Bab Iv

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

PEMBAHASAN

Pembahasan merupakan analisa antar penerapan teori dan prakteknya

secara nyata pada bab ini kelompok menguraikan kesenjangan yang terjadi pada

teori dengan kasus yang kelompok temukan, disini kelompok membahas

berdasarkan proses keperawatan, meliputi : pengkajian, perencanaan, diagnosis

keperawatan, penatalaksanaan, dan evaluasi.

4.1 Pengkajian Keperawatan

Pada tinjauan kasus dan teori pada kasus stroke non hemoragik ditemukan

pada pemeriksaan airway, ditemukan data sebagai berikut: jalan napas tidak

paten, terdapat obstruksi jalan napas berupa cairan berwarna coklat

kekuningan, terdapat suara napas tambahan gurgling ( bunyi kumur-kumur )

dan terdapat suara tambahan stridor (ngorok). Pada pengkajian breathing di

dapatkan data berupa: napas spontan, gerakan dada simetris, irama napas tidak

teratur, pola napas cepat, pasien tampak sesak napas, RR: 29x/menit. Pada

pengkajian sirkulasi, didapat data berupa: nadi teraba100x/menit, tekanan

darah 170/100 mmHg, suhu36,7oC, CRT > 2 detik, akral hangat, turgor kulit

lambat. Pada pengkajian disability, didapatkan data berupa: kesadaran coma

(E1, V1, M1), pupil isokor, reflek cahaya ada. Pada pengkajian exposure

didapatkan data berupa : tidak ada tanda-tanda deformitas , contusion ,abrasi ,

penetrasi ,burn , laserasi , swelling , edema, gangguan menelan cairan atau

makanan padat (disfagia), pasien mengalami kelemahan seluruh tubuh.

52
Pengkajian antara tinjauan kasus dan tinjauan teori tidak terdapat

kesenjangan karena pengkajian kasus dan teori sudah sesuai. Setelah

dilakukan pengkajian sekunder yang meliputi pemeriksaan Sign/simptom,

Allergi, Medication, Past Medical History, Last oral intake dan Event Leading

Injury (SAMPLE), pemeriksaan fisik terfokus, dan pemeriksaan laboratorium.

4.2 Diagnosis Keperawatan

Dari data yang di peroleh saat pengkajian dapat ditarik kesimpulan

berupa rumusan masalah. Rumusan masalah kemudian dianalisa

menghasilkan suatu diagnosa keperawatan. Pada tinjauan teori ada 3 diagnosa

keperawatan yaitu Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan

hiperventilasi, Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan

dengan penurunan aliran darah ke otak (embolisme), Ketidakefektifan

bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang tertahan/ sisa sekresi.

Sesuai pengkajian Tn DA diatas, didapat 2 diagnosa yang muncul yaitu,

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d spasme jalan napas di tandai dengan

terdapat obstruksi jalan napas berupa cairan berwarna coklat kekuningan,

terdapat suara napas tambahan gurgling (bunyi kumur-kumur) , pasien

tampak sesak napas, pola napas cepat, RR: 29x/menit , SpO2 : 87%, Resiko

ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d penyakit neurologis dan hipertensi.

Diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas didapatkan pengkajian

yaitu GCS E1 V1 M1, TD 170/100 mmHg , tampak kelemahan pada

ekstremitas bawah dan atas

53
Berdasarkan perbedaan diatas penulis menyimpulkan bahwa terdapat

satu diagnosa ditinjauan teori yang tidak dapat ditegakkan ditinjauan kasus

yaitu ketidakefektifan pola nafas karena terdapat persamaan pada diagnosa

ketidakefektifan bersihan jalan nafas , terdapat pada intervensi keduanya ,

karena dalam menentukan diagnosa harus tepat karena akan menentukan

keberhasilan intervensi yang dilakukan

4.3 Perencanaan Keperawatan

Perencanaan merupakan tahap ketiga dalam proses keperawatan yang

diawali dengan memprioritaskan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang

telah ditentukan dengan tujuan terpenuhnya tujuan pasien, pada kasus Tn DA

memprioritaskan masalah Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d spasme

jalan nafas di tandai dengan terdapat obstruksi jalan napas berupa cairan

berwarna coklat kekuningan, terdapat suara napas tambahan gurgling (bunyi

kumur-kumur) , pasien tampak sesak napas, pola napas cepat, RR: 29x/menit

, SpO2 : 87%.

Menyusun rencana keperawatan meliputi langkah-langkah menemukan

intervensi serta membuat rasional atau intervensi yang dilakukan dengan

mengacu pada masalah. Sedangkan kriteria hasil mengacu pada penyebab dan

terakhir membuat evaluasi setelah rencana keperawatan terlaksanakan.

Perencanaan yang disusun sesuai dengan situasi, kondisi Tn DA dan

lingkungan. Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus hari, tanggal dan kriteria

hasil dicantumkan karena pada rencana keperawatan dijadikan acuan untuk

melaksanakan tindakan dan mengevaluasi. Untuk diagnosa Ketidakefektifan

54
bersihan jalan nafas dengan kriteria waktu 2x15 menit, untuk diagnosa

Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak dengan kriteria waktu 2x15

menit.

Perencanaan yang tersusun pada tinjauan teori semua dapat di terapkan

pada tinjauan kasus. Dalam pembuatan kita tidak memiliki masalah untuk

merencanakan karena seluruh intervensi teori dapat diterapkan pada

perencanaan kasus. Intervensi di susun dengan mudah tanpa ada kesulitan

untuk melakukannya.

4.4 Pelaksanaan Keperawatan

Tindakan keperawatan merupakan aplikasi dari rencana yang di susun

sebelumnya dimana tujuan dari pelaksanan memenuhi kebutuhan pasien

secara optimal. Pelaksanaan merupakan tindakan keperawatan sebagai

aplikasi dari perencanaan dimana telah disesuaikan dengan kondisi pasien

dan kebutuhan pasien sesuai dengan pelayanan kesehatan. Pelaksanan

tindakan di triage sudah dilakukan dengan baik dan perawat di triage mau

mengajarkan dan membimbing kami untuk melakukan tindakan yang telah

direncanakan. Asuhan keperawatan pada Tn DA dilaksanakan selama 2x15

menit yaitu pada tanggal 06 Desember 2016. Pelaksaan tindakan keperawatan

dilakukan secara tim di ruang Triage Medik RSUP Sanglah Denpasar. Secara

umum semua tindakan keperawatan sudah dilakukan sesuai dengan rencana.

Hal ini disebabkan peran serta dari keluarga, ketersedian waktu, tempat,

sarana dan prasarana serta kerjasama yang baik dengan perawat di Triage

Medik RSUP Sanglah Denpasar. Dalam memberikan asuhan keperawatan

55
kami bekerjasama dengan perawat diruangan karena kami hanya

melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan dan

waktu saat kami praktek di Triage Medik RSUP Sanglah Denpasar.

a. Diagnosa pertama yaitu Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada

saat pelaksanaan sudah sesuai dengan intervensi dan tidak ada

masalah saat melakukan asuhan keperawatan.

b. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak pada saat

pelaksanaan sudah sesuai dengan intervensi dan tidak ada masalah

saat melakukan asuhan keperawatan.

Pada kasus sudah dilakukan pelaksanaan sesuai dengan intervensi yang

disusun teori. Intervensi yang disusun mudah diimplementasikan dalam kasus

dan tidak menemukan kendala saat pelaksanaan. Hal ini dapat terlaksana

karena ada kerjasama yang baik dan partisipasi keluarga serta keperawatan

tim medis.

4.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan untuk

menilai pencapaian tujuan dan tujuan untuk menentukan keberhasilan dari

asuhan keperawatan yang di berikan. Evaluasi keperawatan dibagi menjadi

dua yaitu evaluasi formatif dengan melakukan penilaian dilakukan perhari

untuk mengetahui perkembangan pasien dan evaluasi sumatif dimana

penilaiannya dilakukan di akhir sesuai dengan kriteria waktu yang

ditentukan pada tujuan untuk menilai keefektifan pemberian asuhan

keperawatan. Pada Tn Da ditemukan dua, dimana untuk mengatasi

56
diagnosa tersebut kami menyusun intervensi rencana keperawatan untuk

setiap diagnosa kemudian dilaksanakan dan sebagian tercapai sesuai

dengan tujuan dan kriteria waktu yang diharapkan dengan evaluasi sebagai

berikut: pada diagnosa pertama yaitu yaitu Ketidakefektifan bersihan jalan

nafas di dapatkan hasil, pasien tampak masih sesak RR : 26x/menit, tidak

terdapat suara napas tambahan (gurling). Pada diagnosa kedua yaitu

Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak di dapatkan hasil, GCS E1

V1 M1, TD 150/100 mmHg.

Pelaksanaan keperawatan sudah dilaksanakan sesuai target waktu

yang ditemukan kemudian di evaluasi setiap 15 menit dengan tujuan untuk

melihat kondisi dan perkembangan dari Tn DA.

57

Anda mungkin juga menyukai