Anda di halaman 1dari 17

Mekanisme Pencernaan dan Gastritis pada Gaster

Tabita Nathasaria

102016169

Fakultas Kedokteran Kristen Krida Wacana

Terusan Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat, 11510

Email: tabita.2016fk169@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Sistem digestivus atau sistem gastroinstestin adalah sistem organ dalam makhluk hidup multisel
yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa
proses tersebut. Dalam proses mencerna makanan dibutuhkan berbagai macam enzim dan hormon.
Enzim dan hormon dalam saluran pencernaan ini membantu mempercepat penghancuran makanan
dari molekul kompleks menjadi molekul sederhana. Salah satu organ yang dapat berperan
menghasilkan hormone pencernaan adalah gaster yang secara makroskopik terletak di bagian atas
abdomen, terbentang dari permukaan bawah arcus costalis sinistra sampai regio epigastrium dan
pada regio hypochondriacum sinistra. Sebagian besar gaster terletak di bawah costae. Secara kasar
gaster berbentuk huruf J dan mempunyai dua lubang, ostium cardiacum dan ostium pyloricum;
dua curvatura, curvatura major dan curvatura minor; dan dua dinding, pars anterior dan pars
posterior sedangkan secara mikroskopik lambung terdiri atas 3 bagian yaitu, cardia, fundus dan
pylorus yang mendukung pembentukan hormone, HCL, faktor intrinsik dan sebagainya

Kata Kunci: makroskopik gaster, mikroskopik gaster, mekanisme pencernaan

Abstract

Digestivus system or gastroinstestin system is a system of organs in multicellular living things that
receive food, digest it into energy and nutrients, and remove the rest of the process. In the process
of digesting the food it takes a variety of enzymes and hormones. These enzymes and hormones in
the digestive tract help speed up the destruction of food from complex molecules into simple
molecules. One of the organs can play the role of digestive hormone is a grossly macroscopic gene
located at the top of the abdomen, extending from the lower surface of the left costal arcus to the
epigastric region and to the hypochondriacum sinistra region. Most of the gaster is located below
the costae. Roughly gum-shaped J and has two holes, ostium cardiacum and ostium pyloricum;
Two curvatura, major curvatura and minor curvatura; And two walls, anterior pars and posterior
pars whereas microscopically the stomach consists of 3 parts namely, cardia, fundus and pylorus
that support the formation of hormones, HCL, intrinsic factors and others.
Keywords: macroscopic gaster, microscopic gastric, digestive mechanism
Pendahuluan

Sistem pencernaan berperan terhadap hemeostasis dengan mentransfer nutrien, air, dan elektrolit
dari lingkungan eksternal ke lingkungan yang internal. Makanan yang dicerna merupakan sumber
energi atau bahan bakar, yang esensial. Bahan bakar atau nutrisi tersebut digunakan oleh sel untuk
menghasilkan ATP untuk melaksanakan berbagai aktivitas yang memerlukan energi, misalnya
transport aktif, kontraksi, sintesis, dan sekresi. Makanan yang kita makan juga merupakan bahan
baku untuk memperbaharui dan menambah jaringan tubuh.1 Perlu diketahui bahwa pada saat
makan tidaklah secara otomatis menyebabkan molekul-molekul yang telah ada dimakanan terserap
langsung ke dalam sel, karena makanan mula-mula harus dicerna, atau diuraikan secara kimiawi,
menjadi molekul-molekul kecil sederhana yang dapat dicerna kedalam sistem sirkulasi untuk
didistribusikan ke sel-sel. Dalam keadaan normal, sekitar 95% makanan yang tercerna dapat
tersedia untuk digunakan oleh tubuh. Sistem pencernaan sendiri melakukan 4 proses pencernaan
dasar diantaranya adalah motilitas, sekresi, digesti, dan absorpi. Namun apabila terjadi gangguan
pada salah satu organ pencernaan maka akan terjadi ketidak sinambungan dalam proses
pencernaan lainnya sehingga melalui makalah ini akan dipaparkan mekanisme pencernaan dan
pada pembahasan makalah ini berfokus pada organ pencernaan di gaster atau lambung.

Makroskopik Organ Lambung

Lambung merupakan suatu organ yang terletak antara esophagus dengan duodenum, berada pada
sebagian sebagian regio epigastrium dan dominan pada regio hypochondriacum sinistra abdomen4
serta terletak pada kuadran kiri atas jika dilihat dari pola 4 kuadran. Gaster merupakan organ
intraperitonel terbagi atas 4 regio, yaitu pars cardiaca, fundus gastricus, corpus gastricum, dan pars
pylorica, yang terbagi menjadi antrum pyloricum dan canalis pyloricus. Memiliki 2 buah
permukaan yaitu permukan anterior dan posterior serta memiliki 2 buah curvatura yaitu mayor dan
minor.3,2 Bagian paling distal dari pylorica gaster adalah pylorus. Pylorus terlihat pada permukaan
gaster dengan adanya konstriksi pyloricus yang berisi suatu cincin musculorum gaster yang
menebal, sphincter pyloricum yang mengeliling lubang gaster, yaitu ostium pyloricum. Permukaan
anterior lambung berhubungan dengan diafragma, lobus kiri dari hepar serta dinding anterior
abdomen. Permukaan posterior berbatasan dengan aorta, pancreas, limpa, ginjal kiri, kelenjar
supra renal serta mesokolon transversum. Ciri-ciri lain dari gaster adalah meliputi:4
 Curvatura major/ventriculi major, yang merupakan tempat perlekatan legamentum
gastrosplenicum/gastolienale dan omentum majus
 Curvatura minor/ventriculi minor, yang merupakan suatu tempat perlekatan untuk
omentum minus
 Incisura cardiaca, yang membentuk sudut superior saat esophagus memasuki gaster
 Incisura angularis merupakan takik pada curvature minor.

Gambar 1. Makroskopik Gaster


Suplai pembuluh darah berasal dari percabangan aorta abdominalis melalui truncus coeliacus atau
tricus halleri yang mempercabangkan A. gastrica sinistra, A. lienalis, dan A. hepatica communis.
Berikut adalah cabang-cabang dari arteri yang memperdarahi gaster:2,3,4

1. A.Gastrica sinistra, cabang dari A. coeliacus berjalan sepanjang curvatura minor.


2. A.Gastrica dextra, cabang a.hepatica communis dan beranastomosis dengan a.gastrica sinistra.
3. A.Gastroepiploica dextra atau gastro-omentalis dextra, cabang a.gastroduodenal yang
merupakan cabang a.hepatica communis, memperdarahi lambung yang berjalan pada
curvatura mayor.
4. A.Gastroepiploica sinistra atau gastro-omentalis sinistra, memperdarahi curvature major
sebelah kiri cabang dari a. splenica/ a.lienalis dan beranastomosis dengan a. gastroepiploica
dextra.
5. A. Gastrica brevis, cabang dari arteri lienalis, yang memperdarahi bagian fundus.

Organ gaster dipertahankan pada tempat, sehingga tidak bergerak dan berpindah saat melakukan
berbagai aktivitas oleh beberapa ligamentum diantaranya, yaitu:
 Oesophagus pada diaphragma yang paling kuat dikarena melekat pda gaster hanya melalui
lubang hiatus oesophagia
 Ligamentum hepatoduodenale
 Ligamentum hepatogastricum
 Ligamentum pherinogastricum
 Ligamentum gastro lienale
 Ligamentum gastorocolicum

Gambar 2. Vaskularisasi dan Fixasi lambung

Aliran vena lambung mengikuti nama dari arteri-arteri yang memperdarahi lambung dan aliran
vena lambung akan bermuara menuju ke vena porta. Aliran limfe lambung juga mengikuti daerah
daerah yang diperdarahi arteri arteri lambung. Pada daerah yang diperdarahi cabang arteri lienalis
maka aliran limfe akan bermuara ke hilus lienalis, sedangkan pada sepanjang arteri gastrica sinistra
akan bermuara ke limfe sekitar arteri coeliacus. Daerah curvature mayor akan bermuara ke limfe
nodus subpilorik yang selanjutnya bermuara ke limfe nodus coeliacus.3 Lambung dipersarafi oleh
saraf simpatis dan parasimpatis. Persarafan simpatis dilakukan oleh cabang-cabang dari plexus
coliacus di bagian posterior terhadap gaster. Sedangkan persarafan parasimpatis dilakukan oleh
nervus vagus, baik nervus vagus anterior dan posterior masuk kedalam cavum abdominalis melalui
hiatus esophagus. Vagus anterior akan menginervasi bagian lambung di sepanjang kurvatura minor
dan permukaan anterior lambung. Sedangkan vagus posterior akan emberikan cabang ke arah
bagian anterior dan posterior dari lambung.2
Mikroskopik Organ Lambung

