Hukum Snell
Pada sekitar tahun 1621, ilmuwan Belanda bernama Willebrord Snell (1591 –1626)
melakukan eksperimen untuk mencari hubungan antara sudut datang dengan sudut bias.
Hasil eksperimen ini dikenal dengan nama hukum Snell yang berbunyi :
1. sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang datar.
2. hasil bagi sinus sudut datang dengan sinus sudut bias merupakan bilangan tetap dan
disebut indeks bias.
Ketika cahaya melintas dari suatu medium ke medium lainnya, sebagian cahaya datang
dipantulkan pada perbatasan. Sisanya lewat ke medium yang baru. Jika seberkas cahaya
datang membentuk sudut terhadap permukaan (bukan hanya tegak lurus), berkas tersebut
dibelokkan pada waktu memasuki medium yang baru. Pembelokan ini
disebut Pembiasan.
Sudut bias bergantung pada laju cahaya kedua media dan pada sudut datang. Hubungan
analitis antara q1 dan q2 ditemukan secara eksperimental pada sekitar tahun 1621 oleh
Willebrord Snell (1591-1626).
Hubungan ini dikenal sebagai Hukum Snell dan dituliskan:
n1 sin q1 = n2 sin q2
q1 adalah sudut datang, dan q2 adalah sudut bias (keduanya diukur terhadap garis yang
tegak lurus permukaan antara kedua media). n1 dan n2 adalah indeks-indeks bias materi
tersebut. Berkas-berkas datang dan bias berada pada bidang yang sama, yang juga
termasuk garis tegak lurus terhadap permukaan. Hukum Snell merupakan dasar Hukum
pembiasan.
Jelas dari hukum Snell bahwa jika n2 > n1, maka q2 > q1, artinya jika cahaya memasuki
medium dimanan lebih besar (dan lajunya lebih kecil), maka berkas cahaya dibelokkan
menuju normal. Dan jika n2 >n1, maka q2 > q1, sehingga berkas dibelokkan menjauhi
normal
Sinar yang masuk bidang pembias I akan sejajar dengan sinar yang keluar dari bidang
pembias II dan mengalami pergeseran. Pergeseran sinar tersebut dirumuskan :
t = d sin (i-r)/cos r
kaca
kertas
2. Tentukan arah sinar dating dengan memasang dua jarum.
3. Tentukan arah sinar yang keluar dari kaca dengan cara mengamati dari sisi kaca
yang lain dan menancapkan dua jarum. Atur agar bila dilihat melalui kaca ke-
empat jarum segaris.
4. Buatlah arah-arah sinar yang terbentuk pada pembiasan tersebut.
5. Ukur besar sudut datang dan sudut bias pada tiap bidang batas.
6. Ukur ketebalan kaca planparalel.
V. Data Percobaan
VI. Perhitungan
1) Diketahui : i = 20º (i-r) = 6,66 º
r = 13,34º
d = 1,9 cm
Ditanya :t?
Jawab :
d sin(i−r)
𝑡=
cos r
1,9 sin(6,66)
𝑡=
cos 13,34
t = 0,224 cm
Jawab :
d sin(i−r)
𝑡=
cos r
1,9 sin(10,5)
𝑡=
cos 19,5
t = 0,367 cm
Jawab :
d sin(i−r)
𝑡=
cos r
1,9 sin(15)
𝑡=
cos 25
t = 0,54 cm
4) Diketahui : i = 50º (i-r) = 20 º
r = 30º
d = 1,9 cm
Ditanya :t?
Jawab :
d sin(i−r)
𝑡=
cos r
1,9 sin(20)
𝑡=
cos 30
t = 0,75 cm
Jawab :
d sin(i−r)
𝑡=
cos r
1,9 sin(28)
𝑡=
cos 33
t = 1,06 cm
2.
Kesimpulan
1) Sinar yang melalui dua medium berbeda yaitu kaca dan udara(dalam
percobaan) akan mengalami perubahan kecepatan dengan indikasi
pembelokan sinar. Hal ini disebut pembiasan cahaya.
2) Pergeseran sinar setelah melewati kaca plan paralel dalam percobaan
mendekati hasil perhitungan pergeseran sinar dengan rumus.
Laporan Praktikum Fisika
Pembiasan Pada Kaca Plan Paralel
Disusun Oleh:
Kel. Bernoulli
(1) Ayuni Puji Lestari ( 05 )
(2) Fitriana Eka W ( 14 )
(3) Peni Rahmawati ( 25 )
(4) Rico Febrianto ( 29 )