Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DGN TYPUS ABDOMINALIS

A. Pengkajian
 Identitas
Di dalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no.registrasi, status
perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal MR.

 Keluhan Utama
Pada pasien typhoid biasanya mengeluh perut mual dan kembung, nafsu makan menurun, panas,
dan demam.

 Riwayat Kesehatan Sekarang


Pada umumnya penyakit pada pasien Typhoid adalah demam, anoreksia, mual, diare, perasaan
tidak enak di perut, pucat (anemia), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan
kesadaran berupa somnolen sampai koma.

 Riwayat Kesehatan dahulu


Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit dan dirawat dengan yang sama, atau apakah
menderita penyakit lainnya.

 Riwayat kesehatan keluarga


Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita yang sama atau sakit yang lainnya.

 Riwayat Psikososial

 Pola fungsi kesehatan


 Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya nafsu makan klien berkurang, adanya mua, muntah selama sakit, lidah kotor, dan terasa
pahit waktu makan sehingga dapat memepengaruhi status nutrisi berubah karena terjadi
gangguan pada usus halus.
 Pola istirahat dan tidur
Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien merasakan sakit pada perutnya,
mual, muntah, kadang diare. Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan
yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur.

 Pola persepsi dan tatalaksana kesehatan


Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.

 Pola aktifitas dan latihan


Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami
keterbatasan gerak akibat penyakitnya.

 Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi referensi bila dehidrasi karena panas yang meninggi,
konsumsi cairan tidak sesuai dengan kebutuhan.

 Pola reproduksi dan seksual


Mengalami perubahan pada pasien yang telah menikah.

 Pola persepsi dan pengetahuan


Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan memengaruhi pengetahuan dan kemampuan
dalam merawat diri.

 Pola persepsi dan konsep diri


Di dalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.

 Pola penanggulangan stress


Stress timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.

 Pola hubungan interpersonal


Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap berhubungan interpersonal dan peran serta
mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama sakit.

 Pola tata nilai dan kepercayaan


Timbulnya distress dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi cemas dan takut akan
kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.
B. Pemeriksaan Fisik

 Kesadaran dan keadaan umum pasien


Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar – tidak sadar (composmentis – coma) untuk mengetahui
berat ringannya prognosis penyakit pasien.

 Tanda – tanda vital dan keadaan umum


Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum
pasien / kondisi pasien. Disamping itu juga penimbangan BB untuk mengetahui adanya
penurunan Berat Badan karena peningakatan gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga dapat
dihitung kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan. Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan
lemah, panas, puccat, mual, perut tidak enak, anorexia.

 Kepala dan leher


Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemia, mata
cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi
pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

 Dada dan abdomen


Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan.

 Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping hidung.

 Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan tetapi
bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.

 Sistem integument
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.

 Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bisa mengalami
penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.
 Sistem muskuloskoletal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.

 Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar tiroid dan tonsil.

 Sistem persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit thypoid.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella Typhii
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik.
4. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan pengeluaran
cairan yang berlebihan (mual/muntah).
5. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pencernaan.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan respon imun.
7. Resiko integritas kulit berhubungan dengan program terapi bedrest total.
8. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi.

D. Intervensi
 Diagnosa Keperawatan 1 : Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi salmonella
thypi.
Tujuan : Suhu tubuh normal

Intervensi :

Observasi suhu tubuh klien

R/ mengetahui perubahan suhu tubuh.

 Beri kompres dengan air hangat pada daerah axila, lipat paha, temporal bila terjadi panas
R/ melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah.

 Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat seperti
katun
R/ menjaga kebersihan badan, agar klien merasa nyaman, pakaian tipis akan membantu
mengurangi penguapan tubuh

 Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang peningkatan suhu tubuh.
R/ klien dan keluarga mengetahui sebab dari peningkatan suhu dan membantu mengurangi
kecemasan yang timbul.

 Observasi TTV tiap 4 jam sekali.


R/ tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.

 Anjurkan pasien untuk banyak minum, minum.


R/ peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairan yang banyak (2,5 liter / 24 jam).

 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiuretik


R/ menurunkan panas dengan obat.

Diagnosa Keperawatan 2. : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan


berhubungan dengan anoreksia,

Tujuan : Nutrisi kebutuhan tubuh terpenuhi.

Kriteria hasil :

– Nafsu makan meningkat

– Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan

Intervensi :

 Kaji pola nutrisi klien


R/ mengetahui pola makan, kebiasaan makan, keteraturan waktu makan.

 Kaji makan yang di sukai dan tidak disukai


R/ meningkatkan status makanan yang disukai dan menghindari pemberian makan yang tidak
disukai.

 Anjurkan tirah baring / pembatasan aktivitas selama fase akut


R/ penghematan tenaga, mengurangi kerja tubuh.

 Timbang berat badan tiap hari


R/ mengetahui adanya penurunan atau kenaikan berat badan.

 Anjurkan klien makan sedikit tapi sering.


R/ mengurangi kerja usus, menghindari kebosanan makan.

 Hindari pemberian laksatif.


R/ penggunaannya berakibat buruk karena digunakan sebagai pembersih makanan/kalori tubuh
oleh pasien.

 Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat makanan/nutrisi.


R/ untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk makan
meningkat.

 Beri nutrisi dengan diet lembek, tidak mengandung banyak serat, tidak merangsang, maupun
menimbulkan banyak gas dan dihidangkan saat masih hangat.
R/ untuk meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan.

 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antasida dan nutrisi parenteral.


R/ antasida mengurangi rasa mual dan muntah. Nutrisi parenteral dibutuhkan terutama jika
kebutuhan nutrisi per oral sangat kurang.

 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet


R/ mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan dan makanan yang tidak boleh dikonsumsi.

Diagnosa keperawatan 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan


metabolik.
Tujuan : Pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) optimal.

Intervensi :

 Beri motivasi pada pasien dan keluarga untuk melakukan mobilisasi sebatas kemampuan (mis :
Miring kanan, miring kiri).
R/ pasien dan keluarga mengetahui pentingnya mobilisasi bagi pasien yang bedrest.

 Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas (makan, minum).


R/ untuk mengetahui sejauh mana kelemahan yang terjadi.

 Dekatkan keperluan pasien dalam jangkauannya.


R/ untuk mempermudah pasien dalam melakukan aktivitas.

 Berikan latihan mobilisasi secara bertahap sesudah demam hilang.


R/ untuk menghindari kekakuan sendi dan mencegah adanya dekubitus.

Diagnosa Keperawatan 4 : Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan


dengan pengeluaran cairan yang berlebihan (mual/muntah).

Tujuan : Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi.

Kriteria hasil : Turgor kulit meningkat, Wajah tidak nampak pucat

Intervensi :


 Berikan penjelasan tentang pentingnya kebutuhan cairan pada pasien dan keluarga.
R/ untuk mempermudah pemberian cairan (minum) pada pasien.

 Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan.


R/ untuk mengetahui keseimbangan cairan, 2,5 liter / 24 jam.

 Anjurkan pasien untuk banyak minum.


R/ untuk pemenuhan kebutuhan cairan.

 Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan laksatif/diuretik.


R/ membantu pasien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan/atau penggunaan
laksatif/diuretik mencegah kehilangan cairan lanjut.

 Kolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan (oral / parenteral).


R/ untuk pemenuhan kebutuhan cairan yang tidak terpenuhi (secara parenteral).

Diagnosa Keperawatan 5 : Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pencernaan.

Tujuan : Nyeri tidak dirasakan.

Kriteria hasil : Individu akan menyampaikan kepuasan setelah tindakan pereda nyeri diberikan.

Intervensi :

 Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0 – 10).


R/ membantu diagnosa keluhan nyeri.

 Kaji faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.


R/ membantu menegakkan diagnosa dan kebutuhan terapi.

 Kolaborasi dalam pemberian obat yang diresepkan (analgesik)


R/ menghilangkan nyeri.

Diagnosa Keperawatan 6 : Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan respon imun.

Tujuan : Mencegah infeksi dialami oleh klien.

Kriteria hasil : Individu dapat menyebutkan faktor resiko yang berkaitan dengan infeksi dan
kewaspadaan yang dibutuhkan.
Intervensi :

 Kaji adanya faktor prediktif.


R/ Faktor prediktif adalah factor terkontrol yang sudah teridentifikasi mampu meningkatkan
resiko infeksi dan menurunkan pertahanan hospes.

 Kaji adanya faktor penyulit.


R/ faktor penyulit dapat memperbesar resiko infeksi.

 Kurangi masuknya kuman ke dalam tubuh.


R/ mengurangi kontaminasi resiko infeksi silang.

Diagnosa Keperawatan 7 : Resiko integritas kulit berhubungan dengan program terapi bedrest
total.

Tujuan : Mencegah terjadinya gangguan integritas kulit.

Kriteria hasil : Individu dapat mempertahankan kebersihan kulit ( personal hygiene)

Intervensi :

 Kaji faktor penyebab.


R/ menetapkan terapi yang dapat dilakukan.

 Beri kesempatan klien beradaptasi dalam aktivitas perawatan diri.


R/ Meningkatkan kemampuan klien dalam aktivitas perawatan diri.

 Observasi tanda-tanda gangguan integritas kulit.


R/ Melindungi klien dari resiko integritas kulit.

 Diskusikan pentingnya perubahan posisi sering, perlu untuk mempertahankan aktivitas.


R/ Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit dan mencegah tekanan lama pada jaringan.
Diagnosa Keperawatan 8 : Kurangnya pengetahuan tentang penyakit berhubungan
dengan kurang informasi

Tujuan : Pengetahuan klien dan keluarga meningkat

Intervensi :

 Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya


R/ Mengetahui apa yang diketahui pasien tentang penyakitnya.

 Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien


R/ pasien tahu tata laksana penyakit, perawatan dan pencegahan penyakit typhoid.

 Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti
R/ Mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga pasien setelah di beri penjelasan
tantang penyakitnya.

 Beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat


R/ Memberikan rasa percaya diri pasien dalam kesembuhan sakitnya.

Anda mungkin juga menyukai