Daftar Isi
DAFTAR
ISI
................................................................................................................................................................
2
INTROSPEKSI
PENERAPAN
ELECTRONIC
GOVERNMENT
...........................................................................
3
PENERAPAN
KONSEP
BUSINESS
PROCESS
REENGINEERING
PADA
PEMERINTAHAN
...................
21
PENGAPLIKASIAN
ALAT
UKUR
BALANCED-‐SCORECARD
PADA
ELECTRONIC
GOVERNMENT
....
31
ALAT
UKUR
KINERJA
DAN
EFEKTIVITAS
WEBSITE
PARA
WAKIL
RAKYAT
......................................
37
PENERAPAN
KONSEP
ELECTRONIC
DEMOCRACY
DI
KONGRES
............................................................
42
TAHAPAN
INISIATIF
ELECTRONIC
GOVERNMENT
DI
MICHIGAN
.........................................................
46
PEMBANGUNAN
JARINGAN
TENAGA
KERJA
NASIONAL
...........................................................................
52
PEMBAYARAN
PAJAK
SECARA
ONLINE
DI
CALIFORNIA
..........................................................................
58
KIAT
PEMERINTAH
COLORADO
BELAJAR
DARI
SEKTOR
SWASTA
......................................................
64
PERENCANAAN
DAN
PENGEMBANGAN
E-‐CITY
DI
TORONTO
................................................................
70
KERANGKA
IMPLEMENTASI
ELECTRONIC
GOVERNMENT
DI
MACHESTER
.......................................
75
SOLUSI
PEMERINTAH
INGGRIS
MEMBANGUN
KERANGKA
INTEROPERABILITY
............................
81
PENERAPAN
GEOGRAPHICAL
INFORMATION
SYSTEM
DI
BADAN
PERTANAHAN
NASIONAL
SWEDIA
....................................................................................................................................................................
86
ENAM
STRATEGI
PADA
MASTERPLAN
KOMISI
E-‐MALTA
.......................................................................
91
PORTAL
CANGGIH
LAYANAN
ONLINE
DI
KOTA
BREMEN
........................................................................
96
PENGEMBANGAN
KARTU
IDENTITAS
ELEKTRONIK
NEGARA
ITALIA
..............................................
100
STRATEGI
MEMBANGUN
KOMUNITAS
BERBASIS
INFORMASI
DI
ESTONIA
....................................
104
RENCANA
STRATEGIS
MODERNISASI
MASYARAKAT
WINA
.................................................................
109
STUDI
PENERAPAN
ELECTRONIC
GOVERNMENT
DI
YORDANIA
........................................................
113
BRUNEI
MENUJU
MASYARAKAT
BERBASIS
ELEKTRONIK
....................................................................
120
KOMITMEN
PENGUASA
MEMODERNISASIKAN
CHINA
...........................................................................
129
MENUJU
KOMUNITAS
DIGITAL
BERBASIS
E-‐BUSINESS
DI
HONGKONG
............................................
136
AMBISI
INDIA
MENJADI
NEGARA
SUPERPOWER
DI
BIDANG
TEKNOLOGI
INFORMASI
..............
142
STRATEGI
KOREA
MEMBANGUN
INFORMATION
SUPERHIGHWAY
...................................................
148
MULTIMEDIA
SUPER
CORRIDOR
SEBAGAI
MESIN
PENGGERAK
PERTUMBUHAN
EKONOMI
MALAYSIA
.............................................................................................................................................................
155
PENDEKATAN
TERINTEGRASI
TEKNOLOGI
INFORMASI
DI
SINGAPURA
.........................................
163
TRANSFORMASI
SOSIAL
EKONOMI
NEGARA
TAIWAN
...........................................................................
170
KEBIJAKAN
STRATEGIS
TEKNOLOGI
INFORMASI
TAIWAN
..................................................................
175
PRIORITAS
PENGEMBANGAN
ELECTRONIC
GOVERNMENT
DI
AUSTRALIA
....................................
179
PRINSIP
DASAR
ELECTRONIC
GOVERNMENT
DI
NEW
SOUTH
WALES
.............................................
183
MASALAH
E-‐READINESS
DI
BENUA
AFRIKA
..............................................................................................
188
2
INTROSPEKSI PENERAPAN
ELECTRONIC GOVERNMENT
3
Pada tahun 2002, Pacific Council International Policy (PCIP) menerbitkan
sebuah publikasi menarik berjudul “Roadmap for E-Government in the
Developing World” (PCIP, 2002) yang bertujuan untuk membantu negara-negara
dalam menyusun strategi penerapan dan pengembangan e-government-nya.
Berdasarkan kajian terhadap pengalaman kolektif dari sejumlah negara yang
dipandang telah berhasil menerapkan beragam inisiatif aplikasi e-government –
y a i t u B r a z i l , C h i l i , C i n a , D e n m a r k , M e s i r , I n d i a , I s r a e l , M e k s i k o , A f r i ka S e l a t a n ,
Tanzania, Thailand, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat – pada tingkat
pemerintahan setingkat negara, provinsi, kabupaten, dan kota, PCIP
menemukan 10 (sepuluh) faktor utama penentu keberhasilan penerapan e-
government. Kesepuluh faktor ini pada saat yang bersamaan dapat dijadikan
bahan introspeksi bagi para stakeholder dalam menilai status perkembangan
dan pertumbuhan e-government di dalam sebuah negara.
Pertanyaan berbau filosofis ini sekilas terkesan basa basi, padahal kunci
keberhasilan penerapan e-government berasal dari sini. Tidak sedikit inisiatif e-
government yang berakhir dengan kegagalan karena keputusan untuk
melaksanakan proyek tersebut didasarkan pada latah belaka (ikut-ikutan
dengan trend di masyarakat). Bahkan tidak jarang ditemui orang-orang yang
bersepakat untuk menerapkan konsep e-government tanpa mengetahui alasan
yang jelas mengapa hal tersebut harus dilakukan.
4
• Memperbaiki proses transparansi dan akuntabilitas di kalangan
penyelenggara pemerintahan;
Pada sebuah daerah kecil yang terdapat di negeri Cina, menciptakan komunitas
y a n g b e r b a s i s i n f o r m a s i m e r u p a k a n d a s a r p e n g e m b a n g a n e- g o v e r n m e n t b a g i
pemerintah setempat. Seluruh komunitas yang berada di lokasi tersebut –
seperti pendidikan, industri/bisnis, administrasi publik, dan masyarakat –
diajarkan agar dapat mempergunakan komputer dan teknologi komunikasi untuk
keperluan penciptaan, perolehan, dan penyebaran informasi yang sangat
mereka butuhkan untuk aktivitas sehari-hari. Karena masyarakat ini diarahkan
untuk memiliki tingkatan information literacy yang tinggi, maka secara gradual
information technology literacy mereka meningkat karena terkondisi dengan
lingkungan yang diciptakan oleh pemerintah.
Karena visi tersebut berasal ”dari, oleh, dan untuk” masyarakat atau komunitas
dimana e-government tersebut diimplementasikan, maka nuansanya akan
sangat bergantung pada situasi dan kondisi masyarakat setempat. Misalnya di
suatu pemerintahan daerah yang sedang mengkampanyekan proses
pemerintahan yang bebas KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), maka visi e-
government yang dicanangkan akan terkait dengan usaha pembentukan
mekanisme penyelenggaraan pemerintah yang bersih (good governance) dari
KKN.Menurut hasil kajian, visi yang baik di dalam e-government memiliki
sejumlah karakteristik sebagai berikut:
5
sama tersebut berguna pula untuk menciptakan dukungan dari
berbagai pihak yang berkepentingan, agar pelaksanaannya nanti tidak
mengalami hambatan yang berarti. Manfaat lain yang diperoleh
adalah semakin banyaknya pihak yang turut mensosialisasikan
konsep e-government ini agar semua orang merasa semangat untuk
mewujudkannya.
Contoh lain adalah negara Meksiko yang visinya lahir dari permasalah korupsi
y a n g s u d a h b e g i t u m e n g g e j a l a d i s e j u m l a h i n s t i t u s i pe m e r i n t a h a n n y a . M e l a l u i
proyek e-government yang diberinama Compranet, maka seluruh proses dan
prosedur pengadaan barang kebutuhan pemerintah dilakukan secara online
melalui mekanisme e-bidding (tender secara otomatis). Konsep ini tidak saja
berdampak berkurangnya biaya mekanisme tender, tetapi lebih jauh
mempromosikan terjadinya proses yang transparan kepada masyarakat karena
semua tahapan proses tender dapat dimonitor oleh mereka melalui internet –
termasuk di dalamnya siapa saja yang ikut berpartisipasi, bagaimana sistem
penilaian dilakukan, dan siapa yang berhasil memenangkan proses tender
tersebut. Saat ini paling sedikit ada 6,000 tender per hari yang diumumkan di
situs pemerintah dan lebih dari 20,000 peserta aktif berpartisipasi sebagai
peserta tender.
Setiap komunitas masyarakat dalam sebuah negara atau daerah pasti memiliki
kondisi dan kebutuhan yang unik. Siap tidaknya mereka untuk mulai
menerapkan konsep e-government sangat bergantung pada dua hal utama, yang
6
secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada jenis atau model
e-government yang akan diterapkan, yaitu:
• Kebutuhan seperti apa yang saat ini menjadi prioritas utama dari
masyarakat di negara atau daerah terkait; dan
Dengan adanya pemimpin dan kebijakan di atas, maka paling tidak ada dua
prasyarat awal yang telah dipenuhi oleh sebuah komunitas yang telah bersiap
diri untuk mengimplementasikan konsep e-government. Disamping kedua hal
tersebut, ada sejumlah faktor penentu yang patut menjadi bahan pertimbangan
dalam menentukan tingkat kesiapan sebuah daerah untuk menerapkan e-
government, yaitu:
7
sehingga tingkat kompetensi dan keahlian mereka akan sangat
mempengaruhi performa penerapan e-government. Semakin tinggi
tingkat information technology literacy SDM di pemerintah, semakin
siap mereka dalam menerapkan konsep e-government.
Telah dikatakan sebelumnya bahwa political will merupakan hal utama yang
harus ada di dalam kerangka perencanaan dan pengembangan e-governemnt.
Tanpa adanya political will dari pemerintah, mustahil sebuah inisiatif e-
government dapat berhasil dilaksanakan. Yang dimaksud dengan adanya
political will di sini adalah adanya:
8
Melihat struktur kekuasaan dan manajemen di dalam lembaga pemerintahan,
maka jelas terlihat bahwa unsur adanya pimpinan atau leader yang mampu
menjadi inisiator utama di dalam mensosialisasikan dan memacu
terimplementasikannya konsep e-government adalah merupakan salah satu
kunci keberhasilan yang ada. Hasil riset memperlihatkan bahwa di balik
kesuksesan beragam proyek e-govermnet, terdapat seorang leader di
belakangnya. Seorang leader yang baik tidak saja harus merupakan seorang
visioner dengan karisma dan otoritas yang cukup, tapi yang bersangkutan
haruslah merupakan sosok yang rela berkorban, berani mengambil resiko,
sanggup mencari sumber dana, pandai melakukan lobby, bersedia meluangkan
waktu dan tenaganya, sanggup bekerja ekstra keras, dan diterima kehadirannya
atau keberadaannya oleh masyarakat.
Ada sebuah negara di benua Afrika, para pakar dari dunia akademisi dan
industri telah berhasil menyusun sebuah rekomendasi terkait dengan konsep
penyusunan kebijakan e-government yang baik. Namun karena menteri negara
terkait tidak tertarik dengan pelaksanaan e-government, maka rekomendasi
tersebut sama sekali tidak dilihat, apalagi diimplementasikan. Saat ini mungkin
hasil kajian tersebut sama sekali tidak bisa dipergunakan karena situasi telah
berubah dan teknologi telah berganti.
Tidak ada proyek e-government yang berjalan dengan mulus. Pada tahap
awalnya saja, biasanya akan ditemukan sejumlah tantangan dari berbagai
pihak. Sementara pada tahap konstruksinya dan implementasinya, akan ditemui
berbagai kendala seperti perubahan teknologi, kurangnya dana, dan lain
sebagainya. Dalam kondisi yang serba kompleks ini, seorang leader harus
mampu secara konsisten menghadapi permasalahan yang ada dan berusaha
mencari potensi solusinya. Daya tahan atau endurance dari seorang pemimpin
akan diuji di dalam periode ini. Bahkan seringkali isu permasalahan e-
government lebih berbau politis dibandingkan dengan isu teknis atau yang
bersifat content.
Seorang pemimpin harus pula memiliki kemampuan untuk dapat ”menjual” atau
mengkampanyekan ide e-government ini ke berbagai pihak secara terus-
menerus. Caranya tentu saja harus disesuaikan dengan audience yang ingin
diajak untuk mendukung konsep terkait. Tentu saja untuk dapat melakukannya
dengan cara yang benar, efektif, dan menarik, seorang pemimpin harus memiliki
sejumlah soft skill yang baik dan sedikit hard skill yang mendukung – atau
dengan kata lain yang bersangkutan harus memiliki tingkat e-literacy yang
cukup.
S i f a t l e a d e r s h i p y a n g d i p e r l i h a t k a n h a r u s l a h b e n a r- b e n a r d i j i w a i o l e h
pelakunya, bukan sekedar suatu perilaku yang oportunis dalam arti kata hanya
dilakukan karena kebetulan sedang memperoleh tugas terkait dengan e-
government atau teknologi informasi di pemerintahan. Seorang e-government
champion harus selalu mempromosikan dan mendukung pengembangan e-
government terlepas dari dimana saja yang bersangkutan ditugaskan. Konsep
sustainable leadership ini selain berguna untuk meningkatkan awareness lebih
banyak orang akan perlunya e-government, juga secara tidak langsung akan
menciptakan atau melahirkan sejumlah leader-leader baru di masa mendatang.
9
mempromosikan masalah e-government, yang bersangkutan juga turut serta
aktif ”memaksa” segenap jajarannya untuk belajar menggunakan komputer dan
aplikasi untuk membantu aktivitas kerja mereka sehari-hari.
Untuk sebuah lembaga atau daerah atau komunitas yang belum pernah
menerapkan inisiatif e-government, pemilihan proyek pertama merupakan hal
yang krusial. Karena jika proyek ini gagal, akan sulit untuk menelurkan
sejumlah inisiatif lainnya di kemudian hari (seperti pepatah mengatakan “sekali
lancung ke ujian, seumur hidup orang tak percaya”). Untuk itu, perlu dilakukan
beberapa langkah krusial terkait dengan pemilihan proyek e-government yang
tepat dan sesuai dengan kebutuhan maupun kapasitas kemampuan yang ada.
Tujuan dari diagnosa ini adalah untuk mengetahui potret dari penggunaan
teknologi informasi di kalangan pemerintah guna mendapatkan gambaran
sehubungan dengan tingkat kematangan atau maturity level dari pengembangan
e-government. Status ini sangat perlu untuk diketahui agar dapat dipilih jenis
proyek dan strategi yang cocok dengan tingkat kematangan pemerintah
setempat. Jika e-literacy rata-rata pegawai pemerintahan sudah cukup tinggi
misalnya, maka akan dipilih penerapan aplikasi e-government yang bersifat
lintas sektoral dengan ruang lingkup yang cukup luas dan kompleks, namun jika
di pemerintah terkait penggunaan komputer masih sangat terbatas, maka akan
dipilihkan terlebih dahulu jenis aplikasi penerapan e-government yang tepat
guna atau ”murah meriah”. Biasanya mereka yang menerapkan e-government
berangkat dari dua sisi penyebab yang berbeda:
10
• Pemerintah berniat untuk memperbaiki kinerja dari serangkaian
proses yang selama ini sudah terjadi.
Dari salah satu penyebab inilah kemudian lahir apa yang dinamakan sebagai
kebutuhan atau requirements dari pemerintah untuk melibatkan teknologi
informasi dalam proses kegiatannya sehari-hari.
Langkah kedua yang perlu dilakukan adalah melakukan shop around atau
melihat-lihat bagaimana pemerintah di berbagai tempat atau negara yang
berbeda menghadapi permasalahan atau kebutuhan yang sama, dan bagaimana
mereka mencoba memenuhi needs tersebut melalui implementasi e-government.
Belajar dari pemerintah lain yang sukses menerapkan aplikasi e-government
serupa merupakan obyektif yang ingin dicapai dalam menjalani langkah ini. Jika
dihitung-hitung, biaya belajar dengan cara demikian jauh lebih murah
dibandingkan dengan biaya yang harus keluar melalui suatu usaha trial and
error. Selain berbincang-bincang atau berdiskusi dengan mereka yang telah
berhasil menerapkan e-government, melakukan studi pustaka melalui sejumlah
literatur sangat pula bermanfaat bagi mereka yang terlibat dalam proyek
perencanaan dan pengembangan e-government. Salah satu metodologi yang
cukup banyak dilakukan adalah mencoba mencari the best practice atau
pekerjaan unggulan (terbaik) yang pernah dilakukan oleh sejumlah komunitas
pemerintahan dalam usahanya untuk mengaplikasikan modul e-government
tertentu.
