Anda di halaman 1dari 48

1. Jelaskan proses-proses endogen dan eksogen!

Jawab:

Proses-Proses Endogen

Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang menyebabkan
perubahan pada kulit bumi. Tenaga endogen ini sifatnya membentuk permukaan bumi menjadi
tidak rata. Mungkin saja di suatu daerah dulunya permukaan bumi rata (datar) tetapi akibat
tenaga endogen ini berubah menjadi gunung, bukit, atau pegunungan. Pada bagian lain
permukaan bumi turun menjadikan adanya lembah atau jurang. Secara umum tenaga endogen
dibagi dalam tiga jenis yaitu Tektonisme, Vulkanisme, dan Seisme atau gempa.

Gb. Proses tenaga endogen

A. Tektonisme
Tektonisme adalah proses yang terjadi akibat pergerakan, pengangkatan, lipatan dan
patahan pada struktur tanah di suatu daerah. Yang di maksud lipatan adalah bentuk muka bumi
hasil gerakan tekanan secara horizontal yang menyebabkan lapisan permukaan bumi menjadi
berkerut dan melipat. Patahan adalah permukaan bumi hasil dari gerakan tekanan horizontal dan
tekanan vertikal yang menyebabkan lapisan bumi menjadi retak dan patah. Ada dua jenis
tektonisme, yaitu Epirogenesa dan Orogenesa. Epirogenesa adalah proses perubahan bentuk
daratan yang disebabkan oleh tenaga lambat dari dalam bumi dengan arah vertikal, baik ke atas
maupun ke bawah melewati daerah luas. Ada dua Epirogenesa:
1. Epirogenesa positif, yaitu gerakan yang mengakibatkan turunnya lapisan kulit bumi,
sehingga permukaan air laut terlihat naik;
2. Epirogenesa negatif, yaitu gerakan yang mengakibatkan naiknya lapisan kulit bumi,
sehingga permukaan air laut terlihat turun.

Orogenesa adalah pergerakan lempeng tektonis yang sangat cepat dan meliputi wilayah
yang sempit. Tektonik orogenesa biasanya disertai proses pelengkungan lipatan (warping),
patahan (folding), faulting dan retakan (jointing). Serta salah satu contoh hasil orogenesa adalah
deretan Pegunungan Mediterania.

Mengenali tektonisme dan dampaknya salah satu pembentuk raut muka Bumi adalah
aktivitas tektonisme yang terjadi karena adanya tenaga dari dalam Bumi. Tektonisme akan
mengubah bentuk muka Bumi menjadi naik atau turun. Adanya patahan, lipatan, dan retakan
pada kulit bumi menjadi bukti adanya gerakan tektonisme. Pegunungan merupakan salah satu
bentang alam yang dibentuk oleh aktivitas ini. Pegunungan merupakan rangkaian gunung yang
terbentuk akibat kerak bumi (litosfer) mengalami pelipatan atau patahan. Contoh pegunungan di
Indonesia yaitu: Pegunungan Bukit Barisan (Sumatera), Pegunungan Seribu (Jawa), dan
Pegunungan Verbeek (Sulawesi). Lipatan dan patahan merupakan gerak orogenesa yang
termasuk dalam jenis proses diastropisme. Gerakan diastropisme menyebabkan kerak Bumi
retak, terlipat, bahkan patah. Gerakan ini dibedakan menjadi dua, yaitu gerak epirogenetik dan
orogenetik.

a. Gerak Epirogenetik
Gerakan ini akan mengubah bentuk muka bumi dalam waktu yang sangat lambat hingga
membutuhkan waktu lama. Efek gerakan ini meliputi wilayah yang sangat luas. Gerakan
ini masih dibedakan lagi menjadi gerak epirogenetik positif dan epirogenetik negatif.
Fenomena epirogenetik positif pernah terjadi di Kepulauan Maluku dan Banda.
Sedangkan fenomena epirogenetik negatif pernah terjadi di Pulau Buton dan Timor.
Gb. Gerak Epirogenetik
b. Gerak Orogenetik
Berkebalikan dengan gerak epirogenetik, gerak orogenetik berlangsung singkat dan
meliputi wilayah yang sempit. Gerak ini berpengaruh besar terhadap terbentuknya
pegunungan, patahan, retakan, dan lipatan.
1. Lipatan
Terjadinya lipatan disebabkan oleh gerakan dari dalam bumi akibat tekanan yang besar dan
temperatur yang tinggi, sehingga menjadikan sifat batuan menjadi cair liat atau plastis.
Keplastisannya ini membuat batuan tersebut akan terlipat apabila ada dorongan tenaga
tektonik. Lipatan lapisan Bumi ini akan membentuk pegunungan, yang punggungnya
disebut antiklinal dan wilayah lembahnya disebut sinklinal. Perbedaan tingkat keplastisan
dan kekuatan tenaga tektonik menjadikan batuan terlipat dengan berbagai bentuk.
a) Lipatan Tegak ( Symmetrical Folds ), terjadi karena pengaruh tenaga horizontal sama
atau tenaga radial sama dengan tenaga tangensial.
b) Lipatan Miring ( Asymmetrical Fold ), terjadi karena arah tenaga horizontal tidak sama.
Ketika kekuatan tenaga pendorong di salah satunya sisi lebih kuat, maka akan
menghasilkan kenampakan yang salah satu sisinya lebih curam.
c) Overfold. Saat tekanan bekerja pada salah satu sisi dengan lebih kuat, sisi tersebut akan
terlipat sesuai arah lipatan.
d) Lipatan Menutup ( Recumbent Fold ), terjadi karena tenaga tengensial saja yang
bekerja. Terbentuk pada saat lipatan yang satu menekan sisi yang lain, menyebabkan
sumbu lipat hampir datar.
e) Sesar sungkup ( Overthrust ), terjadi karena adanya pergerakan pada sepanjang kerak
bumi. Terbentuk ketika tenaga tekan menekan satu sisi dengan kuatnya hingga
menyebabkan lipatan menjadi retak.
f) Nappe. Terbentuk setelah lipatan overthrust rusak sepanjang garis retakan. Dalam
perkembangannya, wilayah sinklinal maupun antiklinal mengalami proses perombakan
oleh tenaga yang berasal dari luar Bumi. Contohnya, wilayah sinklinal mengalami
perombakan sampai membentuk rangkaian pegunungan dan lembah berselang-seling
yang selanjutnya disebut sinklinorium. Begitu pula dengan antiklinal yang terombak
hingga terbentuk rangkaian pegunungan dan lembah yang selanjutnya disebut
antiklinorium.

Gb. Bentuk-bentuk lipatan


2. Patahan
Patahan terjadi ketika kulit bumi yang bersifat padat dan keras mengalami retak atau patah
pada saat terjadi gerakan orogenesa. Pada patahan, massa batuan mengalami pergeseran
titik atau tempat yang semula bertampalan (kontak) kemudian berpindah lokasi
(dislocated/displaced). Gerakan ini menimbulkan terjadinya patahan dengan gaya tekan
(compression) dan gaya regangan (tension). Ekspresi topografi dari adanya patahan sangat
beraneka ragam, antara lain gawir sesar, triangle facet, lembah sesar, fault, rift, graben,
horst, dan basin (cekungan struktural). Pada perkembangannya, kenampakan ini
mengalami perubahan akibat tenaga endogen. Ciri adanya patahan dapat dikenali dari
adanya perbedaan ketinggian yang mencolok. Di Indonesia, beberapa patahan dapat
dijumpai di Semangko (Sumatera) dan Piyungan (Yogyakarta).
a) Tanah naik ( horst ) yaitu daratan yang terletak lebih tinggi dari daerah sekelilingnya.
Horst terjadi akibat gerak tektogenesa horizontal memusat, yaitu tekanan dari dua arah
tau lebih yang menimbulkan kerak bumi terdorong naik.
b) Tanah turun ( graben atau slenk ) yaitu kenampakan daratan yang letaknya lebih rendah
dari daerah di sekelilingnya. Graben terjadi karena tarikan dari dua arah yang
mengakibatkan kerak bumi turun.

Gb. Tanah turun


c) Sesar yaitu patahan yang diakibatkan oleh gerak horizontal yang tidak frontal dan
hanya sebagian saja yang bergetar.

Gb. Sesar
d) Blok Mountain yaitu kumpulan pegunungan yang terdiri atas beberapa patahan. Blok
mountain terjadi akibat tenaga endogen yang berbentuk retakan-retakan di suatu daerah.
Gb. Blok mountain

Dinamika bumi oleh tenaga tektonisme akan memberi dampak pada banyak hal. Dampak
nyata dapat langsung dilihat pada muka bumi yang terpengaruh secara langsung. Pergeseran
kerak bumi mendorong terbentuknya berbagai jenis pegunungan dan cekungan sedimen. Lebih
lanjut terjadinya tekanan, regangan, dan deformasi pada kerak Bumi (pengangkatan, amblesan,
retakan, patahan, serta lipatan) didukung dengan adanya gaya gravitasi bumi akan menimbulkan
terjadinya erosi, longsoran, dan sedimentasi. Dari proses yang terjadi ini dapat menimbulkan
bencana alam yang mengakibatkan kerugian materiil, harta benda, dan nyawa.
Beberapa dampak di atas dapat digolongkan sebagai dampak negatif. Ada juga dampak positif
yang ditimbulkannya, meskipun terkadang banyak orang tidak menyadari. Kantong-kantong
minyak dan gas alam banyak ditemukan di lipatan-lipatan dan sesar-sesar batuan yang
kondisinya memenuhi syarat. Salah satunya terdapat di sisi utara maupun selatan rangkaian
pegunungan yang melintasi Pulau Jawa.

B. Vulkanisme
Vulkanisme yaitu peristiwa yang sehubungan dengan naiknya magma dari dalam perut
bumi. Magma adalah campuran batu-batuan dalam keadaan cair, liat serta sangat panas yang
berada dalam perut bumi. Aktivitas magma disebabkan oleh tingginya suhu magma dan
banyaknya gas yang terkandung di dalamnya sehingga dapat terjadi retakan-retakan dan
pergeseran lempeng kulit bumi. Magma dapat berbentuk gas padat dan cair. Proses terjadinya
vulkanisme dipengaruhi oleh aktivitas magma yang menyusup ke lithosfer (kulit bumi). Apabila
penyusupan magma hanya sebatas kulit bumi bagian dalam dinamakan intrusi magma.
Sedangkan penyusupan magma sampai keluar ke permukaan bumi disebut ekstrusi magma.
1. Intrusi magma Intrusi magma adalah peristiwa menyusupnya magma di antara lapisan
batu-batuan, tetapi tidak mencapai permukaan bumi. Intrusi magma dapat dibedakan
menjadi empat, yaitu:
a) Intrusi datar (sill atau lempeng intrusi), yaitu magma menyusup di antara dua lapisan
batuan, mendatar dan pararel dengan lapisan batuan tersebut.
b) Lakolit, yaitu magma yang menerobos di antara lapisan bumi paling atas. Bentuknya
seperti lensa cembung atau kue serabi.
c) Gang (korok), yaitu batuan hasil intrusi magma yang menyusup dan membeku di
sela-sela lipatan (korok).
d) Diaterma adalah lubang (pipa) di antara dapur magma dan kepundan gunung berapi
bentuknya seperti silinder memanjang.
2. Ekstrusi magma adalah peristiwa penyusupan magma hingga keluar permukaan bumi dan
membentuk gunung api. Hal ini terjadi bila tekanan gas cukup kuat dan ada retakan pada
kulit bumi. Ekstrusi magma dapat di bedakan menjadi:
a) Erupsi linier, yaitu magma keluar melalui retakan pada kulit bumi, berbentuk kerucut
gunung api.
b) Erupsi sentral, yaitu magma yang keluar melalui sebuah lubang permukaan bumi dan
membentuk gunung yang letaknya tersendiri.
c) Erupsi areal, yaitu magma yang meleleh pada permukaan bumi karena letak magma
yang sangat dekat dengan permukaan bumi, sehingga terbentuk kawah gunung berapi
yang sangat luas.

Gunung dan pegunungan terbentuk karena adanya tenaga endogen. Apabila suatu tempat di
permukaan bumi yang pernah atau masih mengeluarkan magma maka terbentuklah gunung
berapi. Berdasarkan tipe letusan gunung berapi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

a) Gunung api strato atau kerucut. Kebanyakan gunung berapi di dunia merupakan
gunung api kerucut. Letusan pada gunung api kerucut termasuk letusan kecil. Letusan
dapat berupa lelehan batuan yang panas dan cair. Seringnya terjadi lelehan
menyebabkan lereng gunung berlapis lapis. Oleh karena itu, gunung api ini disebut
gunung api strato. Sebagian besar gunung berapi di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa
Tenggara dan Maluku termasuk gunung api kerucut.
b) Gunung api maar. Bentuk gunung api maar seperti danau kering. Jenis gunung api maar
seperti danau kering. Jenis gunung api maar tidak banyak. Gunung berapi ini terbentuk
karena ada letusan besar yang membentuk lubang besar pada puncak yang disebut
kawah. Gunung api maar memiliki corong. Contohnya Gunung Lamongan Jawa Timur
dengan kawahnya Klakah.
c) Gunung api perisai di Indonesia tidak ada gunung yang berbentuk perisai. Gunung api
perisai. Contohnya Maona Loa Hawaii, Amerika Serikat. Gunung api perisai terjadi
karena magma cair keluar dengan tekanan rendah hampir tanpa letusan. Lereng gunung
yang terbantuk menjadi sangat landai.

Pada umumnya bentuk gunung berapi di Indonesia adalah strato (kerucut). Material yang
dikeluarkan oleh gunung api tersebut, antara lain:
1) Eflata (material padat) berupa lapili, kerikil, pasir dan debu.
2) Lava dan lahar, berupa material cair.
3) Eksalasi (gas) berupa nitrogen belerang dan gas asam.
Ciri ciri gunung api yang akan meletus, antara lain:
1) Suhu di sekitar gunung naik;
2) Mata air mejadi kering;
3) Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang kadang disertai getaran (gempa);
4) Tumbuhan di sekitar gunung layu;
5) Binatang di sekitar gunung bermigrasi.
Peristiwa vulkanik yang terdapat pada gunung berapi setelah meletus (post vulkanik), antara lain:
1) Terdapatnya sumber gas H2S, H2O,dan CO2.
2) Sumber air panas atau geiser. Danau vulkanik Setelah gunung merapi meletus atas
kepundannya yang kedap air dapat menampung air dan membetuk danau. Danau
vulkanik adalah danau yang terbentuk akibat letusan gunung yang kuat sehingga
menghancurkan bagian puncaknya, kemudian membentuk sebuah cekungan besar,
cekungan menampung air dan membentuk danau. Contoh danau vulkanik, antara lain:
danau di pucak Gunung Lokon di Sulawesi Utara dan Danau Kalimutu di Flores.
Manfaat vulkanisme adalah sebagai objek wisata berupa kawah (Kawah gunung Bromo),
sumber air panas yang memancar (Yellowstone di Amerika Serikat, dan Pelabuhan Ratu di
Cisolok), sumber air mineral (Maribaya di Jawa Barat dan Baturaden di Jawa Tengah) dan
sebagai sumber energi panas bumi misalnya di Kamojang, Jawa Barat, serta untuk kesuburan
tanah yang akan diperoleh setelah beberapa tahun kemudian.

Sedangkan kerugian yang terutama adalah berupa jiwa dan harta benda, karena: gempa
bumi yang dapat ditimbulkannya dapat merusak bangunan, kebakaran hutan akibat aliran lava
pijar, tebaran abu yang sangat tebal dan meluas dapat merusak kesehatan dan mengotori sarana
yang ada.

C. Gempa Bumi (Seisme)


Gempa Bumi (seisme), adalah pergeseran lapisan batuan yang menyebabkan terjadinya
getaran yang hebat. Gempa bumi pada umumnya dapat merusak permukaan bumi. Berdasar
penyebabnya gempa tektonik (gempa dislokasi) terjadi karena pergeseran letak lapisan kulit
bumi (gempa dislokasi). Gempa ini sering menimbulkan bencana yang cukup besar, karena
efeknya pada wilayah yang cukup luas.
Gempa vulkanis (gempa gunung berapi), terjadi bersamaan dengan meletusnya gunung
berapi atau dapat juga terjadinya sebelum atau sesudahnya. Gempa ini terasa di sekitar gunung
berapi yang sedang dalam proses vulkanisme. Gempa runtuhan terjadi pada saat terjadinya
runtuhan tanah dalam volume yang cukup besar seperti longsoran dan gempa ini pada sifatnya
merupakan gempa lemah dan hanya terasa pada radius kecil lokasi reruntuhan terjadi.
Istilah-istilah dalam gempa bumi:
1. Hyposentrum, berasal dari kata hypo berarti bawah; sentrum berarti pusat, jadi hyposentrum
merupakan pusat asal mulanya getaran gempa yang terdapat di bawah permukaan bumi,
terdapat dua macam getaran dalam hyposentrum yakni gelombang Logitudinal (gelombang
Primer) dan gelombang Transversal (gelombang Sekunder).
2. Episentrum merupakan tempat di permukaan bumi yang terdekat dengan hyposentrum
(biasa disebut juga pusat gempa di permukaan bumi).
3. Macroseisme merupakan wilayah episentrum yang paling hebat menderita kerusakan.
Microseisme adalah getaran kulit bumi yang amat halus, tidak terasa kecuali oleh
seismograf (alat pencatat getaran gempa).
4. Pleistoseista merupakan daerah yang dibatasi oleh isoseista yang berada di sekitar
episentrum yang paling banyak mendapat kerusakan. Plestoseista dapat juga diartikan
sebagai garis khayal yang membatasi tempat yang episentrumnya dan mengalami
kerusakan paling hebat akibat gempa. Isoseista merupakan garis pada peta yang
menghubungkan tempat-tempat yang sama keras getaran gempanya.
5. Homoseista merupakan garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang pada
saat yang sama mengalami getaran gempanya.
Alat pengukur gempa yaitu seismograf yang digunakan untuk mengukur dan mencatat
getaran gempa bumi. Seismograf berasal dari kata seismos yang berarti getaran gempa dan
graphein yang berarti menulis atau mencatat. Seismograf ada berbagai macam; Seismograf
horizontal merupakan alat pencatat getaran gempa yang mencatat gempa bumi arah mendatar
dan Seismograf vertikal merupakan alat pencatat getaran gempa yang mencatat getaran gempa
arah tegak. Peletakan seismograf harus diletakkan pada tempat yang stabil agar tidak mengalami
gangguan lokal (misalkan pergeseran alat secara tidak sengaja karena tersentuh atau tergeser oleh
manusia). Selain hal tersebut pencatat waktu sangat diperlukan untuk menentukan waktunya
terjadi gempa dan dengan menggunakan dua jenis seismograf bisa diketahui letak episentrum
gempa.

Proses-Proses Eksogen

Eksogen, atau tenaga eksogen ialah tenaga yang berasal dari luar bumi. Sifatnya merusak
atau merombak permukaan bumi yang sudah terbentuk oleh tenaga endogen. Tenaga eksogen
juga mengakibatkan bentuk-bentuk muka bumi. Tenaga eksogen dapat berasal dari tenaga air,
angin, dan organisme yang menyebabkan terjadinya proses pelapukan, erosi, denudasi, dan
sedimentasi. Contoh seperti bukit atau tebing yang terbentuk hasil tenaga endogen terkikis oleh
angin, sehingga dapat mengubah bentuk permukaan bumi.

Di permukaan laut, bagian litosfer yang muncul akan mengalami penggerusan oleh tenaga
eksogen yaitu dengan jalan pelapukan, pengikisan dan pengangkutan, serta sedimentasi.
Misalnya di permukaan laut muncul bukit hasil aktivitas tektonisme atau vulkanisme. Mula-mula
bukit dihancurkannya melalui tenaga pelapukan, kemudian puing-puing yang telah hancur
diangkut oleh tenaga air, angin, gletser atau dengan hanya grafitasi bumi. Hasil pengangkutan itu
kemudian diendapkan, ditimbun di bagian lain yang akhirnya membentuk timbunan atau
hamparan bantuan hancur dari yang kasar sampai yang halus.

Contoh lain dari tenaga eksogen adalah pengikisan pantai. Setiap saat air laut menerjang
pantai yang akibatnya tanah dan batuannya terkikis dan terbawa oleh air. Tanah dan batuan yang
dibawa air tersebut kemudian diendapkan dan menyebabkan pantai menjadi dangkal. Di daerah
pegunungan bisa juga ditemukan sebuah bukit batu yang kian hari semakin kecil akibat tiupan
angin.

Secara umum tenaga eksogen berasal dari 3 sumber, yaitu:

a) Atmosfer, yaitu perubahan suhu dan angin.


b) Air yaitu bisa berupa aliran air, siraman hujan, hempasan gelombang laut, gletser, dan
sebagainya.
c) Organisme yaitu berupa jasad renik, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia.
d) Pengerusakan bentuk muka bumi oleh tenaga eksogen berupa pelapukan,
e) Pengikisan (erosi) dan pengendapan.

1. Pelapukan
Pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang lebih
kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. Proses pelapukan dapat dikatakan sebagai
proses penghancuran massa batuan melalui media penghancuran, berupa:
a) Sinar matahari
b) Air
c) Gletser
d) reaksi kimiawi
e) kegiatan makhluk hidup (organisme)
Gb. Pelapukan Organis

Menurut proses terjadinya pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:


a) Pelapukan Fisik atau Mekanik
Pelapukan mekanik (fisik) adalah proses pengkikisan dan penghancuran bongkahan
batu jadi bongkahan yang lebih kecil,tetapi tidak mengubah unsur kimianya. Proses ini
disebabkan oleh sinar matahari, perubahan suhu tiba-tiba, dan pembekuan air pada
celah batu.

Gb. Pelapukan mekanis

Penyebab terjadinya pelapukan mekanik yaitu:

1) Adanya perbedaan temperatur yang tinggi.


Peristiwa ini terutama terjadi di daerah yang beriklim kontinental atau beriklim
Gurun, di daerah gurun temperatur pada siang hari dapat mencapai 500. Pada siang
hari bersuhu tinggi atau panas. Batuan menjadi mengembang, pada malam hari saat
udara menjadi dingin, batuan mengerut. Apabila hal itu terjadi secara terus menerus
dapat mengakibatkan batuan pecah atau retak-retak.
2) Adapun pembekuan air di dalam batuan
Jika air membeku maka volumenya akan mengembang. Pengembangan ini
menimbulkan tekanan, karena tekanan ini batu-batuan menjadi rusak atau pecah
pecah. Pelapukan ini terjadi di daerah yang beriklim sedang dengan pembekuan
hebat.
3) Berubahnya air garam menjadi kristal.
Jika air tanah mengandung garam, maka pada siang hari airnya menguap dan garam
akan mengkristal. Kristal garam garam ini tajam sekali dan dapat merusak batuan
pegunungan di sekitarnya, terutama batuan karang di daerah pantai.

b) Pelapukan organik
Penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang tumbuhan dan manusia, binatang
yang dapat melakukan pelapukan antara lain cacing tanah, serangga. Dibatu-batu
karang daerah pantai sering terdapat lubang-lubang yang dibuat oleh binatang.
Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuh tumbuhan ini dapat bersifat mekanik atau
kimiawi. Pengaruh sifat mekanik yaitu berkembangnya akar tumbuh-tumbuhan di
dalam tanah yang dapat merusak tanah disekitarnya. Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa
zat asam yang dikeluarkan oleh akarakar serat makanan menghisap garam makanan.
Zat asam ini merusak batuan sehingga garam-garaman mudah diserap oleh akar.
Manusia juga berperan dalam pelapukan melalui aktifitas penebangan pohon,
pembangunan maupun penambangan.

c) Pelapukan kimiawi
Pada pelapukan ini batu batuan mengalami perubahan kimiawi yang umumnya berupa
pengelupasan. Pelapukan kimiawi tampak jelas terjadi pada pegunungan kapur (Karst).
Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air dan suhu yang tinggi. Air yang banyak
mengandung CO2 (zat asam arang) dapat dengan mudah melarutkan batu kapur
(CaCO3). Peristiwa ini merupakan pelarutan dan dapat menimbulkan gejala karst. Di
Indonesia pelapukan yang banyak terjadi adalah pelapukan kimiawi. Hal ini karena di
Indonasia banyak turun hujan. Air hujan inilah yang memudahkan terjadinya pelapukan
kimiawi. Gejala atau bentuk-bentuk alam yang terjadi di daerah karst diantaranya:
1) Dolina. Dolina adalah lubang lubang yang berbanuk corong. Dolina dapat terjadi
karena erosi (pelarutan) atau karena runtuhan. Dolina terdapat hampir di semua
bagian pegunungan kapur di Jawa bagian selatan, yaitu di pegunungan seribu.
2) Gua dan sungai di dalam Tanah. Di dalam tanah kapur mula-mula terdapat celah
atau retakan. Retakan akan semakin besar dan membentuk gua-gua atau lubang-
lubang, karena pengaruh larutan. Jika lubang-lubang itu berhubungan, akan
terbentuklah sungai-sungai di dalam tanah.
3) Stalaktit. Merupakan kerucut-kerucut kapur yang bergantungan pada atap gua.
Terbentuk dari kapur yang tebal akibat udara masuk dalam gua.Stalakmit adalah
kerucut-kerucut kapur yang berdiri pada dasar gua. Contohnnya stalaktit dan
stalakmit di Gua tabuhan dan gua Gong di Pacitan, jawa Timur serta Gua Jatijajar di
Kebumen, Jawa Tengah.

Gb. Stalagtit-Stalagmit

2. Erosi
Erosi seperti pelapukan adalah tenaga perombak (pengkikisan). Tapi yang membedakan
erosi dengan pelapukan adalah erosi adalah pengkikisan oleh media yang bergerak, seperti air
sungai, angin, gelombang laut, atau gletser. Erosi dibedakan oleh jenis tenaga perombaknya
yaitu : Erosi air, Erosi gelombang laut (abarasi / erosi marin ), Erosi angin (deflasi), Erosi
gletser (glasial)’,Erosi Akibat gaya berat.
a) Erosi Air
Erosi oleh air adalah erosi yang di sebabkan oleh air atau air hujan.Jika tingkat curah
hujan berlebihan sedemikian rupa sehingga tanah tidak dapat menyerap air hujan maka
terjadilah genangan air yang mengalir kencang.Aliran air ini sering menyebabkan
terjadinya erosi yang parah karena dapat mengikis lapisan permukaan tanah yang
dilewatinya, terutama pada tanah yang gundul.

Gb. Erosi oleh air laut (abrasi)

b) Erosi oleh angin (korasi)

Gb. Erosi oleh angin


Erosi oleh angin adalah pengikisan yang disebabkan oleh angin. Hembusan angin
kencang yang terus menerus di daerah yang tandus dapat memindahkan partikel-
partikel halus batuan di daerah tersebut sehingga membentuk suatu formasi, misalnya
bukit-bukit pasir di gurun atau pantai.

c) Erosi oleh gletser


Merupakan pengikisan yang dilakukan oleh gletser (lapisan es) di daerah
pegunungan. Pengikisan ini terjadi di daerah yang memiliki empat musim. Pada saat
musim semi, terjadi erosi oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Akkibatnya
lereng menjadi lebih terjal. Contoh bentang alam yang terjadi akibat erosi gletser
adalah pantai fyord, yaitu pantai dengan dinding yang berkelok kelok.

d) Erosi akibat gaya berat


Batuan atau sedimen yang bergerak terhadap kemiringannya merupakan proses erosi
yang disebabkan oleh gaya berat .Erosi ini akan berlangsung sangat cepat sehingga
dapat menimbulkan bencana longsor.

3. Sedimentasi (pengendapan)
Sedimentasi adalah peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh
tenaga air atau angin. Proses sedimentasi atau pengendapan berdasarkan tenaga
pengangkutnya:
a) Pengendapan air ( akuatik )
1) Meander
Meander merupakan sungai yang berkelok – kelok yang terbentuk karena adanya
pengendapan. Proses berkelok-keloknya sungai dimulai dari sungai bagian hulu.Pada
bagian hulu, volume air kecil dan tenaga yang terbentuk juga kecil. Akibatnya sungai
mulai menghindari penghalang dan mencari rute yang paling mudah dilewati.
Sementara, pada bagian hulu belum terjadi pengendapan. Pada bagian tengah, yang
wilayahnya mulai datar aliran air mulai lambat dan membentuk meander. Proses
meander terjadi pada tepi sungai, baik bagian dalam maupun tepi luar. Di bagian
sungai yang aliranya cepat akan terjadi pengikisan sedangkan bagian tepi sungai yang
lamban alirannya akan terjadi pengendapan. Apabila hal itu berlangsung secara terus-
menerus akan membentuk meander.

Gb. Meander

Meander biasanya terbentuk pada sungai bagian hilir, dimana pengikisan dan
Pengendapan terjadi secara berturut turut. Proses pengendapan yang terjadi secara
terus menerus akan menyebabkan kelokan sungai terpotong dan terpisah dari aliran
sungai, Sehingga terbentuk oxbow lake.

2) Delta
Pada saat aliran air mendekati muara, seperti danau atau laut maka kecepatan aliranya
menjadi lambat. Akibatnya, terkadi pengendapan sedimen oleh air sungai. Pasir akan
diendapkan sedangkan tanah liat dan lumpur akan tetap terangkut oleh aliran air.
Setelah sekian lama, akan terbentuk lapisan – lapisan sedimen. Akhirnya lapian
lapisan sedimen membentuk dataran yang luas pada bagian sungai yang mendekati
muaranya dan membentuk delta. Pembetukan delta memenuhi beberapa syarat:
 Sedimen yang dibawa oleh sungai harus banyak ketika akan masuk laut atau
danau.
 Arus panjang disepanjang pantai tidak terlalu kuat.
 Pantai harus dangkal. Contoh bentang alam ini adalah delta Sungai Musi, Kapuas,
dan Kali Brantas.
3) Dataran banjir dan tanggul alam
Apabila terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat. Akibatnya terjadi
banjir dan meluapnya air hingga ke tepi sungai. Pada saat air surut, bahan bahan yang
terbawa oleh air sungai akan terendapkan di tepi sungai. Akibatnya, terbentuk suatu
Dataran di tepi sungai.Timbulnya material yang tidak halus (kasar) terdapat pada tepi
sungai. Akibatnya tepi sungai lebih tinggi dibandingkan dataran banjir yang
terbentuk.Bentang alam itu disebut tanggul alam.

b) Pengendapan air laut ( sedimen marine )


1) Slip dan Tombolo
Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan oleh air
laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut,
antara lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai. Pesisir merupakan wilayah
pengendapan di sepanjang pantai. Biasanya terdiri dari material pasir. Ukuran dan
komposisi material di pantai sangat berfariasi tergantung pada perubahan kondisi
cuaca, arah angin, dan arus laut. Arus pantai mengangkut material yang ada di
sepanjang pantai. Jika terjadi perubahan arah, maka arus pantai akan tetap
mengangkut material material ke laut yang dalam. Ketika material masuk ke laut
yang dalam, terjadi pengendapan material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi
material yang ada di atas permukaan laut. Akumulasi material itu disebut spit. Jika
arus pantai terus berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadang kadang spit terbentuk
melewati teluk dan membentuk penghalang pantai (barrier beach).
Gb. Barrier Reef

Apabila di sekitar spit terdapat pulam, biasanya spit akhirnya tersambung dengan
daratan, sehingga membentuk tombolo.

c) Pengendapan Angin (sedimen aeolis)


Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil
pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk pantai dapat
terjadi di daerah pantai maupun gurun. Gumuk pasir terjadi bila terjadi akumulasi pasir
yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan mengedapkan
pasir di suatu tempat secara bertahap sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut
gumuk pasir/sand dune.
Gb. Sand Dune (Bukit Pasir)

d) Pengendapan oleh gletser


Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial. Bentang alam hasil
Pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U.
Pada saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni
lembah. Batuan atau tanah hasil pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di
lemah. Akibatnya, lembah yang semula berbentuk V menjadi berbentuk U.
Gb. Kipas alluvial

Dampak positif tenaga eksogen antara lain:


1. Memunculkan habitat.
2. Memperluas daratan di bumi.
3. Memperdekat barang tambang ke permukaan bumi.

Meskipun begitu tenaga eksogen juga mempunyai dampak negatif yang bisa merugikan manusia.
Dampak negatif tenaga eksogen tersebut antara lain:
1. Kesuburan tanah bisa berkurang (dampak dari erosi).
2. Hasil-hasil erosi yang diendapkan (sedimentasi) di muara sungai
mengakibatkan pendangkalan dasar sungai.
3. Abrasi dapat menghilangkan garis pantai hilang dihantam
2. Sebut dan jelaskan bentang alam hasil proses endogen!

Jawab:

Bentang alam vulkanik adalah bentang alam yang pembentukannya dikontrol oleh proses
keluarnya magma dari dalam bumi (vulkanisme). Vulkanisme ada tiga macam yaitu :

a) Vulkanisme letusan : dikontrol oleh magma yang bersifat asam, banyak gas, sifat magma
kental, ledakan kuat, dan biasanya menghasilkan material piroklastik dan membentuk
gunung api yang terjal.
b) Vulkanisme lelehan : dikontrol oleh lava basa, sedikit kandungan gas, magma encer,
ledakan lemah dan vulkanisme ini biasanya menghasilkan gunung api rendah dan
berbentuk perisai.
c) Vulkanisme campuran : dikontrol oleh magma menengah dan biasanya menghasilkan
gunung api strato.

Atas dasar klasifikasi kenampakan visual morfologinya, bentang alam vulkanik dibedakan
menjadi:
1. DEPRESI VULKANIK
Depresi vulkanik adalah morfologi yang secara umum berupa cekungan. Depresi
vulkanik dibagi menjadi:
a) Danau Vulkanik: depresi vulkanik yang terisi oleh air sehingga membentuk danau.
b) Kawah: depresi vulkanik yang terbentuk oleh letusan dengan diameter maksimum 1.5
km dan hanya terisi oleh material hasil letusan.
c) Kaldera: depresi vulkanik yang terbentuk belum tentu oleh letusan, tetapi didahului
oleh amblesan pada komplek vulkan. Kaldera ini sering muncul pada gunung api
baru.
2. KUBAH VULKANIK
Kubah vulkanik merupakan morfologi gunung api yang mempunyai bentuk cembung ke
atas. Kubah ini dibedakan menjadi :
a) Kerucut Semburan: terbentuk oleh erupsi lava yang bersifat encer basaltis.
b) Kerucut Parasit: terbentuk sebagai hasil erupsi gunung api yang berada pada lereng
gunung api yang lebih besar.
c) Kerucut Sinder: terbentuk oleh letusan kecil yang terjadi pada kaki gunung api berupa
kerucut rendah dengan bagian puncak tampak cekung datar.
3. VULKAN SEMU
Vulkan semu adalah morfologi yang mirip dengan kerucut gunung api, dan bahkan
pembentukannya berasal dari vulkan yang berdekatan.
4. DATARAN VULKANIK
Dataran Vulkanik dicirikan oleh puncak topografi yang datar dengan variasi beda tinggi
tidak mencolok. Macamnya yaitu :
a) dataran rendah basal
b) plato basal
c) dataran kaki vulkan
Proses vulkanisme menghasilkan berbagai bentuk muka bumi antara lain:
a) Kawah, lubang berbentuk mangkuk di puncak gunung api;
b) Kaldera, hasil letusan gunung api yang berbentuk seperti kawah tetapi berukuran jauh lebih
besar. Karena besar, pada sebuah kaldera dapat terbentuk danau, emisi gas, mata air panas,
dan gunung api corong kecil. lebih dari 2 km. Kaldera terdiri atas : kalderaletusan, terjadi
akibat letusan besar yang melontarkan sebagian besar tubuhnya; kaldera runtuhan, terjadi
karena runtuhnya sebagian tubuh gunungapi akibat pengeluaran material yangsangat
banyak dari dapur magma; kaldera resurgent, terjadi akibat runtuhnya sebagian tubuh
gunungapi diikuti dengan runtuhnya blok bagian tengah; kaldera erosi, terjadi akibat erosi
terusmenerus pada dinding kawah sehingga melebar menjadi kaldera;
c) Rekahan dan graben, retakan-retakan atau patahan pada tubuh gunungapi yang memanjang
mencapai puluhan kilometer dan dalamnya ribuan meter. Rekahan parallel yang
mengakibatkan amblasnya blok diantara rekahan disebut graben.

Berdasarkan bentuknya, proses tektonisme di bedakan atas patahan dan lipatan.


1. LIPATAN
a) Lipatan tegak
b) Lipatan miring
c) Lipatan menutup
d) Lipatan rebah
e) Sesar sungkup
2. PATAHAN
a) Tanah naik
b) Tanah turun
c) Sesar
d) Blok mountain
Bentuk muka bumi dari bentuk patahan dan lipatan di antaranya sebagai berikut :
1. Pegunungan
2. Dataran tinggi
3. Plato atau plateau
4. Depresi
5. Palung laut
6. Lubuk laut
7. Pegunungan laut
8. Ambang laut
9. Shelf
3. Sebut dan jelaskan bentang alam hasil proses eksogen!
Jawab:

Bentangan Alam Akibat Tenaga Eksogen


Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi dan bersifat merusak berupa air,
gletser maupun sinar matahari.Pengrusakan bentuk muka bumi oleh tenaga eksogen berupa
pelapukan, pengikisan (erosi) dan pengendapan.

A. Bentang Alam Akibat Proses Pengikisan dan Proses Pengendapan


Tenaga endogen yang bersifat membangun dan berasal dari dalam bumi. Pada kegiatan ini
akan dibahas tentang tenaga eksogen. Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar
bumi dan bersifat merusak berupa air, gletser maupun sinar matahari.Pengrusakan bentuk
muka bumi oleh tenaga eksogen berupa pelapukan, pengikisan (erosi) dan pengendapan.
Dalam modul ini akan dibahas satu persatu.
1. Pelapukan
Pelapukan adalah proses pengrusakan atau penghancuran kulit bumi oleh tenaga eksogen.
Pelapukan di setiap daerah berbeda beda tergantung unsur unsur dari daerah tersebut.
Misalnya di daerah tropis yang pengaruh suhu dan air sangat dominan, tebal pelapukan
dapat mencapai seratus meter, sedangkan daerah sub tropis pelapukannya hanya beberapa
meter saja. Menurut proses terjadinya pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu: -
pelapukan fisik atau mekanik - pelapukan organis - pelapukan kimiawi

Penjelasan ketiga jenis tersebut adalah:

a. Pelapukan fisik dan mekanik. Pada proses ini batuan akan mengalami perubahan fisik
baik bentuk maupun ukuranya. Batuan yang besar menjadi kecil dan yang kecil
menjadi halus. Pelapukan ini di sebut juga pelapukan mekanik sebab prosesnya
berlangsung secara mekanik.

Penyebab terjadinya pelapukan mekanik yaitu:

1) Adanya perbedaan temperatur yang tinggi. Peristiwa ini terutama terjadi di


daerah yang beriklim kontinental atau beriklim Gurun di daerah gurun
temperatur pada siang hari dapat mencapai 50 Celcius. Pada siang hari bersuhu
tinggi atau panas. Batuan menjadi mengembang, pada malam hari saat udara
menjadi dingin, batuan mengerut. Apabila hal itu terjadi secara terus menerus
dapat mengakibatkan batuan pecah atau retak-retak.

2) Adapun pembekuan air di dalam batuan Jika air membeku maka volumenya akan
mengembang. Pengembangan ini menimbulkan tekanan, karena tekanan ini batu-
batuan menjadi rusak atau pecah pecah. Pelapukan ini terjadi di daerah yang
beriklim sedang dengan pembekuan hebat.
3) Berubahnya air garam menjadi kristal. Jika air tanah mengandung garam, maka
pada siang hari airnya menguapdan garam akan mengkristal. Kristal garam ini
tajam sekali dan dapat merusak batuan pegunungan di sekitarnya, terutama
batuan karang di daerah pantai.
Salah satu bentuk bumi yang mengalami proses pelapukan mekanik
b. Pelapukan organik Penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang tumbuhan
dan manusia, binatang yang dapat melakukan pelapukan antara lain cacing tanah,
serangga. Dibatu-batu karang daerah pantai sering terdapat lubang-lubang yang dibuat
oleh binatang. Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuh tumbuhan ini dapat bersifat
mekanik atau kimiawi. Pengaruh sifat mekanik yaitu berkembangnya akar tumbuh-
tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak tanah disekitarnya. Pengaruh zat
kimiawi yaitu berupa zat asam yang dikeluarkan oleh akar- akar serat makanan
menghisap garam makanan. Zat asam ini merusak batuan sehingga garam-garaman
mudah diserap oleh akar. Manusia juga berperan dalam pelapukan melalui aktifitas
penebangan pohon, pembangunan maupun penambangan.
c. Pelapukan kimiawi Pada pelapukan ini batu batuan mengalami perubahan kimiawi
yang umumnya berupa pelarutan. Pelapukan kimiawi tampak jelas terjadi pada
pegunungan kapur (Karst). Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air dan suhu
yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO2 (Zat asam arang) dapat dengan
mudah melarutkan batu kapur (CACO2). Peristiwa ini merupakan pelarutan dan dapat
menimbulkan gejala karst. Di Indonesia pelapukan yang banyak terjadi adalah
pelapukan kimiawi. Hal ini karena di Indonesia banyak turun hujan. Air hujan inilah
yang memudahkan terjadinya pelapukan kimiawi.

