Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Retinoblastoma adalah tumor atau kanker pada masa anak-anak yang jarang terjadi
tetapi dapat fatal (Sidarta Ilyas, 2003). Dua pertiga kasus muncul sebelum akhir tahun ketiga,
walaupun jarang dilaporkan kasus-kasus yang timbul pada segala usia. Sekitar 10% tumor
bersifat herediter. Gangguan ini merupakan tumor ganas intraokuler yang terjadi pada anak-
anak terutama pada usia di bawah 5 tahun dan sebagian besar didiagnosis pada usia antara 6
bulan dan 2 tahun. Retinoblastoma dapat terjadi pada satu mata (unilateral) ataupun pada kedua
mata (bilateral) dan biasanya berkembang pada usia 1 tahun atau 2 tahun. Retinoblastoma
dapat menyerang laki-laki dan perempuan.
Retinoblastoma terhitung hampir mendekati 11% dari seluruh kanker yang terjadi pada
usia 1 tahun, namun 3% kanker terjadi pada anak-anak di bawah usia 15 tahun. Perbandingan
penderita retinoblastoma kira-kira 1:18.000 dan 250-300 kasus baru terdiagnosis setiap tahun
di Amerika Serikat. 70% kasus Retinoblastoma menyerang satu mata (unilateral) dan 30%
kasus Retinoblastoma menyerang dua mata (bilateral). 90% pasien Retinoblastoma tidak
mempunyai riwayat keluarga Retinoblastoma, hanya 10% pasien Retinoblastoma yang
mempunyai keluarga yang menderita Retinoblastoma.
Retinoblastoma biasanya tidak disadari sampai perkembangannya cukup lanjut
sehingga menimbulkan leukokoria, strabismus, atau peradangan. Semua anak dengan
strabismus atau peradangan harus diperiksa untuk mencari adanya Retinoblastoma. Pada
stadium-stadium awal, tumor biasanya terlihat hanya apabila dicari, misalnya pada anak yang
memiliki riwayat keluarga positif atau pada kasus-kasus dimana mata yang lain telah terkena.
Sembilan puluh persen anak dengan Retinoblastoma dapat bertahan hidup dengan
kombinasi antara medikasi, radioterapi, atau prosedur laser. Anak-anak yang menderita
Retinoblastoma tidak tertutup kemungkinan untuk terjadi kanker yang lain, untuk itu
diperlukan pemeriksaan rutin oleh ahli mata dan onkologi anak.
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan tentang
penyakit retina blastoma ke masyarakat luas yang mana di Negara Indonesia masih kurang di
perhatikan. Dan kami sebagai perawat perlu memahami dan mengetahui asuhan keperawatan
terhadap pasien dengan retinoblastoma.
1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui defenisi retinoblastoma


2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi retinoblastoma
3. Untuk mengetahui etiologi retinoblastoma
4. Untuk mengetahu kalasifikasi dari retinoblastoma Untuk mengetahui manifestasi klinis
hipotiroid
5. Untuk mengetahui komplikasi dari retinoblastoma
6. Untuk mengetahui patofisiologi retinoblastoma
7. Untuk mengetahui WOC dari retinoblastoma
8. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dan penunjang retinoblastoma
9. Untuk mnegetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan retinoblastoma
10. Untuk mengetahui tahap asuhan keperawawatan secara teoritis pada pasien retinoblastoma
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Defenisi
- Retinoblastoma merupakan tumor ganas intraokular yang ditemukan pada anak-anak,
terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retino embrional
(Mansjoer, 2005).
- Retinoblastoma adalah Tumor ganas dalam bola mata pada anak dan bayi sampai 5
tahun ( Sidarta Ilyas, 2002 ).
- Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel kerucut sel
batang) atau sel glia yang bersifat ganas.
- Retinoblastoma adalah tumor retina yang terdiri atas sel neuroblastik yang tidak
berdiferensiasi dan merupakan tumor ganas retina pada anak.

Jadi dari beberapa pengertian diatas disimpulakan bahwa retinoblastoma adalah penyakit
kanker mata (retina) pada anak usia kurang dari 5 tahun.
Merupakan tumor ganas intraokuler yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia
dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional. Dapat terjadi unilateral
(70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediter yang diwariskan
melalui kromosom.
Massa tumor diretina dapat tumbuh kedalam vitreus (endofitik) dan tumbuh menembus
keluar (eksofitik). Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan. Sering terjadi
perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan kalsifikasi. Pasien yang selamat memiliki
kemungkinan 50% menurunkan anak dengan retinoblastoma. Pewarisan ke saudara sebesar 4-
7%.
Retinoblastoma adalah tumor retina yang terdiri atas sel neuroblastik yang tidak
berdiferensiasi dan merupakan tumor ganas retina pada anak (Donna L. Wong, 1996). 40%
penderita retinoblastoma merupakan penyakit herediter. Retinoblastoma merupakan tumor
yang bersifat autosomal dominan dan merupakan tumor embrional. Sebagian besar penderita
dengan retinoblastoma aktif ditemukan pada usia kurang dari 5 tahun, sedang bila terdapat
binokuler biasanya terdapat pada usia lebih muda atau 10 bulan.
Retinoblastoma dapat tumbuh ke luar (eksofitik) atau ke dalam (endofitik).
Retinoblastoma eksofitik timbul dari lapisan inti luar, dapat terlihat seperti ablasio retina yang
solid, tumbuh menembus keluar lapisan retina atau ke ruang sub retina. Retinoblastoma
endofitik timbul dari lapisan inti dalam serabut saraf dan lapisan ganglion retina, tumbuh ke
dalam vitreous. Tumor dapat meluas lewat infiltrasi vena-vena pada daerah tersebut disertai
metastasis hematogen ke tulang dan sumsum tulang. Kedua jenis secara bertahap akhirnya
mengisi mata dan melalui saraf optikus ke otak dan di sepanjang saraf dan pembuluh-
pembuluh emisari di sklera ke jaringan orbita lainnya. Secara mikroskopis, sebagian besar
retinoblastoma terdiri dari sel-sel yang kecil, tersusun rapat, bundar atau poligonal dengan inti
besar berwarna gelap dan sedikit sitoplasma. Kelainan-kelainan degeneratif sering dijumpai
dengan disertai nekrosis.

Retinoblastoma dapat terjadi pada satu mata (unilateral) ataupun pada kedua mata
(bilateral) dan biasanya berkembang pada usia 1 tahun atau 2 tahun. Retinoblastoma dapat
menyerang laki-laki dan perempuan.

Retinoblastoma dapat ditemukan dalam bentuk yang regresi terutama pada anak-anak.
Pada saat terakhir ini terlihat kenaikan jumlah anak menderita retinoblastoma di Indonesia.
Kenaikan insiden tumor ini mungkin sekali akibat sudah meningkatnya penerangan akan
tumor pada anak, sehingga para orang tua penderita lebih cepat memeriksakan mata anaknya.

2.2 Anatomi Fisiologi

Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran daripada
serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid. Bagian anterior berakhir
pada ora serata, di bagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat
macula lutea (bintik kuning) kira-kira 1-2 mm yang berperan penting untuk tajam penglihatan.
Di tengah macula lutea terdapat bercak mengkilap yang merupakan reflek fovea. Kira-kira 3
mm ke arah nasal kutub belakang bola mata terdapat daerah bulat putih kemerah-merahan,
disebut papil saraf optik, yang di tengahnya agak melekuk dinamakan eksvakasi foali. Arteri
retina sentral bersama venanya masuk ke dalam bola mata di tengah papil saraf optik.

Retina meluas ke depan hampir mencapai badan siliaris. Struktur ini tersusun dalam 10
lapisan dan mengandung sel batang (rods) dan sel kerucut (cones), yang merupakan reseptor
penglihatan, ditambah 4 jenis neuron :

1. Sel bipolar
2. Sel ganglion
3. Sel horizontal
4. Sel amakrin
Karena lapisan saraf pada retina disatukan bersama-sama oleh sel-sel ganglia yang
disebut muller. Tonjolan-tonjolan dari sel-sel ini membentuk membrane pembatas dalam di
permukaan dalam retina dan membrane pembatas luar di lapisan reseptor.