Setelah langkah diagnosa dan shop around dilakukan, langkah ketiga yang
perlu dikerjakan adalah meyakinkan para stakeholders bahwa apa yang hendak
dikerjakan atau diaplikasikan benar-benar sesuai dan/atau sejalan dengan visi
e-government yang telah dicanangkan. Pemerintah dalam hal ini harus cukup
peka terhadap kebutuhan masyarakat atau mereka yang berkepentingan dengan
keberhasilan proyek e-government. Biasanya pemerintah yang baik akan
memilih jenis proyek yang dilakukan berdasarkan asas prioritas dan manfaat.
Sebuah provinsi di Negara Brazil yaitu Bahia State adalah sebuah contoh
bagaimana sebuah aplikasi e-government dapat diterapkan dengan baik tanpa
membutuhkan infrastruktur teknologi informasi. Pemerintah Bahia menyediakan
sejumlah mobile service center dalam bentuk truk yang diperlengkapi dengan
peralatan komputer untuk berkeliling ke 400 daerah pedesaan dan pedalaman
yang belum terjangkau infrastruktur telekomunikasi. Tugas utama mereka
11
adalah untuk melayani masyarakat di sejumlah daerah tersebut dalam hal
pembuatan akte kelahiran, kartu keluarga, kartu identitas buruh, kartu
kesehatan, dan lain sebagainya. Hal ini dimungkinkan untuk dilakukan karena
truk tersebut diperlengkapi dengan jaringan komputer yang terhubung dengan
sistem basis data (database) pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Hingga
saat ini, telah kurang lebih 5 (lima) juta orang dilayani dengan menggunakan
metode sederhana ini.
Langkah terakhir yaitu hal ketujuh yang perlu dilakukan adalah melakukan
evaluasi terhadap pelaksanaan sebuah proyek e-government. Cara melakukan
evaluasi yang efektif adalah dengan menanyakan langsung pendapat para
pengguna atau customers dari aplikasi e-government yang ada. Masukan dari
mereka harus benar-benar diperhatikan dan dijadikan bahan pertimbangan
untuk melakukan perbaikan-perbaikan di sana sini untuk menyempurnakan
sistem yang ada.
12
6. HOW SHOULD WE PLAN AND MANAGE E-GOVERNMENT PROJECTS?
Proyek adalah sebuah pekerjaan yang memiliki jangka waktu, dalam arti kata
ada titik mulai dan titik selesai. Sebuah tim yang diketuai oleh seorang project
manager harus dibentuk dan bertanggung jawab terhadap perencanaan dan
ekseskusi proyek terkait. Dalam mengimplementasikan e-government, biasanya
seorang birokrat dengan posisi yang cukup tinggi ditunjuk sebagai seorang
project manager dan bertugas mengelola proyek tertentu. Yang bersangkutan
dibantu pelaksanaannya oleh tim terdiri dari berbagai individu yang telah dipilih
secara khusus sesuai dengan ruang lingkup aplikasi e-government yang ingin
dikerjakan. Terhadap tim ini kemudian dialokasikan sejumlah sumber daya yang
dibutuhkan seperti uang, peralatan, informasi, dan lain-lain agar mereka dapat
menjalankan tugasnya dengan baik. Pembentukan tim ini haruslah dilakukan
secara terinstitusionalisasi (formal) agar mereka dapat melakukan pekerjaan
secara efektif dan efisien.
Perlu diperhatikan di sini bahwa terhadap tim tersebut perlu diberikan otoritas
yang cukup agar project manager dan anggotanya dapat melaksanakan semua
strategi dan skenario yang dimiliki. Terlebih-lebih karena melihat bahwa
kebanyakan proyek e-government bersifat lintas sektora atau antar departemen,
sementara di pemerintahan sistem organisasi yang diterapkan adalah birokrasi
dengan struktur command and control yang jelas. Jika project manager dan
timnya tidak diberikan wewenang yang cukup untuk mengakses berbagai data
dan informasi yang ada di seluluruh departemen yang terlibat, maka akan
semakin memperkecil tingkat kesuksesan proyek tersebut. Paling tidak
dikeluarkan Surat Keputusan resmi yang mengikat secara hukum terhadap
penunjukkan project manager dan pembentukan tim terkait, dan disosialisasikan
secara lintas lembaga agar tidak terjadi penolakan-penolakan di sana sini.
Setelah tim terbentuk dan project manager terpilih, langkah selanjutnya yang
dilakukan adalah menyusun struktur rencana kerja proyek (work breakdown
structure). Mendefinisikan visi, misi, dan obyektif saja tidak cukup di sini,
karena paling tidak 6 (enam) komponen penting harus diperhatikan
pengelolaannya, masing-masing adalah:
13
2. Competency Building – menyangkut pelatihan dan pengembangan
kompetensi maupun keahlian seluruh jajaran sumber daya manusia di
berbagai lini pemerintahan.
Hal terakhir yang perlu pula diperhatikan oleh tim pelaksana e-government
adalah membangun suatu mekanisme efektif agar komunikasi antara tim dengan
para stakeholder dari proyek e-government dapat terjalin dengan baik.
Keterlibatan sejumlah stakeholder terutama pengguna langsung sistem e-
government dengan porsi yang tepat akan sangat berguna terutama dalam
usaha untuk melakukan evaluasi demi penyempurnaan sistem.
Sulit ditemui pelaksanaan proyek e-government yang bebas dari tantangan atau
resistansi dari satu atau sejumlah pihak tertentu – terutama di negara
berkembang dimana tingkat pengembangan sumber daya manusianya (human
development index) masih relatif rendah dan terbatasnya ketersediaan sejumlah
sumber daya penunjang lainnya. Ada beberapa hal yang patut dipelajari,
dipahami, dan dilaksanakan sehubungan dengan terjadinya resistansi tersebut
dan bagaimana mengatasinya.
14
sebagai balas jasa dari orang-orang yang dilayani; dan lain
sebagainya.
Kelima adalah melibatkan pihak luar seperti konsultan ahli atau para pakar di
bidang e-government – yang telah memiliki pengalaman dan jam terbang tinggi
di bidang perencanaan dan pengembangan e-government – untuk menjadi nara
sumber dalam usahanya mengevaluasi dan memperbaiki kinerja proyek yang
berlangsung. Para tenaga ahli ini dapat diambil dari kalangan pemerintahan itu
sendiri, swasta atau industri, maupun dari perguruan tinggi.
Keenam adalah dengan membuat suatu suasana atau lingkungan sehingga yang
bersangkutan ”terpaksa” untuk menggunakan e-government walaupun mereka
sebenarnya memiliki resistansi terhadap hal tersebut. Misalnya adalah dengan
cara dikeluarkannya keputusan bahwa sistem yang lama tidak boleh dilakukan
lagi. Satu-satunya cara untuk bekerja mulai saat tertentu adalah dengan cara
menggunakan sistem baru.
15
seluruh anak buah yang bersangkutan ”terpaksa” belajar menggunakan
komputer beserta fitur-fitur yang terkait dengan kebutuhan tersebut.
y a n g m e n g a n d u n g a r t i b a h w a b e r b a g a i k e g i a t a n y a n g m e m i l i k i u n s u r- u n s u r
manajemen (pengelolaan sumber daya) – seperti proyek e-government misalnya
– harus memiliki ukuran kinerja yang jelas agar dapat diketahui status
sukses/berhasil atau gagalnya aktivitas tersebut. Ada dua jenis ukuran atau
indikator kinerja yang dapat dipergunakan dalam proyek e-government.
Yang pertama adalah berkaitan dengan manajemen proyek itu sendiri. Sesuai
dengan definisinya dimana proyek merupakan suatu rangkaian aktivitas yang
memiliki titik mulai dan titik selesai untuk menghasilkan output tertentu dalam
durasi waktu dan batasan anggaran yang tersedia. Dengan menggunakan
standar manajemen proyek umum seperti misalnya PMBOK (Project
Management Body Of Knowledge) pada suatu titik tertentu dapat dilihat kinjerja
dari sebuah proyek e-government, seperti:
16
Yang kedua adalah melakukan pengukuran terhadap sukses tidaknya proyek e-
government tersebut dengan cara menurunkan sejumlah indikator dari obyektif
yang ingin dicapai. Ada dua jenis indikator yang dapat dipergunakan, yaitu:
17
kalangan para praktisi. Dalam melaksanakan proyek e-government, pemerintah
tidak dapat bekerja sendiri – mereka harus didukung dengan partisipasi swasta
yang notabene memiliki domain pengetahuan di bidang teknologi informasi yang
dipergunakan dalam e-government dan akses lebih baik ke sektor keuangan dan
pembiayaan.
Memang disadari bahwa untuk dapat menjalin kemitraan yang efektif antara
pemerintah dan sektor swasta perlu dicari format berdasarkan shared value
yang cocok bagi kedua belah pihak. Apapun bentuk kerangka kerjasama yang
dilakukan, semua pasti berangkat dari anggapan atau pemahaman bahwa baik
pemerintah maupun sektor swasta membutuhkan “return on investment”-nya
masing-masing dalam pengertian yang luas (atau kerap diistilahkan sebagai
win-win solution). Jika visi dan misi dari pemerintah terkait langsung dengan
usaha untuk meningkatkan peran pelayanannya kepada masyarakat (public
services), sementara sektor swasta adalah untuk mencari keuntungan
komersial, maka kerangka kemitraan yang perlu dibangun harus dapat
memenuhi kedua obyektif tersebut. Misalnya adalah dengan cara pengerjaan
proyek e-government dipercayakan kepada sebuah perusahaan tertentu dimana
yang bersangkutan selama proyek berlangsung harus melakukan transfer of
knowledge kepada pihak pemerintahan yang kelak akan menjalankan aplikasi e-
government yang dibangun, sehingga pemerintah dapat meningkatkan kualitas
pelayanannya kepada masyarakat.
Cara lain yang dapat dipergunakan pula sebagai pemula dalam usaha menjalin
kemitraan strategis adalah dengan memahami kekuatan yang dimiliki oleh
masing-masing pihak. Hal ini perlu untuk dilakukan karena dalam berbagai
konteks atau inisiatif, kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing pihak dapat
berbeda-beda. Dengan mengetahui kekuatan (dan tentu saja kelemahan) dari
setiap pihak maka dengan jelas dapat ditemukan kerangka kerja sama yang
tepat karena biasanya kekuatan yang dimiliki satu pihak akan menutupi
kelemahan di pihak lain. Pemerintah pun harus bersifat profesional dalam hal
ini karena pada kenyataannya banyak sekali pihak swasta yang berkepentingan
sementara di antara mereka sendiri saling berkompetisi untuk menawarkan
18
produk, jasa, dan bentuk kerjasamanya masing-masing. Dalam kondisi seperti
ini, jelas asas kebijaksanaan, kearifan, dan keadilan akan sangat berpengaruh.
Dari sisi pemerintah cukup mudah, dalam arti kata yang bersangkutan perlu
mengadakan beauty contest terhadap masing-masing calon mitranya sebelum
yang bersangkutan melakukan pemilihan. Proses tender atau bidding yang
transparan merupakan salah satu cara yang kerap dipergunakan terkait dengan
kondisi ini. Prinsipnya, siapa yang dapat memberikan sesuatu yang terbaiklah
yang berpotensi menjadi mitra strategis pemerintah.
Target terakhir atau ultimate goal dari sebuah evolusi e-government adalah
perbaikan dan peningkatan terhadap partisipasi publik dalam proses
pemerintahan. Ketika berbicara mengenai target ini, hampir semua negara di
dunia dalam status yang sama, yaitu dalam proses menuju pada terciptanya
suasana tersebut. Publik – yang merupakan kumpulan dari individu, komunitas,
dan sektor swasta di dalam suatu negara – dapat berpartisipasi di dalam e-
government dalam bentuk hal-hal semacam:
Partisipasi publik merupakan hal yang penting karena adalah tugas utama
pemerintah untuk melayani publiknya. Jenis dan ragam pelayanan beserta
kinerjanya akan secara efektif dapat dicapai oleh pemerintah apabila publik
sebagai pelanggannya secara aktif dilibatkan dalam proses pengambilan
keputusan. Lihatlah bagaimana sering terjadi adanya demonstrasi melawan
keputusan pemerintah karena apa yang dilakukan tidak sesuai dengan harapan
dan suara hati rakyat atau masyarakatnya. Melalui implementasi e-government,
kolaborasi antara pemerintah dengan publiknya dapat dilakukan dengan mudah,
murah, dan cepat.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa citizens are the e-government experts
yang mengandung arti kurang lebih bahwa masyarakatlah yang paling tahu
betul kebutuhan mereka sehari-hari dan dalam kerangka bagaimana pemerintah
harus membantu mereka dalam hal memberikan sejumlah produk dan pelayanan
tertentu. Tanpa berkonsultasi dengan mereka, sering kali aspek demand dari
publik tidak sesuai dengan aspek supply atau bahkan bertentangan dari yang
diberikan pemerintah.
19
Pada akhirnya, sebuah proses evolusi dan pengembangan e-government dapat
dikatakan berhasil apabila partisipasi publik dalam menggunakan teknologi ini
semakin bertambah dari hari ke harinya. Spektrum bentuk partisipasi dalam e-
government sangat lebar variasinya, mulai dari berperan sebagai user aktif dari
aplikasi yang ada, sampai dengan turut merancang dan mengevaluasi proyek e-
government yang dikembangkan.
20
PENERAPAN KONSEP BUSINESS
PROCESS REENGINEERING PADA
PEMERINTAHAN
21
PENDAHULUAN
Seperti layaknya dua sisi pada mata uang, fenomena globalisasi menjanjikan
sebuah lingkungan dan suasana kehidupan bermasyarakat yang jauh lebih baik;
sementara di sisi lain, terdapat pula potensi terjadinya chaos jika perubahan ini
tidak dikelola dan dijalani secara baik. Karena pada suatu titik ekstrem seorang
individu di sebuah negara dapat melakukan apa saja yang dikehendakinya
( m i s a l n y a b e r d a g a n g , b e r m i t r a , b e r k o l a b o r a s i , b e r b u a t k e j a h a t a n , b e r k o l u s i,
dan lain-lain) dengan individu yang berada di negara lain, maka jelas bahwa
kehidupan masyarakat harus dapat terlebih dahulu ditata dengan baik di dalam
sebuah sistem yang menjamin bahwa negara yang bersangkutan akan
memperoleh manfaat yang besar di dalam lingkungan global, bukan sebaliknya
(Indrajit, 2001).
22
Dalam format ini pemerintah di sebuah negara diminta untuk lebih responsif
terhadap berbagai permintaan masyarakatnya, terutama mereka yang aktivitas
sehari-harinya memiliki ketergantungan yang tinggi dengan birokrasi
pemerintahan. Jika dahulu sebuah pemerintah terkenal dengan birokrasinya
yang sangat lambat, boros, dan sangat fungsional, maka masyarakat saat ini
membutuhkan sebuah kinerja pemerintah yang cepat, murah, dan berorientasi
pada proses agar dapat memberikan dukungan yang signifikan dan kompetitif
bagi para mereka yang dilayaninya (individu, komunitas bisnis, masyarakat, dan
stakeholder yang lain). Tentu saja merubah paradigma tersebut bukanlah
merupakan suatu hal yang mudah. Namun di sisi lain perubahan merupakan
suatu keharusan, bukan pilihan (ICGFM, 20010). Dan bagi siapa yang dapat
melakukan perubahan secara cepat, akan semakin diuntungkan karena selain
dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru, yang bersangkutan dapat
menjadi pemain kunci dalam mekanisme global tersebut.
Ada dua hal utama yang kerap mengawali berbagai usaha perubahan.
Pertanyaan pertama berkaitan dengan derajat perubahan yang diinginkan,
sementara pertanyaan kedua berkisar pada dari sisi mana inisiatif perubahan
harus dimulai (Champy, 1995). Untuk menjawab pertanyaan pertama, ada
baiknya dilihat sejumlah teori perubahan pada organisasi yang telah dikenal
luas. Secara teori, spektrum jenis perubahan dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok besar, yang diklasifikasikan berdasarkan parameter, yaitu frekuensi
aplikasi perubahan dan dampak yang diharapkan dari inisiatif perubahan
(Tenner, 1996):
23
Bagi negara berkembang seperti Indonesia, yang secara relatif semakin
terpuruk posisinya karena krisis yang berkepanjangan, memilih pendekatan
perubahan yang pertama dan kedua tentu saja tidak akan memberikan pengaruh
yang berarti. Oleh karena itu tidak ada jalan lain, jika pemerintah dan segenap
masyarakat secara serius ingin meningkatkan keunggulan kompetitif Indonesia
secara cepat, maka ada baiknya metode pendekatan ”Reengineering” dipelajari
dan dicoba dicari jalan penerapannya.
BPR merupakan salah satu metodologi yang di dalam klasifikasi terkait. Secara
definisi, BPR memiliki empat buah karakteristik utama, yaitu (Hammer, 1993):
Keempat aspek utama ini secara logika memiliki keterkaitan sebagai berikut.
