Oleh
Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Perkembangan Paham
Liberalisme
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
Liberalisme berasal dari kata bahasa Inggris, liber yang artinya bebas,
sehingga liberalisme merupakan usaha atau perjuangan menuju kebebasan.
Liberalisme merupakan sebuah paham ketatanegaraan dan ekonomi yang
menghendaki demokrasi dan kebebasan pribadi untuk berusaha dan berniaga dan
pemerintah tidak boleh turut campur. Liberalisme sendiri dilatarbelakangi oleh
pemikiran John Locke. Ia beranggapan bahwa hak asasi manusia meliputi hak
hidup, kemerdekaan, dan hak milik. Hak-hak tersebut tercakup dalam hak politik.
Liberalisme menitikberatkan hak asasi yang melekat pada diri manusia sejak lahir.
Selain itu, J.J. Rousseau dalam bukunya The Contract Social menyatakan
bahwa manusia dilahirkan bebas. Hak dasar ini ditafsirkan sebagi tak ada pihak
lain yang boleh mengambilnya termasuk penguasa, kecuali bila ada persetujuan
dengan pihak yang bersangkutan. Paham ini menuntut kemerdekaan individu
dalam bentuk kemerdekaan ekonomi dan kemerdekaan politik. Liberalisme juga
menuntut adanya kemerdekaan agama.
1
Liberalisme beranggapan bahwa manusia yang bersangkutanlah yang
paling tahu akan kebutuhannya. Olehnya itu, manusia harus mendapatkan
kebebasan sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing, mengakui
adanya produksi bebas dan perdagangan bebas. Bagi liberalisme, kesejahteraan
sosial yang ada diselesaikan melalui musyawarah dan pengakuan persamaan
manusia.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penulis menetapkan tujuan
pembuatan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari Liberalisme.
2. Untuk mengetahui latar belakang serta lahirnya liberalisme.
3. Untuk mengetahui Perkembangan Liberalisme (di Amerika )
4. Untuk mengetahui Bentuk Liberalisme di bidang Politik, Ekonomi,Agama
5. Untuk mengetahui pengaruh Liberalisme terhadap perkembangan sejarah
nasional di Indonesia.
BAB 2. PEMBAHASAN
2
Liberalisme berasal dari kata liberal yang bermakna bebas dari batasan,
bebas berpikir, leluasa dan sebagainya. Kata ini aslinya mulai dikenali pada abad
ke-14 melalui Prancis, Latinnya adalah Liberalis. Dan suffixisme yang melekat
setelah kata liberal menunjukkan bahwa “kebebasan berpikir” ini merupakan jenis
kecendrungan yang kemudian belakang hari membentuk sebuah maktab. Dari
sudut pandang etimologi, liberal dapat dilekatkan pada seseorang yang dalam
pandangan-pandangan atau perilaku beragam yang diperbuatnya ia bersikap
toleran. Dengan kata lain, ia tidak bersikap puritan dan fanatik terhadap
pandangannya sendiri. Keyakinan terhadap kebebasan pribadi. Pendapat dan sikap
politik yang menghendaki terjaganya tingkat kebebasan di hadapan hegemoni
pemerintah atau setiap institusi lainnya yang mengancam kebebasan manusia.
(Burdeau, Georges, Le Liberalisme: 16)
Ada tiga hal yang mendasar dari Ideolog Liberalisme yakni Kehidupan,
Kebebasan dan Hak Milik (Life, Liberty and Property). Dibawah ini, adalah nilai-
nilai pokok yang bersumber dari tiga nilai dasar Liberalisme tadi:
a. Kesempatan yang sama. (Hold the Basic Equality of All Human Being).
3
sehingga dalam menggunakan persamaan kesempatan itu akan berlainan
tergantung kepada kemampuannya masing-masing. Terlepas dari itu
semua, hal ini (persamaan kesempatan) adalah suatu nilai yang mutlak
dari demokrasi.
f. Negara hanyalah alat (The State is Instrument). Negara itu sebagai suatu
mekanisme yang digunakan untuk tujuan-tujuan yang lebih besar
dibandingkan negara itu sendiri. Di dalam ajaran Liberal Klasik,
ditekankan bahwa masyarakat pada dasarnya dianggap, dapat memenuhi
4
dirinya sendiri, dan negara hanyalah merupakan suatu langkah saja ketika
usaha yang secara sukarela masyarakat telah mengalami kegagalan.
5
Peristiwa kedua adalah penerbitan buku karya guru besar dari Skotlandia
yaitu “ The Wealth Of Nations “. Buku karya Adam Smith ini antara lain
mengungkapkan bahwa pembentukan harga di pasar bebas terjadi menurut suatu
mekanisasi dan menentukan arah bagi tenaga kerja, sumber alam dan modal
dalam produksi dan distribusi. Adam Smith (1723-1790) melarang campur tangan
pemerintah dalam urusan ekonomi karena memerintah mempunyai fungsi-fungsi
vital. Pendapat ini menjadi dasar bagi paham liberal dalam bidang ekonomi. Oleh
karena itu, Adam Smith diberi julukan Babak Ekonomi Liberal.
1) Persarnaan dalam lapangan politik dan sosial bagi semua warga negara.
6
Selanjutnya lewat kekuasaan Napoleon Bonaparte, paham liberalisme ini
disebarluaskan ke seluruh Eropa dan kemudian menyebar ke seluruh dunia dengan
semboyan ”liberte, egalite, dan fraternite” (kebebasan, persamaan dan
persaudaran). Jadi, Revolusi Prancls itu sebenarnya revolusinya golongan borjuis
yang menuntut adanya kebebasan dan kemerdekaan; dan mereka itu kemudian
disebut golongan liberal.
1. Marthin Luther
Pada saat itu keberadaan agama sangat mengekang individu. Tidak ada
kebebasan, yang ada hanyalah dogma-dogma agama serta dominasi gereja. Pada
perkembangan berikutnya, dominasi gereja dirasa sangat menyimpang dari
otoritasnya semula. Individu menjadi tidak berkembang, kerena mereka tidak
boleh melakukan hal-hal yang dilarang oleh Gereja bahkan dalam mencari
penemuan ilmu pengetahuan sekalipun. Kemudian timbullah kritik dari beberapa
pihak – misalnya saja kritik oleh Marthin Luther; seperti : adanya komersialisasi
agama dan ketergantungan umat terhadap para pemuka agama, sehingga
menyebabkan manusia menjadi tidak berkembang; yang berdampak luas,
sehingga pada puncaknya timbul sebuah reformasi gereja (1517) yang menyulut
kebebasan dari para individu yang tadinya “terkekang”.
7
Kedua tokoh ini berangkat dari sebuah konsep sama. Yakni sebuah konsep
yang dinamakan konsep negara alamiah" atau yang lebih dikenal dengan konsep
State of Nature. Namun dalam perkembangannya, kedua pemikir ini memiliki
pemikiran yang sama sekali bertolak belakang satu sama lainnya. Jika ditinjau
dari awal, konsepsi State of Nature yang mereka pahami itu sesungguhnya
berbeda. Hobbes (1588 – 1679) berpandangan bahwa dalam “State of Nature”,
individu itu pada dasarnya jelek (egois) – sesuai dengan fitrahnya. Namun,
manusia ingin hidup damai. Oleh karena itu mereka membentuk suatu masyarakat
baru – suatu masyarakat politik yang terkumpul untuk membuat perjanjian demi
melindungi hak-haknya dari individu lain dimana perjanjian ini memerlukan
pihak ketiga (penguasa). Sedangkan John Locke (1632 – 1704) berpendapat
bahwa individu pada State of Nature adalah baik, namun karena adanya
kesenjangan akibat harta atau kekayaan, maka khawatir jika hak individu akan
diambil oleh orang lain sehingga mereka membuat perjanjian yang diserahkan
oleh penguasa sebagai pihak penengah namun harus ada syarat bagi penguasa
sehingga tidak seperti ‘membeli kucing dalam karung’. Sehingga, mereka
memiliki bentuk akhir dari sebuah penguasa/ pihak ketiga (Negara), dimana
Hobbes berpendapat akan timbul Negara Monarkhi Absolute sedangkan Locke,
Monarkhi Konstitusional. Bertolak dari kesemua hal tersebut, kedua pemikir ini
sama-sama menyumbangkan pemikiran mereka dalam konsepsi individualisme.
Inti dari terbentuknya Negara, menurut Hobbes adalah demi kepentingan umum
(masing-masing individu) meskipun baik atau tidaknya Negara itu kedepannya
tergantung pemimpin negara. Sedangkan Locke berpendapat, keberadaan Negara
itu akan dibatasi oleh individu sehingga kekuasaan Negara menjadi terbatas –
hanya sebagai “penjaga malam” atau hanya bertindak sebagai penetralisasi
konflik.
3. Adam Smith
Para ahli ekonomi dunia menilai bahwa pemikiran mahzab ekonomi klasik
merupakan dasar sistem ekonomi kapitalis. Menurut Sumitro Djojohadikusumo,
8
haluan pandangan yang mendasari seluruh pemikiran mahzab klasik mengenai
masalah ekonomi dan politik bersumber pada falsafah tentang tata susunan
masyarakat yang sebaiknya dan seyogyanya didasarkan atas hukum alam yang
secara wajar berlaku dalam kehidupan masyarakat. Salah satu pemikir ekonomi
klasik adalah Adam Smith (1723-1790).
Pemikiran Adam Smith mengenai politik dan ekonomi yang sangat luas,
oleh Sumitro Djojohadikusumo dirangkum menjadi tiga kelompok pemikiran.
Pertama, haluan pandangan Adam Smith tidak terlepas dari falsafah politik,
kedua, perhatian yang ditujukan pada identifikasi tentang faktor-faktor apa dan
kekuatan-kekuatan yang manakah yang menentukan nilai dan harga barang.
Ketiga, pola, sifat, dan arah kebijaksanaan negara yang mendukung kegiatan
ekonomi ke arah kemajuan dan kesejahteraan mesyarakat. Singkatnya, segala
kekuatan ekonomi seharusnya diatur oleh kekuatan pasar dimana kedudukan
manusia sebagai individulah yang diutamakan, begitu pula dalam politik.
9
menuntut kebebasan yang sebenarnya tidak mutlak, karena dalam ideologi ini,
kebebasan harus bisa dipertanggungjawabkan. Maka dari itu sampai sekarang,
kebebasan hak individu, kebebasan pasar dan juga pengembangan kemampuan
individu secraa bebas dan maksimal. Tentu saja Negara yang memegang ideologi
liberalisme yang cukup sukses adalah Amerika Serikat, dimana penggunaan
sistem demokrasi yang memang sangat mendasari aktifitas perpolitikannya.
10
Sebenarnya, liberalisme yang dianut oleh AS, sebagairnana yang
ditekankan oleh Wilson dan Roosevelt adalah dengan menekankan kerja sama
serta kolaborasi timbal balik dan usaha individu, bukan dengan membuat ancaman
dan pemaksaan sebagai untuk pemecahan permasalahan politis, baik di dalam
maupun luar. Suatu paham liberal di AS itu mungkin seperti institusi dan prosedur
politis yang mendorong kebebasan ekonomi, perlindungan yang Iemah dari agresi
oleh yang kuat, dan kebebasan dari norma-norma social bersifat membatasi. Sejak
Perang Dunia Il, liberalisme di AS telah dihubungkan dengan liberalisme modern,
pengganti paham ideology liberalisme klasik dimana kepemilikan individu sangat
bebas. Sehingga pada saat itu banyak berdiri perusahaan-perusahaan swasta akibat
dari sistem ekonomi liberalisme ini. Sebenarnya saat ini Amerika Serikat tidak
semata-mata hanya menganut sistem ekonomi liberalisme atau kapitalisme.
Pemerintah Amerika Serikat dewasa ini juga sudah mulai ikut mengatur
perekonomian di negaranya karena bagaimanapun peran pemerintah dalam
kegiatan perekonomian sangatlah signifikan. Maka dari itu, sekarang sudah
terhitung banyak perusahaan-perusahaan yang tadinya milik individu kemudian
mulai diambil alih oleh negaranya contohnya Pemerintah Amerika Serikat yang
akhirnya mengambil alih dua perusahaan dalam bidang pembiayaan perumahan
Fannie Mae dan Freddie Mac guna mencegah adanya krisis finansial yang
mungkin dapat berlanjut. Dan juga beberapa sumber-sumber produksi yang
notabene berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat luas juga sudah mulai di
ambil haknya oleh Negara. Ini membuktikan bahwa Amerika Serikat sudah
mengarahkan sistem ekonominya mendekati atau mengadopsi niali-nilai sistem
ekonomi sosialisme. Ini disebabakan pemerintahan Amerika Serikat mulai
ketakutan dan khawatir terhadap keadaan perekonomiannya yang kita tahu sedang
kacau. Dimana tak sedikit perusahaan-perusahaan besar yang bangkrut, kemudian
banyak pula kredit macet yang menghantui ekonomi Amerika Serikat yang
akhirnya hanya akan berimbas pada krisis global. Maka berdasarkan apa yang tadi
kita diskusikan di atas, Amerika Serikat untuk saat ini menganut sistem ekonomi
campuran antara kapitalisme dan sosialisme. Dan memang pada dasarnya tak ada
11
sistem yang sempurna, semua sistem sejatinya bekerja saling melengkapi satu
sama lain.
Inilah yang kemudian membuat beberapa Negara terbuka hatinya untuk
tidak selalu fokus pada suatu sistem yang dianut oleh Negara maju hanya karena
keberhasilan yang berhasil didulang. Sejatinya setiap sistem pasti pernah didesain
untuk sebuah keadaan tertentu, dan mungkin memang keadaan Amerika Serikat
sampai sekarang cocok dengan sistem demokrasi. Namun faktanya seperti yang
dikuak diatas bahwa Amerika Serikat pun yang notabene Negara demokrasi besar
juga memasukkan unsur-unsur sosialis yang dominan dinegara komunis. Ini
membuktikan bahwa setiap Negara pada dasarnya mencari sistem yang paling
cocok dan pas dengan keadaan yang sekarang. Dan memang setiap sistem pada
dasarnya juga saling melengkapi, tinggal bagaimana memilah-milah nilai-nilai
yang terkandung pada sebuah sistem atau ideologi dan menyempurnakannya
dengan unsure-unsur ideologi lain yang bisa dijalankan dengan selaras.
12
ini. Pertama, hukum harus diterapkan secara tidak memihak dan berlaku untuk
umum. Tidak ada pengecualian khusus bagi kelompok-kelompok tertentu, seperti
pendeta/pastor, kaum ningrat atau golongan bangsawan seperti yang dialami atau
terjadi pada masa lalu. Kedua, hokum ada untuk menjamin sebesar mungkin hak-
hak yang sama bagi setiap individu dalam mencapai rencana hidupnya sendiri,
bagi kebanyakan kaum liberal, pada dasarnya hak-hak yang paling mendasar
sehubungan dengan ini adalah hak-hak kepemilikan pribadi dan kebebasan
beragama. Hak-hak ini merupakan hal yang niscaya bagi pemahaman mereka atas
kebajikan toleransi dan mekanisme pasar yang mereka anggap sebagai penjemaan
dari sebuah etos baru. Seperti yang akan kita lihat, kedua komitmen ini telah
dimodifikasi, meskipun yang dimodifikasi bukanlah pertimbangan umum yang
mendasarinya. Paham liberal dalam bidang politik nampak dalam demokrasi dan
nasionalisme.
Ciri umum :
14
Tujan utama dari aktivitas ekonomi adalah untuk memberikan
keuntunganmaksimal bagi konsumen walaupun mereka percaya bahwa aktivitas
ekonomi dapat juga meningkatkan national power. Premis fundamental
liberalisme adalah bahwa konsumen, perusahaan atau rumah tangga adalah basis
masyarakat. Individu akan bertindak rasional dan akan memaksimalkan atau
memuaskan nilai-nilai tertentu dengan biaya seminimal mungkin.
Bidang Ekonomi
Sistem ekonomi kolonial antara tahun 1870 dan 1900 pada umumnya
disebut sistem liberalisme. Yang dimaksudkan disini adalah bahwa pada masa itu
untuk pertama kalinya dalam sejarah kolonial, modal swasta diberi peluang
sepenuhnya untuk mengusahakan kegiatan di Indonesia, khususnya perkebunan-
perkebunan besar di Jawa maupun di luar Jawa. Selama masa ini, pihak-pihak
swasta Belanda maupun swasta Eropa lainnya mendirikan berbagai perkebunan-
perkebunan kopi, teh, gula, dan kina. Pembukaan perkebunan-perkebunan besar
ini dimungkinkan oleh Undang-undang Agraria (Agrarische Wet) yang
dikeluarkan pada tahun 1870. Pada suatu pihak Undang-undang Agraria membuka
peluang bagi orang-orang asing, artinya orang-orang bukan pribumi Indonesia
untuk menyewa tanah dari rakyat Indonesia. (Poesponegoro, Marwati Djoned:
118, 1993)
16
System ekonomi liberal mempermudah bank ekspor maupun impor modal.
Penanaman modal di Indonesia terutama terjadi pada industri gula, timah, dan
tembakau yang mulai berkembang sejak tahun 1885. dengan dihapuskannya
tanam paksa secara berangsur-angsur, maka tanaman wajib pemerintah diganti
dengan perkebunan-perkebunan yang diusahakan oleh pengusaha-pengusaha
swasta.
Penghapusan tanam paksa menyebabkan munculnya sistem ekonomi
liberal, dimana Indonesia dijadikan sebagai tempat untuk menanamkan modal
mereka. Pada masa Liberalisme, komersialisme terhadap bangsa Indonesia
tampak dengan:
1. Indonesia dijadikan tempat untuk mencari bahan mentah untuk kepentingan
Industri orang-orang Eropa
2. Indonesia dijadikan sebagai tempat untuk menanamkan modal bagi para
pengusaha swasta asing. Dengan cara menyewa tanah rakyat untuk dijadikan
perkebunan-perkebuan besar.
3. Indonesia juga dijadikan sebagai tempat untuk memasarkan hasil-hasil
Industri Eropa.
Pada masa Liberalisme ini pulalah merupakan awal munculnya
industrialisasi di Indonesia. Munculnya Industrialisasi ditandai dengan
dikeluarkannya Undang-undang Agraria (Agrarische Wet) tahun 1870 ,yang
memberikan peluang bagi pengusaha asing (pengusaha dari Inggris, Belgia,
Perancis, Amerika Serikat, Cina, dan Jepang) untuk menyewa tanah dari rakyat
Indonesia tetapi tidak boleh menjualnya. Mereka mulai datang ke Indonesia untuk
menanamkan modal dan untuk memperoleh keuntungan yang besar.
Tanah penduduk Indonesia yang awalnya merupakan milik pribadi
tersebut harus disewa untuk jangka waktu tertentu (25 tahun untuk tanah
pertanian, 75 tahun untuk tanah ladang) oleh para pemilik modal swasta asing.
Penduduk hanya mendapatkan uang sebagai uang sewa tanah tersebut.Tanah yang
disewa kemudian dijadikan `perkebunan-perkebunan besar yang dilengkapi
dengan pabrik-pabrik untuk mengolah hasil perkebunan tersebut. Perkebunan-
perkebunan tersebut diantaranya Perkebunan Kopi, Teh, Gula, Kina dan
Tembakau. Di Deli, Sumatra Timar. Industri di Indonesia awalnya memang hanya
17
industri perkebunan tetapi perkembangannya di Indonesia terdapat industri mesin,
industri tambang, dsb. Para pengusaha Indonesia tidak mampu mengalah
pengusaha swasta asing.
Sebagai ganti dari eksploitasi pemerintah akan dijalankan kebebasan
berusaha dan kerja paksa akan diganti dengan kerja bebas. Akan teatapi sekali lagi
perlu diingat, baik partai liberal maupun partai konservatif sepakat bahwa daerah
jajahan harus membantu Negara induk dalam kesejahteraan materialnya.
Keduanya tidak berkeberatan akan penyumbangan surplus anggaran belanja
Hindia- Belanda kepada Nedherland. Soal yang dihadapai golongan liberal adalah
bukan bagaimana mengatur daerah koloni, tetapi bagaimana mengatur daerah
koloni untuk mendapatkan uang. Dengan demikian, penghapusan tanam paksa
tidak berarti berakhirnya penderitaan rakyat karena penarikan modal pemerintah
digantikan dengan pemasukan modal swasta.
Terbukanya Indonesia bagi swasta asing berakibat munculnya perkebunan-
perkebunan swasta asing di Indonesia seperti perkebunan teh dan kina di Jawa
Barat, perkebunan tembakau di Deli, perkebunan tebu di Jawa Tengah dan Jawa
Timur, dan perkebunan karet di Serdang. Selain di bidang perkebunan, juga terjadi
penanaman modal di bidang pertambangan batu bara di Umbilin. Menurut
Swanto, dkk. (1997) pengaruh gerakan liberal terhadap Indonesia secara umum
adalah :
1). Tanam paksa dihapus.
2). Modal swasta asing mulai ditanamkan di Indonesia.
3). Rakyat Indonesia mulai mengerti akan arti pentingnya uang.
4). Usaha kerajinan rakyat terdesak oleh barang impor.
5). Pemerintah Hindia Belanda membangun sarana dan prasarana.
6). Hindia Belanda menjadi penghasil barang perkebunan yang penting
18
dagang ini di pasaran dunia. Untuk sebagian besar perkembangna pesat ini
disebabkan oleh pembukaan terusan Suez dalam tahun 1869 yang sangat
mengurangi jarak antra Negara penghasil tanaman dagang dan pasaran-pasaran
dunia yang terpenting di dunia.
Setelah tahun 1885 perkembangan tanaman dagang mulai berjalan agak
seret yang disebabkan oleh jatuhnya harga-harga koli dan gula di pasaran dunia.
Dalam tahun 1891 harga tembakau di pasaran dunia juga jatuh dengan pesat
sehingga membahayakan kelangsungan hidup perkebunan-perkebunan. Jatuhnya
harga.
Kondisi-kondisi yang menguntungkan bagi penanam modal asing dijamin
oleh pemerintah colonial, seperti tenaga kerja dan sewa tanah yang murah. Hal itu
dapat dilihat dari isi Undang-Undang agrarian tahun 1870, suatu peraturan yang
umumnya dianggap sebagai dimulainya politik colonial liberal di hindia Belanda.
Peraturan tersebut pada pokoknya berisi dua hal, yaitu pengambilalihan tanah
milik penduduk tidak diperbolehkan, dan orang asing boleh menyewa tanah untuk
perkebunan. Tidak mengherankan bahwa sesudah tahun 1870 modal asing
semakin meningkat mengalir ke Jawa secara intensif.
Pada tahun 1882 pajak kepala diadakan dengan maksud untuk
menggantikan wajib kerja. Jumlah per kepala dipungut dari semua warga desa
yang kena wajib kerja. Pada tahun ini juga dihapuskan pancen diensten, yang
terdiri atas 15 jenis, kecuali kerja wajib untuk perbaikan jalan, dam, tanggul dan
saluran air. Dalam politik liberal penetrasi usaha kapitalis berpenetrasi sampai ke
individu. Konversi tanah yang dikuasai perseorangan menjadi tanah yang dikuasai
tuan perkebunan berarti tanah masuk obyek komersialisasi. Perkembangan
selanjutnya sebagian ditentukan oleh factor-faktor modernisasi lain, seperti
komunikasi, birokrasi, adukasi dan industrialisasi pertanian.
Pelaksanaan politik kolonial liberal ternyata tidak lebih baik dari pada
tanam paksa. Justru pada masa ini penduduk diperas oleh dua pihak. Pertama oleh
pihak swasta dan yang kedua oleh pihak pemerintah. Pemerintah Hindia Belanda
memeras penduduk secara tidak langsung melelui pajak-pajak perkebunan dan
pabrik yang harus dibayar oleh pihak swasta. Padahal, pihak swasta juga ingin
19
mendapat keuntungan yang besar. Untuk itu, para buruh diibayar dengan gaji yang
sangat rendah, tanpa jaminan kesehatan yang memadai, jatah makan yang kurang,
dan tidak lagi mempunyai tanah karena sudah disewakan untuk membayar hutang.
Disamping itu, para pekerja perkebunan diikat dengan sistem kontrak, sehingga
mereka tidak dapat melepaskan diri. Mereka harus mau menerima semua yang
telah ditetapkan oleh perusahaan. Mereka tidak berani melarikan diri walaupun
menerima perlakuan yang tidak baik, karena mereka akan kena hukuman dari
pengusaha jika tertangkap. Pihak pengusaha memang mempunyai peraturan yang
disebut Poenale Sanctie (peraturan yang menetapkan pemberian sanksi hukuman
bagi para buruh yang melarikan diri dan tertangkap kembali). Keadaan yang
demikian ini menyebabkan tingkat kesejahteraan rakyat semakin merosot
sehingga rakyat semakin menderita.
Jadi, pada masa tanam paksa rakyat diperas oleh pemerintah Hindia
Belanda, sedangkan pada masa politik pintu terbuka rakyat diperas baik
pengusaha swasta maupun oleh pemerintah. Walaupun pemerintah melakukannya
secara tidak langsung. Kekuatan liberal mendesak pemerintahan kolonial
melindungi modal swasta dalam mendapatkan tanah, buruh, dan kesempatan
menjalankan usaha atau perkebunan. Negara menjadi pelayan modal lewat
dukungan infrastruktur dan birokrasi, dengan menelantarkan pelayanan
masyarakat. Dengan demikian politik kolonial liberal yang semula menghendaki
liberalisasi tanah jajahan lalu berkembang menjadi bagaimana mengatur tanah
jajahan untuk memperoleh uang.
20
perkebunan ini berarti pula penyempitan penghasilan penduduk Jawa, baik yang
berupa upah bagi pekerjaan di perkebunan maupun yang berupa sewa tanah.
Kemakmuran yang telah menurun dari penduduk Jawa disebabkan oleh
beberapa faktor.Pertama pertumbuhan penduduk yang pesat telah mengakibatkan
perbandingan antara jumlah penduduk (faktor produksi tanah) yang terbatas dilain
pihak tidak lagi seimbang akhirnya berakibat hokum pertambahan hasil yang
berkurang, kenaikan produksi pertanian juga berkurang. Kedua, perkembangan
produksi pertanian yang tidak menguntungkan ini juga tidak dapat diubah dengan
penggunaaan peralatan pertanian yang lebigh efisien berhubung para petani rata-
rata sangat kekurangan modal sebagai akibat kemiskinan mereka. Ketiga, politik
pemerintahan colonial terhadap pulau Jawa. Yang mana berarti bahwa penduduk
Jawalah yang harus menanggung segala beban untuk mengatur dan memerintah
daerah koloni di luar Jawa. Keempat yaitu adanya system perpajakan yang sangat
regresif, artinya sangat memberatkan golongan yang berpendapatan rendah, untuk
sebagian terbesar terdiri dari orang- orang Indonesia pribumi, akan tetapi di lain
pihak sangat meringankan golongan yang berpendapatan tinggi, yang untuk
sebagian besar terdiri atas orang-orang Eropa. Faktor kelima, adanya krisis yang
telah melanda perkebunan-perkebunan besar sekitar tahun 1885. Kejadian ini
telah mendorong perkebunan-perkebunan besar di Jawa untuk mengadakan
penghematan-penghematan drsatis yang dicari dalam penekanan upah dan sewa
tanah sampai tingkat yang serendah mungkin.
21
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
Suhelmi, Ahmad. 2007. Pemikiran Politik Barat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama,
23