Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Gereja merupakan tempat beribadah untuk umat Kristen atau umat Nasrani. Untuk
menciptakan suasana ibadah yang hening, syahdu, dannyaman, tergantung atas kualitas
akustik ruang sehingga umat dapat berdoa, memuji Tuhan dan mendengarkan firman
daripastor atau pendeta dengan khidmat.
Dalam Satwiko (2009), akustik adalah ilmu yang mempelajari tentang suara atau
bunyi. Kriteria akustik yang baik dalam suatu gereja dipengaruhi bentuk denah, bentuk
langit-langit, bahan penyerap pada dinding, vegetasi di lingkungan sekitar, pagar, dan
letak bangunan itu sendiri.
Hal ini tentu menjadi perhatian utama untuk gereja GMIT Ebenhaezer Oeba-
Kupang, yang merupakan lokasi studi kelompok kami. Dari hasil observasi dan
pengamatan langsung terhadap lokasi studi, kami menemukan hal utama yang dapat
mengganggu keheningan dalam gereja, yaitu kebisingan. Kebisingan adalah bunyi atau
suara yang tidak dikehendaki atau mengganggu (Satwiko, 2009). Kebisingan di gereja
GMIT Ebenhaezer Oeba-Kupang terjadi karena posisi gereja yang terlalu dekat dengan
jalan raya, vegetasi penyerap suara yang masih kurang atau jarang, pagar gereja yang
lebih didominasi oleh besi sehingga tidak dapat meredam suara kendaraan atau sumber
suara lain yang dapat mengganggu keheningan dalam gereja.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Kelompok kami menemukan bahwa kebisingan merupakan masalah utama dari


lokasi studi di GMIT Ebenhaezer Oeba-Kupang.

1.3 RUMUSAN MASALAH

Bagaimana cara mengatasi atau menanggulangi masalah kebisingan yang terjadi di


GMIT Ebenhaezer Oeba-Kupang ?
1.4 MANFAAT
Manfaat dari penelitian dan penulisan makalah ini:
1. Bagi peneliti, sebagai tugas besar sekaligus syarat utama untuk mengikuti ujian akhir
semester mata kuliah Fisika Bangunan 2, sebagai informasi factual mengenai akustik
alami dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan materi ini, sebagai
proses belajar dalam mendeskripsikan, menganalisis serta memecahkan masalah
atau fenomena yang terjadi,dan sebagai wadah untuk memupuk kerja sama dalam
kelompok.
2. Bagi masyarakat umum, memberi informasi, referansi, dan sekaligus menambah
pemahaman dan wawasan tentang penggunaan akustik pada bangunan gereja.
BAB II
ISI

2.1 TINJAUAN PUSTAKA


a. Pengertian Akustik
Akustik adalah ilmu yang mempelajari tentang suara atau bunyi. Akustik
merupakan suatu sistem kondisional yang penting dalam arsitektur dan interior. Para
arsitek dan desainer interior saat ini sudah sangat sadar bahwa desain bangunan
berpengaruh pada kualitas bunyi di dalam bangunan sehingga akan menentukan pula
kenikmatan mendengar bunyi. Akustika dalam arsitektur dibagi menjadi akustika
ruang (room acoustics) yang tujuanya mengoptimalkan suara yang ada dalam ruangan
atau bunyi yang dikehendaki dalam ruangan yang biasanya bersumber dari suara
nyanyian, keributan, suara dari alat elektronik dan sumber-sumber bunyi lainya.
Selain itu, akustik bertujuan untuk mengoptimalkan atau mencegah suara yang berasal
dari luar ruangan (suara kendaraan dan suara ainya yang berasal dari luar ruangan)
agar tidak mempengaruhi aktifitas dalam ruangan.
Penataan bunyi pada bangunan mempunyai dua tujuan, yaitu untuk kesehatan dan
untuk kenikmatan. Arsitek maupun desainer interior perlu memahami keempat elemen
tata bunyi agar dapat merancang dengan benar, serta perlu memahami atau
menghayati karakter sumber bunyi. Paduan suara, organ, piano, musik band, musik
klasik maupun gamelan mempunyai keindahan masing-masing. Pemahaman akan
keunikan tadi akan sangat membantu arsitek dalam menyiapkan jalan bunyi sampai
telinga pendengar. Salah satu contoh bangunan yang menghasilkan bunyi yang
hening, indah dan memiliki jiwa adalah bangunan gereja. Gereja adalah bangunan
yang memiliki citra keagungan Tuhan sehingga melalui elemen desain ruang, suasana
kesakralan dapat terbentuk salah satunya melalui akustik (Wardani dalam
Mangunwijaya,1988:63-64).
b. Jenis Akustik
Adapun jenis-jenis sebagai berikut :
a. Jenis akustik siap pakai
Akustik siap pakai diantaranya jenis ubin selulosa dan serat mineral yang
berlubang maupun tak berlubang, bercelah, panel penyisip, dan lembaran logam
berlubang dengan bantalan penyerap. Jenis ini dapat dipasang dengan berbagai
cara, misalnya disemen pada sandaran, dipaku atau dibor pada kerangka kayu, atau
dipasang pada sistem langit-langit gantung.
Jenis akusitik siap pakai khusus, seperti Acoustic Space Unit dan ubin
Geocoustic (oleh Pittsburgh Corning) digunakan pada dinding dan permukaan
plafon dalam susunan yang berjarak antara atau dalam potongan-potongan kecil.
b. Jenis plesteran akustik dan bahan yang disemprotkan
Akustik ini digunakan dengan tujuan utama mengurangi kebisingan. Selain
itu, digunakan dalam auditorium dimana usaha akustik lain tidak dapat dilakukan
karena bentuk permukaan yang melengkung atau tidak teratur. Jenis ini dipakai
dalam bentuk semiplastik, dengan pistol penyemprot atau dengan menggunakan
tangan/diplester. Umumnya efisiensi akustik ini paling baik pada frekuensi tinggi,
tergantung pada kondisi pekerjaan seperti ketebalan dan komposisi campuran
plesteran, jumlah perekat, dan keadaan lapisan dasar pada saat digunakan, serta
cara lapisan digunakan.
c. Jenis selimut (isolasi) akustik
Selimut akustik dibuat dari serat-serat karang (rock wool), serat-serat gelas
(glass wool), serat-serat kayu, lakan (felt), rambut dan sebagainya. Biasanya
selimut ini dipasang pada sistem kerangka kayu atau logam dan digunakan untuk
akustik dengan ketebalan yang bervariasi, antara 1 dan 5 inci (25 dan 125 mm)
penyerapannya bertambah dengan tebal, terutama pada frekuensi-frekuensi rendah.
d. Jenis akustik dengan menggunakan karpet dan kain
Selain berperan sebagai penutup lantai, karpet juga digunakan sebagai bahan
akusitik karena mereka menyerap bunyi dan bising di udara (airborne) yang ada
dalam ruang. Mereka mereduksi dan dalam beberapa kasus meniadakan dengan
sempurna bising benturan dari atas dan mereka menghilangkan bising permukaan
(serat kaki, bunyi langkah kaki, perpindahan perabot rumah). Karpet digunakan
untuk lantai dan juga sebagai penutup dinding. Pemberian karpet pada lantai dan
dinding akan menciptakan suasana tenang.
(sumber : DIMENSI INTERIOR, VOL.6, NO.1, JUNI 2008: 63-72 6)
Gambar jenis-jenis akustik :
a. Jenis ubin selulosa

Gambar 1 Akustik jenis ubin selulosa/google/11 Januari 2017

b. Jenis karpet/kain

Gambar 2 Akustik jenis karpet atau kain/google/11 Januari 2017

c. Jenis selimut (isolasi)

Gambar 3 Akustik jenis selimut (isolasi)/google/ 11 Januari 2017


d. Jenis dengan bahan yang disemprotkan

Gambar 4 Akustik dengan bahan yang disemprotkan/google/11 Januari 2017

2.2 DATA
2.2.1 Letak geografis

Gambar 5 Letak GMIT Ebenhaezer Oeba/google/11 Januari 2017

Gereja Masehi Injili di Timor Jemaat Ebenhaezer terletak di Jalan Pemuda


– Oeba, Kupang dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Timur berbatasan dengan perumahan warga
2. Sebelah Barat berbatasan dengan tempat doa
3. Sebelah Utara berbatasan dengan perumahan warga
4. Sebelah Selatan berbatasan langsung dengan Jalan Ahmad Yani
2.2.2 Keadaan existing
Dari survei yang dilakukan, data yang diperoleh sebagai berikut :
a. Jarak bangunan dari jalan raya adalah 7 m

Gambar 6 Hasil survei/peneliti/12 Desember 2016

b. Pagar yang digunakan adalah jenis pagar trail dengan panjang 41 m

Gambar 7 Hasil survei/peneliti/12 Desember 2016

c. Vegetasi
Jenis pohon yang terdapat pada lokasi sturdi adalah 3 pohon, yaitu pohon
glodokan, pohon beringin dan pohon kelapa

Gambar 8 Hasil survei/peneliti/12 Desember 2016


d. Bukaan
Bukaan jendela pada gereja terdapat 34 buah, dengan tinggi 1,16 m dan lebar
1,68 m

Gambar 9 Hasil survei/peneliti/12 Desember 2016

Bukaan pintu pada gereja terdapat 4 buah pintu utama untuk memasuki ruang
ibadah, dengan tinggi 2,5 m dan lebar 1,65 m. Dan 2 buah pintu di belakang
altar, dengan tinggi 2,2 m dan lebar 1 m.