Sebuah hasil perubahan yang dramatis hanya akan lahir dari adanya pemikiran-
pemikiran yang bersifat sangat mendasar, dimana didalamnya akan
mengandung sejumlah ide-ide perubahan yang bersifat radikal. Karena sebuah
organisasi pada dasarnya merupakan kumpulan dari orang-orang dalam sebuah
struktur untuk menjalankan aktivitas tertentu, maka subyek utama perubahan
yang tepat adalah pada dasarnya memperbaiki kinerja proses terkait yang ada.
Pertanyaan kedua menyangkut dari sisi mana sebuah inisiatif perubahan harus
dimulai, dijawab secara jelas melalui metodologi baku BPR. Menurut
metodologi, langkah pertama dan utama yang harus dilakukan adalah
menentukan siapa saja sebenarnya ”customer” (baca: kustomer) dari
pemerintah (Dorine, 1994). Hal ini perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh
karena pada dasarnya keberadaan organisasi pemerintahan adalah
menjalankan sejumlah rangkaian proses untuk melayani berbagai kustomer
yang berbeda-beda. Secara umum, kustomer besar dari sebuah organisasi
pemerintahan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori sebagai berikut:
24
• Institusi Pemerintah Lain – yang merupakan mitra kerja dari sebuah
organisasi pemerintahan karena adanya unsur keterkaitan dalam
proses.
Pada dasarnya keempat kustomer ini memiliki obyektif yang berbeda dalam
hubungannya berinteraksi dengan pemerintahan. Kelompok masyarakat
membutuhkan berbagai pelayanan pemerintah yang berkaitan dengan
keberadaannya sebagai seorang penduduk atau warganegara, seperti misalnya
menyangkut proses-proses berhubungan dengan: pembuatan KTP,
perpanjangan STNK, kepemilikan harta benda, permasahalan hukum, dan lain
sebagainya. Kelompok pelaku bisnis membutuhkan keterlibatan pemerintah
sehubungan dengan proses-proses seperti: transaksi jual beli, pembayaran
pajak, administrasi ekspor-impor, pengurusan imigrasi, dan lain sebagainya.
Kelompok organisasi di lain pihak membutuhkan keterlibatan pemerintah dalam
sejumlah proses berkaitan dengan: pendirian organisasi, eksekusi kegiatan
komunitas, penjaminan pencapaian misi, penggunaan sumber daya, dan lain
sebagainya. Sementara institusi pemerintahan lain perlu melakukan sejumlah
koordinasi dan komunikasi dengan berbagai lembaga pemerintahan yang ada
untuk menjalankan berbagai proses yang bersifat lintas sektoral.
Agar proses pemetaan dan pengkajian dapat dilakukan secara mudah dan
cepat, banyak sekali perangkat lunak (software) yang dapat dipergunakan,
seperti misalnya: Extend (Imagine That Inc.), WITNESS Simulation (AT&T),
SIMPROCESS (CACI Products Coy), ITHINK (Performance Systems Inc.), dan
lain-lain (ImagineThat, 1995).
Di mata kustomer, kinerja pemerintah dalam hal melayani publik akan dianggap
membaik jika dari waktu ke waktu sejumlah proses pelayanan terlihat semakin
bertambah baik, bertambah murah, dan bertambah cepat. Untuk menghasilkan
proses yang diinginkan tersebut, ada 4 (empat) hal yang harus dilakukan oleh
pemerintah sehubungan dengan proses yang terjadi di sejumlah organisasinya,
masing-masing adalah (Hammer, 1996):
25
Sumber: Extend Software Inc., 1998
Ada dua jenis pendekatan perancangan proses baru yang dapat dilakukan.
Pendekatan pertama adalah dengan cara mengkaji peta proses yang dikerjakan
pada saat ini, kemudian masing-masing sub-proses tersebut dilihat
kemungkinannya untuk dilakukan eliminasi, simplifikasi, integrasi, dan
otomatisasi melalui pemanfaatan teknologi informasi yang ada.
Jika kedua pendekatan ini dilakukan – baik secara terpisah maupun bersama-
sama – makan akan dijamin terjadinya sebuah perbaikan kinerja proses yang
cukup signifikan. Bahkan secara prinsip, perancangan proses baru dengan
memanfaatkan teknologi informasi ini akan merupakan sebuah cikal bakal atau
embrio dari lahirnya sebuah konsep ”Electronic Government” (e-Government) di
Indonesia, yang oleh Bank Dunia didefinisikan sebagai (Belt, 2001):
26
“E-Government refers to the use by government agencies of information
technologies that have the ability to transform relations with citizens,
businesses, and other arms of government.”
PERUBAHAN PARADIGMA
Dalam kerangka perubahan tersebut, paradigma birokrat yang selama ini efektif
dipergunakan harus mulai digantikan dengan paradigma e-Government.
Setidak-tidaknya ada 8 (delapan) aspek yang membedakan antara kedua buah
paradigma tersebut, yaitu (Haedler 2001 dan Pellici 2001):
1. Orientation;
2. Process Organization;
3. Management Principle;
4. Leadership Style;
5. Internal Communication;
6. External Communication;
ORIENTATION
Hal yang lain yang harus diperhatikan, karena berorientasi kepada kebutuhan
dan kepuasan pelanggan, maka produk maupun pelayanan yang diberikan pun
harus dapat fleksibel (di sisi ekstrim, setiap produk atau pelayanan harus dapat
disesuaikan/tailor-made dengan kebutuhan unik masing-masing individu).
Contoh lain aspek fleksibilitas adalah sehubungan dengan cara akses kepada
pemerintahan. Kalau di dalam pendekatan konvensional masyarakat yang harus
datang ke birokrat, di dalam e-Government pemerintah harus dapat menjawab
27
kebutuhan masyarakat 24 jam sehari dan 7 hari seminggu, dari mana saja dan
kapan saja.
PROCESS ORGANIZATION
MANAGEMENT PRINCIPLE
LEADERSHIP TYPE
28
Namun kelemahannya adalah berkurangnya potensi kreativitas pada masing-
masing sumber daya manusia karena yang bersangkutan hanya bekerja
berdasarkan perintah dari atasan semata. Karena struktur organisasi
merupakan satu-satunya alat manajemen yang dipergunakan untuk
berkomunikasi, maka secara tidak langsung gaya kepemimpinan yang ada akan
menular sampai ke unit organisasi terkecil yang ada pada struktur. Dengan
kata lain, karena semua memiliki gaya kepemimpinan pasif, maka sebagai
organisasi akan sulit berkembang dan adaptif terhadap perubahan lingkungan.
Menerapkan e-Government yang efektif berarti memaksa para birokrat untuk
mengubah gaya kepemimpinannya. Idealnya, mereka haruslah seseorang yang
dapat menggabungkan antara gaya kepemimpinan seorang profesional dan
seorang wiraswastawan (entrepreneurship). Karena seluruh departemen telah
dihubungkan melalui infrastruktur teknologi informasi (data, aplikasi, dan
teknologi), maka fungsi pemerintah menjadi berubah, dari seorang pemberi
perintah dan pengontrol, menjadi seorang fasilitator dan koordinator yang
bekerja berdasarkan kebutuhan atau tuntutan pelanggan. Jika dahulu prinsip
kepemimpinan dibangun berdasarkan “the boss idea”, maka dengan gaya
kepemimpinan e-Government yang harus diikuti adalah “the best idea”.
INTERNAL COMMUNICATION
EXTERNAL COMMUNICATION
29
lintas sektoral yang cepat. Di samping itu, beragam kanal akses pun dibutuhkan
untuk keperluan komunikasi agar para pengambil keputusan dapat melakukan
hubungan dengan mitra kerjanya dari mana saja dan kapan saja. Komunikasi
eksternal secara cepat dibutuhkan agar berbagai produk dan pelayanan
pemerintah kepada masyarakat yang sifatnya lintas sektoral, disamping untuk
mempermulus jalannya kerja sama dan menghindari adanya pertikaian karena
saling “memasuki teritori” pihak lain.
KESIMPULAN
30
PENGAPLIKASIAN ALAT UKUR
BALANCED-SCORECARD PADA
ELECTRONIC GOVERNMENT
31
Jika dalam manajemen perusahaan dikenal balanced scorecard sebagai salah
satu alat pengukuran performa perusahaan, maka dalam e-Government, Booz
Allen dan Hamilton dalam satu studinya bersama Berstelment Foundation
mengenalkan apa yang disebut sebagai balanced e-Government scorecard
sebagai alat ukur performa pemerintahan yang menerapkan e-Government.
Terdapat lima dimensi dalam balanced e-Government scorecard yang masing-
masing dijabarkan dalam berbagai kriteria secara lebih detil. Kelima dimensi itu
adalah: manfaat, efisiensi, partisipasi, transparansi, dan manajemen perubahan
(Stiftung, 2001).
• Bagaimana layanan tersebut bisa diakses dalam “one stop shop” dari
satu portal menuju berbagai layanan
• Kualitas dan ruang lingkup pelatihan bagi para staf dan pegawai.
32
• Informasi status permohonan aplikasi yang diajukan masyarakat.
Apakah masyarakat misalnya bisa menanyakan dan mengetahui
secara langsung apakah permohonan aplikasinya disetujui atau tidak.
• Topicality of information
Dari hasil studi di beberapa negara, Booz Allen dan Hamilton mendapatkan
beberapa temuan menarik mengenai performa dalam pelaksanaan e-
Government melalui balanced e-Government scorecard. Studi ini melibatkan 12
negara yang melaksanakan e-Government
33
sangat luas. Portal Seattle terhubung dengan sekitar 50.000 website
dari berbagai otoritas dan layanan.
Ketiga, partisipasi publik. Dalam hal partisipasi publik, secara umum masih
sulit mewujudkan e-democracy di mana masyarakat bisa memberikan banyak
pilihan dan proses pengambilan keputusan secara online. Belum ada satupun
yang mengarah pada petisi online mengenai keputusan yang dikeluarkan
pemerintah. Kondisi ini disebabkan oleh dua hal: pemerintah memang belum
siap dan masyarakatpun belum terbiasa sehingga tuntutan ke arah sana belum
banyak dilakukan. Namun demikian, beberapa negara sudah menyediakan
lembar untuk usulan, kritikan, dan keluhan baik yang akan disampaikan kepada
pemerintah maupun lembaga legislatif. Masyarakat dengan demikian
dimungkinkan untuk berkomunikasi langsung dengan wakil-wakilnya di legislatif.
Dan beberapa negara juga sudah menyediakan fasilitas konsultasi dengan
kalangan legislatif secara online.
34
REKOMENDASI UNTUK PENERAPAN EGOVERNMENT
35
Sumber: Stiftung, 2001
36
ALAT UKUR KINERJA DAN
EFEKTIVITAS WEBSITE PARA
WAKIL RAKYAT
37
Banyak hal yang dapat dimanfaatkan dari hasil riset yang dilakukan oleh
Congressional Management Foundation ketika yang bersangkutan meneliti 605
website para wakil rakyat Amerika Serikat – baik yang berada di ”Dewan
Perwakilan Rakyat”-nya (House of Representative) maupun di ”Dewan
Perwakilan Negara Bagian”-nya (Senate). Salah satunya adalah kesimpulan
hasil riset terkait dengan aspek penting yang harus dipertimbangkan oleh
pembuat website pemerintah agar teknologi tersebut dapat secara efektif
menunjang fungsi dan peranan e-government. Hasil kajian memperlihatkan
bahwa terdapat 5 (lima) aspek penting yang harus benar-benar diperhatikan dan
dipertimbangkan pengembangannya oleh mereka yang ingin membangun
website e-government, masing-masing adalah: audience, content, interactivity,
usability, dan innovation (Goldschmidt et al, 2002).
AUDIENCE
38
CONTENT
INTERACTIVITY
• Bulleting Boards;
39
• Chat Rooms;
Aspek interactivity di sini tidak saja terkait dengan asas fungsional belaka,
namun lebih jauh berpengaruh pula terhadap psikologi publik dalam hal
terjadinya proses timbal balik antara pemerintah dengan rakyatnya – yang
bermuara pada terselenggaranya good governance dan meningkatnya
partisipasi publik pada kegiatan politik dan pemerintahan, disamping tetap
terjaminnya dan terpeliharanya proses demokratisasi di negara.
USABILITY
Audience yang jelas, content yang berkualitas, dan interactivity yang baik tidak
ada artinya jika website yang dibangun sangat sulit untuk digunakan (tidak user
friendly). Hasil riset memperlihatkan banyaknya pengunjung yang tidak berniat
untuk mengakses kembali sebuah website yang walaupun content-nya bagus,
tetapi lambat aksesnya (karena terlalu banyak gambar dan animasi) atau buruk
sistem navigasinya (struktur menu yang berbelit-belit). Pembuat website dalam
hal ini harus sadar benar bahwa teknologi yang dimiliki oleh audience sangat
beragam, dari yang paling sederhana sampai yang canggih (state-of-the-art) –
sehingga agar mereka semua dijamin dapat dengan mudah melakukan akses
terhadap website yang ada, perlu dicari “common denominator” (unsur-unsur
yang sama dan serupa) dari teknologi yang dipergunakan oleh seluruh audience
pemerintah. Elemen-elemen harus dimiliki oleh sebuah website e-government
agar tingkat usability-nya tinggi adalah sebagai berikut:
• Website harus dapat dinikmati oleh semua orang, terlepas dari faktor
perbedaan usia, agama, bahasa, maupun hal-hal lain yang terdapat di
dalam masyarakat (tidak boleh ada unsur diskriminasi); dan
• Unsur privacy harus pula diperhatikan dalam arti kata para pengguna
website merasa yakin bahwa tidak ada hal-hal yang akan merugikan
40
dirinya – terkait dengan isu keamanan berinteraksi secara digital –
ketika mengakses website pemerintah.
INNOVATION
Innovation atau inovasi dalam kaitan ini bukanlah sekedar merupakan aspek
tambahan belaka mengingat banyaknya ide-ide kreatif dari para pembuat
website yang secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan
”konteks” penggunaan website bagi pengunjungnya. Lihatlah bagaimana
fasilitas ”search engine” dalam sebuah website dapat membantu pengunjung
secara cepat menemukan apa yang dicari, atau penggunaan video camera
dapat memberikan keleluasaan kepada konstituen untuk berkonferensi jarak
jauh (tele conference) dengan wakilnya di legislatif, atau jajak pendapat secara
online dapat meningkatkan partisipasi masyarakat secara cepat, dan lain
sebagainya. Intinya di sini adalah bahwa sejalan dengan kemajuan teknologi,
pemerintah harus secara kreatif dari hari ke hari berinovasi mengembangkan
website-nya agar semakin menarik dan bermanfaat (valuable), sehingga
masyarakat selalu setia mengakses website yang dimiliki oleh pemerintahnya.
Hal yang patut dicontoh dari Congressional Management Foundation dalam hal
ini adalah bahwa yang bersangkutan tidak hanya sekedar mengadakan riset
semata, tetapi mereka memiliki misi pula untuk meningkatkan kualitas
pengembangan website di kalangan pemerintahan. Untuk itulah secara berkala
mereka memberikan anugerah penghargaan berupa ”Congress Online Gold
Mouse Award” dan ”Congress Online Silver Mouse Award” kepada sejumlah
website e-government terbaik di Kongres Amerika Serikat.
41
PENERAPAN KONSEP ELECTRONIC
DEMOCRACY DI KONGRES
42
Banyak praktisi bertanya-tanya ”apakah ada tempat bagi teknologi informasi
untuk dapat berperan aktif dalam mempromosikan demokrasi di suatu negara?”.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya mempelajari fenomena yang
terjadi di Amerika Serikat terkait dengan penerapan website di lembaga
legislatifnya. Seperti diketahui bersama, pemerintahan Amerika Serikat
menganut sistem bikameral (dua kamar). Dewan pertama adalah House of
Representatives yang beranggotakan para wakil rakyat yang mewakili sejumlah
partai hasil pemilihan umum. Sementara dewan kedua adalah Senat yang
merupakan kumpulan dari sejumlah orang yang merupakan representatif dari
negara bagian (states). Seorang anggota House of Representatives kurang
lebih mewakili 600,000 orang konstituen sementara seorang anggota Senat
bervariasi berdasarkan jumlah populasi negara bagian. Tecatat bahwa paling
banyak seorang Senat dapat mewakili 35 juta orang. Dalam kesehari-hariannya,
selain harus mengurusi kegiatan terkait dengan kepemerintahan, para wakil
rakyat ini harus dapat melayani beraneka ragam kebutuhan masyarakat yang
diwakilinya – mulai dari sejumlah individu dengan kebutuhan spesifiknya,
sampai dengan sejumlah komunitas sosial dengan berbagai ragam visi dan
misinya.