Retina berbatasan dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas
lapisan :

1. Lapisan fotoreseptor
Merupakan lapisan terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai bentuk ramping, dan
sel kerucut.

2. Membran limitan eksterna


Merupakan membran ilusi.

3. Lapisan nukleus
Merupakan susunan lapisan nukleus sel kerucut dan sel batang.

4. Lapisan pleksiform luar


Merupakan lapisan aseluler dan merupakan tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar
dan sel horizontal.

5. Lapisan nukleus dalam


Merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel muller. Lapisan ini mendapat metabolisme
dari arteri retina sentral.
6. Lapisan pleksiform dalam
Merupakan lapisan aseluler merupakan tempat sinaps sel tripolar, sel amakrin dengan sel
ganglion.

7. Lapisan sel ganglion


Merupakan lapisan badan sel daripada neuron kedua.

8. Lapisan serabut saraf


Merupakan lapisan akson sel ganglion menuju ke arah saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini
terletak sebagian besar pembuluh darah retina.

9. Membran limitan interna


Merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca.

Warna retina biasanya jingga, kadang-kadang pucat pada anemia dan iskemia dan
merah pada hyperemia.

Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan pemeriksaan subjektif retina seperti: tajam
penglihatan, penglihatan warna, dan lapang pendangan. Pemeriksaan objektif adalah :

- Elektroretino-gram (ERG)
- Elektro-okulogram (EOG)
- Visual Evoked Respons (VER)

Fungsi retina
Fungsi retina pada dasarnya adalah menerima bayangan visual yang dikirim ke otak.
Bagian sentral retina atau daerah macula mengandung lebih banyak fotoreseptor kerucut
daripada bagian perifer retina.

- Sel kerucut (cones), yang berjumlah 7 dan paling banyak di region fovea, berfungsi
untuk sensasi yang nyata (penglihatan yang paling tajam) dan penglihatan warna.
- Sel batang (rods), untuk sensasi yang samar-samar pada waktu malam atau cahaya
remang. Sel ini mengandung pigmen visual ungu yang disebut rhodopsin.

2.3 Etiologi

Retinoblastoma terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu alel dominan
protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14 yang berfungsi sebagai protektif keganasan
dan sering hilang pada beberapa tumor manusia dan berpotensi mengandung gen supresor
tumor (TSG). Bisa karena mutasi atau diturunkan. Mutasi terjadi akibat perubahan pada
rangkaian basa DNA. Peristiwa ini dapat timbul karena kesalahan replikasi, gerakan, atau
perbaikan sel. Mutasi dalam sebuah sel benih akan ditransmisikan kepada turunan sel tersebut.
Sejumlah factor, termasuk virus, zat kimia, sinar ultraviolet, dan radiasi pengion, akan
meningkatkan laju mutasi. Mutasi kerapkali mengenai sel somatic dan kemudian ditentukan
kepada generasi sel berikutnya dalam suatu generasi.

2.4 Klasifikasi
1. Golongan I
Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil.
Terdapat pada atau dibelakang ekuator
Prognosis sangat baik
2. Golongan II
Satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil
Prognosis baik
3. Golongan III
Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil
Prognosis meragukan
4. Golongan IV
Tumor multiple sampai ora serata
Prognosis tidak baik
5. Golongan V
Setengah retina terkena benih di badan kaca
Prognosis buruk

Terdapat tiga stadium dalam retinoblastoma :


• Stadium tenang
Pupil lebar, dipupil tampak refleks kuning yang disebut “automatic cats eye”.
• Stadium glaukoma
Oleh karena tumor menjadi besar, menyebabkan tekanan intraokular meninggi.
• Stadium ekstraokuler
Tumor menjadi lebih besar, bola mata membesar menyebabkan eksoftalmus kemudian
dapat pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita disertai nekrose diatasnya.
2.5 Manifestasi Klinis
a. Leukokoria merupakan keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan.
Seperti mata kucing. Reflek visualisasi yang berulang dari tumor. Ketika tumor tumbuh di
belakang retina. Reflek putih mungkin terlihat ketika tumor masih cukup kecil. Observasi
terbaik adalah ketika cahaya terang bersinar ke arah anak ketika anak melihat ke depan.
Ketika tumor tumbuh di perifer retina, harus dipertimbangkan pembesaran ukurannya
sebelum cahaya berhenti untuk menghasilkan reflek mata kucing.

b. Tanda dini retinoblastoma adalah mata juling (strabismus), mata merah atau terdapatnya
warna iris yang tidak normal.
Strabismus terjadi karena fiksasi yang jelek dari daya penglihatan mata yang tidak sama.
Terutama jika tumor tumbuh di makula, area ketajaman cahaya pandang mata.
c. Tumor dengan ukuran sedang akan memberikan gejala hipopion, didalam bilik mata
depan, uveitis, endoftalmitis, ataupun suatu panoftalmitis.
d. Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas didalam bola mata.
e. Bila terjadi nekrosis tumor, akan tejadi gejala pandangan berat.
f. Tajam penglihatan sangat menurun.
g. Nyeri
h. Pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca sehingga badan kaca
terlihat benjolan berwarna putih kekuning-kuningan dengan pembuluh darah diatasnya.
i. Kebutaan
Biasanya berupa tanda yang terlambat, tapi kebutaan seringkali tidak jelas terdeteksi
kecuali orang tua mengamati sikap/tindakan anak yang menunjukkan tanda kehilangan
daya penglihatan.
2.6 Komplikasi

Dalam penanganan kanker, gejala umum harus diketahui. Misalnya saja untuk kanker
mata (retinoblastoma), akan muncul bintik putih (seperti pada mata kucing), dan bola mata
tampak lebih besar, mata menonjol, pendarahan pada mata secara spontan, hingga mata
mendadak juling. Ini bisa dialami pada usia anak di bawah empat tahun. Gejala lain seperti
pembengkakan hati, limfa, dan kelenjar getah bening. Penderita akan mengalami juga
penurunan kesadaran, gangguan keseimbangan, kejang, kelumpuhan anggota gerak hingga
otak.

2.7 Patofisiologi

Teori tentang histogenesis dari Retinoblastoma yang paling banyak dipakai umumnya
berasal dari sel prekursor multipotensial (mutasi pada lengan panjang kromosom pita 13, yaitu
13q14 yang dapat berkembang pada beberapa sel retina dalam atau luar. Pada intraokular,
tumor tersebut dapat memperlihatkan berbagai pola pertumbuhan yang akan dipaparkan di
bawah ini.
Pola pertumbuhan
Retinoblastoma Intraokular dapat menampakkan sejumlah pola pertumbuhan, pada pola
pertumbuhan endofitik, ini tampak sebagai gambaran massa putih sampai coklat muda yang
menembus membran limitan interna. Retinoblastoma Endofitik kadang berhubungan dengan
vitreus seeding. Sel-sel dari Retinoblastoma yang masih dapat hidup terlepas dalam vitreous
dan ruang sub retina dan biasanya dapat menimbulkan perluasan tumor melalui mata. Vitreous
seeding sebagian kecil meluas memberikan gambaran klinis mirip endopthalmitis,vitreous
seeding mungkin juga memasuki bilik mata depan, yang dapat berkumpul di iris membentuk
nodule atau menempati bagian inferior membentuk Pseudohypopyon
Tumor Eksofitik biasanya kuning keputihan dan terjadi pada ruang subretinal, yang
mengenai pembuluh darah retina dan sering kali terjadi peningkatan diameter pembuluh darah
dengan warna lebih pekat. Retinoblastoma eksofitik, berasal dari lapisan luar retina dan meluas
ke koroid menyebabkan solid RD, dapat meluas hingga ke sklera. Retinoblastoma eksofitik ini
dapat pula menyebabkan retinal detachment.
Invasi saraf optikus;
Dengan penyebaran tumor sepanjang ruang sub arachnoid ke otak. Sel Retinoblastoma
paling sering keluar dari mata dengan menginvasi saraf optikus dan meluas kedalam ruang sub
arachnoid.
Diffuse infiltration retina

Pola yang ketiga adalah Retinoblastoma yang tumbuh menginfiltrasi luas yang biasanya
unilateral, nonherediter, dan ditemukan pada anak yang berumur lebih dari 5 tahun. Pada tumor
dijumpai adanya injeksi conjunctiva, anterior chamber seeding, pseudohypopyon, gumpalan
besar sel vitreous dan tumor yang menginfiltrasi retina, karena masa tumor yang dijumpai tidak
jelas, diagnosis sering dikacaukan dengan keadaan inflamasi seperti pada uveitis intermediate
yang tidak diketahui etiologinya. Glaukoma sekunder dan Rubeosis Iridis terjadi pada sekitar
50% kasus.
Penyebaran metastasis ke kelenjar limfe regional, paru, otak dan tulang.

Sel tumor mungkin juga melewati kanal atau melalui slera untuk masuk ke orbita.
Perluasan ekstraokular dapat mengakibatkan proptosis sebagaimana tumor tumbuh dalam
orbita. Pada bilik mata depan, sel tumor menginvasi trabecular messwork, memberi jalan
masuk ke limphatik conjunctiva. Kemudian timbul kelenjar limfe preauricular dan cervical
yang dapat teraba.
Di Amerika Serikat, pada saat diagnosis pasien, jarang dijumpai dengan metastasis
sistemik dan perluasan intrakranial. Tempat metastasis Retinoblastoma yang paling sering pada
anak mengenai tulang kepala, tulang distal, otak, vertebra, kelenjar limphe dan viscera
abdomen.

Tumor mata ini, terbagi atas IV stadium, masing-masing:


1. Stadium I: menunjukkan tumor masih terbatas pada retina (stadium tenang)
2. Stadium II: tumor terbatas pada bola mata.
3. Stadium III: terdapat perluasan ekstra okuler regional, baik yang melampaui ujung nervus
optikus yang dipotong saat enuklasi.
4. Stadium IV: ditemukan metastase jauh ke dalam otak.

Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan, sering terjadi perubahan
degeneratif, diikuti nekrosis dan klasifikasi. Pasien yang selamat memiliki kemungkinan 50 %
menurunkan anak dengan retinoblastoma.
2.8 WOC

2.9 Pemeriksaan

a. Ultrasonografi dan tomografi computer dilakukan terutama untuk pasien dengan metastase
keluar misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
b. Elektroretino-gram(ERG), berguna untuk menilai luas kerusakan pada retina.
c. Elektro-okulogram (EOG)
d. Visual Evoked Respons (VER), berguna untuk mengetahui adanya perbedaan rangsang
yang sampai ke korteks sehingga dapat diketahui adanya gangguan
rangsangan/penglihatan pada seseorang.

2.10 Penatalaksanaan

Semua tujuan terapi adalah untuk merusak tumor dan mempertahankan hidup. Terapi
primer retinoblastoma unilateral biasanya enukleasi, kendatipun pada kasus-kasus tertentu,
alternatif seperti kriotrapi (kemoterapi), fotokoagulan atau radiasi dapat dipertimbangkan.

a. Bila tumor masih terbatas intraokuler, pengobatan dini mempunyai prognosis yang
baik, tergantung dari letak, besar dan tebal.
b. Pada tumor yang masih intraokuler dapat dilakukan krioterapi, fotokoagulasi laser, atau
kombinasi sitostatik dan fotokoagulasi laser untuk mempertahankan visus.
c. Pada tumor intraokuler yang sudah mencapai seluruh vitreous dan visus nol, dilakukan
enukleasi, yaitu pengangkatan bola mata dan dapat dilakukan pemasangan bola mata
buatan.
d. Bila tumor telah keluar bulbus okuli, tapi masih terbatas di rongga orbita, dilakukan
kombinasi eksentrasi yaitu pengangkatan bola mata beserta palpebra. Serta dapat
dilakukan radioterapi, dan kemoterapi.
e. Pasien harus terus dievaluasi seumur hidup karena 20-90% pasien retinoblastoma
bilateral akan menderita tumor ganas primer, terutama osteosarkoma.

Jika satu mata yang terserang, pengobatan bergantung pada kalsifikasi tumor:
 Golongan I dan II dengan pengobatan local (radiasi, cryotherapy, fotokoagulasi laser).
Kadang-kadang digabung dengan kemoterapi.
 Jika tumor besar (golongan IV dan V) mata harus dienukleasi segera. Mata tidak terkena
dilakukan radiasi sinar X dan kemoterapi.

2.11 Asuhan Keperawatan Teoritis Retinoblastoma

A. Pengkajian

1) Identitas Klien
Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, alamat, tanggal masuk rumah
sakit, tanggal pengkajian, No register, dan diagnosa medis.
Retinoblastoma unilateral dan bilateral paling banyak pada kelompok usia 0 – 5 tahun
sebanyak 40.6% dan 46.9%. Laki-laki lebih banyak dari perempuan pada yang unilateral (34.4
: 12.5%) dan bilateral (34.4% : 18.7%).
2) Keluhan Utama
Keluhan dapat berupa perubahan persepsi penglihatan, demam, kurang nafsu makan,
gelisah, cengeng, nyeri pada luka post operasi, terjadi infeksi pada luka post op, serta
perawatan dan pengobatan lanjutan dari tindakan operasi.
Umumnya pasien datang dengan keluhan mata merah dan sakit 31.3%, leukokoria 28.1%,
strabismus 21.9% dan proptosis 18.8%.
3) Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal yang muncul pada anak. Bisa berupa bintik putih pada mata tepatnya pada
retina, terjadi pembesaran, mata merah dan besar.
 Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan kemungkinan memakan makanan/minuman
yang terkontaminasi, infeksi ditempat lain misal: pernapasan.
 Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan dalam keluarga, misalnya ada anggota keluarga
yang pernah menderita penyakit yang sama.
4) Riwayat trauma sebelum atau sesudah ada keluhan
Trauma dapat memberikan kerusakan pada seluruh lapis kelopak ataupun bola mata.
Trauma sebelumnya dapat juga memberikan kelainan pada mata tersebut sebelum meminta
pertolongan.
5) Penyakit Sebelum
Kadang-kadang dengan mengetahui riwayat penyakit mata sebelumnya akan dapat
meenerangkan tambahan gejala-gejala penyakit yang dikeluhkan penderita. Seperti
glaukoma yang mengakibatkana TIO meningkat.

6) Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama sebelumnya. Retinoblastoma
bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom, protein yang selamat memiliki
kemungkinan 50 % menurunkan anak dengan retinoblastoma.
7) Apakah pasien merasakan adanya perubahan dalam matanya. Retinoblastoma dapat
menyebabkan bola mata menjadi besar.
8) Apakah ada keluhan lain yang menyertai
Keluhan sakit kepala merupakan keluhan paling sering diberikan oleh penderita.
Adanya keluhan pada organ lain juga bisa diakibatkan oleh tumor yang bermetastase.
9) Penyakit mata sebelumnya
Kadang-kadang dengan mengetahui riwayat penyakit mata sebelumnya akan dapat
menerangkan tambahan gejala-gejala penyakit yang dikeluhkan penderita.
10) Penyakit lain yang sedang diderita
Bila sedang menderita penyakit lain dengan keadaan yang buruk, dapat pula memperburuk
keadaan klien.
11) Usia penderita
Dikenal beberapa jenis penyakit yang terjadi pada usia tertentu.
Retinoblastoma umumnya ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia di bawah 5
tahun.
12) Riwayat Psikologi
Reaksi pasien dana keluarganya terhadap gangguan penglihatan yang dialami pasien:
cemas, takut, gelisah, sering menangis, sering bertanya.
13) Pemeriksaan Fisik Umum
Diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya keadaan umum yang dapat merupakan
penyebab penyakit mata yang sedang diderita.
14) Pemeriksaan Khusus Mata
a. Pemeriksaan tajam penglihatan
Pada retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas di dalam bola mata sehingga dapat
merusak semua organ di mata yang menyebabkan tajam penglihatan sangat
menurun.
b. Pemeriksaan gerakan bola mata
Pembesaran tumor dalam rongga mata akan menekan saraf dan bahkan dapat merusak
saraf tersebut dan apabila mengenai saraf III, IV, dan VI maka akan menyebabkan mata
juling.
c. Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal
Pemeriksaan dimulai dari kelopak mata, sistem lakrimal, konjungtiva, kornea, bilik
mata depan, iris, lensa dan pupil.
Pada retinoblastoma didapatkan:
 Leukokoria, Yaitu reflek pupil yang berwarna putih.
 Hipopion, Yaitu terdapatnya nanah di bilik mata depan.
 Hifema, Yaitu terdapatnya darah di bilik mata depan
 Uveitis, Yaitu terdapatnya darah di bilik mata depan
d. Pemeriksaan Pupil
Leukokoria (refleks pupil yang berwarna putih) merupakan keluhan dan gejala yang
paling sering ditemukan pada penderita dengan retinoblastoma.
e. Pemeriksaan funduskopi
Menggunakan oftalmoskopi untuk pemeriksaan media, papil saraf optik, dan retina.
Refleksi tak ada (atau gelap) akibat perdarahan yang banyak dalam badan kaca.
f. Pemeriksaan tekanan bola mata
Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata menyebabkan tekanan bola mata meningkat.

B. Diagnosa
1. Nyeri b/d proses penyakit, inflamasi
2. Gangguan persepsi sensori : visual b/d gangguan penerimaan sensori
3. Resiko cedera b/d keterbatasan lapang pandang
4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d status hipermetabolik
5. Ansietas b/d perubahan status kesehatan
6. Gangguan harga diri b/d kecacatan bedah
C. Intervensi
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Retinoblastoma adalah Gangguan ini merupakan tumor ganas intraokuler yang terjadi
pada anak-anak terutama pada usia di bawah 5 tahun dan sebagian besar didiagnosis pada usia
antara 6 bulan dan 2 tahun yang mengakibatkan sulit melihat dengan jelas sehingga dia
merasakan kegelisahan, takut, berdampak pada penurunan aktivitas sehingga dapat mengalami
dapat mengalami perubahan pertumbuhan dan perkembangan.

3.2 Saran
Menurut penjelasan kami di atas, kita harus mencegah kehadiran penyakit
apapun semaksimal mungkin. Walaupun retinoblastoma ini bersifat herediter, kita dapat
mencegah komplikasi lebih lanjut dengan menerapkan asuhan keperawatan dengan benar
sebagai usaha preventif agar tidak terjadi masalah lebih lanjut. Kita juga harus memeriksakan
mata apabila ada kecurigaan atau tanda-tanda yang tidak biasa muncul untuk dapat
menanggulangi secara dini sehingga resiko terberat dapat dicegah.
DAFTAR PUSTAKA

Arvin, Behrman, Kliegman.1996. Nelson : Ilmu Kesehatan Anak Ed 5 Vol 3. Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall.2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed 10. Jakarta: EGC

Ilyas, Sidarta,dkk.2003.Sari Ilmu Penyakit Mata.Jakarta:FKUI

Istiqomah, Indriana N.2005.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata.Jakarta:EGC

Ganong, William, F., 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC, Jakarta.

Mansjoer, A., et. al. 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi III, Cetakan IV, Media
Aekulapius. FK-UI, Jakarta.

Oswari hanifah, dkk. 123 Penyakit dengan Gangguan Pada Anak. 2009. BIP : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai