui media internet. Dalam kaitan ini masyarakat dapat
menyampaikan penilaian dan pandangannya terhadap kinerja pemerintah dan
menyampaikan pendapatnya secara bebas kepada para wakil rakyat secara
online dengan menggunakan fasilitas semacam email, mailing list,
discussion/forum, chatting, dan polling. Arah perkembangan akhirnya adalah
bagaimana membangun sistem pemilihan umum yang dapat dilakukan secara
online. Dengan adanya komunikasi politik yang intensif dan terbuka ini, maka
diharapkan akan dapat membantu mempromosikan proses demokrasi di negara
yang bersangkutan.

Ketiga fase ini perlu dijalankan prosesnya satu per satu secara sekuensial
karena memang satu fase merupakan landasan bagi pengembangan fase
berikutnya. Dengan kata lain dikatakan bahwa sulit untuk menjalankan fase
kedua jika fase pertama tidak dibangun terlebih dahulu. Fase terberat tentu
saja adalah fase ketiga, dimana dibutuhkan tidak hanya infrastruktur teknologi
informasi yang kuat, tetapi juga dibutuhkan perubahan kultur yang besar di
masyarakat (suprastruktur).

HAL PENTING DAN UTAMA

Banyak sekali kendala dalam memulai inisiatif e-Government. Namun demikian,


kendala-kendala tersebut seyogyanya tidak perlu menjadi halangan bagi inisiatif
pelaksanaan e-Government. Karena bagaimanapun, sebagaimana tujuan
awalnya, diharapkan dengan e-Government pelayanan pemerintah kepada
masyarakatnya akan menjadi semakin lebih baik. Mengambil pelajaran dari
pelaksanaan e-Government di Washtenaw County – terutama dalam kaitannya
untuk menjalankan ketiga tahapan tersebut - beberapa hal di bawah ini perlu
menjadi catatan bagi inisiatif pelaksanaan e-Government.

Pertama, perlu adanya rencana strategis (strategic planning) yang terperinci


lengkap dengan tahapan-tahapan pelaksanaan e-Government yang akan
dilakukan. Rencana strategis ini kerap disebut sebagai peta perjalanan atau
roadmap dari implementasi e-Government. Keberadaan hal ini sifatnya adalah
mutlak mengingat e-Government tidak saja membutuhkan biaya yang sangat
besar untuk mengimplementasikannya, tetapi yang tidak kalah pentingnya
adalah komitmen kerjasama antar departemen yang terpadu (lintas sektoral).
Tanpa adanya kerjasama yang baik, program e-Government akan jalan di
tempat atau tersendat. Rencana strategis yang baik tidak saja berisi portofolio
dan pentahapan berbagai program e-Government lengkap dengan definisi
kebutuhan beragam sumber daya yang diperlukan, namun lebih jauh berisi pula
bagaimana berbagai institusi pemerintahan yang berbeda perlu perkoordinasi
dan saling mendukung serta bekerjasama.

48
Kedua, perlu adanya keterlibatan antara seluruh pihak yang terkait dengan
permasalah teknis pelaksanaan – tidak sekedar antara mereka di tataran level
strategis semata. Tercatat ada beberapa pihak yang berhubungan dengan
pelaksanaan proyek e-Government, selain pemerintah sebagai penanggung
jawab (sekaligus eksekutor) dan masyarakat sebagai pihak pengguna (user),
seperti: konsultan teknologi informasi, pengembang website, penyedia
infrastruktur teknologi, media massa, dan berbagai pihak lainnya. Karena e-
Government pada dasarnya merupakan sebuah sistem, dimana keseluruhan
pihak yang terlibat dalam pengembangannya adalah merupakan komponen-
komponen dalam sistem tersebut, maka kerjasama efektif antara mereka tidak
saja merupakan suatu hal yang mutlak, tetapi telah menjadi salah satu critical
succes factor utama yang menentukan sukses tidaknya pengembangan program
e-Government.

Ketiga, perlu diperhatikan berbagai masalah terkait dengan manajemen sistem


informasi. Manajemen sistem informasi yang benar akan menjadi kunci bagi
kesuksesan pelaksanaan e-Government. Menjadi kecenderungan umum bahwa
data-data dan informasi yang sekarang ini ada pada tiap departemen saling
tumpang tindih. Begitu pula data-data dari masyarakat. Dengan adanya sistem
informasi terpadu, data-data dan informasi baik yang ada di departemen
maupun data-data masyarakat menjadi data sentral yang bisa dipakai antar
departemen. Masalah data yang tersentralisasi merupakan satu isu tersendiri
yang perlu diperhatikan. Sentralisasi data tidak hanya berhubungan dengan
bagaimana prosedur pengumpulan data itu sendiri, tetapi akan terkait dengan
masalah infrastruktur, kapasitas penyimpanan, dan juga faktor keamanan data.
Dalam hal ini perlu juga semacam review yang melihat apakah masyarakat bisa
dengan mudah mendapatkan informasi dan pelayanan melalui e-Government ini.
Kemudahan ini di samping menyangkut prosedur, juga terkait dengan kualitas
sistem informasi yang dibangun.

Keempat, perlu dicari jalan bagaimana agar pemerintah bersama seluruh


komponen masyarakat dapat secara bersama-sama mengatasi kesenjangan
digital (digital gap) yang dihadapi. Kesenjangan digital adalah isu yang
berkaitan dengan ketidakseimbangan antara mereka yang memiliki pemahaman,
kemampuan, dan ketersediaan akses terhadap infrastruktur digital dengan
mereka yang sama sekali jauh dari keberadaan tersebut. Sebagaimana tujuan
awalnya, e-Government ditujukan untuk memperluas akses masyarakat
terhadap pelayanan pemerintah melalui berbagai teknologi baru, terutama
internet. Jika penggunaan internet belum menjadi budaya di kalangan
masyarakat, akan sulit mewujudkan e-Government secara maksimal.

Setidaknya ada beberapa pihak yang dapat mensosialisasikan penggunaan


internet kepada masyarakat sesuai dengan kapasitas dan kepentingannya
masing-masing, yaitu:

• Pemerintah, yang tentu saja memiliki kepentingan untuk


mempersempit jurang kesenjangan digital yang ada di kalangan
masyarakatnya;

• Industri (swasta) atau bisnis - terutama mereka yang memiliki produk


dan jasa di bidang teknologi informasi, seperti: penyedia jasa internet
(internet service provider, ISP), penyedia konten di internet,
application service provider, konsultan, dan lain sebagainya – karena
mereka membutuhkan pasar yang dapat menyerap produk dan jasa
yang mereka miliki dan tawarkan;

• Perguruan tinggi, yang merupakan institusi dengan misi utama untuk


meningkatkan level edukasi masyarakat sehingga mereka

49
berkepentingan untuk turut membantu meningkatkan e-literacy
komunitas yang ada di sekitarnya; dan

• Lembaga Swadaya Masyarakat maupun organisasi non pemerintah,


yang secara sosial bekerja untuk pengembangan dan perluasan
pemakaian teknologi informasi dan internet.

Dalam kaitan dengan hal ini, jelas terlihat bahwa salah satu tantangan yang
dihadapi pemerintah adalah bagaimana memfasilitasi berbagai pihak tersebut
agar tercipta suatu lingkungan yang kondusif untuk terselenggaranya berbagai
inisiatif e-Government secara efektif. bisa menjalankan fungsi sebagaimana
mestinya. Dari sisi bisnis misalnya, tentu dibutuhkan infrastruktur hukum yang
mendukung iklim dan industri yang berhubungan dengan internet. Sehingga
dengan demikian, akan terjadi win-win solution antara pemerintah dan berbagai
pihak.

Kelima, perlu diperhatikan dan dipertimbangkan secara sungguh-sungguh


berbagai isu yang menyangkut keamanan data dan privacy masyarakat yang
menggunakan internet. Keamanan data merupakan salah satu isu paling penting
dalam inisiatif e-Government. Data yang dimaksud dapat berupa data yang
d i m i l i k i o l e h p e m e r i n t a h m a u p u n d a t a y a n g d i m i l i k i a t a u t e r k a i t p r i b a d i- p r i b a d i
atau individu-individu dalam masyarakat. Aspek keamanan menjadi isu menarik
karena informasi yang dimiliki pemerintah perlu dijamin keamanan dan
kerahasiannya agar tidak disalahgunakan oleh mereka yang tidak berhak.
Dengan kata lain, jika data tersebut jatuh ke tangan orang yang tidak
bertanggung jawab, dapat menimbulkan dampak yang serius. Isu lain
menyangkut data adalah jaminan bahwa privacy masyarakat dapat terjaga.
Pemerintah perlu menjamin bahwa data masyarakat yang bersifat pribadi akan
tetap aman dan tidak akan dibeberkan kepada mereka yang tidak selayaknya
mengetahui. Kepercayaan masyarakat dengan pemerintah yang mempromosikan
program e-Governmentnya akan sangat ditentukan oleh hal ini.

Keenam, perlu dipahami bahwa akan lebih mudah untuk memulai inisiatif e-
Government dengan melihat best practice dan/atau melakukan benchmarking
dengan pihak-pihak lain yang sudah menjalankan inisiatif ini. Karena itu, faktor
dokumentasi menjadi sangat penting. Dokumentasi secara internal akan menjadi
semacam catatan perjalanan yang bisa dikaji kemajuan dan perkembangannya.
Dan secara umum, dokumentasi yang baik dapat menjadi referensi berguna bagi
mereka yang akan memiliki inisiatif e-Government serupa dan berniat
menerapkannya; selain untuk mempersiapkan langkah-langkah yang diperlukan
sekaligus menghindari kesalahan yang sama dari penerapan inisiatif yang
sudah ada. Untuk memulai langkah benchmarking, ada baiknya dilihat karakter-
karakter yang mempunyai kemiripan dari sisi budaya, teknologi, ekonomi, dan
juga demografi penduduknya. Diharapkan, kemiripan faktor-faktor tersebut akan
memudahkan proses pengembangan e-Government yang sesuai dengan
wilayahnya dengan sedikit penyesuaian pada beberapa aspek.

PENUTUP

E-Government bukanlah lagi merupakan sebuah teori atau konsep mimpi


belaka, karena keberadaannya telah nyata terlihat di tengah-tengah globalisasi
dunia saat ini. Bukanlah merupakan suatu hal yang berlebihan jika dikatakan
bahwa dengan diterapkannya konsep tersebut oleh pemerintah, beberapa
negara telah berhasil meningkatkan kualitas kehidupan masyarakatnya. Untuk
dapat memulai e-Government, tentu saja tidak bisa menunggu hingga seluruh
masyarakatnya. Dengan perencanaan yang matang, pemerintah setiap negara
seyogyanya telah mulai memikirkan inisiatif pelaksanaan e-Government dari
mulai tahapan yang paling sederhana sekalipun. Karena bagaimanapun,

50
penerapan e-Government akan dapat membantu pemerintah dalam
meningkatkan kinerja pelayanannya kepada masyarakat.

51
PEMBANGUNAN JARINGAN
TENAGA KERJA NASIONAL

52
LATAR BELAKANG

American Workforce Network (AWN) adalah jaringan pekerja nasional Amerika


yang menerima dana dari pemerintah federal di mana tugas utamanya adalah
memberikan/menyediakan informasi kepada perusahaan agar mereka dapat
menemukan pekerja yang cocok; sementara sistem yang sama diharapkan dapat
membantu para calon pekerja dalam mencari dan mengembangkan karir mereka
(ETA, 2001). Termasuk di dalam jaringan kerja AWN adalah organisasi yang
tergabung dalam berbagai badan dan organisasi nasional termasuk LSM yang
mengurusi tenaga kerja. AWN adalah partner utama dari Employment Training
Administration (ETA), semacam Balai Pendidikan dan Pelatihan Pekerja
Departemen Tenaga Kerja Amerika. Departemen Tenaga Kerja Amerika
menginginkan agar AWN dan partner serta jaringan yang dimilikinya bisa
mengembangkan sistem yang lebih komprehensif dengan mengembangkan e-
Government.

ETA sendiri sebenarnya sudah memiliki dasar yang kuat untuk pengembangan
e-Government. Mereka telah berhasil merencanakan dan mengembangkan
website yang cukup canggih untuk kepentingan pekerja, menggantikan banyak
transaksi internal dengan transaksi elektronik, mengembangkan jaringan
intranet, dan yang paling progresif adalah mengembangkan American Career Kit
(ACK). American Career Kit (ACK) adalah semacam “kartu” untuk pekerja yang
berisi semua data-data dan kualifikasi dari pekerja bersangkutan. Saat ini,
American Career Kit menjadi salah satu yang terbesar dan paling signifikan
dalam membantu pekerja untuk mencari pekerjaan. Untuk memudahkan, sistem
yang digunakan baik oleh pencari kerja maupun perusahaan semuanya
berbasiskan website.

Salah satu alasan yang paling penting mengapa Depnaker Amerika


menginginkan agar AWN perlu mengadopsi e-Government lebih didasarkan
pada misinya yang besar dan terus menerus untuk menyediakan layanan publik
dalam mengembangkan kualitas pekerja, dan bukan sekedar semata-mata
karena faktor ketersediaan teknologi. Pihak Departemen Tenaga Kerja Amerika
sendiri berkepentingan dengan ini mengingat sebagai partner, AWN akan lebih
bisa berbuat banyak untuk memajukan dan meningkatkan kualitas pekerja
Amerika melalui fasilitas eGovernment. Sebagai latar belakang, setidaknya ada
empat alasan utama mengapa AWN perlu mengadopsi eGovernment.

Pertama, meningkatnya penggunaan internet di Amerika. Penetrasi internet


dalam kehidupan rumah tangga di Amerika termasuk paling cepat dibandingkan
dengan teknologi lainnya. Menurut Departemen Perdagangan Amerika, hanya
dalam waktu 7 tahun, lebih dari 50% keluarga di Amerika telah terhubung ke
internet. Bandingkan dengan televisi yang butuh waktu penetrasi hingga 13
tahun, dan telepon yang butuh waktu hingga 38 tahun. Penggunaan internet
yang meningkat ini tentu saja telah mengubah cara orang berkomunikasi,
bekerja, dan bersosialiasi dengan orang lain. Dengan perubahan budaya seperti
itu, semestinya pihak pemerintah dan berbagai organisasi yang berhubungan
dengan masyarakat juga mulai mengadopsi internet sebagai salah satu akses
untuk mendapatkan layanan publik.

Kedua, adalah dengan semakin banyaknya inisiatif e-Government yang


diterapkan pada berbagai departemen, perlu ada keselarasan dan sinkronisasi
dari semua pihak. Yang berkepentingan dalam hal ini adalah Departemen
Tenaga Kerja, tetapi karena AWN mempunyai peran yang sangat penting dalam
menyukseskan program kerja departemen, maka penerapan e-Government di
AWN mendapat dukungan penuh dari Departemen Tenaga Kerja.

Ketiga, adalah bagaimana meningkatkan efisiensi pelayanan publik yang


selama ini dilakukan AWN. Seperti diketahui, penggunaan teknologi internet
akan banyak sekali bisa mempercepat pelayanan dan meningkatkan efisiensi.

53
Proses rekrutmen dan pendaftaran pekerja secara online misalnya, akan
memudahkan baik untuk perusahaan maupun pencari kerja. Dan dengan sistem
yang bisa diotomasi, pencari kerja akan dengan cepat bisa mendapatkan
informasi tentang lowongan kerja yang sudah ada, sementara perusahaan juga
dengan cepat bisa mendapatkan pekerja sesuai yang diharapkan.

Keempat, faktor infrastruktur yang sangat dan semakin mendukung. Ada dua
teknologi yang membuat orang semakin mudah mengakses internet:
penggunaan pita lebar (broadband) dan banyaknya peralatan untuk bisa
mengakses internet. Penggunaan internet pertama kali melalui kabel telepon
yang menjadikan pencarian dan pengambilan data menjadi lambat. Sekarang
ini, penggunaan broadband (pita lebar) sudah menjadi layanan umum yang
membuat pengambilan data jauh lebih cepat. Teknologi kedua adalah
penggunaan berbagai peralatan yang memungkinkan orang untuk mengakses
internet dari berbagai peralatan. Jika dulunya orang mengakses internet hanya
melalui PC, sekarang ini munculnya teknologi jaringan tanpa kabel
memungkinkan orang mengakses internet melalui Personal Digital Assistance
(PDA), telepon selular, bahkan beberapa peralatan rumah tangga sekarang
sudah mulai dilengkapi fasilitas akses internet.

Kombinasi dari keempat hal di atas inilah yang menjadikan penerapan e-


Government di AWN menjadi penting. Dari sisi demand, meningkatnya
penggunaan internet dalam berbagai kehidupan mendorong berbagai pihak
menyediakan layanan yang bisa diakses lewat internet, dan dari sisi lain,
penerapan inisiatif e-Government pada berbagai departemen di sektor
pemerintahan membutuhkan keselarasan dari semua pihak untuk menerapkan
pendekatan serupa.

STRATEGI IMPLEMENTASI

Karena inisiatif penerapan e-Government bukan perkara yang mudah


dijalankan, diperlukan strategi implementasi yang terpadu dan terarah. Strategi
ini tidak hanya meliputi penyiapan infrastruktur dan pengembangan sistem di
AWN, tetapi juga menyangkut bagaimana pemanfaatannya secara maksimal.
Ada empat strategi besar dalam penerapan e-Government di AWN.

Strategi pertama, membantu mitra kerja AWN agar mudah mengakses internet.
Ada tiga kondisi pada saat inisiatif e-Government ini dilaksanakan. Pertama,
beragamnya penerapan teknologi informasi diantara partner kerja AWN. Ada
yang sudah sangat maju, tetapi cukup banyak yang masih tertinggal. Kedua,
karena berbasiskan teknologi, perlu dibikin sistem dan prosedur di mana setiap
orang akan mendapatkan sesuatu sesuai kebutuhannya, dan juga keadilan di
antara para pencari kerja. Dan ketiga, perlu adanya sistem untuk mengukur
kesuksesan penerapan e-Government ini. Untuk mengatasi berbagai kendala
tersebut, Departemen Tenaga Kerja dalam hal ini Balai Diklat Pekerja (ETA)
Amerika melakukan beberapa strategi dalam membantu pelaksanaan e-
Government di AWN:

• Mengajak bank untuk memberikan peran yang lebih besar dalam


membantu pendanaan bagi partner AWN;

• Karena terdiri dari banyak negara bagian, dan kemungkinan tiap


negara mempunyai sistem informasi yang berbeda, bekerja sama
dengan pemerintah lokal agar strategi umum dalam pengembangan
sistem informasi AWN sejalan dengan tiap-tiap pemerintah lokal;

• Melakukan kordinasi dengan berbagai organisasi berskala nasional;

54
• Membangun jembatan bagi ide-ide, isu, dan usulan-usulan bagi
pengembangan e-Government;

• Memonitor perkembangan, pelaksanaan dan tingkat kesuksesan e-


Government di AWN;

• Mengkoordinasikan aktititas yang berhubungan dengan pelatihan


ataupun penyebaran informasi mengenai e-Government di antara
partner dan jaringan AWN; dan

• Mengadakan riset dan diskusi di antara partner AWN mengenai:

- Standarisasi penerapan e-Government di antara partner AWN


mulai dari penerapan paling standar

- Penyediaan layanan teknis yang dibutuhkan

Strategi kedua, membantu pengembangan pemerintah lokal menuju proses e-


democracy. Pemerintahan yang baik adalah pemerintah yang membuka dan
memfasilitasi partisipasi publik yang besar terhadap berbagai kebijakan
pemerintah. Asumsi terhadap e-domocracy adalah bagaimana menjamin setiap
masyarakat mempunyai pilihan dan membangun pemerintahan yang berbasiskan
pada kepentingan masyarakat. Begitu juga nilai-nilai yang ingin diterapkan oleh
AWN melalui inisiatif eGovernment. AWN melakukan apa yang disebut sebagai
“push technology” dengan mengirimkan informasi-informasi penting melalui
email, newsletter, memberikan informasi dari berbagai departemen, dan
menyesuaikannya dengan kebutuhan dan kepentingan individu masing-masing
anggota. Adanya informasi yang tersebar luas itu diharapkan membuat
partisipasi publik menjadi lebih meningkat.

Strategi ketiga, bersama-sama membangun standar aplikasi, standar teknologi,


kualitas serta keamanan informasi. Proses ini adalah proses yang paling sulit
karena menyangkut integrasi data dari seluruh partner AWN. Ada empat hal
yang menjadi titik poin utama:

• Penerapan standar sistem dan aplikasi yang digunakan. Penerapan


standar ini penting agar terjadi keseragaman pada sistem dan aplikasi
yang digunakan untuk memudahkan pertukaran dan integrasi data.
Standar juga termasuk isu-isu yang berkaitan dengan pengguna, di
antaranya mengenai kemudahan penggunaan, konsistensi dalam
layout dan desain, serta kesamaan definisi dan prosedur. Secara
teknis, beberapa hal yang perlu distandarkan adalah

- Platform teknologi yang digunakan

- Elemen-elemen yang akan menjadi basis pertukaran data.

- Fungsionalitas dan fitur yang ada di website

- Penyeragaman definisi dan term yang ada

- Aktifitas bersama untuk meyakinkan bahwa setiap orang bisa


mengakses fasilitas publik ini.

• Perencanaan dan pengerjaan dukungan teknis bagi seluruh partner


AWN. Departemen tenaga kerja merencanakan dukungan teknis
kepada seluruh mitra dan jaringan AWN, terutama dalam beberapa
bidang berikut:

55
- Menyiapkan sarana dasar untuk kesiapan teknologi

- Membantu dan mensponsori berbagai penelitian

- Menyediakan konsultasi langsung untuk pemerintah dan para


profesional pada tingkat lokal

- Penyedia dan penerima informasi, ide, isu, contoh kasus, dan


lain-lain

- Menyediakan perangkat untuk pengukuran kesuksesan dan


kemajuan program

• Membangun sistem teknologi informasi yang aman, nyaman, dengan


privacy yang terjaga. Sistem aplikasi yang aman adalah titik krusial
yang harus dibangun untuk menjaga kepercayaan publik terhadap
penggunaan data yang ada. Sehingga hal itu akan menjamin
keterlibatan yang lebih besar dari masyarakat.

• Membangun sistem untuk proses integrasi dan pertukaran data di


antara partner AWN. Sebagai sebuah organisasi nasional, tentu saja
data yang dibutuhkan akan melintasi batas propinsi dan negara.
Karena itu dibutuhkan platform yang jelas agar pertukaran data bisa
berjalan dengan baik. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
masalah keamanan data dan privacy, apalagi menyangkut data-data
publik.

Strategi keempat, Departmen Tenaga Kerja mensponsori investasi dalam proses


e-learning yang membantu pengembangan pekerja profesional. E-learning akan
menjadi semacam universitas virtual yang memberikan pelatihan bagi para
profesional secara online. Banyak hal bisa dilakukan oleh universitas virtual ini,
di antaranya:

• Penyediaan pelatihan yang berkualitas tinggi secara online untuk


seluruh partner AWN dan stafnya;

• Sertifikasi training secara online yang diakui secara nasional;

• Tersedianya materi pengetahuan yang lengkap bagi para profesional


yang bisa diakses oleh seluruh kalangan;

• Pengetahuan yang selalu diupdate dan dikelola dengan baik,


misalnya dikategorikan menurut disiplin ilmu;

• Setiap pemerintah lokal bisa saling tukar menukar modul dan juga
model belajar dan pelatihan;

• Bisa dilakukan belajar jarak jauh yang terstandarisasi;

• dan lain sebagainya.

Strategi kelima, Balai Latihan Kerja Depnaker Amerika (ETA) akan bisa diakses
lewat internet dan operasionalnya berbasis sistem informasi yang bisa diakses
secara online. Hal ini untuk memudahkan proses integrasi dengan mitra kerja
AWN dan seluruh tenaga kerja yang ada. Dengan online sistem, ETA akan bisa
melakukan banyak hal, seperti:

• Penyediaan dan pemrosesan bantuan dana secara online kerjasama


dengan berbagai agensi dan mitra kerja;

56
• Penyediaan laporan keuangan secara online, termasuk dari mitra
kerja;

• Pemberian informasi secara online tentang berbagai kebijakan,


prosedur, dan sistem feedback; dan

• Pelayanan secara online untuk semua layanan publik yang diberikan


ETA.

Kelima strategi inilah yang akan dikembangkan oleh Departemen Tenaga Kerja
Amerika, yang dalam hal ini diwakili oleh Balai Pendidikan dan Pelatihan
mereka (ETA), bekerja sama dengan Jaringan Pekerja Profesional Amerika
(AHN) untuk mengembangkan eGovernment mereka. Layanan ini di satu sisi
akan memudahkan para pekerja untuk memperoleh pekerjaan ataupun
meningkatkan karir, dan di sisi lain membantu tugas pemerintah untuk
mengurangi tenaga kerja dan memberikan lapangan tenaga kerja yang terbuka
untuk meningkatkan kualitas dan taraf hidup masyarakat.

57
PEMBAYARAN PAJAK SECARA
ONLINE DI CALIFORNIA

58
Sebelum melaksanakan inisiatif e-Government secara luas, Dinas Perpajakan
California, Franchise Tax Board (FTB) sebenarnya sudah meletakkan beberapa
dasar penting dengan mengaplikasikan beberapa proses pembayaran pajak
melalui proses elektronik. Tahun 1993, FTB membangun Elecronic Fund
Transfer, yang bisa digunakan oleh pembayar pajak melalui transfer rekening,
membangun website (1996), dan yang paling maju adalah membangun “e-pay”,
sistem di mana FTB bisa melakukan debit atas rekening pembayar pajak pada
tahun 1999. Namun demikian, seiring dengan berbagai perkembangan,
d i r a s a k a n p e r l u n y a i n i s i a t i f e - G o v e r n m e n t s e b a g a i u s a h a u n tu k m e m b e r i k a n
pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. E-government berarti
menggunakan teknologi, kemampuan, dan jaringan yang dimiliki secara
maksimal. Inisiatif ini setidaknya didorong oleh tiga hal (Connel, 2000):

• Pertama adalah ekspektasi yang semakin besar dari customer Dinas


Perpajakan untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik. Customer
ini bisa terdiri dari pembayar pajak individual, organisasi, konsultan
perpajakan, dan lain-lain. Ditambah dengan semakin intensif
penggunaan internet di kalangan masyarakat, mereka semakin
mengharapkan bisa mendapatkan pelayanan pajak yang mudah di
depan komputer mereka.

• Kedua adalah semakin meluasnya inisiatif e-Government secara


nasional di California di berbagai departemen pemerintahan.
Penerapan egovernment secara lokal untuk mengantisipasi
diberlakukannnya e-Government secara nasional.

• Ketiga adalah kompetisi global yang semakin kuat. Kehadiran


teknologi internet menjadikan lahan persaingan tidak hanya antar
negara bagian di Amerika Serikat, tetapi sudah mencakup persaingan
global. Penerapan e-Government diharapkan memperkuat daya saing
California secara umum dalam kancah global.

PENETAPAN TUJUAN DAN TARGET

Untuk memudahkan dalam proses pelaksanaan, Dinas Perpajakan California


(FTB) menetapkan tujuan dan target yang harus dipenuhi dalam hubungannya
dengan pelaksanaan e-Government. Ada dua tujuan besar yang dijabarkan
dalam beberapa target secara lebih detil.

Tujuan pertama, menyediakan layanan online untuk customer (pembayar pajak


individu, perusahaan) dan konsultan perpajakan. Untuk mencapai tujuan
tersebut, beberapa target telah ditetapkan:

• Menyediakan formulir aplikasi secara online. Formulir ini bisa diisi oleh
customer secara online dan diproses juga secara online. Beberapa
formulir pajak sebelumnya sudah bisa di-download, tetapi untuk e-
G o v e r n m e n t , s e m u a f o r m u l i r p a j a k b i s a d i i s i d a n d i- d o w n l o a d u n t u k
diproses secara online.

• Memberikan pengalaman menarik dalam pemrosesan pajak secara


online. Tidak mudah untuk menyajikan kenyamanan dan kemudahan
kepada pembayar pajak secara online. Namun demikian, portal pajak
dibangun dengan kemudahan konsumen dalam penggunaan, dan
berdasar pada kepentingan dan manfaat yang akan mereka peroleh.

59
• Menyediakan akses informasi dan komunikasi secara online sehingga
memudahkan pembayar pajak untuk berkonsultasi dan bertanya jika
diperlukan.

• Penyediaan proses transaksi pembayaran pajak secara online.


Dengan demikian, pembayar pajak bisa melakukan transaksi di depan
komputer mereka di manapun dan kapanpun mereka berada.

• Mengirimkan informasi kepada pembayar pajak secara online melalui


email dan newsletter yang dikirimsecara rutin.

Inisiatif sudah mulai dijalankan dalam upaya mencapai target di atas, di


antaranya adalah:

• Membangun konsep email yang aman, dengan otorisasi tandatangan


digital kepada dan untuk pembayar pajak

• Membuat aplikasi yang memungkinkan semua formulir pajak bisa


diakses lewat website

• Melayani permintaan secara online untuk berlangganan pembayaran


pajak secara otomatis

• Pemberian PIN (Personal Identification Number) sebagai password


untuk otentifikasi pembayaran online. PIN ini telah diberikan kepada
sekitar 4-5 juta pembayar pajak. Setiap permohonan PIN akan
dilakukan verifikasi terlebih dahulu.

Tujuan kedua, bagaimana menggunakan teknologi yang sesuai untuk


mengubah cara berbisnis secara internal, dan dengan supplier. Secara detil,
tujuan tersebut dibagi menjadi beberapa target pelaksanaan:

• Menyediakan berbagai formulir internal, panduan, dan publikasi


secara online. Staf Dinas Pajak bisa melihat berbagai informasi dan
panduan secara online sehingga meningkatkan kualitas dan
kemampuan kerja mereka.

• Penyediaan intranet yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-


masing pekerja. Personalisasi dilakukan sesuai dengan minat dan
keahlian yang dimiliki.

• Pelaksanaan proses administrasi secara internal dilakukan online,


termasuk dengan supplier.

• Sistem aplikasi yang memungkinkan informasi, saran, dan umpan


balik dari pembayar pajak diterima langsung oleh staf yang
bersangkutan sesuai bidangnya. Hal ini untuk mempercepat waktu
respons yang diberikan dalam rangka pelayanan kepada konsumen.

Beberapa inisiatif yang sudah dijalankan untuk mencapai target-target tersebut


adalah:

• Menyediakan akses intranet untuk seluruh formulir, panduan dan


informasi internal. Semua staf mempunyai akses informasi yang sama
dan memadai.

• Membangun sistem aplikasi di mana proses kerja internal bisa


dilakukan secara elektronis. Dengan proses kerja yang bisa dilakukan
secara elektronis, akan mempercepat proses kerja dan meningkatkan
kualitas pelayanan.

60
• Partisipasi dalam pengembangan sistem di California secara
keseluruhan. Karena inisiatif e-Government akan terkait dengan
berbagai departemen dan biro pemerintahan yang lain, penyamaan
platform, standar dan teknologi mutlak diperlukan.

• Membangun database kepegawaian yang bisa diintegrasikan ke dalam


sistem kepegawaian secara nasional.

• Mengembangkan sistem pelatihan, perijinan, dan pendanaan secara


online.

STRATEGI MENUJU KESUKSESAN IMPLEMENTASI

Karena penerapan egovernment membutuhkan dukungan dari berbagai pihak,


pelaksanaannya memerlukan strategi yang terkelola dengan baik. Secara
internal, e-Government perlu didukung oleh infrastruktur dan sumber daya yang
kuat, dan secara eksternal, perlu partisipasi dari masyarakat secara penuh.
Beberapa strategi yang diterapkan Dinas Perpajakan California (FTB) dalam
melaksanakan e-Government adalah sebagai berikut:

Pertama, membangun kepercayaan publik yang dilakukan dengan beberapa


hal:

• Privacy dari pembayar pajak dijaga secara ketat. Penggunaan


informasi yang berhubungan dengan mereka diatur dalam aturan yang
pasti. Penyalahgunaan terhadap privacy akan mendapatkan hukuman
yang berat.

• Aspek kedua yang erat hubungannya adalah masalah keamanan data.


Tidak bisa dipungkiri, keamanan data menjadi isu yang paling sensitif
dalam hal ini. Dalam hal keamanan data, dibuat berbagai aplikasi
berlapis agar tidak terjadi kebocoran.

• Prinsip otentifikasi dengan memberikan password dan Personal


Identification Number (PIN) sebagai alat transaksi.

Kedua, memperluas kerjasama dengan berbagai pihak, di antaranya:

• Kerjasama dengan pihak-pihak swasta, terutama yang berhubungan


dengan teknologi informasi.

• Kerjasama dengan berbagai departemen dan organisasi pemerintah


untuk menjamin bahwa standar yang mereka bangun bisa saling
terintegrasi antara satu dengan yang lain.

• Kerjasama pembangunan sistem informasi secara nasional. Hal ini


terkait dengan program e-Government secara nasional.

Ketiga, penerapan e-Government harus terpusat pada kepentingan pelanggan.


Pelanggan dalam hal ini adalah pembayar pajak – baik individu maupun
organisasi- dan berbagai organisasi yang bergerak dalam bidang konsultasi
perpajakan. Dua hal yang dilakukan adalah:

• Pemberian layanan pelanggan yang disesuaikan dengan manfaat dan


dalam upaya memberikan kemudahan bagi pelanggan.

61
• Karena struktur di masyarakat masih terdapat kalangan yang belum
mempunyai akses terhadap internet, bersama-sama dengan berbagai
organisasi pemerintah dan swasta melakukan berbagai usaha untuk
mengatasi kesenjangan digital. Usaha-usaha itu terutama dalam
bidang pendidikan dan pembangunan infrastruktur. Karena
bagaimanapun, tanpa akses internet yang memadai, akan sulit
mengharapkan e-Government bisa dinikmati oleh seluruh kalangan.

Keempat, membangun kapasistas organisasi agar bisa menyesuaikan dengan


perkembangan. Ada dua point penting dalam hal ini.

• Penyediaan infrastruktur yang memadai, dalam hal ini infrastruktur


telekomunikasi, hukum, dan juga sistem aplikasi. Adanya infrastruktur
yang kuat akan menjadi dasar untuk memudahkan proses
implementasi lebih lanjut.

• Peningkatan kualitas sumber daya staf dengan mengadakan berbagai


pelatihan dan peningkatan kemampuan mereka. Staf yang terlatih
sama pentingnya dengan sistem aplikasi itu sendiri. Pelayanan yang
berkualitas akan datang dari sistem aplikasi yang baik yang ditunjang
oleh staf yang terlatih.

ARSITEKTUR SISTEM INFORMASI YANG DIGUNAKAN

Dalam pembangunan sistem informasi untuk e-Government, beberapa hal perlu


diperhatikan:

• Masalah platform yang bisa dioperasikan pada berbagai aplikasi.


Standar umum semua aplikasi akan berbasiskan web, dan semua
aplikasi dari seluruh departemen dan bagian akan dijalankan di sana.
Karena itu perlu dipastikan bahwa semua aplikasi ini bisa dijalankan
dan terkait antara satu dengan yang lain.

• Keamanan data menggunakan firewall pada berbagai aplikasi dan


juga enkripsi SSL (secure socket layer) 128 bit yang saat ini sudah
terbukti cukup baik untuk menjaga keamanan data.

• Standar aplikasi perlu ditetapkan pada level nasional agar interaksi


dan pertukaran data bisa berjalan dengan baik.

• Penggunaan sistem pembayaran online yang beragam, bisa melalui


kartu kredit, ataupun transfer bank, bisa juga melalui debit otomatis.

• Kebutuhan teknologi yang diperlukan. Ada beberapa level di dalam


perencanaan proyek e-Government yang membutuhkan teknologi yang
berbeda-beda pada setiap levelnya:

- Level 1: kemampuan untuk publikasi secara online. Lebih banyak


hanya sekedar memberikan informasi.

- Level 2: adanya interaksi dari pelanggan, dengan menambahkan


berbagai fasilitas yang memungkinkan pelanggan menghubungi dan
berkomunikasi secara online.

- Level 3: fasilitas transaksi dari pelanggan di mana mereka sudah bisa


melakukan berbagai proses transaksi pembayaran secara online.

62
- Level 4: integrasi penuh secara online, dengan melibatkan seluruh
proses kerja internal dan penyediaan seluruh layanan secara online.

• Terakhir adalah karena e-Government akan dilaksanakan secara


nasional, perlu melakukan kordinasi dengan berbagai departemen dan
biro pemerintahan lain agar aplikasinya bisa terhubung dan
terintegrasi secara baik.

63
KIAT PEMERINTAH COLORADO
BELAJAR DARI SEKTOR SWASTA

64
Salah satu perbedaan penting antara pemerintah dengan perusahaan swasta
adalah masalah pelayanan kepada masyarakat sebagai customernya. Pada
banyak pemerintahan, belum terdapat budaya pelayanan yang memadai
sebagaimana perusahaan profesional memberikan pelayanan terhadap
pelanggannya. Karena itu, secara jelas pemerintah Colorado mempunyai misi
untuk “menyediakan informasi dan layanan yang berpusat kepada masyarakat
sebagaimana perusahaan melayani customernya”. Dengan misi meningkatkan
kualitas layanan inilah, inisiatif e-Government dicetuskan di sana.

Karena banyak definisi tentang e-Government, pemerintah Colorado kemudian


memberikan beberapa batasan definisi, yaitu dengan e-Government pemerintah
menyediakan (GOIT, 2001):

• Akses masyarakat secara cepat terhadap pelayanan pemerintah;

• Akses layanan yang fleksibel selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu


dari manapun seseorang berada;

• Alternatif akses melalui berbagai teknologi baru kepada pemerintah


tanpa menghilangkan akses tradisional yang selama ini dijalankan;
dan

• Sedapat mungkin menggantikan proses manual dengan proses


otomatis untuk menjamin efisiensi dan efektifitas proses layanan.

E - G o v e r n m e n t d i C o l o r a d o k e m u d i a n d i t e r j e m a h k a n d a l a m ta r g e t - t a r g e t b e s a r
sebagai berikut:

• Meningkatkan akses dan efisiensi dalam memberikan informasi


kepada masyarakat dimana website akan menjadi sarana utama,
tetapi untuk masyarakat yang tidak punya akses internet, perlu ada
mekanisme lain dalam memberikan informasi (telepon, pusat
informasi layanan pemerintah);

• Perhatian terhadap keamanan informasi dan privacy seseorang dalam


hubungannya dengan e-Government;

• Pengelolaan ala perusahaan profesional dalam berbagai sektor


dengan membangun model bisnis yang kuat dalam pengembangan e-
Government;

• Menggunakan teknologi untuk mengurangi biaya dan meningkatkan


kualitas dalam pemberian informasi dan pelayanan publik;

• Transformasi pegawai negeri di Colorado melalui usaha-usaha


pelatihan yang intensif, dan memastikan bahwa mereka mendapatkan
informasi yang memadai untuk proses pengambilan keputusan;

• Memastikan tersedianya sumber biaya dan penerimaan yang


mencukupi untuk pelaksanaan e-Government secara keseluruhan; dan

• Membangun kepemimpinan dan visi tentang e-Government yang kuat


dan komprehensif. Visi itu kemudian diterjemahkan ke dalam
perencanaan strategis dan perencanaan pelaksanaannya di lapangan
melalui kerjasama dengan berbagai sektor baik antar departemen
pemerintah maupun dengan pihak-pihak swasta.

65
VISI E-GOVERNMENT COLORADO

Untuk memberikan arah yang tepat, pemerintah Colorado mempunyai beberapa


visi dan strategi pengembangan e-Government ke depan.

Pertama: Akses terhadap Layanan dan Informasi

Akses utama terhadap informasi dan layanan pemerintah Colorado akan


disediakan oleh dua portal. Untuk masyarakat umum disediakan portal internet
pemerintah, dan untuk pegawai serta staf pemerintahan disediakan portal
intranet. Masyarakat umum hanya bisa melihat portal internet karena untuk
akses terhadap berbagai informasi di portal intranet membutuhkan password
dan dijaga keamanan datanya secara ketat. Sistem aplikasi yang diterapkan
juga terdiri dari dua bagian besar. Informasi dan layanan umum pemerintahan
akan terdapat di portal utama, sedangkan layanan yang menyangkut tiap-tiap
departemen akan terdapat pada setiap departemen. Walaupun demikian, semua
layanan tersebut akan diletakkan pada portal utama sehingga masyarakat
hanya perlu mengakses portal utama. Di portal utama itu akan terdapat direktori
layanan di mana masyarakat bisa memilih layanan mana yang ingin ia
dapatkan.

Sumber: GOIT, 2001

Untuk kalangan yang tidak mempunyai akses internet, pemerintah menyediakan


akses layanan melalui telepon, surat dan melalui fasilitas internet umum yang
disebut sebagai Government Service Terminals yang disediakan di berbagai
tempat dan fasilitas publik, serta pusat informasi layanan pemerintah Colorado
(Government Service Centre). Pusat Informasi Layanan ini memberikan
pelayanan berupa:

66
Sumber: GOIT, 2001

• Bantuan untuk masyarakat dalam memakai internet dan portal


pemerintah;

• Bantuan melalui telepon untuk pengakses melalui fasilitas internet


umum yang disediakan pemerintah;

• Bantuan untuk pengakses melalui Personal Computer (PC) di rumah


ataupun di kantor; dan

• Layanan melalui telepon bagi yang tidak punya akses internet.

Dengan demikian, walaupun beberapa kalangan masyarakat tidak punya akses


internet, mereka tetap bisa mendapatkan layanan pemerintah melalui fasilitas
lain yang disediakan.

Sumber: GOIT, 2001

67
Kedua: Kebijakan dan Privacy Individu

Karena pentingnya masalah keamanan data dan privacy individu, pemerintah


Colorado mengeluarkan aturan tentang keamanan data dan penggunaan
informasi yang didapatkan dari berbagai sistem informasi dalam program e-
Government. Pemerintah menjamin bahwa informasi yang ada akan
dipergunakan sebagaimana mestinya dan memberikan hukuman yang berat bagi
pihak-pihak yang menyalahgunakan informasi tersebut. Kebijakan semacam ini
penting untuk menjamin kepercayaan masyarakat agar mereka mau
berpartisipasi dalam pengembangan e-Government ini.

Ketiga: Penggunaan Teknologi

Penggunaan teknologi dalam pengembangan e-Government harus secara


konsisten diarahkan untuk memberikan manfaat bersama baik bagi pemerintah
dan pihak terkait sebagai penyedia layanan, maupun kepada masyarakat
sebagai pengguna. Penggunaan teknologi harus mampu memberikan efisiensi
dalam pemberian pelayanan, mempercepat waktu pelayanan, dan mengurangi
berbagai biaya yang diperlukan. Dan di mana memungkinkan, teknologi harus
mampu menggantikan berbagai proses manual untuk meningkatkan
produktifitas. Selain itu, penggunaan teknologi harus memudahkan masyarakat
dalam mendapatkan layanan pemerintah.

Keempat: Pengembangan Staf Pemerintah menjadi Pekerja Profesional

Seiring dengan penerapan e-Government, pegawai negeri dan staf


pemerintahan secara perlahan perlu mendapatkan pelatihan yang memadai
untuk menjadi pekerja profesional. Jika keadaan sekarang ini lebih banyak
pekerjaan yang sifatnya administratif, ke depan setiap pekerja harus mampu
memahami berbagai proses yang berhubungan dengan layanan pemerintahan.
Karena itu mereka perlu mendapatkan akses dan informasi yang luas terhadap
berbagai proses sehingga memudahkan bagi mereka untuk proses pengambilan
keputusan.

Kelima: Masalah Biaya dan Sumber Penerimaan

Pelaksanaan e-Government tentu saja membutuhkan biaya yang sangat besar.


Pemerintah pada awalnya memang perlu menginvestasikan biaya yang cukup
besar untuk membangun berbagai infratruktur dan sistem aplikasi. Namun
demikian di masa depan, e-Government akan mengurangi biaya-biaya yang
tidak perlu sehingga secara keseluruhan akan menguntungkan baik untuk
pemerintah maupun masyarakat secara umum. Biaya-biaya yang bisa dihemat
antara lain: adalah biaya waktu pengurusan layanan, biaya tempat, biaya
perjalanan, biaya pegawai yang bisa dihemat, dan berbagai biaya lain.

68
Keenam: Kepemimpinan dan Kerjasama

Pelaksanaan e-Government membutuhkan tidak hanya komitmen dari pimpinan


pusat, dalam hal ini Gubernur Colorado, tetapi juga integrasi dari berbagai
sistem dan aplikasi antar departemen. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah
Colorado membentuk Chief Information Officer (CIO) di tingkat Gubernur yang
akan menjadi kordinator bagi pelaksanaan dan pembangunan sistem informasi
pada tingkat departemen.

Sumber: GOIT, 2001

CIO inilah yang akan memberikan perencanaan strategis, meletakkan dasar-


dasar pengembangan e-Government dan menjamin bahwa sistem informasi yang
dibangun pada setiap departemen bisa dijalankan secara bersama. Kerjasama
semacam ini dibutuhkan karena informasi pada e-Government akan berada
pada level pertukaran data antar berbagai departemen.

Ketujuh: Bertindak Selayaknya Perusahaan Profesional

Untuk membangun pemerintahan Colorado menjadi pemerintahan yang kuat dan


efisien, perlu mengubah paradigma pemerintahan model sekarang menjadi
paradigma bisnis proses perusahaan profesional. Model bisnis profesional
dibangun berdasarkan kemampuan perusahaan untuk membangun sistem
informasi yang kuat yang bisa dilihat secara real time sehingga memudahkan
bagi manajemen untuk proses pengambilan keputusan. Masalah yang paling
sulit adalah integrasi data. Data-data yang terkumpul saat ini adalah data-data
individual tiap departemen, yang terkadang terjadi duplikasi data. Tentu saja,
proses semacam ini akan menyulitkan dan menambah waktu proses kepada
masyarakat yang ingin mendapatkan layanan yang cepat. Dengan adanya
sistem yang terpadu, data-data akan terintegrasi menjadi data sentral, di mana
masyarakat hanya perlu memberikan satu kali data untuk berbagai proses
pelayanan. Di samping itu, integrasi data juga akan memudahkan pengambilan
keputusan karena informasi cukup tersedia.

69
PERENCANAAN DAN
PENGEMBANGAN E-CITY DI
TORONTO

70
KONSEP E-CITY

eCity adalah konsep tentang bagaimana penataan pemerintahan dan layanan


masyarakat di masa depan berdasarkan manajemen sistem informasi terpadu
pada semua departemen dan pemerintahan kota. eCity memanfaatkan semua
kemajuan teknologi yang ada untuk bisa mengakses semua layanan pemerintah,
dan masyarakat mendapatkan kesempatan yang sama dalam memperoleh
layanan di manapun ia berada, 24 jam sehari tanpa dibatasi waktu kerja.Untuk
mencapai ke arah Toronto sebagai eCity, ada tiga pilar utama yang harus
dibangun terlebih dahulu sebagai dasar untuk kerangka bangunan yang lebih
besar. Tiga pilar itu adalah manajemen informasi, teknologi yang memadai, dan
sumber daya manusia yang berkualitas.

Sumber: Toronto Government, 2001

Manajemen informasi menyangkut bagaimana data dan informasi diatur sesuai


dengan visi bisnis dan tujuan pelayanan pemerintahan. Di sini, arah dan
strategi pengembangan sistem informasi dibangun dengan perencanaan
pelaksanaan yang matang. Manajemen informasi ini dibutuhkan agar teknologi
yang diinvestasikan bisa menghasilkan manfaat sesuai harapan.

Pilar kedua adalah adanya teknologi yang memadai yang mendukung kerangka
dasar pengembangan sistem informasi di pemerintahan. Aspek teknologi
mencakup aplikasi yang akan digunakan, keamanan, dan juga jaringan
infrastruktur yang mendukung berjalannya sistem informasi.

Pilar ketiga adalah sumber daya manusia yang berkualitas untuk menjamin
berjalannya proses bisnis secara baik. Sumber daya manusia menyangkut staf
dan pegawai pemerintah sebagai pihak yang memberikan layanan dan juga dari
sisi masyarakat sebagai pengguna. Karena bagaimanapun, kualitas layanan
yang baik juga perlu ditunjang dengan partisipasi menyeluruh dari masyarakat.

Agar bisa berjalan dengan baik, beberapa prinsip dasar eCity perlu diperhatikan
dalam implementasinya, di antaranya adalah:

• Pertama, eCity harus mampu menjamin akses universal dari semua


orang untuk mendapatkan layanan pemerintah. Masyarakat bisa
mendapatkan layanan kapan saja dengan berbagai kanal akses yang
dimilikinya.

• Kedua, investasi dalam inisiatif dan implementasi eCity harus bisa


dipertanggung-jawabkan. Investasi harus direncanakan dengan
melibatkan semua pihak yang terkait dalam pemerintahan dan dewan
kota untuk menjamin pelaksanaan pengembangan eCity berjalan
sesuai rencana. Investasi harus menghasilkan benefit yang bisa
diterima oleh seluruh masyarakat.

71
• Ketiga, eCity memungkinkan masyarakat mendapatkan layanan dari
berbagai departemen dan badan pemerintahan secara mudah.
Kuncinya adalah bagaimana mengembangkan teknologi dan berbagai
aplikasi yang bisa saling berhubungan antara satu badan
pemerintahan dengan yang lain.

• Keempat, keamanan dan privacy adalah unsur utama. Keamanan


menyangkut akses dan pengamanan terhadap berbagai data dan
informasi yang dikumpulkan, baik data pemerintah maupun data
masyarakat. Sedangkan privacy menyangkut manejemen penggunaan
informasi pribadi. Keamanan dan privacy akan menjadi isu utama
yang harus diselesaikan oleh pemerintah dalam kerangka
pengembangan eCity.

TUJUAN STRATEGIS

Pengembangan Toronto menjadi eCity mempunyai berbagai tujuan strategis


yang harus dicapai, yaitu:

• Membantu memudahkan penduduk dalam mendapatkan layanan


pemerintahan.

• Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan. Adanya eCity


memungkinkan pemerintah mendapatkan informasi yang diperlukan
sehingga keputusan yang dihasilkan lebih berkualitas.

• Menyediakan saluran akses baru yang bisa dilakukan dalam 24 jam


dan 7 hari seminggu, dan juga akses satu atap untuk semua layanan
pemerintahan melalui berbagai peralatan telekomunikasi dan
komputer, termasuk terminal akses umum yang ditempatkan di
berbagai tempat.

• Menjamin kelangsungan dan peningkatan bisnis yang berdasarkan


pada penggunaan teknologi informasi secara intens.

• Membantu staf pada setiap departemen pemerintah dengan


pengembangan kemampuan dalam bidang komputer dan teknologi
informasi.

KOMPONEN E-CITY

Ada tiga komponen utama dalam aplikasi eCity, masing-masing adalah:


eGovernment, eService, dan eBusiness.

eGovernment

eGovernment melingkupi proses pelaksanaan pemerintahan, dan partisipasi


masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. eGovernment bertujuan
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemerintah serta mengembangkan
demokrasi dan partisipasi publik yang lebih besar. Beberapa target
implementasi eGovernment di Toronto adalah:

• Peluncuran forum diskusi online untuk staf senior dan politisi


sehingga memudahkan interaksi dan komunikasi di antara mereka.

72
• Laporan dari rapat dewan kota bisa diakses oleh masyarakat secara
langsung.

• Survey dan polling online dari dewan kota bisa dilaksanakan mulai
tahun 2003

• Laporan dalam bentuk video ataupun video streaming dari hasil rapat
dewan kota.

• Mengembangkan sistem informasi pengambilan keputusan yang lebih


akurat.

eService

eGovernment eBusiness

Sumber: Toronto Government, 2001

eService

• Aplikasi eService mengarah pada bagaimana meningkatkan kualitas


layanan publik yang selama ini diberikan oleh Pemerintah. Beberapa
sasaran yang menjadi prioritas adalah:

• Mengembangkan call centre untuk bisa menangkap profil kebutuhan


masyarakat secara lebih komprehensif.

• Menjadikan layanan pemerintahan bisa diakses secara online.

• Melaksanakan survey kualitas layanan secara berkala untuk


kepentingan review dan peningkatan kepuasan masyarakat.

• Bekerja sama dengan Departemen Pariwisata dan Perpustakaan


Umum menyediakan akses publik terhadap layanan online yang lebih
luas melalui Perpustakaan.

• Mengadakan survey kepuasan internal dari pegawai, karena


bagaimanapun merekalah yang akan memberikan layanan. Sulit
diharapkan mereka akan memberikan yang terbaik jika mereka masih
merasa belum puas dengan kondisi internal pemerintahan di mana
mereka berada sekarang.

• Meningkatkan service level untuk jaringan komputer untuk menjamin


semua proses transaksi berjalan baik.

• Membangun jaringan intranet untuk bisnis karena merekalah mitra


penting pemerintah untuk pengembangan di masa mendatang.

73
• Memberlakukan formulir elektronik dan manajemen dokumen digital
menuju pelaksanaan proses kerja yang meminimalisir kertas.

• Mengembangkan kios elektronik dan berbagai akses publik melalui


pendirian terminal akses di berbagai tempat umum.

eBusiness

• eBusiness adalah aplikasi yang bersifat Government to Business


(G2B) di mana pemerintah berhubungan dengan berbagai kalangan
bisnis untuk saling bekerjasama. Beberapa traget dari eBusiness
adalah:

• Mengembangkan eProcurement dan online tender sehingga


pengadaan barang pemerintah akan lebih efisien dan transparan.

• Membangun bank data untuk layanan sosial

• eBilling untuk berbagai layanan pemerintah, sehingga memungkinkan


perusahaan melakukan transaksi secara online.

• Pengembangan sumber daya manusia dan organisasi untuk menjamin


pelaksanaan eCity berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Tiga komponen di atas perlu berdiri di atas bangunan infrastruktur yang kokoh,
yaitu infrastruktur hukum dan infrastruktur jaringan telekomunikasi. Infrastruktur
hukum yang kuat menjadi dasar dan arah pengembangan eCity sementara
infrastruktur jaringan telekomunikasi yang baik menjamin proses pertukaran
data dan informasi berjalan dengan lancar.

Pada akhirnya, konsep eCity memberikan landasan yang kuat bagi pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara di Toronto. eCity akan memudahkan masyarakat, kalangan bisnis,
dan berbagai organisasi melakukan komunikasi dan mendapatkan layanan yang
dibutuhkan. Di sisi lain, eCity juga akan meningkatkan kualitas pengambilan
keputusan pemerintah yang pada akhirnya memberikan kesejahteraan lebih
besar kepada masyarakat.

74
kerangka implementasi
electronic government di
machester

75
Stockport adalah salah satu kota metropolitan di wilayah Inggris. Seperti
diketahui, e-Government di Inggris merupakan salah satu yang paling maju.
Dewan kota Stockport mempunyai visi untuk menjadikan Stockport sebagai kota
paling bersih, paling hijau, paling aman, dan paling kuat. Untuk membangun ke
arah sana, tentu saja membutuhkan jalan panjang. Dewan kota memulai dengan
upaya memberikan layanan yang terbaik buat masyarakat secara umum, dan
egovernment adalah salah satu agenda besar yang ingin diimplementasikan. E-
Government bukan hanya sekedar menerapkan teknologi informasi dan
komunikasi ke dalam layanan pemerintah, tetapi lebih jauh harus mampu
membangun kultur dan cara baru dalam pelayanan kepada masyarakat

Ada lima hal yang menjadi tujuan mereka menerapkan e-Government, yaitu
(Horton, 2000):

1. Menyediakan layanan yang terintegrasi kepada setiap warga negara.

2. Memperlancar proses bisnis dan mendayagunakan sumber daya


sebaik-baiknya.

3. Menyediakan semua layanan secara elektronik.

4. Memberikan keterampilan dan alat yang memadai bagi staf dan


pegawai untuk bekerja secara efisien.

5. Membantu komunitas dalam menggunakan teknologi baru.

E-GOVERNMENT DAN MANAJEMEN PERUBAHAN

Dalam pelaksanaan e-Government, strategi implementasinya di lapangan tidak


hanya terkait dengan penerapan teknologi informasi dan pengembangan sistem,
bahkan lebih banyak waktu akan dihabiskan untuk adaptasi kultur dan
manajemen perubahan. Dalam berbagai penelitian, lebih dari 60% implementasi
egovernment dihabiskan untuk manajemen perubahan, sisanya baru
implementasi sistem dan teknologi informasi. Setidaknya ada tiga hal terkait
dalam proses implementasi e-Government. Ketiga hal itu adalah strategi e-
Government itu sendiri, pengembangan sumber daya manusia, dan manajemen
infrastruktur serta asset negara. Ketiganya mempunyai sinergi antara satu
dengan yang lain, dan diikat oleh sesuatu yang sama, yaitu manajemen
perubahan.

Implementasi e-Government tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya


manajemen perubahan pada strategi sumber daya pegawai dan aset negara
l a i n n y a . S e c a r a k u l t u r m i s a l n y a , e - G o v e r n m e n t m e n u n t u t j a m k e r ja p e l a y a n a n
masyarakat tidak lagi dari jam 08.00 – 15.00 setiap hari. Tetapi karena bisa
mendapatkan pelayanan selama 24 jam penuh secara online, tentu saja perlu
ada mekanisme dan prosedur baru dalam pelayanan. Inti semuanya tentu saja
adalah pelayanan masyarakat yang lebih baik. Dan perlu diingat juga, bahwa
semua itu harus didukung oleh pengembangan komunitas masyarakat menuju
kultur baru pemanfaatan teknologi informasi dalam cara mereka berhubungan
dengan pemerintah. Dengan adanya partisipasi penuh dari masyarakat inilah
diharapkan egovernment bisa memberikan nilai tambah yang kuat untuk
pelayanan lebih baik kepada mereka.

76
Sumber: Horton, 2000

Untuk mencapai itu semua, manajemen perubahan membutuhkan beberapa


langkah strategis yang perlu ditempuh untuk menopang implementasi
egovernment.

• Pertama adalah Business Process Reengineering. Business Process


Reengineering mengisyaratkan untuk mereview secara total proses
kerja yang sekarang ini berjalan. E-government tidak boleh hanya
sekedar membuat alternatif akses untuk pelayanan pemerintah,
karena itu berarti malah menambah biaya. Lebih dari itu, egovernment
adalah proses kerja baru di mana layanan pemerintah terintegrasi
dalam sistem yang lebih baik. Perubahan karena itu tidak hanya
sekedar penampilan di sisi akses masyarakat, tetapi juga pada proses
kerja secara keseluruhan yang perlu direview secara reguler.

• Staf dan pegawai memerlukan cara kerja baru, di mana


memungkinkan terbentuknya “kantor virtual” di antara mereka. Kantor
virtual adalah kondisi di mana setiap staf bisa mengerjakan segala
sesuatunya dari manapun ia berada tanpa perlu berkantor setiap hari.
Pemimpin dituntut untuk mengubah pendekatan kepemimpinannya
dengan menjadikan performa dan hasil kerja sebagai dasar penilaian
seseorang, dan bukan lagi pada kehadiran. Tentu saja hal ini
membutuhkan manajemen perubahan yang terencana dengan baik.

• Fasilitas yang memungkinkan staf dan pegawai bekerja dari rumah


dan kerja jarak jauh. Melalui penggunaan fasilitas teknologi dan
internet, seorang staf bisa mengerjakan hampir seluruh proses
pelayanan masyarakat tanpa perlu datang ke kantor.

• Untuk mencapai semua itu, tentu saja dibutuhkan ketrampilan dan


pengetahuan yang memadai bagi semua pegawai. Pendidikan dan
pelatihan adalah cara terbaik bagaimana menyiapkan pegawai untuk
bisa bekerja ketika saatnya egovernment diimplementasikan.

77
STRATEGI IMPLEMENTASI

Dalam perencanaan implementasi di lapangan, dewan kota Stockport membagi


perencanaan secara lebih detil dalam empat bagian besar yaitu: infrastruktur,
program jangka pendek dan menengah, program jangka panjang, dan program-
program yang menghasilkan efisiensi bagi pemerintah. Penjabaran secara detil
adalah seperti penjelasan di bawah.

Pertama, pembangunan infrastruktur. Infrastruktur yang baik akan landasan


bagi pelaksanaan tahap lebih lanjut:

• Pengembangan layanan pita lebar (broadband) untuk akses


komunikasi dan pertukaran data. Menggunakan jalur telepon biasa
(PSTN) untuk komunikasi data akan menyulitkan dan memperlambat
akses. Dengan pembangunan broadband di berbagai wilayah,
diharapkan masyarakat mendapatkan banyak kemudahan dalam
kecepatan proses pelayanan.

• Otomatisasi di berbagai proses kerja di kantor. Kerja-kerja


administratif secara perlahan diubah menjadi kerja secara elektronis
menuju era “paperless work”.

• Membangun portal sebagai sarana akses masyarakat terhadap


berbagai layanan pemerintah. Portal akan menjadi pintu masuk awal
bagi masyarakat untuk mengakses semua layanan yang tersedia.

K e d u a , p r o g r a m j a n g k a p e n d e k d a n m e n e n g a h , y a n g s e c a r a d e t il d i j a b a r k a n
sebagai berikut:

• Pembangunan internet akses untuk publik dan intranet untuk akses


staf dan pegawai. Intranet merupakan sarana komunikasi,
administrasi, dan prosedur kerja internal pemerintah. Dengan
demikian, di antara pegawai pemerintah akan terbiasa melakukan
prosedur kerja secara elektronik.

• Karena yang akan menggunakan teknologi sebagai akses terhadap


layanan pemerintah adalah masyarakat, maka diperlukan konsultasi
dan proses mendengar terhadap keinginan dan pendapat mereka.
Dengan demikian, teknologi yang dibangun akan sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan masyarakat.

• Customer Relationship Management System, di mana memungkinkan


bagi pemerintah untuk melakukan proses pelayanan kepada
masyarakat secara lebih individual sehingga menghasilkan layanan
sesuai kebutuhan masing-masing.

• Pembangunan contact centre, sebagai sarana di masyarakat bisa


menghubungi untuk meminta informasi ataupun bantuan terhadap
semua proses layanan yang ingin mereka dapatkan.

• Integrasi dengan berbagai proyek egovernment pada tingkat nasional.


Karena pada akhirnya nanti pengembangan egovernment harus bisa
berintegrasi dengan wilayah dan departemen lain, kordinasi dengan
pemerintah pusat menjadi penting.

78
• Manajemen pengelolaan informasi dan pengetahuan (knowledge
management), melalui pemberdayaan perpustakaan umum sebagai
sarana utama masyarakat mendapatkan pengetahuan.

Ketiga, program jangka panjang, yaitu:

• Pembangunan “one stop shop”, sebuah kantor ataupun tempat di


mana masyarakat bisa mendapatkan semua layanan pemerintah
dalam satu waktu. Karena diharapkan semua layanan pemerintah bisa
dilakukan di sana, tentu saja membutuhkan kordinasi dari semua
sektor pemerintahan.

• Pengembangan ke arah TV digital, di mana akses terhadap layanan


pemerintah nantinya juga bisa diakses lewat TV. Karena
bagaimanapun, penetrasi TV di rumah tangga lebih banyak, dan
masyarakat sudah terbiasa menggunakan televisi sebagai sarana
mendapatkan hiburan dan pengetahuan.

• Pembangunan berbagai kios informasi terutama di fasilitas umum.


Pada saatnya, ke manapun masyarakat pergi, mereka akan punya
akses terhadap layanan pemerintah.

• Pengembangan ke arah “smart card”, yang akan menjadi identitas


individu masyarakat dan menjadi akses ke berbagai layanan.

Keempat, program-program yang menghasilkan efisiensi bagi pemerintah:

• Pengembangan e-procurement, di mana pengadaan berbagai


kebutuhan pemerintah bisa dilakukan secara online, dan
memungkinkan adanya tender secara cepat. Sistem ini akan
menghasilkan efisiensi dalam proses pengadaan dan memungkinkan
bagi pemerintah untuk mendapatkan penawaran terbaik.

• Pelatihan bagi pegawai pemerintah terutama dalam hal penggunaan


teknologi informasi. Kemampuan dan pengetahuan pegawai akan
sangat membantu proses pelaksanaan egovernment pada saatnya
diimplementasikan.

• Manajemen perubahan pada proses kerja. Dengan menghilangkan


berbagai proses kerja manual, diharapkan akan mempercepat proses
dan meningkatkan kualitas kerja.

• Peningkatan budaya pelayanan kepada masyarakat. Dengan


pelayanan yang baik dan cepat, masyarakat akan terdorong untuk
menggunakan layanan ini secara maksimal.

Kerjasama dengan berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta karena


pemerintah tidak bisa berjalan sendiri. Kerjasama dengan berbagai pihak di
samping meringankan beban pemerintah, juga menjamin program egovernment
akan mendapatkan dukungan dan partisipasi penuh.

Tidak mudah memang untuk mengintegrasikan berbagai proses ini menjadi satu
kesatuan strategi yang lengkap. Gambar di bawah bisa mengilustrasikan
bagaimana antara satu rencana dengan yang lain saling berhubungan.

79
Sumber: Horton, 2000

80
SOLUSI PEMERINTAH INGGRIS
MEMBANGUN KERANGKA
INTEROPERABILITY

81
Pelaksanaan e-Government membutuhkan keterkaitan kerja antar departemen
pemerintahan dan semua sektor yang tergabung di dalamnya. Keterkaitan kerja
membutuhkan sistem informasi yang bisa saling berhubungan antara satu
dengan yang lain. Karena itulah, pemerintah Inggris kemudian membentuk apa
yang disebut sebagai e-Government Interoperability Framework (GIF) yang
mengatur standar kebijakan, prosedur dan sistem informasi untuk menjamin
aliran informasi antar departemen pemerintahan dan dengan dunia luar berjalan
dengan lancar (McCartney, 2000). Ruang lingkup GIF meliputi kemampuan
operasional antar sistem dalam satu departemen dan hubungan dengan
departemen atau organisasi lain, yaitu:

• Sistem dalam satu departemen dengan departemen lain;


• Pemerintah Inggris dengan masyarakat secara luas;
• Pemerintah Inggris dengan pemerintah asing;
• Pemerintah Inggris dengan kalangan bisnis; dan
• Pemerintah Inggris dengan warga negara.

Ada tiga bagian besar aturan yang diatur dalam GIF. Tiga bagian itu adalah
standar dan kebijakan, strategi penerapan skema XML sebagai bahasa standar,
dan proses pengelolaan.

Sumber: McCartney, 2000

82
PERTAMA: STANDAR DAN KEBIJAKAN

Terdapat tiga area teknis yang tercakup dalam standar dan kebijakan ini, yaitu
interkonektifitas, integrasi data, dan akses informasi. Interkonektifitas
menyangkut bagaimana aturan tentang jaringan dan dan operasional antar
aplikasi, integrasi data mengatur tentang proses pertukaran dan integrasi data
secara nasional, sedangkan akses informasi. Yang tercakup dalam
interkonektifitas meliputi jaringan, keamanan jaringan, email, domain, transfer
file, dan lain-lain. Data di bawah bisa menggambarkan aturan ini secara lebih
detil.

Untuk integrasi data, pemerintah Inggris menggunakan XML sebagai standar


acuan. Penggunaan XML ini sesuai juga dengan rekomendasi dari organisasi
World Wide Web Consortium (W3C), yang akan menjadikan integrasi data
dengan berbagai pihak akan lebih mudah.

Sumber: McCartney, 2000

83
Untuk kebijakan terhadap akses informasi, beberapa aturan dasarnya adalah:

• Semua informasi didesain sedemikian rupa sehingga bisa diakses


lewat berbagai browser yang umum dipakai masyarakat.

• Sistem informasi pemerintahan didesain untuk bisa diakses lewat


internet.

• Sistem informasi pemerintahan didesain dengan sistem keamanan


yang ketat termasuk penjagaan terhadap informasi yang didownload
bukan oleh ahlinya.

Secara detil, standar akses yang ditetapkan adalah seperti di bawah ini:

Sumber: McCartney, 2000

84
KEDUA: PENGGUNAAN BAHASA STANDAR

Penerapan XML (Extensible Mark-up Language) dan XSL (Extensible Stylesheet


Language) sebagai bahasa standar akan menjadi batu landasan bagi strategi
integrasi dan pertukaran data. Namun demikian, koneksi antar aplikasi juga
membutuhkan skema dan standar yang sama tentang data yang akan
dipertukarkan. Standar penulisan data karenanya menjadi mutlak, di mana hal
ini diketahui dan dipahami bersama baik oleh pemerintah maupun kalangan
masyarakat. Untuk memudahkan agar proses standarisasi bisa dijalankan oleh
semua pihak, Pemerintah Inggris membangun website berisi informasi, tanya
jawab, contoh-contoh pelaksanaan, dan berbagai contoh kasus. Dalam website
yang beralamat di www.govtalk.gov.uk ini juga terdapat informasi mengenai
penerapan XML dalam setiap aplikasi yang dibangun.

KETIGA: PROSES PENGELOLAAN

Proses pengelolaan mencakup pembagian tugas dan tanggung jawab, dan yang
juga penting adalah manajemen perubahan. Tugas pemerintah adalah menjadi
kordinator utama untuk melihat bagaimana proses setiap aplikasi bisa saling
beroperasi dengan baik dan menjamin bahwa integrasi data, dan pembangunan
semua aplikasi yang berhubungan dengan e-Government berjalan dengan
lancar. Dari kalangan industri, tugasnya memberikan masukan kepada
pemerintah tentang apa dan bagaimana sistem informasi pada setiap industri
serta pemanfaatannya untuk kepentingan nasional. Kalangan industri juga
berperan untuk bersama-sama pemerintah mengembangkan standar nasional
untuk berbagai aplikasi yang dibutuhkan. Karena e-Government bertujuan untuk
mengembangkan layanan pemerintah secara lebih baik kepada masyarakat,
masyarakat berhak untuk mengajukan usulan, komentar, dan kritik terhadap
aplikasi yang sedang berjalan. Dengan demikian, sistem informasi yang
diimplementasikan akan berorientasi pada kepentingan publik yang lebih besar.

Terakhir adalah mengenai manajemen perubahan. Dalam hal ini, perkembangan


teknologi internet akan mengubah pola kerja pegawai pemerintah, dan cara
masyarakat mendapatkan layanan. Karena itu, diperlukan adanya manajemen
perubahan terhadap cara kerja pegawai. Jika sebelumnya pelayanan fisik hanya
dilayani pada jam kerja misalnya, perlu dipikirkan ketika masyarakat bisa
mengajukan berbagai permohonan selama 24 jam sehari dan 7 hari dalam
seminggu.

85
PENERAPAN GEOGRAPHICAL
INFORMATION SYSTEM DI BADAN
PERTANAHAN NASIONAL SWEDIA

86
Lantmateriet-Badan Pertanahan Nasional Swedia- adalah lembaga pemerintah
yang bertugas mengatur dan mengelola penggunaan tanah dan air di seluruh
kawasan Swedia. Lembaga ini mempunyai tugas utama menyediakan informasi
geografis, informasi tanah, pengukuran batas-batas tanah, dan teknik informasi
geografis. Lembaga ini mempunyai sekitar 2200 pekerja yang tersebar di 100
cabang di seluruh Swedia, dan berpusat di kota Gavle.

Lantmateriet adalah lembaga yang mempunyai database geografis dan


pemetaan terbesar. Dan pada tahun 2001, dengan mengakuisisi Satellus yang
bergerak dalam bidang penyediaan jasa Satelit, lantmateriet mempunyai nilai
strategis dalam bidang pemetaan dan pengukuran geografis secara lebih
akurat. Tantangan terbesar dari lembaga ini adalah bagaimana memberikan
layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna dan konsumen.Informasi
geografis mempunyai peran penting sebagai dasar berbagai aktifitas bisnis.
Hampir semua industri membutuhkan peta geografis untuk melakukan
aktifitasnya. Perusahaan riset membutuhkan pembagian informasi geografis
yang terukur untuk menentukan penyebaran risetnya, perusahaan distribusi
membutuhkan peta geografis untuk menentukan penyebaran produk yang
mereka pegang, departemen kehutanan membutuhkan peta hutan untuk
kepentingan pengambilan kebijakan, konsumen juga memerlukan informasi
perbandingan harga tanah dan rumah di berbagai lokasi. Artinya, kepentingan
informasi geografis ini memang merambah pada seluruh sektor.

Tujuan utama dari inisiatif eGovernment adalah memberikan perbaikan kualitas


t e r u s m e n e r u s d a r i p e m e r i n t a h t e r h a d a p l a y a n a n y a n g d ib e r i k a n k e p a d a
masyarakat. Salah satu yang ingin dilakukan adalah bagaimana masyarakat
bisa mendapatkan akses layanan ini sebesar-besarnya tanpa harus terbatas
oleh tempat dan waktu. Artinya, bagaimana masyarakat bisa mendapatkan
semua layanan ini dari mana saja mereka berada. Salah satu solusinya adalah
memberikan fasilitas layanan tersebut melalui website. Dengan website
masyarakat bisa mengakses seluruh layanan 24 jam sehari dan 7 hari seminggu
di manapun berada asal mempunyai akses internet. Penggunaan website juga
memungkinkan semua layanan dilakukan dengan efisien karena hanya perlu
dilakukan di depan komputer oleh masyarakat.

Banyak hal yang mendukung operasional layanan ini, salah satunya adalah
karena infrastruktur jaringan komputer yang baik pada masyarakat Swedia dan
didukung pula oleh penetrasi internet yang cukup besar. Masyarakat sudah
terbiasa untuk menggunakan internet sebagai proses komunikasi dan transaksi,
maka ketika layanan ini diluncurkan, mendapatkan apresiasi yang baik dari
masyarakat. Dengan pengunjung sekitar 230.000 orang setiap bulan,
Lantmateriet menunjukkan kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan yang
pesat tidak hanya ditunjukkan oleh jumlah pengunjung, tetapi juga oleh jumlah
transaksi yang dihasilkan yang pada 2 tahun terakhir selalu menunjukkan
kemajuan dan perkembangan yang berarti.

LAYANAN YANG ADA SECARA ONLINE

Layanan yang diberikan secara online melalui website pada dasarnya bisa
dikategorikan dalam empat tingkatan: pertama, adalah layanan yang sifatnya
hanya menyebarkan informasi kepada publik. Pada tingkatan ini, masyarakat
hanya bisa melihat informasi yang diberikan oleh organisasi atau lembaga
tertentu. Tingkatan kedua masyarakat sudah mulai bisa melakukan komunikasi
tetapi masih satu arah, misalnya mendownload form, file, dll. Tingkatan ketiga
adalah komunikasi dan interaksi dua arah, di mana masyarakat sudah bisa
melakukan proses verifikasi dokumen ataupun proses otentifikasi. Dalam fase
ini, beberapa inisiatif sudah bisa diajukan dan direspon langsung melalui
internet. Dan tingkatan keempat adalah tingkatan transaksi, di mana

87
masyarakat bisa melakukan transaksi pembelian produk atau layanan tertentu
melalui internet.

Pemerintah Swedia menginginkan bahwa layanan pertanahan nasional ini dalam


website tidak hanya terbatas pada informasi dan komunikasi, tetapi juga
melangkah pada tingkatan transaksi. Karena adanya fasilitas transaksi online,
pada satu sisi akan memudahkan masyarakat mendapatkan informasi secara
cepat dan akurat, di sisi lain di samping menambah efisiensi dan produktifitas
pemerintah, diharapkan juga menjadi sumber pendapatan baru bagi pemerintah.
Untuk kepentingan itulah, pemerintah kemudian mengadakan survey yang
mendalam tentang kebutuhan masyarakat dan layanan seperti apa yang mereka
inginkan dalam kerangka pertanahan nasional. Survey itu kemudian dijabarkan
pada proses implementasi dengan mendirikan web-based service. Beberapa
layanan yang bisa diakses online, di antaranya:

MapStore

MapStore adalah layanan penjualan peta secara online. Masyarakat bisa


membeli peta seluruh kawasan Swedia melalui internet dan membayarnya
melalui fasilitas kartu kredit. Dengan demikian, seluruh masyarakat yang
membutuhkan peta tidak perlu lagi mencari di toko buku, dan hanya perlu
membelinya lewat internet.

MapSearch and Geographical Name

MapSearch and Geographical Name adalah salah satu fasilitas yang diberikan
lewat website. Pada fasilitas ini masyarakat bisa mencari dan memperbesar
skala pada suatu peta untuk mengetahui secara lebih detil nama-nama jalan,
gedung, alat komunikasi, batas-batas daerah, kantor-kantor pemerintahan,
monumen, dan lain-lain. Dalam database ini terdapat lebih dari 700.000 nama
tempat dan kawasan geografis. Masyarakat bisa mengakses ini secara gratis
sebagai bagian dari layanan dan tanggung jawab pemerintah dalam memberikan
informasi kepada publik.

Historical Map

Historical Map adalah layanan yang menyediakan peta digital dari kawasan
negara Swedia pada zaman dahulu kala. Pembuatan peta ini sudah disesuaikan
dengan metodologi keilmuan dari para peneliti dan sejarawan. Hal ini mungkin
terjadi karena adanya kemajuan dalam perkembangan teknologi.

YourMap

YourMap adalah fasilitas dimana masyarakat bisa melakukan download peta


digital suatu objek tertentu yang akan disesuaikan dengan kebutuhan
perusahaan ataupun personalnya. Skala objek peta bisa diperbesar sesuai
dengan kebutuhan. Biasanya dipakai untuk menunjukkan alamat kantor,
gedung, ataupun peta jalan yang terbatas.

88
Image Net

I m a g e N e t a d a l a h l a y a n a n d i m a s y a r a k a t b i s a m e n d a p a t k a n f o t o k u a l i t a s t in g g i
dari Satelit EROS A1 yang dipunyai Swedia. Foto satelit ini bahkan bisa
menunjukkan hingga detil objek pada suatu daerah tertentu, dan tidak terbatas
pada kawasan negara Swedia ataupun Eropa saja. Artinya, foto satelit ini bisa
untuk melakukan pemotretan berbagai kawasan selama masih dalam orbit dan
terjangkau oleh kamera satelit.

SwedelMag

SwedelMag berisi foto-foto penting tentang bangunan dan kawasan geografis di


seluruh Swedia. Foto-foto ini bisa dicetak ataupun didownload sesuai
kebutuhan. Masyarakat bisa membeli foto-foto ini baik dalam bentuk cetak
maupun dalam bentuk CD-ROM. Jika peta Swedia selama ini dalam bentuk
hitam putih, maka foto-foto ini mayoritas dalam bentuk foto warna.

Property Search

Layanan Property Search menyediakan hampir semua informasi mengenai


properti di seluruh kawasan Swedia. Properti Search memuat lebih dari 3,2 juta
informasi tentang properti dari seluruh Swedia mulai dari perumahan,
perkantoran, apartemen, hingga areal tanah. Layanan ini pada dasarnya
ditujukan untuk dua kalangan, pertama adalah kalangan profesional yang
bergelut dalam industri properti dan kedua adalah untuk masyarakat umum.
Untuk kalangan profesional dikenakan sistem keanggotaan dengan membayar
sekitar 160 euro setiap tahun. Mereka dapat mendownload semua informasi
yang diperlukan dari layanan ini. Sedangkan untuk masyarakat umum yang
tidak menjadi anggota, layanan yang diberikan lebih terbatas. Pencarian
properti bisa melalui nama gedung ataupun perumahan, pemilik dan
pengembang, ataupun berdasarkan nilai jual suatu kawasan. Hal ini
memungkinkan dengan adanya kerjasama dan jaringan dari seluruh pelaku
industri properti di sana dengan mengirimkan berbagai data dan informasi yang
diperlukan dan melakukan update secara terus menerus.

Real Property Barometer

Layanan ini merupakan layanan yang berisi informasi tentang perbandingan


harga dari seluruh properti di kawasan Swedia. Baik profesional maupun
masyarakat umum bisa melihat dengan lebih transparan semua informasi
mengenai harga, kualitas, dan layanan yang diberikan oleh suatu kawasan
perumahan misalnya dibandingkan dengan kawasan yang lain.

BEBERAPA MANFAAT YANG BISA DIPEROLEH

Perkembangan layanan Badan Pertanahan Swedia ini mengalami kemajuan


y a n g c u k u p p e s a t , t e r u t a m a d e n g a n m e n i n g k a t n y a t r a n s a k s i d al a m d u a t a h u n
terakhir. Pada tahun 2002, layanan ini menghasilkan penerimaan sebesar SEK
12 Juta, dengan biaya yang dikeluarkan sebesar SEK 9 juta (sekitar 1,5 juta
Euro). Artinya, secara ekonomis, layanan ini telah menghasilkan keuntungan
untuk Pemerintah.

89
Melalui layanan internet inilah, pemerintah bisa memberikan informasi geografis
dan mengembangkan jaringan dalam industri properti secara lebih luas. Dari
sini, tidak hanya fungsi pelayanan informasi publik yang diberikan, tetapi
pemerintah turut aktif menciptakan dan mengembangkan pasar properti di
seluruh Swedia dengan layanan ini. Manfaat lain adalah layanan ini
membuktikan pemerintah bisa memberikan sesuatu yang terbaik buat
masyarakat yang bisa diakses secara mudah dan disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing. Karena layanan ini ditujukan untuk berbagai
kalangan mulai dari kalangan bisnis, profesional, hingga masyarakat umum
secara keseluruhan.

Keuntungan lain adalah bahwa masyarakat sekarang ini bisa memilih sendiri
dan melakukan aktifitasnya di manapun dia berada, sehingga secara umum
mempercepat proses bisnis dan produktifitas. Staf di Lantmateriet tidak lagi
disibukkan oleh urusan administratif, tetapi dikembangkan untuk mengarah
pada konsultasi dan pemikiran lain yang lebih strategis.

Tentu saja semua keberhasilan itu tidak berjalan mulus begitu saja. Banyak
kendala yang harus dilakukan mulai dari pengembangan teknologi yang akan
dipakai, pemasaran dan promosi, hingga pelatihan sumber daya manusia yang
akan menangani proses bisnisnya. Namun demikian, dengan kepemimpinan
y a n g k u a t , s e m u a h a l i t u b i s a d i a t a s i . K e d e p a n , p e l u a n g- p e l u a n g l a i n m a s i h
sangat terbuka dengan adanya berbagai loncatan teknologi. Misalnya adanya
teknologi 3G akan memungkinkan download peta dari Telepon Selular maupun
PDA. Artinya, apa yang ada sekarang tidak akan berhenti pada titik ini, tetapi
terus berkembang di masa mendatang.

90
ENAM STRATEGI PADA
MASTERPLAN KOMISI E-MALTA

91
Dalam upaya melakukan studi dan penerapan eGovernment di Malta,
pemerintah Malta membentuk komisi eMalta yang bertugas untuk menyusun
master plan penggunaan sistem informasi dalam proses pemerintahan sekaligus
mengawasi proses pelaksanaannya di lapangan. Komisi ini membuka
kesempatan diskusi kepada semua pihak dan yang mempunyai kepentingan dan
keahlian baik dari dalam maupun luar negeri. Komisi ini juga membantu baik
sektor pemerintah maupun swasta dalam menerapkan sistem informasi yang
sesuai pada organisasinya.

Di antara beberapa ruang lingkup kerja dari komisi eMalta adalah:

• Mengidentifikasikan beberapa perbandingan pelaksanaan


implementasi Teknologi Informasi pada berbagai organisasi di Malta
dan memonitor pelaksanaanya.

• Mempromosikan pengenalan dan penggunaan Teknologi Informasi


melalui berbagai pelatihan yang diadakan terutama melalui
pendidikan formal.

• Merekomendasikan berbagai program dan inisatif yang mengarah


pada pembinaan profesi di bidang Teknologi Informasi untuk
mendukung terbentuknya komunitas berbasis teknologi informasi di
Malta.

• Membangun inisiatif untuk pengenalan dan promosi program bekerja


sama dengan berbagai sektor pemerintahan dan swasta untuk lebih
mengenalkan manfaat penggunaan Teknologi Informasi.

• Membuat parameter pengukuran untuk meningkatkan akses


komunikasi baik di rumah, kantor, maupun di tempat publik, termasuk
pengukuran di tempat-tempat yang kurang mampu dan belum
terjangkau teknologi.

• Membuat parameter pengukuran pelaksanaan implementasi Teknologi


Informasi pada berbagai sektor pemerintahan.

• Memonitor trend yang terjadi pada berbagai sektor Teknologi


Informasi di seluruh dunia.

• Menyelaraskan antara tujuan eGovernment di Malta dengan inisiatif


eGovernment di seluruh Eropa.

Dari berbagai diskusi dan pemikiran yang berkembang, Komisi eMalta


mengidentifikasi enam sektor yang harus menjadi prioritas pemerintah:

• Pengembangan penggunaan Teknologi Informasi dan internet pada


seluruh lapisan masyarakat

• Penyebaran industri eCommerce pada semua level komunitas bisnis

• Kampanye dan komunikasi yang agresif untuk penggunaan Teknologi


Informasi

• Menyelaraskan inisiatif implementasi TI di Malta dengan implementasi


TI di Uni Eropa untuk pengembangan ke depan.

• Mendesain dan menyelenggarakan program yang mengarah pada


proses eGovernment, dan;

92
• Mengembangkan partisipasi dan kerjasama antara swasta dengan
pemerintah dalam pengembangan eCommerce dan eGovernment.

ENAM KERANGKA STRATEGI PENGEMBANGAN EGOVERNMENT

eGovernment bukanlah kerja yang mudah dan murah, karena itu komisi eMalta
telah menetapkan enam kerangka strategi sebagai acuan pengembangan
eGovernment di Malta. Enam strategi tersebut adalah sebagai berikut.

STRATEGI 1: MEMBANGUN KERANGKA DASAR PENGEMBANGAN


MASYARAKAT INFORMASI DAN EKONOMI

1. Membangun komunikasi dan kerangka pembuatan undang-undang


pengembangan sistem informasi. Aturan dan perundang-undangan
akan menjadi dasar bagi pelaksanaan bangunan sistem informasi
pada pemerintahan. Termasuk dalam hal ini adalah menganalisis dan
mengevaluasi aturan dan perundang-undangan yang telah ada.
Selanjutnya, selain undang-undang lokal, perlu juga memonitor tren
perkembangan aturan secara internasional. Dan untuk menumbuhkan
dinamika dan inovasi dalam bidang teknologi informasi, adanya
undang-undang hak cipta dan kekayaan intelektual mutlak diperlukan.

2. Mendorong berbagai organisasi dan kalangan bisnis untuk


mengembangkan dan memanfaatkan Teknologi Informasi. Pemakaian
teknologi informasi akan semakin intensif di masa depan, karena itu
infrastruktur telekomunikasi yang berhubungan erat dengan teknologi
informasi perlu dibenahi terus menerus terutama untuk mendorong
pertumbuhan penggunaan internet, karena internet akan menjadi
salah satu kanal akses penting layanan eGovernment.

3. Mengidentifikasi tantangan dan hambatan yang mungkin timbul, mulai


dari aturan-aturan yang berpotensi menghambat tumbuhnya industri
teknologi informasi, rendahnya infrastruktur, ataupun rendahnya
kepercayaan masyarakat terhadap transaksi di internet.

4. Menyatakan perang terhadap kejahatan di dunia cyber (cyber crime),


dengan menyebarkan berbagai kampanye anti cyber crime,
membangun mekanisme untuk penyelidikan dan penangkalan
terhadap hal-hal yang mengarah pada pelanggaran hak cipta atas
kekayaan intelektual, memfasilitasi pelatihan skala internasional
untuk pegawai pemerintah dan swasta, membangun forum yang terdiri
dari semua pelaku industri dan pemerintah untuk menyebarluaskan
informasi tentang kejahatan di dunia cyber secara menyeluruh, dan
merekomendasikan pengambil kebijakan tentang langkah-langkah
yang diperlukan dalam pemberantasan cyber crime.

5. Membangun parameter pengukuran untuk melindungi anak-anak dari


pelecehan di dunia cyber yang dilakukan dengan memfasilitasi
kerjasama antara sektor pemerintah, swasta, masyarakat dan pelaku
bisnis teknologi informasi dalam membangun website yang aman
untuk anak-anak. Kampanye program anti pelecehan anak di internet
juga secara gencar dilakukan.

93
STRATEGI 2: PENGEMBANGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI PADA SELURUH PENDUDUK MALTA

1. Membangun kepercayaan masyarakat dalam penggunaan internet dan


teknologi informasi. Kampanye penggunaan internet dilakukan secara
serius dan menyeluruh agar mendapatkan apresiasi yang luas. Di
samping itu, perlu adanya smart card sebagai identitas elektronik
sekaligus password yang aman untuk mendapatkan semua layanan
pemerintah.

2. Mendukung akses menyeluruh pada masyarakat Malta. Studi


dilakukan untuk penggunaan internet, telepon selular, TV, pda dan
berbagai peralatan lain yang mungkin bisa diterapkan di Malta.
Benchmark terhadap layanan internet dan program dalam mengatasi
kesenjangan digital juga perlu dilakukan.

3. Mendorong biaya yang lebih murah untuk akses internet. Tidak bisa
dipungkiri, salah satu hambatan utama dalam eGovernment adalah
bagaimana masyarakat bisa mengakses dengan biaya murah. Karena
itu, perlu kerjasama menyeluruh dari berbagai pihak terkait agar bisa
meringankan biaya akses internet.

STRATEGI 3: MENDORONG PENINGKATAN EKONOMI BARU MELALUI E-


COMMERCE

1. Membantu industri bisnis lokal untuk mengembangkan layanan


berbasis internet dengan memberikan berbagai konsultasi dan aturan
yang memudahkan.

2. Mengembangan layanan Business to Business berbasis web di Malta

3. Membantu bisnis skala kecil, menengah, dan besar dalam


mengembangkan eBusiness dan eExport.

4. Mendorong semua sektor ekonomi untuk memakai pembayaran


melalui elektronik melalui kerjasama dengan berbagai pihak terutama
dari pihak perbankan.

STRATEGI 4: MEMBANGUN FIRST CLASS LAYANAN EGOVERNMENT

1. Mengelola badan-badan pemerintah pusat dan lokal dalam upaya


memberikan layanan eGovernment dan mempromosikan sektor-sektor
pemerintah untuk memberikan layanan lewat internet.

2. Mempersiapkan pegawai pemerintah untuk memberikan layanan


dengan metode dan teknologi baru, untuk selanjutnya mengubah
paradigma pemerintah menjadi partner bisnis

3. Membangun masyarakat secara online dengan membiasakan untuk


melakukan transaksi dan komunikasi secara online.

94
STRATEGI 5: MENGATASI KESENJANGAN DIGITAL

1. Mengembangkan konten secara lokal agar menumbuhkan minat dan


partisipasi dari seluruh masyarakat.

2. Menjembatani kesenjangan terutama pada daerah-daerah yang tidak


mampu dengan membuat pusat informasi dan kios-kios berisikan
komputer untuk bisa mengakses internet.

3. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk memperbaiki


kualitas hidup dari para orang tua dan juga mengembangkan layanan
teknologi informasi dan komunikasi kepada orang-orang cacat

STRATEGI 6: MEMPERBAIKI KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DALAM


BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

1. Mengembangkan konten Teknologi Informasi dan Komunikasi pada


kurikulum pendidikan dasar dan memfasilitasi keterlibatan pelajar
dalam penelitian yang bersifat nasional maupun internasional

2. Menetapkan standar pelatihan dan pendidikan Teknologi Informasi


dan Komunikasi serta terus-menerus mengembangkan kualitas
pekerja profesional dalam bidang Teknologi Informasi

Enam rencana strategis yang dicanangkan oleh komisi eMalta seperti tersebut
di atas memang diperlukan dalam setiap pentahapan implementasi
eGovernment agar pelaksanaan di lapangan sesuai dengan tujuan dan strategi
besar eGovernment secara keseluruhan.

95
PORTAL CANGGIH LAYANAN
ONLINE DI KOTA BREMEN

96
Pemerintah kota Bremen membangun portal Bremer-Online-Service sebagai
portal informasi dan transaksi layanan Pemerintah untuk masyarakat Bremen.
Tidak sekedar portal informasi, dengan teknologi keamanan dan enkripsi yang
semakin maju memungkinkan masyarakat uum dan bisnis melakukan berbagai
transaksi elektronik melalui portal ini. Selain itu, teknologi tanda tangan digital
juga memungkinkan proses aplikasi dan transaksi dokumen bisa berlangsung
secara online. Layanan online di Bremen ini merupakan salah satu yang
berkembang baik di Eropa, tidak heran beberapa penghargaan telah
didapatkan, misalnya “TeleTrust Innovation Prize” tahun 2001, “Best Practice
Label” di Uni Eropa tahun 2003, dan juga mendapatkan penghargaan dalam
pertemuan Tingkat Tinggi Eropa pada kategori “The Role of eGovernment for
European Competitiveness”.

Inisiatif pengembangan Bremer-Online-Service ini dimulai pada tahun 1999 saat


Senat Kota Bremen memutuskan untuk membangun layanan informasi dan
transaksi yang bisa diakses secara online. Konsep dari layanan ini adalah
“Penyediaan layanan yang berorientasi kepada konsumen melalui integrasi
berbagai layanan elektronik kepada masyarakat umum dan kalangan bisnis”.

Pemerintah kota kemudian membentuk perusahaan untuk merealisasikan


konsep ini dan berdirilah GmbH & Co. KG. Perusahaan inilah yang kemudian
membangun rencana aksi, master plan, sekaligus bertanggung jawab terhadap
pengembangan portal. Dan secara berkala, perusahaan ini juga melakukan
kampanye dan promosi secara intensif untuk proses sosialisasi layanan ini
kepada masyarakat luas.

PROSES PENGEMBANGAN

Untuk membangun portal yang bisa melakukan berbagai layanan dan transaksi
online, ada dua sisi penting yang harus diperhatikan. Pertama dari sisi
pengguna adalah bagaimana menciptakan sistem yang aman dan identitas
digital yang bisa digunakan untuk mengakses semua layanan. Sementara di sisi
lain adalah pengembangan konten dan integrasi berbagai aplikasi yang akan
disediakan secara online. Faktor lain yang juga diperlukan adalah proses
pembayaran untuk transaksi online. Karena itu, layanan ini mengintegrasikan
antara Home Banking Computer Interface Standard (HBCI) dengan Online
Service Computer Interface Standard (OSCI). Integrasi ini memungkinkan
berbagai pembayaran transaksi dilakukan secara online. Secara umum ada tiga
tahapan besar pelaksanaan proyek pengembangan portal ini, yaitu:

Pertama, pembuatan dan penyebaran fasilitas akses yang aman. Pembuatan


kartu identitas elektronik yang berlaku sebagai identitas nasional adalah salah
satu kunci utama agar pelayanan individual secara online bisa dilaksanakan.
Kartu identitas elektronik tidak hanya berfungsi sebagai kartu pengenal, tetapi
juga dilengkapi tanda tangan digital untuk proses otentifikasi dan otorisasi.
Kartu identitas elektronik ini dicetak dalam format kartu kredit biasa dan
pemakaiannya juga memerlukan mesin otorisasi sebagaimana pemakaian kartu
kredit. Untuk mempermudah proses transaksi, mesin otorisasi ini dibuat dengan
desain yang kompak dan kecil sehingga bisa dipakai dari rumah. Infrastruktur
otorisasi ini juga disebarluaskan pada berbagai tempat umum untuk
memperbanyak akses dan memberikan pengalaman yang lebih banyak kepada
masyarakat dalam proses penggunaannya.

97
Sumber: Bremen Government, 2001

Kartu identitas elektronik dan tanda tangan digital ini mempunyai banyak sekali
fungsi dalam pelaksanaan eGovernment:

• Sebagai identitas pribadi dan akses masuk untuk mendapatkan


layanan pemerintah yang disediakan secara online. Setiap pribadi
mempunyai identitas unik yang dilengkapi password sehingga sulit
dipalsukan orang lain.

• Tanda tangan digital berfungsi juga sebagai password untuk proses


enkripsi dokumen. Dokumen yang dikirimkan hanya bisa diakses oleh
orang yang dituju lewat tanda tangan digital. Artinya, walaupun suatu
dokumen bisa didownload oleh orang lain, tetapi tidak akan bisa
dibaca tanpa adanya tanda tangan digital dari orang yang berwenang
membukanya.

Kedua, standardisasi platform menjadi salah satu tantangan lain yang harus
diselesaikan. Standardisasi ini diperlukan untuk memungkinkan terjadinya
komunikasi dan integrasi antara satu aplikasi dengan aplikasi yang lain.
Standardisasi juga akan memudahkan dalam proses pengembangan aplikasi
sesuai dengan dinamika yang berkembang. Yang dilakukan pertama kali adalah
melakukan standardisasi untuk Online Service Customer Interface (OSCI), dan
penyesuaian aplikasi lokal maupun nasional dengan standard tersebut. Setelah
itu, pengembangan lain yang dilakukan adalah aplikasi untuk pembayaran
dengan berbagai metode.

Pada tahun 2001, standard OSCI kemudian diintegrasikan dengan software


Governikus, sebuah software aplikasi untuk transaksi online, yang
memungkinkan adanya enkripsi dan tanda tangan digital. Perkembangan
Governikus juga cukup cepat, dengan pengambahan berbagai features yang
semakin banyak:

• Enkripsi untuk tanda tangan digital

98
• Fasilitas pembayaran secara online

• Virus scanning

• Mendukung aplikasi untuk public key infrastructure (PKI)

Ketiga, pembangunan aplikasi dan personalisasi untuk masyarakat. Seiring


dengan pengembangan pada aspek keamanan dan identitas pengguna, aplikasi-
aplikasi yang akan diberikan secara online juga mulai dibangun. Pembangunan
aplikasi ini tentu saja melibatkan pemerintah dan berbagai divisinya karena
merekalah yang akan menjalankan proses bisnisnya. Layanan dalam Bremen
Online Service dikembangkan melalui konsep life situation, di mana pemerintah
mengidentifikasi semua kebutuhan yang diperlukan sepanjang kehidupan
keseharian masyarakat Bremen. Masyarakat bisa mengakses layanan dan
memilih layanan apa saja yang sesuai dengan kebutuhan ataupun
kesenangannya.

Konsep life situation adalah bagaimana pemerintah melihat kebutuhan masing-


masing orang yang berbeda-beda sesuai dengan umur, status, dan
hubungannya dengan aktifitas bisnis dan sosial. Dari situ, masyarakat bisa
mengakses segala layanan pemerintah sesuai dengan kebutuhan pribadi dan
keluarganya. Layanan online service yang diberikan cukup luas, mulai dari
perijinan, pembayaran pajak, pengajuan berbagai aplikasi, bahkan hingga
pembelian tiket untuk menonton pertandingan sepak bola kesebelasan Werder
Bremen. Hingga mei tahun 2003, terdapat lebih dari 100 layanan yang bisa
diakses secaa online.

POTENSI EKONOMI DARI EGOVERNMENT

Layanan eGovernment di kota Bremen menghasilkan beberapa potensi ekonomi


y a n g c u k u p b e s a r . P e r t a m a a d a la h e f i s i e n s i d a r i s t a f d a n p e g a w a i
pemerintahan. Adanya layanan online memungkinkan kerja-kerja administratif
yang selama ini dilakukan oleh orang menjadi berkurang. Staf dan pegawai
pemerintahan pada akhirnya tidak lagi disibukkan untuk menjalankan kerja-kerja
administratif, tetapi lebih difungsikan menjadi petugas customer service yang
melayani berbagai pertanyaan masyarakat tentang layanan pemerintah ataupun
cara mendapatkan layanan secara online. Potensi lain dari pengembangan
eGovernment adalah adanya tambahan pendapatan dari komisi dan juga fee
transaksi di website.

Potensi keuntungan terbesar sebenarnya ada pada pertumbuhan bisnis dan


ekonomi yang semakin maju karena kemudahan dalam proses administrasi dan
transparansi dalam pengelolaan dan kebijakan pemerintah. Kalangan bisnis
akan dengan suka rela berpartisipasi secara aktif untuk mendapatkan layanan
pemerintah melalui eGovernment. Namun demikian, sebelum layanan ini
diberikan secara online, perlu adanya pergantian prosedur dan sistem
pengelolaannya dalam pemerintahan. Karena bagaimanapun, pengelolaan
layanan lewat online mempunyai banyak perbedaan dibandingkan sistem
pelayanan tradisional.

99
PENGEMBANGAN KARTU
IDENTITAS ELEKTRONIK NEGARA
ITALIA

100
Salah satu faktor penting dalam penerapan eGovernment adalah adanya satu
identitas nasional bagi seluruh masyarakat yang bisa dipergunakan untuk
berbagai kepentingan. Identitas tunggal bagi setiap penduduk ini akan
memudahkan berbagai pihak dalam mendapatkan layana Pemerintah. Di Italia,
kartu identitas nasional ini dinamakan Electronic Identity Card (EIC). Electronic
Identity Card ini mempunyai dua fungsi penting. Pertama, sebagai bukti bahwa
dia adalah penduduk Italia yang sah, dan kedua sebagai akses untuk
mendapatkan berbagai pelayanan pemerintahan secara online.

Kartu Identitas Nasional ini secara fisik terbagi dua, pertama adalah laser band,
yaitu fisik kartu semacam kartu kredit biasa yang memuat data-data
kependudukan, foto dan dilengkapi dengan tanda tangan dan bisa juga
ditambah cap jari tangan. Satunya lagi adalah microchip yang berisi data-data
digital yang akan dipakai sebagai identitas nasional untuk menggunakan semua
layanan pemerintah secara online, baik di level pusat maupun daerah.
Tantangan utama dari pelaksanaan pembuatan Electronic Identity Card adalah
bagaimana menyesuaikan dengan aturan dan regulasi yang diatur oleh AIPA,
departemen yang ditunjuk pemerintah untuk mengurusi seluruh administrasi
penduduk.

Ada beberapa regulasi dan aturan yang harus diikuti dalam hal ini:

1. Electronic Identity Card harus berupa nomor unik yang dimiliki oleh
setiap orang untuk didaftarkan pada badan kependudukan nasional.
Nomor unik ini untuk menjamin satu identitas tidak bisa ditiru atau
dipalsukan oleh orang lain.

2. Bisa dipakai untuk menggunakan layanan lebih dari 8000 badan


pemerintah pusat dan lokal, dalam hal ini microchip yang digunakan
harus sesuai dengan karakter layanan pemerintah yang selama ini
ada.

3. Sesuai dengan perencanaan strategis pemerintah secara keseluruhan


mengenai pengembangan eGovernment, karena Electronic Identity
Card ini hanyalah satu bagian dari strategi pengembangan
eGovernment secara keseluruhan.

4. Desain fisik yang baik dan mempunyai interoperabilitas dengan


berbagai layanan pemerintahan. Persyaratan ini diperlukan karena
memang akan dipakai sebagai kartu akses terhadap semua layanan
pemerintah.

5. Aspek keamanan untuk mencegah kerugian yang tidak diinginkan oleh


penduduk. Masing-masing penduduk mempunyai satu nomer identitas
unik yang dilengkapi dengan password untuk mencegah terjadinya
pemalsuan ataupun pemakaian kartu oleh orang yang tidak berhak.

PIHAK-PIHAK YANG BERPERAN

Banyak pihak yang berperan dalam pelaksanaan pendataan Electronic Identity


Card ini, di antarnya adalah.

• Kementrian terkait, dalam hal ini beberapa badan dalam kementrian


dalam negeri yang mengurusi masalah administrasi dan teknologi
informasi.

101
• Town Hall adalah pelaksana keseluruhan dari proyek Electronic
Identity Card ini.

• Penyedia kartu plastik yang memenuhi standar dan spesifikasi yang


telah ditentukan.

• Penyedia microchip untuk menyimpan data-data digital dari seluruh


penduduk dan juga sebagai sertifikat digital yang bisa dipakai untuk
mendapatkan layanan eGovernment.

• Penyedia layanan, dalam hal ini semua badan-badan pemerintah baik


lokal maupun pusat yang memberikan layanan secara online kepada
masyarakat.

Sumber: Italian Government, 2002

PROSES PELAKSANAAN

Tahapan dalam proses pelaksanaan pembuatan Electronic Identity Card untuk


penduduk Italia adalah sebagai berikut:

Pertama, persiapan pembuatan kartu secara fisik, dalam hal ini menentukan
vendor untuk kartu plastik dan microchip yang sesuai dan bisa dipergunakan
untuk mendapatkan layanan dari pemerintah yang selama ini ada. Proses ini
tidak terlalu rumit karena cukup banyak penyedia produk dan layanan yang ada.

Kedua, pengaktifan kartu. Kartu-kartu yang sudah ada mulai dicetak dan diisi
dengan data-data digital yang disesuaikan dengan badan kependudukan
nasional dan badan-badan pemerintah yang menyelenggarakan layanan secara
online. Data-data digital ini masih kosong, dan nantinya akan dicocokkan
dengan data personal masing-masing penduduk.

Ketiga, pencetakan dan penyebaran. Untuk memudahkan penduduk, maka


pendaftaran perolehan Electronic Identity Card ini tidak dilakukan di pemerintah
pusat, tetapi diserahkan kepada pemerintah daerah. Karena pada pemerintah
daerah sudah terdapat standarisasi dalam format informasi, maka proses
pendaftaran oleh penduduk tidaklah terlalu menyulitkan. Gambaran proses
pendaftaran adalah sebagai berikut:

• Penduduk mendatangi kantor-kantor pemerintah lokal untuk


melakukan proses pendaftaran.

• Penduduk membawa bukti-bukti identitas fisik yang selama ini telah


dikeluarkan oleh pemerintah lokal sebagai bukti kependudukan.

102
• Setelah data-data personal diterima, dilanjutkan dengan foto dan
tanda tangan untuk selanjutnya dicetak dalam kartu plastik.

• Kartu siap digunakan, disertai dengan Personal Identification Number


(PIN), dan sertifikat digital yang akan jadi identitas untuk penggunaan
semua layanan masyarakat secara online.

KARTU IDENTITAS DAN NILAI TAMBAH

Penerapan Electronic Identity Card sekarang ini prosesnya masih berjalan,


sehingga masyarakat Italia masih mempunyai dua kartu identitas dengan yang
tradisional ada. Diharapkan pada tahun 2008 semua masyarakat Italia sudah
mempunyai Electronic Identity Card. Kesuksesan penerapan Electronic Identity
Card di Italia bukanlah perkara mudah dan terjadi begitu saja. Salah satu yang
memudahkan adalah intensitas layanan eGovernment pada berbagai sektor
yang sudah tinggi di masyarakat sehingga memudahkan identifikasi dan
penyesuaian yang diperlukan.

Juga adanya standarisasi dari berbagai aplikasi sistem informasi baik pada
pemerintah pusat maupun daerah yang memudahkan penerbitan kartu dan
sertifikat digital yang bisa dipakai di seluruh negara. Tanpa adanya
standarisasi, akan menyulitkan pemakaian satu identitas untuk seluruh negara.
Di sini, faktor interoperabilitas antar aplikasi menjadi sangat penting.
Interoperabilitas memungkinkan pertukaran informasi dan pembacaan data yang
seragam.

Faktor lain yang juga membantu adalah teknologi keamanan pada sertifikat
digital yang cukup canggih sehingga memungkinkan penduduk merasa aman
dan nyaman dalam proses pemakaian kartu tersebut. Tanpa adanya keamanan
data yang memadai, partisipasi penduduk tidak bisa diharapkan terlalu besar.
Secara fisik Electronic Identity Card didesain tidak menunjukkan data-data
lengkap seseorang, sehingga jika hilang atau digunakan orang lain tidak bisa
dipakai secara lebih luas. Data-data itu tersimpan di dalam bank data
pemerintah yang hanya bisa diakses oleh yang berwenang. Electronic Identity
Card juga didukung oleh kesiapan pegawai dari Pemerintah Lokal untuk
melaksanakan eGovernment secara nasional. Kesiapan pegawai lokal ini
diperlukan mengingat yang melaksanakan proses pendataan ini adalah pegawai
lokal, walaupun data-data yang diberikan langsung masuk dalam sistem
kependudukan nasional.

Dan terakhir, penerbitan Electronic Identity Card dirasakan mempunyai nilai


tambah dengan banyaknya layanan pemerintah secara online pada hampir
semua sektor. Jadi, kartu ini tidak hanya berfungsi sebagai kartu identitas,
tetapi juga sebagai tanda masuk untuk mendapatkan layanan pemerintah secara
online. Adanya nilai tambah semacam inilah yang menambah partisipasi
masyarakat untuk menggunakan kartu ini secara maksimal.

103
STRATEGI MEMBANGUN
KOMUNITAS BERBASIS
INFORMASI DI ESTONIA

104
KONDISI ESTONIA

Estonia merupakan salah satu negara yang cukup maju dalam pengembangan
eGovernment. Dengan penetrasi internet sekitar 45% dari keseluruhan
penduduk, Estonia menempati nomor 9 dalam penciptaan lingkungan online
menurut World Competitiveness Yearbook dan sepuluh besar peringkat
eReadiness menurut McConnell International. Kemajuan yang sudah dicapai di
Estonia bukanlah kemajuan yang dicapai dalam sekejap. Prestasi ini didapatkan
dari komitmen yang tinggi dari elit politik untuk membangun eGovernment, juga
konsensus umum dari seluruh potensi kekuatan yang ada di Estonia.

Dengan dukungan aktif pemerintah yang besar, pembangunan masyarakat


informasi dan eGovernment dilaksanakan melalui perencanaan yang rapih
dalam format pengembangan proyek yang berkesinambungan. Inisiatif ini
didukung partisipasi sektor swasta yang terlibat aktif dalam berbagai proyek
pemerintah. Dukungan dari seluruh pihak inilah yang menjadikan
pengembangan masyarakat informasi menunjukkan kemajuan yang pesat.
Masyarakat informasi merupakan salah satu agenda utama yang menjadi
prasyarat bagi terciptanya kerangka eGovernment yang efektif. Beberapa
prinsip utama dari masyarakat informasi adalah:

1. Masyarakat informasi adalah konsep utuh di mana bangunan


kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Estonia didasarkan atas
manajemen informasi terpadu sehingga menghasilkan kualitas
kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat.

2. Pemerintah akan berperan dalam dua hal: pertama sebagai promotor


pengembangan masyarakat informasi, dan kedua sebagai penyedia
kerangka pembangunan masyarakat informasi. Pelaksanaan
pembangunan aplikasi dan teknis pengembangan sistem informasi
akan melibatkan pihak swasta, masyarakat, dan berbagai lembaga
yang berminat.

3. Pemerintah akan berusaha memberikan akses yang sama dan


terjangkau oleh semua lapisan masyarakat di semua lokasi.
Masyarakat informasi menuntut adanya kesetaraan dan kesamaan
dalam mengakses layanan dan informasi yang disediakan pemerintah.

4. Dalam melaksanakan inisiatif eGovernment, sangat diperlukan


mekanisme kordinasi yang efektif antar departemen. Kordinasi
menyangkut standardisasi aplikasi yang akan digunakan dan layanan
apa saja yang memungkinkan dilakukan sharing informasi antar
beberapa departemen.

5. Fokus pemerintah untuk pembangunan masyarakat informasi ini


dipusatkan pada dua sektor: pendidikan di Estonia dan
pengembangan solusi untuk administrasi umum. Sektor pendidikan
menyangkut penyiapan sumber daya yang memadai, sementara
pengembangan solusi dan administrasi umum diperlukan untuk
implementasi eGovernment.

APLIKASI EGOVERNMENT

Cukup banyak aplikasi eGovernment yang sudah dibangun di Estonia. Beberapa


di antaranya adalah:

105
Pertama, Portal eGovernment

Portal eGovernment di Estonia beralamat di www.riik.ee merupakan portal


informasi resmi pemerintah kepada masyarakat dan seluruh kalangan. Sebagai
sebuah media layanan, portal ini tidak sekedar berfungsi sebagai sarana
informasi pemerintah secara virtual tetapi juga menjadi pintu akses bagi seluruh
layanan eGovernment yang disediakan pemerintah. Isi dari portal ini adalah
informasi umum mengenai Estonia dari sisi geografis dan berbagai potensi
ekonomi dan pembangunan di sana. Selain itu, struktur pemerintahan dengan
alamat dan email lengkap untuk setiap staf dan pejabat pemerintah bisa di
dapat di sini.

Sumber: Estonian Government, 2002

Kedua, Penerapan Konsep eCitizen

eCitizen adalah layanan pemerintah yang berhubungan dengan masalah


kependudukan dan kenegaraan yang bisa diakses secara online. Layanan ini
memungkinkan penduduk melakukan pendaftaran kependudukan, domisili, kartu
keluarga, dan berbagai layanan yang berhubungan dengan kehidupan
kesehariannya dilakukan secara online. Layanan yang disediakan dibuat
menyesuaikan dengan pola kehidupan seseorang mulai dari kecil hingga
menjadi orang tua. Masyarakat bisa memilih layanan mana sesuai dengan
kebutuhannya. Faktor penting dalam pelaksanaan eCitizen adalah identifikasi
dan otentifikasi dari masing-masing penduduk. Pemerintah mengantisipasi hal
ini dengan menerbitkan kartu identitas elektronik dan sistem otentifikasi online,
sehingga hampir semua layanan bisa diakses secara online.

Ketiga, Implementasi eDemocracy

106
Prinsip eDemocracy adalah bagaimana masyarakat mendapatkan akses untuk
berpartisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan pemerintah. Dengan
demikian, semua keputusan yang diambil pemerintah diharapkan memenuhi
aspirasi masyarakat dan program-programnya dapat dipertanggungjawabkan.
Pada proses partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, telah
dibuka forum diskusi online atas kebijakan pemerintah baik yang sudah
dikeluarkan maupun sedang dibahas. Forum diskusi ini bisa diakses oleh semua
kalangan sehingga diharapkan semua aspriasi masyarakat bisa tersalurkan.
Pada tahapan lebih lanjut adalah penerapan eVoting untuk pemilu online yang
undang-undangnya dibuat pada tahun 2002 dan diharapkan bisa mulai
dilaksanakan pada tahun 2005.

Keempat, Pengembangan Kartu Identitas Elektronik

Kartu identitas elektronik adalah kartu informasi pribadi yang berisi semua
informasi terpadu tentang diri seseorang. Kartu identitas elektronik secara fisik
dicetak sebagaimana kartu kredit tetapi dilengkapi dengan microchip yang
berisi nomer identitas pribadi dan tanda tangan digital. Kartu identitas
elektronik menjadi prasyarat untuk memperoleh layanan informasi online karena
proses otentifikasi dilakukan melalui microchip ini. Direncanakan, setiap
penduduk sudah mempunyai kartu identitas elektronik ini pada akhir tahun
2004. Sejalan dengan penerbitan kartu identitas penduduk ini, setiap penduduk
juga diberikan satu email yang akan digunakan sebagai sarana komunikasi
utama dengan pemerintah.

Sumber: Estonian Government, 2002

Penerbitan kartu identitas elektronik ini tidak mungkin bisa dilakukan tanpa
adanya standardisasi platform dan aplikasi dari seluruh layanan pemerintah
pada setiap departemen. Karena bagaimanapun, sebagai kunci akses, kartu

107
identitas elektronik harus bisa dipakai untuk memperoleh semua layanan
pemerintah.

PENGEMBANGAN KE DEPAN

Pembangunan masyarakat informasi dan eGovernment di Estonia terus


mengalami kemajuan dan perkembangan. Berbagai layanan pemerintah dan
pengembangan sistem informasi terpadu terus dilakukan sesuai dengan
kemajuan teknologi dan tingkat kesiapan departemen bersangkutan. Di antara
beberapa aplikasi yang terus dibangun adalah:

• Ketersediaan informasi yang lengkap dan terpadu di internet. Portal


eGovernment diharapkan menjadi pusat informasi lengkap mengenai
pemerintah dan negara Estonia bagi semua kalangan.

• Aplikasi eFinance untuk mengatur semua sektor keuangan


pemerintahan yang menyangkut anggaran dan pemakaiannya.

• Sistem informasi hukum eLegal di mana masyarakat bisa mengakses


semua informasi yang berkaitan dengan hukum, pengadilan dan
proses perkara yang sedang mereka ajukan.

• Sistem perpajakan online eTaxation, dimana masyarakat dan


kalangan bisnis bisa mendapatkan informasi tentang pajak,
menghitung berapa pajak yang harus dibayarkan, sekaligus
membayarnya secara online.

• Manajemen dokumen secara digital untuk seluruh informasi, surat


menyurat, dan dokumentasi pemerintahan.

• Sistem informasi kependudukan eRegistries untuk pendaftaran semua


surat-surat izin secara online.

Layanan tersebut akan terus dikembangkan apalagi dengan kemajuan teknologi


informasi yang memungkinkan adanya konvergensi antara sistem komputer
dengan peralatan komunikasi. Pelayanan pemerintah di masa depan tidak
hanya bisa diakses melalui internet, tetapi juga melalui berbagai peralatan
komunikasi seperti telepon dan PDA.

Pada akhirnya, inisiatif eGovernment selain memberikan manfaat dalam


memudahkan masyarakat untuk mengakses layanan pemerintah, juga
memungkinkan terbangunnya pemerintahan yang bersih dan dapat
dipertanggungjawabkan.

108
RENCANA STRATEGIS
MODERNISASI MASYARAKAT
WINA

109
Sejak tahun 1990-an Dewan Kota Wina telah mengidentifikasi pentingnya
sistem informasi dalam proses pemerintahan. Setelah melalui berbagai
perjalanan dan diskusi panjang, dibangunlah rencana strategis modernisasi
proses administrasi publik di Wina pada tahun 2001. Rencana strategis ini
menyangkut pembangunan sistem informasi dan administrasi publik di Wina
yang dikembangkan untuk memperbaiki layanan masyarakat. Sebanyak 39
proyek tercakup dalam rencana pembangunan hingga tahun 2004.

Prinsip dasar dari pengembangan sistem informasi dan administrasi publik di


Wina adalah:

• Bagaimana pemerintah menciptakan kepuasan pelanggan dan


masyarakat yang lebih tinggi terhadap layanan yang selama ini ada
melalui eGovernment.

• Sistem administrasi publik harus mampu mengembangkan budaya


kerja dan budaya pemerintahan yang lebih produktif dan bertanggung
jawab.

• Pengelolaan keuangan secara modern sebagaimana dilakukan oleh


perusahaan untuk mempertinggi akuntabilitas dan
pertanggungjawaban publik.

• Membangun kinerja dan produktifitas yang tinggi pada semua


departemen dan pegawai pemerintahan

• Penggunaan teknologi informasi harus mampu menjadikan proses


bisnis lebih efisien.

• Pengadaan barang secara modern dengan eProcurement untuk


menjamin transparansi dan keadilan.

TUJUAN EGOVERNMENT

eGovernment mempunyai arti bahwa seluruh proses yang dikerjakan pemerintah


dalam pengambilan berbagai kebijakan dan dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat dilakukan dengan penggunaan teknologi informasi yang
intensif. Di Wina, inisiatif eGovernment mempunyai beberapa arah dan tujuan
strategis, yaitu:

• Dengan eGovernment pemerintah ingin memberikan penawaran yang


luas mengenai berbagai informasi penting yang dibutuhkan
masyarakat dan juga pilihan akses terhadap layanan pemerintah.
Masyarakat bisa mendapatkan layanan pemerintah secara interaktif
dan online sesuai dengan kebutuhan kehidupan mereka.

• Mengembangkan transparansi yang lebih luas dalam proses


pelayanan publik. Karena masyarakat bisa mendapatkan informasi
tentang berbagai program dan kegiatan pemerintah, masyarakat bisa
melakukan kontrol dan pertanggung jawaban lebih besar terhadap apa
yang dilakukan pemerintah.

• Dukungan dan partisipasi masyarakat yang lebih luas dalam proses


pengambilan keputusan. eGovernment mengharuskan pemerintah
memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan dan kebijakan yang akan diambil. Partisipasi

110
yang luas akan lebih menjamin keputusan yang diambil memenuhi
aspirasi masyarakat menuju proses pemerintahan yang lebih
transparan dan demokratis

• Menggantikan peran penyediaan layanan kepada masyarakat, di mana


mereka bisa mendapatkan layanan langsung melalui internet. Selama
ini masyarakat mendapatkan informasi dan layanan dengan
mendatangi langsung kantor-kantor pemerintahan. Lewat
eGovernment masyarakat mempunyai pilihan akses yang lebih
banyak.

Pelaksanaan eGovernment tentu saja akan mengubah peran dari staf dan
pegawai pemerintahan di Wina. Dalam pelayanan tradisional staf dan pegawai
pemerintahan akan banyak berurusan dengan penanganan masyarakat secara
langsung, dokumentasi dan aspek administratif. Melalui eGovernment, kontak
masyarakat secara langsung berkurang karena masyarakat bisa mendapatkan
layanan secara online. Urusan administratifpun bisa dikurangi dengan proses
otomasi sistem.

Peran staf dan pegawai pemerintah dengan akan dialihkan menjadi customer
service yang siap melayani berbagai pertanyaan melalui telepon dan email
mengenai cara menggunakan portal dan mendapatkan layanan pemerintah.
Mereka juga bertanggung jawab mengelola portal dengan memberikan berbagai
informasi yang diperlukan. Sementara staf lain diarahkan untuk
mengembangkan pemikiran strategis dan membangun kerjasama yang lebih
intens antara pemerintah, masyarakat dan kalangan bisnis.

BEBERAPA CONTOH APLIKASI EGOVERNMENT

Pemerintah kota Wina membangun portal resmi kota Wina yang beralamat di
www.wien.at. Portal ini merupakan salah satu yang tersukses di Austria dengan
20.000 pageviews dan 13 juta hits per bulan. Portal ini juga mempunyai layanan
newsletter wien.at.rk. Pihak Departemen informasi dan komunikasi yang
mengelola portal ini. Walaupun demikian, karena isi portal ini berasal dari
berbagai departemen, update informasi sangat tergantung dari keaktifan tiap-
tiap departemen, karena isinya diserahkan kepada mereka. Departemen
informasi dan komunikasi hanya memberikan arahan dan konsultasi tentang apa
yang perlu mereka tampilkan.

Target pengunjung dari portal ini adalah masyarakat dan kalangan bisnis di
kota Wina. Selain itu, juga ditujukan bagi kalangan turis dan masyarakat
internasional yang ingin mendapatkan informasi lebih jauh tentang Wina.
Secara umum informasi tentang Wina mendapatkan porsi sangat besar di
halaman depan. Dengan target market yang berbeda itulah, portal ini disajikan
dalam 2 bahasa: Inggris dan Jerman. Penggunaan bahasa Inggris
diperuntukkan terutama bagi pengunjung internasional.

111
Sumber: Austrian Government, 2001

Pengunjung bisa memulai menjelajah portal ini sesuai dengan informasi yang
ingin didapatkan. Terdapat menu yang sangat lengkap mulai dari informasi
bisnis, administrasi kota, kebudayaan, pendidikan, politik, ekonomi, wisata, dan
berbagai informasi lain. Bahkan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas
tentang Wina, disediakan berbagai foto-foto dan gambar-gambar sudut kota
Wina yang memudahkan kalangan wisatawan manca negara dalam menentukan
tujuan wisatanya.

Dari portal inilah, masyarakat Wina bisa mendapatkan layanan yang dibutuhkan
secara langsung, mulai dari proses perijinan hingga pembelian tiket. Di antara
beberapa layanan adalah:

• Pemrosesan perijinan untuk mendirikan perusahaan ataupun


melakukan perdagangan bisa dilakukan secara online. Formulir dan
persyaratan bisa dilampirkan di sana dan pembayaranpun bisa
dilakukan secara online. Pemrosesan yang cepat ini memungkinkan
tumbuhnya berbagai unit usaha secara signifikan.

• Proses pengurusan sertifikat tanah baik untuk masyarakat dalam


maupun luar Wina juga bisa dilakukan secara online. Semua aplikasi
dan pemrosesan dokumen dilakukan secara online. Pada saat
pemrosesan, orang bisa melihat status aplikasinya apakah diterima
atau tidak. Selesai aplikasi diterima orang tersebut akan
mendapatkan notifikasi secara online.

Banyak sekali aplikasi lain yang bisa dilakukan secara online. Dengan
demikian, eGovernment akan memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam
mendapatkan layanan pemerintah sekaligus mempercepat proses bisnis dan
produktifitas dari sisi pemerintahan.

112
STUDI PENERAPAN ELECTRONIC
GOVERNMENT DI YORDANIA

113
Yordania adalah salah satu negara di Timur Tengah yang berencana
menerapkan inisiatif e-Government. Sebagai langkah awal adalah mengadakan
studi penerapan e-Government di berbagai negara. Berikut adalah beberapa
hasil studi tentang penerapan e-Government yang menjadi dasar usulan bagi
penerapan di Yordania. Studi ini meliputi enam negara, yaitu: Australia,
Amerika Serikat, Singapura, Uni Emirat Arab, Portugal, dan United Kingdom.

TUJUAN E-GOVERNMENT

Secara umum, penerapan e-Government di berbagai negara yang dikaji


mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas layanan masyarakat, terutama dalam hal


mempercepat proses dan mempermudah akses interaksi masyarakat.

2. Meningkatkan transparansi pemerintahan dengan memperbanyak


akses informasi publik.

3. Meningkatkan pertanggungjawaban pemerintah dengan menyediakan


lebih banyak pelayanan dan informasi, serta menyediakan kanal
akses baru kepada masyarakat.

4. Mengurangi waktu, uang, dan sumber daya lain baik di sisi


pemerintah maupun pihak-pihak yang terlibat dengan memperpendek
proses pemberian layanan.

Setiap negara mempunyai prioritas berbeda dalam menerapkan tujuan e-


Government. Portugal misalnya menginginkan agar e-Government bisa menjadi
jalan bagi terwujudnya masyarakat yang demokratis dengan mendekatkan
masyarakat kepada negara melalui teknologi informasi. Singapura menerapkan
e - G o v e r n m e n t s e b a g a i u p a y a m e n i n g k a t k a n i m a g e s e b a g a i p e n g h u b u n g e-
Commerce untuk berbagai negara. Sementara penerapan e-Government di
Australia bertujuan meningkatkan kemampuan bersaing negara tersebut.

Aspek lain adalah mengenai tahapan pelaksanaan dan implementasi


eGovernment yang juga berbeda pada setiap negara. Karena besarnya ruang
lingkup e-Government, pelaksanaannya membutuhkan tahapan-tahapan
tertentu. Tahapan tersebut mulai dari yang paling sederhana dengan
pembentukan website resmi pemerintah, hingga mencakup berbagai aplikasi
yang rumit yang menyangkut antar departemen. Gambar berikut bisa
mengilustrasikan tahapan penerapan e-Government.

114
Sumber: Yordanian Government, 2002

POLA INSTITUTIONAL

Secara institusi, pemerintah yang melakukan imlementasi e-Government terbagi


dua: sentralisasi dan desentralisasi. Tabel berikut menggambarkan ciri khas
karakter pemerintahan dalam hal ini.

Dalam implementasi yang menganut sentralisasi, inisiatif e-Government datang


dari Pemerintah pusat. Pemerintah pusat jugalah yang membuat masterplan
perencanaan dan implementasi e-Government di seluruh negara. Dalam
pelaksanaannya, pemerintah menunjuk satu badan pemerintah yang menjadi
kordinator utama bagi seluruh proses pelaksanaan di lapangan. Pemerintah
Singapura merupakan contoh bagaimana e-Government diterapkan secara
sentralisasi. Pemerintah Singapura membentuk Infocom Development Authority
(IDA), Badan Otorita Pengembangan Informasi dan Komunikasi. IDA dibiayai
dengan mandat untuk mempelajari segala kemungkinan penerapan teknologi
informasi untuk berbagai layanan pemerintah. IDA kemudian membentuk apa
yang disebut sebagai “IT2000 Master Plan”, yang mencanangkan 130 layanan
yang bisa dilakukan secara online. Hingga sekarang, terdapat 132 layanan yang
sudah online di Singapura termasuk pembayaran pajak, pendaftaran sekolah
dan perguruan tinggi, dan juga layanan pendaftaran tenaga kerja. Implementasi
e-Government di Singapura tergolong cepat. Menurut laporan Badan Komputer
Nasional Singapura, website resmi pemerintah Singapura diluncurkan secara
resmi pada bulan April 1995, dan saat itu belum banyak departemen yang kenal
internet. Tetapi pada bulan Juli 1995, semua 36 kementrian negara Singapura
sudah terhubung secara online dan bisa diakses untuk pelayanan publik. Yang
menarik adalah, karena strukturnya yang tidak begitu besar, penerapan e-
Government pada tingkat implementasi di masing-masing departemen tidak
mendapatkan tantangan dan penolakan yang cukup berarti.

Karakter kedua adalah Desentralisasi, di mana inisiatif dan tema besar memang
ada pada pemerintah pusat. Tetapi pada tahap implementasi di lapangan,
badan-badan Pemerintah dan terutama pemerintah lokal lebih banyak berperan.
Contoh penerapan model ini adalah di Pemerintah Amerika Serikat. Isu e-
Government mencuat di awal 1980 hingga 1990-an ketika tuntutan kepada
Pemerintah Federal untuk meningkatkan kualitas layanan publik semakin
meluas. Hal itu juga didukung oleh beberapa aturan yang secara khusus
menyebutkan penerapan Teknologi Informasi sebagai alat untuk meningkatkan
layanan. Hal ketiga yang mendukung adalah mulai diterapkannya teknologi
informasi oleh beberapa badan pemerintah secara independen. Pada beberapa
level, eGovernment dibiayai oleh Pemerintah Federal. Tetapi setiap badan

115
pemerintah negara bagian, kota-kota serta daerah membiayai sendiri investasi
teknologi informasi yang mereka keluarkan. Peran Pemerintah Federal adalah
memberikan dukungan secara politis, menetapkan target dan deadline,
menawarkan bantuan keuangan dan sumber daya secara terbatas, dan
menginvestasikan untuk infrastruktur umum seperti telekomunikasi. Beberapa
badan bertugas secara lintas divisi melakukan kordinasi secara nasional, yaitu:

KARAKTER SENTRALISASI DESENTRALISASI


Pengambilan Top Down: Presiden Badan/Biro
Keputusan dan kabinet Pemerintahan
memberikan paket melaksanakan
keputusan, dan perencanaan mereka
dilaksanakan oleh sendiri
Badan/Biro yang
ditunjuk Pemerintah
Struktur Badan/Biro pemerintah Banyak tingkatan dalam
Pemerintahan sedikit, pemerintahan birokrasi pemerintah
hanya satu tingkat
Ukuran Kecil, 3,8 juta/60.000 Besar,
Pemerintahan/ 275.550.680/1.804.581
Birokrasi
Strategi Strategi dibangung Tema besar dari
oleh kabinet, dan pemerintah, tetapi
dilaksanakan oleh dikerjakan secara
Badan/Biro yang bersama oleh beberapa
ditunjuk sebagai badan/biro
kordinator pelaksana pemerintahan
Standar Ditentukan oleh Standar umum
Badan/Biro pemerintah ditentukan oleh
yang menjadi pemerintah pusat,
kordinator fungsionalitas
ditentukan oleh masing-
masing departmen atau
biro pemerintahan.
Inovasi Ditentukan oleh Dilakukan oleh masing-
Badan/Biro pemerintah masing departemen dan
yang menjadi biro pemerintah pada
kordinator tiap-tiap negara bagian

• Badan Layanan Teknologi Informasi Pemerintah, yang membiayai


inovasi proyek di bidang Teknologi Informasi;

• Chief Information Technologi Council, yang memfokuskan untuk


melatih staf IT dari badan pemerintahan dan melakukan pertukaran
informasi dalam pengembangan desain, aplikasi, dan berbagai
potensi lain yang bisa dikembangkan bersama;

• Badan Kerjasama Nasional untuk Pengembangan Pemerintahan


(National Partnership for Reinventing Government), sebuah badan
antar departemen yang dibentuk untuk memacu efisiensi,
transparansi, dan tanggung jawab kinerja berbagai badan pemerintah;
dan

• Badan Administrasi Layanan Masyarakat (General Service


Administration) yang bertanggung jawab dalam mempersiapkan
landasan administratif dari pihak pemerintah dan mengawasi badan-

116
badan pemerintah di dalam penggunaan dana yang berhubungan
dengan Teknologi Informasi.

LAYANAN MELALUI E-GOVERNMENT

Cukup terdapat variasi di berbagai negara dalam penerapan e-Government.


Layanan yang bisa dilakukan e-Government meliputi G2C (Government to
Citizen), G2B (Government to Business), dan G2G (Government to
Government). Portugal menerapkan hampir semua layanan masyarakat dalam
implementasi e-Government di negaranya. Sementara di Amerika Serikat,
implementasi e-Government diarahkan baik untuk G2C maupun G2B. Singapura
dan Inggris juga melakukan hal serupa. Uni Emirat Arab merupakan negara
yang tergolong baru dalam penerapan e-Government. Masih sedikit layanan
yang bisa dinikmati masyarakat secara online.

Sumber: Yordanian Government, 2002

REFORMASI SEKTOR PUBLIK

Penerapan e-Government tidak serta merta bisa mengubah kualitas layanan


pada berbagai sektor pemerintahan. Karena itu, penerapan e-Government perlu
didukung reformasi di sektor pelayanan sehingga secara langsung akan
mendukung perkembangan e-Government secara baik. Tanpa dukungan
tersebut, tujuan e-Government untuk meningkatkan kualitas layanan pemerintah
akan sulit tercapai.

INFRASTRUKTUR DAN PERANGKAT TEKNOLOGI

Penerapan e-Government di hampir semua negara dimulai dari pembangunan


portal ataupun website resmi pemerintah. Yang membedakan antara satu
negara dengan negara yang lain adalah aplikasi dan sistem yang dikembangkan
di belakang portal tersebut. Portugal mungkin yang cukup maju dalam hal ini,
dengan mengintegrasikan portalnya dengan model kios informasi yang
diletakkan di berbagai tempat. Singapura juga sudah mengintegrasikan
portalnya dengan berbagai aplikasi, termasuk database pemerintah, intranet,
dan lain-lain.

117
BEBERAPA PELAJARAN UNTUK YORDANIA

Dari hasil studi penerapan e-Government di enam negara di atas, beberapa hal
perlu diperhatikan untuk penerapan e-Government di Yordania:

• Pertama, Yordania perlu mengembangkan visi kepemimpinan yang


kuat dan terus menerus didengungkan baik di jajayan pemerintah
maupun masyarakat. Visi dan kepemimpinan yang kuat mutlak
diperlukan karena penerapan e-Government bukanlah perkara mudah
dan membutuhkan komitmen dari berbagai pihak.

• Kedua, perlu ditetapkan target yang bisa dijalankan secara jelas


sesuai dengan visi jangka panjang pemerintah. Target ini akan
menjadi tahapan-tahapan pelaksanaan e-Government dan juga
mempunyai fungsi kontrol terhadap keberhasilan pelaksanaan secara
keseluruhan.

• Ketiga, dalam tahap pelaksanaan, harus diiringi dengan reformasi


pada pelayanan publik. Penerapan teknologi informasi tidak serta
merta mengubah kualitas layanan pemerintah kepada masyarakat.
Diperlukan adanya usaha tersendiri untuk mengubah mentalitas
pegawai pemerintah menuju peningkatan kualitas pelayanan yang
lebih baik.

• Keempat, karena relevansinya yang luas dengan berbagai bidang, e-


Government tidak bisa diimplementasikan sendiri, tetapi harus
diintegrasikan dengan kebijakan lain di bidang sosial, terutama yang
terkait dengan kesenjangan digital.

• Kelima, untuk memastikan jalannya implementasi secara baik, perlu


adanya proyek percontohan sebelum implementasi. Proyek
percontohan ini akan memberikan perbaikan-perbaikan dan gambaran
di lapangan secara lebih nyata tentang berbagai masalah yang perlu
dipersiapkan solusinya ketika diimplementasikan secara nasional.

• Keenam, karena belum meratanya pemakaian internet, perlu


dipastikan bahwa strategi penerapan e-Government disesuaikan
dengan kepentingan publik tanpa mengorbankan layanan tradisional
yang selama ini ada. Artinya, layanan e-Government pertama kali
harus dilihat sebagai alternatif dan tidak serta merta menggantikan
fungsi layanan yang selama ini ada.

• Ketujuh, perlu adanya infrastruktur hukum yang kuat sebelum e-


Government dilaksanakan. Karena e-Government akan banyak sekali
berhubungan dengan informasi, baik milik negara ataupun
masyarakat, landasan hukum yang kuat mutlak diperlukan. Landasan
hukum akan memberikan pijakan bagi semua pihak yang ingin terlibat
dalam implementasi e-Government. Masyarakat juga akan
memberikan kepercayaan yang besar, karena tanpa partisipasi luas
dari masyarakat, tentu saja tujuan e-Government akan sulit tercapai.

• Kedelapan, karena e-Government adalah program untuk semua pihak,


pemerintah perlu melakukan sosialisasi pentingnya penerapan e-
Government kepada semua pihak yang terkait. Pemerintah tidak akan
bisa berjalan sendiri. Dengan menjual ide-ide dan keuntungan e-
Government kepada berbagai pihak akan memudahkan proses
pemahaman, dan partisipasi mereka pada saatnya diperlukan.

118
• Kesembilan, e-Government harus dibangun berdasarkan dan untuk
meningkatkan kemampuan bersaing negara. Jadi, penerapan e-
Government tidak semata-mata faktor gengsi ataupun ikut-ikutan
negara lain.

• Kesepuluh, karena e-Government membutuhkan dana dan sumber


daya yang sangat besar, pemerintah perlu membangun kerjasama
dengan pihak-pihak swasta yang terkait. Keterlibatan pihak swasta ini
diperlukan dalam banyak sekali sektor, mulai dari konsultasi
penerapan teknologi, hingga kalangan yang memberikan layanan
pendidikan teknologi kepada masyarakat.

Dan pada akhirnya, pemerintah perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat


dengan memberikan bahasa yang sesuai kepada mereka pentingnya e-
Government bagi mereka, terutama dalam proses pelayanan pemerintah
terhadap masyarakat yang lebih baik.

119
BRUNEI MENUJU MASYARAKAT
BERBASIS ELEKTRONIK

120
THE NATIONAL ICT PROGRAMME

Pemerintah Brunei Darussalam memiliki peran yang sangat besar dalam


mengadopsi teknologi informasi dan komunikasi. Pemerintah Brunei mulai
memformulasikan kerangka perencanaan strategi teknologi informasinya pada
tahun 1992 dan mulai dijalankan pada tahun 2000.

Pada akhir tahun 2000 Sultan Hassanal Bolkiah menunjukkan komitmennya


untuk membawa Brunei dan masyarakat Brunei menuju mainstream teknologi
informasi global. Pada konferensi APEC 2000, Sultan Hassanal Bolkiah
memberikan sinyal bahwa Brunei merupakan negara yang terbuka untuk bisnis.
Komitmen ini dituangkan ke dalam penerapan e-Government dan e-Business
serta e-Brunei – yang merupakan strategi untuk membawa Brunei menuju
masyarakat berbasis elektronis (paperless society). Disamping tujuan utama
tersebut terdapat juga kebutuhan untuk melakukan pengembangan sektor
pelayanan untuk membuat lapangan kerja baru dan sumber pertumbuhan
ekonomi. Dengan adanya tujuan di atas, maka lahirlah berbagai inisiatif baru
terhadap adopsi pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Brunei.

Visi Teknologi Informasi Nasional Brunei adalah:

“Brunei Darussalam to exploit IT to its fullest potential for national prosperity”

Sementara misi nasional Teknologi Informasi Nasional Brunei adalah:

“Brunei Darussalam through its National IT Council aims to lead and facilitate
the strategic development and diffusion of state-of-the-art IT for the entire
nation”

“IT 2000 and beyond” yang merupakan strategic IT plan nasional Brunei
memiliki berbagai tujuan seperti meningkatkan literasi penggunaan teknologi
informasi, mempromosikan penggunaan aplikasi teknologi informasi pada sektor
publik dan privat, dan juga memastikan ketersediaan tenaga kerja teknologi
informasi yang memadai untuk mendukung pertumbuhan pada berbagai sektor.
Untuk mendukung rencana tersebut, perencanaan strategi teknologi informasi
yang dibuat memberikan perhatian untuk membuat masyarakat yang berbasis
elektronis (paperless society), memperkenalkan layanan electronic government
melalui berbagai program pelatihan dan koordinasi teknologi informasi untuk
mempercepat adopsi teknologi informasi dan penyebaran e-Business pada
sektor private.

Melalui program Eight National Development Plan yang dilakukan mulai tahun
2001 sampai 2005, Pemerintah Brunei telah mengalokasi dana sebesar 570 juta
dollar Amerika untuk mengembangkan sektor tenologi informasi dan komunikasi.
Dana tersebut juga digunakan untuk mengembangkan infrastruktur e-
Government untuk mendukung penerapan teknologi informasi dan komunikasi
pada pemerintahan.

KEY ORGANISATIONAL STRUCTURE

Untuk mendukung pengembangan National ICT Programme maka ditetapkan


berbagai badan yang terdiri atas anggota dewan, komite dan agensi
pemerintahan lainnya seperti berikut.

121
Brunei Darussalam Technology (BIT) Council

BIT Council merupakan badan yang dibentuk pada tahun 2000 untuk
mengarahkan dan memfasilitasi pengembangan strategis dan penyebaran
teknologi informasi dan komunikasi kepada masyarakat. Badan ini dipimpin oleh
mentri komunikasi dan terdiri atas berbagai kalangan yang merepresentasikan
kalangan pemerintahan, sector privat, sektor teknologi informasi, pihak
akademik dan komunitas. Untuk mendukung misi yang dijalankannya, badan ini
menetapkan sepuluh tujuan yang mencakup berbagai area seperti leadership,
needs, IT literacy, manpower, applications, R&D, links, economy, business dan
relevance.

Information Technology and State Stores Department

Badan ini berada di bawah menteri keuangan dan tergabung dalam proyek
National ICT development programme. Badan ini bertugas mengatur beberapa
bidang seperti good governance, pengembangan berkelanjutan dan layanan
elektronis. ITSSD merupakan badan sekretariat dari BIT Councul. Dengan
demikian, badan ini bertugas untuk mendukung aktivitas BIT Council,
mengawasi implementasi National IT Strategic Plan, menjadi ujung tombak
untuk memformulasikan dan mengimplementasikan berbagai kebijakan dan
perencanaan teknologi informasi nasional, mengadakan hubungan dengan
kelompok teknologi informasi dan komunikasi, sekaligus sebagai organisasi
yang berhubungan dan mengatur komunikasi dan publikasi.

e-Government Programme executive Committee (EGPEC)

EGPEC merupakan afiliasi dari BIT Council. Anggota EGPEC merupakan


sekretaris dari berbagai kementrian dalam pemerintahan Brunei. EGPEC
bertugas sebagai advisor dan badan konsultatif BIT Council untuk
pengembangan dan Implementasi program-program e-Government seperti yang
tertera pada e-Government Strategic Framework for Action 2001-2005. EGPEC
bertugas untuk melakukan perkiraan, studi dan mengajukan langkah-langkah
implementasi program e-Government temasuk mempersiapkan Plan of Action
secara spesifik untuk melanjutkan misi program penerapan teknologi informasi
dan komunikasi dalam waktu lima tahun. Badan ini bertindak sebagai mesin
penggerak penerapan teknologi informasi untuk layanan publik dan
pengembangan layanan berbasis elektronis.

e-Business Programme Executive Committee (EBPEC)

EBPEC merupakan afiliasi dari BIT Council. Badan ini memiliki kesamaan
dengan EGPEC akan tetapi difokuskan untuk mengatur masalah perdagangan.
Anggota dari badan ini terdiri atas berbagai pimpinan lembaga teknologi
informasi dan merepresentasikan berbagai kalangan seperti sektor privat,
akademik dan layanan sipil. Badan ini juga bertugas untuk mengkoordinasikan
penggunaan aplikasi teknologi informasi untuk sektor privat dan publik,
mengidetifikasikan berbagai peluang strategis untuk bisnis teknologi informasi
lokal dan secara langsung mendampingi berbagai kebutuhan sektor teknologi
informasi.

122
Ministry of Communications

Kementrian komunikasi memiliki tugas utama untuk mengatur perencanaan,


pembuatan dan pengembangan indstri tranportasi –baik darat, laut dan udara—
dan indstri komunikasi –pos dan telekomunikasi. Kementrian ini juga
menyiapkan dan meng-update hukum dan regulasi untuk mendukung
pertumbuhan industri yang kompetitif dan kondusif. Kementrian ini juga
mengembangkan dan mempromosikan berbagai layanan melalui departemen
yang dimilikinya. Saat ini, Jabatan Telecom Brunei (JTB atau Brunei Telecom)
merupakan departemen yang berada di bawah kementrian komunikasi dan
bertugas untuk mengatur layanan telekomunikasi domestik dan internasional
seperti suara, pesan dan komunikasi data. Sebagai penyedia layanan
telekomunikasi nasional, JTB memiliki peranan penting untuk memfasilitasi
pengembangan infokomunikasi.

Authority of Infocummunications Technology Industry (AITI)

Badan ini dibentuk pada awal tahun 2003. AITI berfungsi sebagai badan
independen untuk membuat regulasi dan mengembangkan industri teknologi
informasi dan komunikasi.

E-GOVERNMENT – VISIONS AND DIRECTIONS

Kunci utama dari program e-Government Brunei adalah:

EG21 – Governance and Services Online

Terkait dengan penyelenggaraan e-Government, pemerintah Brunei memiliki visi


sebagai berikut:

“To be an E-Smart Government in line with 21st Century Civil Serice Vision”

dimana target dari visi tersebut adalah terciptanya suatu “paperless


bureaucracy”.

Adapun misi program e-Government Brunei adalah:

His Majesty’s Government aims to establish elektronic governance and services


to best serve the nation.

Untuk mendukung program e-Government maka dibentuk berbagai flagship.


Beberapa kementrian atau agensi pemerintah secara langsung bertugas untuk
memimpin beberapa flagship berikut:

PMONet, HRM Flagship Kantor Perdana Mentri

Defence ICT Infrastructure Kementrian Pertahanan

TAFIS, EG Centre, IT manpower Kementrian Keuangan


devt

<flagship being finalised> Kementrian Luar Negeri

123
MSC Flagship, Mukim.net Kementrian Dalam Negeri

e-Education Kementrian Pendidikan

<flagship being finalised> Kementrian Industri dan Sumber


Daya

Zakat Information System, e- Kementrian Agama


Kiosk, Islamic Information
System

e-Heritage Kementrian Budaya, Pemuda


dan Olahraga

eMinicom, eLatis Kementrian Komunikasi

e-Health Kementrian Kesehatan

MOD e Kementrian Pembangunan

Selain itu juga dikembangkan cetakbiru implementasi EG Value Chain yang


menyediakan alternatif efektif untuk mendukung kementrian pembangunan dan
agensi-agensi pemerintahan untuk masing-masing proyek e-Government
mereka. Kerangka layanan pada cetakbiru tersebut mencakup tiga area seperti:
EG Centre, EG Bandwidth dan EG Agency.

EG Agency Service

Pengguna pada departemen atau kementrian dapat memilih dua model


penawaran. Mereka dapat memilih menggunakan IT Center kementrian sesuai
dengan departemennya, atau memiliki host ITSSD pada EG Center. Secara
umum, terdapat 12 IT Center kementrian yang berhubungan dengan visi dan
misi spesifik tiap kementrian. Setiap Center menangani transaksi pada Internet,
Intranet dan Extranet. Agensi EG memberikan layanan berupa aplikasi
outsourcing, perangkat akses multi-channel, infrastruktur agensi, alatbantu
pada lingkungan office, manpower, training, kerangka arsitektur, marketing dan
jaminan kualitas.

EG Bandwidth Service

Layanan ini diatur oleh Kementrian Komunikasi. Infrastruktur komunikasi


membantu menyediakan koneksi ke berbagai pemerintahan. Dengan lain
perkataan, EG Bandwdth Service menyediakan outsourcing koneksi jaringan
broadband ke router/switch.

EG Centre Service

Layanan ini diatur oleh ITSSD yang didesain untuk memberikan layanan umum
seperti fasilitas hosting, manajemen fasilitas, data center, disaster recovery
center, network operation center, service operation center (termasuk sertifikasi

124
otoritas, layanan e-mail, portal, kustomisasi website, gateway dan layanan
bisnis umum).

KEY STRATEGIC AND GOALS

Secara umum terdapat tiga strategi yang digunakan pemerintah Brunei untuk
menerapkan e-Government.

• Pertama adalah dengan melembagakan kerangka struktural e-


Government untuk merealisasikan dan menopang pengeluaran. Hal ini
membutuhkan pengambangan infratruktir secara institusional,
membangun solusi e-government dan membuat mekanisme
pengawasan dan regulasi.

• Kedua adalah dengan menekan smart capital untuk membangun


infrastruktur yang reliabel. Bagian ini termasuk intrastruktur e-
Government, dan juga aplikasi dan layanan e-government secara
umum dan khusus.

• Strategi ketiga membutuhkan pembangunan sumberdaya masyarakat


yang berpengaruh pada kapasitas, kapabilitas dan inovasi ekonomi.

Terkait dengan strategi di atas, maka terbentuk tujuh tujuan seperti berikut:

• Menetapkan kerangka e-Government.

• Menetapkan arsitektur e-Government.

• Menetapkan pengawasan dan regulasi.

• Menetapkan infrastruktur e-Government.

• Menyebarkan aplikasi dan layanan e-Government secara umum.

• Menyebarkan aplikasi dan layanan e-Government secara khusus.

• Menetapkan ekonomi berbasis pengetahuan menggunakan teknologi


informasi dan komunikasi serta inisiatif masyarakat.

STATUS OF INITIATIVES

Berikut ini beberapa inisiatif e-Government yang visibel pada Brunei. Beberapa
diantaranya sudah terselesaikan, sementar beberapa inisiatif lainnya masuh
dalam tahap pengembangan.

TEMA: the IT Program for the Civil Service

TEMA merupakan singkatan dari TEknologi MAklumat yang dibentuk kantor


Perdana Mentri pada tahun 1995. Objektif dari pengembangan TEMA terdiri atas
tiga bagian, yaitu:

• Memperkenalkan program teknologi informasi secara umum untuk


digunakan sebagai alat bantu masyarakat.

125
• Mempromosikan program teknologi informasi untuk pengguna
kementrian atau departemen. Promosi ini dilakukan melalui IT
Committee pada tingkat mentri dan steering committee pada tingkat
departemen.

TEMA digunakan untuk meng-update proses dan layanan pada saat proyek
implementasi dan perawatan sistem Teknologi Informasi pada berbagai
kementrian dan departemen. Dengan menggunakan TEMA, kementrian dan
departemen dapat membuat permintaan untuk perangkat keras dan layanan
teknologi informasi.

TAFIS

Pada akhir tahun 2002, Kementrian Keuangan Brunei mulai


mengimplementasikan proyek Treasury Accounting and Financial Information
System (TAFIS). Objektif utama yang ingin dicapai adalah untuk memperbaiki
efisiensi proses transaksi keuangan pemerintah. Versi dasar dari TAFIS telah
disiapkan semenjak Maret 2002 dan dilakukan Business Process Reengineering
(BPR) setelah milestone pertama selesai dilakukan. Persiapan untuk milestone
kedua yang digunakan pada empat kementrian sudah mulai dipersiapkan.
Penggunaan TAFIS diharapkan meningkatkan efisiensi manajemen layanan
keuangan pemerintah, meningkatkan akuntabilitas dan pencatatan keuangan
pemerintah, disamping mempersiapkan alih pengetahuan dan kemampuan
berdasarkan teknologi dan mendukung proses paperless geovernment. Pada
akhirnya proyek ini bertujuan untuk memperbaiki efisiensi dan efektivitas
proses dan memperpendek waktu pengiriman.

E-Education

Inisiatif e-Education merupakan fokus utama kementrian pendidikan sesuai


dengan program e-Government. Tujuan utama e-Education adalah untuk
memperbaiki secara signifikan kualitas belajar dan mengajar di kelas, dan juga
meningkatkan literasi teknologi informasi. Strategi e-Education dituangkan
dalam program EDUNET, e-Learning, Education Information System (EIS),
Digital Library dan Human and Capacity Building.

E-Health

Visi dari kementrian kesehatan adalah meningkatkan layanan medis melalui


program e-Health. E-Health termasuk di dalam health plan 2000-2001, dengan
misi untuk memberikan layanan medis dan perawatan kepada rakyat Brunei
Darussalam. Implementasi E-Health dilakukan oleh kementrian kesehatan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, menghemat pengeluaran dalam
hal pemberian layanan kesehatan dan untuk meningkatkan layanan laboratorium
klinik. Jaringan broadband yang disebut dengan RaGAM21 menghubungkan
berbagai rumah sakit dengan lokasi yang berbeda-beda seperti Kuala Belait,
Tutong dan Temburong dengan rumah sakit RIPAS. Semua layanan tersebut
terintegrasi menjadi satu dalam lingkup E-Health. Dengan cara seperti ini,
perawatan medis dapat dilakukan langsung kepada pasien dibandingkan pasien
harus mendatangi perawatan medis.

126
Multipurpose Smartcard

Smartcard pertama kali diperkenalkan di Brunei pada tahun 2000. Semenjak


diperkenalkan pertama kali, smartcard yang dikeluarkan berjumlah 280.000
dalam bentuk official identity card. Kartu tersebut dapat digunakan sebagai
surat izin mengemudi, dokumen registrasi sekolah atau untuk berbagai
keperluan lainnya. Kartu tersebut bahkan juga digunakan sebagai identitas
multifungsi yang digunakan untuk dokumen perjalanan atau passport.
Direncakan kartu tersebut juga dapat digunakan oleh pihak imigrasi untuk
mengatur lalulintas orang dan dimasa mendatang juga digunakan dalam aplikasi
e-Government.

Eco-Cyber Park

Selama ini negara Brunei dikenal sebagai negara yang ekonominya bertumpu
pada minyak. Akan tetapi, saat ini sudah banyak proposal yang dikeluarkan
untuk membuat ekonomi yang bertumpu pada teknologi informasi dan
komunikasi sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Salah satu proposal
tersebut dikenal dengan nama Brunei Eco-Cyber Park. Eco-Cyber Park
merupakan proyek pembangunan infrastruktur informasi. Eco-Cyber Park
digunakan sebagai inkubator untuk pengembangan layanan teknologi informasi
dan komunikasi yang dinamis, termasuk didalamnya adalah pengembangan
komunikasi data dan content multimedia untuk membantu menarik perusahaan
asing dan investasi di dalam negeri.

Mukim.Net

Proyek mukim.net dilakukan untuk menjangkau berbagai “mukim” atau


“kampung” di Brunei Darussalam. Aktivitas dan akses online akan dipusatkan
pada berbagai pusat komunitas seperti halnya kantor pos. Proyek ini memiliki
dua tujuan utama, yaitu:

• Menyediakan layanan akses internet kepada masyarakat yang tidak


memiliki sendiri akses teknologi informasi dirumah atau ditempat
lainnya seperti sekolah dan sebagainya,

• Membawa informasi bisnis ke kampung-kampung dan meningkatkan


semangat untuk berwirausaha.

KEY CHALLENGES AND THE WAY AHEAD

Meskipun termasuk terlambat dalam memulai, Brunei Darussalam dikatakan


cukup berhasil dalam menerapkan e-Government. Pemerintah telah berhasil
menetapkan berbagai kunci keberhasilan, tujuan dan strategi juga telah berhasil
dibuat, mengkoordinasikan berbagai badan yang berhubungan termasuk
menyediakan alokasi dana. Proses ini sudah dimulai oleh Sultan dan official
senior pemerintah Brunei semenjak tahun 2000.

Laporan-laporan perkembangan juga sudah dimulai pada berbagai area, yang


pada awal tahun 2003 telah dinilai cukup berhasil. Pembangunan teknologi
informasi dan komunikasi di Brunei juga menunjukkan keberhasilannya untuk

127
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah Brunei sampai saat ini juga
masih terus-menerus melakukan pengembangan e-Government seperti yang
tercantum pada IT strategic plan “IT 2000 and Beyond”. Salah satu kunci
sukses pemerintah Brunei seperti yang dikemukakan oleh Haji Mahmud,
Direktur ITSSD adalah adanya dukungan dari pihak eksekutif dan penggunaan
manajemen perubahan.

128
KOMITMEN PENGUASA
MEMODERNISASIKAN CHINA

129
INFORMATIONIZATION IN CHINA

Selama beberapa dekade, telah terjadi perubahan yang fenomenal untuk


memodernisasikan Republik Rakyat China (RRC). Hal ini ditunjukkan oleh
komitmen penguasa RRC untuk membawa China ke dalam ekonomi pasar.
Internet sendiri di China sudah dikenal sudah sejak lama. Saat ini internet
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat kota. Jumlah
pengguna internet di China juga meningkat dua kali setiap tahun selama lima
tahun belakangan. Industri informasi (termasuk perangkat keras, perangkat
lunak dan content) telah menjadi pilar utama sektor komersial China.
Perusahaan teknologi informasi China seperti Legend dan Founder terbukti
mampu bersaing dengan perusahaan asing dalam hal merebut pasar domestik.

INFORMATIONIZATION BLUEPRINT

Pemerintah China menetapkan sepuluh Five-year Plan (2001-2005) penggunaan


teknologi informasi dan komunikasi sebagai alat bantu meningkatkan
industrialisi di China sebagai “national economic strategic adjusment and
restructuring”.

Pada tahun 2000, pemerintah memperkenalkan sebuah aturan yang disebut


dengan “National Informatization Quotient” atau NIQ yang digunakan sebagai
panduan evaluasi tingkatan informasi pada berbagai daerah di China. Juli 2002
China mengeluarkan cetakbiru informasi yang disebut dengan “Layout of
National economy and Society Informatization”. Dalam cetakbiru tersebut
termasuk empat program yang harus dijalankan.

• Pembangunan sumberdaya informasi.

• Pembangunan infrastruktur informasi

• Aplikasi informasi

• Produk informasi .

Pada waktu yang sama pengembangan e-Government pemerintah China


memiliki cakupan sebagai berikut:

• Mengembangkan fungsi dan platform jaringan informasi e-governemnt


dengan standar yang seragam.

• Mengelola implikasi sistem bisnis, serta pengembangan dasar dan


strategi warehouse informasi e-Government.

• Meningkatkan pertukaran sumberdaya informasi.

• Mengembangkan sistem keamanan dasar e-Government.

THE GOLDEN PROJECT

Penerapan Teknologi Informasi di China mulai dikembangkan pada Desember


1993, dengan terbentuknya Joint Committee of National Economic
Informatization yang mengeluarkan sebuah inisiatif yang disebut dengan
“Golden Project”. Tujuan dari proyek ini adalah:

130
• Membangun jalur informasi nasional untuk melakukan modernisasi
dan pengembangan ekonomi.

• Mengarahkan pengembangan teknologi informasi di China.

• Menghubungkan pemerintah pusat ke setiap povinsi dan membuat


pemerintah dapat melakukan berbagai tindakan melalui berbaga
kementrian dan industri.

Poin pertama bertujuan untuk membuat infrastruktur informasi untuk dapat


mengalirkan berbagai data. Poin kedua merupakan usaha China untuk membuat
negara tersebut lebih modern. Sementara poin ketiga merupakan gabungan
antara dua poin pertama, sehingga pemerintah pusat dapat mengawasi
administrasi ke tiap daerah dengan menjadi “information gatekeeper”.

Inisiatif Golden Project dapat dikategorikan ke dalam empat tier atau fase:

• Golden Gate atau kerap juga dikenal dengan nama Golden Custom
dibuat untuk mengintegrasikan informasi perdagangan dengan
berbagai badan seperti MOFTEC, Biro Umum, serta menjadi tempat
bagi perusahaan perdagangan asing dan bank.

• Golden Bridge memfokuskan diri pada infrastruktur. Tujuannya


adalah membuat tulang punggung infrastruktur jaringan informasi
ekonomi nasional. Proyek ini memberikan dukungan penggunaan
akses internet, email, EDI serta layanan informasi dan aplikasi.

• Golden Card yang bertujuan untuk membuat metode pembayaran


elektronis dengan menggunakan credit dan debit card.

• Golden Sea memfokuskan diri pada sistem penghubung informasi


antara pemimpin pemerintah China, menyediakan akses data secara
mudah dari berbagai institusi, organisasi dan berbagai kantor yang
semuanya berada dibawah pengawasan komite pusat partai komunis.

Tahap selanjutnya dibuat melalui proyek Tier Two yang didesain untuk
menerapkan jaringan informasi ke dalam reformasi ekonomi. Beberapa proyek
yang tergabung di dalam Tier Two adalah seperti berikut:

• Golden Macro yang dibuat dengan fokus utama adalah memberikan


layanan kepada pemerintah Ekonomi Pusat dan Keuangan melalui
aktivitas ekonomi China.

• Golden Tax memfokuskan diri pada pembangunan jaringan data yang


menghubungkan kantor administrasi pajak pusat di Beijing dengan 50
kantor dan 800 biro.

• Golden IntelLigence yang mengkonsentrasikan diri pada pengaturan


layanan internet China.

• Golden Shield yang mempromosikan pengadopsian informasi dan


komunikasi bagi kepolisian sehingga dapat meningkat efisiensi dan
efektivitas kerja polisi.

Proyek yang berada pada Tier Three memiliki aplikasi yang bersifat spesifik.
Diantara aplikasi yang berada pada area ini adalah:

131
• Golden Enterprise bertugas untuk melakukan konstruksi intranet,
ekstranet dan berbagai koneksi berbagai perusahaan besar dan
menengah.

• Golden Agriculture merupakan bank data dan jaringan layanan untuk


menyediakan informasi agriculture, laporan cuaca dan informasi
pasar.

• Golden Health merupakan proyek untuk membangun sistem


pertukaran informasi kecepatan tinggi untuk rumah sakit.

• Golden Information merupakan proyek yang menghungkan berbagai


koleksi statistik antar berbagai departemen.

• Golden Housing yang digunakan untuk membangun pertukaran


informasi pada real estate.

Proyek Tier Fourth disebut dengan Golden Cellular yang merupakan konsorsium
delapan perusahaan komunikasi mobile domestik China dan Golden Switch yang
merupakan program untuk membangun industri manufaktur digital.

THE GOVERNMENT ONLINE PROJECT

Beragam Golden Project yang dibuat oleh pemerintah China digunakan sebagai
tulang punggung operasional untuk membawa China ke ekonomi informasi.
Setelah terbentuknya tulang punggung di atas, maka dikeluarkan proyek baru
yang mencakup Government Online, Enterprise Online, dan family Online.

• Government Online yang bertujuan untuk menerapkan secara


maksimum penggunaan teknologi informasi dan komunikasi pada
agensi pemerintahan, menghubungkan dan mendekatkan informasi
kepada masyarakat.

• Enterprise Online yang bertujuan untuk membuat dunia industri


mempercepat adopsi teknologi informasi dan juga meningkatkan
transparansi.

• Family Online digunakan untuk meningkatkan penggunaan


sumberdaya jaringan oleh keluarga di China, membawa masyarakat
ke e-platform baru.

Government Online Project dikembangkan dengan menggunakan pengembangan


tiga langkah inisiatif berikut:

• Langkah pertama memfokuskan diri pada pengenalan teknologi dan


menghubungkan 1000 kantor pemerintahan dan agensi ke internet.

• Langkah kedua memfokuskan pada sharing informasi dengan


membuat sistem informasi pada berbagai kantor dan agensi
pemerintahan dalam bentuk elektronis yang kompatibel.

• Langkah ketiga adalah mempersiapkan pemerintah untuk mengadopsi


penyelanggaran pemerintah berbasis paperless.

Tujuan utama proyek government Online China adalah sebagai berikut:

132
• Mengintegrasikan dua platform internet, yaitu jaringan internal untuk
menangani hubungan pemerintah ke semua tingkatan dan web
eksternal untuk menangani interaksi dengan perusahaan, layanan
publik dan antar pemerintahan.

• Menetapkan beberapa bank data seperti demografi, sumber daya


alam, hukum, dan ekonomi makro.

• Mentransformasikan pemerintahan melalui 12 prioritas aplikasi seperti


kustomisasi, perpajakan, keuangan, keamanan umum, keamanan
sosial, agrikultur dan sumber mata air.

• Memastikan keamanan dan perlindungan data (integritas


data/security).

• Membangun standar sistem informasi dan kebijakan sistem.

ZHONGGUANCUN AND THE HAIDIAN “DIGITAL PARK”

Digital Park merupakan platform perangkat lunak yang digunakan untuk


memproses hubungan internal dan eksternal. Platform ini memungkinkan
pemerintah untuk menyediakan layanan dan mempermudah kewajiban
administrasi pemerintah. Sistem Digital Park memperkenalkan empat fitur utama
seperti keterbukaan, interaktivitas, website all-in-one (single point of acces)
dan all-in-one-sheet (akses dokumen tunggal). Sistem ini memiliki lima fungsi
berikut:

• E-Application. Merupakan program berbasis web yang menyediakan


berbagai form dan dokumen yang terkait dengan masalah hukum,
regulasi, kebutuhan, dan prosedur. Layanan ini menyediakan semua
informasi yang dibutuhkan oleh setiap orang yang ingin mengetahui
bagaimana membuat perusahaan pada Park. Aplikan dapat
melengkapi form yang disediakan secara online.

• E-Registration. Setelah dilakukan pendaftaran, perusahaan harus


menyediakan informasi tambahan dengan berbagai departemen terkait
seperti biro statistik, keuangan, dan pengawasan kualitas. Kesemua
proses dapat dilakukan secara online.

• E-Administration. Menyediakan proses administrasi online yang


sebelumnya harus dikerjakan dengan menggunakan prosedur standar.

• E-Reporing. Setiap perusahaan yang mengodopsi teknologi tinggi


harus memberikan laporan mengenai data operasional yang dimiliki
seperti pendapatan, pajak, aliran dana dan sebagainya ke pemerintah
secara berkala. Proses ini dapat dilakukan secara online. Dalam hal
ini perusahaan membayar dana lebih untuk mendapatkan identitas
digital yang dikeluarkan oleh Certification Authority.

• E-Consulting. Kantor pemerintah dapat menyediakan layanan


konsultasi interaktif secara online mengenai berbagai prosedur dan
menyediakan jawaban terhadap pertanyaan yang sering dikemukakan
melalui email atau fax.

SHANGHAI TARGET UNDER THE TENTH FIVE-YEAR PLAN

Pemerintah Shanghai memiliki beberapa target dalam penerapan e-Government


sesuai dengan China Tenth Five-Year Plan (2001-2005) seperti berikut:

133
• Memperbaiki tingkat kompetitif dan transformasi Shanghai dengan
pertumbuhan indsutri skala besar dan meningkatkan kapasitas
sumberdaya distribusi baik China dan dunia.

• Memperbaiki penyediaan layanan peluang bisnis bagi investor dalam


negeri dan luar negeri sekaligus memperkecil biaya penyediaan
layanan.

• Optimasi pengembangan lingkungan pada berbagai lokasi yang ideal


untuk memulai bisnis baru dan tempat tinggal.

• Memperbaiki kualitas hidup masyarakat dan melakukan tata kota


sesuai dengan gaya standar metropolis internasional.

• Meng-upgrade administrasi kota dan memperkenalkan sistem baru,


dan juga menyediakan sistem yang melibatkan berbagai kalangan
seperti pemerintah, masyarakat, pasar dan penduduk kota.

CONCLUDING REMARKS

Pengembangan program e-Government pada berbagai negara tentunya


melahirkan berbagai tantangan dan hambatan. Terutama sekali melihat
kompleksitas masyarakat China. Berbagai riset menunjukkan terdapat tujuh
hambatan yang ditemui dalam proyek implementasi e-Government di China,
yaitu:

• Bureaucracy. Kesulitan utama dalam penerapan e-Government


adalah masalah birokrasi. Masalah birokrasi di China dapat diatasi
ketika unit-unit pemerintahan mulai terintegrasi ke dalam sistem e-
Government secara umum.

• Lack of Financial Resources. Hambatan kedua yang dihadapi oleh


pemerintah China adalah masalah prioritas program yang harus
dikerjakan. Banyaknya pengeluaran untuk berbagai keperluan
menyebabkan proyek e-Government sendiri mengalami kendala
kekurangan dana.

• Lack of Technical Standards. Kurangnya standar teknis


mendatangkan masalah untuk mengintegrasikan sistem. Perbedaan
modul program menyebabkan sebuah sistem tidak dapat digunakan
pada sistem lainnya. Masalah ini menyebabkan sistem menjadi tidak
terintegrasi.

• Gaps in Legal framework. China masih memiliki hambatan dalam hal


penguasaan teknologi, hal ini menyebabkan sulitnya interaksi dua
buah area seperti e-Government dan e-Business.

• Security Problem. Pemerintah China masih tetap mengatur berbagai


aspek di internet, termasuk mengatur hal-hal yang bersifat “subversif”
terhadap aktivitas di internet dan sensor terhadap berbagai content.

• Relatively low numbers of e-Government users. Pemerintah China


masih menghadapi kekurangan jumlah massa kritis pengguna untuk
beragam aplikasi e-government.

• Digital Devide. Masalah ini merupakan masalah tersendiri bagi


pemerintah China. Dengan populasi menyampai 1,3 milyar, tersebar

134
pada berbagai daerah dan juga kesenjangan literasi penggunaan
komputer. Pemerintah China juga masih harus memprioritaskan
berbagai proyek dasar seperti pengadaan air bersih dan listrik pada
berbagai daerah dibandingkan dengan memprioritaskan pembuatan
akses internet.

135
MENUJU KOMUNITAS DIGITAL
BERBASIS E-BUSINESS DI
HONGKONG

136
THE DIGITAL 21 IT STRATEGY

Pada tahun 1998 pemerintah Hongkong mengeluarkan “comprehensive and


visionary programme of initiatives”. Inisiatif ini terturang dalam dokumen yang
disebut dengan Digital 21 IT Strategy (www.digital21.gov.hk). Strategi tersebut
mengatur inisiatif dan program untuk mempromosikan infrastruktur informasi
Hongkong dan berbagai layanan untuk memposisikan Hongkong sebagai
pemimpin komunitas e-Business dan kota digital yang terhubung secara global.
Dalam implementasinya, pemerintah Hongkong telah mengidentifikasikan lima
faktor utama yang harus dikerjakan. Kelimanya adalah:

• Untuk mempersiapkan lingkungan e-Business di Hongkong.

• Memastikan kepemimpinan pemerintah Hongkong dengan percontohan.

• Mengembangkan workforce untuk ekonomi informasi.

• Memperkuat komunitas Hongkong untuk eksploitasi digital.

• Mempersiapkan Hongkong dalam eksploitasi penerapan teknologi.

THE E-GOVERNMENT PROGRAMME

Identifikasi terhadap kelima kebutuhan tersebut di atas dilakukan dengan


penerapan e-Government, menyediakan e-options untuk berbagai layanan, dan
secara aktif mulai melakukan e-procurement dan outsoursing. Visi dari
pemerintah Hongkong adalah “untuk mentransformasikan pemerintahan
tradisional ke dalam e-Government citizen-centric”. Pemerintah juga membuat
website resmi sebagai pusat informasi yang bertujuan untuk menyediakan
layanan elektronis kepada publik dan bisnis dengan cara yang efisien dan
memenuhi kebutuhan pengguna. Dalam pengembangan e-Government,
pemerintah Hongkong juga menetapkan beberapa objektif seperti perbaikan
layanan, menetapkan efisiensi dan mengadopsi penggunaan e-Commerce dalam
sektor privat. Pemerintah Hongkong menetapkan dua sasaran utama berikut:

• Menyediakan e-options untuk 90 persen layanan publik dalam bentuk


elektronis pada akhir tahun 2003.

• Menyiapkan 80 persen procurement tender pemerintah secara


elektronis pada akhir tahun 2003.

Pemerintah Hongkong juga mengidentifikasikan tujuh kunci sukses dalam


penerapan e-Government, yaitu:
1. Kepemimpinan dari mulai level tertinggi pemerintahan.
2. Koordinator e-Government.
3. Terselenggaranya governance dan kerangka manajemen.
4. Kerangka legal.
5. Infratruktur informasi yang handal.
6. Kerangka interoperabilitas.
7. Kebijakan dan praktek keamanan.
8. Outsourcing
9. Komitmen untuk berinovasi.

137
MAJOR E-GOVERNMENT INITIATIVES

Pemerintah Hongkong mengembangkan strategi e-Government mereka dengan


berbagai strategi. Pengembangan strategi e-Government pemerintah Hongkong
secara umum dapat dikategorikan menadi G2C (Government-to-Citizen), G2B
(Government-to-Business), G2E (Government-to-Employee), dan G2G
(Government-to-Government).

Transforming Government-Public Interaction

Dengan penerapan aplikasi teknologi informasi, pemerintah Hongkong telah


melakukan perubahan cara mereka berhubungan dengan rakyat Hongkong.
Pemerintah membuat aplikasi yang memungkinkan rakyat Hongkong memiliki
satu kanal akses untuk mendapatkan informasi dan layanan. Semua biro dan
departemen di Hongkong memiliki website dengan dukungan bilingual (tersedia
dalam bahasa Inggris dan China). Government Information Centre merupakan
website pemerintah yang paling populer diakses. Selama tahun 2001 website
tersebut mengundang lebih dari 500 juta page view. Untuk mendapatkan akses
ke sejumlah website lainnya, Government Information Centre menyediakan link
y a n g l e n g k a p , s e h i n g g a p e n g g u n a d a p a t d e n g a n m u d a h m e n d a pa t k a n i n f o r m a s i
dan layanan.

Electronic Services Delivery (ESD)

ESD merupakan layanan publik yang diberikan oleh pemerintah Hongkong. ESD
mengintegrasikan layanan publik dan sektor dengan pendekatan customer-
centric. Sampai dengan akhir tahun 2002, portal ESD memiliki lebih dari 140
jenis layanan publik, yang berasal dari lebih 40 departemen pemerintahan dan
agensi. Masyarakat dapat dengan mudah melakukan berbaga aktivitas secara
online –mulai dari pembayaran pajak, pengurusan izin mengemudi, memakai
fasilitas milik pemerintah dan sebagainya. Untuk mempermudah akses kepada
layanan yang diberikan, pemerintah memberikan fasilitas kiosk ditempat-tempat
umum. Kiosk yang disediakan termasuk adanya fasilitas scanner untuk
membaca dokumen, slot untuk ID atau credit/debit card, dan fasilitas printer.
Beberapa layanan komersial bahkan dapat dilakukan melalui kiosk seperti
pemesanan tiket

Multi-Application Smart ID Card

Salah satu yang menjadi tujuan proyek e-Government pemerintah Hongkong


adalah menggantikan tujuh juta kartu identitias dengan menggunakan Smart ID
card, yang dimulai pada pertengahan tahun 2003. Kartu tersebut bersifat
multifungsi karena selain dapat digunakan untuk keperluan imigrasi, pemilik
kartu juga mendapatkan fasilitas aplikasi tambahan seperti meminjam buku
diperpustakaan termasuk sebagai bukti/surat izin mengemudi. Di dalam kartu
tersebut juga disediakan fasilitas digital certificate, yang memungkinkan
pengguna untuk dapat melakukan transaksi bisnis secara aman melalui jaringan
internet. Dengan penyebaran penggunaan Smart ID card kepada tujuh juta
masyarakat Hongkong, diperkirakan Hongkong merupakan negara dengan
jumlah pengguna Smart ID card terbanyak di dunia saat ini.

138
Electronic Procurement

Electronic Procurement merupakan fasilitas lainnya yang disediakan oleh


pemerintah Hongkong. Pemerintah mentargetkan 80 persen procurement tender
dapat dilakukan secara elektronis. Untuk keperluan non-tender, Electronic
Trading System digunakan oleh Government Supplies Department (GSD)
pemerintah Hongkong semenjak April 2000. ETS menyediakan infrastruktur
online untuk registrasi supplier, notifikasi tender, download dokumen tender,
mengirimkan tender dan kontrak dan sebagainya. Semua fungsi tersebut dapat
dilakukan melalui internet, yang berarti tender dapat dilakukan secara online 7
hari seminggu dan 24 jam sehari.

Electronic Trading System

Perdagangan global merupakan salah satu yang menjadi tulang punggung


ekonomi Hongkong. Sebagai negara dengan pelabuhan bebas, berbagai produk
tidak memerlukan izin khusus untuk dapat keluar masuk Hongkong. Untuk
keperluan perdagangan tersebut, pemerintah membangun Electronic Data
Interchange yang digunakan untuk keperluan submisi dan pemrosesan dokumen
perdagangan. Dengan menggunakan EDI, perusahaan dapat mempercepat
proses pengurusan dokumen bisnis, seperti order pembelian, pengiriman order
dan dokumen pemerintah lainnya dalam bentuk elektronis.

Tradelink

Mulai tahun 1997, pemerintah Hongkong mengeluarkan layanan tradelink yang


menyediakan gerbang elektronik tunggal untuk mempermudah proses transaksi
perdagangan. Poyek tradelink bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan
tingkat kompetitif komunitas perdagangan Hongkong dengan menyediakan
layanan perdagangan secara elektronis, otomatisasi proses transaksi baik untuk
pemerintah dan juga sektor komersial. Tujuan utamanya adalah mempercepat
pemrosesan dokumen yang diperlukan termasuk mereduksi time-to-market.

139
Sampai dengan pertengahan tahun 2002, tradelink telah memiliki pengguna
sampai dengan 53.000 perusahaan. Semua proses perdagangan dapat
dilakukan secara elektronis, dan sampai saat ini tradelink dapat menangani
70.000 transaksi per hari.

INNOVATIVE BUSINESS MODELS

Pemerintah Hongkong memiliki program yang terkait dengan model bisnis


seperti berikut:

Government Portal

Pada model ini, pemerintah menyediakan semua bentuk investasi dan biaya
operasi. Contoh proyek ini adalah pengembangan Government Information
Centre, dan website untuk semua biro dan departemen.

The “Service” Approach

Pada model ini, pemerintah membeli layanan dari rekanan bisnis. Contoh dari
proyek ini adalah pembangunan Electronic Tendering System.

Public-Private Partnership

Untuk mempercepat proses implementasi e-Government, pemerintah


melakukannya dengan strategi outsourcing. Objektif yang ingin dicapai adalah
untuk meningkatkan kapasitas layanan teknologi informasi dan mengakselerasi
berbagai solusi berbasis teknologi informasi. Sampai dengan akhir tahun 2002
lebih dari 80 persen semua proyek teknologi informasi dikerjakan dengan
strategi outsourcing.

MILESTONE AND CHALLENGES

Key Milestone

Sampai dengan akhir tahun 2002, 80 persen layanan publik di Hongkong sudah
tersedia secara elektronis. Program ESD terbukti mengalami peningkatan
sampai dengan 40 persen volume transaksi tiap bulannya. Website pemerintah
pun mengalami peningkatan pengunjung sampai dengan 2 juta hits perhari.
Penggunaan Smart ID Card juga ternyata terbukti mempercepat layanan yang
disediakan oleh pemerintah kepada pemilik kartu.

Key challenges

Sehubungan dengan pengembangan e-Government di Hongkong, Ms Joyce


Tam, yang merupakan Principal Assistant Secretary EG division mengeluarkan
pernyataan menarik seputar menyukseskan pengembangan tersebut:

• Memiliki komitmen yang tinggi termasuk kesepakatan untuk


menggunakan BPR sebelum pengembangan sebenarnya dilakukan.
Untuk suksesnya proyek e-Government maka dibutuhkan adanya
koordinator e-Government/EG Office yang bertugas untuk
menjalankan inisiatif yang sudah diberikan dan melanjutkan berbagai
kebijakan yang sudah dibuat menjadi visibel.

140
• Berusaha untuk mempercepat pekerjaan proyek pada level
operasional.

• Mendidik masyarakat untuk dapat menggunakan layanan online.

Closing Remarks

Dalam pengembangan e-Government di Hongkong, Mr Francis Ho, yang


menjabat sebagai Permenent Secretary for the Information Technology and
Broadcasting Branch memberikan beberapa dampak yang diperoleh:

• Penerapan e-Government ternyata memberikan dampak secara


langsung terhadap tingkat kompetitif ekonomi Hongkong.

• E - G o v e r n m e n t d i g u n a k a n u n t u k m e n in g k a t k a n p r o d u k t i v i t a s .

• E-Government terbukti menghemat pengeluaran pemerintah untuk


menyelenggarakan berbagai layanan publik.

• E-Government juga terbukti menjadi kunci utama kemajuan inovasi


ekonomi Hongkong.

141
AMBISI INDIA MENJADI NEGARA
SUPERPOWER DI BIDANG
TEKNOLOGI INFORMASI

142
THE INFORMATION TECHNOLOGY ACTION PLAN

Pengembangan industri teknologi informasi di India mengalami perubahan yang


sangat signifikan pada tahun 1998. Perdana Mentri India pada waktu itu segera
membentuk National Technology and Software Development Task Force yang
terdiri atas berbagai individu dengan kemampuan terbaik dan
merepresentasikan berbagai kalangan seperti pemerintah, industri dan dunia
akdemik. Misi dari Task Force yang dibentuk adalah memformulasikan kebijakan
nasional terkait dengan informatika yang memungkinkan bangsa India menjadi
bangsa superpower di bidang teknologi informasi dalam jangka waktu sepuluh
tahun. Berdasarkan rekomendasi yang diberikan oleh Task Force, berbagai
regulasi dan promosi dilakukan untuk mengimplementasikan teknologi
informasi. Secara umum, perencanaan yang direkomendasikan terfokus pada
tiga objektif utama:

• Info-Infrastructure Drive: Perencanaan ini bertujuan untuk


mengakselerasi pembuatan infrastruktur informasi termasuk serat
optik, komunikasi satelit, jaringan wireless.

• IT Export: Area kedua terfokus pada peningkatan jumlah ekspor


teknologi informasi. Pemerintah India mentargetkan pendapatan dari
ekspor perangkat lunak dan layanan sebesar 50 milyar dollar Amerika
pada tahun 2008.

• IT for All by 2008: Objektif ketiga adalah meningkatkan literasi


komputer. Peningkatan tersebut dilakukan dalam berbagai bidang
untuk dapat menggunakan computer dan teknologi informasi termasuk
yang utama adalah bidang pendidikan.

INFORMATION TECHNOLOGY POLICY

India memiliki banyak kebijakan yang terkait dengan penerapan teknologi


informasi. Berikut ini beberapa kerangka kebijakan yang dibuat terkait dengan
pengembangan teknologi informasi di India.

Information Technology Act 2000

Kebijakan ini merupakan hukum dasar yang digunakan untuk terselenggaranya


e-Governance. Melalui kebijakan yang dibuat, pemerintah India melakukan
perubahan cara bertransaksi yang sebelumnya berdasarkan kertas (paper-
based) ke dalam bentuk elektronis melalui electronic data interchange (EDI).

Communication Convergence Bill

Pada tahun 2001, pemerintah India merilis sebuah draft Communication


Cenvergence Bill yang digunakan sebagai kerangka regulasi untuk melakukan
konvergensi telekomunikasi, internet dan layanan broadcasting.

Agenda for e-Governance Policy

Draft ini dikeluarkan oleh Department of Information Technology (DIT), yang


merupakan panduan proyek dan kebijakan e-Governance. Draft ini digunakan
untuk memastikan bahwa infrastruktur dasar dapat direncanakan dengan baik,
yang mencakup standar teknologi, mekanisme pendanaan, dan strategi
pengembangan sumberdaya manusia.

Freedom of Information Bill 2002

143
Parlemen India membuat kebijakan untuk membuat sistem yang transparan
melalui draft Freedom of Information Bill 2002. Draft tersebut menjamin bahwa
akses ke informasi pemerintah oleh masyarakat yang bertujuan untuk
mempromosikan keterbukaan, akuntabilitas dalam administrasi pemerintahan.

E-GOVERNANCE DI INDIA

Visi dari e-Governance di India adalah:

To apply Information Technology in the processes of government functioning to


attain SMART government.

SMART merupakan akronim berikut:

• Simple

• Moral

• Accountable

• Responsive

• Tranparent

Strategi yang digunakan untuk mengimplementasikan visi di atas adalah


sebagai berikut:

• Mengembangkan institusi yang saling berhubungan, baik Departemen


Teknologi Informasi dan institusi lainnya yang terkait dalam
pemerintah dengan penerapan teknologi agar dapat terselenggara e-
Governance.

• Meningkatkan sumber daya pada berbagai kementrian, departemen


dan sektor publik lainnya untuk mengadopsi layanan elektronis.

• Mengadopsi e-Governance untuk meningkatkan efektivitas layanan


dan administrasi pada berbagai agensi.

• Melanjutkan komitmen untuk meningkatkan proteksi data dan sistem


keamanan internet, baik pada domain publik dan privat.

AGENDA E-GOVERNANCE

Pemerintah India melalui Departemen Teknologi Informasi mengeluarkan


agenda yang terkait dengan penyelenggaraan e-Governance pada tahun 2000
seperti berikut:

• Setiap kementrian dan departemen harus memiliki jaringan LAN dan


menyediakan komputer personal dengan perangkat lunak yang
diperlukan.

144
• Dilakukan pelatihan untuk setiap staff yang menggunakan komputer
dalam pekerjaan mereka.

• Setiap kementrian dan departemen harus dapat menggunakan


perangkat lunak Office Procedure Automation yang dikembangkan
oleh National Informatics Centre untuk setiap filling dokumen.

• Menggunakan berbagai perangkat lunak yang berhubungan dengan


Payroll, dan Accounting untuk operasi ditiap-tiap kantor.

• Pemberitahuan untuk setiap rapat dilakukan melalui email.

• Setiap kementrian dan departemen harus memiliki website masing-


masing.

• Setiap kementrian dan departemen harus memiliki strategi teknologi


informasi untuk setiap periode lima tahunan, yang berisikan rencana
dan target.

NATIONAL LEVEL INITIATIVES

India Country gateway

Proyek Country Gateway dikembangkan oleh Departemen Teknologi Informasi


yang digunakan untuk memfasilitasi partisipasi komunitas lokal dan profesional
dalam kelas diskusi virtual. Proyek ini mencakup beberapa area seperti
kesehatan, pendidikan, energi dan agrikultur.

India Country Gateway berisikan beberapa link yang terhubung ke website


pemerintah, agensi dan parlemen India. Website parlemen berisikan daftar
resume rapat kerja parlemen, debat dan prosiding dan sebagainya.

ePost

Departemen pos India mengeluarkan produk yang disebut dengan epost pada
tahun 2002. Produk ini menghubungkan pengguna yang tidak memiliki akses ke
internet. Setiap kantor pos memiliki email ID berdasarkan Postal Index Number
(PIN). Dengan demikian pengguna dapat mengirimkan email kepada seseorang
yang tidak memiliki komputer dan juga akses ke internet. Email yang sampai ke
k a n t o r p o s y a n g m e m i l i k i l a y a n a n e p o s t k e m u d i a n d i b u a t d a l a m b e n t u k p r i n t- o u t
dan dikirimkan kepada seseorang yang dituju.

Multipurpose National Identity Card

Pemerintah India sudah sejak lama merencanakan untuk membuat kartu


identitas penduduknya dengan menggunakan multipurpose national identity card
(MNIC). Pemerintah merencanakan bahwa kartu tersebut nantinya dapat
digunakan untuk berbagai keperluan seperti passport, izin mengemudi, kartu
anggota pekerja dan sebagainya. Sebuah pilot project mulai diluncurkan di 13
daerah mulai dari April 2003.

145
KEY INITIATIVES BY INDIAN STATES

e-Governance in Andhra Pradesh

Andhra Pradesh merupakan salah satu daerah di India yang memiliki


pengembangan teknologi informasi cukup pesat. Daerah ini bahkan mulai
memilik visi untuk menerapkan penggunaan teknologi informasi di masa
mendatang. Visi Andhra Pradesh dalam pengembangan sektor teknologi
informasi adalah seperti berikut:

Andhra Pradesh will leverage Information Technology to attain a position of


leadership and excellence in the information age and to transform itself into
a knowledge society

146
Strategi untuk pengembangan Andhra Pradesh dibuat dalam cetakbiru yang
disebut dengan “Vision 2020” yang berisikan berbagai tujuan, strategi, dan
perencanaan yang dibutuhkan untuk merealisasikan visi tersebut. Tujuan
utamanya adalah tercipta transparansi, akuntabilitas dan kecepatan.

e-Governance in Gujarat

Pemerintah daerah Gujarat memiliki misi untuk memperbaiki proses di


pemerintahan dengan menggunakan perangkat komputer, sistem komunikasi
dan perangkat lunak. Tahun 1999, pemerintah Gujarat membuat Gujarat
Informatics Lts sebagai agensi pada sektor publik untuk mengembangkan
teknologi informasi, mempromosikan Gujarat sebagai daerah tujuan
pengembangan teknologi informasi dan menyelenggarakan e-Governance.

e-Governance di Karnataka

Pemerintah negara bagian Karnataka melakukan pengembangan desentralisasi


teknologi informasi yang mereka miliki sehingga tidak lagi harus datang ke
Bangalore. Proyek e-Government yang dibuat oleh pemerintah membuat
database tunggal yang dapat diakses oleh setiap pengambil keputusan di
Karnataka. Sistem yang dibangun juga menyediakan analisis data dan sistem
pendukung keputusan yang digunakan oleh pemerintah daerah.

OBSERVATIONS OF E-GOVERNMENT-INDIA

India termasuk salah negara yang sukses menyelenggarakan dan


mengintegrasikan e-Government. Meskipun demikian, perjalanan proyek e-
Government di India masih memakan waktu yang sangat panjang. Hal ini
dikarenakan setiap proyek masih berjalan secara terpisah sehingga sistem yang
ada belum terintegrasi dan interoperabilitasnya masih rendah. Kesuksesan yang
pada beberapa daerah seperti Andhra Pradesh dan Kartaka belum diikuti oleh
daerah-daerah lainnya di India. Beberapa inisiatif yang dilakukan di negara
bagian belum memberikan keuntungan secara maksimal karena harus
mendapatkan izin dari pemerintah pusat. Pemerintah pusat juga masih harus
membuat pusat data yang dapat digunakan oleh berbagai aplikasi, yang
berisikan berbagai rekaman seperti masalah tanah, penduduk, aset dan
sebagainya. Pemerintah juga masih harus melakukan berbagai langkah untuk
memeriksa proyek pada beragam departemen yang belum berjalan dengan
semestinya. Pemerintah juga masih harus memperbaiki standar yang
digunakan, infrastruktur, penugasan, dan strategi untuk penyelenggaraan e-
Governance secara menyeluruh.

147
STRATEGI KOREA MEMBANGUN
INFORMATION SUPERHIGHWAY

148
THE ROAD TO INFORMATIZATION

Pemimpin negara Korea Selatan memiliki visi untuk membawa bangsa Korea ke
dalam era informasi. Republik Korea Selatan mulai masuk ke dalam era digital
tahun 1987 dengan dikeluarkannya National Basic Information System Plan
(NBIS) untuk mengembangkan industri komputer. Pada tahun 1994 pemerintah
Korea mengeluarkan kebijakan yang disebut dengan Korean Information
Infrastructure (KII) Policy Committee yang bertugas untuk menyiapkan
infrastruktur ekonomi. Komite ini dikepalai oleh Perdana Menteri dan dijalankan
oleh Mentri Perencanaan Ekonomi dengan bantuan official dari 20 kementrian.
Komite ini memiliki empat fungsi khusus, yaitu:

• Mengkoordinasikan kebijakan KII dan melakukan pendampingan


dalam mengimplementasikan visi KII.

• Membangun master plan KII dan mengatur pendanaan implementasi.

• Melakukan evaluasi teknologi pada yang dilakukan oleh KII.

• Mereview legislasi dan regulasi yang terkait dengan masyarakat


informasi.

INFORMATIZATION PROMOTION (1996-1998)

Menghadapi era informasi, kementrian informasi dan komunikasi Korea mulai


meluncurkan berbagai perencanaan maka dibentuk Informatization Planning
Office, Informatization Planning Committee dan Informatization Promotion Fund.
Kerangka perencanaan yang dibentuk memiliki tujuan sebagai berikut.
To promote informatization in the country and bring Information
Superhighway business to full scale

Secara umum, terdapat sepuluh objektif yang ingin dicapai sehubungan dengan
master plan yang dibuat. Kesepuluh objektif tersebut adalah:

• Membentuk pemerintahan yang sederhana akan tetapi efisien.

• Mengimplementasikan infrastruktur informasi yang bersifat mendidik


untuk mengembangkan sumber daya manusia yang handal dalam
rangka membentuk masyarakat informasi.

• Membentuk gudang pengetahuan nasional dengan membuat sistem


yang dapat mengakses data riset dan akademik.

• Membangun tingkat kompetitif perusahaan melalui promosi informasi


ke dunia industri.

• Memacu tingkat rata-rata penggunaan infrastruktur sosial melalui


informasi.

• Mendukung informasi pada pedesaan untuk pemerataan


pembangunan.

• Memberikan pelayanan medis melalui penggunaan teknologi


informasi.

149
• Memberikan pengetahuan mengenai teknologi informasi pada
lingkungan manajemen untuk memastikan bahwa teknologi tersebut
mendapatkan perhatian.

• Membangun sistem manajemen data yang aman dari kerusakan.

• Membangun sistem informasi pertahanan dan diplomasi yang aman.

CYBER KOREA 21 (1999-2002)

Menghadapi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin


mengglobal, pemerintah mulai mengeluarkan kebijakan yang disebut dengan
Basic Plan for Expediting Information Age and established “Cyber Korea 21.
Tujuan utama pembentukan Cyber Korea 21 adalah sebagai berikut:

• Upgrading jaringan telekomunikasi, penggunaan serat optik, cable


modem, wireless local loop dan komunikasi satelit yang bertujuan
untuk mempercepat layanan komunikasi bagi seluruh rakya Korea.
Proyek ini menelan anggaran sampai dengan 8,67 juta dollar Amerika.

• Meningkatkan literasi teknologi informasi dengan program pendidikan


menggunakan komputer, dimulai dari literasi dasar sampai dengan
tingkat pakar. Proyek ini bertujuan untuk menghubungkan semua
sekolah di Korea ke internet.

• Membuat revisi terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual, perpajakan,


enkripsi dan kerangka legal untuk mendukung e-Commerce. Proyek
ini juga mencakup penggunaan hukum tandatangan elektronis yang
memungkinkan terjadinya transaksi elektronis dan sirkulasi dokumen.

• Pembuatan layanan elektronis umum dan kiosk pada tempat-tempat


umum yang memungkinkan penduduk Korea dapat terhubung ke
dalam jaringan.

• Meningkatkan intensitas penggunaan teknologi informasi dan


komunikasi untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah bagi
industri perangkat lunak dan multimedia content.

• Mempromosikan kolaborasi internasional dalam bentuk riset dan


pengembangan teknologi informasi.

E-KOREA VISION 2006 (2002 ONWARD)

Berdasarkan kedua proyek yang sudah disebutkan di atas, pemerintah Korea


Selatan kemudian meluncurkan proyek tahap ketiga dalam bentuk Master-plan
pada April 1992. Visi dari e-Korea 2006 adalah memfokuskan diri pada
peningkatan kualitatif seperti peningkatan produktivitas melalaui reformasi legal
dan institusional. Setelah tercapainya peningkatan kuantitatif penggunaan
internet, pemerintah Korea menginginkan terhajadinya peningkatan kualitatif
dalam bentuk inovasi proses bisnis. Untuk meningkatkan berkembangnya
industri baru, pemerintah Korea memfokuskan pada upgrading infrastruktur
informasi, mensponsori riset, pengembangan termasuk mengembangkan sumber
daya manusia. Perencanaan tersebut juga mencakup pengembangan informasi
untuk semua industri dan meningkatkan produktivitas sampai ke tingkat negara
industri G7. Target tersebut direncanakan meningkat 30 persen dari seluruh

150
total transaksi pada industri utama dan 25 persemn untuk industri lainnya yang
dapat bekerja secara online pada tahun 2006.

E-GOVERNMENT - VISION AND DIRECTION

Untuk mengembangkan visi e-Government pemerintah Korea Selatan, maka


ditetapkan enam buah inisiatif yang terfokus pada:

• Pembuatan layanan informasi secara elektronis.

• Melakukan reengineering business process untuk mendukung


pertukaran dokumen secara elektronis.

• Melakukan sharing informasi diantara agensi dengan tingkat


perlindungan privasi yang tinggi.

• Menetapkan standar teknologi informasi dan jaringan.

• Mempromosikan literasi teknologi informasi pada layanan masyarakat.

• Memodifikasi hukum untuk mengakomodasi terjadinya transaksi


elektronis.

Pengembangan program e-Government dilakukan oleh National Compterisation


Agency. Agensi ini merupakan organisasi advisor yang menyediakan berbagai
rekomenasi untuk kebijakan e-Government dan teknologi.

THE ACTION PLAN FOR E-GOVERNMENT

Untuk implementasi e-Government, pemerintah kemudian mengeluarkan


cetakbiru yang disebut dengan “Comprehensive Plan for e-Government”.
Cetakbiru tersebut berisikan beberapa objektif yang akan dicapai seperti
berikut:

• Sistem informasi yang digunakan harus menghubungkan 21 data


jaringan, sistem Ombudsman secara elektronis, sistem family record
online dan layanan lainnya berbasis web, yang pada dasarnya akan
menjadi satu akses tunggal untuk mendapatkan layanan dari
pemerintah.

• Pemerintah harus membuat berbagai layanan informasi untuk


menciptakan sistem yang lebih transparan dan administrasi umum
yang terfokus pada pengguna. Termasuk dalam bagian ini adalah
Government Information Locator System, Open Government Service,
Local Administration Information Bank Web dan Bulletin Board
Service of Local Government.

• Sistem Call Center dan kisok yang terintegrasi untuk menjamin


terjadinya konsistensi penyampaian e-service melalui berbagai kanal
sehingga dapat dijangkau oleh rakyat Korea.

Untuk memperbaiki efisiensi, maka perintah Korea juga menetapkan perbaikan


produktivitas melalui beberapa objektif berikut:

• Penggunaan Business Process Reengineering.

151
• Dokumen elektronis digunakan untuk memastikan akurasi informasi
dan waktu yang pendek.

• Manajemen pengetahuan pemerintah yang digunakan sebagai sumber


informasi untuk memberikan pelayanan yang lebih baik.

• Melakukan integrasi manajemen layanan umum (personel,


pembayaran dan sebagainya) untuk mengoptimalkan operasi.

• Membangun intranet pemerintah dengan menggunakan kode data,


teknologi informasi dan sumber daya standar, serta penggunaan
public key infrastructure (PKI) untuk membuat transaksi yang aman
dikalangan pemerintahan.

• Menyediakan layanan kepada masyarakat dalam bentuk traning dan


akses email. Untuk memfasilitasi hal tersebut maka dibentuk Cyber
Training Centre.

KEY E-GOVERNMENT INITIATIVES

Secara umum, pengembangan e-Government di Korea dapat diklasifikasikan


menjadi tiga kelompok utama:

• Inovasi layanan pemerintah kepada masyarakat umum dan dunia bisnis.

• Meningkatkan produktivitas administrasi.

• Menetapkan dasar dari e-Government.

Untuk keperluan tersebut maka bentuk komite e-Government khusus pada


Januari 2001 untuk mengakselerasi pengembangan e-Government. Komite ini
kemudian memberikan laporan kepada presiden yang menetapkan 11 strategi
untuk menerapkan e-Government. Kesebelas strategi tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Melakukan inovasi layanan pemerintah kepada publik


2. E-service centre Government for Citizen.
3. Layanan Asuransi Sosial Terintegrasi.
4. Home Tax Service (HTS).
5. Government-wide e-Procurement System (G2B).
6. Peningkatan Produktivitas Administrasi
7. Sistem Informasi Keuangan Nasional
8. Sistem Informasi Administrasi Pemerintah Terintegrasi,
9. Sistem Informasi Pendidikan Nasional.
10. Sistem Pendukung Kebijakan Personel.
11. Pertukaran e-Document Pemerintah.
12. Menetapkan Dasar dari e-Government
13. Sistem e-Signature dan e-Seal
14. Sistem Informasi Pemerintah.

G4C – Single Window e-Government (www.egov.go.kr)

Pada November 2002 pemerintah Korea mengeluarkan website e-service, yang


berisikan 400 layanan publik. Diantara layanan yang disediakan misalnya
pengurusan pajak, aplikasi untuk menjual properti dan sebagainya. Untuk
mengurangi pengisian dokumen secara berulang-ulang, sistem yang dibuat
dapat berbagi informasi antar agensi pemerintahan.

Social Insurance Service Portal (www.4insure.or.kr)

152
Sistem ini terhubung ke empat asuransi sosial utama (unemployment, health,
industrial disaster dan pension). Sistem yang terintegrasi memudahkan
pengguna untuk dapat mmelakukan registrasi, mengajukan permohonan dan
sebagainya melalui satu aplikasi. Pencarian informasi dan pembayaran juga
dapat dilakukan secara online.

Government-wide e-procurement system (G2B) (www.g2b.go.kr)

Sistem G2B merupakan sistem e-procurement online yang mencakup


keseluruhan proses procurement pemerintah (mulai dari tender sampai
pembayaran). Dunia bisnis dapat mengakses sistem melalui internet dengan
terlebih dahulu melakukan registrasi. Diperkirakan sebanyak 26.000 organisasi
pemerintah menggunakan sistem ini dan 96.000 dunia bisnis. Selain itu,
pemerintah juga dapat melakukan penghematan sebesar 2,65 juta dollar
Amerika setahun.

National Education Information System

Direncanakan pada tahun 2000 semua sekolah dapat terhubung ke internet.


setelah menghubungkan seluruh sekolah, pemerintah korea merencanakan
untuk mengintegrasikan fungsi administrasi dengan dinas pendidikan pada
pemerintah setempat. Pengintegrasian ini dilakukan melalui sistem informasi
pendidikan nasional, termasuk memfasilitasi adanya proses administrasi
standar. Semua layanan administrasi sekolah seperti pengembangan kurikulum,
rekaman akademik sekolah dapat dilakukan dapat dilakukan melalui internet.

Personel Policy Support System

Sistem pendukung kebijakan personel dibuat untuk membuat proses standar


dalam hal manajemen seperti pekerjaan, promosi, keuntungan dan sebagainya.
Pemerintah Korea dalam hal ini telah mengintegrasikan tujuh area administrasi
personel ke dalam sistem.

OTHER ENABLING INITIATIVES

The Government Superhighway Network

Government Superhighway Network (GSN) digunakan untuk menghubungkan


tiga kompleks pemerintahan dalam radius 160 km dan mencakup hampir semua
departemen dan administrasi. Beberapa kantor pemerintah kecil akan terhubung
secara remote dengan menggunakan fasilitas via satelit.

PC for Public Servants

Korea memiliki kurang lebih 800.000 personel yang bekerja pada layanan sipil
(diluar personel militer) yang 73.000 diantaranya merupakan pekerja kantoran.
Komputer personal merupakan kebutuhan utama yang digunakan oleh pekerja
kantoran tersebut sampai dengan 86 persen. Semua komputer personal
terhubung ke internet dan email merupakan aplikasi yang digunakan oleh
pekerja kantoran sampai dengan 91 persen.

Online Patent Filling

Semenjak tahun 1999, kantor Hak Kekayaan Intelektual Korea telah


menyediakan aplikias paten untuk keperluan submisi, registrasi, evaluasi dan
notifikasi secara online melalui KIPOnet. Mulai tahun 2001, diperkirakan 24.000

153
aplikasi paten diproses secara online yang berarti merepresentasikan 81 persen
dari total aplikasi.

CHALLENGE AHEAD

Korea Selatan menunjukkan dirinya sebagai negara yang siap untuk


menerapkan masyarakat e-society karena dukungan dan layanan teknologi
informasi dan komunikasi. Berikut ini merupakan beberapa tantangan yang
dihadapi oleh pemerintah Korea Selatan dalam penerapan e-Government di
negara tersebut.

Digital Devide

Kesenjangan digital merupakan permasalahan umum yang paling banyak terjadi


ketika sebuah proyek e-Government akan dilakukan. Hal ini tidak terlepas dari
tingkatan pendidikan dan juga tersebarnya populasi penduduk dalam sebuah
negara. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah Korea mewajibkan pendidikan
komputer di sekolah-sekolah. Mentri pendidikan Korea juga menekankan
pentingnya pendidikan bahasa Inggris untuk dapat menyerap teknologi
Informasi dan Komunikasi. Di Korea bahkan sudah terdapat fasilitas untuk
memperkenalkan internet kepada anak-anak kecil.

Public Acceptance

Pemerintah Korea memiliki ambisi cukup tinggi untuk menyediakan layanan


berbasis elektronis, tentunya hal ini berlawanan dengan penerimaan publik atas
layanan yang diberikan. Berdasarkan penilitian yang dilakukan, dari 143
layanan yang disediakan 60 persen layanan tersebut tidak pernah digunakan.

Identity Crisis

Semenjak November 2002, portal G2C mengharuskan masyarakat yang untuk


memiliki single ID untuk mendapatkan layanan. Sementara yang terjadi selama
ini di Korea, masyarakat setidaknya memiliki 15 nomor indentitas yang berbeda.
Masalah ini terus dalam pengembangan pemerintah untuk dapat menyediakan
single ID untuk dapat mengakses layanan-layanan elektronis yang disediakan
pemerintah.

IN CONCLUSION

Korea Selatan merupakan negara yang dianggap memiliki layanan e-


Government yang berkualitas. Pada September 2002, Universitas Brown
memberikan penilaian sebagai salah satu negara yang memiliki kualitas layanan
e-Government terbaik di dunia. Korea memiliki agenda utama untuk
menghubungkan masyarakat dan dunia bisnis kepada pemerintah melalui
jaringan internet. hal ini dilakukan untuk menignkatkan transparansi dan tingkat
kompetitif yang tinggi di kalangan masyarakat.

154
MULTIMEDIA SUPER CORRIDOR
SEBAGAI MESIN PENGGERAK
PERTUMBUHAN EKONOMI
MALAYSIA

155
MULTIMEDIA SUPER CORIDOR

Tahun 1996 pemerintah Malaysia meluncurkan program yang disebut dengan


Multimedia Super Coridor (MSC). MSC dibentuk sebagai mesin penggerak
pertumbuhan dan industri Malaysia menghadapi era informasi. MSC juga
menjadi proyek pemerintah untuk membangun kawasan cyber (cyber region)
dengan basis teknologi, multimedia dan industri content. Ide MSC tertuang
dalam master-plan yang disebut dengan Vision 2020. Visi dari master-plan ini
adalah menjadikan Malaysia sebagai negara industrialis, dan kaya akan
pengetahuan pada tahun 2020 sesuai dengan kebutuhan budaya masyarakat
setempat. Lokasi MSC berada di bagian selatan ibukota Kuala Lumpur yang
disebut dengan Koridor yang memiliki panjang 50 km dan lebar 15 km. Letak
koridor tersebut berada pada kota baru yang bernama PutraJaya dan
CyberJaya. Disamping itu juga dibangun universitas Multimedia di CyberJaya
untuk membantu suplai sumber daya manusia. MSC memiliki fasilitas dukungan
teknologi terkini seperti serat optik, infrastruktur jaringan multimedia 2,5-10
G b p s . F a s i l i t a s l a i n n y a y a n g t e r s e d i a a d a l a h li n g k u n g a n y a n g m e n d u k u n g g a y a
kerja profesional seperti jalan raya, perumahan, sekolah, mall dan area bisnis
serta rekreasi. Pengembangan MSC juga didukung oleh hukum cyber
(cyberlaw), kebijakan dan dukungan lainnya untuk memaksimalkan keuntungan
dari keberadaan teknologi dan multimedia.
Untuk mengundang investor, pemerintah memberi insentif kepada perusahaan
berteknologi tinggi, baik dalam dan luar negeri untuk berlokasi di Koridor.
Selain itu pemerintah juga memberikan berbagai kemudahan seperti bebas
pajak selama sepuluh tahun, peraturan imigrasi yang mudah dan sebagainya
yang disebut dengan “MSC Status”. Sampai dengan pertengahan 2002 lebih
dari 700 perusahaan telah menikmati MSC Status dari pemerintah Malaysia.
Untuk lebih menarik investor, pemerintah juga membuat program Bill of
Guarantees berupa perlindungan terhadap kekayaan intektual, kebebasan
vendor internet, kebebasan kepemilikan, insentif keuangan yang kompetitif dan
tarif telekomunikasi yang kompetitif. Pemerintah Malaysia juga membuat
kerangka kebijakan nasional untuk masalah e-Commerce berupa perangkat
hukum yang mendukung tanda tangan digital, kontrak elektronis, kejahatan
komputer, proteksi data dan e-Government. Untuk membantu mengembangkan
MSC, pemerintah Malaysia juga membentuk sebuah kelompok International
Advisory Panel (IAP) yang beranggotakan pakar-pakar dalam bidang teknologi
informasi dan komunikasi seperti Bill Gates dari Microsoft, Gerstner dari IBM,
McNealy dari Sun Microsystem, Miyawaki dari NTT dan sebagainya. IAP
bertugas untuk memberikan masukan tentang berbagai hal untuk kemajuan MSC
mengenai teknologi internet, tren teknologi informasi dan komunikasi, potensi
pasar untuk aplikasi multimedia, venture capital, hak kekayaan intelektual, dan
tantangan kedepan. Secara umum, IAP bertugas untuk memberikan pengarahan
dan masukan sehubungan dengan pengembangan MSC.

FLAGSHIP APPLICATION

Proyek Multimedia Super Coridor memiliki perencanaan dengan


mengidentifikasikan tujuh “Flagship Application” yang menjadi prioritas
pengembangan. Aplikasi tersebut dibagi menjadi dua kategori yaitu
pengembangan multimedia dan lingkungan multimedia.

E-Government

Proyek e-Government pemerintah Malaysia bertujuan untuk mentranformasikan


kerja pemerintah dengan memperbaiki proses operasi internal dan memperbaiki
bagaimana cara pemberian layanan kepada publik. Proyek ini dipimpin oleh

156
Malaysian Administrative Modernisation and Management Planning Unit
(MAMPU).

Multi-Purpose Card

Untuk mempermudah proses transaksi antara masyarakat dengan pemerintah


dan perusahaan, Malaysia mengeluarkan proyek smartcard. Multi-Purpose Card
atau MPC berisikan kode identitas pemilik dan tanda tangan digital pada plastik
kartu dengan disematkan chip mikroprosesor. Kartu ini memungkinkan
terjadinya transaksi multifungsi seperti identifikasi personal, izin mengemudi,
informasi passport, aplikasi kesehatan termasuk untuk keperluan pembayaran.
MPC ini dikenal di Malaysia dengan nama MyKad. Proyek ini dipimpin oleh Bank
Sentral Malaysia.

Smart School

Untuk mendukung cita-cita mewujudkan ekonomi berbasis pengetahuan,


pemerintah Malaysia mulai meningkatkan literasi teknologi ke sekolah-sekolah.
Penggunaan teknologi ini sekalgus dipergunakan untuk proses mengajar dan
belajar. Proyek ini dipimpin oleh Kementrian Pendidikan.

Telehealth

Tujuan dari aplikasi ini adalah untuk mempromosikan Malaysia sebagai pusat
telemedicine tingkat regional. Aplikasi ini memungkinkan seseorang untuk
mengelola sendiri kesehatan dirinya dan mengintegrasikannya dengan berbagai
produk dan layanan yang tersedia pada sistem healthcare. Proyek ini dipimpin
oleh Kementrian Kesehatan.

R&D Cluster

Riset dan Pengembangan merupakan pilar utama untuk mendukung tujuan


Malaysia dalam mengadopsi teknologi informasi dan komunikasi. Untuk itu
pemerintah juga bekerjasama dengan berbagai perusahaan riset dan
pengembangan, universitas setempat dan institusi riset umum, yang sekaligus
digunakan untuk mendukung pertumbuhan perusahaan skala kecil menengah
(SME). Proyek ini dipimpin oleh kementrian ilmu pengetahuan, teknologi dan
lingkungan.

Borderless Marketing Centre

Tujuan dari pembentukan Borderless Marketing Centre adalah membuat dunia


bisnis agar memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para pelanggan
dengan terlebih dahulu mengatasi hambatan tradisional seperti waktu, tempat
dan bentuk. Inisiatif ini digunakan untuk mempercepat pertumbuhan industri
berbasis multimedia di MSC, dengan bentuk telemarketing, layanan informasi
online, electronic commerce dan digital broadcasting. Agensi pemerintah yang
ditunjuk untuk memimpin proyek ini adalah Multimedia Development Corporation
(MDC).

Selain itu, pada tahun 2001 dilakukan penambahan delapan flagship pada MSC.
Salah satu area yang ditambahkan dan juga berkembang adalah Bio Valley,
yang didedikasikan untuk perusahaan-perusahaan biotech. Secara umum, untuk
implementasi keseluruhan program pada master-plan dibutuhkan waktu kurang
lebih 20 tahun. Waktu tersebut kemudian dibagi menjadi tiga tahapan seperti
pada tabel berikut:

157
Phase I (1996- One Super Coridor Introduce leading
2002) framework of
Core of 50 world-class
cyberlaw
Succesfully company
create the MSC CyberJaya and
Launch 7 flagship
PutraJaya as
applications
intelligent cities

Phase II (2003- Create a web of coridor Harmonised global


2009) framework of
250 world-class
cyberlaws
Link MSC to other companies
cybercities in 4 intelligent cities
Set global standars in
Malaysia and linked to other global
flagship applications
worldwide cybercities

Phase III (2010- All accros Malaysia International


2020) CyberCourt of Justice
500 world-class
in the MSC
Transform companies
Malaysia into a 12 intelligent cities
Global test-bed for new
knowledge linked to global
multimedia applications
society information highway

THE CYBERLAWS

Sejalan dengan pengembangan infrastruktur fisik teknologi informasi dan


komunikasi, pemerintah Malaysia juga mengembangkan seperangkat aturan
untuk mendukung lingkungan digital, berupa hukum dunia cyber. Hukum ini
mencakup beberapa area seperti keamanan informasi, integritas dan
confidentiality, legalitas transaksi online dan perlindungan terhadap kekayaan
intelektual. Sampai dengan akhir tahun 2002, pemerintah Malaysia telah
membuat hukum dunia cyber berikut:

• Communications and Multimedia Act 1998 – Yang menyediakan


kerangka kebijakan dan regulasi untuk konvergensi telekomunikasi,
broadcasting, dan industri komputer.

• Digital Signature Act 1997 – Berisikan regulasi autentikasi dan


legalitas pemiliki dokumen elektronis.

• Computer Crimes Act 1997 – Berisikan peraturan mengenai kejahatan


atau aktivitas yang terkait dengan kejahatan komputer, hacking,
cracking, penyebaran virus dan bentuk penyerangan lainnya yang
terkait dengan komputer.

• Copyright (Amandment) Act 1997 – Menyediakan perlindungan


terhadap kreasi yang dilindungi seperti musik, buku, film, content
pendidikan, produk hiburan dan informasi dan kreativitas lainnya yang
sejenis.

• Telemedicine Act 1997 – Regulasi yang berhubungan dengan praktek


pengobatan menggunakan kanal multimedia dan komunikasi di
Malaysia.

158
THE ELECTRONIC GOVERNMENT FLAGSHIP

Dalam kaitannya dengan pengembangan e-Government, pemerintah Malaysia


memiliki visi bahwa pemerintah, dunia bisnis dan masyarakat luas harus
bekerjasama untuk mendapatkan keuntungan bagi negara dan masyarakat
umum. Visi tersebut dapat tercapai jika penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi, multimedia, agensi pemerintahan menjadi lebih efektif dan efisien
dalam hal pemberian layanan kepada publik. Visi e-Government Malaysia
secara umum terbagi atas tiga area utama, seperti berikut:

• Public/Business to e-Government

o Akses Layanan (one-stop, single point of contact, multiple


delivery channels, multilingual).

o Kualitas Layanan (high quality, reliability, security/privacy,


accountability).

o Pemberian Layanan (efficiency/quick turnaround time,, cost-


effective/productive).

• Intra-Agency

o Memperbaiki proses.

o Peningkatan profile.

o Pengembangan manusia.

• Inter-Agency

o Meningkatkan kemampuan pemerintah untuk mensukseskan


pengembangan e-Government.

o Menyediakan agensi pemerintahan dan akses publik


terhadap informasi perkembangan e-Government.

o Menyediakan model pelatihan dalam bentuk multimedia, dan


koleksi informasi yang bersifat interaktif.

o Meningkatkan fungsi teknologi informasi memperbaiki


proses pada sektor publik.

Pada tahun 1998, Menteri Energi, Komunikasi dan Multimedia memberikan


pidato yang merupakan objektif yang akan dicapai pemerintah Malaysia dalam
penerapan e-Government.

• Memperkenalkan layanan yang berorientasi kepada pemenuhan


kebutuhan masyarakat.

• Efektivitas perubahan struktur organisasi publik ke arah lebih baik


berupa perbaikan tingkat efisiensi, memberikan tanggapan yang lebih
baik serta mengeluarkan keputusan yang efektif.

• Memperbaiki tingkat disiplin dan akuntabilitas.

• Memberikan kesempatan kepada sektor privat untuk dapat


menggunakan transaksi bisnis berdasarkan teknologi informasi.

159
E-GOVERNMENT PILOT PROJECT

Dalam pengembangan e-Government pemerintah Malaysia telah


mengidentifikasi lima pilot project yang disebut dengan Generic Office
Environment, e-Procurement, Human Resource Management Information
System, Project Monitoring System dan e-Service. Untuk implementasi kelima
kebutuhan tersebut, dibentuk kelompok yang disebut dengan “Concept Request
for Proposals” yang sekaligus menentukan solusi terbaik yang akan digunakan.

Generic Office Environment (GOE)

GOE merupakan pilot project yang digunakan untuk membuat kantor


elektronis/electronics office untuk meningkatkan produktivitas menggunakan
manajemen informasi, komunikasi dan kolaborasi. Objektif yang akan dicapai
oleh GOE adalah menyediakan lingkungan kantor elektronis yang terintegrasi,
dan terdistribusi. Diharapkan sistem ini dapat menyediakan metode akses yang
mudah, up-to-date, dan berisikan informasi yang akurat. Pilot project untuk
GOE sampai saat ini sudah selesai dilakukan dengan tersedianya aplikasi untuk
berbagai modul. Modul-modul tersebut terdiri atas manajemen dokumen,
pencarian, manajemen informasi eksekutif, filter untuk informasi online, sistem
messaging, pertermuan elektronis, bulletin board, pencatatan keputusan,
manajemen pertemuan dan forum diskusi.

Electronic Procurement

Pemerintah Malaysia mengeluarkan dana sebesar 35 juta dollar Amerika untuk


implementasi e-Procurement yang disebut dengan “ePerolehan” yang
menyediakan 4000 procurement pemerintah dan 30.000 supplier yang sudah
teregistrasi. Sistem ini diharapkan dapat menggantikan proses procurement
yang dilakukan secara tradisional ke dalam procurement elektronis
menggunakan internet. Electronic procurement yang diterapkan melalui
ePerolehan digunakan untuk menggantikan sistem procurement yang sudah
ada. ePerolehan mendukung keseluruhan procurement cycle dimulai dari center
contrack, request for quotation, request for tender dan direct purchase. Sistem
tersebut juga mendukung adanya notifikasi menggunakan email, pesan singkat
(SMS) dan fax.

HUMAN RESOURCE MANAGEMENT INFORMATION SYSTEM (HRMIS)

HRMIS merupakan sistem yang menyediakan fungsionalitas untuk Manajemen


Sumber Daya Manusia bagi pemerintah untuk mengembangkan dan mengatur
sumber daya manusia. Objektif yang ingin dicapai dalam HRMIS adalah:

• Mengefektifkan penempatan staf bagi layanan umum melalui informasi


Sumber Daya Manusia yang tersedia.

• Otomatisasi proses operasi pengelolaan sumber daya manusia yang


sebelumnya dilakukan secara manual.

• Membangun informasi sumber daya manusia yang up-to-date untuk


efektifitas perencanaan pada agensi pemerintah.

• Mengembangkan komunikasi, integrasi horizontal dan perbaikan


proses melalui sistem yang dapat digunakan untuk berkolaborasi.

• Memperbaiki kemampuan sumber daya manusia untuk bekerja pada


lingkungan paperless.

160
• Menyediakan sistem sumber daya manusia yang terbuka dan fleksibel
yang mempertemukan kebutuhan informasi dan operasional dengan
proses manajerial.

Fungsi dari HRM juga mencakup resourcing, remuneration dan benefits,


competency assesment, career management, performance management, dan
human resource development.