Secara umum saluran cerna memiliki 4 lapisan utama yaitu, tunika mukosa, tunika submucosa,
tunika muskularis eksterna dan tunika adventitia/ fibrosa. Mukosa melapisi permukaan luminal
saluran cerna bagian pada mukosa terbagi atas 3 bagian yaitu:
 Komponen primer mukosa adalah membrane mukosa, suatu lapisan epitel sebelah dalam
yang berfungsi sebagai permukaan protektif. Lapisan ini juga mengalami modifikasi
dibagian-bagian tertentu untuk sekresi dan absorpsi. Membrane mukosa mengandung sel
kelenjar eksokrin untuk sekresi getah pencernaan dan sel kelenjar endokrin untuk sekresi
hormone pencernaan kedalam darah, dan sel epitel yang khusus untuk menyerap nutrient
yang telah tercerna.
 Lamina propria adalah lapisan tengah tipis jaringan ikat tempat epitel berada. Lapisan ini
mengandung gut-associated lymphoid tissue (GALT) yang penting dalam pertahanan
terhadap bekteri usus penyebab penyakit
 Muskularis mukosa lapisan otot polos yang jarang, adalah lapisan mukosa terluar yang
terletak disamping mukosa.

Lapisan kedua adalah submucosa yang merupakan lapisan dibawa mukosa berupa lapisan tebal
jaringan ikat yang menentukan daya regang dan elastisitas saluran cerna. Bagian ini mengandung
pembuluh dan pembuluh limfe yang besar. Didalam submucosa juga terdapat anyaman saraf yang
dikenal dengan pleksus submucosa. Lapisan ketiga adalah muskularis eksterna merupakan
selubung utama yang mengelilingi submucosa. Disebagian besar saluran cerna muskularis
eksterna terdiri atas dua lapisan yaitu, lapisan sirkular dalam dan longitudinal luar. Lapisan sirkular
berguna untuk mengkontriksikan lumen sedangkan muskulus longitudinalis berguna untuk
memanjangkan dan memendekkan saluran cerna. Bersama-sama dengan aktivitas kontraktil kedua
lapisan otot ini menghasilkan gerakan mendorong dan mencampur selain itu, bersama-sama
dengan anyaman saraf pleksus mienterikus dan pleksus submucosa disertai dengan hormone dan
mediator kimiawi lokal akan membantu mengatur aktivitas lokal usus. Lapisan keempat adalah
serosa yang merupakan jaringan ikat paling luar yang menutupi saluran cerna serta mengeluarkan
cairan encer licin/cairan serosa yang melumasi dan mencegah gesekan antara organ-organ
pencernaan dan viscera disekitarnya. Hampir diseluruh panjang saluran cerna, serosa
bersambungan dengan mesenterium, yang menggantung organ-organ pencernaan dari dinding
dalam rongga abdomen seperti kawat. Pada organ lambung ditunika mukosanya terdapat gastric
pits atau foveola gastica yaitu bagian yang menjorok ke dalam. Epitel pada tunika ini ialah epitel
toraks tanpa sel goblet. Dinding gaster sangat berlipat disebut rugae yang terdiri dari lapisan otot
tebal. Masing-masing bagian ini memiliki kelenjar dengan ciri khas tertentu. Kelenjar pada kardia
dan pilorus memiliki sifat yang hampir mirip yaitu tersusun dari tubulosa kompleks yang
mensekresikan mukus. Kelenjar pilorus relatif pendek, simpleks dan tubulosanya bercabang.
Mukus dari kelenjar ini berfungsi melindungi lambung dari auto-digestion akibat sekresi enzim
proteolitik yang cenderung asam. Sedangkan kelenjar pada fundus memiliki bagian leher, corpus
dan fundus.5 Mengandung epitel mukosa selapis torak tanpa sel goblet. Seluruh permukaan
mukosa gaster terdapat gastric pits atau foveola gastrica. Pada lamina propria terdapat kelenjar di
cardia, fundus maupun pilorus. Kelenjar ini mulai dari dasar gastric pit meluas kearah tunika
muskularis mukosa. Pada kelenjar fundus terdapat 4 macam sel yaitu chief cel, parietal cell,
mucous neck cell, dan argentafin cell. Chief cell merupakan sel terbanyak, berbentuk piramid, inti
di basal, oval dan kromatin agak padat. Pada bagian apikal sel terdapat butir-butir zymogen yang
mengandung pepsinogen. Parietal cell berfungsi untuk menghasilkan HCL dan faktor intrinsik
lambung, bentuk oval/poligonal, banyak terdapat pada korpus kelenjar Inti bundar 1-2 dan
sitoplasma asidofil. Mucous Neck cell memiliki bentuk sel kubus atau torak rendah, sitoplasma
bergranula halus pucat (mengandung musigen), lebih pucat dari chief cell, mucigen dari epitel
permukaan lebih kental dan tergolong neutral polysacharida. Argentafin cell/ enterochromafin cell/
enter-oendocrine cell dapat dilihat dengan pewarnaan perak atau garam chromium (berwarna
kuning kecoklatan).6