Gejala atau bentuk - bentuk alam yang terjadi di daerah karst diantaranya:

a. Dolina
Dolina adalah lubang lubang yang berbanuk corong. Dolina dapat terjadi karena erosi
(pelarutan) atau karena runtuhan. Dolina terdapat hampir di semua bagian pegunungan
kapur di Jawa bagian selatan, yaitu di pegunungan seribu.

b. Gua dan sungai di dalam Tanah


Di dalam tanah kapur mula-mula terdapat celah atau retakan. Retakan akan semakin
besar dan membentuk gua-gua atau lubang-lubang, karena pengaruh larutan.Jika
lubang-lubang itu berhubungan, akan terbentuklah sungai-sungai di dalam tanah.

c. Stalaktit adalah kerucut kerucut kapur yang bergantungan pada atap gua. Terbentuk
tetesan air kapur dari atas gua. Stalakmit adalah kerucut-kerucut kapur yang berdiri
pada dasar gua. Contohnnya stalaktit dan stalakmit di Gua tabuhan dan gua Gong di
Pacitan, jawa Timur serta Gua jatijajar di Kebumen, Jawa Tengah.

Stalaktit yang di atas stalaknit yang di bawah


Akibat yang ditimbulkan dari proses pengikisan dan pengendapan. Jurang dan juga sungai
yang berkelok kelok telah terjadi sejak awal padahal jurang tejadi karena adanya proses
pengikisan, sedangkan sungai yang berkelok kelok selain disebabkan karena pengikisan,
juga merupakan hasil pengendapan oleh tenaga air.
2. Bentangan alam akibat pengikisan.
Air yang mengalir menimbulkan gesekan terhadap tanah dan batuan yang di laluinya.
Gesekan akan semakin besar jika kecepatan dan jumlah air semakin besar. Kecepatan air
juga akan semakin besar jika gradien (kemiringan) Lahan juga besar. Gesekan antara air
dengan tanah atau batuan di dasar sungai dan gesekan antara benda benda padat yang
terangkat air oleh tanah atau batuan di bawahnya dapat menyebabkan terjadinya pengikisan.
Pengikisan oleh air sungai yang terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan terbentuk
v, jurang atau ngarai, aliran deras dan air terjun.
a. Lembah Apabila kecepatan aliran air di dasar sungai cepat maka akan terjadi
pengikisan di dasar sungai capat maka akan terjadi pengikisan di dasar sungai atau
sering di sebut erosi vertical. Apabila aliran aliran air yang cepat terjadi di tepi sungai
maka akan manyebabkan terjadinya pengikisan ke arah samping atau erosi ke
samping. Hasil erosi vertical, sungai semakin lama semakin dalam, sedang erosi ke
samping menyebabkan sungai samakin lebar. Erosi vertical membentuk huruf v.
Contoh lembah aria, Ngarai sihanok serta Grand Canyon di Amerika Serikat.

b. Jurang Perhatikan anda melihat adanya sungai yang sangat dalam dan sempit. Bentang
alam seperti itu termasuk jurang. Jurang terbentuk jika pengikisan terjadi pada batuan
yang resisten. Batuan resistenyang ada di kanan kiri sungai tidak mudah terkikis oleh
air, sedangkan erosi veritikal terus berlangsung. Oleh karena itu erosi vertical
berlangsung lebih cepat dibandingkan erosi ke samping. Akibatnya, dinding sungai
sangat miring atau cenderung vertical dan dasar sungai dalam.bahan yang resisten
adalah batuan yang keras dan tidak mudah terkikis air. Perhatikan gambar!
c. Aliran deras Kadang kala kita temui sungai yang pada beberapa bagianya sangat
deras, sedangkan bagian yang lain tidak deras. Aliran air sungai yang deras terbentuk
dari adanya jenis batuan yang selang- seling antara batuan yang resisten dan batuan
yang tidak resisten pada dasar sungai. Saat air melewati batuan yang resisten, air akan
sulit melakukan pengikisan, akibatnya dasar sungai menjadi tidak rata. Pada saat air
melewati batuan yang tidak resisten, terjadi turbulensi dan terbentuk seperti air terjun
pendek yang aliranya deras.

Bentang alam seperti ini disebut rapit atau aliran deras.

Aliran deras
Proses terbentuknya aliran deras. (rapid)
d. Air terjun Air terjun terbentuk pada sungai yang jenis batuan di dasar sungai ada yang
resisten yang tidak resisten.Proses yang terjadi hampir sama dengan aliran deras.
Hanya saja, pengikisan air mengakibatkan perbedaan air yang cukup besar antara
batuan resisten dan batuan tidak resisten. Akibatnya, air jatuh dari ketinggian
membentuk air terjun.
3. Pengikisan (erosi) oleh air laut Erosi oleh air laut merupakan pengikisan di pantai oleh
pukulan gelombang laut yang Terjadi secara terus - menerus terhadap dinding pantai.
Bentang alam yang diakibatkan oleh erosi air laut, antara lain cliff (tebing terjal), notch
(takik), gua di pantai, wave cut platform (punggung yang terpotong gelombang), tanjung,
dan teluk. Cliff terbentuk karena gelombang melemahkan batuan di pantai. Pada awalnya
gelombang meretakan batuan di pantai. Akhirnya, retakan semakin membesar dan
membentuk notch yang semakin dalam akan membentuk gua. Akibat diterjang gelobang
secara terus menerus mengakibatkan atap gua runtuh dan membentuk cliff dan wave cut
platform

.
Tanjung adalah daratan yang menjorok ke laut, sedang teluk adalah laut yang menjorok ke
arah daratan.

Pantai memiliki jenis batuan yang berselang seling antara batuan resisten dan tidak resisten.
Pada batuan yang tidak resisten akan dengan mudah tererosi, sedangkan batuan yang
resisten sulit untuk tererosi. Akibatnya, pada batuan yang tidak resisten akan terbentuk teluk
yang menjorok ke daratan pada batuan yang resisten terbentuk tanjung yang menjorok ke
laut.

1. Erosi oleh es/gletser Erosi oleh gletser merupakan pengikisan yang dilakukan oleh
gletser (lapisan es) di daerah pegunungan. Pengikisan ini terjadi di daerah yang
memiliki empat musim. Pada saat musim semi, terjadi erosi oleh gletser yang
meluncur menuruni lembah. Akkibatnya lereng menjadi lebih terjal. Contoh bentang
alam yang terjadi akibat erosi gletser adalah pantai fyord, yaitu pantai dengan dinding

yang berkelok kelok.


2. Erosi oleh angin Pengikisan oleh angin banyak terjadi di daerah gurun atau di daerah
yang beriklim kering. Jika angin dan pasir mengikis batu batuan yang dilaluinya maka
akan membentuk batu cendawan di gunung pasir. Contohnya, Tanah Loss
di cina Utara (Gurun Gobi) yang memiliki tebal 600 m.
4. Sebut dan jelaskan bentang alam gunung api!
Jawab:

Bentang Alam Gunung Api (Volcanic Landform)


Gunung api merupakan salah satu fenomena yang banyak terdapat di bumi. Gunung api
terbentuk akibat proses naiknya magma dari dalam bumi menuju permukaan bumi akibat tenaga
endogen. Aktivitas gunung api menghasilkan beberapa morfologi (bentuk) yang berbeda-beda di
setiap jenis gunung api. Beberapa morfologi hasil aktivitas gunug api diantaranya:

1. Volcanic Landform (Morfologi gunung api)


Morfologi gunung api adalah bentangalam yang dihasilkan dari aktivitas vulkanisme.
Endapan morfologi gunung api diklasifikasikan berdasarkan tipe magma dan jenis material
yang dikeluarkan. Morfologi gunung api strato adalah gunung api yang berbentuk kerucut dan
dibentuk dari perselingan endapan lava dan endapan piroklastik. Jenis magma yang menyusun
gunung api strato didominasi lava intermediet. Morfologi gunung api shield (perisai) adalah
bentangalam gunung api yang berbentuk seperti perisai yang dihasilkan dari lava yang
bersusun basalt. Karena sifatnya yang encer, magma basalt akan keluar ke segala arah dari
pusat erupsi dan akan membentuk morfologi seperti perisai.

Gb. Shield volcano


Gb. Strato volcano

2. Volcanic Footslope Landform (Morfologi kaki gunungapi)


Morfologi kaki gunung api adalah bentangalam gunungapi yang merupakan bagian kaki
dari sebuah gunungapi.

Gb. Foot Slope

3. Crater Landform (Kawah gunungapi)


Morfologi kawah adalah bentangalam gunung api berupa lubang tempat keluarnya
material gunungapi ketika erupsi.
Gb. Volcanic Crater

4. Caldera Landform (Morfologi kaldera gunungapi)


Morfologi kaldera adalah bentangalam yang terbentuk sebagai hasil erupsi gunung api
tipe eksplosif yang menyebabkan kepundan gunung api runtuh sehingga membentuk kawah
yang sangat luas. Contoh kaldera di Indonesia adalah kaldera Bromo.

Gb. Bromo Caldera


5. Volcanic Neck Landform (Morfologi leher gunungapi)
Morfologi gunungapi adalah bentangalam seperti leher atau tiang yang merupakan sisa
dari proses denudasi (erosi) gunung api.

Gb. Volcanic Neck

6. Parasit Cone Landform (Morfologi gunungapi parasit)


Morfologi gunungapi parasit adalah bentang alam yang berbentuk kerucut yang
menumpang di tubuh gunungapi induknya.
Gb. Parasit Cone

7. Lava Plug Landform (Morfologi sumbat lava)


Morfologi sumbat lava adalah bentang alam yang terbentuk pipa atau bantal yang
terbentuk dari lava yang membeku pada kepundan gunung api.

Gb. Lava Plug

8. Morfologi Maar
Morfologi maar adalah bentangalam berelief rendah dan luas dari suatu kawah gunungapi
hasil erupsi freatomagmatik. Letusannya disebabkan oleh kontak antara air bawah tanah
dengan magma.
Gb. Maar

9. Volcanic Remnant Landform (Morfologi sisa gunungapi)


Morfologi sisa gunungapi adalah bentukkan yang berasal dari tubuh gunung api yang
mengalami proses denudasi (erosi).

Gb. Volcanic Remnant


5. Sebut dan jelaskan jenis-jenis erosi!
Jawab:

Erosi adalah proses berpindahnya massa batuan dari satu tempat ke tempat lain yang
dibawa oleh tenaga pengangkut yang bergerak di muka muka bumi. Secara umum erosi terdiri
atas tiga tahapan antara lain sebagai berikut:

a) Detachment yaitu pelepasan batuan dari massa induknya;


b) Transportasi yaitu pemindahan batuan yang terkikis dari suatu tempat ke tempat lain;
c) Sedimentasi yaitu pengendapan massa batuan yang terkikis.

Jenis erosi berdasarkan kecepatan terjadinya erosi dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

1. Erosi geologi
Erosi geologi adalah bentuk pengikisan proses pengikisan atau penghancuran tanahnya
relatif seimbang dengan proses pembentukannya. Gejala alam ini dapat dikatakan tidak
menimbulkan kerusakan lingkungan.
2. Erosi tanah
Erosi tanah atau dinamakan pula erosi yang dipercepat (accelerated erosion) yaitu bentuk
erosi yang proses penghancuran tanah (batuan) jauh lebih cepat dibandingkan dengan pem
bentukannya. Erosi tanah biasanya dipercepat oleh aktivitas manusia dalam mengelola
lahan tanpa memperhatikan unsur-unsur kelestarian alam misalnya penebangan hutan
sembarangan dll.

Selain berdasarkan kecepatannya, erosi dapat pula diklasifikasikan berdasarkan zat pelaku atau
pengikisnya, yaitu:

1. Erosi Air
Massa air yang mengalir, baik gerakan air di dalam tanah maupun di permukaan Bumi
berupa sungai atau air larian permukaan selamban apapun pasti memiliki daya kikis.
Sedikit demi sedikit, air yang mengalir itu mengerosi batuan atau tanah yang dilaluinya.
Semakin cepat gerakan air mengalir, semakin tinggi pula daya kikisnya. Oleh karena itu,
sungai-sungai di wilayah perbukitan atau pegunungan yang alirannya deras memiliki
lembah yang lebih curam dan dalam dibandingkan dengan sungai di wilayah dataran yang
alirannya relatif tenang.

Secara umum dilihat dari tahapan kerusakan tanah yang terkikis, erosi air terdiri atas empat
tingkatan, yaitu sebagai berikut.

a. Erosi Percik (Splash Erosion)


Erosi ini berupa percikan partikel-partikel tanah halus yang disebabkan oleh tetes hujan
pada tanah dalam keadaan basah. Tanda-tanda nyataadanya erosi percik pada musim
hujan dapat kamu lihat pada permukaan daun yang terdapat partikel tanah, adanya
batuan kerikil di atas lapisan tanah.
b. Erosi Lembar (Sheet Erosion)
Erosi ini memecah partikel tanah pada lapisan tanah yang hampir seragam, sehingga
erosi ini menghasilkan kenampakan yang seragam.
c. Erosi Alur (Riil Erosion)
Erosi ini menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman kurang dari 30 cm dan
lebar kurang dari 50 cm. Sering terjadi pada tanah-tanah yang baru saja diolah.
d. Erosi Parit (Gully Erosion)
Erosi ini menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman lebih dari 30 cm dan
lebar lebih dari 50 cm.
2. Erosi Gelombang Laut
Erosi oleh gelombang laut dinamakan pula abrasi atau erosi marin. Gelombang laut yang
bergerak ke arah pantai mampu mengikis bahkan memecahkan batu-batu karang di pantai,
kemudian diangkut ke tempat tempat lain di sekitarnya atau ke arah laut dan samudra. Erosi
oleh gelombang laut dinamakan pula abrasi atau erosi marin. Gelombang laut yang
bergerak ke arah pantai mampu mengikis bahkan memecahkan batu-batu karang di pantai,
kemudian diangkut ke tempat tempat lain di sekitarnya atau ke arah laut dan samudra.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan abrasi antara lain sebagai berikut.
a) Kekerasan batuan, semakin keras jenis batuan yang ada di pantai, semakin tahan
terhadap erosi.
b) Gelombang laut, semakin besar gelombang yang bergerak ke arah pantai, semakin
besar kemungkinannya untuk mengerosi wilayah pantai.
c) Kedalaman laut di muka pantai, jika laut yang terletak di muka pantai merupakan laut
dalam, gelombang laut yang terjadi lebih besar dibandingkan dengan laut yang dangkal,
sehingga kekuatan erosi akan lebih besar.
d) Jumlah material yang dibawa gelombang terutama kerikil dan pasir, semakin banyak
material yang diangkut semakin kuat daya abrasinya.
Bentang alam khas yang sering kita jumpai sebagai akibat adanya abrasi antara lain sebagai
berikut.
a) Cliff, yaitu pantai yang berdinding curam sampai tegak.
b) Relung, yaitu cekungan-cekungan yang terdapat pada dinding cliff.
c) Dataran Abrasi, yaitu hamparan wilayah dataran akibat abrasi. yang dapat dilihat
dengan jelas saat air laut surut.
d) Gua laut (Sea Cave).

3. Erosi Angin
Erosi oleh pengerjaan angin (deflasi) banyak terjadi di daerah gurun beriklim kering yang
sering terjadi badai pasir yang dikenal dengan istilah harmattan atau chamsina. Pada saat
kejadian angin kencang tersebut, butiran-butiran kerikil dan pasir yang terbawa angin akan
mengikis bongkah batuan yang dilaluinya.

