Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

“ Jenis-Jenis Dilema IPTEK ”

I ILM
GG U
IN K
E
T

S
EH
A
S EKO L

AT A N
SY E NT I K A
D Z A SA I

Dosen Pembimbing : Ns. Ratna Dewi Indah Sari, M. Kep

Oleh Kelompok 4

Nama Anggota :

1. Abdul Aziz
2. Gita Anggalia
3. Monalisa Anggraini
4. Qorry Ramadhania
5. Surya Murdilah Putri

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

TAHUN AJARAN 2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“jenis-jenis dilema iptek”.

Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas yang diberikan kepada kami
sebagai bahan diskusi dalam mata kuliah Keperawatan Transkultural. Semoga
dengan terselesaikannya makalah ini dapat menjadi pembelajaran yang lebih baik
bagi kami dalam pembuatan makalah yang berikutnya.

Makalah ini dibuat dengan sebagaimana mestinya, dan kami berharap


makalah ini dapat memberikan wawasan baru bagi kami maupun bagi yang
membacanya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan maka dari
itu kami membutuhkan kritikan dan saran serta masukan, sehingga kedepanya
kami bisa membuat makalah dengan lebih baik lagi.

Padang... March 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

1. Apa defenisi dari dilema, keperawatan transkulrutal dan IPTEK ................ 1

2. Apa model teori matahari terbit (leininger) ................................................. 1

3. Bagaimana prinsip mengatasi dilema IPTEK .............................................. 1

4. Pengkajian yang berhubungan dengan teknologi ......................................... 1

5. Dampak IPTEK dalam kesehatan ................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2

A. DEFENISI .................................................................................................... 2

B. Model teori matahari terbit (Leininger) ....................................................... 5

C. Prinsip mengatasi dilema IPTEK ............................................................... 10

D. Pengkajian Yang Berhubungan Dengan Teknologi ................................... 13

E. Dampak IPTEK dalam Kesehatan ............................................................. 13

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 21

A. Kesimpulan ................................................................................................ 21

B. Saran ........................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi dari dilema, keperawatan transkulrutal dan IPTEK
2. Apa model teori matahari terbit (leininger)
3. Bagaimana prinsip mengatasi dilema IPTEK
4. Pengkajian yang berhubungan dengan teknologi
5. Dampak IPTEK dalam kesehatan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFENISI
1. Dilema
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), dilema
mengandung arti situasi sulit yg mengharuskan orang menentukan pilihan
antara dua kemungkinan yg sama-sama tidak menyenangkan atau tidak
menguntungkan; situasi yg sulit dan membingungkan. Dilema, suatu pilihan
yang kadang-kadang sulit sekali untuk menentukan pilihan.
2. Transkultural Nursing
Kultur adalah kesatuan dari nilai, kepercayaan, norma, dan jalan
hidup yang menjadi pedoman dalam berpikir dan berperilaku (Purnell &
Paulanka, 2005 ).
Keperawatan transkultural melintasi batas-batas kebudayaan untuk
mencari esensi. Keperawatan transkultural merupakan campuran dari
antropologi dan keperawatan dalam teori dan praktik. Antropologi
mengacu pada manusia, termasuk asal, perilaku, status sosial, fisik,
mental, dan perkembangan zaman. Keperawatan merupakan sebuah ilmu
dan seni, maka keperawatan transkultural memungkinkan untuk melihat
profesi ini dengan perspektif yang berbeda (potter & perry, 2009).
Keperawatan transkultural adalah keperawatan yang berfokus pada
studi komparatif dan analisa pada perbedaan budaya. Keperawatan ini
berhubungan dengan kepedulian akan perilaku, keperawatan, dan nilai
sehat-sakit, serta kepercayaan mereka. Tujuannya adalah untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan untuk memberikan
keperawatan dalam kebudayaan khusus dan kebudayaan universal (potter
& perry, 2009).
Keperawatan transkultural memerlukan kemampuan dan
keterampilan untuk menilai dan menganalisa untuk menyusun rencana,
implementasi, dan evaluasi keperawatan (potter & perry, 2009).

2
3

Menurut Leininger (1995), keperawatan transkultural penting karena


beberapa faktor, yaitu :
a. Terjadi peningkatan imigrasi
b. Terjadi peningkatan idealitas multikultural dalam pemahaman dan
penghargaan pada perawat dan tenaga kesehatan lain
c. Peningkatan teknologi kesehatan
d. Konflik budaya yang terjadi berdampak pada interaksi budaya lain
e. Terjadi peningkatan jumlah orang yang bekerja atau berwisata
kenegara lain
f. Terjadi peningkatan konflik budaya yang dihasilkan oleh praktik
kesehatan
g. Adanya emansipasi wanita dan gender
h. Peningkatan permintaan untuk komunitas dan latar belakang budaya
dalam konteks lingkungan

3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Menurut Adisusilo, 1983,pengetahuan atau knowledge adalah hal
tahu atau pemahaman akan sesuatu yang bersifat spontan tanpa mengetahui
seluk beluknya secara mendalam. Ciri pengetahuan adalah tidak terbuka
usaha bantahan atas dasar pengamatan dan pemeriksaan. Sedangkan ilmu
pengetahuan atau science adalah pengetahuan yang bersifat metodis,
sistematis dan logis. Metodis maksudnya pengetahuan tersebut diperoleh
dengan menggunakan cara kerja yang terperinci dan telah ditentukan
sebelumnya, metode itu dapat deduktif atau induktif. Sistematis maksudnya
pengetahuan tersebut merupakan suatu keseluruhan yang mandiri dari hal-
hal yang saling berhubungan sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Logis
maksudnya proporsi-proporsi (pernyataan) yang satu dengan yang lainnya
mempunyai hubungan rasional sehingga dapat ditarik keputusan yang
rasional pula.
Ilmu pengetahuan ini menurut ahli ilmu pengetahuan Karl Raimund
Popper dalam bukunya The Logic of Science Discovery (1959) mempunyai
4

ciri khas (critizable dan refutable) atas dasar pengamatan dan pemeriksaan,
maksudnya terbuka untuk dibantah kendati mungkin akan tetap bertahan.
Menurut Adisusilo ( 1983 ) Proses sistematisasi pengetahuan
menjadi ilmu pengetahuan biasanya melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a. Tahap perumusan pertanyaan sebaik mungkin,
b. Merancang hipotesis yang mendasar dan teruji,
c. Menarik kesimpulan logis dari pengandaian-pengandaian,
d. Merancang teknis mentes pengandaian-pengandaian,
e. Menguji teknik itu sendiri apakah memadai dan dapat diandalkan,
f. Tes itu sendiri dilaksanakan dan hasil-hasilnya ditafsirkan,
g. Menilai tuntutan kebenaran yang diajukan oleh pengandaian-
pengandaian itu serta menilai kekuatan teknik tadi.

Dengan demikian, istilah ilmu pengetahuan dalam bahasa popular


sekarang adalah sains, sementara jika sains diartikan ilmu pengetahuan eksakta
atau ilmu-ilmu kealaman, maka sains dapat diartikan sebagai bagian dari ilmu
pengetahuan, atau dengan kata lain, kedua pengertian ini dapat dipersamakan
atau dipertukarkan, artinya yang satu dapat mengganti istilah yang lain.
Istilah teknologi berasal dari kata techno dan logia. Kata kuno techne
berarti seni kerajinan. Dari techne kemudian lahirlah perkataan technikos yang
berarti seseorang yang memiliki keterampilan tertentu. Dengan berkembangnya
keterampilan seseorang yang menjadi semakin tetap karena menunjukkan suatu
pola, langkah, dan motode yang pasti, keterampilan itu lalu menjadi teknik.
Sampai pada permulaan abad XX, istilah teknologi telah dipakai
secara umum dan merangkum suatu rangkaian sarana, proses, dan ide
disamping alat‐alat dan mesin‐mesin. Perluasan arti ini berjalan terus sehingga
sampai pertengahan abad ini muncul perumusan teknologi sebagai sarana atau
aktivitas yang dengannya manusia berusaha mengubah atau menangani
lingkungannya. Ini merupakan suatu pengertian yang sangat luas karena setiap
sarana perlengkapan maupun kultural tergolong suatu teknologi.
Teknologi tidak dapat hanya dipahami sebagai benda‐benda konkret
saja, seperti mesin, alat, perkakas dan lain sebagainya. Seperti terlihat dari awal
5

katanya, teknologi adalah sebuah ilmu, yaitu ilmu untuk membuat suatu alat,
perkakas, mesin atau bentuk‐bentuk konkret lainnya (sebagai penerapan kaidah
dan prinsip‐ prinsip ilmu pengetahuan) untuk memudahkan aktivitas atau
pekerjaan manusia. Dengan demikian, teknologi itu, mempunyai empat
komponen utama:
a. Pengetahuan, yaitu seperangkat gagasan bagaimana mengerjakan
sesuatu,
b. Tujuan, untuk apa “sesuatu” tersebut digunakan,
c. Aktivitasnya harus terpola dan terorganisasi, dan
d. Lingkungan pendukung agar aktivitas itu dapat berjalan efektif.

Beberapa definisi yang sifatnya formal menyebutkan bahwa, teknologi


adalah hasil dari pengetahuan ilmiah yang teroganisir dan diaplikasikan secara
sistematis ke dalam hal ‐ hal yang bersifat praktis. Secara eksplisit, teknologi
dianalogikan sebagai ’hardware’, dimana manusia sebagai pengguna dan
teknologi sebagai alat yang digunakan. Namun, selanjutnya perkembangan di
bidang teknologi menyebutkan bahwa teknologi lebih dari hanya sekedar
’hardware’. Teknologi merupakan ’liveware’ karena organisme – organisme
hidup setidaknya bergantung pada teknologi.
Teknologi dianggap sebagai penerapan ilmu pengetahuan dalam
pengertian bahwa penerapan itu menuju pada perbuatan atau perwujudan
sesuatu. Kecenderungan ini pun mempunyai suatu akibat dimana jika teknologi
dianggap sebagai penerapan ilmu pengetahuan, dalam perwujudan tersebut
maka dengan sendirinya setiap jenis teknologi/ bagian ilmu pengetahuan dapat
ada tanpa berpasangan dengan ilmu pengetahuan dan pengetahuan tentang
teknologi perlu disertai oleh pengetahuan akan ilmu pengetahuan yang menjadi
pasangannya.

B. Model teori matahari terbit (Leininger)


Model matahari terbit (sunrise model) ini melambangkan esensi
keperawatan dalam transkulutural yang menjelaskan bahwa sebelum
memberikan asuhan keperawatan kepada klien (individu, keluarga, kelompok,
6

komunitas, lembaga), perawat terlebih dahulu harus mempunyai pengetahuan


mengenai pandangan dunia (world-view) tentang dimensi dan budaya serta
struktur sosial yang berkembang di berbagai belahan dunia (secara global)
maupun masyarakat dalam lingkup yang sempit.
Dimensi budaya dan struktur sosial tersebut menurut Leininger
dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor
sosial dan kekerabatan, nilai budaya gaya hidup, politik dan hokum, ekonomi,
dan pendidikan. Di bawah ini akan di jelaskan tentang faktor keperawatan
transkultural Leininger dan peran perawat pada transcultural nursing dalam
teori sunrise Leininger.
1. Faktor keperawatan transkultural Leininger
Adapun 7 faktor keperawatan transkultural Leininger yaitu :
a. Faktor teknologi (technological factors)
Teknologi kesehatan adalah sarana yang memungkinkan manusia
untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah
dalam pelayanan kesehatan. Berkaitan dengan pemanfaatan
teknologi kesehatan maka perawat perlu mengkaji berupa : persepsi
klien tentang penggunaaan dan pemanfaatan teknologi untuk
mengatasi permasalahan kesehatan saat ini, alasan mencari bantuan
kesehatan, persepsi sehat-sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi
masalah kesehatan. Alasan klien tidak mau operasi dan klien
memilih pengobatan alternatif. Klien mengikuti tes laboratorium
darah dan memahami makna hasil tes tersebut.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical
factors)
Agama adalah suatu sistem symbol yang mengakibatkan pandangan
dan motivasi yang amat realistik bagi para pemeluknya. Sifat
relistis merupakan ciri khusus agama. Agama menyediakan
motivasi kuat sekali untuk menempatkan kebenarannya diatas
segalanya, bahkan di atas kehidupan sendiri. Faktor agama yang
perlu dikaji perawat seperti : agama yang dianut, kebiasaan agama
yang berdampak positif terhadap kesehatan, beriktiar untuk sembuh
7

tanpa mengenal putus asa, mempunyai konsep diri yang utuh, status
pernikahan, persepsi klien terhadap kesehatan dan cara beradaptasi
terhadap situasinya saat ini, cara pandang klien terhadap penyebab
penyakit, cara pengobatan dan penularan kepada orang lain.
c. Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan (kinship & social
factors)
Pada faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat
: nama lengkap dan nama panggilan di dalam keluarga, umur atau
tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam anggota keluarga, hubungan klien
dengan kepala keluarga, kebiasaan yang dilakukan rutin oleh
keluarga misalnya arisan keluarga, kegiatan yang dilakukan
bersama masyarakat misalnya : ikut kelompok olah raga atau
pengajian.
d. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural values &
lifeways)
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia,
mengenai apa yang dianggap baik apa yang dianggap buruk. Nilai-
nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma adalah
aturan sosial atau patokan prilaku yang dianggap pantas. Norma-
norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan
terbatas pada penganut budaya terkait. Hal-hal yang perlu dikaji
berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan gaya hidup adalah : posisi
dan jabatan misalnya ketua adat atau direktur, bahasa yang
digunakan, bahasa non verbal yang ditunjukkan klien, kebiasaan
membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantang berkaitan
dengan kondisi sakit, sarana hiburan yang biasa dimanfaatkan dan
persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari, misalnya sakit
apabila sudah tergeletak dan tidak dapat pergi ke sekolah atau ke
kantor.
8

e. Faktor kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku


(political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dan kelompok dalam
asuhan keperawatan transkultural (Andrew & Boyle, 1995), seperti
peraturan dan kebijakan dapat berkaitan dengan jam berkunjung,
klien harus memakai baju seragam, jumlah anggota keluarga yang
boleh menunggu, hak dan kewajiban klien yang harus
dikontrakkkan oleh rumah sakit, cara pembayaran untuk klien yang
dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera
sembuh. Sumber ekonomi yang pada umumnya dimanfaatkan klien
antara lain: asuransi, biaya kantor, tabungan dan patungan antar
anggota keluarga. Faktor ekonomi yang perlu dikaji oleh perawat
antara lain seperti pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan,
kebiasaan menabung dan jumlah tabungan dalam sebulan. Faktor
ekonomi dapat ikut menentukan pasien atau keluarganya dirawat di
ruang yang sesuai dengan daya embannya.
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Di dalam
menempuh pendidikan formal tersebut terjadi suatu proses
eksperimental. Suatu proses menghadapi dan menyelesaikan
masalah yang dimulai dari keluarga dan selanjutnya dilanjutkan
kepada pendidikan di luar keluarga(Leininger,1984). Semakin
tinggi pendidikan klien maka keyakinannya harus didukung oleh
bukti-bukti ilmiah yang rasional dan dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannnya.
Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan klien meliputi
tingkat pendidikan klien dan keluarga, jenis pendidikannnya, serta
9

kemampuan klien belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman


sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

Faktor – faktor tersebut merupakan totalitas dari suatu keadaan,


situasi, atau pengalaman yang member arti bagi perilaku manusia, interpretasi,
dan interaksi sosial dalam tatanan fisik, ekologi, sosial-politik, dan/atau
struktur kebudayaan. Termasuk di dalamnya adalah etnohistori atau riwayat
kebudayaan yang mengacu pada keseluruhan fakta pada masa lampau,
kejadian, dan pengalaman individu, kelompok, kebudayaan, serta suatu
institusi yang difokuskan pada manusia/masyarakat yang menggambarkan,
menjelaskan, dan menginterpretasikan cara hidup manusia dalam suatu bentuk
kebudayaan tertentu dalam jangka waktu yang panjang maupun pendek.
Semua faktor tersebut berbeda pada setiap negara atau area, sesuai
dengan kondisi masing – masing daerah, dan akan memengaruhi pola/cara dan
praktik keperawatan. Semua langkah perawatan tersebut ditujukan untuk
pemeliharaan kesehatan holistik, penyembuhan penyakit, dan persiapan
menghadpi kematian. Oleh karena itu, ketujuh faktor tersebut harus dikaji oleh
perawat sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien sebab masing
– masing faktor memberi ekspresi, pola, dan praktek keperawatan (care
expression, patterns, and practices). Dengan demikian, ketujuh faktor tersebut
besar kontribusinya terhadap pencapaian kesehatan secara holistik atau
kesejahteraan manusia, baik pada level individu, keluarga, kelompok,
komunitas, maupun institusi, di berbgai sistem kesehatan. Jika disesuaikan
dengan proses keperawatan, ke tujuh faktor tersebut masuk kedalam level
pertama yaitu tahap pengkajian.
1. Peran perawat pada transcultural nursing dalam teori sunrise Leininger
Peran perawat pada transcultural nursing dalam teori sunrise
Leininger adalah menjebatani antara sistem perawatan yang dilakukan
masyarakat awam dengan sistem perawatam profesional melalui asuhan
keperawatan. Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh
Leininger dengan gambar seperti di bawah ini. Oleh karena itu perawat
harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan yang
10

akan diberikan kepada masyarakat. Jika disesuaikan dengan proses


keperawatan, hal tersebut merupakan tahp perencanaan tindakan
keperawatan, yaitu:
a. Culture care preservation/maintenance
Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi, atau memerhatikan fenomena
budaya guna membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan
gaya hidup yang diinginkan.
b. Culture care accommodation/negotiation
Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi, atau memerhatikan fenomena
budaya yang ada, yang merefleksikan cara- cara beradaptasi,
bernegosiasi, atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya
hidup individu atau klien.
c. Culture care reppaterning/restructuring
Yaitu prinsip merekonstruksi atau mengubah desain untuk membantu
memperbaiki kondisi kesehatan dan gaya hidup klien kearah yang
lebih baik.

Hasil akhir yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan


transkultural pada asuhan keperawatan adalah tercapainya culture congruent
nursing care helt and well being,yaitu asuhan keperawatan yang kompeten
yang berdasarkan budaya dan pengetahuan kesehatan yang sensitif, kreatif,
serta cara-cara yang bermakna guna mencapai tingkat kesehatan dan
kesejahteraan bagi masyarakat.

C. Prinsip mengatasi dilema IPTEK


Menurut Ismaini, 2001, ada beberapa prinsip yang mengatasi dilema IPTEK
di antaranya :
1. Otonomi
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan memutuskan. Orang dewasa dianggap kompeten dan
memiliki kekuatan membuat keputusan sendiri, memilih dan memiliki
berbagai keputusan atau pilihan yang dihargai. Prinsip otonomi ini adalah
11

bentuk respek terhadap seseorang, juga dipandang sebagai persetujuan


tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
Praktek profesioanal merefleksikan otonomi saat perawat menghargai
hak hak pasien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
2. Benefisiensi
Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik.
Kebaikan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh
diri dan orang lain. Kadang-kadang dalam situasi pelayanan kesehatan
kebaikan menjadi konflik dengan otonomi.
3. Keadilan (justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek
dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan
kesehatan.
4. Nonmalefisien
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya / cedera secara fisik
dan psikologik. Segala tindakan yang dilakukan pada klien.
5. Veracity (kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan
oleh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada
setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti.
Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprehensif dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada
pasien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
salama menjalani perawatan. Walaupun demikian terdapat beberapa
argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika
12

kebenaran akan kesalahan prognosis pasien untuk pemulihan, atau


adanya hubungan paternalistik bahwa “doctor knows best” sebab
individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan
informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran adalah dasar dalam
membangun hubungan saling percaya
6. Fidelity
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia pasien. Ketaatan, kesetiaan
adalah kewajiban seeorang untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya. Kesetiaan itu menggambarkan kepatuhan perawat terhadap
kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat
adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan
kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
7. Kerahasiaan (confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi
tentang klien harus dijaga privasi-nya. Apa yang terdapat dalam
dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka
pengobatan klien. Tak ada satu orangpun dapat memperoleh informasi
tersebut kecuali jika diijin kan oleh klien dengan bukti persetujuannya.
Diskusi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikannya pada
teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus
dicegah.
8. Akuntabilitas (accountability)
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa
tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk
menilai orang lain. Akuntabilitas merupakan standar yang pasti yang
mana tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak
jelas atau tanpa terkecuali.
13

D. Pengkajian Yang Berhubungan Dengan Teknologi


Menurut Pratiwi (2011), Teknologi kesehatan adalah sarana yang
memungkinkan manusia untuk memilih atau mendapat penawaran
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Berkaitan dengan
pemanfaatan teknologi kesehatan maka perawat perlu mengkaji berupa
persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
masalah kesehatan saat ini, alasan mencari bantuan kesehatan, persepsi sehat
sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan. Alasan klien tidak
mau operasi dan klien memilih pengobatan alternatif. Klien mengikuti tes
laboraturium darah dan memahami makna hasil tes tersebut. Beberapa hal yang
perlu dikaji tentang teknologi adalah :
1. Menurut pasien apakah teknologi kesehatan itu ?
2. Bagaimanakah persepsi pasien terhadap teknologi kesehatan ?
3. Adakah pantangan pasien terhadap teknologi kesehatan, menyangkut
waktu, alat dan tempat ?
4. Pernahgkan pasien mengenal teknologi kesehatan ?
5. Taukan pasien manfaat teknologi kesehatan ?
6. Bagaimanakah kebiasaan pasien mengunakan berbagai teknologi selain
teknologi kesehatan ?

E. Dampak IPTEK dalam Kesehatan


1. Dampak Positif
Perkembangan Teknologi Terhadap KesehatanPerkembangan
teknologi dapat membuka banyak lapanganpekerjaan baru,sehingga
sumber daya manusia dapat berperan,baik tenaga maupun
pikiran.Perkembangan teknologi mempunyai dampak positif,yaitu
terpenuhinya kebutuhan manusia akan kemakmuranmateri,kemudahan
serta manusia dapat mendayagunakan sumber daya alam lebih efektif dan
efisien. Manusia dapat mengubah sistemtransformasi dan komunikasi
sehingga menimbulkan kemudahan .Untuk usaha ini diperlukan tenaga dan
pikiran manusia atau dengankata lain akan tercipta lapangan baru.
14

Teknologi yang semakin berkembang menuntut sebuah


realisasiyang berdampak positif terhadap kehidupan manusia khusunya
dibidang kesehatan.
Seiring pesatnya perkembangan teknologi para pendahulu telah
berussaha untuk mneyempurnakan apa yang telah dan akan diciptakan demi
kesejahteraan manusia. Beberapa yang telah diciptakannya kini dapat kita
rassakan sedemikian rupa. Hal inilah yang dianggap sebagai hal yang
dinilai berdampak positif terhadap kehidupan manusia terutama di bidang
kesehatan. Berikut ini merupakan beberapa yang kita ketahui dan lazim
kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari :
a. Ditemukannya mikroskop, sinar-X, antibiotik, obat-obat bius,
transplantasi vaksinasi bidang kedokteran dan pengobatan dalam
rangka peningkatan kesehatan masyarakat telah maju dengan pesat.
Penemuan dalam bidang-bidang tersebut telah membebaskan
manusia dari bahaya maut, akibat penyebaran wabah penyakit yang
mengerikan seperti, cacar, pes, malaria, TBC, tumor, kanker, dan
lain-lain.
b. Ditemukannya alat-alat pengganti organ tubuh manusia yang telah
rusak. Misalnya mata (baik mata buatan maupun donormata), ginjal
dan jantung.
c. Diketemukannya keahlian dalam bidang operasi plastik,sehingga
hidung yang pesek dapat menjadi mancung, dan lain-lain.
d. Diketemukannya tata menu makan setiap hari. Dengan diketemukannya cara
ini, sebagian besar masyarakat telahmengatur menu makan dengan
zat vitamin sehingga dapat memperlambat keausan setiap organ
tubuh manusia dengan begitu akan memberi kesempatan untuk lebih
lama.
e. Diketemukannya peralatan untuk mengolah sampah dan limbah
sehingga sampah dan limbah tidak lagi mengganggukelangsungan
hidup manusia.
15

Sehingga dengan bukti-bukti tersebut maka perkembangan


teknologi dapat dianggap memiliki banyak dampak positif yang meluas
dan berlaku secara umum di masyarakat. Dengan adanya perkembangan
teknologi seperti ini, berbagai upaya pencegahan dan pemberantasan terhadap
kemungkinan penyakit yang dapat menyerang manusia seketika. Menurut
penelitian penyakit menular dapat disebabkan oleh bakteri, cacing dan
jamur. Dengan menggunakan mikroskop elektron dapat diketahui
prosesper kembangbiakan suatu bakteri. Dengan demikian timbullah suatu
usaha pemberantasan penyakit menular dengan beberapa cara diantaranya :
a. Melokalisasi dan memberikan pengobatan yang tuntas terhadap
penderita penyakit menular.
b. Dengan teknologi dan faslitas pengobatan yang memadai dapat
digunakan untuk memberantas penyakit menular.

