Anda di halaman 1dari 10

PRAKTIKUM VI.

Topik : Pengaruh Temperatur Terhadap Respirasi Biji


Tujuaan : Memahami pengaruh temperatur terhadap respirasi biji yang
berkecambah
Hari/Tanggal : Senin/ 27 - 28 November 2017
Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP ULM Banjarmasin

I. ALAT DAN BAHAN


A. Alat :
1. Labu erlenmeyer 11. Lemari es
2. Statif 12. Inkubator
3. Sterofoam 13. Neraca analitik
4. Benang glambir 14. Pipet titrasi (buret)
5. Tusuk gigi 15. Pipet tetes
6. Kain kasa
7. Aluminium foil
8. Gelas ukur
9. Gelas kimia
10. baki
B. Bahan :
1. Biji kacang hijau yang bernas
2. Larutan 0,5 N NaOH
3. Larutan 0,1 N HCl
4. Larutan 4 % BaCl2
5. Fenolptalin

II. CARA KERJA


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Memilih kacang hijau yang bagus (tenggelam) ketika direndam di dalam air.
3. Menimbang 15 gram biji kacang hijau, membagi menjadi 3 kelompok dan
merendam dalam air selama 24 jam.
4. Membungkus masing-masing kelompok biji kacang hijau dengan kain kasa.
5. Memasukkan ke dalam 3 buah labu erlenmeyer masing-masing 20 ml larutan
0,5 N NaOH.

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan | 97


6. Menggantungkan bungkusan biji tadi ke dalam labu erlenmeyer diatas dengan
bantuan benang dan sterofoam yang sudah diselubungi dengan diikat pada
tusuk gigi untuk menahan tali agar sesuai dengan yang diinginkan. Kemudian
ditutupi dengan aluminium foil.
7. Menyimpan labu erlenmeyer yang berisi biji dan kontrolnya pada :
a. Meletakkan didalam lemari es (5o C ) selama 24 jam.
b. Meletakkan pada temperatur ruangan (32o C ) selama 24 jam.
c. Meletakkan didalam oven (37o C ) selama 24 jam.
8. Selam 24 jam, mengambil masing-masing larutan 5 ml didalam labu
erlenmeyer tersebut.
9. Memasukkan ke dalam labu erlenmeyer 100 ml sesuai perlakuan.
10. Memasukkan masing-masing 2,5 ml larutan BaCl2 4 % dan 2 tetes
fenolptlain pada tiap erlenmeyer yang sudah berisi 5 ml NaOH.
11. Memasukkan masing-masing 20 ml HCl 0,1 N ke dalam pipet titrasi.
Menghitung banyaknya tetesan yang diperlukan agar larutan berubah warna
dari merah muda menjadi bening. Mencatat volume larutan HCl yang
terpakai untuk titrasi, selanjutnya menghitung volume CO2 yang dibebaskan.

III. TEORI DASAR


Respirasi merupakan reaksi enzimatis, karena melibatkan sejumlah enzim
respirasi. Aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh tenperatur lingkungannya,
maka respirasi juga dipengaruhi oleh temperatur lingkungannya.
Suatu proses dapat diketahui dari kenaikan temperatur yang
diakibatkannya. Dan dapat diukur dengan banyak sedikitnya volume O 2 yang
dipergunkan atau banyaknya volume O2 yang dilepaskan. Kegiatan respirasi
dinyatakan dengna volume O2 yang terambil atau dengan volume O2 yang
terlepas dalam 24 jam per gram berat kering. Jumlah CO2 yang terlepas dibagi
dengan jumlah volume O2 yang diperlukan dalam respirasi merupaka suatu angka
yang kita sebut koefisien respirasi. Koefisien respirasi itu benar-benar 1, jika
menjadi substrat juga (biasanya glukosa dan fruktosa sedang gula itu mengalami
oksidasi yang sempurna sampai memberikan hasil akhir CO2 dan H2O).
Respirasi memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi prosesnya yaitu
faktor internal yang mempengaruhi laju respirasi antara lain umur, tipe atau jenis
tumbuhan, sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi laju respirasi antara
lain adalah ketersediaan jumlah substrat, ketersediaan oksigen, dan kelembapan

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan | 98


serta suhu lingkungan. Tentunya tumbuhan yang sudah dewasa dengan tumbuhan
yang masih berkecambah akan memiliki laju respirasi yang berbeda.

IV. HASIL PENGANGAMATAN


A. FlowChart

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan | 99


B. Tabel Hasil Pengamatan

No Perlakuan Jumlah tetesan Keterangan


HCl 0,1 N

1. A (Temperatur ruangan (32o C)) 244 tetes Vsisa = 3,73ml

2. B (Oven (37o C)) 200 tetes Vsisa = 6,67ml

3. C (Lemari kulkas (0 o C)) 490 tetes Vsisa = 7,33ml

CO2 + 2 NaOH Na2CO3 + H2O

NaOH mula-mula dalam 5 ml = 5/2 = 2,5 miligrek

1. Temperatur ruangan
a. Volume HCl terpakai = 16,27/100 = 0,1627 N = 0,1626 miligrek = 1,627
NaOH
b. NaOH terpakai = NaOH awal – NaOH sisa
= 2,5 – 1,627
= 0,873 miligrek
 CO2 yang terdapat dalam 5 ml larutan tersebut = 0,873/2 = 0,4365mlgrek
 CO2 keseluruhan = 20/5 x 0,4365 miligrek = 1,746 miligrek
 CO2 respirasi = CO2 keseluruhan - CO2 pada kontrol
= 1,746 – 1
= 0,746 miligrek

2. Oven
a. Volume HCl terpakai = 13,33/100 = 0,1333 N = 1,333 miligrek
b. NaOH terpakai = NaOH awal – NaOH sisa
= 2,5 – 1,333
= 1,167 miligrek
 CO2 yang terdapat dalam 5 ml larutan tersebut = 1,167/2 = 0,5835
 CO2 keseluruhan = 20/5 x 0,5835miligrek = 2,334miligrek
 CO2 respirasi = CO2 keseluruhan - CO2 pada kontrol
= 2,334 – 1
= 1,334

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan | 100


3. Lemari es
a. Volume HCl terpakai= 32,67/100 = 0,326 N = 3,267 miligrek
b. NaOH terpakai = NaOH awal – NaOH sisa
= 2,5 – 3,267
= -0,767 miligrek
 CO2 yang terdapat dalam 5 ml larutan tersebut = -0,767/2 = -0,3835
 CO2 keseluruhan = 40/5 x -0,3835 miligrek = -3,068 miligrek
 CO2 respirasi = CO2 keseluruhan - CO2 pada kontrol
= -3,068 – 1
= -4,068 miligrek

C. Foto Pengamatan

(Dokumentasi Pribadi. 2017)

(Dokumentasi Pribadi. 2017)

(Dokumentasi Pribadi. 2017)

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan | 101


(Dokumentasi Pribadi. 2017)

(Dokumentasi Pribadi. 2017)

(Dokumentasi Pribadi. 2017)

(Dokumentasi Pribadi. 2017)

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan | 102


V. ANALISIS DATA
Respirasi adalah oksidasi seluler dimana energi yang tersimpan dalam
molekul-molekul makananH2O dan CO2 merupakan hasil akhir dan energi
terlepas. Pada praktikum ini digunakan bahan yaitu biji kacang hijau yang telah
dipilih agar didapatkan biji kacang hijau yang baik. Pada praktikum ini bertujuan
untuk memahami pengaruh temperature terhadap respirasi biji yang
berkecambah. Langkah pertama yang dilakukan dalam percobaan ini adalah
menimbang, kemudian membungkus dengan menggunakan kain kasa dan diikat
dengan benang kemudian memasukkan bungkusan kecambah hijau dengan cara
digantungkan dengan benang pada mulut tabung atau labu erlenmeyer yang
sudah di isi larutan 0,5 NaOH sebanyak 20 ml.
Kain kasa yang digunakan untuk membungkus kecambah memiliki pori-
pori yang cukup besar sehingga dapat digunakan untuk memberi ruang atau celah
yang dapat dilewati oleh oksigen dan karbon dioksida pada saat proses respirasi.
Kecambah di masukkan ke dalam botol yang ditutup rapat, agar tidak ada
gangguan dari laur yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan seperti oksigen
dari luar yang masuk ke dalam botol dan tidak ada karbon dioksida yang keluar
dari botol. Larutan di dalam botol merupakran larutan basa kuat, yaitu NaOH,
NaOH berfungsi sebagai larutan yang dapat berikatan dengan karbondioksida
hasil dari respires kecambah. NaOH yang mengikat karbondioksida akan
membentuk natrium bikarbonat yang merupakan karbondioksida terlarut.
Persamaan reaksinya sebagai berikut:
2NaOH + CO2 → Na2CO3 + H2O

Perlakuan yang diberikan untuk mengetahui pengaruh temperature yaitu


bungkusan biji diletakkan pada tiga tempat yang berbeda yaitu di dalam lemari
es, di dalam oven, di ruangan atau tempat terbuka. Yang mana masing-masing
tempat ini memiliki suhu yang berbeda-beda. Dan didiamkan selama 24 jam.
Setelah 24 jam, kemudian dilakukann titrasi. Titrasi yang dilakukan adalah
titrasi asidimetri, yaitu titrasi penetralan basa (NaOH) dengan menggunakan
senyawa asam, senyawa asam yang digunakan adalah asam kuat HCl. Fungsi
titrasi ini untuk mengetahui jumlah CO2 yang terikat oleh NaOH. Sebelum
dititrasi dengan HCl, larutan dari rangkaian praktikum diambil sebanyak 5 ml
dan ditambahkan BaCl sebanyak 2,5 ml. penambahan BaCl berfungsi untuk
mengendapkan karbondioksida yang telah diikat oleh NaOH. Persamaan
reaksinya sebagai berikut:

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan | 103


BaCl2 + Na2CO3 → BaCO3 + 2NaCl
Larutan yang awalnya berwarna bening kemudian berubah menjadi keruh,
hal ini disebabkan karena terbentuk endapan putih dari hasil penambahan larutan
dengan BaCl2, selanjtnya larutan tersebut diteteskan dengan larutan fenolptalein
(indicator pp) sebanyak 2 tetes. Indicator yang berwarna merah ini menyebabkan
larutan berubah menjadi warna merah muda. Kemudian larutan di titrasi dengan
asam kuat yaitu HCl dengan menggunakan pipet tetes hingga larutan berubah
warna menjadi bening kembali. Warna dapat kembali bening menunjukkan
bahwa larutan basa telah bereaksi sempurna dengan asam, sehingga larutan
menjadi netal. Persamaan reaksinya sebagai berikut:
NaOH + HCl → NaCl + H2O
Jumlah karbon dioksida yang dilepaskan oleh kecambah pada proses
respirasi aerob berbanding lurus dengan jumlah HCl yang diteteskan ketika
titrasi, dengan kata lain semakin banyak karbondioksida yang dilepaskan maka
semakin banyak HCl yang diperlukan saat titrasi, dan begitu pula sebaliknya.
HCl berfungsi sebagai penifer (zat penitrasi) dalam penitrasi ini.
Berdasarkan dari hasil pengamatan pada 3 perlakuan terhadap kecambah,
dapat diketahui sebagai berikut:
1. Temperatur Ruangan
Pada temperature ruangan, jumlah tetesan HCl sebanyak 244 tetes dengan
volume sisa yaitu 3,73 ml. Volume HCl yang terpakai sebesar 0,1627
miligrek. NaOH yang terpakai sebesar 0,873 miligrek. Total CO2 keseluruhan
sebesar 1,746 miligrek dan CO2 yang digunakan untuk respirasi sebesar 0,746.
2. Oven
Pada temperature oven (37o), jumlah tetesan HCl sebanyak 200 tetes dengan
volume sisa yaitu 6,67 ml. Volume HCl yang terpakai sebesar 1,333 miligrek.
NaOH yang terpakai sebesar 1,167 miligrek. Total CO2 keseluruhan sebesar
2,334 miligrek dan CO2 yang digunakan untuk respirasi sebesar 1,334
miligrek.
3. Lemari Es
Pada temperature lemari es (Oo), jumlah tetesan HCl sebanyak 490 tetes
dengan volume sisa yaitu 7,33 ml. Volume HCl yang terpakai sebesar 3,267
miligrek. NaOH yang terpakai sebesar -0,767 miligrek. Total CO2
keseluruhan sebesar -3,068 miligrek dan CO2 yang digunakan untuk respirasi
sebesar -4,068 miligrek.

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan | 104


Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pada kecambah yang
diletakkan pada suhu sangat tinggi memiliki jumlah respirasi CO2 yang lebih
banyak diibandingkan dengan suhu normal (suhu ruang). Respirasi yang paling
banyak ada pada suhu yang terdapat pada suhu ovem yaitu 1,334 miligrek.
Menurut Dwidjoseputro (1983) temperatur mempengaruhi atau punya pengaruh
yang besar terhadap respirasi. Pada suhu 0 derajat respirasi sangat sedikit dan
pada suhu 30 derajat sampai 40 derajat sangat giat bekerja. Kecepatan respirasi
berkurang dapat di sebabkan oleh materi yang mempunyai kadar oksigen lebih
rendah dari karbohidrat. Karbohidrat yang pengoksidasi tidak lengkap.
Pengambilan oksigen yang berlebihan pada kegiatan selain respirasi. Penyebaran
CO2 pada proses asimilasi CO2 di tempat gelap. Respirasi tumbuhan
membebaskan sejumlah besar CO2 pada atmosfer,hutan di perkirakan
menghasilkan 3400 gr CO2 /cm tiap tahunnya.
Penyimpanan dalam suhu rendah mampu mempertahankan kualitas
tanaman, memperpanjang masa simpan hasil pertanian. Karena dapat
menurunkan proses respirasi, menghambat perkembangan mikrobia (tugewel dan
Dahlenburg, 2000). Tetapi penyimpanan pada suhu rendah tidak menekan
seluruh aspek metabolisme pada tingkat yang sama (Darsana, et al., 2003)
Berdasarkan pengamatan, kecambah yang diletakkan pada suhu tinggi
memiliki transpirasi yang sangat banyak, hal ini karena pada suhu tersebut enzim
yang bekerja pada kecambah bekerja secara optimum. Sehingga respirasi yang
dihasilkan juga banyak.

VI. KESIMPULAN
1. Semakin banyak karbondioksida yang diperlukan maka semakin banyak HCl
yang diperlukan pada saat titrasi.
2. Pada percobaan respirasi biji ini dari yang paling cepat hingga yang paling
lambat adalah Oven, suhu ruangan, dan lemari es
3. Fungsi titrasi pada percobaan ini ialah untuk mengetahui jumlah CO2 yang
terikat dengan NaOH.

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan | 105


VII. DAFTAR PUSTAKA
Darsana, L, dkk. 2003. Pengaruh saat Panen dan Suhu Penyimpanan terhadap
UmurSimpanan dan Kualitas Mentimun Jepang (Cucumis sativus).
Agrosains 5 (1): 12-20

Dwidjoseputro. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia

Noorhidayati dkk. 2017. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. PMIPA


FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan | 106

Anda mungkin juga menyukai