Biodegradable foam merupakan kemasan alternatif pengganti styrofoam yang akhir-akhir ini
banyak digunakan. Pati digunakan sebagai bahan baku pembuatan foam karena biayanya yang
murah, kepadatan rendah, toksisitas rendah, dan mudah terurai. Kitosan digunakan sebagai
filler untuk memperkuat struktur biodegradable foam yang dihasilkan. Tujuan penelitian ini
yaitu untuk mengetahui pengaruh penambahan kitosan dan jenis pati terhadap karakeristik
biodegradable foam. Pada penelitian ini jenis pati yang digunakan adalah pati jagung, singkong,
dan sagu sedangkan jumlah kitosan divariasikan mulai 0; 5; 10; 15; 20; 25; s.d 30% w/w.
Pembuatan Biodegradable Foam dibuat dengan metode baking process. Semua bahan dilakukan
pengadukan. Setelah adonan homogen dan mengembang, pati dimasukkan ke dalam campuran
dan diaduk hingga rata. Selanjutnya, adonan dimasukkan ke dalam cetakan dan dilakukan
proses pengovenan pada suhu 125oC selama 1 jam. Karakteristik biodegradable foam yang
dihasilkan dilakukan pengujian yang meliputi meliputi uji water absorption, biodegradability (uji
daya urai), tensile strength (kuat tarik), dan SEM (Scanning Electron Microscope). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa daya serap foam yang menggunakan bahan baku pati sagu lebih
rendah dari pada foam yang menggunakan bahan baku pati singkong dan pati jagung. Foam
yang berbahan baku pati singkong lebih mudah terurai dibandingkan dengan sampel yang
terbuat dari pati sagu dan jagung. Biodegradable foam berbahan baku pati sagu dengan kadar
kitosan 30% w/w memiliki nilai kuat tarik yang paling tinggi yaitu sebesar 20 MPa.
Kata kunci: biodegradable foam, kitosan, pati jagung, pati sagu, pati singkong
Abstract
Keywords: biodegradable foam, chitosan, corn starch, cassava starch, sago starch
1. Pendahuluan
sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5
Styrofoam yang selama ini kita gunakan terbesar di dunia oleh EPA (Enviromental
mengandung berbagai macam zat kimia yang Protection Agency). Salah satu pilihan untuk
dapat membahayakan makhluk hidup. Selain pengganti polimer berbasis minyak bumi dan
itu, styrofoam terbukti tidak ramah sintetis adalah polimer alam seperti pati dan
lingkungan, karena tidak dapat diuraikan kitosan (Tharanathan, 2003).
sama sekali. Bahkan pada proses
produksinya sendiri, menghasilkan limbah Pati telah digunakan untuk menghasilkan
yang tidak sedikit, sehingga dikategorikan foam karena biayanya yang murah,
1
Nanik Hendrawati dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 12, No.1
kepadatan rendah, toksisitas rendah dan dengan suhu 80oC selama 24 jam untuk
mudah terurai (Stevens dkk., 2010). Schmidt menghilangkan kandungan air dalam pati,
(2006) mengatakan bahwa biodegradable kemudian diletakkan di dalam desikator
foam yang diproduksi dari pati singkong,
30% serat, dan 4% kitosan memiliki bentuk b. Pembuatan Biodegradable Foam
yang hampir sama dengan styrofoam.
Kitosan sangat mempengaruhi daya serap air Kitosan yang telah ditimbang sesuai variabel
pada biodegradable foam, semakin tinggi percobaan, dilarutkan dalam asam asetat
kitosan yang ditambahkan dalam adonan, pekat. Kemudian larutan tersebut diaduk
maka akan semakin baik daya serap airnya hingga menjadi homogen. Larutan kitosan,
(Nattapon dkk., 2012). Berdasarkan 5,56% magnesium stearat, 2,08% karaginan,
penelitian yang dilakukan oleh Shogren 16,67% gliserol, 29% isolat protein murni,
(2002), ampok jagung memiliki kadar pati dan 40% polivinil alkohol (PVOH) dari berat
yang cukup tinggi serta serat yang pati dimasukkan dalam satu wadah kemudian
diharapkan dapat memperbaiki sifat dilakukan pengadukan cepat menggunakan
mekanisnya (Iriani dkk., 2011). mixer. Tunggu hingga adonan mengembang.
Pati sebanyak 36 gram yang telah kering
Dari penelitian yang dilakukan oleh dimasukkan ke dalam adonan dan dilakukan
Hendrawati dkk. (2015), menunjukkan pengadukan lambat. Setelah semua
bahwa kandungan protein terbanyak yang tercampur rata, adonan dituang ke dalam
terdapat pada kacang kedelai sebesar 35% cetakan. Selanjutnya, adonan tersebut
mempengaruhi daya serap air, daya urai dan dimasukkan ke dalam oven pada suhu 125oC
daya tarik suatu biodegradable foam. Foam dan di panggang selama 1 jam. Setelah itu,
yang dihasilkan dari penelitian tersebut foam didinginkan pada suhu ruang selama 4
belum membentuk foam dengan baik, hari.
dikarenakan isolat protein yang bertindak
sebagai blowing agent belum bekerja dengan 2.3. Uji Water Absorption
baik. Selain itu, uji tarik biodegradable foam
juga dipengaruhi oleh penambahan kitosan. Pengujian water absorbtion pada produk
Penambahan kitosan pada adonan biodegradable foam mengacu pada standar
biodegradable foam akan berpengaruh ABNT NBR NM ISO 535, 1999. Foam dipotong
terhadap daya tarik dan elongisitas dengan ukuran 2,5 x 5 cm. Sampel terlebih
(elastisitas) dari biodegradable foam dahulu dioven selama 5 menit pada suhu 40
(Nattapon dkk., 2012). - 500C untuk menghilangkan kandungan
airnya. Kemudian sampel diletakkan dalam
Pada penelitian ini dipelajari pengaruh desikator selama 20 menit dan ditimbang,
penambahan kitosan dan jenis pati terhadap prosedur tersebut diulangi hingga berat
karakteristik biodegradable foam. Jenis pati sampel konstan. Selanjutnya sampel
yang digunakan meliputi pati singkong, ditimbang dan dicatat berat awalnya.
jagung, dan sagu. Biodegradable foam yang Kemudian sampel direndam di dalam air
dihasilkan selanjutnya dilakukan empat jenis selama 1 menit untuk mengetahui daya serap
pengujian, yaitu uji kemampuan menyerap sampel terhadap air. Setelah itu, air
air, uji kemampuan terdegradasi, dan uji kuat dihilangkan di permukaan sampel meng-
tarik. gunakan tisu kering dan ditimbang berat
sampel setelah direndam dalam air.