PROJECT MONITORING SYSTEM (PMS II)

PMS melupakan pilot project yang digunakan untuk membuat sistem monitoring
end-to-end untuk pengembangan lingkungan kolaborasi berbagai proyek
pengembangan dan manajemen. PMS II memiliki cakupan pengembangan dalam
tiga bentuk layanan yaitu application services, data services dan
communication services yang bermuara pada perbaikan manajemen proyek.
Proyek ini dikembangkan untuk menyediakan implementasi mekanisme
monitoring proyek. Proyek PMS II dibuat sebagai pendukung aplikasi G2G, yang
digunakan oleh pemerintah untuk memberikan layanan publik yang lebih baik.
PMS II memungkinkan pemerintah untuk memantau 40.000 proyek yang
dikerjakan pada berbagai daerah.

e-Service

e-Service merupakan pilot project yang digunakan oleh pemerintah untuk


menyediakan layanan kepada masyarakat. Sistem ini menyediakan mekanisme
kepada masyarakat untuk berhubungan dan melakukan transaksi dengan
pemerintah agar lebih cepat. Sistem ini dapat diakses dengan beragam cara
dan kanal komunikasi, misalnya dengan menggunakan sistem interactive voice
response (IVR), melalui komputer personal yang terhubung ke internet, baik di
rumah atau kantor, kiosk yang disediakan pada berbagai fasilitas umum serta
perangkat wireless. Sistem ini mencakup layanan sesuai dengan pekerjaan
spesifik tiap kementrian. Sebagai contoh, departeman transportasi
menggunakan layanan ini untuk mengatur izin mengemudi, kementrian
kesehatan menggunakan sistem ini untuk informasi kesehatan online, dan
perusahaan telekomunikasi menggunakannya untuk pembayaran telepon dan
internet.

Electronic Labour Exchange

Tahun 1999, pemerintah Malaysia mengeluarkan sembilan pilot project terkait


dengan pengembangan e-Government. Proyek ini disebut dengan Electronic
Labour Exchange (ELX). Sistem ini digunakan untuk memperbaiki mobilisasi
sumber daya manusia secara keseluruhan untuk mempertemukan tingkat
kebutuhan pencari kerja dengan lapangan pekerjaan yang disediakan. ELX
didesain sebagai sebuah penghubung yang menyediakan lapangan pekerjaan.
Sistem ini dapat diakses oleh warga negara Malaysia dan juga oleh pihak lain
diluar Malaysia.

e-Syariah

Tahun 2002 pemerintah Malaysia mengeluarkan proyek e-Government yang


disebut dengan e-Syariah yang merupakan sistem aplikasi yang menerapkan
pengadilan syariah. Proyek ini digunakan untuk membantu melakukan proses
reformasi dan efektivitas Departemen Pengadilan Islam untuk mengkoordinasi
dan memonitoring agensi pemerintah yang terkait. Sistem ini juga digunakan
untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi manajemen pengadilan Islam.

161
CHALLENGES AND ASPIRATIONS

Secara umum, pemerintah Malaysia dikatakan sukses untuk melakukan


transformasi membuat kota baru seperti Putrajaya dan Cyberjaya yang berbasis
pada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Bahkan bisa dikatakan,
kedua kota tersebut merupakan sebuah proyek raksasa pemerintah Malaysia
dalam mentransformasikan sistem perekonomian mereka menggunakan
perangkat teknologi informasi dan komunikasi serta menuju ke knowledge
economy.

Key Chalenge

Berbagai review terus dilakukan terkait dengan proyek e-Government di


Malaysia. Salah satu review yang dilakukan pada pertengahan tahun 2002
menghasilkan beberapa kesimpulan seperti berikut:

• Kapasitas dan kompleksitas dari proyek yang dikerjakan tidak dapat


diperkirakan sebelumnya (under-estimated).

• Integrasi antar-agensi pemerintahan sangat diperlukan.

• Terdapat berbagai isu mengenai integrasi terkait dengan legalitas


sistem yang ada.

• Dalam pengembangannya, masih dibutuhkan pekerja dengan


kemampuan yang tinggi.

• Resistensi terhadap perubahan merupakan rintangan utama yang


harus dihadapi.

• Pengembangan harus dilakukan berdasarkan standar.

• Kesenjangan digital merupakan halangan dalam penerapan e-


Government.

162
PENDEKATAN TERINTEGRASI
TEKNOLOGI INFORMASI DI
SINGAPURA

163
NATIONAL ICT PROGRAMME

Singapura merupakan negara kepulauan yang pada dasarnya memiliki sumber


daya alam yang sangat terbatas, akan tetapi memiliki keberhasilan dalam
menggabungkan kemampuan, dan kecerdasan beserta pendidikan dan
teknologi. Untuk mendukung pertumbuhan ekonominya, Singapura memiliki
pendekatan yang terintegrasi dalam hal pengembangan komputerisasi nasional.
Selama hampir dua dekade, pemerintah Singapura sudah mulai
mengembangkan sistem informasi dan komunikasi nasional. Sampai saat ini,
terdapat lima fase perencanaan yang tiap kerangka perencanaannya berisikan
berbagai tujuan, kebijakan, dan proyek.

NATIONAL COMPUTERISATION PLAN (1980-1985)

Fase pertama dimulai pada tahun 1980 yang merupakan formasi dari Committee
for National Computerisation yang dituntun oleh Mentri Kabinet. Pada tahun
1981 komite ini mengeluarkan perencanaan lima tahunan yang mencakup tiga
area utama:

• Komputerisasi terhadap layanan umum.

• Membangun industri teknologi informasi lokal untuk pengembangan


perangkat lunak dan layanan.

• Menumbuhkan kompetensi profesional teknologi informasi untuk


memenuhi kebutuhan dunia industri di masa mendatang.

NATIONAL IT PLAN (1986-1991)

National IT Plan Singapura mencakup rangkaian strategi berikut:

• Mengembangkan tenaga kepakaran dan profesional teknologi


informasi. Pengembangan ini termasuk melakukan riset terapan
seperti rekayasa perangkat lunak, sistem pakar dan electronic data
interchange (EDI).

• Memperbaiki infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi melalui


pemasangan serat optik dan penggunaan integrated services digital
network (ISDN).

• Mengembangkan industri informasi dan komunikasi yang berorientasi


pada ekspor, termasuk dalam bagian ini adalah melakukan aliansi
dengan vendor perangkat lunak besar untuk membangun sumber daya
lokal.

• Koordinasi dan kolaborasi antar berbagai organisasi untuk


mempromosikan teknologi informasi dan komunikasi dengan
membangun jaringan komunitas.

• Mempersiapkan budaya masyarakat berbasis teknologi informasi dan


komunikasi.

• Meningkatkan kreativitas dan semangat enterpreneurship.

164
• Peningkatan aplikasi informasi dan komunikasi untuk
mengintegrasikan dan menyediakan layanan berbasis teknologi
informasi

IT 2000 MASTERPLAN (1992-2000) – INTELLIGENT ISLAND

Kunci utama dari IT 2000 Masterplan adalah untuk mentransformasikan


Singapura menjadi “Intelligent Island”, dengan menggunakan National
Information Infrastructure (NII) yang menghubungkan komputer ke tiap rumah,
kantor dan sekolah. IT 2000 memiliki sub-visi yang terdiri atas lima komponen
berikut:

• Membangun hub global.

• Melakukan transformasi ekonomi.

• Meningkatkan kemampuan individual.

• Menghubungkan komunitas lokal dan global.

• Memperbaiki kualitas hidup.

Termasuk di dalam IT 2000 adalah berbagai agenda ambisius yang mencakup


bidang kontruksi dan real estate, pendidikan dan training, manufaktur, media,
penerbit dan layanan informasi, dan transportasi.

“Singapura One”

Singapura One merupakan kerangka broadband nasional yang menyediakan


metode interaktif, aplikasi multimedia dan layanan ke setiap rumah, bisnis dan
sekolah. Secara umum, Singapura One menyediakan dua tingkatan layanan
terintegrasi yaitu jaringan broadband dengan kapasitas jaringan yang sangat
besar, dan aplikasi serta layanan yang memiliki kemampuan kecepatan tinggi
dan kapasitas tinggi. Jaringan broadband yang dimiliki memiliki kemampuan
untuk memberikan 99 persen layanan akses melalui ADSL, kabel, wireless, dan
serat optik dengan kemampuan untuk membawa layanan seperti suara, data,
audio dan video seara simultan dan dengan kecepatan tinggi serta terhubung ke
tiap ruma, sekolah, bisnis dan tempat-tempat umum yang mudah dijangkau oleh
masyarakat.

E-GOVERNMENT ACTION PLAN

Salah satu yang menjadi target pemerintah Singapura adalah proyek yang
disebut dengan Infocomm21. Infocomm21 merupakan perencanaan strategis
pemerintah Singapura untuk menyediakan layanan kepada masyarakat dengan
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Dalam hal ini, pihak-pihak
yang terkait dengan proyek tersebut menyadari penerapan Infocomm21 bukan
sekedar eksploitasi teknologi akan tetapi lebih kepada usaha untuk membawa
pemerintah kedalam ekonomi digital. Tujuan dari layanan publik secara
elektronis adalah untuk merubah proses pelayanan yang selama ini tidak
terintegrasi menjadi layanan satu atap yang disebut dengan “ONE Government”.
Visi tersebut difokuskan pada pengembangan CARE yang terdiri atas objektif
berikut:

165
• Courtesy – Menyediakan layanan e-Government dengan cara yang
user-friendly, cepat dan efisien.

• Accessibility – Menyediakan layanan yang mudah diakses dan sebisa


mungkin memenuhi prinsip dapat diakses “anytime-anywhere”.

• Responsiveness – Memberikan pelayanan dengan tingkat birokrasi


seminimal mungkin.

• Effectiveness – Pemenuhan layanan publik yang aman dan efektif


dengan menghapus kompleksitas dalam proses.

KEY STRATEGIS AND AREA FOCUSS

Strategi yang digunakan untuk menjalankan e-Government Action Plan adalah


seperti berikut:

• Strategy 1: Delivering Integrated Electronic Services. Strategi ini


mengadopsi prinsip banyak agensi akan tetapi satu pemerintah yang
memberikan layanan kepada publik sesuai dengan kebutuhan.
Strategi ini diharapkan dapat menciptakan layanan akses ke
pemerintah secara online, kapanpun dan dimanapun. Pemerintah
mengeluarkan eCitizen pada April 1999 yang sampai dengan Maret
2003 sudah dapat memberikan 1600 layanan kepada publik.

• Strategy 2: Using Infocomm Technologies to build new capability and


capacity. Sektor publik diharapkan untuk terus-menerus menggunakan
teknologi infocomm dan mengadaptasikannya ke dalam lingkungan
bisnis dan proses operasional. Untuk memberikan nilai tambah dalam
penggunaan teknologi tersebut, pemerintah melakukan proses re-
engineering secara besar-besaran.

• Strategy 3: Innovating with Infocomm technologies. Sektor publik


diharapkan melakukan uji coba dan adaptasi teknologi, termasuk
adanya kepemimpinan yang kuat untuk mempromosikan tren teknologi
baru.

• Strategy 4: Being Proactive and Responsive. Mengadopsi respon


yang tinggi untuk mengantisipasi adanya tren terbaru, memberikan
respon secara cepat terhadap berbagai tanggapan dan masukan
sesuai dengan kebutuhan publik.

• Strategy 5: Reinventing Government in the Digital Economy.


Penyediaan layanan kepada publik dengan menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi dalam segala aspek.

Untuk menjalankan kelima strategi di atas, diidentifikasikan enam program


berikut:

• Knowledge-Based Workforce – Pegawai pemerintahan yang notabene


merupakan pelayan publik diharapkan untuk menjadi knowledge
worker (pekerja berpengatahuan) sehingga dapat bekerja secara aktif
dan belajar dengan berkolaborasi dan knowledge-sharing sebagai
bagian dari budaya masyarakat yang terus menerus belajar.

166
• Electronic Services Delivery – Layanan publik harus dapat dilakukan
secara elektronis dan proses-proses manual harus dilakukan re-
engineering untuk nantinya dapat dijalankan secara elektronis.

• Technology Experimentation – Agensi pemerintahan harus dapat


mengadopsi teknologi informasi dan menjadi pioneer dalam hal
inisiatif penggunaan teknologi. Agensi pemerintah juga harus
melakukan percobaan atau pilot project untuk dapat memahami
kapabilitas teknologi yang digunakan dan mengetahui bagaimana
teknologi tersebut dapat memberikan keuntungan, baik bagi
pemerintah dan masyarakat.

• Operational Efficiency Improvement – sektor publik diharuskan untuk


melakukan identifikasi dan investasi terhadap sistem baru untuk
melakukan perbaikan operasional yang efisien. Perbaikan proses ini
dilakukan untuk memperoleh berbagai kemampuan dan keuntungan
yang diberikan oleh teknologi informasi dan komunikasi.

• Adaptive and Robust Infocomm Intrastructure – Konvergensi teknologi


telekomunikasi, broadcasting dan informasi memungkinkan
pemerintah untuk memberikan layanan yang lebih cepat dengan biaya
yang lebih murah. Untuk itu diperlukan infrastruktur yang reliabel
untuk mendukung visi pemerintah dalam penerapan e-Government.

• Infocomm Education – Program pendidikan harus terus-menerus


dipelajari untuk memperbaiki proses dan perbaikan layanan serta
mengembangkan kebijakan yang relevan sesuai dengan
perkembangan ekonomi baru.

GENERAL INFRASTRUCTURE

Psi: A Central Infrastructure for Government e-Service

Januari 2001 Kementrian Keuangan mengeluarkan proyek yang disebut dengan


Public Service Infrastructure (PSi) yang menjadi infrastruktur terintegrasi untuk
memberikan layanan e-Service. Sistem ini didesain menjadi platfrorm terpusat
yang memungkinkan beragam agensi untuk saling berbagi berbagai komponen
yang berbeda seperti payment gateway, electronic data interchange,
authentitication dan layanan security. PSi menyediakan layanan portal online
dengan menggunakan infrastruktur yang aman, skalabel dan terpusat.

Integrating Layers of Government

Tujuan dari PSi adalah untuk menyatukan proses dan sumber daya data ke
dalam satu infrastruktur kerja, mendukung layanan pemerintah melalui internet
dan mengembangkan layanan secara elektronis. PSi terdiri atas tiga lapis
komponen, yaitu infratruktur, aplikasi dan e-Service generator.

PSi memungkinkan terjadinya proses upgrade tanpa mempengaruhi sistem e-


Service yang sudah ada atau sudah beroperasi. Sistem manajemen berbasis
web memungkinkan pengguna dari agensi melakukan administrasi account,
membuat laporan log dari sistem, dan menyediakan layanan aplikasi.

Wireless Programme

Pesatnya perkembangan teknologi wireless, pemerintah Singapura


mengeluarkan Wireless Programme pada Oktober 2002 yang memposisikan
singapura sebagai hub bagi pengembangan wireless di Asia. Pemerintah dalam
hal ini melakukan kerjasama dengan dunia industri yang sekaligus melakukan

167
identifikasi, pengembangan dan pemberian layanan wireless untuk beragam
industri yang mencakup wireless multimedia, aplikasi mobile dan layanan
lainnya. Objektif yang ingin dicapai dalam hal ini adalah:

• Membangun industri wireless dan memungkinkan dunia industri untuk


mengembangkan dan mengekspor berbagai produk dan layanan
wireless.

• Membangun infrastruktur wireless yang dapat dimanfaatkan oleh


dunia industri untuk memperoleh keuntungan kompetitif melalui
penerapan teknologi wireless.

• Mempromosikan dan menerapkan gaya hidup wireless untuk


masyarakat Singapura.

BUSINESS SERVICES

TradeNet

TradeNet merupakan sistem Electronic Data Interchange pertama yang


memfasilitasi pertukaran pesan elektronis dan informasi antar berbagai pihak.
Layanan ini juga menyertakan elekctronics submission dan pemrosesan untuk
keperluan ekspor, impor dan pengurusan dokumen. Objektif yang ingin dicapai
adalah mereduksi biaya proses dan juga memperpendek waktu proses. Sebelum
sistem ini diterapkan, proses pengurusan dokumentasi perdagangan memakan
waktu yang cukup lama yang terdiri atas empat sampai dengan dua puluh
dokumen untuk pengiriman yang lebih kompleks. Dengan menggunakan
TradeNet pemrosesan dokumen dapat dilakukan kurang dari 10 menit. Hal ini
tentu saja dapat menghemat sampai 30 persen biaya administratif.

Online Government Procurement

Portal Government Electronic Business (GeBIZ) memfasilitas procurement dan


aktivitas tender antara pemerintah dan dunia bisnis. Sistem yang diluncurkan
pada bulan Juni 2000 ini terdiri atas tiga komponen seperti GeBIZ Enterprise
yang digunakan untuk mendesentralisasikan procurement, GeBIZ Profesional
yang didesain sebagai eksekutif procurement untuk administrasi tender yang
lebih kompleks dan GeBIZ Partner yang digunakan oleh komunitas bisnis untuk
mendapatkan informasi dan sumber lainnya yang terkait dengan peluang bisnis
yang disediakan oleh pemerintah.

168
GOVERNMENT EMPLOYEE SERVICES

PaC@GOV

Portal “Pay n Claim” merupakan portal yang disediakan untuk memberikan


semua layanan yang terkait dengan payroll. Portal ini menyediakan slip
pembayaran secara elektronis yang dapat ditampilkan melalui portal atau dapat
j u g a d i k i r i m k a n k e a c c o u n t e m a i l p e n e r i m a . B e r b a g a i k l a im j u g a d a p a t d i l a k u k a n
melalui portal.

TRAISI

Layanan ini diperkenalkan oleh Mentri Pendidikan pada bulan September 1999.
TRAISI atau Training Administration System on Intranet merupakan aplikasi
y a n g d a p a t d i g u n a k a n o l e h s t a f k e m e n t r i a n u n t u k m e r e n c a n a ka n t r a i n i n g
individual dan menyimpan catatan training yang sudah dilakukan secara online.

PM2S

PM2S atau People Matters Management System merupakan aplikasi untuk


mengelola sumber daya manusia. Sistem ini dapat memfasilitasi integrasi
antara penyediaan dan kebutuhan akan sumber daya manusia.

THE NEXT LAP

Selama dua puluh tahun belakangan ini, pemerintah Singapura terus-menerus


melakukan eksporasi terhadap teknologi informasi untuk pemenuhan kebutuhan
kompetitif regional dan juga global. Secara umu, Singapura telah berhasil
menerapkan secara alami penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
Pengembangan berbagai fasilitas terus-menerus dilakukan pemerintah, seperti
penyediaan akses pada tempat-tempat umum menggunakan kiosk. Usaha ini
tidak lepas dari visi pemerintah untuk menjadikan Singapura sebagai Hub
raksasa. Selain itu, penyediaan fasilitas ini tidak lepas dari visi pemerintah
Singapura untuk menyediakan layanan dengan “banyak agensi, satu
pemerintahan”.

169
TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI
NEGARA TAIWAN

170
CHALLENGE 2008: THE NATIONAL DEVELOPMENT PLAN

Taiwan memiliki ambisi national development plan yang disebut dengan


Challenge “2008” yang bertujuan untuk melakukan transformasi sosial dan
ekonomi Taiwan ke dalam lingkungan yang disebut dengan “Green Silicon
Island”. Secara umum terdapat sepuluh komponen utama dalam national
development plan:

• Cultivating talent for the e-generation. Komponen pertama terkait


dengan lingkungan pembelajaran bertaraf internasional. Komponen
utama yang dikembangkan adalah kemampuan bahasa Inggris dan
penguasaan teknologi informasi (terutama untuk penetrasi
penggunaan internet) dalam menghadapi era globalisasi.

• Developing the cultural creativity industry. Untuk pengembangan


berbasis high-tech, Taiwan memiliki kebijakan untuk mengembangkan
sistem organisasi yang lebih fleksibel untuk peningkatan kompetitif
dalam ekonomi berbasis pengetahuan. Fokus yang dikembangkan
adalah melakukan inovasi desain produksi, terutama untuk masalah
artistik dan estitika.

• Developing an international base for R&D and innovation. Dalam hal


ini Taiwan menyediakan diri sebagai negara tempat melakukan
berbagai aktivitas seperti riset, pengembangan dan inovasi. Cakupan
pengembangan yang ditawarkan adalah termasuk bioteknologi,
nanoteknologi, system-on-chip (SoC) dan telekomunikasi.

• Increasing value-added production. Komponen ini merupakan


keinginan Taiwan untuk menyediakan diri sebagai pusat suplai untuk
produk bernilai tinggi. Meskipun saat ini Taiwan mendapatkan banyak
tantangan dari produk China yang memiliki harga murah termasuk
tenaga kerja yang murah.

• Doubling the number of tourists visiting Taiwan. Pemerintah juga


mencanangkan untuk meningkatkan masuknya turis asing ke dalam
negeri.

• Developing “Digital Taiwan” or e-Taiwan. Digital Taiwan merupakan


proyek pemerintah untuk membangun Taiwan agar dapat
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi sebagai langkah
awal untuk masuk ke dalam ekonomi berbasis pengetahuan,
meningkatkan kemampuan industri lokal, meningkatkan kualitas
informasi pada pemerintah. Lima aspek yang menjadi sorotan utama
dalam komponen ini adalah e-Business, e-Government, e-
Transportation, e-Life, dan meningkatkan penggunaan broadband
sampai dengan enam juta pengguna pada tahun 2008.

• Developing Taiwan as an Operations Headquarters. Komponen ini


dirancang untuk mengundang sebanyak mungkin investasi pada
infrastruktur lokal Taiwan. Tujuan utamanya adalah menjadikan
Taiwan sebagai tempat yang ideal untuk melakukan bisnis, bahkan
menjadi pusat bisnis.

• Improving the transportation Infrastructure. Merupakan proyek yang


diperuntukkan bagi pengembangan sarana transportasi domestik.

• Conservating water resources and the ecology. Komponen ini terfokus


pada pembangunan yang seimbang serta memiliki wawasan

171
lingkungan. Termasuk didalamnya adalah usaha konservasi terhadap
berbagai lahan pertanahan dan pembuatan taman-taman.

• Building new hometown communities. Pemerintah juga memberikan


fasilitas lingkungan tempat tinggal yang nyaman termasuk fasilitas
bernuansa tradiosional setempat, dan sebagainya. Perencanaan
lingkungan tempat tinggal tersebut juga di intregrasikan dengan
berbagai pengembangan untuk membentuk ekonomi setempat.

DIGITAL TAIWAN PROJECT

Digital Taiwan atau yang dikenal dengan e-Taiwan merupakan salah satu
diantara sepuluh proyek yang dicanangkan pemerintah Taiwan untuk
menjadikan negara tersebut menjadi negara digital secara keseluruhan. Proyek
tersebut kemudian dikembangkan lagi menjadi proyek spesifik yang dikenal
dengan nama program pengembangan National Information Infrastructure (NII),
program e-Government tahun 1998 dan National Information and
Communication Initiative (NICI) pada tahun 2001.

Key Agencies

Awal tahun 2001, pemerintah mengadakan konsolidasi dengan mengembangkan


beberapa komite dengan NICI sebagai steering committe. NICI bertugas untuk
membuat cetakbiru untuk mentrasnformasikan Taiwan ke dalam ekonomi
berbasis pengetahuan dan pada Desember 2001 berhasil merumuskan e-Taiwan
dalam proposal “National Information and Communication Promotion
Strategies”. Teknis implementasi program ini dikerjakan oleh komite yang
disebut dengan Research, Development and Evaluation Comission (RDEC).
Komite ini memiliki divisi yang disebut dengan Central Taiwan Division yang
mendampingi setiap pemerintah kota untuk melakukan riset dan evaluasi terkait
dengan proyek Digital Taiwan.

Key Project and Frameworks

Sebagai fondasi pengembangan e-Taiwan, maka dikembangkan pula tiga


komponen dasarnya, yaotu e-Government, e-Industry dan e-Society. Proyek e-
Taiwan sendiri memiliki lima kerangka tujuan yang akan dicapai, yaitu e-Life, e-
Business, e-Government, e-Transportation, dan juga akses broadband. Proyek
ini diharapkan nantinya dapat menciptakan berbagai peluang sampai dengan
tahun 2008, termasuk diantaranya untuk keperluan bisnis dengan penyediaan
infrastruktur ekonomi digital dan peluang kerja bagi rakyat Taiwan sebesar
20.000.

E-GOVERNMENT PROGRAMME

Proyek e-Government hanya merupakan satu bagian dari lima kerangka pada
proyek Digital Taiwan. RDEC yang merupakan agensi pemerintah khusus yang
mengkoordinasikan e-Government di Taiwan, memberikan konsep e-Government
sebagai berikut:

The Application of information and communications technology by government


to link networks and deploy a variety of service infrastructure including voice
telephony, ATM, the Internet, and information kiosk, for the purpose of
providing extensive, proactive services not subject to he constraints of time or
geographical location.

172
Terkait dengan pengembangan e-Government, pemerintah Taiwan memiliki visi
yang mencakup tiga area:

• Mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi untuk


mendukung proses reengineering pada pemerintahan, menyediakan
layanan yang inovatif, perbaikan efisiensi administrasi, dan
peningkatan kualitas layanan publik.

• Mereformasi prosedur layanan umum dan bisnis sehingga dapat


diperoleh berbagai keuntungan dari penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi, mengakselarsi kecepatan layanan, menghemat waktu
dan biaya.

• Memungkinkan agensi pemerintah, dunia bisnis dan masyarakat


umum untuk mendapatkan berbagai layanan melalui beragam kanal
yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun, dan menyediakan
layanan antar-departemen yang terintegrasi dan inovatif.

Mid-term e-Government Implementation Plan (1997-2000)

Pada bulan November 1997, RDEC mengeluarkan sebuah draft yang disebut
dengan “Mid-term e-Government Implementation Plan (1997-2000)”.
Perencanaan ini terfokus pada tiga area utama:

• Pengembangan secara menyeluruh tulang punggung jaringan pemerintah.

• Mengembangkan layanan publik online dan aplikasi untuk administratif.

• Mengakselarasi pertukaran informasi pemerintah.

• Membuat sertifikasi elektronis dan mekanisme keamanan jaringan.

Pada tahun 1998 RDEC menetapkan Government Certicate Authority (GCA)


untuk membantu membuat lingkungan jaringan transaksi yang reliabel, aman
dan dapat dipercaya.

E-Government Action Programme (2001-2004)

Tahun 2001 RDEC mengeluarkan “e-Government Action Programme (2001-


2004) yang bertujuan untuk membuat aplikasi yang dibutuhkan dalam
penerapan e-Government. Tujuan utama dari program ini adalah
mempromosikan aplikasi internet untuk meningkatkan daya saing nasional
masyarakat dan dunia industri. Target yang ingin dicapai dari peningkatan
tersebut adalah seperti berikut:

• Mengimplementasikan pertukaran dokumen resmi secara elektronis


pada semua tingkatan level pemerintahan dalam satu tahun.

• Memungkinkan semua level organisasi pemerintah untuk membangun


website dan menyediakan layanan berbasis internet dalam waktu dua
tahun.

• Mempersiapkan tenaga kerja di pemerintahan untuk dapat


menggunakan internet dalam waktu 3 tahun.

• Mengembangkan 1.500 layanan berbasis internet dalam waktu empat


tahun.

Implementation Strategies

173
Proyek e-Government pemerintah Taiwan dilakukan dengan berdasarkan atas
tiga fase program:

• Penetrasi dan pengembangan infrastruktur.

• Pengembangan layanan online.

• Mobile Government.

E-GOVERNMENT PKI

Beberapa inisiatif yang berhasil diimplementasikan oleh pemerintah Taiwan


adalah seperti berikut:

• Pemerintah telah berhasil mengembangan sistem email yang dapat


digunakan oleh semua departemen dan agensi pemerintah. Sistem ini
diharapkan dapat memperbaiki proses komunikasi diantara badan
pemerintah.

• Pertukaran dokumen secara elekstronis sudah dapat dilakukan.


Sistem ini dibuat untuk menekan waktu pengiriman dokumen menjadi
lebih pendek dan juga menekan biaya pembuatan dokumen berbasis
kertas.

• Database nasional yang menyediakan akses untuk semua informasi


terkait dengan hukum dan regulasi. Sistem ini dibuat untuk
meningkatkan transparansi informasi kepada masyarakat.

CHALLENGE AND HOPE FOR THE FUTURE

Secara umum, Taiwan telah berhasil melakukan berbagai perubahan besar


semenjak program e-Government diluncurkan pada tahun 1997. Infrastruktur
dasar telah berhasil dibuat dan juga beberapa layanan online sudah dapat
doperasikan. Sampai dengan akhir 2002, RDEC memberikan laporan bahwa
pertukuran dokumen resmi pemerintah sudah dapat dilakukan sepenuhnya
secara elektronis dan lebih dari 10 persen layanan aplikasi pemerintah sudah
dapat diakses dan digunakan oleh masyarakat.

174
KEBIJAKAN STRATEGIS
TEKNOLOGI INFORMASI TAIWAN

175
NATIONAL IT PROGRAMME

Selama lebih dari dua dekade, teknologi informasi telah memainkan peranan
penting dalam hal peningkatan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat
Thailand. Seiring dengan perkembangan ekonomi, pemanfaatan teknologi
informasi mulai digunakan oleh dunia bisnis semenjak tahun 1980.

Key Agencies

Tahun 1992 dibentuk sebuah komite yang bertugas untuk mengarahkan dan
mengembangkan kebijakan terkait dengan teknologi informasi. Komisi ini
disebut dengan National Information Technology Committee (NITC). Komisi ini
dipimpin oleh Perdana Mentri dan menyertakan juga beberapa kementrian, dan
pejabat departemen di lingkungan pemerintahan. Sementara untuk memfasilitasi
pengembangan teknologi informasi maka dibentuk sebuah badan khusus yang
disebut dengan National Electronics and Computer Technology Centre
(NECTEC).

IT 2000 Policy

Semenjak mulai didirikan, NITC dan NECTEC mulai mengembangkan berbagai


inisiatif yang berhubungan pengembangan teknologi inoformasi nasional. Salah
satu inisiatif yang dibuat adalah IT 2000 National Policy, yang mencakup tiga
area pengembangan, yaitu:

• Membangun infrastruktur nasional.

• Melakukan investasi untuk pengembangan sumber daya manusia.

• Mengembangan good governance melalui penggunaan teknologi


informasi.

• Melalui kerangka dan kebijakan yang diajukan pada dokumen IT 2000


Policy, maka dikembangkan juga beberapa perencanaan dan target.

The IT 2010 Policy

Setelah dikembangkan IT 2000 Policy, pemerintah mengeluarkan kebijakan


lanjutan yang disebut dengan IT 2010 Policy. Kebijakan ini dikembangkan untuk
melakukan penelitian, menganalisa terhadap perkembangan industri teknologi
informasi di Thailand, dan melakukan studi banding pengembangan kebijakan
teknologi informasi di berbagai negara. Secara umum terdapat tiga tujuan yang
ingin dicapai pada IT 2010. ketiganya adalah sebagai berikut:

• Meningkatkan kemampuan bangsa Thailand terhadap perkembangan


teknologi.

• Meningkatkan sumber daya manusia masyarakat dari 12 persen


menjadi 30 persen.

• Meningkatkan pertumbuhan industri berbasis teknologi informasi


untuk mendorong pertumbuhan ekonomi 50 persen sampai dengan
tahun 2010.

Untuk mewujudkan ketiga tujuan di atas, pemerintah telah melakukan


identifikasi kebutuhan yang harus dikembangkan, yaitu e-Government, e-
Education, e-Commerce, e-Society, dan e-Industry.

176
THE NATIONAL ICT MASTER PLAN

Untuk mengimplementasikan kerangka kebijakan yang dibuat pada IT 2010,


maka pemerintah mengeluarkan program National ICT Master Plan. Objektif
yang ingin dicapai dalam penerapan teknologi informasi dan komunikasi adalah
memperbaiki tingkat kompetitif, membangun masyarakat berbasis pengetahuan,
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi bagi pembangunan
berkelanjutan, dan membangun industri berbasis teknologi informasi dan
komunikasi.

e-Thailand Initiative

Tujuan dari e-Thailand adalah untuk melakukan eksploitasi penggunaan


teknologi informasi sebagai basis dari kekuatan ekonomi nasional, mereduksi
proses yang tidak diperlukan dan pembangunan berkelanjutan. E-Thailand
memiliki tujuan untuk mempersiapkan fasilitas infrastruktur informasi nasional,
perdagangan, liberalisasi perdagangan, layanan dan investasi, e-Society dan e-
Government. Inisiatif yang direncanakan dalam ICT Master Plan menjadi
agenda dalam pengembangan e-Thailand.

STRATEGIES AND KEY FOCUS AREA

Terkait dengan berbagai kebijakan dan inisiatif yang telah dibuat, kementrian
informasi dan komunikasi Thailand memiliki beberapa strategi dalam
mengembangkan dan mengimplementasikan e-Government. Strategi yang
digunakan mencakup hal-hal berikut:

• Membuat perencanaan e-Government nasional yang disebut dengan


“e-Government Plan” dan melibatkan semua departemen yang ada,
termasuk alokasi dana yang dibutuhkan.

• Melibatkan semua administrasi dan layanan publik.

• Mengembangkan komitmen untuk mengembangkan sumber daya


manusia pada organisasi publik.

• Melakukan transformasi teknologi baik teknologi back-office dan


front-office pada sektor publik.

• Mengembangan infrastruktur komputer dan jaringan untuk mendukung


berbagai kegiatan pada organisasi publik.

• Mengembangkan partisipasi masyarakat dan sektor privat dalam


pengembangan e-Government.

Dalam pengembangan proyek e-Government, maka dibentuk wadah utama yang


terdiri atas berbagai departemen dan agensi pemerintah. Di antara berbagai
organisasi yang terlibat dalam pengembangan e-Government adalah seperti
berikut:

• NECTEC yang bertindak sebagai koordinator utama.

• Bank of Thailand yang bertindak sebagai sponsor proyek termasuk


menjadi anggota tim proyek.

• Chief Information Office (CIO) pada berbagai agensi terkait, termasuk


menjadi anggota dari tim proyek.

177
Anggota dari tim ini pertama kali mendapatkan pelatihan manajemen proyek dan
kemudian dilanjutkan dengan workshop.

CREATING THE FUTURE

Key Challenges

Sampai dengan akhir tahun 2002, tercatat lebih dari 200 rencana proyek e-
Government yang diusulkan dengan perkiraan akan selesai sampai dengan
2004. Terkait dengan berbagai keterbatasan sumber daya yang ada, maka
pemerintah Thailand melakukan prioritas pengembangan, untuk memaksimalkan
sumber keuangan yang ada termasuk sumber daya manusia. Pemerintah juga
melakukan reformasi besar-besaran terhadap sumber daya manusia yang
berada pada organisasi pemerintah. Hal ini dilakukan mengingat dari 2,3 juta
pegawai pemerintah, diperkirakan tenaga yang siap untuk mengdopsi teknologi
informasi hanya berkisar 20.000 orang. Pemerintah Thailand juga melakukan
inovasi dengan melakukan hubungan kemitraan dengan berbagai pihak,
terutama dari sektor privat dan organisasi non-pemerintahan. Hal ini dilakukan
untuk melakukan transformasi secara menyeluruh dalam hal penerapan
teknologi informasi dan komunikasi.

Dalam pembuatan kebijakan, pemerintah juga melibatkan berbagai pihak seperti


perusahaan dan organisasi non-pemerintah yang memiliki pengalaman khusus
dalam pengembangan dan penggunaan e-commerce, teknologi informasi,
marketing dan manajemen. Selain itu pemerintah Thailand juga menghadapi
masalah yang juga dihadapi negara-negara lain, yaitu kesenjangan digital.
Pengguna internet di Thailand juga masih didominasi oleh generasi muda
berpendidikan sampai dengan 90 persen. Salah satu masalah dalam hal
melakukan penetrasi internet adalah kendala bahasa. Meskipun website
pemerintah dibuat dalam dua bahasa, akan tetapi penetrasi pengetahuan
teknologi informasi dan penggunaan PC juga masih terbatas.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh NECTEC, pengembangan proyek e-


Government di Thailand sesungguhnya baru memasuki tahap awal dari
pengembangan secara keseluruhan. 70 persen responden yang terlibat dalam
penelitian NECTEC masih menyatakan kekecewaannya dengan website yang
dimiliki oleh pemerintah. Kekecewaan tersebut berkisar karena informasi yang
disediakan tidak lengkap, informasi yang disediakan tidak up-to-date, website
tersebut belum memenuhi berbagai layanan yang diinginkan masyarakat dan
juga banyak link yang tidak aktif.

Building on Key Achievement

Meskipun masih dalam tahap awal pengembangan e-Government, pemerintah


Tailand telah berhasil mengembangkan infrastruktur yang dibutuhkan.
Kelengkapan infrastruktur tersebut juga telah berhasil dimanfaatkan dalam hal
penyediaan aplikasi. Contoh dari proyek yang dianggap berhasil adalah dalam
bidang pendidikan dalam proyek SchoolNetProject. Keberhasilan ini diharapkan
nantinya dapat menyediakan sumber daya manusia yang cukup. Pemerintah
juga dianggap memiliki kemajuan yang berarti dengan dibuatnya kementrian
komunikasi dan informasi. Kementrian ini diharapkan dapat mempercepat
penerapan teknologi informasi dan komunikasi, termasuk pengembangan e-
Government dan e-Business.

178
PRIORITAS PENGEMBANGAN
ELECTRONIC GOVERNMENT DI
AUSTRALIA

179
Australia adalah salah satu dari tiga besar dunia dalam hal penetrasi internet
per kapita penduduknya, setelah Finlandia dan Amerika Serikat. Diperkirakan,
lebih dari 50% penduduk dewasa Australia sudah terhubung dengan internet.
Meningkatnya penetrasi internet akan meningkatkan harapan penduduk agar
layanan pemerintahan bisa dilakukan secara online.

Pada bulan Desember tahun 1997, Perdana Menteri John Howard mengeluarkan
kebijakan yang disebut sebagai investing for growth, sebuah kebijakan yang
mengatur bagaimana pemerintah Australia lebih meningkatkan kualitas layanan
dengan memanfaatkan teknologi informasi secara ekstensif. Pemerintah
Australia percaya, bahwa pengembangan eGovernment akan memberikan
banyak sekali manfaat untuk mereka.

eGovernment akan memberikan layanan yang lebih luas kepada masyarakat


dibandingkan dengan mereka mendatangi satu persatu kantor-kantor
pemerintahan. Teknologi online juga akan menghilangkan sekat-sekat seperti
yang terjadi pada pelayanan tradisional. Di samping itu, masyarakat dari
daerah-daerah pedesaan dan yang jauh dari kota-kota besar bisa mendapatkan
kesempatan yang sama dalam layanan pemerintah. Egovernment akan membuat
masyarakat tidak perlu lagi menghapalkan struktur antara Pemerintah Australia
atau negara bagian untuk layanan yang ingin mereka dapatkan. Mereka tinggal
memilih layanan apa yang diinginkan melalui internet tanpa perlu mengetahui
departemen mana yang mengurus layanan tersebut.

Layanan eGovernment juga akan terus menerus membuat efisiensi dan


efektifitas dari proses bisnis pemerintah, di samping juga akan menurunkan
biaya-biaya saat orang berhubungan dengan Pemerintah. Efisiensi juga dapat
terasa melalui berbagai kemudahan yang dirasakan oleh kalangan bisnis dan
masyarakat dengan layanan yang mudah dan tidak berbelit-belit.

ARAH LAYANAN EGOVERNMENT DI AUSTRALIA

eGovernment di Australia bertujuan untuk membangun manfaat yang lebih besar


dari internet yang selama ini telah dirasakan oleh masyarakat dalam konteks
individu dan komunitas. Bagaimana pengalaman dan manfaat yang selama ini
telah terbangun bisa juga dilaksanakan dalam konteks layanan pemerintahan.
Di masa depan, dengan eGovernment semua layanan pemerintah dapat diakses
selama satu hari penuh dalam 24 jam, 7 hari seminggu tanpa batasan waktu
kerja. Karena itu, eGovernment harus memanfaatkan semua yang bisa
dilakukan melalui teknologi. eGovernment akan memberikan kemudahan akses
bagi masyarakat melalui berbagai saluran yang selama ini ada, ditambah
dengan saluran akses baru melalui internet dan berbagai teknologi komunikasi
lainnya. Dengan eGovernment, pemerintah ingin memberikan rentang pelayanan
yang luas dengan kualitas terbaik dengan biaya yang murah. Di sisi lain,
eGovernment harus mudah digunakan oleh masyarakat, sehingga mereka mau
menggunakan karena kenyamanan dan keuntungan yang ditawarkan. Dalam hal
ini, eGovernment harus mampu membuat masyarakat berinteraksi dengan lebih
dekat sehingga pemerintah semakin mengetahui kebutuhan dan aspirasi
mereka.

PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EGOVERNMENT

Untuk mengimplementasikan rencana pengembangan eGovernment secara


menyeluruh, Pemerintah Australia menetapkan delapan prioritas strategis yang

180
harus dilaksanakan baik oleh pemerintah pusat, departemen, maupun
pemerintah negara bagian. Delapan prioritas itu adalah:

Pertama, menganjurkan badan-badan pemerintahan untuk memanfaatkan dan


mengembangkan sepenuhnya layanan melalui internet. Karena departemen dan
badan-badan pemerintahlah yang bertanggung jawab secara langsung terhadap
penyediaan layanan pemerintah, maka inisiatif dan dukungan mereka sangatlah
diperlukan. Badan-badan Pemerintah diminta untuk menyusun ”online action
plan”, rencana aksi kapan mereka bisa menyediakan layanan secara online, dan
menyesuaikannya dengan strategi eGovernment di seluruh Australia.

Kedua, memastikan bahwa aplikasi dan sistem yang mendukung penerapan


eGovernment sudah disusun dan dijalankan. Beberapa hal penting di antaranya:

1. Otentifikasi, menyangkut bagaimana identitas setiap orang


mendapatkan otorisasi dan otentifikasi secara benar. Otentifikasi
diperlukan untuk proses identifikasi apakah benar orang yang
menggunakan sebuah layanan sesuai dengan identitas yang benar.
Otentifikasi menyangkut teknologi yang dipakai dan sistem serta
prosedur yang harus digunakan masyarakat ketika ingin mendapatkan
suatu layanan tertentu.

2. Privacy, yang merupakan salah satu prinsip paling penting karena


menyangkut kepercayaan masyarakat terhadap data-data dan
informasi yang mereka berikan. Adanya privacy yang terlindungi akan
memberikan rasa aman kepada masyarakat dalam mendapatkan
layanan online sekaligus mendorong partisipasi yang lebih besar dari
mereka.

3. Security. Aspek keamanan berhubungan erat bagaimana dokumen,


file, dan berbagai informasi hanya bisa diakses oleh orang-orang
yang berhak. Aspek keamanan data menjadi salah satu faktor yang
paling penting karena sedikit saja informasi atau data disalahgunakan
bisa menimbulkan gejolak negatif yang tidak diinginkan.

4. Standardisasi data dan platform. Agar setiap aplikasi bisa


berkomunikasi dan saling bertukar data, standardisasi data dan
platform mutlak diperlukan. Standard ini disusun oleh Pemerintah
Pusat yang harus diikuti oleh setiap departemen dan negara bagian.

Ketiga, meningkatkan kapasitas dan fasilitas akses terhadap layanan online


pemerintah di seluruh regional Australia. Tidak bisa dipungkiri, masalah
kesenjangan digital tidak hanya terjadi di negara berkembang, tetapi juga
terjadi hampir di semua negara, termasuk Australia. Pemerintah mengambil
inisiatif dengan mendirikan berbagai kios informasi layanan pemerintah di
berbagai tempat umum dan counter-counter bagi orang yang tidak punya akses
internet. Dengan demikian, diharapkan kesenjangan digital ini secara perlahan
bisa mulai dijembatani.

Keempat, meningkatkan pengembangan industri Teknologi Informasi (TI) yang


memberi dampak pada percepatan pelaksanaan eGovernment. Pelaksanaan
eGovernment pada dasarnya adalah bagaimana memanfaatkan teknologi
informasi secara lebih ekstensif pada layanan pemerintahan. Karena itu,
pengembangan industri teknologi informasi penting artinya karena akan menjadi
tulang punggung pelaksanaannya di lapangan. Industri Teknologi Informasi bisa
dibagi menjadi beberapa komponen, di antaranya adalah industri pendidikan
yang menyediakan sumber daya manusia dan profesional di bidang TI, industri
penyedia perangkat keras (hardware), dan industri penyedia perangkat lunak
dan aplikasi (software). Perkembangan yang baik dari ketiga elemen industri ini

181
akan menjamin tersedianya profesional dan tenaga kerja yang terampil dalam
bidang TI, dan aplikasi serta perangkat keras yang mendukung.

Kelima, mulai memindahkan proses bisnis secara online. Secara bertahap, apa
yang bisa dilayani secara online mulai dijalankan. eGovernment merupakan
proses panjang yang tidak bisa jadi dalam waktu dekat. Karena itu, pentahapan
proses apa saja yang bisa dilayani secara online akan sangat membantu
kesiapan dari berbagai sisi mulai dari SDM, teknologi dan juga persiapan
masyarakat itu sendiri sebagai pengguna.

Keenam, melakukan studi banding dan mengawasi perkembangan pelaksanaan


eGovernment secara reguler. Studi banding adalah hal yang paling mudah
dijalankan dalam upaya mempelajari sistem apa yang cocok diterapkan dalam
eGovernment. Studi banding eGovernment adalah bagaimana mempelajari
sistem, aplikasi, dan manajemen pada suatu pemerintahan dalam menerapkan
inisiatif eGovernment dan apa yang mungkin diterapkan oleh pemerintah
masing-masing. Tentu saja studi banding ini dilakukan kepada pemerintahan
yang lebih maju dan lebih baik dalam pelaksanaan eGovernment agar bisa
mendapatkan pengetahuan yang dibutuhkan. Selain itu, pelaksanaan
eGovernment juga memerlukan review yang dilakukan secara reguler. Review
menyangkut kesiapan dari sisi pemerintah dan juga kesiapan dari sisi
masyarakat, persepsi mereka dan apa yang mereka harapkan dari
eGovernment.

Ketujuh, memfasilitasi layanan yang bisa dilakukan antar badan pemerintah.


Banyak sekali layanan yang berhubungan antara satu badan pemerintah dengan
badan lain. Layanan informasi kependudukan misalnya, akan berhubungan
dengan layanan pajak, kepolisian, dan semua layanan yang membutuhkan data
dan informasi pribadi seseorang. Untuk bisa menjadikan aplikasi dan layanan
yang saling terhubung dan berkomunikasi satu dengan yang lain, dibutuhkan
berbagai aplikasi yang punya standar interoperabilitas yang sama. Dibutuhkan
tidak hanya kerjasama operasional antar badan pemerintah, tetapi juga aplikasi
dan teknologi yang memadai.

Kedelapan, komunikasi dengan stakeholders. Sebagus apapun layanan


eGovernment yang disediakan pemerintah, tidak akan berjalan dengan baik
tanpa dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Stakeholders
pemerintah terbentang luas mulai dari pegawai pemerintah, masyarakat,
kalangan bisnis, hingga pemerintah di negara-negara tetangga.

Pemerintah perlu menyediakan sumber daya yang memadai baik dari sisi
keuangan, organisasi, dan manusia untuk melakukan promosi dan kampanye
penggunaan eGovernment pada seluruh sektor. Komunikasi yang intensif akan
mendorong partisipasi dan interaksi yang lebih baik pada semua kalangan.

182
PRINSIP DASAR ELECTRONIC
GOVERNMENT DI NEW SOUTH
WALES

183
New South Wales adalah salah satu negara bagian Australia di mana
pemerintah federalnya begitu kuat keinginan dan motivasinya untuk
mengembangkan eGovernment di seluruh kawasan Australia. Tujuan utamanya
di samping memberikan kualitas layanan yang lebih baik, juga memberikan
akses dan kesempatan yang sama kepada seluruh masyarakat yang tersebar di
seluruh kawasan yang luas ini. Masyarakat bisa mendapatkan layanan
pemerintah secara cepat, aman dan menyenangkan. Kalangan bisnis juga
mendapatkan kemudahan dalam mendapatkan berbagai perijinan, membayar
pajak, dan berhubungan dengan pemerintah. Sementara staf dan pegawai
pemerintahan bisa melakukan proses kerja dari mana saja secara efisien dan
produktif.

Tantangan utama dari eGovernment adalah bagaimana mewujudkan layanan


pemerintah yang disediakan oleh berbagai departemen dan badan pemerintahan
bisa diakses dan didapatkan secara aman dan mudah di internet. Inisiatif
eGovernment di New South Wales dibangun berdasarkan beberapa prinsip
dasar sebagai acuan:

• Membangun layanan yang menyediakan berbagai pilihan akses


kepada masyarakat dalam memperolehnya. Selama ini, masyarakat
perlu datang secara langsung ke kantor-kantor pemerintahan, dengan
eGovernment berbagai kanal akses mulai dari internet, telepon
seluler, PDA dan berbagai peralatan komunikasi lain.

• Partisipasi masyarakat yang lebih besar dalam proses pengambilan


keputusan sehingga menumbuhkan transparansi dan demokratisasi
dalam pemerintahan.

• Penyediaan informasi secara lengkap dan bertanggung jawab.

• Penggunaan teknologi informasi, komunikasi serta sumber daya


manusia secara efektif dan efisien.

LANGKAH-LANGKAH YANG DILAKUKAN

Untuk menjalankan inisiatif eGovernment secara lebih terencana, Pemerintah


telah melakukan berbagai langkah-langkah strategis yang dimulai pada Februari
1997 dengan merumuskan cetak biru (blue print) pengembangan teknologi
informasi dan komunikasi di seluruh New South Wales. Secara khusus, cetak
biru pengembangan eGovernment juga dirumuskan secara resmi pada tahun
1997. Rumusan tersebut diikuti oleh berbagai rumusan lain, misalnya rumusan
tentang pengembangan standar kemampuan dan keterampilan teknologi
informasi, strategi eProcurement, dan strategi telekomunikasi untuk
pembangunan broadband. Rencana aksi tersebut diteruskan dengan
implementasi di lapangan yang telah memberikan beberapa hasil hingga
sekarang. Di antara beberapa pencapaian adalah peluncuran portal New South
Wales (www.nsw.gov.au) sebagai sumber informasi dan pintu masuk utama bagi
masyarakat dalam mendapatkan layanan online dari semua badan-badan
pemerintah.

Portal News South Wales dirancang sebagai portal yang sangat lengkap untuk
berbagai kalangan, mulai dari masyarakat, kalangan bisnis, hingga kalangan
turis yang ingin melihat dan berkunjung. Portal ini ditata dengan navigasi yang
sangat baik sehingga memudahkan pengunjung mendapatkan informasi dan
layanan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya.

184
Selain portal sisi lain yang diperhatikan adalah pembangunan infrastruktur dan
jaringan. Sekarang ini semua sekolah di New South Wales sudah mempunyai
akses internet sehingga mengajarkan penggunaan internet sejak usia dini. Di
samping itu juga menjadi sarana akses internet bagi masyarakat umum.

Pada sektor kesehatan, pemerintah membangun sistem informasi kesehatan


(eHealth) yang cukup canggih baik bagi masyarakat mapupun kalangan
profesional. Bagi profesional tersedia fasilitas telemedicine yang
memungkinkan dialog dan diskusi jarak jauh dengan berbagai pakar dalam
penanganan kasus atau pasien tertentu, sementara bagi masyarakat tersedia
fasilitas untuk melihat data dan kondisi pasien melalui sistem informasi
kesehatan nasional.

Sumber: New South Wales Government, 2002

Dari sisi informasi hukum, sekarang ini terdapat fasilitas investigasi online
melalui internet sehingga memungkinkan investigasi dilakukan pada kantor
kepolisian di daerah. Sementara itu, keputusan-keputusan pengadilan bisa
diakses secara online melalui sistem informasi hukum dan pengadilan.

Dan untuk mengeksplorasi berbagai kemungkinan penggunaan internet dan


pengembangan eGovernment di masa mendatang, Pemerintah mendirikan pusat
riset Smart Internet Technology untuk mengantisipasi kemajuan dan
perkembangan teknologi internet yang sangat pesat.

ARAH STRATEGIS INISIATIF EGOVERNMENT

Pemerintah New South Wales telah menetapkan beberapa arah strategis


pengembangan sistem informasi dan eGovernment sebagai upaya agar inisiatif
yang telah dibangun berjalan sesuai dengan tujuan semula.

Pertama, penyediaan layanan yang terintegrasi. Dalam hal ini bagaimana


layanan pemerintah bisa disediakan melalui satu portal yang komprehensif.
Sasaran dan arah strategis yang ingin dicapai adalah:

185
• Memudahkan masyarakat untuk mendapatkan informasi dan layanan
pemerintah melalui berbagai kanal akses yang dimiliki.

• Business Process Reengineering (BPR) pada sektor pemerintahan


dalam menghadapi era informasi dan komunikasi karena eGovernment
membutuhkan kompetensi dan proses bisnis yang berbeda
dibandingkan layanan tradisional.

• Memudahkan masyarakat untuk mendapatkan akses dalam proses


politik dan pengambilan keputusan.

• Membangun lingkungan bisnis yang kondusif melalui berbagai aturan


tentang privacy dan keamanan.

• Mengkomunikasikan manfaat dari eGovernment kepada seluruh


masyarakat di New South Wales. Inisiatif eGovernment akan
memberikan manfaat yang besar jika didukung oleh partisipasi
masyarakat secara aktif.

Kedua, melakukan kerjasama dengan kalangan industri sebagai salah satu


mitra kerja Pemerintah yang diprioritaskan pada beberapa sasaran:

• Mendorong perkembangan industri Teknologi Informasi sebagai


pendorong inisiatif eGovernment yang lebih besar. Industri Teknologi
Informasi terdiri dari industri penyedia aplikasi, perangkat lunak
(software), dan juga perangkat keras (hardware). Juga tidak
dilupakan industri pendidikan dan pelatihan yang menyediakan
tenaga-tenaga profesional dalam bidang teknologi informasi.

• Membantu sektor usaha kecil dan menengah dalam menerapkan


teknologi informasi dan melakukan bisnis di dunia internet.

• Menjadi pelanggan yang terdepan dengan menggandeng sektor


swasta dalam berbagai pengembangan aplikasi eGovernment

• Mendorong pengadaan barang secara elektronik (eProcurement)


untuk menjamin proses yang lebih efisien dan transparan

• Mendukung riset dan pengembangan terutama dalam bidang teknologi


informasi dan telekomunikasi.

Ketiga, membangun komunitas yang saling terhubung sebagai upaya


percepatan inisiatif eGovernment dan penggunaan akses yang lebih luas dari
kalangan masyarakat. Arah prioritas strategisnya adalah:

• Mendorong adanya akses regional yang merata di seluruh kawasan.


Adanya kesenjangan digital memang menjadi salah satu tantangan
yang harus dihadapi, karena itu penyediaan akses melalui berbagai
fasilitas dan terminal umum menjadi alternatif pemerataan akses ke
seluruh masyarakat.

• Menciptakan pengguna aktif dalam berbagai komunitas dengan


memberikan berbagai insentif dan pelatihan

• Membuka akses untuk pengembangan sumber daya alam dan budaya

Keempat, memberkuat jaringan infrastruktur dan pita lebar (bandwith) untuk


akses internet dan saluran komunikasi data, dengan prioritas:

186
• Menyediakan infrastruktur bandwith yang efektif dan efisien bagi
pelaksanaan eGovernment

• Memanfaatkan aset-aset pemerintah secara lebih maksimal melalui


kerjasama dengan pelaku industri

• Membangun infrastruktur komunikasi dan bandwith yang memadai


kalangan bisnis dan komunitas

• Mengembangkan peralatan yang inovatif dan kreatif untuk masyarakat


yang tidak mampu dan tidak terjangkau

Kelima, memperkuat ketrampilan dan pengetahuan masyarakat dalam bidang


Teknologi Informasi.

• Mengembangkan kemampuan belajar di sekolah dengan


mencanangkan kurikulum yang diperkaya pengetahuan tentang
teknologi informasi

• Mendukung pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh industri, dan


melakukan standardisasi pelatihan dan ketrampilan.

• Mempromosikan karir dan informasi dalam bidang Teknologi Informasi


untuk memotivasi masyarakat menggeluti bidang teknologi informasi

• Melakukan kerjasama dengan industri dan komunitas untuk


mengembangkan ketrampilan dalam bidang TI.

Kelima hal di atas inilah yang menjadi dasar pembangunan dan arah kebijakan
implementasi eGovernment di New South Wales. Perkembangan eGovernment
sendiri masih akan terus berlanjut seiring dinamika perkembangan teknologi
informasi dan pemanfaatannya di berbagai bidang, dan New South Wales
adalah salah satu negara yang terus menunjukkan komitmen pembangunan
eGovernment untuk meningkatkan kualitas layanan yang diberikan.

187
MASALAH E-READINESS DI BENUA
AFRIKA

188
eGovernment di Afrika merupakan inisiatif yang diadopsi dari negara-negara
Barat dan diadopsi sesuai kultur dan kesiapan masyarakat Afrika. Namun
demikian, perbedaan kesiapan masyarakat dan kondisi infrastruktur menjadikan
pelaksanaan eGovernment di kawasan Afrika mengalami berbagai kendala.
Kendala utamanya bisa dilihat dari pemeringkatan eReadiness berbagai negara
di Afrika yang rata-rata menempati tingkatan yang cukup rendah, kecuali
beberapa negara seperti Afrika Selatan. eReadiness adalah pemeringkatan
untuk menilai tingkat kesiapan suatu negara dalam pemanfaatan teknologi
informasi, khususnya untuk pelaksanaan eGovernment.

eReadiness didasarkan pada lima aspek penting yang menjadi penilaian, yaitu
connectivity, eLeadership, information society, human capital dan eBusiness
climate. Connectivity menyangkut kesiapan infrastruktur dan jaringan
telekomunikasi, eLeadership menyangkut visi, strategi, komitmen dan usaha
pemerintah, information society menyangkut kerangka hukum dan kerjasama
pihak pemerintah dan swasta, human capital menyangkut kesiapan sumber daya
manusia yang dimiliki dan eBusiness climate menyangkut kesiapan industri dan
pelaku bisnis dalam pemanfaatan teknologi informasi. Namun demikian,
walaupun menghadapi berbagai tantangan pelaksanaan di lapangan, inisiatif
eGovernment terus berjalan sesuai dengan kapasitas dan kemampuan masing-
masing negara yang tentu saja menghasilkan keuntungan dan manfaat yang
berbeda.

ARAH PELAKSANAAN EGOVERNMENT

Arah pelaksanaan eGovernment di Afrika pada dasarnya dibangun berdasarkan


tiga prinsip utama. Pertama melakukan proses efisiensi internal dengan
melakukan eAdministrasi, kedua membangun hubungan dengan masyarakat
melalui eCitizens, dan ketiga membangun hubungan dengan pihak luar melalui
eBusiness.

Sumber: African Government, 2002

E-ADMINISTRASI

Konsep eAdministrasi adalah bagaimana pemerintah melalui pemanfaatan


teknologi informasi bisa menggunakan sumber daya manusia secara efektif dan
efisien. Pemanfaatan aplikasi eAdministrasi digunakan dalam beberapa hal:

189
• Pemotongan biaya proses kerja pemerintah melalui efisiensi dalam
prosedur dan peningkatan produktivitas.

• Pengelolaan performa kinerja yang lebih baik melalui perencanaan,


pengelolaan, dan pengawasan penggunaan sumber daya yang dimiliki
mulai dari sektor keuangan, aset dan sumber daya manusia.

• Membangun hubungan strategis antar badan pemerintahan agar


tercipta sinergi dan kapasitas kemampuan yang lebih besar.
eAdministrasi memungkinkan terjadinya sharing informasi antar badan
pemerintah sehingga menimbulkan efisiensi dan kesatuan dalam
pemanfaatan teknologi informasi.

• Pemberdayaan sumber daya manusia melalui pemerataan kesempatan


yang lebih besar bagi setiap pegawai dalam proses pengambilan
keputusan.

E-CITIZEN AND E-SERVICE

Salah satu tujuan utama dari eGovernment adalah memberikan layanan yang
lebih mudah dan berkualitas kepada masyarakat sebagai “customer”
pemerintah. eCitizen dan eService adalah bagaimana pemerintah membangun
hubungan baik dengan masyarakat dengan memberikan informasi dan layanan
sesuai kebutuhan dan aspirasi mereka.

• Melakukan komunikasi dengan masyarakat dengan memberikan


berbagai informasi tentang layanan dan kebijakan pemerintah kepada
masyarakat. Informasi ini memberikan kesempatan kepada
masyarakat memberikan usulan ataupun perbaikan terhadap layanan
yang selama ini diberikan.

• Mendengarkan aspirasi masyarakat melalui berbagai saluran dan


media untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan
dan pengelolaan negara untuk meningkatkan akuntabilitas publik dan
proses demokratisasi.

• Meningkatkan layanan masyarakat pada berbagai dimensi mulai dari


kualitas, kenyamanan dan kemudahan, serta biaya yang rendah.

E-SOCIETY

eSociety adalah bagaimana pemerintah membangun hubungan dengan pihak


luar, terutama dengan kalangan bisnis melalui berbagai kerjasama. Program
eSociety ini meliputi:

• Membangun hubungan yang lebih baik dengan kalangan bisnis


dengan memberikan informasi yang dibutuhkan mereka. Pemerintah
menyediakan fasilitas pengadaan barang dan tender secara online
(eProcurement) untuk menumbuhkan kompetisi yang lebih sehat dan
transparan.

• Membangun komunitas sosial pada masyarakat lokal dalam hal


pemanfaatan teknologi informasi.

190
• Membangun kerjasama institusional yang lebih baik dengan berbagai
organisasi pemerintah, swasta, maupun lembaga non pemerintah
seperti LSM dan berbagai organisasi kemasyarakatan.

TANTANGAN PELAKSANAAN

Terdapat dua tantangan besar dalam pelaksanaan eGovernment di Afrika.


Pertama, inisiatif eGovernment yang masih rendah, dan kedua, kegagalan
implementasi proyek eGovernment di berbagai negara dan sektor pemerintahan
yang selama ini telah berjalan. Masalah rendahnya inisiatif eGovernment bisa
ditelusuri terutama dari 6 faktor yang bisa dijadikan acuan:

• Infrastruktur data dan jaringan serta sistem aplikasi standar yang


masih lemah di hampir seluruh negara Afrika.

• Infrastruktur hukum masih dalam kerangka awal yang memerlukan


banyak pembenahan.

• Infrastruktur organisasional (institusi). Inisiatif eGovernment


memerlukan organisasi ataupun institusi yang memimpin
pelaksanaannya dan pada beberapa negara Afrika, hal ini belum
dilakukan.

• Infrastruktur sumber daya manusia yang belum siap dalam hal sikap
mental, pengetahuan dan juga keterampilan.

• Infrastruktur teknologi informasi yang masih belum merata pada


semua proses pemerintahan

• Kepemimpinan dan pemikiran strategis juga menjadi faktor penting


yang masih belum terlihat pelaksanaannya. Kebanyakan pemimpin
Afrika masih disibukkan pada peningkatan kehidupan ekonomi
masyarakat.

Tantangan kedua adalah kenyataan bahwa beberapa inisiatif proyek untuk


eGovernment yang diimplementasikan tidak berjalan sesuai dengan harapan.
Banyak proyek eGovernment yang gagal yang membuat tingkat kepercayaan
terhadap inisiatif eGovernment menjadi berkurang.

Kegagalan implementasi ini bisa dibagi menjadi dua; kegagalan total ataupun
kegagalan pada sebagian proses. Contoh kegagalan total adalah proyek sistem
pengelolaan tanah yang diimplementasikan di negara bagian selatan Afrika.
Sistem ini telah selesai dibangun namun tidak pernah dipakai karena konflik
internal antar beberapa kelompok pegawai yang mengambil keuntungan untuk
diri sendiri dari program ini.

Model kegagalan lain adalah pada saatnya diluncurkan, sebuah program


mendapatkan apresiasi yang baik dari masyarakat, tetapi kemudian ditinggalkan
satu atau dua tahun kemudian. Contohnya adalah implementasi kios informasi
di Afrika Selatan. Pada tahun pertama, kios ini mendapatkan apresiasi
masyarakat yang selalu berdatangan ingin melihat dan mendapatkan informasi
dari sana. Tetapi lama kelamaan, karena ngga ada update dan kurangnya
konten lokal, kios informasi ini akhirnya ditinggalkan penduduk.

Beberapa kegagalan semacam inilah yang menjadikan inisiatif eGovernment


menjadi tersendat pada beberapa negara. Ditambah dengan rendahnya tingkat

191
eReadiness negara-negara Afrika, tantangan implementasi eGovernment di
sana memang semakin berat.

CATATAN KE DEPAN

Walaupun menghadapi berbagai tantangan, inisiatif eGovernment terus bergulir


di Afrika dengan segala kekurangan yang ada. Ada beberapa hal yang menjadi
target pembenahan sebelum inisiatif eGovernment dilaksanakan.

Pertama, memperbaiki faktor-faktor yang menjadi elemen eReadiness, mulai


dari infrastruktur jaringan, sumber daya manusia, sistem informasi, teknologi,
dan juga visi dan strategi kepemimpinan yang lebih mengarah pada
pemanfaatan teknologi informasi. eReadiness ini menjadi prasyarat utama untuk
pembangunan eGovernment.

Kedua, di Afrika sendiri cukup banyak badan-badan internasional yang


memberikan bantuan terhadap pembangunan Afrika. Melibatkan mereka dalam
inisiatif eGovernment adalah strategi yang baik karena mereka mempunyai
banyak akses dan kemampuan baik dari sisi finansial maupun sumber daya
manusia.

Ketiga, pengembangan eGovernment perlu didukung dengan pembangunan


infrastruktur hukum yang memadai. Setelah itu, pemerintah juga perlu membuat
strategi implementasi yang sesuai dengan negara dan kondisi masyarakatnya
masing-masing.

192
REFERENSI DAN DAFTAR PUSTAKA

Andrews, Dorine C., Susan K.Stalick, Business Reengineering, the Survival


Guide, Prentice Hall, Englewood Cliffs, 1994.
Belt, Juan A.B., E-Government: an Essential Element of a Strategy to Promote
a Knowledge-Based Society, World Bank, June 2001.
Champy, James, Reengineering Management – the Mandate for New
Leadership, New York, United States: Harper Business Publishing, 1995.
Connel, Kathleen, Dean Andal, and B. Timothy Gage, E-Government Blueprint,
California, USA: California Franchise Tax Board, 2000.
Department of Communication Information Technology and Art, Government
Online: The Commenwealth Government Strategy, Australia, 2002
Douglas, Holmes, E.Gov: E-Business Strategies for Government, London, UK:
Nicholas Brealey Publishing, 2001.
Employment Training Association (ETA), An e-Government Study for America’s
Workforce Network, Philadelphia, USA: Department of Labor, 2001.
Goldschmidt, Kathy, Nicole Folk, Mike Callahan, Richards Shapiro, and Brad
Fitch, Congress Online – Assessing and Improving Capitol Hill Web Sites,
Congressional Management Foundation, 2002.
Governor’s Office of Innovation and Technology, State of Colorado Vision for e-
Government, USA: State of Colorado, 2000.
Haedtler, David, Transforming the Public Sector through E-Government, US
Symposium IT Expo 2001, Colorado Convention Center, May 2001.
Hammer, Michael, Beyond Reengineering, Harper-CollinsBusiness, UK, 1996.
Hammer, Michael, and James Champy, Reengineering the Corporation, a
Manifesto for Business Revolution, Nicholas Brealey Publishing, London,
1993.
Hunt, Daniel V., Process Mapping, How to Reengineer your Business
Processes, John Wiley & Sons, USA, 1996.
Ho, James K., Cyber Tigers, Singapore: Prentice Hall, 2000.
Horton, K.F., Stockport MBC e-Government Strategy 2000-2005, England:
Division of Stockport e-Services, 2000.
ImagineThat, Inc., Extend – Performance Modeling for Decision Support, User’s
Manual for Extend, San Jose, 1995.
Indrajit, Richardus Eko, Electronic Government – Strategi Pembangunan dan
Pelayanan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital, Yogyakarta:
Penerbit Andi, 2001.
International Consortium on Governmental Financial Management, The Impact
of E-Government on Financial Management, Miami Florida: International
Finance Management Conference Publishing, 2001.
Ivar Tallo, Information Society and eGovernment in Estonia, eGovernance
Academy, 2002.
Ken Dray, eGovernment in New South Wales: Challenge and Direction, Public
Sector Management Office, NSW Premier Department, 2003
Kinney, Megan C. The Role of Professionals in e-Government: Based on the
Case Study of the Washtenaw County E-Government Initiative, Michigan,
USA, 2001.
Leer, Anne, Masters of the Wired World, London, UK: Pitman Publishing, 1999.
McCartney MP, E-Government Interoperability Framework, London: the Office of
the e-Envoy, 2000.
Pacific Council on International Policy, Roadmap for E-Government in the
Developing World – 10 Questions E-Government Leaders Should Ask
Themselves, Los Angeles: PCIP, 2002.

193
Pellici, Jack, Next Generation e-Government: Making the Tranformation, Oracle
Service Industries, September 2001.
Richard Heek, eGovernment in Africa: Promise and Practice, Institute for
Development Policy and Management, University of Manchester, UK, 2002.
Roslin Docktor, Accelerating eGovernment: eReadiness at Work, McConnel
International.
Sandgren, Services Available 24 hours, 7 days a Week, 365 days a Years, What
it Means to Us?, Cambridge Conference, 2003.
Stiftung, Bertelsmann, Booz-Allen-Hamilton, Balanced E-Government, United
States: Bertelsmann Foundation Publication House, 2001.
Tenner, Arthur R., and Irving J.DeToro, Process Redesign – The
Implementation Guide for Managers, Reading, Massachusetts: Addison-
Wesley Publishing Company, 1996.
st
United Kingdom Cabinet Office, Electronic Government Services for the 21
Century, United Kingdom: Cabinet Office Publishing, 2000.
Werner J. Klaering, eGovernance with City of Vienna - Austria, Directorate of
City Council City of Vienna.

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Richardus Eko Indrajit dilahirkan di Jakarta, 24 Januari 1969.


Saat ini menjabat sebagai Ketua Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan
Komputer Perbanas dan Direktur Riset Universitas Paramadina Mulya dengan
pangkat akademis Lektor Kepala. Disamping itu menjabat pula sebagai Direktur
Lembaga Riset Renaissance Indonesia, CEO Prime Consulting Indonesia,
Direktur PT Media Teknologi Informasi, Ketua Forum Komunikasi Program Studi
Komputer Kopertis Wilayah III, dan Staf Khusus Deputi Telematika Kementrian
Komunikasi dan Informasi. Menyelesaikan studi sarjananya di Jurusan Teknik
Komputer Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, dan memperoleh
gelar Master of Science dari Harvard University, Amerika Serikat. Pada saat
yang bersamaan, belajar pula di Massachusetts Institute of Technology (MIT)
dan Boston University sebelum pada akhirnya menamatkan program Master of
Business Administration dari Leicester University, Inggris dan menyelesaikan
program doktoralnya di University of the City of Manila, Filipina. Saat ini selain
bekerja sebagai konsultan independen di bidang sistem dan teknologi informasi,
tercatat pula sebagai dosen tamu di berbagai program sarjana maupun pasca
sarjana perguruan tinggi di Indonesia, seperti: Universitas Indonesia,
Universitas Katolik Atma Jaya, Universitas Trisakti, Universitas Bina Nusantara,
Universitas Pelita Harapan, Universitas Sanata Dharma, Universitas Gajah
Mada, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Selain di perguruan
t i n g g i , a k t i f p u l a m e n g a j a r d i L e m b a g a K e t a h a n a n N a s io n a l ( L e m h a n n a s ) d a n
bergabung dengan berbagai lembaga penelitian. Sebagai konsultan, telah
memiliki pengalaman cukup luas di beragam industri seperti manufaktur,
telekomunikasi, perbankan, retail, pertambangan, distribusi, kesehatan,
infrastruktur, jasa-jasa, dan transportasi. Kurang lebih telah menulis 20 buah
buku terkait dengan bidang bisnis, sistem informasi, dan teknologi informasi.
Saat ini masih meneruskan studinya untuk menyelesaikan Master of Arts in

194
Communication Studies di London School of Public Relations dan Doctor of
Business Administration di Maastricht University, Netherland. Berhasil pula
mengantungi sejumlah sertifikasi terutama di bidang Project Management dari
George Washington University dan Stanford University.

Sehari-hari dapat dihubungi melalui email indrajit@post.harvard.edu atau


handphone (818) 925-926. Sejumlah makalah dan artikel yang disusun dapat
secara gratis diperoleh melalui situs http://www.indrajit.org atau http://www.
indrajit.info.

Buku-buku karya lainnya yang diterbitkan oleh Penerbit ANDI adalah:


1. Electronic Government
2. Electronic Business
3. Integrated Project Management
4. Kajian Strategis Analisa Investasi Teknologi Informasi

Adapun spesialisasi kompetensi yang bersangkutan adalah sebagai berikut:


• Penyusunan Masterplan Teknologi Informasi
• Audit Teknologi Informasi
• Perencanaan dan Implementasi Proyek Teknologi Informasi
• Business Process Reengineering
• Strategi Implementasi E-Business dan E-Commerce
• Penjaminan Kualitas Perangkat Lunak
• Perancangan Arsitektur Sistem Informasi
• Information Technology Governance
• Manajemen Resiko Teknologi Informasi
• Pengembangan Sistem Informasi Lembaga Pendidikan
• Analisa Kebutuhan Bisnis terhadap Teknologi Informasi

195

Anda mungkin juga menyukai