Tugas Kak Helen Woiiiiii
Tugas Kak Helen Woiiiiii
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1 . Pneumonia
a. Definisi
Pneumonia adalah peradangan dari parenkim paru dimana asinus terisi
dengan cairan radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke
dalam dinding dinding alveoli dan rongga interstisium yang ditandai dengan
batuk disertai nafas cepat dan atau nafas sesak pada anak usia balita (Ridha,
2014; Pudiastuti, 2011). Menurut WHO (2014), pneumonia adalah bentuk
infeksi pernapasan akut yang mempengaruhi paru-paru, dimana alveoli paru-
paru terisi dengan cairan sehingga membuat asupan oksigen terbatas untuk
bernafas.
b. Epidemiologi
Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan dan penyumbang
terbesar penyebab kematian anak usia di bawah lima tahun (anak balita).
Pneumonia disebut sebagai pembunuh nomer satu di dunia karena hampir satu
dari lima anak balita meninggal dan lebih dari 2 juta anak di negara
berkembang meninggal setiap tahunnya. Pneumonia di negara berkembang
disebut penyakit yang terabaikan (the neglegted disease) atau penyakit yang
terlupakan (the forgotten disease) karena begitu banyak anak yang meninggal
karena pneumonia tetapi sangat sedikit perhatian yang diberikan terhadap
masalah pneumonia (Said, 2010).
WHO (2000), memperkirakan insidens pneumonia anak balita di negara
berkembang adalah 151,8 juta kasus per tahun dan 8,7% (13, 1 juta) di
antaranya merupakan pneumonia berat. Jumlah kasus pneumonia anak balita di
dunia ada 156 juta. Terdapat 15 negara dengan prediksi kasus baru dan
insidens pneumonia anak balita paling tinggi, mencakup 74% (115,3 juta) dari
156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari setengahnya terkonsentrasi di enam
negara antara lain India 43 juta, China 21 juta, Pakistan, 10 juta, Bangladesh,
Indonesia dan Nigeri (Rudan et al. 2008). Menurut Riskesdas tahun 2007,
pneumonia menduduki urutan ke dua sebagai penyebab kematian bayi dan
balita.
c. Etiologi
Berdasarkan studi mikrobiologik penyebab utama pneumonia anak balita
adalah streptococcus pneumoniae/ pneumococcus (30-50%) dan hemophilus
influenzae type b/ Hib (10-30%), diikuti staphylococcus aureus dan klebsiela
pneumoniae pada kasus berat. Bakteri lain seperti mycoplasma pneumonia,
chlamydia spp, pseudomonas spp, escherichia coli. Pneumonia pada neonatus
banyak disebabkan bakteri gram negatif seperti klebsiella spp dan bakteri gram
positif seperti S. Pneumoniae, S. Aureus. Penyebab pneumonia karena virus
disebabkan respiratory syncytial virus (RSV), diikuti virus influenza A dan B,
parainfluenza, human metapneumovirus dan adenovirus. Pneumonia dapat
juga disebabkan oleh bahan-bahan lain misal bahan kimia (aspirasi makan/susu
atau keracunan hidrokarbon pada minyak tanah atau bensin) (Said, 2010).
d. Tanda gejala
Gejala yang sering terlihat pada anak yang menderita pneumonia adalah
demam, batuk, kesulitan bernafas, terlihat adanya retraksi interkostal, nyeri
dada, penurunan bunyi nafas, pernafasan cuping hidung, sianosis, batuk kering
kemudian berlanjut ke batuk produktif dengan adanya ronkhi basah, frekuensi
nafas > 50 kali per menit (Marni, 2014). Pada pemeriksaan kardiovaskuler
akan didapatkan gejala takikardi dan pada pemeriksaan neurologis terdapat
nyeri kepala, gelisah, susah tidur.
f. Pencegahan
Pencegahan pneumonia selain menghindarkan atau mengurangi faktor
resiko, dapat juga dengan pendekatan di komunitas dengan meningkatkan
pendidikan kesehatan, perbaikan gizi, pelatihan petugas kesehatan dalam
diagnosis dan penatalaksanaan yang benar dan efektif. Upaya pencegahan
merupakan komponen strategis pemberantasan pneumonia pada anak terdiri
dari pencegahan melalui imunisasi dan nonimunisasi.
Imunisasi terhadap patogen yang bertanggung jawab terhadap pneumonia
merupakan strategi pencegahan spesifik (Kartasasmita, 2010). Dari beberapa
studi vaksin (vaccine probe) diperkirakan vaksin pneumokokus konjungasi
dapat mencegah penyakit dan kematian kasus pneumonia pneumokokus 20-
35% dan vaksin Hib mencegah penyakit dan kematian kasus pneumonia Hib
15-30%. Sekarang ini di negara berkembang direkomendasikan vaksin Hib
untuk diintegrasikan ke dalam program imunisasi rutin dan vaksin
pneumokokus konjugasi direkomendasikan sebagai vaksin yang dianjurkan
(Said, 2010).
Pemberian zink dapat mencegah terjadinya pneumonia pada anak, meskipun
apabila digunakan untuk terapi zink kurang bermanfaat. Pemberian zink 20
mg/hari pada anak pneumonia efektif terhadap pemulihan demam, sesak nafas
dan laju pernafasan (Marni, 2014).
Pencegahan non imunisasi sebagai upaya pencegahan nonspesifik
merupakan komponen yang masih sangat strategis. Banyak kegiatan yang
dapat dilakukan misalnya pendidikan kesehatan kepada berbagai komponen
masyarakat, terutama pada ibu anak balita tentang besarnya masalah
pneumonia dan pengaruhnya terhadap kematian anak, perilaku preventif
sederhana misalnya kebiasaan mencuci tangan dan hidup bersih, perbaikan gizi
dengan pola maka nan sehat; penurunan faktor risiko lain seperti mencegah
berat badan lahir rendah, menerapkan ASI eksklusif, mencegah polusi udara
dalam ruang yang berasal dari bahan bakar rumah tangga dan perokok pasif di
lingkungan rumah (Said, 2010).
g. Penanganan
Pemberian antibiotika segera pada anak yang terinfeksi pneumonia dapat
mencegah kematian. Antibiotik yang dianjurkan untuk pneumonia adalah
antibiotik sederhana, tidak mahal seperti kotrimoksazol atau amoksisilin yang
diberikan secara oral. Dosis amoksisilin 25 mg/kg BB dan kotrimoksazol (4
mg trimetoprim: 20 mg sulfometoksazol) /kgBB. Penerapan Pedoman
Tatalaksana Baku Pneumonia termasuk pemberian antibiotik oral sesegera
mungkin dapat menurunkan 13-55% mortalitas pneumonia (20% mortalitas
bayi dan 24% mortalitas anak balita).
h. Faktor Risiko
Menurut Kartasasmita (2010), faktor risiko adalah faktor atau keadaan yang
mengakibatkan seorang anak rentan menjadi sakit atau sakitnya menjadi berat.
Dari faktor risiko ini diharapkan dapat dijadikan dasar dalam menentukan
tindakan pencegahan dan penanggulangan kasus. Faktor risiko menurut WHO
adalah karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita
individu dan secara statistik berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus
baru berikutnya. Faktor risiko yang dicurigai merupakan faktor risiko yang
belum mendapatkan dukungan sepenuhnya dari hasil penelitian dan faktor
risiko yang ditegakkan merupakan faktor risiko yang telah mendapatkan bukti
dari hasil penelitian. Faktor risiko dapat digunakan untuk memprediksi,
memperjelas penyebab dan mendiagnosa kejadian penyakit.
Menurut Notoadmodjo (2010), faktor risiko dikelompokkan menjadi dua,
yaitu faktor risiko ekstrinsik (faktor yang berasal dari lingkungan yang
memudahkan orang terjangkit penyakit) dan faktor risiko intrinsik (faktor
risiko yang berasal dari dalam organisme sendiri).
Berbagai faktor risiko yang meningkatkan kejadian, beratnya penyakit
dan kematian karena pneumonia, yaitu status gizi (gizi kurang dan gizi buruk
memperbesar risiko), pemberian ASI ( ASI eksklusif mengurangi risiko),
suplementasi vitamin A (mengurangi risiko), suplementasi zinc (mengurangi
risiko), bayi berat badan lahir rendah (meningkatkan risiko), vaksinasi
(mengurangi risiko), dan polusi udara dalam kamar terutama asap rokok dan
asap bakaran dari dapur (meningkatkan risiko).
Maryunani (2010), menyebutkan terjadinya pneumonia di pengaruhi 3
faktor yitu faktor lingkungan meliputi : pencemaran udara dalam rumah,
fentilasi rumah, kepadatan hunian ; faktor resiko anak meliputi : umur, BBLR,
status gizi, pemberian vitamin A, status imunisasi dan faktor perilaku meliputi
: perilaku pencegahan dan penanggulangan penyakit pneumonia. Faktor resiko
meningkatnya angka kejadian dan keparahan penyakit antara lain: prematuritas,
malnutrisi, status sosial ekonomi rendah, terkena asap secara pasif, dititipkan
di penitipan anak, tinggal dirumah yang terlalu padat, mempunyai riwayat
pneumonia (Lalani dan Schneeweiss, 2012)
:
i. Pendekatan Segitiga Epidemiologi
Dalam segitiga epidemiologi (Epidemiologi Triagle) menggambarkan
hubungan tiga komponen penyebab penyakit yaitu host, agen/agent dan
lingkungan/environment (dibentuk segitiga). Sakit terjadi karena interaksi
antara agent, host and environment (Maryani dan Muliani, 2010).
Agen memiliki sifat infektivitas (kemampuan agen untuk mengakibatkan
infeksi pada host yang rentan), patogenitas (kemampuan agen untuk
menyebabkan penyakit pada host), dan virulensi (kemampuan agen untuk
menimbulkan berat ringan suatu penyakit pada host). Host merupakan manusia
atau organisme yang rentan oleh adanya agen. Faktor internal host meliputi
umur, jenis kelamin, ras, agama, adat pekerjaan dan genetik. Lingkungan
adalah kondisi atau faktor berpengaruh yang bukan bagian dari agen atau host,
tetapi dapat mendukung masuknya agen ke dalam host dan menimbulkan
penyakit.
b) Status gizi
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Status gizi
dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi dalam
tubuh. Tubuh yang memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan
secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum
pada tingkat setinggi mungkin (Marmi, 2012).
Kondisi tubuh dengan gizi kurang, akan menyebabkan seorang anak mudah terserang
penyakit. Bakteri atau virus mudah masuk dalam tubuh individu dengan ketahanan tubuh
atau imunitas yang kurang. Kondisi kurang gizi dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh
dan pada anak-anak dengan kodisi tersebut dapat melemahkan otot-otot pernafasan
sehingga balita dengan gizi kurang akan mudah terserang ISPA dibandingkan balita
dengan gizi normal (Maryunani, 2010).
Status gizi dipengaruhi secara tidak langsung oleh status sosial
ekonomi keluarga, antara lain tingkat pendidikan dan pendapatan
keluarga. Orang dengan pendidikan tinggi semakin besar peluangnya
untuk mendapatkan penghasilan yang cukup supaya bisa berkesempatan
untuk hidup dalam lingkungan yang baik dan sehat (Adriani, 2012).
Orang yang mempunyai pendidikan yang tinggi dengan pendapatan yang
cukup akan mampu memilih dan membeli sumber daya kesehatan yang
baik, salah satunya dalam memenuhi asupan gizi bagi balita.
Indeks antopometri yang umum digunakan dalam menilai status
gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U), Tinggi Badan menurut
Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB).
Berdasarkan Kepmenkes Nomer 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang
standar antopometri penilaian status gizi anak, katageri dan ambang
batas status gizi anak berdasarkan indeks seperti pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Kategori dan ambang batas status gizi anak
Indeks Kategori Ambang Batas (Z-score)
4. Yunihasto, Judul : Lingkungan Hasil : faktor risiko lingkungan fisik rumah Variabel bebas : Variabel bebas
E.B. 2007. Rumah Balita yang dapat menyebabkan terjadinya lingkungan fisik pendidikan ibu,
Tesis. FK- Penderita Pneumonia pneumonia balita adalah luas ventilasi < 10 rumah, Variabel pendapatan
UGM di Kecamatan % luas lantai dengan (p=0,00 OR=5,4 CI terikat : kejadian keluarga, status
Sukmajaya Kota 95% 2,8-10,6) ; kepadatan penghuni rumah < pneumonia, jenis gizi, pemberian
Depok Provinsi Jawa 10 m2 dengan (p=0,00 OR=2,2 CI 95% 1,4- penelitian ASI Eksklusif,
Barat 3,6) dan rumah yang tidak ada lubang asap BBLR, subjek
Jenis Penelitian : dapur dengan nilai (p=0,02 OR=1,6 CI 95% penelitian, tehnik
observasional dengan 1,1-2,5). sampel,
desain case control
study
5. Anwar, A Judul : Pneumonia Faktor risiko yang yang berperan dalam
dan pada Anak Balita di kejadian pneumonia balita adalah jenis
Dharmayanti, Indonesia kelamin (p=0,01 OR=1,1 CI 95% 1,02-1,18),
I . Jurnal Jenis penelitian : tipe tempat tinggal (p=0,00 OR=1,15 CI 95%
Kesehatan Deskriptif analitik 1,06-1,25), pendidikan ibu (p=0,00 OR=1,20
Masyarakat dengan desain potong CI 95% 1,11-1,30), tingkat ekonomi keluarga
Vol. 8, No.8, lintang (p=0,00 OR=1,19 CI 95% 1,10-1,30),
Mei 2014. pemisahan dapur dengan ruang lain (p=0,01
OR=1,19 CI 95% 1,05-1,34), kebiasaan
membuka jendela kamar (p=0,01 OR=1,17
CI 95% 1,04-1,31) dan ventilasi kamar yang
cukup (p=0,01 OR=1,16 CI 95% 1,04-1,30).
Variabel bebas : Variabel bebas :
pendidikan ibu, pendapatan
lingkungan fisik keluarga, status
rumah, Variabel gizi, pemberian
terikat : kejadian ASI Eksklusif,
pneumonia BBLR. Jenis
penelitian.
Tehnik sampel