4. Erosi Glasial
Erosi glasial adalah bentuk pengikisan massa batuan oleh gletser, yaitu massa es yang
bergerak. Gletser terdapat di wilayah kutub atau di pegunungan tinggi yang puncaknya
senantiasa tertutup oleh lembaran salju dan es, seperti Pegunungan Jayawijaya, Rocky,
dan Himalaya. Massa gletser yang bergerak menuruni lereng pegunungan akibat gaya
berat maupun pencairan es akan mengikis daerah-daerah yang dilaluinya. Massa batuan
hasil pengikisan yang diangkut bersamasama dengan gerakan gletser dinamakan morain.

Ciri khas bentang alam akibat erosi glasial adalah adanya alur-alur yang arahnya relatif
sejajar pada permukaan batuan sebagai akibat torehan gletser. Jika erosi gletser ini terus-menerus
berlangsung dalam waktu yang sangat lama, akan terbentuk lembah-lembah yang dalam,
memanjang, dan searah dengan gerakan gletser.
6. Sebut dan jelaskan pola pengaliran!
Jawab:

Macam-macam pola pengaliran:

1) Pola Dendritis
Ciri-ciri dari pola pengaliran ini, bahwa anak-anak sungainya bermuara pada induk
sungai secara tidak teratur, yaitu membentuk sudut yang berlain-lainan dan tidak tentu
besarnya. Ada yang membentuk sudut lancip (beberapa macam), sudut siku-siku dan sudut
tumpul yang meliputi beberapa macam pula meskipun pada umumnya kurang dari 90º.
Pola ini terdapat pada daerah yang uniform dan menunjukkan tidak adanya pengaruh
struktur. Seringkali pada batuan sedimen yang horizontal atau di daerah yang berbatuan beku,
tetapi dapat pula terjadi pada batuan metamorf.
2) Pola Pinnate
Pola ini merupakan bentuk khusus dari pola dendrites. Ciri-cirinya adalah anak-anak
sungainya hampir sejajar dengan induk sungai, dan bermuara pada sungai induk dengan
membentuk sudut lancip. Ini menunjukan kecuraman lereng yang besar. Jadi daerah dengan
pola pengaliran ini mempunyai kemiringan yang curam.
3) Pola Trellis
Kata ‘trellis’ berarti terali atau jari-jari. Sungai memperlihatkan letak yang paralel
menurut stike topografi dengan anak-anak sungai sekunder bergabung kepada induk sungainya
membentuk sudut tegak terhadap sungai-sungai yang parallel. Bentuk yang khusus dari pola ini
adalah fault trellic pattern, yang menyebabkan lapisan yang keras berdampingan dengan
lapisan yang lunak.
4) Pola Radial atau Menyebar
Pola ini menunjukan penyebaran sungai dari suatu puncak, seperti pada kubah, gunung
api, bukit terpencil, dan lain-lain.
5) Barded Dreainage Pattern
Kata ‘barded’ (bhs,. Inggris) berarti berduri, berkait, beruit. Pola semacam ini hanya
meliputi daerah aliran hulu dari suatu sungai. Anak-anak sungai bergabung dengan induk
sungai membentuk sudut yang meruncing ke arah hulu. Kebanyakan terjadi sebagai akibat dari
pembajakan sungai (stream piracy).
6) Pola Sejajar
Pola sejajar terdapat pada lereng yang sangat curam, karena sungai tidak sempat
membuat kelokan-kelokan yang disebabkan oleh pengaliran yang sangat deras.
7) Pola Rektanguler (rectangular pattern)
Kata ‘rectangular’ berarti seperti empat persegi panjang. Pada pola ini, sungai induk
dengan anak-anak sungainya membelok dengan membentuk sudut 90º. Bentuk itu
memperlihatkan pengaruh retakan atau sistem patahan. Sejenis dengan pola ini ialah pola
engulat (angulate pattern), yang terjadi apabila perpotongan antara retakan atau patahan itu
tidak tegak lurus, melainan membentuk sudut miring.
8) Pola Melingkar
Pola ini terdapat pada kubah yang telah mengalami pengirisan yang lanjut dan
dikelilingai oleh lapisan yang berganti-ganti antara keras dan lunak. Pada keseluruhan pola ini
hampir membentuk cincin.
9) Deranged Drainage Pattern
Arti yang sebenarnya dari kata ‘derange’ (bhs,. Inggris) adalah kacau. Nama ‘reranged’
kepada pola aliran yang tidak teratur, yang mengalir keluar – masuk danau atau rawa, dan
hanya mempunyai anak sungai yang pendek. Daerah di antara sungai itu berawa-rawa, dan
sungai-sungai yang ada di daerah itu merupakan penghubung yang melalui rawa tadi.
10) Pola Kompleks
Pola pengaliran disebut pola kompleks apabila menunjukan variasi-variasi, sehingga
tidak bisa digolongkan dalam salah satu pola yang telah dibicarakan.
11) Pola teranyam
Kata ‘braid’ (bhs,. Inggris) berarti mengayam. Pada pola ini, sungai terpecah-pecah oleh
sungai, sebagai akibat dari pengendapan yang terjadi oleh berkurangnya daya angkut sungai.
Pengendapan semacam itu akan terjadi apabila sungai yang mengalir pada permukaan lereng
yang miring, tiba-tiba mencapai dataran, sehingga butiran-butiran batuan yang kasar akan
segera diendapkan, sedangkan yang halus terus diangkut ke bagian hilir.
Macam-macam pola aliran sungai:

1. Dendritik: seperti percabangan pohon, percabangan tidak teratur dengan arah dan sudut
yang beragam. Berkembang di batuan yang homogen dan tidak terkontrol oleh struktur,
umunya pada batuan sedimen dengan perlapisan horisontal, atau pada batuan beku dan
batuan kristalin yang homogen.
2. Rectangular : Aliran rectangular merupakan pola aliran dari pertemuan antara alirannya
membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku. Pola aliran ini berkembang pada
daerah rekahan dan patahan.
3. Paralel: anak sungai utama saling sejajar atau hampir sejajar, bermuara pada sungai-
sungai utama dengan sudut lancip atau langsung bermuara ke laut. Berkembang di lereng
yang terkontrol oleh struktur (lipatan monoklinal, isoklinal, sesar yang saling sejajar
dengan spasi yang pendek) atau dekat pantai.
4. Trellis: percabangan anak sungai dan sungai utama hampir tegak lurus, sungai-sungai
utama sejajar atau hampir sejajar. Berkembang di batuan sedimen terlipat atau terungkit
dengan litologi yang berselang-seling antara yang lunak dan resisten.
5. Deranged : pola aliran yang tidak teratur dengan sungai dengan sungai pendek yang
arahnya tidak menentu, payau dan pada daerah basah mencirikan daerah glacial bagian
bawah.
6. Radial Sentrifugal: sungai yang mengalir ke segala arah dari satu titik. Berkembang pada
vulkan atau dome.
7. Radial Centripetal: sungai yang mengalir memusat dari berbagai arah. Berkembang di
kaldera, karater, atau cekungan tertutup lainnya.
8. Annular: sungai utama melingkar dengan anak sungai yang membentuk sudut hampir
tegak lurus. Berkembang di dome dengan batuan yang berseling antara lunak dan keras.
9. Pinnate : Pola Pinnate adalah aliran sungai yang mana muara anak sungai membentuk
sudut lancip dengan sungai induk. Sungai ini biasanya terdapat pada bukit yang
lerengnya terjal.
10. Memusat/Multibasinal: percabangan sungai tidak bermuara pada sungai utama,
melainkan hilang ke bawah permukaan. Berkembang pada topografi karst. Tabel 1.
merupakan pola pengaliran dengan karaktersitiknya.
Morisawa (1985) menyebutkan pengaruh geologi terhadap bentuk sungai dan jaringannya adalah
dinamika struktur geologi, yaitu tektonik aktif dan pasif serta lithologi (batuan). Kontrol
dinamika struktur diantaranya pensesaran, pengangkatan (perlipatan) dan kegiatan vulkanik yang
dapat menyebabkan erosi sungai. Kontrol struktur pasif mempengaruhi arah dari sistem sungai
karena kegiatan tektonik aktif. Sedangkan batuan dapat mempengaruhi morfologi sungai dan
jaringan topologi yang memudahkan terjadinya pelapukan dan ketahanan batuan terhadap erosi.
Tabel Pola Pengaliran dan Karakteristiknya (van Zuidam, 1985)

Anda mungkin juga menyukai