Anda di halaman 1dari 5

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Osteoporosis adalah kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan

mudah retak atau patah. Osteoporosis sering menyerang mereka yang telah

berusia lanjut dan kondisi ini lebih sering dijumpai pada wanita daripada laki-laki.

Menurut data World Health Organisation (WHO), menunjukan bahwa 1 dari 3

wanita atau sebanyak 67% wanita akan mengalami osteoporosis. Kemungkinan

bagi laki-laki juga relatif besar bagi yang telah berusia tua, perokok, peminum

minuman keras dan bagi yang jarang melakukan olah raga (Yosri, 2001).

WHO juga mencatat pada tahun 2003, lebih dari 75 juta orang di eropa,

Amerika Serikat, dan Jepang menderita pengeroposan tulang (Evi, 2006).

Menurut Departemen Kesehatan RI, wanita memiliki resiko osteoporosis

lebih tinggi yaitu 21,7%, dibandingkan dengan laki-laki yang hanya berisiko

terkena osteoporosis sebanyak 14,8%. Hal ini dikarenakan wanita mengalami

proses kehamilan dan menyusui serta terjadinya penurunan hormon estrogen pada

saat pre menopause, menopause, dan pasca menopause (Depkes, 2002).

Hasil analisa pusat gizi Depkes menunjukkan bahwa masalah osteoporosis di

Indonesia telah mencapai pada tingkat yang perlu diwaspadai yaitu 19,7%. Itulah

sebabnya angka osteoporosis di Indonesia 6 kali lebih besar dari pada negara

Belanda. Sumatera Utara sendiri memiliki angka 22,82% berisiko terkena

osteoporosis, dari hasil penelitian lain di lima kota besar di Indonesia,

menunjukkan bahwa osteoporosis harus lebih diwaspadai, karena dari 101.161

Universitas Sumatera Utara


2

responden, ternyata 29% diantaranya telah menderita osteoporosis (Depkes,

2004).

Penyebab osteoporosis adalah akibat hilangnya sebagian kalsium dalam

tulang. Osteoporosis sering disebut silent disease, karena proses hilangnya

kalsium dari tulang terjadi tanpa tanda-tanda atau gejala. Tubuh selalu kehilangan

kalsium setiap hari melalui kulit-kulit yang mati, pertumbuhan kuku, rambut yang

rontok dan juga keringat. Selain itu kalsium juga terbuang melalui urin dan feses.

Kalsium yang hilang tersebut harus diganti setiap hari melalui makanan. Bila

makanan kita tidak mengandung cukup kalsium, maka tubuh akan mengambilnya

dari cadangan kalsium, yaitu tulang dan gigi. Masyarakat Indonesia masih sangat

rendah dalam mengkonsumsi kalsium yaitu 254 mg perhari, padahal berdasarkan

standart Internasional adalah 1000-1200 mg perhari (Siswono, 2006)

Menurut ahli gizi dr. Rachmad Soegih SpKG, Kalsium merupakan elemen

mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh, kebutuhan kalsium pada usia

19-50 tahun sebanyak 1.000 mg/hr, dan 1.200 mg/hr untuk usia 51 tahun keatas.

Hasil penelitian para pakar menunjukkan bahwa tubuh manusia terkandung

sekitar 22 gram kalsium per kilogram berat badan. Dari jumlah tersebut, 99%

berada dalam tulang dan gigi, sedangkan 1% berada di dalam jaringan lain dan

cairan tubuh yang secara luas didistribusikan ke seluruh tubuh (Siswono, 2006).

Wanita hamil dan menyusui membutuhkan kalsium lebih banyak daripada

wanita yang tidak hamil, karena kalsium di gunakan untuk menunjang

pembentukan tulang dan gigi serta persendian janin. Jika ibu hamil kekurangan

kalsium, maka kebutuhan kalsium akan diambil dari cadangan kalsium pada

tulang ibu, ini akan mengakibatkan tulang keropos atau osteoporosis dan tidak

Universitas Sumatera Utara


3

jarang ibu hamil yang mengeluh giginya merapuh atau mudah patah. Keadaan

seperti itu cukup sering dialami ibu-ibu hamil yang konsumsi kalsium (Ca)-nya

kurang. Kalsium memang dibutuhkan tubuh sejak janin dalam kandungan yang

pada saat itu diperoleh dari ibu.

Oleh karena itulah ibu hamil perlu mengkonsumsi kalsium yang terdapat

dalam susu, telur keju, kacang-kacangan, atau tablet kalsium yang dapat diperoleh

saat melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas atau di Klinik.

Mengkonsumsi kalsium pada saat hamil sangat banyak memberikan manfaat,

1% kalsium yang terkandung di dalam tubuh terdapat dalam darah dan sel-sel

saraf, yang mempunyai fungsi membantu kerja sel-sel saraf untuk kontraksi otot

dan proses penggumpalan darah, menghantar rangsang saraf dan membantu fungsi

jantung serta otot janin, juga mempersiapkan ASI untuk menyusui.

Hasil penelitian Dr. Mc Carron, MD, dari Mc Master University, Ontario,

Kanada, yang melibatkan 2500 ibu hamil menyimpulkan, konsumsi kalsium

sekitar 1500-2000 mg sehari bisa menurunkan risiko darah tinggi pada kehamilan

sampai 70% dan pre eklampsia hingga 50% .

Hal yang lebih penting lagi, kalsium juga berpengaruh terhadap masa depan

kesehatan bayi. Menurut Sarwono yang mengutip dari hasil penelitian British

Medical Journal melaporkan bahwa pada wanita yang di beri suplemen kalsium

selama masa kehamilan, hasilnya para ibu tersebut akan memiliki anak-anak yang

cukup terlindungi dari risiko hipertensi (Sarwono, 2001).

Dari kesimpulan yang didasarkan oleh latar belakang dan mengingat

pentingnya kalsium pada saat kehamilan, maka penulis tertarik untuk melakukan

Universitas Sumatera Utara


4

penelitian tentang tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap kalsium pada saat

hamil di Klinik Bersalin Delima, Medan.

1.2. Tujuan Penelitian

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap kalsium di

Klinik Bersalin Delima, Medan.

1.2.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang kalsium

berdasarkan manfaat kalsium.

b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang kalsium

berdasarkan bahan makanan yang mengandung kalsium.

c. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang kalsium

berdasarkan gejala kekurangan kalsium.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap kalsium pada saat

hamil di Klinik Bersalin Delima, Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan peneliti tentang pentingnya kalsium

pada ibu hamil, dan sebagai aplikasi ilmu yang telah didapat selama

perkuliahan.

Universitas Sumatera Utara


5

b. Bagi instansi Kesehatan

Hasil penelitian diharapkan dapat memperoleh informasi dan

gambaran ibu hamil tentang kalsium pada saat hamil, sehingga dapat

menjadi masukan positif dalam merencanakan upaya peningkatan

kesehatan ibu hamil.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini sebagai bahan acuan terhadap yang berhubungan dengan

pelaksana tingkat pengetahuan ibu hamil akan pentingnya kalsium

selama kehamilan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai