Askep Asma Atau RAD - Reactive Air-Way Disease - PDF
Askep Asma Atau RAD - Reactive Air-Way Disease - PDF
1
PENJELASAN PATOFISIOLOGI
Asma adalah obstruksi jalan nafas difusi reversibel. Obstruksi disebabkan oleh
satu atau lebih dari berikut ini :
- Kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronki yang menyempitkan jalan nafas
- Pembengkakan membran yang melapisi bronki
- Pengisian bronki dengan mukus yang kental.
Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap
lingkungan mereka. IgE yang dihasilkan kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru.
Antibody IgE berikatan dengan alergen dan menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat
degranulasi tersebut, histamine dilepaskan. Histamine menyebabkan konstraksi otot polos
bronkhiolus.apabila respon histaminenya berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik.
Karena histamine juga merangsang pembentukan mucus dan mengakibatkan
permeabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang
interstisium paru.
Selain itu, pemajangan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan
antibody menyebabkan pelepasan produk mast ( mediator ) misalnya : histamine,
bradikinin, prostaglandin serta anafilaksis dari subtansi yang bereaksi lambat ( SRS-A ).
Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar. Jalan
nafas menyebabkan broncospasme, pembengkakan membran mukosa dan pembentukan
mucus yang sangat banyak.
Pada asma yang timbul akibat reaksi imunologik, reaksi antigen-antibody
menyebabkan lepasnya mediator kimia yang dapat menimbulkan kelainan patologi tadi.
Mediator kimia tadi adalah :
1. Histamine adalah kontraksi otot polos, Dilatasi pembuluh kapiler dan kontraksi
pembuluh vena,sehingga terjadi edema.Bertambahnya sekresi kelenjar dimukosa
broncus, bronchiolus, mikosa hidung dan mata.
2. Bradikinin adalah kontraksi otot polos broncus,meningkatnya premeabilitas
pembuluh darah,vasodepressor ( penurunan tekanan darah ).
3 . Prostaglandin adalah Bronkonstriksi (terutama prostaglandin F )
2
Pada asma nonalergik, ketika lubang saraf pada jalan nafas dirangsang oleh
faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi dan polutan. Jumlah asetilkolin
yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asitilkolin secara langsung menyebabkan
bronkokonstriksi merangsang pembentukan mediator kimia. Individu dengan asma
mempunyai toleransi rendah terhadap respon parasimpatis.
3
PATOFISIOLOGI
↓
Hiperenponsive jalan nafas
↓
Hipersekresi mucus dalam ← penyempitan jalan nafas → Mukosa saluran nafas
Rongga jalan nafas ↓ menebal
↓ Kompensasi tubuh untuk ↓
Sesak nafas dan mendapatkan suplai O2 yang Penyempitan lumen
Batuk bersputum cukup ke jaringan menurun
↓ ↓ ↓
Pemasukan O2 inadekuat kontraksi otot-otot pernafasan Pe↑ produksi sputum
↓ ↓
Metabolisme tubuh meningkat Jalan nafas tidak efektif
↓
Pengeluaran energi berlebihan
↓
Serangan proksisimal Cadangan energi kurang
↓ ↓
Merangsang system Metabolisme ke jaringan terhambat
Saraf simpatis ↓
↓ Kelemahan dan kelelahan otot
Mengaktifkan RAS
dalam mengaktifkan
kerja organ tubuh Dispnea,wheezing,batuk,sputum Perubahan status
Merangsang vomiting center Kesehatan klien
↓ ↓ ↓
Rapid Eye Movement Mual/muntah Proses hospitalisasi
( REM ) menurun ↓ ↓
↓ Anoreksia kurangnya informasi
Susah tidur ↓ dan pengetahuan klien
Asupan makanan berkurang dan keluarga tentang
Penyakitnya
↓
Koping inefektif
↓
Stressor psikologis
↓
Bagi klien dan keluarga
4
PENYIMPANGAN KDM ASMA BRONHKHIAL
Factor Intrinsik Faktor Ekstrinsik
↓ ↓
Infeksi oleh kuman Alergen
↓
Menginfeksi saluran nafas
↓
Respon imun yang buruk terhadap lingkungan
↓
Merangsang produksi antibody IgE
↓
Ikatan Ag-Ab
↓
Merangsang parasimpatis/otonom system nafas: refleks axon neuropeptida
↓
Pengaktifan sel mast sebagai respon imun ( makrofag,eosinofil,limfosit )
↓
Pengaktifan mediator kimiawi ( bradikinin,histamine.prostaglandin )
↓
Hiperenponsive jalan nafas
↓
Hipersekresi mucus dalam ← penyempitan jalan nafas → Mukosa saluran nafas
Rongga jalan nafas ↓ menebal
↓ Kompensasi tubuh untuk ↓
Sesak nafas dan mendapatkan suplai O2 yang Penyempitan lumen
Batuk bersputum cukup ke jaringan menurun
↓ ↓ ↓
Pemasukan O2 inadekuat kontraksi otot-otot pernafasan Pe↑ produksi sputum
↓ ↓ ↓
Metabolisme tubuh meningkat Jalan nafas tidak efektif
Pola nafas tidak efektif ↓ ↓
Pengeluaran energi berlebihan Bersihkan jalan nafas
↓ inefektif
Serangan proksisimal Cadangan energi kurang
↓ ↓
Merangsang system Metabolisme ke jaringan terhambat
Saraf simpatis ↓
↓ Kelemahan dan kelelahan otott
↓
Mengaktifkan RAS Intoleransi aktivitas
dalam mengaktifkan
kerja organ tubuh Dispnea,wheezing,batuk,sputum Perubahan status
Merangsang vomiting center Kesehatan klien
↓ ↓ ↓
Rapid Eye Movement Mual/muntah Proses hospitalisasi
( REM ) menurun ↓ ↓
↓ Anoreksia kurangnya informasi
Susah tidur ↓ dan pengetahuan klien
Asupan makanan berkurang dan keluarga tentang
Perubahan pola istirahat ↓ Penyakitnya
tidur gangguan nutrisi kurang ↓
dari kebutuhan Koping inefektif
↓
Stressor psikologis
↓
Bagi klien dan keluarga
5
D. Manifestasi Klinik
Gejala-gejala umum
1. batuk Æ suatu refleks protektif yang timbul akibat iritasi percabangan
trakeobronikal yang disebabkan oleh rangsangan mekanik, kimia, peradangan,
misalnya: inhalasi debu, asap, dan benda-benda asing kecil.
2. Dispnea Æ penyempitan saluran nafas akibat meningkatnya resistensi non elastis
bronkhial.
3. Wheezing / Mengi Æ pernafasan yang sulit dengan suara khas, yang menyertai
bronkhospasme pada penyakit asma. Suara ini timbul karena penyempitan atau
penyumbatan tenggorok, faring, trakea, atau bronkus, pada saat ekspirasi.
Serangan Asma
1. Seringkali terjadi pada malam hari
2. Mulai serangan mendadak dengan batuk dan sensasi sesak dada
3. Kemudian pernafasan lambat, lobarius, mengi
4. Ekspirasi lebih kuat dan lama dari inspirasi
5. Obstruksi jalan nafas membuat sensasi dispnea
6. Batuk sulit dan kering pada awalnya; diikuti dengan batuk yang lebih kuat dengan
sputum yang berbeda dari lendir encer
7. Total serangan dapat berlangsung selama 30 menit sampai beberapa jam dan
dapat menghilangkan secara spontan.
Tanda-tanda lanjut:
1. Sianosis sekunder akibat hipoksia berat
2. Gejala-gejala retensi karbon monoksida (misalnya berkeringat, takikardia, dan
desakan nadi melebar)
6
Tanda lain:
1. Diaphoresis (perspirasi atau pengeluaran peluh, khususnya yang berlebihan)
2. Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan
3. Kecemasan, labil dan penurunan tingkat kesadaran
4. Tidak toleran terhadap aktivitas: makan, bermain, berjalan, bahkan bicara
7
E. Penatalaksanaan Medik
1. Pencegahan terhadap pemanjangan alergi
2. Serangan akut dengan oksigen nasal atau masker
3. Terapi cairan potensial
4. Terapi pengobatan sesuai program
- Beta – agonist untuk mengurangi bronkospasme, mendilatasi otot polos
bronchial
• Albuterol (Proventil, ventolin) => 1-2 inhalasi, D:PO = 2-4 mg, t.i.d atau
q.i.d ; maks 8 mg, q.i.d
• Tarbulatin => 1-2 inhalasi. D:PO = 2,5-5 mg, t.i.d. D:SK:0,25-0,5 mg
• Epinefrin => D:SK:0,1-0,5 mg at/ml dr lar 1:1000. A:SK:0,01 mg at/ml dr
lar 1:1000. inhal:1-2 semprotan dari 1:1000
• Metaprotenol => 1-2 inhalasi D:PO:20 mg. t.i.d.q.i.d.
- Metilsantin, seperti aminofilin dan teofilin mempunyai efek bronkodilatasi.
- Antikolinergik, seperti atropine metilnitrat atau atrovent mempunyai efek
bronchodilator yang sangat baik.
- Kortikosteroid diberikan secara IV (hidrokortison), secara oral (mednison),
inhalasi (deksametason)
F. Prognosa
Prognosis sesuai dengan tingkat keparahan penyakit dan pengobatan yang diberikan
kepada klien.
8
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Riwayat Keperawatan
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : letih, lemah, tidak mampu melakukan aktivitas, susah tidur,
dispnea.
Tanda : keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan/kehilangan massa obat.
b. Integritas Ego
Gejala : perubahan pola hidup
Tanda : ansietas, ketakutan, peka rangsang
c. Makanan / cairan
Gejala : tidak selera makan, berat badan menurun
d. Hygiene
Gejala : penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktivitas sehari-hari.
e. Pernafasan
Gejala : sesak nafas, dada terasa tertekan, lapar udara (kronis), batuk.
Tanda ; ekspirasi yang memanjang, penggunaan obat otot aksesori
pernafasan, bunyi nafas mengi, gelisah.
f. Keamanan
Gejala : riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/faktor lingkungan.
Tanda : kemerahan, berkeringat
g. Interaksi sosial
Gejala : ketergantungan hubungan \ kurang sistem pendukung.
Tanda : keterbatasan mobilitas fisik.
B. Diagnosa test
a. Sediaan hapus darah tepi dan pemeriksaan sputum.
b. Uji prick tes/ tes tusuk
c. Sinar X dada
d. Uji fungsi paru
e. Tes tantangan metakolin atau histamine
9
f. Analisa gas darah : PaCO2 > 40 mmHg
PaO2 > 70 mmHg
10
• Metilxantin
Rasional : menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos dengan
peningkatan langsung siklus amp. Dapat juga menurunkan
kelemahan otot / kegagalan pernafasan dengan meningkatkan
kontraktilitas diafragma.
11
Rasional : sekresi kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat menyebabkan
sembatan mukus yang dapat menimbulkan atelektasis.
Æ Auskultasi paru-paru sebelum dan sesudah tindakan
Rasional : pangkajian ini membantu mengevaluasi keberhasilan tindakan
Æ Dorong dan berikan perawatan mulut
Rasional : hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan mencegah bau
mulut.
Æ Penatalaksanaan pemberian obat sesuai indikasi
Rasional : mengencerkan sputum sehingga mudah dikeluarkan
12
kebiasaan makan buruk, meskipun kegagalan pernafasan membuat
status hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan kalori.
Æ Auskultasi bunyi usus
Rasional : penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas
gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan
pembatasan pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan
aktivitas.
Æ Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali
pakai dan tissue.
Rasional : rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap
nafsu makan dan membuat mual dan muntah dengan peningkatan
kesulitan nafas.
Æ Dorong periode istirahat selama 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan porsi
kecil tapi sering.
Rasional : membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan
memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.
Æ Timbang berat badan sesuai indikasi jika memungkinkan
Rasional : berguna untuk menentukan kebutuhan kalori. Penurunan berat badan
dapat berlanjut meskipun masukan adekuat sesuai teratasi edema.
Æ Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi
Rasional : menurunkan dispnea dan meningkatkan energi untuk makan
meningkatkan masukan.
13
Rasional : menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan
intervensi.
Æ Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung selama waktu fase akut sesuai
indikasi. Dorong penggunaan manajement stress dan pengalihan yang berat.
Rasional : menurunkan stress dan rangsang berlebihan, meningkatkan istirahat.
Æ Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Rasional : pembatasan aktivitas ditentukan dengan respon individual pasien
terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernafasan.
Æ Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
14
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN ASMA BRONCHIAIE
No. RM
Tanggal : 07 / 11 / 05
Tempat : IRD RSU Labuang
Baji
I. DATA UMUM
1. Identitas Klien
• Nama : Tn. AR
• Tempat / Tanggal Lahir : Makassar / 31 Desember 1945
• Agama : Islam
• Pendidikan : tidak tamat SD
• Status perkawinan : menikah
• Pekerjaan : wiraswasta
• Umur : 60 tahun
• Jenis kelamin : laki-laki
• Alamat : Jl. Tinumbu
• Sumber info : Istri klien
15
II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
1. Keluhan utama : sesak nafas
2. Riwayat penyakit klien
Klien masuk rumah sakit pada hari senin, 07 November 2005 dengan keluhan
sesak nafas disertai penurunan kesadaran. Sesak nafas dialami + 6 jam sebelum
masuk rumah sakit (pukul 05.00). 2 hari yang lalu klien mengalami sesak nafas
dan berobat di PKM Ujung Pandang Baru. Setelah diberi tindakan dan sesak
berkurang, atas permintaan keluarga klien dibawa pulang. Keluhan sesak nafas
sudah dialami sejak 5 tahun yang lalu dan bila timbul keluhan klien selalu datang
berobat di dokter praktek (Dr. Hardjono). Sesak nafas dirasakan bila usai bekerja
berat atau pada cuaca dingin, dan akan berkurang bila klien minum obat yang
biasa diberikan oleh dokter (obat 3 macam) dan berbaring dengan kepala
ditinggikan.
16
IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Orang tuan klien sudah meninggal karena lansia, kakak 1, 2, 3, 4 meninggal karena
lansia, kakak kedua meninggal saat masih kecil tanpa diketahui penyebabnya, tidak
ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga. Kedua anak klien pernah menderita
diare, demam, penyakit pernafasan/flu saat kecil genogram.
↑ Tn. AR Ny. R
Keterangan
= laki-laki
= perempuan
= meninggal
Æ = klien Tn. AR
17
4. Konsep diri : keluarga klien dan klien kadang merasa minder bila tetangga atau
keluarganya menjaga jarak dengan klien bila berbicara.
5. Hubungan dengan anggota keluarga : baik dan harmonis
6. Hubungan dengan masyarakat : klien sering ikut kegiatan di masyarakat.
7. Kegiatan keagamaan : klien rajin sholat dan puasa
8. Bahasa yang sering digunakan : bahasa Makassar
18
7. Personal Hygiene
- Klien mandi 2 x sehari, yaitu pagi dan sore hari, kuku klien pendek tapi kotor
8. Kebiasaan merokok
Klien merokok sejak remaja, sejak 2 tahun yang lalu dibatasi hanya 2 batang
sehari.
19
• Abdomen
Bentuk simetris, ikut gerak nafas, tidak ada pembesaran hepar, limpa.
• Genetalia
Terpasang kateter tetap.
• Ekstremitas
Akral dingin, pucat, basah/berkeringat banyak, kapillary refill + 4-5 detik
udema (-).
3. Pengkajian data fokus
• Sistem Pernafasan
Sesak nafas, frekuensi nafas 36 kali/menit, susah untuk bernafas, retraksi
supra stema dan intertorial, bunyi nafas mengi.
• Sistem Kardiovaskuler
TD tidak terdengar, nadi tidak teraba, kapillari refill + 4-5 detik, pucat,
berkeringat banyak.
• Sistem Gastrointestinal
Klien belum makan dan minum selama di Rumah Sakit, mual (-), muntah (-),
bibir kering.
• Sistem Genitourinaria
Terpasang kateter, warna urine kuning, tidak dijumpai partikel darah, volume
500 cc.
• Sistem Muskoloskeletal
Kelemahan, tidak dapat melawan tahanan, edema (-).
• Sistem Neurologi
GCS 5 : E1 M3 V1 , kuku kuduk
4. Pemeriksaan Diagnostik –
5. Penatalaksanaan –
20
III. KASUS
KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif Data Objektif
- Klg klien mengatakan klien kesulitan TD = tak terdengar
bernafas sehingga kehilangan N = tak teraba
kesadaran. S = 39oC
- Klg klien mengatakan susah tidur P = 36 kali/menit
apabila sesak nafasnya timbul. - Kelemahan diakibatkan oleh sesak nafas
- Klg klien mengatakan kurang nafsu - Kesadaran menurun GCS=5 E=1 M=3
makan. V=1
- Klg klien mengatakan klien jarang - Klien nampak kurus, pucat, dingin dan
berolahraga. berkeringat banyak.
- Klavikula dan iga menonjol pada saat
pernafasan dada.
21
ANALISA DATA
Anoreksia
22
No Data Etiologi Masalah
3. Ds : - Klg klien mengatakan Penyempitan jalan nafas Perubahan pola istirahat
klien susah tidur tidur
apabila sesak nafasnya Serangan proksimal
timbul.
Do : - Kelemahan yang Merangsang sistem saraf simpatis
disebabkan oleh sesak
nafas. Mengaktifkan RAS
Susah tidur
INTERPRETASI DATA
1. Gangguan pola nafas
2. Gangguan kebutuhan nutrisi
3. Gangguan aktivitas istirahat tidur
23
2. Perubahan kebutuhan nutrisi s/d kehilangan nafsu makan d/d
DS : Keluarga klien mengatakan klien kurang nafsu makan
DO : Klien nampak kurus
3. Gangguan aktivitas tidur s/d sesak nafas d/d
DS : Keluarga klien mengatakan klien susah tidur apabila sesak nafasnya timbul
DO : Kelemahan yang disebabkan oleh sesak nafas.
ASUHAN KEPERAWATAN
24
dan hitam pemberian O2 pada terjadinya hipoksia.
- N : tidak klien selama 3 hari.
teraba TTD
- TD : tidak Ns.SAMBRI,S.Kep
terukur
- S : 39 -Tgl 7-11-2005 - Merilekskan otot
°C Kolaborasi pernafasan dan
pemberian menurunkan kongesti
bronchodilator pada lokal,menurunkan
klien selama 3 hari. spasme jalan
TTD nafas,mengi, dan
Ns.SAMBRI,S.Kep. produksi mukosa.
25
3. Gangguan Kebutuhan pola -Tgl 10-11-2005 - Meningkatkan
aktivitas tidur s/d aktivitas tidur Atur posisi yang istirahat dan
sesak nafas d/d terpenuhi dengan nyaman bagi klien ketenangan,
DS : - Kel. Klien KH : setiap hari. menyediakan energi
mengatakan klien - Klien TTD yang digunakan untuk
susah tidur mengatakan dapat Ns.SAMBRI,S.Kep penyembuhan.
apabila sesak tidur dengan
nafas timbul teratur 6-8 jam/hari -Tgl 7-11-2005 - Menetapkan
DO : - Kelemahan dalam waktu 5 Evaluasi respon kemampuan/kebutuhan
yang disebabkan hari. pasien terhadap pasien dan
olerh sesak nafas. - Klien aktivitas, catat memudahkan pilihan
mengatakan sudah laporan dispnea, intervensi
tidak lemah lagi peningkatan
dalam waktu 3 hari kelemahan,kelelehan
dan perubahan
tanda-tanda vital
klien setip hari.
TTD
Ns.SAMBRI,S.Kep
26
Dx Keperawatan Implementasi Tindakan Kep’an Evaluasi
- Gangguan pola nafas - Tgl. 7 November 2005 jam 05.00 Ds : Klg klien mengatakan klien
Pemasangan alat bantu pernafasan kesulitas bernafas.
Pemberian posisi nyaman Do : S = 39 º C
Kaji frekuensi nafas P = 36 kali/menit
- Tgl. 7 November 2005 jam 07.00 N = tidak teraba
Kolaborasi dengan pemberian TD = tidak terukur
bronchodilator - klavikula dan iga klien
menonjol pada saat
bernafas.
- Bibir klien nampak kering
dan berwara hitam.
A : Tujuan belum tercapai
Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan tindakan
- Pantau frekuensi nafas klien
- Berikan posisi yang nyaman pada
klien
- Penatalaksanaan pemberian O2
pada klien
- Kolaborasi pemberian
broncodilator pada klien
- Perubahn pola nutrisi - Tgl 7 November 2005 jam 07.00 Ds : Klg klien mengatakan klien
Pemasangan infus kurang nafsu makan
- Tgl. 9 November 2005 jam 08.00 Do : Klien nampak kurus
Pemasangan NGT A : Tujuan belum tercapai
- Tgl. 10 November 2005 jam 07.00 Masalah belum teratasi
Kaji kebiasaan diet P : Lanjutkan tindakan
- Pantau kebiasaan diet klien
- Pemberian infus pada klien
27
- Gangguan pola tidur - Tgl. 10 November 2005 jam 10.00 Ds : Klg klien mengatakan klien
Atur posisi yang nyaman klien setiap tidur susah tidur.
- Tgl. 10 November 2005 jam 10.00 Do : Kelemahan yang disebabkan
Adakan penyuluhan oleh sesak nafas.
A : Tujuan belum tercapai
Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan tindakan
- Atur posisi yang nyaman bagi
klien
- Evaluasi respon klien terhadap
aktivitas
- Penyuluhan kepada klien tentang
pentingnya istirahat
28
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & suddarth ” Keperawatan Medikal Bedah ” vol 1 edisi 8, EGC: Jakarta.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 2001 Jilid II FKUI : Jakarta.
Doenges.E.Marilyn ” Rencana Asuhan Keperawatan ” edisi 3 EGC : Jakarta
Waller.f. Barbara ” Kamus Saku Perawat ” edisi 22 , 2005 EGC : Jakarta.
Patofisiologi edisi 4 jilid II 1995, EGC : Jakarta
29
ASUHAN KEPERAWATAN PADA “ Tn.AR “ DENGAN
GANGGUAN SISTEM RESPIRATORIUS
ASMA BRONCHIALE
D
I
S
U
S
U
N
oleh : kelompok V
1. EMANUEL.B.GIUS 6. SITI HAJAR
2. FERDINANDUS.N 7. SUTRIANI ASWA
3. RINI HARIYANI 8. SULFAYANTI
4. PATRISIA B. LAHU 9. SUNARTIKA NAUS
5. S A M B R I 10.SKOLASTIKA.AGAS
30