Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di dalam Islam, setiap umat manusia dituntut untuk berlaku adil, baik
berlaku adil pada diri sendiri maupun pada lingkungan dan orang lain. Keadilan
dalam memenuhi kebutuhan diri sendiri merupakan dasar untuk berlaku adil dan
ihsan pada orang atau mahluk lainnya. Itulah sebabnya, setiap orang atau
perusahaan dilarang untuk merusak lingkungan dan sosial. Ini tidak berarti Islam
melarang umatnya untuk berproduksi. Pada dasarnya aktivitas produksi sangat
dianjurkan dalam agama Islam karena melalui aktivitas produksi akan bisa
tercipta kesejahteraan dan menjalankan perintah untuk memakmurkan dunia ini.
Namun demikian, aktivitas produksi diharapkan tidak merusak lingkungan
dan mengganggu kehidupan masyarakat, dimana perusahaan beroperasi. Akan
tetapi jika proses produksi tersebut belum bisa menekan kerusakan lingkungan
dan social, maka produsen diharuskan memperbaiki atau melestarikan lingkungan
dimana perusahaan beroperasi. Konsekuensinya akan terjadi pengeluaran biaya
lingkungan dan sosial dan bagaimana memperlakukannya? Berkaitan dengan hal
tersebut maka yang menjadi permasalahan dalam makalah ini adalah bagaimana
konsep harga pokok produksi yang bisa menjamin kelangsungan hidup umat
manusia dan mahluk lainnya?. Dengan demikian tujuan makalah ini adalah
menyusun konsep penetapan harga pokok produksi yang berbasis nilai islam.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana Penetapan Harga Pokok Berbasis Nilai-Nilai Islam?
b. Bagaimana Penetapan Harga Jual Berbasis Nilai-Nilai Islam

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENETAPAN HARGA POKOK PRODUK
a. Principal
 Nilai Keadilan dalam Berbisnis
Dalam kaitannya dengan bisnis, keadilan bukan hanya kebutuhan dari salah
satu pihak dalam jual-beli tetapi yang lebih hakiki adalah dambaan setiap orang,
baik penjual maupun pembeli. Rahman (1995: 142) mengemukakan bahwa prinsip
utama berjualan adalah penegakan nilai keadilan. Ini mengandung dua maksud,
pertama, kekayaan harus disebar kepada masyarakat dan tidak terpusat pada
beberapa orang saja. Kedua, faktor-faktor produksi yang bersumber dari kekayaan
nasional harus dibagi secara adil.

 Keseimbangan dalam Berproduksi


Seorang pengusaha muslim, tidak saja dituntut untuk menghasilkan produk
untuk kebutuhan umat manusia tetapi juga dilakukan secara etis dengan tidak
merusak lingkungannya. Berusaha dengan mengabaikan dan bahkan merusak
lingkungan akan berdampak pada eksistensi berusaha dan rusaknya tatanan sosial
di sekitar tempat usaha. Berusaha pun menjadi tidak nyaman karena ekosistem
menjadi rusak dan masyarakat merasa terganggu, yang ujungujungnya akan
menciptakan ketidakefisienan dalam berusaha dan menimbulkan kemudharatan.

b. Konsep Keseimbangan dan Keadilan Bisnis


Ajaran Islam memegang prinsip keseimbangan di dalam segala sesuatu dan
menjadikan konsep keseimbangan sebagai karakteristik utama bagi umatnya
(Qardhawi, 2006: 45). Islam menerapkan keseimbangan positif di dalam segala
aspek, baik dalam aspek ideologi maupun praktis, materi maupun moril. Ia
menyeimbangkan antara wahyu Tuhan dengan akal manusia, antara akal dengan
hati, antara dunia dengan akhirat, antara fisik dan roh, serta antara hak dan
kewajiban.

2
1. Keseimbangan dalam Pemenuhan Kebutuhan
2. Keadilan kepada Lingkungan
3. Keadilan kepada Umat Manusia

c. Konsep Harga Pokok Berkelanjutan


Keadilan pada diri sendiri dalam penentuan harga pokok produksi apabila
semua biaya atau beban yang terserap atau yang terjadi untuk menghasilkan suatu
produk diperhitungkan sebagai harga pokok produk. Beban tersebut meliputi:
1. Beban atas bahan yang digunakan,
2. Beban tenaga kerja yang terlibat langsung atau tidak langsung di dalam
mengolah bahan menjadi barang jadi,
3. Serta beban lainnya yang terjadi selama proses produksi.
Beban bahan merupakan harga pokok semua bahan yang digunakan dalam
proses produksi. Bahan tersebut meliputi bahan baku dan bahan pembantu.
Pengadaan bahan tersebut harus menjunjung efisiensi tetapi tidak kikir di dalam
pengadaan, penyimpanan, dan pemakaiannya. Pemborosan dan kikir adalah
perbuatan yang bertentangan dengan prinsip kesinambungan.
Sementara upah/gaji yang adil apabila memenuhi dua unsur utama, yaitu
memenuhi kebutuhan karyawan dan profesionalisme karyawan. Kebutuhan
karyawan merupakan kebutuhan hidup yang layak untuk hidup di dunia dan bekal
di akhirat. Oleh karena itu, jenis kebutuhan karyawan meliputi kebutuhan untuk
hidup dengan keluarga (diantaranya kebutuhan sandang, pangan, perumahan,
transportasi, dan komunikasi), kebutuhan pendidikan untuk anakanak mereka,
kebutuhan kesehatan karyawan dan keluarganya, kebutuhan beribadah (meliputi:
kebutuhan untuk melaksanakan rukun Islam, yaitu haji, zakat, infaq, dan sadaqah)
(Alimuddin, et al. 2014). Sedangkan profesionalisme karyawan merupakan salah
satu komponen penentuan besarnya upah karyawan guna mendorong produktivitas
dan efisiensi karyawan dalam melaksanakan aktivitasnya.
Untuk beban produksi lainnya adalah beban yang terjadi selama proses
produksi, selain kedua jenis biaya tersebut di atas. Beban tersebut meliputi beban
depresiasi, beban pemeliharaan, beban listrik, dan lain sebagainya.
Sementara keadilan pada lingkungan beranggapan bahwa akibat
beroperasinya perusahaan akan terjadi pengrusakan lingkungan yang bisa

3
menyebabkan terganggunya ekosistem dan terganggunya keberlangsungan hidup
umat manusia. Tidaklah pantas, sebuah perusahaan yang mengemban amanah dan
memiliki tugas mulia untuk memakmurkan dunia (Estes, 1996) justru merusak
lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, sudah selayaknya perusahaan
mengembalikan kondisi lingkungan tersebut sebagaimana yang terjadi sebelum
perusahaan beroperasi1. Semua biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki dan
menjaga kesinambungan lingkungan dimana perusahaan beroperasi menjadi
komponen harga pokok produk.

d. Menikmati Kebahagian Hidup Melalui Penentuan Harga Pokok Produk


Berkesinambungan

1. Keseimbangan

Konsep keadilan yang menyeimbangkan antara kebutuhan diri sendiri


dengan kebutuhan lingkungan dan sosial kemasyarakatan akan tercipta
melalui penerapan nilai keadilan di dalam perhitungan harga pokok
produksi. Dengan demikian akan tercipta keseimbangan kehidupan antara
perusahaan dengan masyarakat sekitarnya dan lingkungannya.
2. Hidup nyaman dan aman

Hidup nyaman dan aman menjadi dambaan umat manusia. Penentuan harga
pokok produk dengan memasukkan unsur biaya lingkungan dan biaya sosial
kemasyarakatan menjadi sarana untuk mencapai dambaan tersebut.
Pelestarian lingkungan seperti sebelum beroperasinya perusahaan akan
menghasilkan lingkungan yang bersih dan nyaman, baik bagi kehidupan
umat manusia maupun habitat lainnya. Demikian juga pemberian santunan
kepada masyarakat di sekitar perusahaan yang terkena dampak negatif dari
keberadaan perusahaan dan untuk mencegah ketimpangan pengahasilan
antara mereka yang bekerja dengan yang tidak mendapat kesempatan untuk
bekerja pada perusahaan akan menciptakan kehidupan yang tenteram dan
aman, sehingga tidak perlu terjadi kecemburuan sosial.

4
3. Kesinambungan usaha

Terjadinya lingkungan yang bersih dan nyaman serta kehidupan yang


tenteram dan aman akan mendorong keberlangsungan usaha berlangsung.
Para pekerja akan betah bekerja karena lingkungan usaha yang kondusif,
baik dari segi kebersihan dan kenyamanan maupun keamanan. Akibatnya
kesinambungan usaha akan terjamin.
4. Kesinambungan kehidupan

Pelestarian lingkungan akan menjamin kesinambungan kehidupan antara


generasi sekarang dengan generasi yang akan datang. Dengan demikian,
masyarakat atau perusahaan tidak lagi bertindak untuk menghabiskan
sumber daya alam guna kemakmuran generasinya tetapi juga akan berusaha
hanya untuk memenuhi kebutuhannya yang tidak berlebih-lebihan. Hal ini
dilakukan untuk menjamin kehidupan generasi berikutnya. Akibatnya
kehidupan di dunia ini akan semakin nyaman dan tidak menakutkan.

B. PENETAPAN HARGA JUAL PRODUK

Sudah tidak dapat disangkal lagi bahwa di tengah perkembangan bisnis yang
semakin pesat, bermunculan pula berbagai konsep penetapan harga jual dan
variatif. Munculnya berbagai konsep tersebut diwarnai oleh paham kapitalisme
yang egoistik dan materialistik untuk meningkatkan volume penjualan dan untuk
meningkatkan laba. Di pihak lain, ada sekelompok masyarakat yang
membutuhkan konsep penetapan harga jual alternatif yang mempertimbangkan
nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai spiritual.
Sebagaimana agama Islam diturunkan menjadi rahmat bagi seluruh alam ini,
maka konsep harga jual yang ditawarkan pun harus bisa mencerminkan
keselamatan bagi setiap pelaku bisnis dan lingkungannya. Dengan demikian,
konsep penetapan harga ini tidak hanya dimaksudkan untuk mendapatkan
kebutuhan materi tetapi juga untuk membantu sesama umat manusia memenuhi
kebutuhannya dan menjaga keseimbangan alam. Dengan demikian, melalui
konsep penetapan harga jual ini akan terjalin hubungan yang lebih harmonis
5
antara pedagangan dengan konsumen dan pelaku bisnis lainnya serta lingkungan
di mana perusahaan beroperasi.
Untuk merumuskan konsep harga jual Islami yang utuh dan
keistimewaannya dengan konsep harga jual selama ini, maka pembahasan akan
dimulai dengan perumusan konsep harga jual menurut epistemologi Islam, konsep
harga jual berbasis nilai-nilai Islam, dan keistimewaannya. Setiap pembahasan
konsep tersebut akan dibandingkan dengan konsep harga jual konvensional.

a. Perspektif Epistemologi Islam


Dengan demikian dalam perspektif epistemologi Islam, penetapan harga jual
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Pertama, kejujuran penjual di dalam menyampaikan besarnya harga pokok


produk kepada pelanggan.
2. Kedua, kedua pelaku bisnis, penjual dan pembeli bersepakat untuk
menentukan besarnya keuntungan di dalam jual beli.
3. Ketiga, harga jual yang telah ditetapkan tidak dapat dinaikkan kecuali terjadi
kenaikan biaya masukan.
4. Keempat, perlunya keberpihakan harga kepada pelanggan yang tidak
mampu ekonominya guna memenuhi kebutuhan pokoknya. Ini menunjukkan
bahwa secara epistemologi Islam, penetapan harga jual harus
mempertimbangkan aspek kemaslahatan, baik untuk diri sendiri, maupun
untuk pelanggan dan sesama penjual.

b. Konsep Harga Jual Berbasis Nilai


Berbagai nilai di dalam Islam yang dapat diterapkan di dalam berusaha,
namun demikian nilai yang lebih relevan untuk perumusan konsep harga
jual, yaitu nilai kejujuran, keadilan, kemanunggalan, dan kehambaan.
Penerapan keempat nilai tersebut menunjukkan derajat kecintaan kepada
Sang Maha Pencipta.
1. Konsep Harga Jual Berbasis Nilai Kejujuran
Terdapat perbedaan penerapan nilai kejujuran dengan konsep harga jual
konvensional. Perbedaan tersebut, yaitu harga yang disepakati antara penjual
6
dengan pembeli kemudian direalisasikan merupakan harga yang fair di
dalam penetapan harga jual konvensional dan tidak bertentangan dengan
etika bisnis yang berlaku (Bewes, 2000) meskipun proses penetapan harga
jual tersebut bertentangan dengan hati nurani. Demikian pula halnya dengan
kenaikan harga jual yang disepakati kedua belah pihak, meskipun kenaikan
harga tersebut tidak dipengaruhi kenaikan biaya masukan tetap dianggap
etis. Prinsip yang dianut di dalam perdagangan konvensional adalah
sepanjang jual beli tersebut dilakukan secara terbuka dan kedua belah pihak
setuju maka harga jual yang terjadi dianggap etis (Bewes, 2000). Sementara
di dalam penetapan harga jual berbasis nilai kejujuran di dalam Islam, bukan
hanya memenuhi kesepakatan kedua belah pihak tetapi juga proses
penentuan harga jual tersebut harus mempertimbangkan juga nilai kejujuran
lahiriah dan batiniah.
2. Konsep Harga Jual Berbasis Nilai Keadilan
Penerapan nilai keadilan di dalam merumuskan harga jual dilandasi
pemikiran bahwa setiap pelaku bisnis harus bisa berlaku adil pada diri
sendiri, mitra bisnis, dan lingkungannya. Penetapan harga jual yang adil bagi
penjual. Apabila harga jual yang ditetapkan mampu menutupi seluruh biaya
yang terjadi sehubungan dengan penjualan suatu produk dan untuk
memenuhi kebutuhan pokok penjual.
Sedangkan keadilan di dalam penetapan harga bagi konsumen apabila
produk tersebut mampu dibeli sesuai daya belinya. Ketidakmampuan
pelanggan membeli suatu produk kebutuhan dasar akan menciptakan
ketidakadilan ekonomi di dalam masyarakat (Hartropp, 2010) dan akan
menciptakan kesenjangan ekonomi yang semakin lebar.
Sementara harga jual yang adil untuk pemeliharaan dan pelestarian
lingkungan di mana perusahaan beroperasi apabila perusahaan mampu
mengembalikan kondisi lingkungan seperti sebelum perusahaan tersebut
beroperasi dan untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan
generasi yang akan datang (Christie, 2004 dan Kamla et al. 2006).
Pengingkaran terhadap hal ini akan menciptakan ketidakseimbangan alam

7
(Asmal dan Asmal, 2000) yang dampaknya akan dirasakan sendiri oleh umat
manusia
3. Konsep Harga Jual Berbasis Nilai Kemanunggalan
Implementasi nilai kemanunggalan (ukhuwwah) di dalam perumusan konsep
penetapan harga jual didasari pemikiran, bahwa semua makhluk yang
diciptakan di muka bumi ini adalah bersaudara (ukhuwwah). Salah satu sifat
ukhuwwah adalah tolong menolong di antara semua umat.
Berkaitan dengan sifat tolong-menolong tersebut, maka konsep penetapan
harga jual harus bisa mempertimbangkan kemampuan ekonomi pembeli.
Meskipun harga jual yang telah ditetapkan berbasis misalnya nilai keadilan
tetapi jika ada sebagian umat manusia yang tidak mampu secara ekonomi
membeli produk kebutuhan pokok yang menyebabkan kehidupannya akan
terancam, maka kewajiban saudaranya yang mampu (dalam hal ini penjual)
untuk memenuhi kebutuhan saudaranya, seberapa pun kemampuannya
4. Konsep Harga Jual Berbasis Nilai Kehambaan
Konsep harga jual semacam ini akan menciptakan hubungan yang lebih
harmonis di antara pelaku bisnis. Bagi penjual, setiap kali menerima
pendapatan berapa pun besarnya akan membangkitkan rasa bahagia di dalam
dirinya karena tidak pernah menetapkan pendapatan yang harus dicapai;
Bagi pembeli, akan tercipta rasa kebahagian karena mereka tidak membayar
terpaksa untuk memenuhi kesepakatan tetapi disesuaikan dengan
kemampuannya. Hasilnya, kedua belah pihak akan mendapatkan kebahagian
dan rasa puas karena tidak ada yang merasa berkorban (Taylor et al. 2009:
358), semua ikhlas menerima dan memberikan kemampuan terbaiknya. Konsep
harga jual semacam ini tidak dikenal dalam harga jual konvensional.

c. Konsep Harga Jual Mashlahah


Perlu perhatian yang mendalam tentang pemanfaatan nilai-nilai universal di
dalam penetapan harga jual agar tercipta hubungan yang lebih harmonis dengan
sesama umat manusia dan lingkungan di mana perusahaan beroperasi. Nilai-nilai
tersebut adalah kejujuran, keadilan, dan hubungan persaudaraan, baik di antara
sesama umat manusia maupun dengan lingkungannya. Hubungan yang tidak kalah

8
pentingnya di dalam berusaha adalah terciptanya hubungan yang semakin dalam
antara pelaku bisnis dengan Pencipta-nya melalui penyadaran akan hakikat
penciptaan umat manusia. Melalui cara berusaha yang demikian ini akan tercipta
kemaslahatan hidup, yaitu kemaslahatan dunia dan akhirat, kemaslahatan individu
dan kolektif, serta kemaslahatan individu, kolektif dan lingkungan.
Berikut ini disajikan proses terjadinya kemaslahatan di dalam penetapan
harga jual yang terbangun dari interaksi antara nilai-nilai Islam di dalam
penetapan harga jual dan penetapan harga jual menurut epistemologi Islam seperti
nampak pada skema 1 berikut ini:

Skema 1. Konsep Harga Jual Mashlahah

Harga Jual Berbasis Nilai Islam Harga Jual Menurut Epistemologi


Islam
- Consistency Marker Mechanism
- Cost-Plus Pricing - Murabah
- Adjusted Price - Market Mechanism Pricing
- Pricing by Buyers - Ihsan Price

Mashlahah

- Dunia dan Akhirat


- Material dan Spiritual
- Individu dan kolektif

Mashlahah Price

Dari skema tersebut di atas dapat dilihat proses terbentuknya konsep


mashlahah price melalui perumusan konsep harga jual menurut epistemologi
Islam dan konsep harga jual berbasis nilai. Peranan kedua konsep tersebut di
dalam membentuk konsep harga jual mashlahah akan dijelaskan berikut ini.

9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Konsep harga jual Islami akan menghasilkan berbagai macam kinerja


dibandingkan konsep harga jual konvensional yang hanya mampu menghasilkan
kinerja materi. Sedangkan jenis kinerja yang dihasilkan secara serempak dari
konsep harga jual Islami, yaitu: kinerja materi, kemanusiaan, kesehatan, dan
spiritual, serta ketenteraman.
Dalam kaitannya dengan bisnis, keadilan bukan hanya kebutuhan dari salah
satu pihak dalam jual-beli tetapi yang lebih hakiki adalah dambaan setiap orang,
baik penjual maupun pembeli. Rahman (1995: 142) mengemukakan bahwa
prinsip utama berjualan adalah penegakan nilai keadilan. Ini mengandung dua
maksud, pertama, kekayaan harus disebar kepada masyarakat dan tidak terpusat
pada beberapa orang saja. Kedua, faktor-faktor produksi yang bersumber dari
kekayaan nasional harus dibagi secara adil.

10
DAFTAR PUSTAKA

Alimuddin. 2011. Konsep Harga Jual Mahlahah Berbasis Nilai-nilai Islam.


Disertasi Program Doktor Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Brawijaya. Malang.

Alimuddin, Andi Kusumawati, Muhammad Ashari, dan Muhammad Irdam


Feriansah. 2014. Production Costing Concept Based on Islamic Justice
Value. IOS Journal of Business and Management. Vol. 16. Issue 7. Ver.

11

Anda mungkin juga menyukai