Aspek kedua berkaitan dengan terlihatnya peranan aktif dari para wakil rakyat
dan relasinya dengan anggota masyarakat maupun konstituennya. Dari
”rekaman” akses terhadap website terlihat seberapa besar terjadinya interaksi
antara para wakil rakyat dengan konstituen maupun masyarakatnya. Frekuensi
dan volume interaksi yang kecil memperlihatkan bagaimana citra atau
keberadaan wakil rakyat itu terkesan ”kurang” berkaitan langsung atau kurang
relevan dengan kebutuhan masyarakat sehari-hari – atau karena tidak
dikenalnya (populer) wakil tersebut di kalangan masyarakat. Dari performa ini
seorang wakil rakyat diharapkan dapat melakukan introspeksi terhadap dirinya
sehingga dapat berperan secara lebih aktif dalam melakukan kegiatan yang
berkaitan secara langsung dengan kepentingan masyarakat yang diwakilinya.
43
Aspek ketiga berasal dari kemampuan website dalam membangun sebuah
pusat informasi yang dapat ditujukan kepada beragam target masyarakat
dengan karakteristik spesifiknya masing-masing. Misalnya komunitas
pendidikan yang memerlukan berbagai data dan informasi terkait dengan
beasiswa dan dana riset, atau sekumpulan veteran perang yang menginginkan
kejelasan mengenai asuransi kesehatan yang menjadi hak mereka, atau forum
para dokter yang ingin mempertanyakan mengenai dana alokasi kesehatan
masyarakat, dan lain sebagainya. Dengan navigasi dan fitur yang baik, maka
wakil rakyat tersebut dapat menyediakan seluruh data dan informasi terkait
dengan beragam kepentingan yang berbeda tersebut di dalam sebuah sistem
website yang efektif, sehingga nampak terlihat bahwa yang bersangkutan ”care”
terhadap seluruh lapisan masyarakatnya.
Aspek keempat yang secara efektif dapat dijamin melalui implementasi website
adalah terjadinya komunikasi langsung antara masyarakat dengan wakilnya.
Melalui fasilitas semacam email, mailing list, chatting, dan discussion, setiap
individu dapat secara langsung menyampaikan aspirasinya kepada wakil yang
dipilihnya tanpa harus khawatir adanya pihak-pihak lain yang mendengar,
mengetahui, atau mengubahnya. Hal ini berarti para wakil rakyat benar-benar
mendapatkan data atau informasi dari tangan pertama, sehingga kualitasnya
dapat dipercaya karena belum mengalami distorsi.
Aspek keenam bersumber dari harapan masyarakat bahwa wakil rakyat yang
dipilihnya selain benar-benar memperjuangkan aspirasi dan kepentingan
masyarakatnya, juga merupakan seorang pribadi yang jujur, terbuka, dan
bermoral. Kata kuncinya adalah bahwa seorang wakil rakyat haruslah dapat
menerapkan asas akuntabilitas yang baik. Karena setiap hari berbagai aktivitas
dan tindakan yang dilakukan oleh wakil rakyat dicatat dan diinformasikan di
dalam website-nya, maka masyarakat dapat dengan mudah memonitor,
mengawasi, mengevaluasi, dan menilai kinerja wakilnya tersebut.
Aspek ketujuh dari manfaat yang dapat diberikan oleh website adalah
meningkatnya produktivitas wakil rakyat beserta jajarannya. Dengan
”diambilalihnya” urusan administratif oleh teknologi (website dan internet),
maka wakil rakyat dapat memiliki waktu yang lebih banyak untuk memfokuskan
diri pada hal-hal yang lebih strategis, seperti misalnya: membuat kebijakan,
memperjuangkan nasib masyarakat, memperbaiki kinerja pemerintahan,
menyempurnakan undang-undang, mengalokasikan dana pembangunan, dan
lain sebagainya. Artinya, produktivitas dari wakil rakyat dengan sendirinya akan
meningkat, yang berarti tingkat kesejahteraan rakyat pun nischaya akan
meningkat.
44
pertanyaan, keputusan, dan sikap wakilnya. Tujuannya ada dua. Yang pertama
adalah sedapat mungkin dilakukan suatu proses yang bersifat proaktif, dalam
arti kata masyarakat terlebih dahulu memberikan berbagai saran dan pendapat
mengenai hal-hal yang harus diperhatikan dan dijadikan pertimbangan oleh
wakilnya sebelum yang bersangkutan mengambil keputusan strategis.
Sementara yang kedua adalah untuk hal-hal yang telah bersifat ”terlambat”,
usaha reaktif yang diambil adalah dengan diberikannya koreksi dari anggota
masyarakat terhadap wakilnya tersebut.
Aspek yang kesembilan adalah bahwa teknologi website yang semakin lama
semakin berkembang pesat, secara langsung akan memberikan rangsangan
bagi anggota masyarakat yang selama ini bersifat pasif dan apatis, untuk dapat
lebih aktif berpartisipasi dalam proses pemerintahan. Banyak sekali materi
dan informasi di dalam website yang dapat memberikan pendidikan politik bagi
masyarakat, misalnya: cara-cara wakil rakyat memperjuangkan dan memutuskan
sebuah peraturan atau undang-undang, apa yang harus dilakukan masyarakat
dan para wakilnya dalam rangka penyusunan anggaran pembangunan,
bagaimana hubungan keterkaitan antara lembaga legislatif dengan eksekutif
maupun yudikatif, dan lain sebagainya. Agar menarik, biasanya website terkait
tidak hanya berisi sejumlah dokumen dalam bentuk informasi belaka, namun
juga menyertakan sejumlah cuplikan gambar dan video, lengkap dengan audio
dan narasinya.
Dari kesembilan hal tersebut terlihat secara jelas bagaimana kualitas dari
sebuah demokrasi dapat meningkat secara signifikan sejalan dengan penerapan
sebuah website. Hubungan atau relasi yang ”intim” antara wakil rakyat dengan
konstituen dan masyarakatnya merupakan hal fundamental yang menjamin
terselenggaranya proses bernegara ”dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”.
45
TAHAPAN INISIATIF ELECTRONIC
GOVERNMENT DI MICHIGAN
46
PENDAHULUAN
Ragam pelayanan publik yang diperikan pemerintah tentu saja sangat banyak
modelnya. Usaha untuk mencari model pelayanan mana saja yang dapat
dilaksanakan dengan menggunakan teknologi internet secara efektif tidaklah
mudah. Melihat besarnya ruang lingkup pelayanan publik dan lebarnya
spektrum jenis pelayanan yang ada, maka baik kiranya jika inisiatif e-
Government yang dikembangkan oleh suatu pemerintahan dibagi menjadi
beberapa jenis tahapan pengembangan berdasarkan “kematangan”
karakteristiknya.
47
berisi data dan informasi yang dibutuhkan masyarakat, namun lebih jauh lagi
berisi berbagai pengetahuan penting yang dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat secara langsung maupun tidak langsung.
Ketiga fase ini perlu dijalankan prosesnya satu per satu secara sekuensial
karena memang satu fase merupakan landasan bagi pengembangan fase
berikutnya. Dengan kata lain dikatakan bahwa sulit untuk menjalankan fase
kedua jika fase pertama tidak dibangun terlebih dahulu. Fase terberat tentu
saja adalah fase ketiga, dimana dibutuhkan tidak hanya infrastruktur teknologi
informasi yang kuat, tetapi juga dibutuhkan perubahan kultur yang besar di
masyarakat (suprastruktur).
48
Kedua, perlu adanya keterlibatan antara seluruh pihak yang terkait dengan
permasalah teknis pelaksanaan – tidak sekedar antara mereka di tataran level
strategis semata. Tercatat ada beberapa pihak yang berhubungan dengan
pelaksanaan proyek e-Government, selain pemerintah sebagai penanggung
jawab (sekaligus eksekutor) dan masyarakat sebagai pihak pengguna (user),
seperti: konsultan teknologi informasi, pengembang website, penyedia
infrastruktur teknologi, media massa, dan berbagai pihak lainnya. Karena e-
Government pada dasarnya merupakan sebuah sistem, dimana keseluruhan
pihak yang terlibat dalam pengembangannya adalah merupakan komponen-
komponen dalam sistem tersebut, maka kerjasama efektif antara mereka tidak
saja merupakan suatu hal yang mutlak, tetapi telah menjadi salah satu critical
succes factor utama yang menentukan sukses tidaknya pengembangan program
e-Government.
49
berkepentingan untuk turut membantu meningkatkan e-literacy
komunitas yang ada di sekitarnya; dan
Dalam kaitan dengan hal ini, jelas terlihat bahwa salah satu tantangan yang
dihadapi pemerintah adalah bagaimana memfasilitasi berbagai pihak tersebut
agar tercipta suatu lingkungan yang kondusif untuk terselenggaranya berbagai
inisiatif e-Government secara efektif. bisa menjalankan fungsi sebagaimana
mestinya. Dari sisi bisnis misalnya, tentu dibutuhkan infrastruktur hukum yang
mendukung iklim dan industri yang berhubungan dengan internet. Sehingga
dengan demikian, akan terjadi win-win solution antara pemerintah dan berbagai
pihak.
Keenam, perlu dipahami bahwa akan lebih mudah untuk memulai inisiatif e-
Government dengan melihat best practice dan/atau melakukan benchmarking
dengan pihak-pihak lain yang sudah menjalankan inisiatif ini. Karena itu, faktor
dokumentasi menjadi sangat penting. Dokumentasi secara internal akan menjadi
semacam catatan perjalanan yang bisa dikaji kemajuan dan perkembangannya.
Dan secara umum, dokumentasi yang baik dapat menjadi referensi berguna bagi
mereka yang akan memiliki inisiatif e-Government serupa dan berniat
menerapkannya; selain untuk mempersiapkan langkah-langkah yang diperlukan
sekaligus menghindari kesalahan yang sama dari penerapan inisiatif yang
sudah ada. Untuk memulai langkah benchmarking, ada baiknya dilihat karakter-
karakter yang mempunyai kemiripan dari sisi budaya, teknologi, ekonomi, dan
juga demografi penduduknya. Diharapkan, kemiripan faktor-faktor tersebut akan
memudahkan proses pengembangan e-Government yang sesuai dengan
wilayahnya dengan sedikit penyesuaian pada beberapa aspek.
PENUTUP
50
penerapan e-Government akan dapat membantu pemerintah dalam
meningkatkan kinerja pelayanannya kepada masyarakat.
51
PEMBANGUNAN JARINGAN
TENAGA KERJA NASIONAL
52
LATAR BELAKANG
ETA sendiri sebenarnya sudah memiliki dasar yang kuat untuk pengembangan
e-Government. Mereka telah berhasil merencanakan dan mengembangkan
website yang cukup canggih untuk kepentingan pekerja, menggantikan banyak
transaksi internal dengan transaksi elektronik, mengembangkan jaringan
intranet, dan yang paling progresif adalah mengembangkan American Career Kit
(ACK). American Career Kit (ACK) adalah semacam “kartu” untuk pekerja yang
berisi semua data-data dan kualifikasi dari pekerja bersangkutan. Saat ini,
American Career Kit menjadi salah satu yang terbesar dan paling signifikan
dalam membantu pekerja untuk mencari pekerjaan. Untuk memudahkan, sistem
yang digunakan baik oleh pencari kerja maupun perusahaan semuanya
berbasiskan website.
53
Proses rekrutmen dan pendaftaran pekerja secara online misalnya, akan
memudahkan baik untuk perusahaan maupun pencari kerja. Dan dengan sistem
yang bisa diotomasi, pencari kerja akan dengan cepat bisa mendapatkan
informasi tentang lowongan kerja yang sudah ada, sementara perusahaan juga
dengan cepat bisa mendapatkan pekerja sesuai yang diharapkan.
Keempat, faktor infrastruktur yang sangat dan semakin mendukung. Ada dua
teknologi yang membuat orang semakin mudah mengakses internet:
penggunaan pita lebar (broadband) dan banyaknya peralatan untuk bisa
mengakses internet. Penggunaan internet pertama kali melalui kabel telepon
yang menjadikan pencarian dan pengambilan data menjadi lambat. Sekarang
ini, penggunaan broadband (pita lebar) sudah menjadi layanan umum yang
membuat pengambilan data jauh lebih cepat. Teknologi kedua adalah
penggunaan berbagai peralatan yang memungkinkan orang untuk mengakses
internet dari berbagai peralatan. Jika dulunya orang mengakses internet hanya
melalui PC, sekarang ini munculnya teknologi jaringan tanpa kabel
memungkinkan orang mengakses internet melalui Personal Digital Assistance
(PDA), telepon selular, bahkan beberapa peralatan rumah tangga sekarang
sudah mulai dilengkapi fasilitas akses internet.
STRATEGI IMPLEMENTASI
Strategi pertama, membantu mitra kerja AWN agar mudah mengakses internet.
Ada tiga kondisi pada saat inisiatif e-Government ini dilaksanakan. Pertama,
beragamnya penerapan teknologi informasi diantara partner kerja AWN. Ada
yang sudah sangat maju, tetapi cukup banyak yang masih tertinggal. Kedua,
karena berbasiskan teknologi, perlu dibikin sistem dan prosedur di mana setiap
orang akan mendapatkan sesuatu sesuai kebutuhannya, dan juga keadilan di
antara para pencari kerja. Dan ketiga, perlu adanya sistem untuk mengukur
kesuksesan penerapan e-Government ini. Untuk mengatasi berbagai kendala
tersebut, Departemen Tenaga Kerja dalam hal ini Balai Diklat Pekerja (ETA)
Amerika melakukan beberapa strategi dalam membantu pelaksanaan e-
Government di AWN:
54
• Membangun jembatan bagi ide-ide, isu, dan usulan-usulan bagi
pengembangan e-Government;
55
- Menyiapkan sarana dasar untuk kesiapan teknologi
• Setiap pemerintah lokal bisa saling tukar menukar modul dan juga
model belajar dan pelatihan;
Strategi kelima, Balai Latihan Kerja Depnaker Amerika (ETA) akan bisa diakses
lewat internet dan operasionalnya berbasis sistem informasi yang bisa diakses
secara online. Hal ini untuk memudahkan proses integrasi dengan mitra kerja
AWN dan seluruh tenaga kerja yang ada. Dengan online sistem, ETA akan bisa
melakukan banyak hal, seperti:
56
• Penyediaan laporan keuangan secara online, termasuk dari mitra
kerja;
Kelima strategi inilah yang akan dikembangkan oleh Departemen Tenaga Kerja
Amerika, yang dalam hal ini diwakili oleh Balai Pendidikan dan Pelatihan
mereka (ETA), bekerja sama dengan Jaringan Pekerja Profesional Amerika
(AHN) untuk mengembangkan eGovernment mereka. Layanan ini di satu sisi
akan memudahkan para pekerja untuk memperoleh pekerjaan ataupun
meningkatkan karir, dan di sisi lain membantu tugas pemerintah untuk
mengurangi tenaga kerja dan memberikan lapangan tenaga kerja yang terbuka
untuk meningkatkan kualitas dan taraf hidup masyarakat.
57
PEMBAYARAN PAJAK SECARA
ONLINE DI CALIFORNIA
58
Sebelum melaksanakan inisiatif e-Government secara luas, Dinas Perpajakan
California, Franchise Tax Board (FTB) sebenarnya sudah meletakkan beberapa
dasar penting dengan mengaplikasikan beberapa proses pembayaran pajak
melalui proses elektronik. Tahun 1993, FTB membangun Elecronic Fund
Transfer, yang bisa digunakan oleh pembayar pajak melalui transfer rekening,
membangun website (1996), dan yang paling maju adalah membangun “e-pay”,
sistem di mana FTB bisa melakukan debit atas rekening pembayar pajak pada
tahun 1999. Namun demikian, seiring dengan berbagai perkembangan,
d i r a s a k a n p e r l u n y a i n i s i a t i f e - G o v e r n m e n t s e b a g a i u s a h a u n tu k m e m b e r i k a n
pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. E-government berarti
menggunakan teknologi, kemampuan, dan jaringan yang dimiliki secara
maksimal. Inisiatif ini setidaknya didorong oleh tiga hal (Connel, 2000):
• Menyediakan formulir aplikasi secara online. Formulir ini bisa diisi oleh
customer secara online dan diproses juga secara online. Beberapa
formulir pajak sebelumnya sudah bisa di-download, tetapi untuk e-
G o v e r n m e n t , s e m u a f o r m u l i r p a j a k b i s a d i i s i d a n d i- d o w n l o a d u n t u k
diproses secara online.
59
• Menyediakan akses informasi dan komunikasi secara online sehingga
memudahkan pembayar pajak untuk berkonsultasi dan bertanya jika
diperlukan.
60
• Partisipasi dalam pengembangan sistem di California secara
keseluruhan. Karena inisiatif e-Government akan terkait dengan
berbagai departemen dan biro pemerintahan yang lain, penyamaan
platform, standar dan teknologi mutlak diperlukan.
61
• Karena struktur di masyarakat masih terdapat kalangan yang belum
mempunyai akses terhadap internet, bersama-sama dengan berbagai
organisasi pemerintah dan swasta melakukan berbagai usaha untuk
mengatasi kesenjangan digital. Usaha-usaha itu terutama dalam
bidang pendidikan dan pembangunan infrastruktur. Karena
bagaimanapun, tanpa akses internet yang memadai, akan sulit
mengharapkan e-Government bisa dinikmati oleh seluruh kalangan.
62
- Level 4: integrasi penuh secara online, dengan melibatkan seluruh
proses kerja internal dan penyediaan seluruh layanan secara online.
63
KIAT PEMERINTAH COLORADO
BELAJAR DARI SEKTOR SWASTA
64
Salah satu perbedaan penting antara pemerintah dengan perusahaan swasta
adalah masalah pelayanan kepada masyarakat sebagai customernya. Pada
banyak pemerintahan, belum terdapat budaya pelayanan yang memadai
sebagaimana perusahaan profesional memberikan pelayanan terhadap
pelanggannya. Karena itu, secara jelas pemerintah Colorado mempunyai misi
untuk “menyediakan informasi dan layanan yang berpusat kepada masyarakat
sebagaimana perusahaan melayani customernya”. Dengan misi meningkatkan
kualitas layanan inilah, inisiatif e-Government dicetuskan di sana.
E - G o v e r n m e n t d i C o l o r a d o k e m u d i a n d i t e r j e m a h k a n d a l a m ta r g e t - t a r g e t b e s a r
sebagai berikut:
65
VISI E-GOVERNMENT COLORADO
66
Sumber: GOIT, 2001
67
Kedua: Kebijakan dan Privacy Individu
68
Keenam: Kepemimpinan dan Kerjasama
69
PERENCANAAN DAN
PENGEMBANGAN E-CITY DI
TORONTO
70
KONSEP E-CITY
Pilar kedua adalah adanya teknologi yang memadai yang mendukung kerangka
dasar pengembangan sistem informasi di pemerintahan. Aspek teknologi
mencakup aplikasi yang akan digunakan, keamanan, dan juga jaringan
infrastruktur yang mendukung berjalannya sistem informasi.
Pilar ketiga adalah sumber daya manusia yang berkualitas untuk menjamin
berjalannya proses bisnis secara baik. Sumber daya manusia menyangkut staf
dan pegawai pemerintah sebagai pihak yang memberikan layanan dan juga dari
sisi masyarakat sebagai pengguna. Karena bagaimanapun, kualitas layanan
yang baik juga perlu ditunjang dengan partisipasi menyeluruh dari masyarakat.
Agar bisa berjalan dengan baik, beberapa prinsip dasar eCity perlu diperhatikan
dalam implementasinya, di antaranya adalah:
71
• Ketiga, eCity memungkinkan masyarakat mendapatkan layanan dari
berbagai departemen dan badan pemerintahan secara mudah.
Kuncinya adalah bagaimana mengembangkan teknologi dan berbagai
aplikasi yang bisa saling berhubungan antara satu badan
pemerintahan dengan yang lain.
TUJUAN STRATEGIS
KOMPONEN E-CITY
eGovernment
72
• Laporan dari rapat dewan kota bisa diakses oleh masyarakat secara
langsung.
• Survey dan polling online dari dewan kota bisa dilaksanakan mulai
tahun 2003
• Laporan dalam bentuk video ataupun video streaming dari hasil rapat
dewan kota.
eService
eGovernment eBusiness
eService
73
• Memberlakukan formulir elektronik dan manajemen dokumen digital
menuju pelaksanaan proses kerja yang meminimalisir kertas.
eBusiness
Tiga komponen di atas perlu berdiri di atas bangunan infrastruktur yang kokoh,
yaitu infrastruktur hukum dan infrastruktur jaringan telekomunikasi. Infrastruktur
hukum yang kuat menjadi dasar dan arah pengembangan eCity sementara
infrastruktur jaringan telekomunikasi yang baik menjamin proses pertukaran
data dan informasi berjalan dengan lancar.
Pada akhirnya, konsep eCity memberikan landasan yang kuat bagi pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara di Toronto. eCity akan memudahkan masyarakat, kalangan bisnis,
dan berbagai organisasi melakukan komunikasi dan mendapatkan layanan yang
dibutuhkan. Di sisi lain, eCity juga akan meningkatkan kualitas pengambilan
keputusan pemerintah yang pada akhirnya memberikan kesejahteraan lebih
besar kepada masyarakat.
74
kerangka implementasi
electronic government di
machester
75
Stockport adalah salah satu kota metropolitan di wilayah Inggris. Seperti
diketahui, e-Government di Inggris merupakan salah satu yang paling maju.
Dewan kota Stockport mempunyai visi untuk menjadikan Stockport sebagai kota
paling bersih, paling hijau, paling aman, dan paling kuat. Untuk membangun ke
arah sana, tentu saja membutuhkan jalan panjang. Dewan kota memulai dengan
upaya memberikan layanan yang terbaik buat masyarakat secara umum, dan
egovernment adalah salah satu agenda besar yang ingin diimplementasikan. E-
Government bukan hanya sekedar menerapkan teknologi informasi dan
komunikasi ke dalam layanan pemerintah, tetapi lebih jauh harus mampu
membangun kultur dan cara baru dalam pelayanan kepada masyarakat
Ada lima hal yang menjadi tujuan mereka menerapkan e-Government, yaitu
(Horton, 2000):
76
Sumber: Horton, 2000
77
STRATEGI IMPLEMENTASI
K e d u a , p r o g r a m j a n g k a p e n d e k d a n m e n e n g a h , y a n g s e c a r a d e t il d i j a b a r k a n
sebagai berikut:
78
• Manajemen pengelolaan informasi dan pengetahuan (knowledge
management), melalui pemberdayaan perpustakaan umum sebagai
sarana utama masyarakat mendapatkan pengetahuan.
Tidak mudah memang untuk mengintegrasikan berbagai proses ini menjadi satu
kesatuan strategi yang lengkap. Gambar di bawah bisa mengilustrasikan
bagaimana antara satu rencana dengan yang lain saling berhubungan.
79
Sumber: Horton, 2000
80
SOLUSI PEMERINTAH INGGRIS
MEMBANGUN KERANGKA
INTEROPERABILITY
81
Pelaksanaan e-Government membutuhkan keterkaitan kerja antar departemen
pemerintahan dan semua sektor yang tergabung di dalamnya. Keterkaitan kerja
membutuhkan sistem informasi yang bisa saling berhubungan antara satu
dengan yang lain. Karena itulah, pemerintah Inggris kemudian membentuk apa
yang disebut sebagai e-Government Interoperability Framework (GIF) yang
mengatur standar kebijakan, prosedur dan sistem informasi untuk menjamin
aliran informasi antar departemen pemerintahan dan dengan dunia luar berjalan
dengan lancar (McCartney, 2000). Ruang lingkup GIF meliputi kemampuan
operasional antar sistem dalam satu departemen dan hubungan dengan
departemen atau organisasi lain, yaitu:
Ada tiga bagian besar aturan yang diatur dalam GIF. Tiga bagian itu adalah
standar dan kebijakan, strategi penerapan skema XML sebagai bahasa standar,
dan proses pengelolaan.
82
PERTAMA: STANDAR DAN KEBIJAKAN
Terdapat tiga area teknis yang tercakup dalam standar dan kebijakan ini, yaitu
interkonektifitas, integrasi data, dan akses informasi. Interkonektifitas
menyangkut bagaimana aturan tentang jaringan dan dan operasional antar
aplikasi, integrasi data mengatur tentang proses pertukaran dan integrasi data
secara nasional, sedangkan akses informasi. Yang tercakup dalam
interkonektifitas meliputi jaringan, keamanan jaringan, email, domain, transfer
file, dan lain-lain. Data di bawah bisa menggambarkan aturan ini secara lebih
detil.
83
Untuk kebijakan terhadap akses informasi, beberapa aturan dasarnya adalah:
Secara detil, standar akses yang ditetapkan adalah seperti di bawah ini:
84
KEDUA: PENGGUNAAN BAHASA STANDAR
Proses pengelolaan mencakup pembagian tugas dan tanggung jawab, dan yang
juga penting adalah manajemen perubahan. Tugas pemerintah adalah menjadi
kordinator utama untuk melihat bagaimana proses setiap aplikasi bisa saling
beroperasi dengan baik dan menjamin bahwa integrasi data, dan pembangunan
semua aplikasi yang berhubungan dengan e-Government berjalan dengan
lancar. Dari kalangan industri, tugasnya memberikan masukan kepada
pemerintah tentang apa dan bagaimana sistem informasi pada setiap industri
serta pemanfaatannya untuk kepentingan nasional. Kalangan industri juga
berperan untuk bersama-sama pemerintah mengembangkan standar nasional
untuk berbagai aplikasi yang dibutuhkan. Karena e-Government bertujuan untuk
mengembangkan layanan pemerintah secara lebih baik kepada masyarakat,
masyarakat berhak untuk mengajukan usulan, komentar, dan kritik terhadap
aplikasi yang sedang berjalan. Dengan demikian, sistem informasi yang
diimplementasikan akan berorientasi pada kepentingan publik yang lebih besar.
85
PENERAPAN GEOGRAPHICAL
INFORMATION SYSTEM DI BADAN
PERTANAHAN NASIONAL SWEDIA
86
Lantmateriet-Badan Pertanahan Nasional Swedia- adalah lembaga pemerintah
yang bertugas mengatur dan mengelola penggunaan tanah dan air di seluruh
kawasan Swedia. Lembaga ini mempunyai tugas utama menyediakan informasi
geografis, informasi tanah, pengukuran batas-batas tanah, dan teknik informasi
geografis. Lembaga ini mempunyai sekitar 2200 pekerja yang tersebar di 100
cabang di seluruh Swedia, dan berpusat di kota Gavle.
Banyak hal yang mendukung operasional layanan ini, salah satunya adalah
karena infrastruktur jaringan komputer yang baik pada masyarakat Swedia dan
didukung pula oleh penetrasi internet yang cukup besar. Masyarakat sudah
terbiasa untuk menggunakan internet sebagai proses komunikasi dan transaksi,
maka ketika layanan ini diluncurkan, mendapatkan apresiasi yang baik dari
masyarakat. Dengan pengunjung sekitar 230.000 orang setiap bulan,
Lantmateriet menunjukkan kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan yang
pesat tidak hanya ditunjukkan oleh jumlah pengunjung, tetapi juga oleh jumlah
transaksi yang dihasilkan yang pada 2 tahun terakhir selalu menunjukkan
kemajuan dan perkembangan yang berarti.
Layanan yang diberikan secara online melalui website pada dasarnya bisa
dikategorikan dalam empat tingkatan: pertama, adalah layanan yang sifatnya
hanya menyebarkan informasi kepada publik. Pada tingkatan ini, masyarakat
hanya bisa melihat informasi yang diberikan oleh organisasi atau lembaga
tertentu. Tingkatan kedua masyarakat sudah mulai bisa melakukan komunikasi
tetapi masih satu arah, misalnya mendownload form, file, dll. Tingkatan ketiga
adalah komunikasi dan interaksi dua arah, di mana masyarakat sudah bisa
melakukan proses verifikasi dokumen ataupun proses otentifikasi. Dalam fase
ini, beberapa inisiatif sudah bisa diajukan dan direspon langsung melalui
internet. Dan tingkatan keempat adalah tingkatan transaksi, di mana
87
masyarakat bisa melakukan transaksi pembelian produk atau layanan tertentu
melalui internet.
MapStore
MapSearch and Geographical Name adalah salah satu fasilitas yang diberikan
lewat website. Pada fasilitas ini masyarakat bisa mencari dan memperbesar
skala pada suatu peta untuk mengetahui secara lebih detil nama-nama jalan,
gedung, alat komunikasi, batas-batas daerah, kantor-kantor pemerintahan,
monumen, dan lain-lain. Dalam database ini terdapat lebih dari 700.000 nama
tempat dan kawasan geografis. Masyarakat bisa mengakses ini secara gratis
sebagai bagian dari layanan dan tanggung jawab pemerintah dalam memberikan
informasi kepada publik.
Historical Map
Historical Map adalah layanan yang menyediakan peta digital dari kawasan
negara Swedia pada zaman dahulu kala. Pembuatan peta ini sudah disesuaikan
dengan metodologi keilmuan dari para peneliti dan sejarawan. Hal ini mungkin
terjadi karena adanya kemajuan dalam perkembangan teknologi.
YourMap
88
Image Net
I m a g e N e t a d a l a h l a y a n a n d i m a s y a r a k a t b i s a m e n d a p a t k a n f o t o k u a l i t a s t in g g i
dari Satelit EROS A1 yang dipunyai Swedia. Foto satelit ini bahkan bisa
menunjukkan hingga detil objek pada suatu daerah tertentu, dan tidak terbatas
pada kawasan negara Swedia ataupun Eropa saja. Artinya, foto satelit ini bisa
untuk melakukan pemotretan berbagai kawasan selama masih dalam orbit dan
terjangkau oleh kamera satelit.
SwedelMag
Property Search
89
Melalui layanan internet inilah, pemerintah bisa memberikan informasi geografis
dan mengembangkan jaringan dalam industri properti secara lebih luas. Dari
sini, tidak hanya fungsi pelayanan informasi publik yang diberikan, tetapi
pemerintah turut aktif menciptakan dan mengembangkan pasar properti di
seluruh Swedia dengan layanan ini. Manfaat lain adalah layanan ini
membuktikan pemerintah bisa memberikan sesuatu yang terbaik buat
masyarakat yang bisa diakses secara mudah dan disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing. Karena layanan ini ditujukan untuk berbagai
kalangan mulai dari kalangan bisnis, profesional, hingga masyarakat umum
secara keseluruhan.
Keuntungan lain adalah bahwa masyarakat sekarang ini bisa memilih sendiri
dan melakukan aktifitasnya di manapun dia berada, sehingga secara umum
mempercepat proses bisnis dan produktifitas. Staf di Lantmateriet tidak lagi
disibukkan oleh urusan administratif, tetapi dikembangkan untuk mengarah
pada konsultasi dan pemikiran lain yang lebih strategis.
Tentu saja semua keberhasilan itu tidak berjalan mulus begitu saja. Banyak
kendala yang harus dilakukan mulai dari pengembangan teknologi yang akan
dipakai, pemasaran dan promosi, hingga pelatihan sumber daya manusia yang
akan menangani proses bisnisnya. Namun demikian, dengan kepemimpinan
y a n g k u a t , s e m u a h a l i t u b i s a d i a t a s i . K e d e p a n , p e l u a n g- p e l u a n g l a i n m a s i h
sangat terbuka dengan adanya berbagai loncatan teknologi. Misalnya adanya
teknologi 3G akan memungkinkan download peta dari Telepon Selular maupun
PDA. Artinya, apa yang ada sekarang tidak akan berhenti pada titik ini, tetapi
terus berkembang di masa mendatang.
90
ENAM STRATEGI PADA
MASTERPLAN KOMISI E-MALTA
91
Dalam upaya melakukan studi dan penerapan eGovernment di Malta,
pemerintah Malta membentuk komisi eMalta yang bertugas untuk menyusun
master plan penggunaan sistem informasi dalam proses pemerintahan sekaligus
mengawasi proses pelaksanaannya di lapangan. Komisi ini membuka
kesempatan diskusi kepada semua pihak dan yang mempunyai kepentingan dan
keahlian baik dari dalam maupun luar negeri. Komisi ini juga membantu baik
sektor pemerintah maupun swasta dalam menerapkan sistem informasi yang
sesuai pada organisasinya.
92
• Mengembangkan partisipasi dan kerjasama antara swasta dengan
pemerintah dalam pengembangan eCommerce dan eGovernment.
eGovernment bukanlah kerja yang mudah dan murah, karena itu komisi eMalta
telah menetapkan enam kerangka strategi sebagai acuan pengembangan
eGovernment di Malta. Enam strategi tersebut adalah sebagai berikut.
93
STRATEGI 2: PENGEMBANGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI PADA SELURUH PENDUDUK MALTA
3. Mendorong biaya yang lebih murah untuk akses internet. Tidak bisa
dipungkiri, salah satu hambatan utama dalam eGovernment adalah
bagaimana masyarakat bisa mengakses dengan biaya murah. Karena
itu, perlu kerjasama menyeluruh dari berbagai pihak terkait agar bisa
meringankan biaya akses internet.
94
STRATEGI 5: MENGATASI KESENJANGAN DIGITAL
Enam rencana strategis yang dicanangkan oleh komisi eMalta seperti tersebut
di atas memang diperlukan dalam setiap pentahapan implementasi
eGovernment agar pelaksanaan di lapangan sesuai dengan tujuan dan strategi
besar eGovernment secara keseluruhan.
95
PORTAL CANGGIH LAYANAN
ONLINE DI KOTA BREMEN
96
Pemerintah kota Bremen membangun portal Bremer-Online-Service sebagai
portal informasi dan transaksi layanan Pemerintah untuk masyarakat Bremen.
Tidak sekedar portal informasi, dengan teknologi keamanan dan enkripsi yang
semakin maju memungkinkan masyarakat uum dan bisnis melakukan berbagai
transaksi elektronik melalui portal ini. Selain itu, teknologi tanda tangan digital
juga memungkinkan proses aplikasi dan transaksi dokumen bisa berlangsung
secara online. Layanan online di Bremen ini merupakan salah satu yang
berkembang baik di Eropa, tidak heran beberapa penghargaan telah
didapatkan, misalnya “TeleTrust Innovation Prize” tahun 2001, “Best Practice
Label” di Uni Eropa tahun 2003, dan juga mendapatkan penghargaan dalam
pertemuan Tingkat Tinggi Eropa pada kategori “The Role of eGovernment for
European Competitiveness”.
PROSES PENGEMBANGAN
Untuk membangun portal yang bisa melakukan berbagai layanan dan transaksi
online, ada dua sisi penting yang harus diperhatikan. Pertama dari sisi
pengguna adalah bagaimana menciptakan sistem yang aman dan identitas
digital yang bisa digunakan untuk mengakses semua layanan. Sementara di sisi
lain adalah pengembangan konten dan integrasi berbagai aplikasi yang akan
disediakan secara online. Faktor lain yang juga diperlukan adalah proses
pembayaran untuk transaksi online. Karena itu, layanan ini mengintegrasikan
antara Home Banking Computer Interface Standard (HBCI) dengan Online
Service Computer Interface Standard (OSCI). Integrasi ini memungkinkan
berbagai pembayaran transaksi dilakukan secara online. Secara umum ada tiga
tahapan besar pelaksanaan proyek pengembangan portal ini, yaitu:
97
Sumber: Bremen Government, 2001
Kartu identitas elektronik dan tanda tangan digital ini mempunyai banyak sekali
fungsi dalam pelaksanaan eGovernment:
Kedua, standardisasi platform menjadi salah satu tantangan lain yang harus
diselesaikan. Standardisasi ini diperlukan untuk memungkinkan terjadinya
komunikasi dan integrasi antara satu aplikasi dengan aplikasi yang lain.
Standardisasi juga akan memudahkan dalam proses pengembangan aplikasi
sesuai dengan dinamika yang berkembang. Yang dilakukan pertama kali adalah
melakukan standardisasi untuk Online Service Customer Interface (OSCI), dan
penyesuaian aplikasi lokal maupun nasional dengan standard tersebut. Setelah
itu, pengembangan lain yang dilakukan adalah aplikasi untuk pembayaran
dengan berbagai metode.
98
• Fasilitas pembayaran secara online
• Virus scanning
99
PENGEMBANGAN KARTU
IDENTITAS ELEKTRONIK NEGARA
ITALIA
100
Salah satu faktor penting dalam penerapan eGovernment adalah adanya satu
identitas nasional bagi seluruh masyarakat yang bisa dipergunakan untuk
berbagai kepentingan. Identitas tunggal bagi setiap penduduk ini akan
memudahkan berbagai pihak dalam mendapatkan layana Pemerintah. Di Italia,
kartu identitas nasional ini dinamakan Electronic Identity Card (EIC). Electronic
Identity Card ini mempunyai dua fungsi penting. Pertama, sebagai bukti bahwa
dia adalah penduduk Italia yang sah, dan kedua sebagai akses untuk
mendapatkan berbagai pelayanan pemerintahan secara online.
Kartu Identitas Nasional ini secara fisik terbagi dua, pertama adalah laser band,
yaitu fisik kartu semacam kartu kredit biasa yang memuat data-data
kependudukan, foto dan dilengkapi dengan tanda tangan dan bisa juga
ditambah cap jari tangan. Satunya lagi adalah microchip yang berisi data-data
digital yang akan dipakai sebagai identitas nasional untuk menggunakan semua
layanan pemerintah secara online, baik di level pusat maupun daerah.
Tantangan utama dari pelaksanaan pembuatan Electronic Identity Card adalah
bagaimana menyesuaikan dengan aturan dan regulasi yang diatur oleh AIPA,
departemen yang ditunjuk pemerintah untuk mengurusi seluruh administrasi
penduduk.
Ada beberapa regulasi dan aturan yang harus diikuti dalam hal ini:
1. Electronic Identity Card harus berupa nomor unik yang dimiliki oleh
setiap orang untuk didaftarkan pada badan kependudukan nasional.
Nomor unik ini untuk menjamin satu identitas tidak bisa ditiru atau
dipalsukan oleh orang lain.
101
• Town Hall adalah pelaksana keseluruhan dari proyek Electronic
Identity Card ini.
PROSES PELAKSANAAN
Pertama, persiapan pembuatan kartu secara fisik, dalam hal ini menentukan
vendor untuk kartu plastik dan microchip yang sesuai dan bisa dipergunakan
untuk mendapatkan layanan dari pemerintah yang selama ini ada. Proses ini
tidak terlalu rumit karena cukup banyak penyedia produk dan layanan yang ada.
Kedua, pengaktifan kartu. Kartu-kartu yang sudah ada mulai dicetak dan diisi
dengan data-data digital yang disesuaikan dengan badan kependudukan
nasional dan badan-badan pemerintah yang menyelenggarakan layanan secara
online. Data-data digital ini masih kosong, dan nantinya akan dicocokkan
dengan data personal masing-masing penduduk.
102
• Setelah data-data personal diterima, dilanjutkan dengan foto dan
tanda tangan untuk selanjutnya dicetak dalam kartu plastik.
Juga adanya standarisasi dari berbagai aplikasi sistem informasi baik pada
pemerintah pusat maupun daerah yang memudahkan penerbitan kartu dan
sertifikat digital yang bisa dipakai di seluruh negara. Tanpa adanya
standarisasi, akan menyulitkan pemakaian satu identitas untuk seluruh negara.
Di sini, faktor interoperabilitas antar aplikasi menjadi sangat penting.
Interoperabilitas memungkinkan pertukaran informasi dan pembacaan data yang
seragam.
Faktor lain yang juga membantu adalah teknologi keamanan pada sertifikat
digital yang cukup canggih sehingga memungkinkan penduduk merasa aman
dan nyaman dalam proses pemakaian kartu tersebut. Tanpa adanya keamanan
data yang memadai, partisipasi penduduk tidak bisa diharapkan terlalu besar.
Secara fisik Electronic Identity Card didesain tidak menunjukkan data-data
lengkap seseorang, sehingga jika hilang atau digunakan orang lain tidak bisa
dipakai secara lebih luas. Data-data itu tersimpan di dalam bank data
pemerintah yang hanya bisa diakses oleh yang berwenang. Electronic Identity
Card juga didukung oleh kesiapan pegawai dari Pemerintah Lokal untuk
melaksanakan eGovernment secara nasional. Kesiapan pegawai lokal ini
diperlukan mengingat yang melaksanakan proses pendataan ini adalah pegawai
lokal, walaupun data-data yang diberikan langsung masuk dalam sistem
kependudukan nasional.
103
STRATEGI MEMBANGUN
KOMUNITAS BERBASIS
INFORMASI DI ESTONIA
104
KONDISI ESTONIA
Estonia merupakan salah satu negara yang cukup maju dalam pengembangan
eGovernment. Dengan penetrasi internet sekitar 45% dari keseluruhan
penduduk, Estonia menempati nomor 9 dalam penciptaan lingkungan online
menurut World Competitiveness Yearbook dan sepuluh besar peringkat
eReadiness menurut McConnell International. Kemajuan yang sudah dicapai di
Estonia bukanlah kemajuan yang dicapai dalam sekejap. Prestasi ini didapatkan
dari komitmen yang tinggi dari elit politik untuk membangun eGovernment, juga
konsensus umum dari seluruh potensi kekuatan yang ada di Estonia.
APLIKASI EGOVERNMENT
105
Pertama, Portal eGovernment
106
Prinsip eDemocracy adalah bagaimana masyarakat mendapatkan akses untuk
berpartisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan pemerintah. Dengan
demikian, semua keputusan yang diambil pemerintah diharapkan memenuhi
aspirasi masyarakat dan program-programnya dapat dipertanggungjawabkan.
Pada proses partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, telah
dibuka forum diskusi online atas kebijakan pemerintah baik yang sudah
dikeluarkan maupun sedang dibahas. Forum diskusi ini bisa diakses oleh semua
kalangan sehingga diharapkan semua aspriasi masyarakat bisa tersalurkan.
Pada tahapan lebih lanjut adalah penerapan eVoting untuk pemilu online yang
undang-undangnya dibuat pada tahun 2002 dan diharapkan bisa mulai
dilaksanakan pada tahun 2005.
Kartu identitas elektronik adalah kartu informasi pribadi yang berisi semua
informasi terpadu tentang diri seseorang. Kartu identitas elektronik secara fisik
dicetak sebagaimana kartu kredit tetapi dilengkapi dengan microchip yang
berisi nomer identitas pribadi dan tanda tangan digital. Kartu identitas
elektronik menjadi prasyarat untuk memperoleh layanan informasi online karena
proses otentifikasi dilakukan melalui microchip ini. Direncanakan, setiap
penduduk sudah mempunyai kartu identitas elektronik ini pada akhir tahun
2004. Sejalan dengan penerbitan kartu identitas penduduk ini, setiap penduduk
juga diberikan satu email yang akan digunakan sebagai sarana komunikasi
utama dengan pemerintah.
Penerbitan kartu identitas elektronik ini tidak mungkin bisa dilakukan tanpa
adanya standardisasi platform dan aplikasi dari seluruh layanan pemerintah
pada setiap departemen. Karena bagaimanapun, sebagai kunci akses, kartu
107
identitas elektronik harus bisa dipakai untuk memperoleh semua layanan
pemerintah.
PENGEMBANGAN KE DEPAN
108
RENCANA STRATEGIS
MODERNISASI MASYARAKAT
WINA
109
Sejak tahun 1990-an Dewan Kota Wina telah mengidentifikasi pentingnya
sistem informasi dalam proses pemerintahan. Setelah melalui berbagai
perjalanan dan diskusi panjang, dibangunlah rencana strategis modernisasi
proses administrasi publik di Wina pada tahun 2001. Rencana strategis ini
menyangkut pembangunan sistem informasi dan administrasi publik di Wina
yang dikembangkan untuk memperbaiki layanan masyarakat. Sebanyak 39
proyek tercakup dalam rencana pembangunan hingga tahun 2004.
TUJUAN EGOVERNMENT
110
yang luas akan lebih menjamin keputusan yang diambil memenuhi
aspirasi masyarakat menuju proses pemerintahan yang lebih
transparan dan demokratis
Pelaksanaan eGovernment tentu saja akan mengubah peran dari staf dan
pegawai pemerintahan di Wina. Dalam pelayanan tradisional staf dan pegawai
pemerintahan akan banyak berurusan dengan penanganan masyarakat secara
langsung, dokumentasi dan aspek administratif. Melalui eGovernment, kontak
masyarakat secara langsung berkurang karena masyarakat bisa mendapatkan
layanan secara online. Urusan administratifpun bisa dikurangi dengan proses
otomasi sistem.
Peran staf dan pegawai pemerintah dengan akan dialihkan menjadi customer
service yang siap melayani berbagai pertanyaan melalui telepon dan email
mengenai cara menggunakan portal dan mendapatkan layanan pemerintah.
Mereka juga bertanggung jawab mengelola portal dengan memberikan berbagai
informasi yang diperlukan. Sementara staf lain diarahkan untuk
mengembangkan pemikiran strategis dan membangun kerjasama yang lebih
intens antara pemerintah, masyarakat dan kalangan bisnis.
Pemerintah kota Wina membangun portal resmi kota Wina yang beralamat di
www.wien.at. Portal ini merupakan salah satu yang tersukses di Austria dengan
20.000 pageviews dan 13 juta hits per bulan. Portal ini juga mempunyai layanan
newsletter wien.at.rk. Pihak Departemen informasi dan komunikasi yang
mengelola portal ini. Walaupun demikian, karena isi portal ini berasal dari
berbagai departemen, update informasi sangat tergantung dari keaktifan tiap-
tiap departemen, karena isinya diserahkan kepada mereka. Departemen
informasi dan komunikasi hanya memberikan arahan dan konsultasi tentang apa
yang perlu mereka tampilkan.
Target pengunjung dari portal ini adalah masyarakat dan kalangan bisnis di
kota Wina. Selain itu, juga ditujukan bagi kalangan turis dan masyarakat
internasional yang ingin mendapatkan informasi lebih jauh tentang Wina.
Secara umum informasi tentang Wina mendapatkan porsi sangat besar di
halaman depan. Dengan target market yang berbeda itulah, portal ini disajikan
dalam 2 bahasa: Inggris dan Jerman. Penggunaan bahasa Inggris
diperuntukkan terutama bagi pengunjung internasional.
111
Sumber: Austrian Government, 2001
Pengunjung bisa memulai menjelajah portal ini sesuai dengan informasi yang
ingin didapatkan. Terdapat menu yang sangat lengkap mulai dari informasi
bisnis, administrasi kota, kebudayaan, pendidikan, politik, ekonomi, wisata, dan
berbagai informasi lain. Bahkan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas
tentang Wina, disediakan berbagai foto-foto dan gambar-gambar sudut kota
Wina yang memudahkan kalangan wisatawan manca negara dalam menentukan
tujuan wisatanya.
Dari portal inilah, masyarakat Wina bisa mendapatkan layanan yang dibutuhkan
secara langsung, mulai dari proses perijinan hingga pembelian tiket. Di antara
beberapa layanan adalah:
Banyak sekali aplikasi lain yang bisa dilakukan secara online. Dengan
demikian, eGovernment akan memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam
mendapatkan layanan pemerintah sekaligus mempercepat proses bisnis dan
produktifitas dari sisi pemerintahan.
112
STUDI PENERAPAN ELECTRONIC
GOVERNMENT DI YORDANIA
113
Yordania adalah salah satu negara di Timur Tengah yang berencana
menerapkan inisiatif e-Government. Sebagai langkah awal adalah mengadakan
studi penerapan e-Government di berbagai negara. Berikut adalah beberapa
hasil studi tentang penerapan e-Government yang menjadi dasar usulan bagi
penerapan di Yordania. Studi ini meliputi enam negara, yaitu: Australia,
Amerika Serikat, Singapura, Uni Emirat Arab, Portugal, dan United Kingdom.
TUJUAN E-GOVERNMENT
114
Sumber: Yordanian Government, 2002
POLA INSTITUTIONAL
Karakter kedua adalah Desentralisasi, di mana inisiatif dan tema besar memang
ada pada pemerintah pusat. Tetapi pada tahap implementasi di lapangan,
badan-badan Pemerintah dan terutama pemerintah lokal lebih banyak berperan.
Contoh penerapan model ini adalah di Pemerintah Amerika Serikat. Isu e-
Government mencuat di awal 1980 hingga 1990-an ketika tuntutan kepada
Pemerintah Federal untuk meningkatkan kualitas layanan publik semakin
meluas. Hal itu juga didukung oleh beberapa aturan yang secara khusus
menyebutkan penerapan Teknologi Informasi sebagai alat untuk meningkatkan
layanan. Hal ketiga yang mendukung adalah mulai diterapkannya teknologi
informasi oleh beberapa badan pemerintah secara independen. Pada beberapa
level, eGovernment dibiayai oleh Pemerintah Federal. Tetapi setiap badan
115
pemerintah negara bagian, kota-kota serta daerah membiayai sendiri investasi
teknologi informasi yang mereka keluarkan. Peran Pemerintah Federal adalah
memberikan dukungan secara politis, menetapkan target dan deadline,
menawarkan bantuan keuangan dan sumber daya secara terbatas, dan
menginvestasikan untuk infrastruktur umum seperti telekomunikasi. Beberapa
badan bertugas secara lintas divisi melakukan kordinasi secara nasional, yaitu:
116
badan pemerintah di dalam penggunaan dana yang berhubungan
dengan Teknologi Informasi.
117
BEBERAPA PELAJARAN UNTUK YORDANIA
Dari hasil studi penerapan e-Government di enam negara di atas, beberapa hal
perlu diperhatikan untuk penerapan e-Government di Yordania:
118
• Kesembilan, e-Government harus dibangun berdasarkan dan untuk
meningkatkan kemampuan bersaing negara. Jadi, penerapan e-
Government tidak semata-mata faktor gengsi ataupun ikut-ikutan
negara lain.
119
BRUNEI MENUJU MASYARAKAT
BERBASIS ELEKTRONIK
120
THE NATIONAL ICT PROGRAMME
“Brunei Darussalam through its National IT Council aims to lead and facilitate
the strategic development and diffusion of state-of-the-art IT for the entire
nation”
“IT 2000 and beyond” yang merupakan strategic IT plan nasional Brunei
memiliki berbagai tujuan seperti meningkatkan literasi penggunaan teknologi
informasi, mempromosikan penggunaan aplikasi teknologi informasi pada sektor
publik dan privat, dan juga memastikan ketersediaan tenaga kerja teknologi
informasi yang memadai untuk mendukung pertumbuhan pada berbagai sektor.
Untuk mendukung rencana tersebut, perencanaan strategi teknologi informasi
yang dibuat memberikan perhatian untuk membuat masyarakat yang berbasis
elektronis (paperless society), memperkenalkan layanan electronic government
melalui berbagai program pelatihan dan koordinasi teknologi informasi untuk
mempercepat adopsi teknologi informasi dan penyebaran e-Business pada
sektor private.
Melalui program Eight National Development Plan yang dilakukan mulai tahun
2001 sampai 2005, Pemerintah Brunei telah mengalokasi dana sebesar 570 juta
dollar Amerika untuk mengembangkan sektor tenologi informasi dan komunikasi.
Dana tersebut juga digunakan untuk mengembangkan infrastruktur e-
Government untuk mendukung penerapan teknologi informasi dan komunikasi
pada pemerintahan.
121
Brunei Darussalam Technology (BIT) Council
BIT Council merupakan badan yang dibentuk pada tahun 2000 untuk
mengarahkan dan memfasilitasi pengembangan strategis dan penyebaran
teknologi informasi dan komunikasi kepada masyarakat. Badan ini dipimpin oleh
mentri komunikasi dan terdiri atas berbagai kalangan yang merepresentasikan
kalangan pemerintahan, sector privat, sektor teknologi informasi, pihak
akademik dan komunitas. Untuk mendukung misi yang dijalankannya, badan ini
menetapkan sepuluh tujuan yang mencakup berbagai area seperti leadership,
needs, IT literacy, manpower, applications, R&D, links, economy, business dan
relevance.
Badan ini berada di bawah menteri keuangan dan tergabung dalam proyek
National ICT development programme. Badan ini bertugas mengatur beberapa
bidang seperti good governance, pengembangan berkelanjutan dan layanan
elektronis. ITSSD merupakan badan sekretariat dari BIT Councul. Dengan
demikian, badan ini bertugas untuk mendukung aktivitas BIT Council,
mengawasi implementasi National IT Strategic Plan, menjadi ujung tombak
untuk memformulasikan dan mengimplementasikan berbagai kebijakan dan
perencanaan teknologi informasi nasional, mengadakan hubungan dengan
kelompok teknologi informasi dan komunikasi, sekaligus sebagai organisasi
yang berhubungan dan mengatur komunikasi dan publikasi.
EBPEC merupakan afiliasi dari BIT Council. Badan ini memiliki kesamaan
dengan EGPEC akan tetapi difokuskan untuk mengatur masalah perdagangan.
Anggota dari badan ini terdiri atas berbagai pimpinan lembaga teknologi
informasi dan merepresentasikan berbagai kalangan seperti sektor privat,
akademik dan layanan sipil. Badan ini juga bertugas untuk mengkoordinasikan
penggunaan aplikasi teknologi informasi untuk sektor privat dan publik,
mengidetifikasikan berbagai peluang strategis untuk bisnis teknologi informasi
lokal dan secara langsung mendampingi berbagai kebutuhan sektor teknologi
informasi.
122
Ministry of Communications
Badan ini dibentuk pada awal tahun 2003. AITI berfungsi sebagai badan
independen untuk membuat regulasi dan mengembangkan industri teknologi
informasi dan komunikasi.
“To be an E-Smart Government in line with 21st Century Civil Serice Vision”
123
MSC Flagship, Mukim.net Kementrian Dalam Negeri
EG Agency Service
EG Bandwidth Service
EG Centre Service
Layanan ini diatur oleh ITSSD yang didesain untuk memberikan layanan umum
seperti fasilitas hosting, manajemen fasilitas, data center, disaster recovery
center, network operation center, service operation center (termasuk sertifikasi
124
otoritas, layanan e-mail, portal, kustomisasi website, gateway dan layanan
bisnis umum).
Secara umum terdapat tiga strategi yang digunakan pemerintah Brunei untuk
menerapkan e-Government.
Terkait dengan strategi di atas, maka terbentuk tujuh tujuan seperti berikut:
STATUS OF INITIATIVES
Berikut ini beberapa inisiatif e-Government yang visibel pada Brunei. Beberapa
diantaranya sudah terselesaikan, sementar beberapa inisiatif lainnya masuh
dalam tahap pengembangan.
125
• Mempromosikan program teknologi informasi untuk pengguna
kementrian atau departemen. Promosi ini dilakukan melalui IT
Committee pada tingkat mentri dan steering committee pada tingkat
departemen.
TEMA digunakan untuk meng-update proses dan layanan pada saat proyek
implementasi dan perawatan sistem Teknologi Informasi pada berbagai
kementrian dan departemen. Dengan menggunakan TEMA, kementrian dan
departemen dapat membuat permintaan untuk perangkat keras dan layanan
teknologi informasi.
TAFIS
E-Education
E-Health
126
Multipurpose Smartcard
Eco-Cyber Park
Selama ini negara Brunei dikenal sebagai negara yang ekonominya bertumpu
pada minyak. Akan tetapi, saat ini sudah banyak proposal yang dikeluarkan
untuk membuat ekonomi yang bertumpu pada teknologi informasi dan
komunikasi sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Salah satu proposal
tersebut dikenal dengan nama Brunei Eco-Cyber Park. Eco-Cyber Park
merupakan proyek pembangunan infrastruktur informasi. Eco-Cyber Park
digunakan sebagai inkubator untuk pengembangan layanan teknologi informasi
dan komunikasi yang dinamis, termasuk didalamnya adalah pengembangan
komunikasi data dan content multimedia untuk membantu menarik perusahaan
asing dan investasi di dalam negeri.
Mukim.Net
127
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah Brunei sampai saat ini juga
masih terus-menerus melakukan pengembangan e-Government seperti yang
tercantum pada IT strategic plan “IT 2000 and Beyond”. Salah satu kunci
sukses pemerintah Brunei seperti yang dikemukakan oleh Haji Mahmud,
Direktur ITSSD adalah adanya dukungan dari pihak eksekutif dan penggunaan
manajemen perubahan.
128
KOMITMEN PENGUASA
MEMODERNISASIKAN CHINA
129
INFORMATIONIZATION IN CHINA
INFORMATIONIZATION BLUEPRINT
• Aplikasi informasi
• Produk informasi .
130
• Membangun jalur informasi nasional untuk melakukan modernisasi
dan pengembangan ekonomi.
Inisiatif Golden Project dapat dikategorikan ke dalam empat tier atau fase:
• Golden Gate atau kerap juga dikenal dengan nama Golden Custom
dibuat untuk mengintegrasikan informasi perdagangan dengan
berbagai badan seperti MOFTEC, Biro Umum, serta menjadi tempat
bagi perusahaan perdagangan asing dan bank.
Tahap selanjutnya dibuat melalui proyek Tier Two yang didesain untuk
menerapkan jaringan informasi ke dalam reformasi ekonomi. Beberapa proyek
yang tergabung di dalam Tier Two adalah seperti berikut:
Proyek yang berada pada Tier Three memiliki aplikasi yang bersifat spesifik.
Diantara aplikasi yang berada pada area ini adalah:
131
• Golden Enterprise bertugas untuk melakukan konstruksi intranet,
ekstranet dan berbagai koneksi berbagai perusahaan besar dan
menengah.
Proyek Tier Fourth disebut dengan Golden Cellular yang merupakan konsorsium
delapan perusahaan komunikasi mobile domestik China dan Golden Switch yang
merupakan program untuk membangun industri manufaktur digital.
Beragam Golden Project yang dibuat oleh pemerintah China digunakan sebagai
tulang punggung operasional untuk membawa China ke ekonomi informasi.
Setelah terbentuknya tulang punggung di atas, maka dikeluarkan proyek baru
yang mencakup Government Online, Enterprise Online, dan family Online.
132
• Mengintegrasikan dua platform internet, yaitu jaringan internal untuk
menangani hubungan pemerintah ke semua tingkatan dan web
eksternal untuk menangani interaksi dengan perusahaan, layanan
publik dan antar pemerintahan.
133
• Memperbaiki tingkat kompetitif dan transformasi Shanghai dengan
pertumbuhan indsutri skala besar dan meningkatkan kapasitas
sumberdaya distribusi baik China dan dunia.
CONCLUDING REMARKS
134
pada berbagai daerah dan juga kesenjangan literasi penggunaan
komputer. Pemerintah China juga masih harus memprioritaskan
berbagai proyek dasar seperti pengadaan air bersih dan listrik pada
berbagai daerah dibandingkan dengan memprioritaskan pembuatan
akses internet.
135
MENUJU KOMUNITAS DIGITAL
BERBASIS E-BUSINESS DI
HONGKONG
136
THE DIGITAL 21 IT STRATEGY
137
MAJOR E-GOVERNMENT INITIATIVES
ESD merupakan layanan publik yang diberikan oleh pemerintah Hongkong. ESD
mengintegrasikan layanan publik dan sektor dengan pendekatan customer-
centric. Sampai dengan akhir tahun 2002, portal ESD memiliki lebih dari 140
jenis layanan publik, yang berasal dari lebih 40 departemen pemerintahan dan
agensi. Masyarakat dapat dengan mudah melakukan berbaga aktivitas secara
online –mulai dari pembayaran pajak, pengurusan izin mengemudi, memakai
fasilitas milik pemerintah dan sebagainya. Untuk mempermudah akses kepada
layanan yang diberikan, pemerintah memberikan fasilitas kiosk ditempat-tempat
umum. Kiosk yang disediakan termasuk adanya fasilitas scanner untuk
membaca dokumen, slot untuk ID atau credit/debit card, dan fasilitas printer.
Beberapa layanan komersial bahkan dapat dilakukan melalui kiosk seperti
pemesanan tiket
138
Electronic Procurement
Tradelink
139
Sampai dengan pertengahan tahun 2002, tradelink telah memiliki pengguna
sampai dengan 53.000 perusahaan. Semua proses perdagangan dapat
dilakukan secara elektronis, dan sampai saat ini tradelink dapat menangani
70.000 transaksi per hari.
Government Portal
Pada model ini, pemerintah menyediakan semua bentuk investasi dan biaya
operasi. Contoh proyek ini adalah pengembangan Government Information
Centre, dan website untuk semua biro dan departemen.
Pada model ini, pemerintah membeli layanan dari rekanan bisnis. Contoh dari
proyek ini adalah pembangunan Electronic Tendering System.
Public-Private Partnership
Key Milestone
Sampai dengan akhir tahun 2002, 80 persen layanan publik di Hongkong sudah
tersedia secara elektronis. Program ESD terbukti mengalami peningkatan
sampai dengan 40 persen volume transaksi tiap bulannya. Website pemerintah
pun mengalami peningkatan pengunjung sampai dengan 2 juta hits perhari.
Penggunaan Smart ID Card juga ternyata terbukti mempercepat layanan yang
disediakan oleh pemerintah kepada pemilik kartu.
Key challenges
140
• Berusaha untuk mempercepat pekerjaan proyek pada level
operasional.
Closing Remarks
• E - G o v e r n m e n t d i g u n a k a n u n t u k m e n in g k a t k a n p r o d u k t i v i t a s .
141
AMBISI INDIA MENJADI NEGARA
SUPERPOWER DI BIDANG
TEKNOLOGI INFORMASI
142
THE INFORMATION TECHNOLOGY ACTION PLAN
143
Parlemen India membuat kebijakan untuk membuat sistem yang transparan
melalui draft Freedom of Information Bill 2002. Draft tersebut menjamin bahwa
akses ke informasi pemerintah oleh masyarakat yang bertujuan untuk
mempromosikan keterbukaan, akuntabilitas dalam administrasi pemerintahan.
E-GOVERNANCE DI INDIA
• Simple
• Moral
• Accountable
• Responsive
• Tranparent
AGENDA E-GOVERNANCE
144
• Dilakukan pelatihan untuk setiap staff yang menggunakan komputer
dalam pekerjaan mereka.
ePost
Departemen pos India mengeluarkan produk yang disebut dengan epost pada
tahun 2002. Produk ini menghubungkan pengguna yang tidak memiliki akses ke
internet. Setiap kantor pos memiliki email ID berdasarkan Postal Index Number
(PIN). Dengan demikian pengguna dapat mengirimkan email kepada seseorang
yang tidak memiliki komputer dan juga akses ke internet. Email yang sampai ke
k a n t o r p o s y a n g m e m i l i k i l a y a n a n e p o s t k e m u d i a n d i b u a t d a l a m b e n t u k p r i n t- o u t
dan dikirimkan kepada seseorang yang dituju.
145
KEY INITIATIVES BY INDIAN STATES
146
Strategi untuk pengembangan Andhra Pradesh dibuat dalam cetakbiru yang
disebut dengan “Vision 2020” yang berisikan berbagai tujuan, strategi, dan
perencanaan yang dibutuhkan untuk merealisasikan visi tersebut. Tujuan
utamanya adalah tercipta transparansi, akuntabilitas dan kecepatan.
e-Governance in Gujarat
e-Governance di Karnataka
OBSERVATIONS OF E-GOVERNMENT-INDIA
147
STRATEGI KOREA MEMBANGUN
INFORMATION SUPERHIGHWAY
148
THE ROAD TO INFORMATIZATION
Pemimpin negara Korea Selatan memiliki visi untuk membawa bangsa Korea ke
dalam era informasi. Republik Korea Selatan mulai masuk ke dalam era digital
tahun 1987 dengan dikeluarkannya National Basic Information System Plan
(NBIS) untuk mengembangkan industri komputer. Pada tahun 1994 pemerintah
Korea mengeluarkan kebijakan yang disebut dengan Korean Information
Infrastructure (KII) Policy Committee yang bertugas untuk menyiapkan
infrastruktur ekonomi. Komite ini dikepalai oleh Perdana Menteri dan dijalankan
oleh Mentri Perencanaan Ekonomi dengan bantuan official dari 20 kementrian.
Komite ini memiliki empat fungsi khusus, yaitu:
Secara umum, terdapat sepuluh objektif yang ingin dicapai sehubungan dengan
master plan yang dibuat. Kesepuluh objektif tersebut adalah:
149
• Memberikan pengetahuan mengenai teknologi informasi pada
lingkungan manajemen untuk memastikan bahwa teknologi tersebut
mendapatkan perhatian.
150
total transaksi pada industri utama dan 25 persemn untuk industri lainnya yang
dapat bekerja secara online pada tahun 2006.
151
• Dokumen elektronis digunakan untuk memastikan akurasi informasi
dan waktu yang pendek.
152
Sistem ini terhubung ke empat asuransi sosial utama (unemployment, health,
industrial disaster dan pension). Sistem yang terintegrasi memudahkan
pengguna untuk dapat mmelakukan registrasi, mengajukan permohonan dan
sebagainya melalui satu aplikasi. Pencarian informasi dan pembayaran juga
dapat dilakukan secara online.
Korea memiliki kurang lebih 800.000 personel yang bekerja pada layanan sipil
(diluar personel militer) yang 73.000 diantaranya merupakan pekerja kantoran.
Komputer personal merupakan kebutuhan utama yang digunakan oleh pekerja
kantoran tersebut sampai dengan 86 persen. Semua komputer personal
terhubung ke internet dan email merupakan aplikasi yang digunakan oleh
pekerja kantoran sampai dengan 91 persen.
153
aplikasi paten diproses secara online yang berarti merepresentasikan 81 persen
dari total aplikasi.
CHALLENGE AHEAD
Digital Devide
Public Acceptance
Identity Crisis
IN CONCLUSION
154
MULTIMEDIA SUPER CORRIDOR
SEBAGAI MESIN PENGGERAK
PERTUMBUHAN EKONOMI
MALAYSIA
155
MULTIMEDIA SUPER CORIDOR
FLAGSHIP APPLICATION
E-Government
156
Malaysian Administrative Modernisation and Management Planning Unit
(MAMPU).
Multi-Purpose Card
Smart School
Telehealth
Tujuan dari aplikasi ini adalah untuk mempromosikan Malaysia sebagai pusat
telemedicine tingkat regional. Aplikasi ini memungkinkan seseorang untuk
mengelola sendiri kesehatan dirinya dan mengintegrasikannya dengan berbagai
produk dan layanan yang tersedia pada sistem healthcare. Proyek ini dipimpin
oleh Kementrian Kesehatan.
R&D Cluster
Selain itu, pada tahun 2001 dilakukan penambahan delapan flagship pada MSC.
Salah satu area yang ditambahkan dan juga berkembang adalah Bio Valley,
yang didedikasikan untuk perusahaan-perusahaan biotech. Secara umum, untuk
implementasi keseluruhan program pada master-plan dibutuhkan waktu kurang
lebih 20 tahun. Waktu tersebut kemudian dibagi menjadi tiga tahapan seperti
pada tabel berikut:
157
Phase I (1996- One Super Coridor Introduce leading
2002) framework of
Core of 50 world-class
cyberlaw
Succesfully company
create the MSC CyberJaya and
Launch 7 flagship
PutraJaya as
applications
intelligent cities
THE CYBERLAWS
158
THE ELECTRONIC GOVERNMENT FLAGSHIP
• Public/Business to e-Government
• Intra-Agency
o Memperbaiki proses.
o Peningkatan profile.
o Pengembangan manusia.
• Inter-Agency
159
E-GOVERNMENT PILOT PROJECT
Electronic Procurement
160
• Menyediakan sistem sumber daya manusia yang terbuka dan fleksibel
yang mempertemukan kebutuhan informasi dan operasional dengan
proses manajerial.
PMS melupakan pilot project yang digunakan untuk membuat sistem monitoring
end-to-end untuk pengembangan lingkungan kolaborasi berbagai proyek
pengembangan dan manajemen. PMS II memiliki cakupan pengembangan dalam
tiga bentuk layanan yaitu application services, data services dan
communication services yang bermuara pada perbaikan manajemen proyek.
Proyek ini dikembangkan untuk menyediakan implementasi mekanisme
monitoring proyek. Proyek PMS II dibuat sebagai pendukung aplikasi G2G, yang
digunakan oleh pemerintah untuk memberikan layanan publik yang lebih baik.
PMS II memungkinkan pemerintah untuk memantau 40.000 proyek yang
dikerjakan pada berbagai daerah.
e-Service
e-Syariah
161
CHALLENGES AND ASPIRATIONS
Key Chalenge
162
PENDEKATAN TERINTEGRASI
TEKNOLOGI INFORMASI DI
SINGAPURA
163
NATIONAL ICT PROGRAMME
Fase pertama dimulai pada tahun 1980 yang merupakan formasi dari Committee
for National Computerisation yang dituntun oleh Mentri Kabinet. Pada tahun
1981 komite ini mengeluarkan perencanaan lima tahunan yang mencakup tiga
area utama:
164
• Peningkatan aplikasi informasi dan komunikasi untuk
mengintegrasikan dan menyediakan layanan berbasis teknologi
informasi
“Singapura One”
Salah satu yang menjadi target pemerintah Singapura adalah proyek yang
disebut dengan Infocomm21. Infocomm21 merupakan perencanaan strategis
pemerintah Singapura untuk menyediakan layanan kepada masyarakat dengan
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Dalam hal ini, pihak-pihak
yang terkait dengan proyek tersebut menyadari penerapan Infocomm21 bukan
sekedar eksploitasi teknologi akan tetapi lebih kepada usaha untuk membawa
pemerintah kedalam ekonomi digital. Tujuan dari layanan publik secara
elektronis adalah untuk merubah proses pelayanan yang selama ini tidak
terintegrasi menjadi layanan satu atap yang disebut dengan “ONE Government”.
Visi tersebut difokuskan pada pengembangan CARE yang terdiri atas objektif
berikut:
165
• Courtesy – Menyediakan layanan e-Government dengan cara yang
user-friendly, cepat dan efisien.
166
• Electronic Services Delivery – Layanan publik harus dapat dilakukan
secara elektronis dan proses-proses manual harus dilakukan re-
engineering untuk nantinya dapat dijalankan secara elektronis.
GENERAL INFRASTRUCTURE
Tujuan dari PSi adalah untuk menyatukan proses dan sumber daya data ke
dalam satu infrastruktur kerja, mendukung layanan pemerintah melalui internet
dan mengembangkan layanan secara elektronis. PSi terdiri atas tiga lapis
komponen, yaitu infratruktur, aplikasi dan e-Service generator.
Wireless Programme
167
identifikasi, pengembangan dan pemberian layanan wireless untuk beragam
industri yang mencakup wireless multimedia, aplikasi mobile dan layanan
lainnya. Objektif yang ingin dicapai dalam hal ini adalah:
BUSINESS SERVICES
TradeNet
168
GOVERNMENT EMPLOYEE SERVICES
PaC@GOV
TRAISI
Layanan ini diperkenalkan oleh Mentri Pendidikan pada bulan September 1999.
TRAISI atau Training Administration System on Intranet merupakan aplikasi
y a n g d a p a t d i g u n a k a n o l e h s t a f k e m e n t r i a n u n t u k m e r e n c a n a ka n t r a i n i n g
individual dan menyimpan catatan training yang sudah dilakukan secara online.
PM2S
169
TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI
NEGARA TAIWAN
170
CHALLENGE 2008: THE NATIONAL DEVELOPMENT PLAN
171
lingkungan. Termasuk didalamnya adalah usaha konservasi terhadap
berbagai lahan pertanahan dan pembuatan taman-taman.
Digital Taiwan atau yang dikenal dengan e-Taiwan merupakan salah satu
diantara sepuluh proyek yang dicanangkan pemerintah Taiwan untuk
menjadikan negara tersebut menjadi negara digital secara keseluruhan. Proyek
tersebut kemudian dikembangkan lagi menjadi proyek spesifik yang dikenal
dengan nama program pengembangan National Information Infrastructure (NII),
program e-Government tahun 1998 dan National Information and
Communication Initiative (NICI) pada tahun 2001.
Key Agencies
E-GOVERNMENT PROGRAMME
Proyek e-Government hanya merupakan satu bagian dari lima kerangka pada
proyek Digital Taiwan. RDEC yang merupakan agensi pemerintah khusus yang
mengkoordinasikan e-Government di Taiwan, memberikan konsep e-Government
sebagai berikut:
172
Terkait dengan pengembangan e-Government, pemerintah Taiwan memiliki visi
yang mencakup tiga area:
Pada bulan November 1997, RDEC mengeluarkan sebuah draft yang disebut
dengan “Mid-term e-Government Implementation Plan (1997-2000)”.
Perencanaan ini terfokus pada tiga area utama:
Implementation Strategies
173
Proyek e-Government pemerintah Taiwan dilakukan dengan berdasarkan atas
tiga fase program:
• Mobile Government.
E-GOVERNMENT PKI
174
KEBIJAKAN STRATEGIS
TEKNOLOGI INFORMASI TAIWAN
175
NATIONAL IT PROGRAMME
Selama lebih dari dua dekade, teknologi informasi telah memainkan peranan
penting dalam hal peningkatan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat
Thailand. Seiring dengan perkembangan ekonomi, pemanfaatan teknologi
informasi mulai digunakan oleh dunia bisnis semenjak tahun 1980.
Key Agencies
Tahun 1992 dibentuk sebuah komite yang bertugas untuk mengarahkan dan
mengembangkan kebijakan terkait dengan teknologi informasi. Komisi ini
disebut dengan National Information Technology Committee (NITC). Komisi ini
dipimpin oleh Perdana Mentri dan menyertakan juga beberapa kementrian, dan
pejabat departemen di lingkungan pemerintahan. Sementara untuk memfasilitasi
pengembangan teknologi informasi maka dibentuk sebuah badan khusus yang
disebut dengan National Electronics and Computer Technology Centre
(NECTEC).
IT 2000 Policy
176
THE NATIONAL ICT MASTER PLAN
e-Thailand Initiative
Terkait dengan berbagai kebijakan dan inisiatif yang telah dibuat, kementrian
informasi dan komunikasi Thailand memiliki beberapa strategi dalam
mengembangkan dan mengimplementasikan e-Government. Strategi yang
digunakan mencakup hal-hal berikut:
177
Anggota dari tim ini pertama kali mendapatkan pelatihan manajemen proyek dan
kemudian dilanjutkan dengan workshop.
Key Challenges
Sampai dengan akhir tahun 2002, tercatat lebih dari 200 rencana proyek e-
Government yang diusulkan dengan perkiraan akan selesai sampai dengan
2004. Terkait dengan berbagai keterbatasan sumber daya yang ada, maka
pemerintah Thailand melakukan prioritas pengembangan, untuk memaksimalkan
sumber keuangan yang ada termasuk sumber daya manusia. Pemerintah juga
melakukan reformasi besar-besaran terhadap sumber daya manusia yang
berada pada organisasi pemerintah. Hal ini dilakukan mengingat dari 2,3 juta
pegawai pemerintah, diperkirakan tenaga yang siap untuk mengdopsi teknologi
informasi hanya berkisar 20.000 orang. Pemerintah Thailand juga melakukan
inovasi dengan melakukan hubungan kemitraan dengan berbagai pihak,
terutama dari sektor privat dan organisasi non-pemerintahan. Hal ini dilakukan
untuk melakukan transformasi secara menyeluruh dalam hal penerapan
teknologi informasi dan komunikasi.
178
PRIORITAS PENGEMBANGAN
ELECTRONIC GOVERNMENT DI
AUSTRALIA
179
Australia adalah salah satu dari tiga besar dunia dalam hal penetrasi internet
per kapita penduduknya, setelah Finlandia dan Amerika Serikat. Diperkirakan,
lebih dari 50% penduduk dewasa Australia sudah terhubung dengan internet.
Meningkatnya penetrasi internet akan meningkatkan harapan penduduk agar
layanan pemerintahan bisa dilakukan secara online.
Pada bulan Desember tahun 1997, Perdana Menteri John Howard mengeluarkan
kebijakan yang disebut sebagai investing for growth, sebuah kebijakan yang
mengatur bagaimana pemerintah Australia lebih meningkatkan kualitas layanan
dengan memanfaatkan teknologi informasi secara ekstensif. Pemerintah
Australia percaya, bahwa pengembangan eGovernment akan memberikan
banyak sekali manfaat untuk mereka.
180
harus dilaksanakan baik oleh pemerintah pusat, departemen, maupun
pemerintah negara bagian. Delapan prioritas itu adalah:
181
akan menjamin tersedianya profesional dan tenaga kerja yang terampil dalam
bidang TI, dan aplikasi serta perangkat keras yang mendukung.
Kelima, mulai memindahkan proses bisnis secara online. Secara bertahap, apa
yang bisa dilayani secara online mulai dijalankan. eGovernment merupakan
proses panjang yang tidak bisa jadi dalam waktu dekat. Karena itu, pentahapan
proses apa saja yang bisa dilayani secara online akan sangat membantu
kesiapan dari berbagai sisi mulai dari SDM, teknologi dan juga persiapan
masyarakat itu sendiri sebagai pengguna.
Pemerintah perlu menyediakan sumber daya yang memadai baik dari sisi
keuangan, organisasi, dan manusia untuk melakukan promosi dan kampanye
penggunaan eGovernment pada seluruh sektor. Komunikasi yang intensif akan
mendorong partisipasi dan interaksi yang lebih baik pada semua kalangan.
182
PRINSIP DASAR ELECTRONIC
GOVERNMENT DI NEW SOUTH
WALES
183
New South Wales adalah salah satu negara bagian Australia di mana
pemerintah federalnya begitu kuat keinginan dan motivasinya untuk
mengembangkan eGovernment di seluruh kawasan Australia. Tujuan utamanya
di samping memberikan kualitas layanan yang lebih baik, juga memberikan
akses dan kesempatan yang sama kepada seluruh masyarakat yang tersebar di
seluruh kawasan yang luas ini. Masyarakat bisa mendapatkan layanan
pemerintah secara cepat, aman dan menyenangkan. Kalangan bisnis juga
mendapatkan kemudahan dalam mendapatkan berbagai perijinan, membayar
pajak, dan berhubungan dengan pemerintah. Sementara staf dan pegawai
pemerintahan bisa melakukan proses kerja dari mana saja secara efisien dan
produktif.
Portal News South Wales dirancang sebagai portal yang sangat lengkap untuk
berbagai kalangan, mulai dari masyarakat, kalangan bisnis, hingga kalangan
turis yang ingin melihat dan berkunjung. Portal ini ditata dengan navigasi yang
sangat baik sehingga memudahkan pengunjung mendapatkan informasi dan
layanan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya.
184
Selain portal sisi lain yang diperhatikan adalah pembangunan infrastruktur dan
jaringan. Sekarang ini semua sekolah di New South Wales sudah mempunyai
akses internet sehingga mengajarkan penggunaan internet sejak usia dini. Di
samping itu juga menjadi sarana akses internet bagi masyarakat umum.
Dari sisi informasi hukum, sekarang ini terdapat fasilitas investigasi online
melalui internet sehingga memungkinkan investigasi dilakukan pada kantor
kepolisian di daerah. Sementara itu, keputusan-keputusan pengadilan bisa
diakses secara online melalui sistem informasi hukum dan pengadilan.
185
• Memudahkan masyarakat untuk mendapatkan informasi dan layanan
pemerintah melalui berbagai kanal akses yang dimiliki.
186
• Menyediakan infrastruktur bandwith yang efektif dan efisien bagi
pelaksanaan eGovernment
Kelima hal di atas inilah yang menjadi dasar pembangunan dan arah kebijakan
implementasi eGovernment di New South Wales. Perkembangan eGovernment
sendiri masih akan terus berlanjut seiring dinamika perkembangan teknologi
informasi dan pemanfaatannya di berbagai bidang, dan New South Wales
adalah salah satu negara yang terus menunjukkan komitmen pembangunan
eGovernment untuk meningkatkan kualitas layanan yang diberikan.
187
MASALAH E-READINESS DI BENUA
AFRIKA
188
eGovernment di Afrika merupakan inisiatif yang diadopsi dari negara-negara
Barat dan diadopsi sesuai kultur dan kesiapan masyarakat Afrika. Namun
demikian, perbedaan kesiapan masyarakat dan kondisi infrastruktur menjadikan
pelaksanaan eGovernment di kawasan Afrika mengalami berbagai kendala.
Kendala utamanya bisa dilihat dari pemeringkatan eReadiness berbagai negara
di Afrika yang rata-rata menempati tingkatan yang cukup rendah, kecuali
beberapa negara seperti Afrika Selatan. eReadiness adalah pemeringkatan
untuk menilai tingkat kesiapan suatu negara dalam pemanfaatan teknologi
informasi, khususnya untuk pelaksanaan eGovernment.
eReadiness didasarkan pada lima aspek penting yang menjadi penilaian, yaitu
connectivity, eLeadership, information society, human capital dan eBusiness
climate. Connectivity menyangkut kesiapan infrastruktur dan jaringan
telekomunikasi, eLeadership menyangkut visi, strategi, komitmen dan usaha
pemerintah, information society menyangkut kerangka hukum dan kerjasama
pihak pemerintah dan swasta, human capital menyangkut kesiapan sumber daya
manusia yang dimiliki dan eBusiness climate menyangkut kesiapan industri dan
pelaku bisnis dalam pemanfaatan teknologi informasi. Namun demikian,
walaupun menghadapi berbagai tantangan pelaksanaan di lapangan, inisiatif
eGovernment terus berjalan sesuai dengan kapasitas dan kemampuan masing-
masing negara yang tentu saja menghasilkan keuntungan dan manfaat yang
berbeda.
E-ADMINISTRASI
189
• Pemotongan biaya proses kerja pemerintah melalui efisiensi dalam
prosedur dan peningkatan produktivitas.
Salah satu tujuan utama dari eGovernment adalah memberikan layanan yang
lebih mudah dan berkualitas kepada masyarakat sebagai “customer”
pemerintah. eCitizen dan eService adalah bagaimana pemerintah membangun
hubungan baik dengan masyarakat dengan memberikan informasi dan layanan
sesuai kebutuhan dan aspirasi mereka.
E-SOCIETY
190
• Membangun kerjasama institusional yang lebih baik dengan berbagai
organisasi pemerintah, swasta, maupun lembaga non pemerintah
seperti LSM dan berbagai organisasi kemasyarakatan.
TANTANGAN PELAKSANAAN
• Infrastruktur sumber daya manusia yang belum siap dalam hal sikap
mental, pengetahuan dan juga keterampilan.
Kegagalan implementasi ini bisa dibagi menjadi dua; kegagalan total ataupun
kegagalan pada sebagian proses. Contoh kegagalan total adalah proyek sistem
pengelolaan tanah yang diimplementasikan di negara bagian selatan Afrika.
Sistem ini telah selesai dibangun namun tidak pernah dipakai karena konflik
internal antar beberapa kelompok pegawai yang mengambil keuntungan untuk
diri sendiri dari program ini.
191
eReadiness negara-negara Afrika, tantangan implementasi eGovernment di
sana memang semakin berat.
CATATAN KE DEPAN
192
REFERENSI DAN DAFTAR PUSTAKA
193
Pellici, Jack, Next Generation e-Government: Making the Tranformation, Oracle
Service Industries, September 2001.
Richard Heek, eGovernment in Africa: Promise and Practice, Institute for
Development Policy and Management, University of Manchester, UK, 2002.
Roslin Docktor, Accelerating eGovernment: eReadiness at Work, McConnel
International.
Sandgren, Services Available 24 hours, 7 days a Week, 365 days a Years, What
it Means to Us?, Cambridge Conference, 2003.
Stiftung, Bertelsmann, Booz-Allen-Hamilton, Balanced E-Government, United
States: Bertelsmann Foundation Publication House, 2001.
Tenner, Arthur R., and Irving J.DeToro, Process Redesign – The
Implementation Guide for Managers, Reading, Massachusetts: Addison-
Wesley Publishing Company, 1996.
st
United Kingdom Cabinet Office, Electronic Government Services for the 21
Century, United Kingdom: Cabinet Office Publishing, 2000.
Werner J. Klaering, eGovernance with City of Vienna - Austria, Directorate of
City Council City of Vienna.
194
Communication Studies di London School of Public Relations dan Doctor of
Business Administration di Maastricht University, Netherland. Berhasil pula
mengantungi sejumlah sertifikasi terutama di bidang Project Management dari
George Washington University dan Stanford University.
195