2. Metodologi Perubahan berat yang terjadi dicatat.
2
Nanik Hendrawati dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 12, No.1
sampel yang telah jenuh ditimbang sebagai PC. Besarnya nilai kuat tarik dapat
berat awal. Sampel biodegradable foam ditentukan dengan menggunakan persamaan
ditanam di dalam tanah selama 14 hari. berikut ini:
Setelah dilakukan pemendaman selama 14
hari, sampel dibersihkan dari sisa-sisa tanah 𝐹𝑚𝑎𝑘𝑠
𝜎= (3)
yang menempel dan ditimbang berat akhir 𝐴
sampel (Ghorpade dkk., 1995). Untuk Keterangan:
mengetahui persen kehilangan berat dapat σ = Kuat tarik (MPa)
dihitung dengan menggunakan rumus: 𝐹𝑚𝑎𝑘𝑠 = Tegangan maksimum (N)
A = Luas penampang film yang dikenai
(𝑊0 −𝑊1 ) tegangan (mm2)
𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 𝑙𝑜𝑠𝑠 (%) = ×100% (2)
𝑊0
2.6 Uji Scanning Electron Microscope
Keterangan: (SEM)
W0 = Berat awal (gram)
W1 = Berat akhir (gram) Analisis sifat permukaan dilakukan
menggunakan Scanning Electron Microscope
2.5. Uji tarik (SEM) untuk mengetahui morfologi
Analisis mengacu pada Technical Association biodegradable foam yang dihasilkan. Prinsip
of the Pulp and Paper Industry (TAPPI) No. kerja SEM adalah deteksi elektron yang
T404. Pada aplikasinya, biodegradable foam dihamburkan oleh suatu sampel padatan
dipotong sesuai dengan standar ASTM D-638 ketika ditembak oleh berkas elektron
American Standard Testing and Material. berenergi tinggi secara kontinyu yang
dipercepat di dalam electromagnetic coil yang
dihubungkan dengan Cathode Ray Tube
(CRT) sehingga dihasilkan suatu informasi
mengenai keadaan permukaan suatu sampel
senyawa. Jenis mikroskop SEM yang
digunakan untuk pengujian sampel adalah
Phenom tipe G2 Pro.
3
Nanik Hendrawati dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 12, No.1
senyawa non polar, sehingga kedua zat Sedangkan sampel dengan bahan baku pati
tersebut tidak dapat saling larut. jagung sebesar 23% - 71% dan sampel
berbahan baku pati singkong daya urainya
Jumlah kitosan yang ditambahkan juga sebesar 27,8% - 71,07%. Hal ini dipengarui
mempengaruhi banyaknya air yang terserap kandungan amilopektin pada pati. Sampel
oleh foam. Semakin banyak jumlah kitosan dengan kandungan amilopektin lebih sedikit
yang ditambahkan semakin rendah persen akan lebih mudah terurai. Sifat amilopektin
water absorption (jumlah air yang terserap). yang sukar larut dalam air atau hidrofobik
Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian akan mempengaruhi daya urai sampel,
yang dilakukan Schmidt (2006) yaitu semakin karena mikroorganisme di dalam tanah
bertambahnya kitosan maka daya serap membutuhkan air untuk metabolisme
biodegradable foam terhadap air akan (Hendritomo, 2010). Begitu pula dengan
semakin berkurang. Berdasarkan penelitian pengaruh penambahan kitosan terhadap
Setiani dkk. (2013) adanya gugus amina daya urai sampel, semakin banyak kitosan
(NH2) pada posisi C2 dan juga karena gugus yang ditambahkan maka semakin sulit pula
hidroksil primer dan sekunder pada posisi C 3 sampel tersebut terurai. Penambahan kitosan
dan C6 pada kitosan. Kehadiran amino menyebabkan terbentuknya ikatan hidrogen
bermuatan positif menyebabkan molekul yang kuat antara NH3+ dari chitosan dan OH -
dapat mengikat muatan negatif permukaan dari pati. Gugus NH2- yang terkandung pada
melalui ikatan ionik atau hidrogen. Ikatan chitosan akan terprotonasi menjadi NH3+
inilah yang menyebabkan kitosan memiliki dalam larutan asam asetat. Nilai dari NH3+
sifat sukar mengikat air atau disebut juga akan semakin meningkat seiring dengan
hidrofobik. Foam dengan persen penyerapan bertambahnya jumlah chitosan dalam
air terendah dihasilkan dari pati sagu dengan pembentukan foam sehingga foam menjadi
jumlah penambahan kitosan sebesar 30% lebih kuat dan tidak mudah terdegradasi oleh
w/w yaitu sebesar 19,08%. mikroba (Bourtoom dan Chinnan, 2008).
95 75 Singkong
85 pati sagu
65 Jagung
Kehilangan Berat ( %)
pati singkong
Penyerapan Air (%)
75 Sagu
pati jagung 55
65
55 45
45
35
35
25 25
15 15
0 10 20 30 40 0 10 20 30
Konsentrasi Kitosan (%) Konsentrasi Kitosan (%)
Uji daya urai (uji biodegradibility) dilakukan Sifat mekanis biodegradable foam dilihat
dengan cara mengubur sampel di dalam dengan melakukan uji tarik. Tensile Strength
tanah dalam kurun waktu 14 hari, yang atau kuat tarik adalah kekuatan putus suatu
bertujuan untuk mengetahui seberapa cepat bahan yang dihitung dari pembagian gaya
sampel dapat terdegradasi di dalam tanah. maksimum yang mampu ditanggung bahan
Pada uji daya urai biodegradable foam, foam terhadap luas penampang bahan mula-mula.
yang berbahan baku pati singkong lebih Tujuan melakukan uji tarik adalah untuk
mudah terurai dibandingkan dengan sampel mengetahui kekuatan tarik biodegradable
yang terbuat dari pati sagu dan jagung foam. Hasil uji tarik biodegradable foam
sebagaimana ditunjukkan Gambar 3. diolah dalam bentuk grafik pada Gambar 4.
Kemampuan daya urai sampel dengan bahan Gambar 4 menunjukkan bahwa nilai kuat
baku pati sagu sebesar 25,9% - 58,5%. tarik biodegradable foam meningkat seiring
4
Nanik Hendrawati dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 12, No.1
20
Pati Singkong
15 Pati Jagung
σ (MPa)
Pati Sagu
10
0
0 10 20 30 40
Kitosan (%) Gambar 5. Hasil Uji SEM pada foam berbahan
baku pati sagu dengan
Gambar 4. Pengaruh penambahan kitosan penambahan kitosan 25% w/w
terhadap kuat tarik dari dengan perbesaran A.180x ; B.
biodegradable foam 1000x.
Sehingga semakin tinggi kadar kitosan maka Tampak struktur morfologi yang memiliki
akan semakin banyak ikatan hidrogen yang rongga yang rapat dan tidak homogen. Hasil
terdapat di dalam biodegradable foam penampang biodegradable foam pada SEM
sehingga ikatan antar molekul dari dibedakan menjadi dua yaitu closed cell dan
biodegradable foam akan semakin kuat. Hasil open cell. Biodegradable foam yang
uji tarik mempunyai kecenderungan yang mempunyai closed cell lebih tidak menyerap
sama dengan penelitian yang dilakukan air, dinding sel terlihat jelas dan homogen.
Rokhati (2012) yang menyatakan, Sedangkan open cell merupakan
prosentase kitosan terhadap nilai kuat tarik kebalikannya yaitu dinding sel tidak jelas dan
berbanding lurus karena terbentuk ikatan tidak homogen, serta lebih banyak menyerap
molekul yang kuat pada biodegradable foam air. Hasil biodegradable foam yang dihasilkan
sehingga sulit putus pada percobaan ini termasuk open cell karena
struktur yang terbentuk tidak sama sehingga
3.4. Struktur Morfologi ada celah antara dinding sel. Hal inilah yang
menyebabkan biodegradable ini lebih bersifat
Morfologi biodegradable foam dilihat dengan hidrofilik yaitu lebih menyerap air.
uji SEM (Scanning Electron Microscopy).
Sampel foam yang diuji adalah foam dari pati 4. Kesimpulan
sagu dan penambahan kitosan 25% w/w.
Pengujian SEM dilakukan untuk mengetahui Berdasarkan hasil pengolahan data
struktur dari biodegradable foam yang penelitian, dapat disimpulkan beberapa
5
Nanik Hendrawati dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 12, No.1
6
Nanik Hendrawati dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 12, No.1
Stevens, E.S., Klamczynski, A., Glenn, G.M. coatings: past, present and future,
(2010) Starch–lignin foams, Express Trends Food Science and Technology,
Polymer, 4, 311 – 320. 14, 71 – 78.