Gambar 10 Hasil survei/peneliti/12 Desember 2016


e. Orientasi hadap bangunan
Bangunan gereja menghadap ke arah Selatan, yakni pada arah jalan raya
utama, Jalan Ahmad Yani-Oeba

Gambar 11 Hasil survei/peneliti/12 Desember 2016

2.3 ANALISA

Gereja Ebenhaezer Oeba adalah sebuah gereja bagi umat Kristen Protestan yang
terletak di Jalan Ahmad Yani – Oeba, Kupang. Gereja ini merupakan salah satu gereja
yang memiliki jemaat yang cukup banyak, sehingga pada saat ibadah mereka
membutuhkan tempat yang lebih besar dari ruangan yang telah ada. Dalam hal ini
kebisingan sangat berpengaruh pada kawasan sekitar gereja, apalagi gereja Ebenhaezar
terletak tidak jauh dari jalan raya (7 meter dari jalan raya). Berdasarkan hasil studi pada
lokasi, kami menemukan bahwa masalah utama yang terdapat pada gereja ini adalah
kebisingan.
Berkaitan dengan masalah yang ada, khususnya pada eksterior bangunan, solusi
yang dapat diberikan adalah :
1. Pagar
Dari segi estetika, pagar yang terdapat pada lokasi cukup menarik, tetapi kurang
efektif jika dianalisa dari ilmu akustika berkaitan dengan kebisingan. Oleh karena itu,
solusi dari masalah tersebut adalah mengganti pagar tersebut dengan bentuk yang
lebih sedikit menggunakan trali disbandingkan tembok.
2. Vegetasi
Jenis vegetasi yang ada pada lokasi masih belum cukup untuk meredam kebisingan
atau sumber suara dari luar yang dapat mengganggu. Selain itu, penataannya juga
masih kurang menarik. Oleh karena itu, solusi dari masalah tersebut adalah
menambah jenis pohon dan rerumputan/perdu yang berfungsi untuk meredam suara
tapi dengan penataan yang tetap indah dan menarik.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Akustik adalah ilmu yang mempelajari tentang suara atau bunyi. Akustik
merupakan suatu sistem kondisional yang penting dalam arsitektur dan interior yang
memiliki fungsi mengoptimalkan suara yang ada dalam ruangan atau bunyi yang
dikehendaki dalam ruangan yang biasanya bersumber dari suara nyanyian, keributan,
suara dari alat elektronik dan sumber-sumber bunyi lainya. Selain itu, akustik bertujuan
untuk mengoptimalkan atau mencegah suara yang berasal dari luar ruangan (suara
kendaraan dan suara lainnya yang berasal dari luar ruangan) agar tidak mempengaruhi
aktifitas dalam ruangan.
Pada lokasi penelitian yaitu pada GMIT Ebenhaezer Oeba jalan Ahmad Yani
Merdeka, masalah kebisingan yang terbesar adalah berasal dari luar gereja. Kebisingan
yang berasal dari jalan raya yang jaraknya cukup dekat dengan gereja, serta kurangnya
vegetasi disekitar gereja khususnya dibagian depan gereja dan pagar trali yang kurang
meminimalisir suara dari kendaraan yang lewat sehingga menimbulkan kebisingan serta
material yang digunakan juga belum mengatasi kebisingan khususnya pada bagian lantai.

3.2 SARAN
Dari hasil penelitian yang telah kami lakukan di GMIT Ebenhaezer Oeba,
kebisingan masih belum ditanggulangi secara baik dan benar. Berdasarkan kesimpulan
diatas ada beberapa saran yang dapat membantu dalam mengatasi masalah kebisingan
yaitu:
1. Dengan cara penambahan vegetasi secara teratur pada bagian depan GMIT
Ebenhaezer Oeba dan disekitar gereja yang membutuhkan penanaman vegetasi.
2. Pagar trali yang digunakan sebagai pembatas gereja dengan jalan raya harus diganti
dengan pagar tembok yang tingginya sekitar 1.5 m dengan menambahkan batu alam
yang ditempatkan di dinding pagar tersebut.
3. Material yang digunakan pada bagian lantai yaitu hanya berupa paving block dan
harus menambahkan tanaman rumput dengan fungsi menyerap bunyi yang berasal
dari kendaraan.

Anda mungkin juga menyukai