Gambar 3. Gambaran umum struktur mikroskopik organ cerna dan gaster


Enzim dan Hormon yang Terdapat di Lambung

Proses pencernaan secara umum terbagi atas proses pencernaan secara mekanis dan proses
pencernaan kimiawi. Secara mekanis bolus dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk
mempermudah proses pencernaan kimia melalui enzim. Dilihat dari fungsinya enzim menjadi
sangat penting dalam proses pencernaan kimia agar proses kimia tersebut berlangsung lebih cepat.
Pencernaan telah dimulai dari mulut.Di mulut terdapat saliva yang disekresikan oleh kelenjar
parotis, submandibularis dan submaksilaris. Keluarnya saliva dapat terjadi karena adanya massa
makanan di mulut maupun adanya rangsangan psikis, misalnya berupa bau makanan tertentu.
Saliva terdiri dari 99,5% air dan 0,5% bahan padat seperti albumin dan globulin serta musin. Selain
itu dapat dijumpai sejumlah ion organik seperti kalsium, kalium dan ion bikarbonat. 7,8 Pada saliva
terdapat suatu jenis enzim yaitu amilase saliva atau ptialin. Pada polisakarida, enzim ini bekerja
dengan cara memutuskan ikatan glikosidik 1,4. Enzim ini akan menguraikan polisakarida menjadi
disakarida maltosa. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim diantaranya tingkat keasaman,
suhu, konsentrasi enzim dan substrat juga turut menentukan seberapa optimal enzim ini dapat
berkerja.Selain mencernakan makanan, saliva juga berfungsi melindungi mukosa mulut serta
melarutkan makanan kering dan padat serta melicinkan gumpalan makanan agar mudah ditelan.
Setelah polisakarida mengalami pemecahan menjadi disakarida di mulut, bolus akan melanjutkan
perjalanan ke lambung melalui oesophagus. Bagitu tiba di lambung, kimus akan berhadapan
dengan suasana yang asam. Hal ini disebabkan oleh karena adanya sekresi asam klorida dari sel
parietal sebagai respon terhadap eksistensi kimus. Tingkat keasaman yang tinggi ini sebenarnya
juga berfungsi pada denaturasi dari polipeptida yaitu dengan jalan menguraikan struktur tersier
dengan memotong ikatan hidrogen didalamnya.Selain itu tingkat keasaman yang tinggi bersama
lisozim dari saliva dapat menghancurkan sebagian besar mikroorganisme yang masuk ke gastro-
intestinal track. Selain sel parietal, terdapat pula sel chief dan sel leher mukus pada dinding mukosa
lambung. Sel chief berfungsi untuk menghasilkan pepsinogen, suatu zymogen yang bila aktif akan
memecah protein menjadi proteosa dan pepton. Pepsinogen ini menjadi aktif dengan bantuan asam
klorida yang dihasilkan sel parietal tadi. Pepsin ini spesifik bekerja dengan memutuskan ikatan
peptida pada asam amino aromatik ataupun asam amino dikarboksilat.7Renin merupakan suatu
enzim yang hanya terdapat pada lambung bayi. Renin berfungsi menggumpalkan kasein yang ada
pada susu sehingga tidak mengalir dengan cepat keluar dari lambung. Kasein susu yang berkontak
dengan kalsium pada renin akan bereaksi membentuk kalsium parakaseinat yang bila berkontak
dengan pepsin dapat pecah kembali.8 Pada lambung juga ditemukan lipase. Lipase berfungsi untuk
menghidrolisis tri-gliaserol rantai pendek dan rantai sedang. Namun fungsi lipolitiknya pada
lambung tidak terjadi karena pH optimalnya 7,5 tidak sesuai dengan pH lambung.8

Hormon dalam Sistem Pencernaan

Hormon Sumber Stimulus Utama Fungsi


Untuk Sekresi

Gastrin Sel-sel G di daerah Protein di lambung 1. Merangsang sekresi sel


kelenjar pylorus parietal dan sel utama
lambung 2. Meningkatkan motilitas
lambung
3. Merangsang moilitas ileum
4. Melemaskan sfingter
ileosekum
5. Menginduksi gerakan massa
di kolon
6. Bersifat trofik bagi mukosa
lambung dan usus halus
Sekretin Sel-sel endokrin di Asam di lumen 1. Menghambat pengosonggan
mukosa duodenum duodenum lambung
2. Menghambat sekresi
lambung
3. Merangsang sekresi NaHCO3
encer oleh sel-sel duktus
pancreas
4. Merangsang sekresi empedu
kaya NaHCO3 oleh hati
5. Bersifat trofik bagi pankreas
eksokrin
Kolesistokinin Sel-sel endokrin di Nurien di lumen 1. Menghambat pengosongan
mukosa duodenum duodenum, terutama lambung
produk lemak dan, 2. Menghambat sekresi
dengan tingkat yang lambung
lebih rendah produk 3. Merangsang sekresi enzim-
protein enzim pencernaan oleh sel-sel
asinus pankreas
4. Menyebabkan kontraksi
kandung empedu
5. Menyebabkan relaksasi
sfingter Oddi
6. Bersifat trofik bagi pankreas
eksokrin
7. Dapat menimbulkan
perubahan-perubahan adaptif
jangka panjang proporsi
enzim-enzim pankreas
8. Berperan dalam rasa kenyang
Gastric Sel-sel endokrin di Lemak, 1. Menghambat pengosongan
inhibitory mukosa duodenum endokrinasam, lambung
peptide hipertonisias, 2. Menghambat sekresi
glukosa dan lambung
peregangan di 3. Merangsang sekresi insulin
duodenum oleh pancreas

Mekanisme Pencernaan

Sistem pencernaan sendiri melakukan 4 proses pencernaan dasar diantaranya adalah motilitas,
sekresi, digesti, dan absorpsi. Motilitas yang merujuk kepada kontraksi otot yang mencampur dan
mendorong maju isi saluran cerna, termasuk didalamnya proses mengunyah, menelan dan defekasi
yang dijalankan oleh otot rangka pada organ mulut yang volunter, sebaliknya motilitas di seluruh
saluran pencernaan yang lainnya dilaksanakan oleh otot polos yang dikontrol oleh mekanisme
involunter kompleks. Yang kedua adalah sekresi merupakan sistem pencernaan yang
menghasilkan sekresi endokrin dan eksokrin. Sel kelenjar eksokrin pencernaan adalah sel epitel
khusus yang ditemukan pada permukaan saluran cerna dan didalam organ pencernaan tambahan
contohnya kelenjar eksokrin pancreas yang mensekresikan getah pencernaan dan endokrin adalah
sel epitel khusus yang menghasilkan satu kisaran protein sinyal yang diklasifikasikan sebagai
hormo GI atau peptide GI, yang memasuki darah dan dibawa ke target didalam saluran cerna.
Dilanjutkan ke tahap berikutnya adalah digesti. Manusia mengkonsumsi tiga kategori utama bahan
makanan yang kaya akan energi yaitu, karbohidrat, protein dan lemak. Molekul-molekul ini tidak
dapat melewati membrane plasma secara utuh untuk diserap dari lumen saluran cerna ke dalam
darah ataupun pembuluh limfe. Oleh sebab itu, tujuan dari digesti adalah menguraikan senyawa
kompleks makanan secara kimiawi menjadi satuan-satuan yang lebih kecil dan dapat diserap
seperti monosakarida yang merupakan bentuk sederhana dari karbohidrat, protein dalam ikatan
peptide dan lemak dalam bentuk trigliserida yaitu lemak netral yang terdiri dari satu molekul
gliserol dengan tiga asam lemak yang melekat. Proses yang terakhir adalah absorpsi seperti
diketahui bahwa diusus halus pencernaan telah tuntas dan terjadi sebagian besar penyerapan.
Melaui proses absorpsi, unit-unit kecil makanan yang dpaat diserap yang dihasilkan oleh
pencernaan, bersama dengan air, vitamin, dan elektrolit dipindahan dari lumen saluran cerna
kedalam darah atau limfe.

Mulut, tenggorokkan, kerongkongan

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh
selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.
Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin, dan pahit. Penciuman dirasakan oleh
saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.1

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar
dan geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah
akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan
mulai mencernannya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang
memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar
dan berlanjut secara otomatis.9

Lambung

Makanan masuk kedalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfingter),
yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfingter menghalangi masuknya
kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang
melapisis lambung menghasilkan 3 zat penting, yaitu lendir, asam klorida (HCl) dan prekursor
pepsin (enzim yang memecahkan protein).9 Mukos melindungi sel-sel lambung dari kerusakan
oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang
mengarah kepada terbentuknya tukak lambung. Asam klorida menciptakan suasana yang sangat
asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein, keasaman lambung yang tinggi juga
berperan sebagai penghalan terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.9

 Pengisian Lambung
Volume lambung jika kosong sekitar 50 ml, tetapi organ ini dapat mengembang hingga
kapasitasnya mencapai sekitar 1 liter ketika makan. Akomodasi perubahan volume ini akan
menyebabkan ketegangan pada dinding lambung dan meningkatkan tekanan intra
lambung, tapi hal ini tidak akan terjadi karena adanya faktor plastisitas otot polos lambung
dan relaksasi resesif lambung pada saat terisi. Plastisitas adalah kemampuan otot polos
mempertahankan ketegangan konstan dalam rentang panjang yang lebar, dengan demikian
pada saat serat-serat otot polos lambung teregang pada pengisian lambung, serat-serat
tersebut melemas. Peregangan dalam tingkat tertentu menyebabkan depolarisasi sel-sel
pemacu, sehingga mendekati potensial istirahat yang membuat potensial gelombang
lambat mampu mencapai ambang dan mencetuskan aktivitas kontraktil.Sifat dasar otot
polos tersebut diperkuat oleh relaksasi refleks lambung pada saat terisi. Interior lambung
membentuk lipatan-lipatan yang disebut rugae, selama makan rugae mengecil dan
mendatar pada saat lambung sedikit demi sedikit melemas karena terisi.9
 Penyimpanan Lambung
Selama makanan masuk ke lambung, makanan membentuk lingkaran konsentris makanan
di bagian oral lambung, makanan yang paling baru terletak paling dekat dengan pembukaan
esofagus dan makanan yang yang paling akhir terletak paling dekat dengan dinding luar
lambung. Normalnya bila makanan meregangkan lambung refleks vasovagal dari lambung
ke batang otak dan kemudian kembali ke lambung akan mengurangi tonus di dalam dinding
otot korpus lambung sehingga dinding menonjol keluar secara progresif, menampung
jumlah makanan yang makin lama makin banyak sampai suatu batas saat lambung
berelaksasi sempurna, yaitu 0,8 sampai 1,5 liter. Tekanan dalam lambung tetap rendah
sampai batai ini tercapai. 1,10
 Percampuran Lambung
Kontraksi peristaltik lambung yang kuat merupakan penyebab makanan bercampur dengan
sekresi lambung dan menghasilkan kimus. Setiap gelombang peristaltik antrum mendorong
kimus ke depan ke arah sfingter pilorus. Apabila kimus terdorong oleh kontraksi peristaltik
yang kuat akan melewati sfingter pilorus dan terdorong ke duodenum tetapi hanya sebagian
kecil saja. Sebelum lebih banyak kimus dapat diperas keluar, gelombang peristaltik sudah
mencapai sfingter pilorus menyebabkan sfingter berkontraksi lebih kuat, menutup dan
menghambat aliran kimus ke dalam duodenum.1Sebagian besar kimus antrum yang
terdorong ke depan tapi tidak masuk ke duodenum berhenti secara tiba-tiba pada sfingter
yang tertutup dan bertolak kembali ke dalam antrum, hanya untuk didorong ke depan dan
bertolak kembali pada saat gelombang peristaltik yang baru datang. Gerakan maju mundur
tersebut disebut retropulsi, menyebabkan kimus bercampur secara merata di antrum.9,10
 Pengosongan Lambung
Kontraksi peristaltik antrum, selain menyebabkan pencampuran lambung juga
menghasilkan gaya pendorong untuk mengosongkan lambung. Jumlah kimus yang masuk
ke duodenum pada setiap gelombang peristaltik sebelum sfingter pilorus tertutup
tergantung pada kekuatan peristaltik.9

Sekresi Asam Lambung

Sekresi dari getah lambung diatur oleh mekanisme syaraf dan hormonal. Impuls parasimpatis yang
terdapat pada medulla dihantarkan melalui syaraf vagus dan merangsang gastric glands untuk
mensekresikan pepsinogen, asam klorida, mukus, dan hormon gastrin. Ada tiga faktor yang
merangsang sekresi lambung, yaitu : fase sefalik, fase gastrik, dan fase intestinal.1

 Fase (refleks) Sefalik


Fase ini muncul sebelum makanan masuk ke lambung dan mempersiapkan lambung untuk
mencerna. Penglihatan, bau, rasa dan pikiran tentang makanan merangsang refleks ini.
Impuls syaraf dari cerebral korteks atau feeding centre di hipotalamus mengirimkan impuls
ke medulla oblongata di otak kemudian medulla oblongata menyampaikan impuls melalui
serabut parasimpatis pada syaraf vagus untuk merangsang sekresi dari kelenjar.9
 Fase Gastrik
Merangsang sekresi dari getah lambung dan kelenjar lambung. Terjadi ketika makanan
memasuki lambung. Semua jenis makanan menyebabkan penggelembungan (distension)
dan merangsang reseptor yang terdapat pada dinding lambung. Reseptor mengirim impuls
ke medulla Protein dan kafein yang tercerna sebagian merangsang mukosa pilorus untuk
mensekresikan hormon gastrin, selanjutnya hormon gastrin merangsang kelenjar lambung
untuk mensekresikan getah lambung. Kelenjar lambung yang merangsang sekresi sejumlah
besar getah lambung, juga menimbulkan kontraksi lower esophageal spinchter dan
ileocecal spinchter. Sekresi gastrin terhalang saat pH cairan lambung (HCl) mencapai 2.0.
Mekanisme negative feedback ini membantu menyediakan pH optimal untuk
memfungsikan enzim-enzim di perut.9
 Fase Intestinalis
Fase ini terjadi saat makanan meninggalkan lambung dan memasuki usus halus. Saat
protein yang telah tercerna sebagian memasuki duodenum, protein ini merangsang lapisan
mukosa pada dinding duodenum untuk melepaskan enteric gastrin, hormon yang
merangsang kelenjar gastrik untuk melanjutkan sekresi.9,10

Usus halus

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian
pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam
jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada
lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.1,10

Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.1,10

Pankreas

Pankreas merupakan suatu organ yang terdiri dari 2 jaringan dasar, yaitu asini (menghasilkan
enzim-enzim pencernaan) dan pulau pankreas (menghasilkan hormon). Pankreas melepaskan
enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah, enzim yang
dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik
memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk
inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga
melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara
mentralkan asam lambung.9,10

Hati

Hati merupakan sebuah organ yang besar dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranta
berhubungan dengan pencernaan. Zaat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam vena yang
bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena
porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang
dimasuk di olah. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya
dengan zat-zat gizi, darah diaslirkan ke dalam sirkulasi umum.1

Kandung empedu & saluran empedu

Empedu memiliki 2 fungsi penting, yaitu untuk membantu pencernaan dan penyerapan lemak dan
berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal
dari penghacuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.5

Usus besar

Usus besar terdiri dari kolon ascendens (kanan), kolon transversum, kolon descendens (kiri) dan
kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum). Banyak bakteri yang terdapat didalam usus besar
berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri didalam usus
besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi
normal usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri
di dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan
air, dan terjadilah diare.10

Rektum & anus

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
berakhir di anus. Biasanya rektum ini kosing karena tinja disimpan ditempat yang lebih tinggi,
yaitu pada kolok descendens. Jika kolon descendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka
timbul keinginan untuk buang air besar.9,10 Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan,
dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan
sebagian lainnya dari usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.10

Gambar 6. Organ-organ pencernaan

Mekanisme Protektif dan Iritatif di Lambung

Permukaan mukosa lambung ditutupi oleh suatu lapisan mucus yang berasal dari sel epitel
permukaan dan sel mukus. Mukus ini berfungsi sebagai sawar protektif terhadap beberapa bentuk
cedera yang dapat mengenai mukosa lambung:

 Berkat sifat pelumasnya, mukus melindungi mukosa lambung dari cedera mekanis.
 Mukus membantu mencegah dinding lambung mencerna dirinya sendiri karena pepsin
terhambat jika berkontak dengan lapisan mukus yang menutupi bagian dalam lambung.
Namun yang perlu diketahui bahwa mukus tidak mempengaruhi aktivitas pepsin dilumen,
tempat pencernaan protein makanan berlangsung tanpa gangguan
 Karena bersifat basa, mukus membantu melindungi lambung dari cedera asam karena
menetralkan HCl didekat lapisan dalam lambung, tetapi tidak mengganggu fungsi HCl di
lumen. Sementara Ph dilumen dapat serendah 2, Ph dilapisan mukus disamping permukaan
sel mukosa adalah sekitar 7.1,9,10

Pada organ lambung dapat terjadi gangguan antara lain adalah kondisi tukak lambung terjadinya
gangguan mekanisme defensive disebabkan karena gastritis atrofi kronis, erubahan lendir
lambung, dan pengurangan sekresi asam. Gastritis atau radang lambung terjadi karena mukosa
lambung cukup sering bersentuhan dengan aliran balik (refluks) getah duodenum yang bersifat
alkalis sehingga terjadi peradangan yang berkembang menjaditukak. Faktor-faktor penyebab lain
dari tukak lambung diantaranya:

 Infeksi Helicobacter pylori dengan peradangan dan kerusakan sel.


 Mekanisme penutupan sfincter pylorus tidak bekerja dengan sempurna sehingga
terjadi refluks isi duodenum yang bersifat alkalis. Mukosa lambung akan dikikis oleh
garam-garam empedu dan lysolesitin, akibatnya timbul luka-luka mikro, sehingga
getah lambung dapat meresap ke dalam jaringan dalam.
 Gangguan motilitas lambung, khususnya gerakan peristaltik dan pengosongan
lambung akan terhambat.
 Menurunnya daya tahan mukosa terhadap sifat agresif HCl-pepsin, selain itu keutuhan
dan daya regenerasi sel mukosa dapat diperlemah oleh hipersekresi HCl, penggunaan
obat AINS dan adrenokortikosteroid.
 Hipersekresi asam yang merangsang dinding lambung secara kontinu akan
menyebabkan terjadi gastritis dan tukak ganas. Hipersekresi asam dapat terjadi sebagai
efek samping dari tukak di duodenum dan agak jarang disebabkan oleh tumor pada
pankreas dengan pembentukan gastrin.
 Stress atau ketegangan psikis dan emosional akan memicu pelepasan histamine
berlebih yang berperan dalam sekresi asam.11,12

Kesimpulan

Sistem pencernaan yang melibatkan organ-organ pencernaan dalam tubuh kita termasuk salah
satunya adalah gaster (lambung) yang mempunyai peran penting terhadap pencernaan makanan
yang melibatkan lapisan dinding lambung, region lambung, enzim. Pada dasarnya mekanisme
pencernaan akan terus berlangsung sehingga apabila pola makan seseorang tidak teratur maka akan
memicu peningkatan asam lambung yang apabila tidak diikuti oleh proses cerna makanan akan
melukai organ tersebut selain dikarenakan bakteri dan emosi seseorang.
Daftar Pustaka

1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 8nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2008.
2. Putz R, Pabst R. Sobotta atlas anatomi manusia. Edisi ke-22. Jilid 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2007. h. 128-35.
3. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2006. h. 83-4; 99-118; 207-50.
4. Ricard L. Drake, A.Wayne Vogl, Adam W. M. Mitchell. Gray dasar-dasar anatomi. Indonesia:
Elsevier; 2014
5. Junqueira LC, Carrneiro J. Histologi Dasar Teks dan Atlas. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC 2007. h. 278-307
6. Campbell NA, Reece JB, Mitchel LG. Biologi. Edisi ke-8. Jilid 3. Jakarta: Erlangga; 2010. h.
33-5.
7. 11Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar: sebuah pendekatan klinis.
Jakarta: EGC; 2012 h. 21-2.
8. Marks DB, Allan M. Biokimia kedokteran dasar dan pendekatan klinis. Jakarta: EGC; 2007. h.
551
9. Hamidah D.Fisiologi pencernaan.Jakarta:Buku kedokteran EGC;2007.h.224-29
10. Guyton,Arthur C,Hall,John E.Fisiologi kedokteran.Jakarta:Buku kedokteran EGC;2007
11. Kuipers E, Blaser MJ. Acid peptic disease. In: Goldman L, Schafer AI, eds. Cecil Medicine.
24th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2011:chap 141.
12. Lee EL, Feldman M. Gastritis and gastropathies. In: Feldman M, Friedman LS, Brandt LJ, eds.
Sleisenger and Fordtran’s Gastrointestinal and Liver Disease. 9th ed. Philadelphia, Pa: Saunders
Elsevier; 2010:chap 51.

Anda mungkin juga menyukai