Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN

DI RUMAH SAKIT PERMATA MEDICAL CENTER


Dianjurkan untuk memenuhi tugas akhir praktik keperawatan

Disusun oleh :

KELOMPOK 2

1. D.lia Apriliani Nis : 15164136


2. Anggi Widia Komara Nis : 15164133
3. Fiqih Idfhi Nur’alifha Nis : 15164149
4. Hema Sugihardiah Nis : 15164156
5. Rena Nurhasanah Nis : 15164171

YAYASAN PENDIDIKAN IMAM BONJOL


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN YPIB MAJALENGKA
PROGRAM KEPERAWATAN
Jalan gerakan koperasi No.003 Majalengka
2016/2017
LAPORAN PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN
DI RUMAH SAKIT MEDICAL CENTER
Dianjurkan untuk memenuhi tugas akhir praktik keperawatan

Disusun oleh :
KELOMPOK 2
1. D.lia Apriliani Nis : 15164136
2. Anggi Widia Komara Nis : 15164133
3. Fiqih Idfhi Nur’alifha Nis : 15164149
4. Hema Sugihardiah Nis : 15164156
5. Rena Nurhasanah Nis : 15164171

YAYASAN PENDIDIKAN IMAM BONJOL


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN YPIB MAJALENGKA
PROGRAM KEPERAWATAN
Jalan gerakan koperasi No.003 Majalengka
2016/2017
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN


DI RUMAH SAKIT PERMATA MEDICAL CENTER
Dianjurkan untuk memenuhi tugas akhir praktik keperawatan

Setelah membaca Laporan Praktik Belajar Lapangan ini menurut pertimbangan


kami, telah memenuhi persyaratan sebagai Laporan Praktik Belajar Lapangan

Majalengka, Maret 2017


Disetujui oleh :

Pembimbing DU/DI Pembimbing Sekolah

Bunga Dewi Pertiwi,S.Kep

Mengetahui

Kepala Program Study Keperawatan Kepala Sekolah


SMK YPIB Majalengka SMK YPIB Majalengka

Bunga Dewi Pertiwi,S.Kep Oki Okiat, S.Kep


KATA PENGENTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur alhamdulillah kami haturkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang
telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun
Laporan Kegiatan Praktek Belajar Lapangan ke Rumah Sakit Permata Medical Center ini
dengan baik.
Laporan ini di susun sebagai salah satu syarat setelah kegiatan Praktik Belajar
Lapangan berlangsung. Seluruh isi laporan ini disusun berdasarkan observasi kegiatan di
tempat praktik,sosial media,serta hasil laporan Praktik Belajar Lapangan.
Selama proses menyusun laporan akhir ini, kami tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak yang berupa bimbingan, saran dan petuntuk berbentuk moril, spiritual maupun materil
yang berharga dalam mengatasi hambatan yang di temukan. Oleh karena itu, sebagai rasa
syukur dengan segala kerendahan hati, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada yang terhormat:
Semoga atas keridhoan dan izin Allah SWT, berkenan membalas budi baik dari semua
pihak yang telah berpartisipasi membantu kami dalam menyusun laporan akhir ini. Kami
menyadari sepenuhnya laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharap kritik dan saran yang membangun motivasi kami supaya menjadi lebih baik dan
lebih maju untuk masa yang akan datang.
Harapan kami semoga laporan yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi kami dan
para pembaca pada umumnya.

Majalengka , maret 2017

Tim penyusun
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang......................................................................................1
II. Tujuan...................................................................................................1
III. Rumusan Masalah..............................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI
I. Definisi..............................................................................................2
II. Etiologi...............................................................................................2
III. Manifestasi Klinis...............................................................................5
IV. Klasifikasi...........................................................................................6
V. Patofisiologi.........................................................................................6
VI. Pathway.................................................................................................8
VII. Komplikasi............................................................................................9
VIII. Pemeriksaan Diagnostik.......................................................................9
IX. Penatalaksanaan...................................................................................10
X. Proses Keperawatan.......................................................................... 11
BAB III TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian.......................................................................................... 15
II. Penatalaksaan..................................................................................... 20
III. Analisa Data.......................................................................................20
IV. Diagnosa Keperawatan....................................................................... 21
V. Perencanaan Asuhan Keperawatan.....................................................22
VI. Implementasi Asuhan Keperawatan...................................................24
VII. Evaluasi Asuhan Keperawaran...........................................................26

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................27
B. Saran ..............................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dan Salmonella para thypi. Demam
thypoid biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala yang umum
yaitu gejala demam yang lebih dari 1 minggu, penyakit demam thypoid
bersifat endemik dan merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar
hampir di sebagian besar negara berkembang termasuk Indonesia dan
menjadi masalah yang sangat penting (Depkes, 2006).
WHO memperkirakan jumlah kasus demam thypoid di seluruh dunia
mencapai 17 juta kasus demam thypoid. Data surveilans saat ini
memperkirakan di Indonesia ada 600.000 – 1,3 Juta kasus demam thypoid
tiap tahunnya dengan lebih dari 20.000 kematian. Rata- rata di Indonesia,
orang yang berusia 3-19 tahun memberikan angka sebesar 91% terhadap
kasus demam thypoid (WHO, 2012).
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2011 memperlihatkan bahwa
gambaran 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit,
prevalensi kasus demam thypoid sebesar 5,13% . Penyakit ini termasuk
dalam kategori penyakit dengan Case Fatality Rate tertinggi sebesar 0,67%,
Pada laporan riset kesehatan dasar nasional tahun 2007 memperlihatkan
bahwa prevalensi demam thypoid di Jawa Tengah sebesar 1,61% yang .
tersebar di seluruh kabupaten dengan prevalensi yang berbeda beda di setiap
tempat.
Demam thypoid menurut karakteristik responden tersebar merata
menurut umur dan merata pada umur dewasa., akan tetapi prevalensi demam
thypoid banyak ditemukan pada umur (5–14 th) sebesar 1,9% dan paling
rendah pada bayi sebesar 0,8%. Prevalensi demam thypoid menurut tempat
tinggal paling banyak di pedesaan dibandingkan perkotaaan, dengan
pendidikan rendah dan dengan jumlah pengeluaran rumah tangga rendah
(Rikesda, 2007).
Berdasarkan data dari surveilans terpadu penyakit Kabupaten
Boyolali, kasus demam thypoid dalam waktu tiga tahun yakni pada tahun
2010 dengan prevalensi sebesar 30%, tahun 2011 sebesar 13%, dan pada
tahun 2012 sebesar 22% (Puskesmas Ngemplak, 2012).
Dari data surveilans terpadu penyakit Kabupaten Boyolali pada tahun
2012 diketahui perbandingan prevalensi kasus demam thypoid per
puskesmas yaitu puskesmas Ngemplak sebesar 11%, Wonosegoro II 47%,
Nogosari 45%, Boyolali II 27%, Juwangi 17%, Klego 16%, Ampel 13%,
Boyolali II 10%, Boyolali tiga 7%, Wonosegoro I 6%, Kemusu 4%, Musuk
2%.
Kecamatan Ngemplak setiap bulanya cenderung mengalami
peningkatan kasus sehingga menjadi Kecamatan dengan kasus demam
thypoid tertinggi di Kabupaten Boyolali dengan jumlah 795 kasus dan
prevalensi sebesar 1,10 (Dinkes Boyolali, 2012).

Faktor - faktor yang sangat erat hubungannya dengan kejadian


demam thypoid adalah hygiene perorangan yang rendah meliputi kebiasan
cuci tangan, hygiene makanan dan minuman , jamban yang tidak memenuhi
syarat. Sanitasi lingkungan merupakan salah satu penyebab terjadi kejadian
demam thypoid terlihat dari keadaan sanitasi lingkungan secara keseluruhan
di Kecamatan Ngemplak yang belum memadai seperti kepemilikan sarana
sanitasi dasar yang meliputi kepemilikan jamban sehat dengan presentase
59,7%, kepemilikan tempat sampah dengan presentase 61,8%, dan
kepemilikan pengelolaan air limbah sebesar 58,3%, jenis sarana air bersih
yang digunakan kebanyakan penduduk Ngemplak menggunakan air sumur
gali yakni sebesar 93,3%, kemudian tempat umum dan pengelolaan makanan
yang diperiksa sejumlah 47 tempat (Profil Dinkes Boyolali, 2011).
RASULULLAH s.a.w. bersabda, “Tutuplah bekas makanan dan
minuman kamu pada malam hari. Setiap tahun ada satu malam yang padanya
diturunkan wabah. Tidak akan lalu (melintasi) wabah itu ke atas bekas
makanan atau minuman yang tidak ditutup kecuali ia (wabah) masuk ke
dalamnya.”( As-sayyid, 2007). Dalam hadist diatas menjelaskan kepada kita
semua untuk menutup bejana makanan/minuman walupun dengan sebatang
lidi, karena suatu waktu serangga masuk kedalam bejana dan meninggalkan
najis dalam bejana itu, kemudian kita memakan makanan dan minum yang
ada dibejana, karena sesunggunya makanan/minuman itu sudah
terkontaminasi dengan bakteri. Dari situ lah seseorang terinfeksi oleh bakteri
yang ada dimakanan/minuman, sehingga menyebabkan seseorang itu sakit.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Rahkman (2009), ada lima faktor
yang mempengaruhi kejadian demam thypoid. Ke lima faktor tersebut antara
lain: kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan jajan makanan di luar rumah,
sumber air bersih, riwayat thypoid anggota keluarga, kepemilikan jamban.
Pada penelitian Pramitasari (2012), ada empat faktor diantaranya, jenis
kelamin, kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan jajan di luar rumah, sumber air
bersih, variabel tersebut juga menunjukkan hubungan yang signifikan
terhadap kejadian demam thypoid.
B. Rumusan Masalah
BAB II
TINJAUAN TEORI

I. PENGERTIAN
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman Salmonella thypii ( Arief Mansjoer, 2000).

Tifus abdominalis merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang
disebabkan oleh Salmonella thypii, yang ditularkan melalui makanan, mulut atau
minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella thypii (Hidayat, 2006).

Menurut Nursalam et al. (2008), demam tipoid adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1
minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Typhoid adalah suatu
penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh Salmonella thypii dengan gejala
demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan
kesadaran yang ditularkan melalui makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi
oleh kuman Salmonella thypii.

II. ETIOLOGI
Penyebab typhoid adalah Salmonella thypii. Salmonella para typhi A, B danC. Ada dua
sumber penularan Salmonella thypii yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan
carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus
mengekresi Salmonella thypii dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun
Salmonella Thyposa merupakan basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar,
tidak berspora. Di Indonesia, thypoid terdapat dalam keadaan endemik. Pasien anak yang
ditemukan berumur di atas satu tahun. Sebagian besar pasien yang dirawat dibagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta berumur diatas 5 tahun (Ngastiyah 2005).

III. MANIFESTASI KLINIS

a) Keluhan dan gejala Demam Tifoid tidak khas, dan bervariasi dari gejala seperti
flu ringan sampai tampilan sakit berat dan fatal yang mengenai banyak sistem
organ. Secara klinis gambaran penyakit Demam Tifoid berupa demam
berkepanjangan, gangguan fungsi usus, dan keluhan susunan saraf pusat.
b) Panas lebih dari 7 hari, biasanya mulai dengan sumer yang makin hari makin
meninggi, sehingga pada minggu ke 2 panas tinggi terus menerus terutama
pada malam hari.
c) Gejala gastrointestinal dapat berupa obstipasi, diare, mual, muntah, dan
kembung, hepatomegali, splenomegali dan lidah kotor tepi hiperemi.
d) Gejalah saraf sentral berupa delirium, apatis, somnolen, sopor, bahkan sampai
koma.

Berbagai tanda dan gejala yang bisa timbul :


a) demam tinggi dari 39° sampai 40 °C (103° sampai 104 °F) yang meningkat
secara perlahan
b) tubuh menggigil
c) denyut jantung lemah (bradycardia)
d) badan lemah (“weakness”)
e) sakit kepala
f) nyeri otot myalgia
g) kehilangan nafsu makan
h) konstipasi
i) sakit perut
j) pada kasus tertentu muncul penyebaran vlek merah muda (“rose spots”)
k) Diagnosis Banding

IV. KLASIFIKASI
Menurut WHO (2003), ada 3 macam klasifikasi demam tifoid dengan perbedaan gejala
klinis :
a. Demam tifoid akut non komplikasi
Demam tifoid dikarakteristikan dengan adanya demam berkepanjangan
abnormalis,fungsu bowel ( konstifasi pada pasien dewasa,dan diare pada anak-
anak ),sakit kepala,malaise, dan anoksia. Bentuk bronchitis biasa terjadi pada
fase awal penyakit selama periode demam sampai 25% penyakit menunjukan
adanya rosespot pada dada, abdomen dan punggung.
b. Demam tifoid dengan komplikasi
Pada tifoid akut,keadaan mungkin dapat berkembang menjadi komplikasi
parah. Bergantung pada kualitas pengobatan dan keadaan kliniknya,hingga
10% pasien dapat mengalami komplikasi,mulai dari melena,perforasi,usus dan
peningkatan ketidaknyamanan abdomen.
c. Keadaan karier
Keadaan karier tifoid terjadi pada 1-5% pasien,tergantung umur pasien. Karier
tifoid bersifat kronis dalam hal sekresi salmonella tiphy di feses.
V. PATOFISIOLOGI

Penularan Salmonella thypii dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal
dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari
tangan/kuku), Fomitus(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada
penderita typhoid dapat menularkan kuman Salmonella thypii kepada orang lain.
Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap
dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut
kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang
tercemar kuman Salmonella thypii masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.

Salmonella thyposa masuk melaui saluran pencernaan kemudian masuk ke lambung.


Basil akan masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam
lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan
limpoid. Di dalam jaringan limfoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran
darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian
melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman
selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu ke organ terutama hati dan
limpa serta berkembangbiak sehingga organ-organ tersebut membesar (Ngastiyah
2005).

Semula klien merasa demam akibat endotoksin, sedangkan gejala pada saluran
pencernaan di sebabkan oleh kelainan pada usus halus. Pada minggu pertama sakit,
terjadi hyperplasia plaks payers. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu
kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plak pyeri (Suriadi
2006).
VI. PATHWAY
VII. KOMPLIKASI
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi atas dua bagian, yaitu :
1. Komplikasi Intestinal13
a. Perdarahan Usus
Sekitar 25% penderita demam tifoid dapat mengalami perdarahan minor yang
tidak membutuhkan tranfusi darah. Perdarahan hebat dapat terjadi hingga penderita
Universitas Sumatera Utaramengalami syok. Secara klinis perdarahan akut darurat bedah
ditegakkan bila terdapat
perdarahan sebanyak 5 ml/kgBB/jam.
b. Perforasi Usus
Terjadi pada sekitar 3% dari penderita yang dirawat. Biasanya timbul pada
minggu ketiga namun dapat pula terjadi pada minggu pertama. Penderita demam
tifoid dengan perforasi mengeluh nyeri perut yang hebat terutama di daerah kuadran
kanan bawah yang kemudian meyebar ke seluruh perut. Tanda perforasi lainnya
adalah nadi cepat, tekanan darah turun dan bahkan sampai syok.
2.7.2. Komplikasi Ekstraintestinal 22
a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (syok, sepsis),
miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.
b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia, koaguolasi
intravaskuler diseminata, dan sindrom uremia hemolitik.
c. Komplikasi paru : pneumoni, empiema, dan pleuritis
d. Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis dan kolelitiasis
e. Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis
f. Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan artritis
g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningismus, meningitis,
polineuritis perifer, psikosis, dan sindrom katatonia

VIII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

IX. PENATALAKSANAAN

1. Perawatan
o Pasien diistirahatkan 7 hari sampai demam turun atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
o Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila
ada komplikasi perdarahan.
2. Diet
o Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
o Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
o Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
o Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7
hari.
3. Pengobatan
1. Klorampenikol
2. Tiampenikol
3. Kotrimoxazol
4. Amoxilin dan ampicillin

X. PROSES KEPERAWATAN
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas klien
 Nama : Tn.S
 Umur : 56 tahun
 agama : Islam
 Pekerjaan : Buruh Tani
 Pendidikan : Tidak Sekolah
 Alamat : Ds Longok 02/01
Sigedang
 Tangga Masuk RS :28 Februari 2017
 Tanggal pengkajian : 02 Maret 2017
 Diagnosa : Demam Typoid
 No.medrect : 17043690
b. Identitas penanggung jawab
 Nama : Ny.C
 Umur :53 tahun
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Buruh Tani
 Pendidikan :-
 Alamat : Ds Longok 02/01
Sigedang
 Hubungan dengan klien : Istri

2. Keluhan utama
Klien mengatakan klien demam

3. Riwayat kesehatan sekarang


Klien mengatakan bahwa klien sudah 7 hari panas naik
turun,mual,nyeri perut dan susah BAB dan panas meningkat ketika
malam hari dengan suhu 39°C

4. Riwayat kesehatan dahulu


Klien pernah menderita sakit seperti ini dan pernah di rawat
sebelumnya.

5. Riwayat kesehatan keluarga


Klien mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada penyakit menular
dan penyakit keturunan.

6. Riwayat kesehatan keluarga


Klien mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada penyakit menular
dan penyakit keturunan.

