Preskas SH Fade
Preskas SH Fade
Preskas SH Fade
ACS NSTEMI
Disusun oleh:
1
BAB I
ILUSTRASI KASUS
Nama : Tuan. A
No. RM : 294426
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 57 tahun
Agama : Islam
Alamat : Gg. Masjid Tirtayasa kel. Sujung, Tirtayasa,
Kabupaten serang, Banten
Suku : Jawa
Pendidikan : Tamat SD
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Buruh
1.2. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Kelemahan Mendadak anggota gerak kiri sejak 12 jam SMRS
2
pendengaran tidak ada, gangguan menelan atau keluhan sering tersedak
tidak ada. Keluhan kejang tidak ada. Buang air kecil (BAK) dan buang air
besar (BAB) baik, masih bisa ditahan. Keluhan seperti ini merupakan yang
pertama kali.
3
Berat badan : 65 kg
Tinggi badan : 160 cm
BMI : 25.3 (overweight)
Mata
Inspeksi :
Alis mata cukup, warna hitam keputihan, enoftalmus (-)/(-),
eksoftalmus (-)/(-), nistagmus (-)/(-), ptosis (-)/(-),
lagoftalmus (-)/(-), edema palpebra (-)/(-), bulu mata lentik,
Konjungtiva Anemis (-)/(-), Sklera Ikterik (-)/(-), sekret (-
)/(-), tampak berair, pterigium (-)/(-), ulkus kornea (-)/(-),
pupil isokor dengan diameter 3 mm/3 mm, RCL (+)/(+),
RCTL (+)/(+)
Telinga,Hidung,Tenggorokan
Hidung :
- Inspeksi : Deformitas (-), kavum nasi lapang, sekret (-)/(-
), deviasi septum (-)/(-), edema (-)/(-)
- Palpasi : nyeri tekan pada sinus maksilaris (-)/(-),
etmoidalis (-)/(-), frontalis (-)/(-)
Telinga :
Inspeksi :
Preaurikuler : hiperemis (-)/(-), abses (-)/(-), massa (-)/(-),
scar (-)/(-)
Aurikuler : normotia, hiperemis (-)/(-), cauli flower (-)/(-),
pseudokista (-)/(-)
Postaurikuler : hiperemis (-)/(-), abses (-)/(-), massa (-)/(-),
scar (-)/(-)
Liang telinga : lapang, serumen (-)/(-), Ottorhea (-)/(-)
Inspeksi :
Bucal : warna normal, ulkus (-)
Lidah : pergerakan tidak simetris, massa (-)
4
Palatum mole dan uvula simetris pada keadaan diam dan
bergerak, arkus faring simetris, penonjolan (-)
Tonsil : T1/T1, kripta (-)/(-), detritus (-)/(-), membran (-)/(-)
Dinding anterior faring licin, hiperemis (-)
Dinding posterior faring licin, hiperemis (-), Post nasal drip
(-)
Pursed lips breathing (-), karies gigi (-), Kandidiasis oral (-
)
Leher : penonjolan vena jugularis (-), tumor (-), tidak
tampak perbesaran KGB
Paru
- Inspeksi : Penggunaan otot bantuan nafas (-)/(-), bentuk
dada normal, pergerakan kedua paru simetris statis dan
dinamis, pola pernapasan normal.
- Palpasi : ekspansi dada simetris, vocal fremitus (+/+)
- Perkusi : Sonor di semua lapang paru
- Auskultasi : vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak terihat
- Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba 1 jari lateral dari
linea midklavikulasinistra ICS V
- Perkusi : batas jantung kanan pada ICS IV parasternal
dekstra, batas jantung kiri pada ICS V 2 latral medial
linea midklavikula sinistra
- Auskultasi : BJ I-II reguler normal, murmur (-), gallop
(-)
Abdomen
- Inspeksi : datar
- Auskultasi : BU (+) normal
- Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium (-), massa (-)
- Perkusi : timpani, shifting dullnes (-)
Ekstremitas
5
Akral hangat, sianosis (-/-), CRT < 2 detik, edema (-/-)
N. V Kanan Kiri
Cabang Motorik : normal normal
6
Cabang Sensorik
Optahalmik : baik baik
Maxilla : baik baik
Mandibularis : baik baik
N. VII Kanan Kiri
Motorik
M.Frontalis : Baik Baik
M.Orbicularis oculi : Baik Baik
M.Buccinator : Baik Baik
M.Orbicularis oris : Baik Parese
Pengecap Lidah : Baik Baik
N. VIII
Tidak dilakukan pemeriksaan
N. IX, X
Motorik : Baik
Sensorik : Baik
Uvula : letak di tengah
N. XI Kanan Kiri
Mengangkat bahu : baik baik
Menoleh : baik baik
N. XII
• Pergerakan Lidah : parese N. XII sinistra sentral
Atrofi : (-)
Fasikulasi : (-)
Tremor : (-)
D. Sistem Motorik:
5555/1111
5555/1111
E. Gerakan Involunter
Tremor : (-)
Chorea : (-)
Atetose : (-)
Mioklonik : (-)
Tics : (-)
F. Trofik : Eutrofi
G. Tonus : Normotonus
H. Sistem Sensorik
Proprioseptif : baik
Eksteroseptif : baik
7
I. Fungsi Cerebellar dan Koordinasi
Ataxia : tidak ada
Tes Rhomberg : baik
Disdiadokinesia : tidak ada
Jari-Jari : baik
Jari-Hidung : baik
Tumit-Lutut : baik
Rebound Pheomenon : tidak ada
Hipotoni : (-)
J. Fungsi Luhur
Astereognosia : tidak ada
Apraksia : tidak ada
Afasia : tidak ada
K. Fungsi Otonom
Miksi : kadang tidak dapat ditahan
Defekasi : Baik
Sekresi Keringat : Baik
N. Keadaan Psikis
Intelegensia : baik
Tanda regresi : baik
O. Siriraj Skor
8
80
9
Dua tanda dari 3 tanda Stroke Hemoragik
10
Sewaktu
B. EKG
Interpretasi EKG:
Irama : Sinus Rhytm
HR : 95 x/menit
Gel P :0.08
QRS kompleks : 0.12
LVH, RVH (-)
11
C. CT Scan
Interpretasi
• Perifer sulcus kortikal hemisfer kanan tampak menyempit
• Tampak lesi hiperdens dengan perifokal oedema didaerah frontoparietal
kanan berukuran 39,2x32.9 menekan ventrikel kanan, menekan ventrikel,
lateralis kiri mulai melebar
• Midline shift ke kiri ±6 mm
• Tampak lesi hipodens pada adaerah frontalis kiri
• Tidak tampak adanya lesi pada infra tentorial
• Tidak tampak kelainan padda sella dan parasella
1.6. RESUME
1.8 Diagnosis
- Diagnosis klinis : Parase n.VII sinistra central
12
Parase n. XII sinistra central
Hemiparese sinistra
1.9 Prognosis
Ad vitam : dubia
Ad sanactionam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad bonam
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.2. Epidemiologi
Stroke merupakan penyebab kematian tersering ke tiga di negara
Amerika, merupakan penyakit yang paling sering menimbulkan
kecacatan.Menurut American Heart Association, diperkirakan terjadi 3
juta penderita stroke pertahun, dan 500.000 penderita stroke yang baru
terjadi pertahun. Sedangkan angka kematian penderita stroke di Amerika
adalah 50- 100/100.000 penderita pertahun (mulai menurun sebanyak 5%
pertahun sejak tahun 1969, karena kontrol yang baik terhadap faktor
risiko). Data di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus
stroke baik dalam hal kematian, kejadian, maupun kecacatan. Angka
kematian berdasarkan umur adalah: sebesar 15,9% (umur 45-55 tahun) dan
26,8% (umur 55-64 tahun) dan 23,5% (umur 65 tahun).
Insidensi stroke sebesar 51,6/100.000 penduduk. Penderita laki-
laki lebih banyak daripada perempuan dan profil usia dibawah 45 tahun
sebesar 11,8%; usia 45-64 tahun 54,2%, dan usia diatas 65 tahun sebesar
33,5%. Penelitian prospektif tahun 1996/1997 mendapatkan 2.065 pasien
stroke dari 28 rumah sakit di Indonesia). Survei Departemen Kesehatan RI
14
pada 987.205 subjek dari 258.366 rumah tangga di 33 propinsi
mendapatkan bahwa stroke merupakan penyebab kematian utama pada
usia > 45 tahun (15,4% dari seluruh kematian). Prevalensi stroke rata-rata
adalah 0,8%, tertinggi 1,66% di Nangroe Aceh Darussalam dan terendah
0,38% di Papua.
15
16
1.5. Patofisiologi Stroke
17
• Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)
• Stroke in evolution
• Completed Stroke
Berdasarkan sistem pembuluh darah
• Sistem karotis
• Sistem vertebrobasiler
STROKE HEMORAGIK
18
Lokasi perdarahan 60% deep subcortical, 30% superfisial atau lobar dan
10% terletak infra tentorial/cerebellum. Angka kematian da!am 30 hari pertama
setelah terjadi perdarahan yaitu 35- 50%; lebih dari setengahnya mati pada 2 hari
pertama dan 6% penderita mati sebelum mencapai rumah sakit. Tingginya
morbidity dan mortalitas pada stroke hemoragik oleh karena massa hematome dan
efek mekanik terhadap jaringan otak sekitarnya.
19
Diagnosis Stroke
20
g. Neurosonografi untuk mendeteksi stenosis pebuluh darah ekstrakranial
dan intrakranial dalam membantu evaluasi diagnostik, etiologik,
terapeutik, dan prognostik.
Penanganan stroke akut memerlukan pemeriksaan kondisi yang
mengiringi stroke sehingga hasilnya bermanfaat untuk menentukan
antisipasinya.
a. Laboratorium :
Pemeriksaan DPL, LED, hitung trombosit, masa perdarahan, masa
pembekuan
Gula darah dan profil lipid
Ureum, kreatinin, asam urat, fungsi hati, dan urin lengkap
Bila perlu pemeriksaan gas darah dengan elektrolit (Natrium, Kalium)
Roentgen Toraks
Elektrokardiografi
Penatalaksanaan Umum
21
dengan kesadaran menurun, dianjurkan melalui pipa nasogastrik dengan
1500 kalori
- Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan
- Pemberian caian intravena 24 jam pertama cairan emergensi RL, NaCl
0,9%, Asering, dan dilanjutkan 24 jam berikutnya berupa cairan kristaloid
atau koloid, hindari yang mengandung glukosa murni atau hipotonik
- Bila ada dugaan trombosis vena dalam, diberikan heparin/LMWH dosis
rendah bila tidak ada kontraindikasi
-Mobilisasi dan neurorestorasi serta neurorehabilitasi dini bila tidak ada
kontraindikasi.
Penatalaksanaan Spesifik
Prinsip dasar penatalaksanaan stroke akut adalah upaya
memulihkan tekanan perifer otak, mencegah kematian sel otak,
mengoptimalkan metabolisme, dan mencegah terjadinya proses patologis
yang mengiringi serangan otak tersebut, antara lain :
Stroke hemoragik
1. Perdarahan Intraserebral
- Mengobati etiologinya, menurunkan tekanan intrakranial yang tinggi
dengan neuroprotektor dapat diberikan.
- Tindakan bedah dilakukan dengan mempertimbangkan usia dan skala
koma Glasgow lebih dari 4 dan hanya dilakukan pada penderita dengan:
- Perdarahan serebellum dengan diameter lebih dari 3 cm dilakukan
kraniotomi dekompresi
- Hidrosefalus akut akibat perdarahan intraventrikuler atau serebellum
dapat dilakukan VP shunting
- Perdarahan lobar diatas 60 cc dengan tanda-tanda peningkatan
intrakranial akut dan disertai dengan ancaman herniasi
2. Perdarahan Subarakhnoid
- nimodipine dapat diberikan untuk mencegah vasospasme pada
perdarahan subarachnoid primer akut, diawali dengan 1-2 jam pertama 1
22
mg/jam dilanjutkan 1-6 mg/jam dengan continous infusion dan selanjutkan
dengan pemberian per oral 4-6x60 mg
- Terapi hipervolimik-hipertensif hemodelusi di ICU/NCCU
- Pengobatan baru dengan a ballon angioplasty, intraarterial papaverine
atau kombinasi keduanya.
- Pemasangan coil atau clipping aneurisma 30 % untuk mencegah
rebleeding.
Terapi khusus
- Perdarahan intra serebral
Medis
Bedah: evaluasi hematoma
- Perdarahan subarachnoid
Medis (antifibrinolitik, Ca antagonis)
23
Bedah (aneurisma, AVM) dengan ligasi, embolisasi, ekstirpasi,
gamma knife
- Rehabilitasi
Fisioterapi
Terapi wicara
Terapi okupasi
24
DAFTAR PUSTAKA
25