7. Kebutuhan dasar
No Kebutuhan Dasar Sehat Sakit
1. Pola nutrisi
a. Makan
frekuensi 3x sehari 3x sehari
jenis Nasi ,lauk ,sayur Bubur
jumlah 1 porsi ½ porsi
keluhan - Kurang nafsu makan

b. Minum
Jenis Air putih Air putih
Jumlah 6-7 gelas 5-6 gelas
Keluhan - -

2. Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 2x sehari -
Konsistensi Lembek -
Bau Khas -
Keluhan - -

b. BAK
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Bau Khas Khas
Frekuensi 4x sehari 3x sehari
Keluhan -

3. Istirahat dan tidur


Frekuensi 7-8 jam 5-6 jam

4. Personal Hygiene
a. Mandi
Frekuensi 2x sehari -
Sabun Ya -

b. Oral Hygiene
Frekuensi 2x sehari -

c. Cuci rambut
Frekuensi 2x/minggu -
Shampo Ya -
II. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
a. Kesadaran : Composmentis
b. Berat Badan :57 kg
c. Tekanan Darah : 160/110 mmHg
d. Respirasi : 21x/menit
e. Suhu Badan : 39°C
f. Nadi : 119 x/menit

2. Kepala
Bentuk ovale, keadaan rambut lurus, tipis dan beruban, bersih tidak
terdapat kutu/ketombe

3. Mata
Simetris, bersih tidak anemis, penglihatan normal terbukti klien tidak
menggunakan alat bantu

4. Telinga
Simetris, bersih, fungsi pendengaran baik terbukti klien dapat
mendengar dan menjawab pendengaran dengan baik

5. Hidung
Simetris, bersih, fungsi penciuman baik terbukti bahwa klien dapat
membedakan kayu putih dan minyak wangi

6. Mulut
Bibir merah muda, bibir kering, fungsi pengecapan baik

7. Dada
Simetris, terbukti tidak terdapat wezzing

8. Ekstremitas
a. Atas
Terpasang Infusan di tangan kanan, kuat bergerak normal
b. Bawah
Simetris tidak ada gangguan

9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
No Jenis Hasil Normal
1 Hb 9,1 gram 12-18 gram
2 Leukosit 6.100
3 Haemoglobin 24 gr%
102.0
4 Trombosit m3

10. Penatalaksanaan

III. ANALISA DATA


No Data Etiologi Masalah
1. Ds :Klien mengatakan Salmonella typhosa Hipertermi
klien demam ↓
Saluran pencernaan
Do: -Suhu: 30 ↓
- Klien tampak Diserap usus halus
lemah ↓
Bakteri memasuki aliran darah
sistematik

Endotoksin

Hipertermi
2. Ds :-klien mengatakan Salmonella typhosa Gangguan pemenuhan
mual ↓ kebutuhan
-klien mengatakan Saluran pencernaan nutrisi/intake tak
tidak nafsu makan ↓ adekurat
Diserap usus halus
Do:-klien tampak lemah ↓
-klien makan ½ porsi Bakteri memasuki aliran darah
sistematik

Hati dan limpa

Hepatosplenomegali

Mual muntah

Intake tak adekuat
3. Ds:klien mengeluh susah Salmonella typhosa Konstipasi
BAB ↓
Saluran pencernaan
Do:-klien tampak lemah ↓
-Frekuensi BAB 3 Diserap usus halus
hari 1x ↓
-Abdomen klien Endotoksin
terasa keras ↓
Motilitas usus

Kostipasi

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Hipertensi berhubungan dengan proses inflamasi
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi/intake tak adekuat
berhubungan dengan mual
3. Konstipasi berhubungan dengan molilitas usus
BAB IV
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang kami laksanakan pada Tn. S dengan
gangguan termoregulasi (demam thypoid) di RS.Permata medical center Indramayu
peroleh kesimpulan bahwa dalam proses asuhan keperawatan dengan gangguan sistem
termoregulasi dibutuhkan suatu koordinasi yang tepat sehingga dapat menunjang ke
arah tercapainya tujuan,salah satu koordinasi itu merupakan bentuk kerjasama antara
perawat dan pasien.

B. Saran
1. Untuk pihak Rs. Permata medical center diharapkan untuk menghadirkan
tenaga kesehatan agar kesehatan pasien terpantau
2. Untuk sekolah,sebagai sekolah yang bergerak dibidang kesehatan hendaknya
dapat memeberikan pendididkan yang lebih baik kepada
siswanya,melengkapi peralatan kesehatan untuk praktik dan buku-buku
penunjang dalam pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA

http://tomat1610.blogspot.com/2014/05/demam-tifoid-tifus-manifestasi-
klinis_4.html#ixzz4ammYgFKR
http:// ersty.blogspot.co.id/2011/03/diagnosis-dan-penatalaksanaan-demam.html
http://repository.usu.ac.id/bistream/123456789/28625/4/chapter%2011.pdf
https://www.scribd.com/document/320599264/klasifikasi-thypoid

Anda mungkin juga menyukai