Sehingga berawal dari pemikiran sederhana seperti ini, akan


berkembang menjadi suatu hal yang lebih modern dan kompleks seperti
diciptakannya suatu produk yang dinamakan dengan Body Lotion. Dimana
penggunaannya dapat disederhanakan sedemikianrupa. Begitu halnya
dengan perangkat alat kedokteran yang diciptakan lebih dinamis dalam
penggunaanya.
Teknologi komputer misalnya, banyak mengubah alat- alat
kedokteran. Semua informasi medis, termasuk yang dihasilkan dari sinar
X, tes laboratorium, dan monitor detak jantung, sekarang ini dapat
ditransmisikan ke dokter lain dalam format digital. Teknologi transfer
gambar juga menjadikan gambar radiologi, misal CT scan dan MRI, bisa
segera dikirim ke diagram elektronik dan meja dokter.
Pasien rawat intensif, yang selalu dimonitor perawat selama
istirahat, juga dapat dimonitor oleh dokter melalui “menara kontrol” dari
jarak jauh.
Rekam medik elektronik dan perangkat komputerisasi lainnya
membuat pasien serangan jantung bisa mendapatkan obat yang sesuai, dan
kadar gula darah pasien diabetespun bisa terukur. Telemedicine
16

(pengobatan jarak jauh), yaitu perawatan yang diberikan melalui


telekomunikasi juga turut mambantu dunia kedokteran. Sekarang
Telemedicine telah diimplementasikan oleh administrator penjara amerika,
tempat di mana tahanan diberi jaminan perawatan medis karena jumlah
tahanan semakin banyak maka biaya kesehatan pun perlu dikontrol.

2. Dampak Negatif
Perkembangan Teknologi Terhadap KesehatanKemampuan
teknologi dalam mengatasi berbagai permasalahankesehatan tidak
menutup kemungkinan juga akan menimbulkan dampak negatif. Yaitu
timbulnya penyakit-penyakit baru, baik langsung maupuntidak langsung.
a. Efek Radiasi yang Berpotensi Menghasilkan Penyakit Baru
Salah satu contoh adalah penyakit kanker yang kita ketahui bersama
bahwa hingga saat ini penyakit tersebut belum memiliki obat yang
bisa mendeteksi hingga tercapainya suatu kesembuhanyang sempurna
bagi para penderitanya. Selain itu unsur zatradioaktiv yang digunakan
untuk mengobati penderita kanker jugadapat menimbulkan radiasi
yang berbahaya, dan tentunya haltersebut menjadi cikal bakal suatu
penyakit baru yang berbahaya.
Begitu halnya dengan alat komunikasi yang sering kita gunakan.
Sejumlah penelitian yang dilakuan menunjukkan radiasi telepon
genggam berakibat buruk terhadap tubuh manusia. Misalnya
meningkatkan risiko terkena tumor telinga dan kanker otak,
berpengaruh buruk pada jaringan otak, merusak dan
mengurangi jumlah sperma hingga 30 persen, mengakibatkan
meningioma, neurinoma akustik, acoustic melanoma, dan kanker
kelenjar ludah. Sayangnya, tak satu pun 6 vendor telepon seluler
terbesar dunia merespon hasil-hasil penelitian tersebut.
Boleh saja para ahli mengingatkan bahayanya gelombang
elektromagnetik, namun hampir selalu ditanggapi produsen dengan
statement, “Aman-aman saja.” Meski belum ada kepastian terhadap
hasil penelitian ini, pimpinan proyek penelitian Franz Adlkofer
17

menyarankan tindakan pencegahan dengan menganjurkan penggunaan


telepon genggam hanya dalam keadaan darurat saja. Artinya, kalau di
sekitar Anda tersedia telepon biasa sebaiknya Anda menghindari
memakai telepon seluler. Atau, menggunakan peralatan hands-free
kapan saja memungkinkan.
Begitu pula dengan halnya computer yang beregenerasi
menadi laptop. Mata adalah organ tubuh yang paling mudah
mengalamipenyakit akibat kerja, karena terlalu sering memfokuskan
bola matake layar monitor.Tampilan layar monitor yang terlalu terang
dengan warna yangpanas seperti warna merah, kuning, ungu, oranye
akan lebih mempercepat kelelahan pada mata. Selain dari itu,
pantulan cahaya(silau) pada layar monitor yang berasal dari sumber
lain seperti jendela, lampu penerangan dan lain sebagainya, akan
menambahbeban mata. Pencahayaan ruangan kerja juga berpengaruh
padabeban mata. (1,3)Pemakaian layar monitor yang tidak
ergonomisdapat menyebabkan keluhan pada mata.
Berdasarkan hasil penelitian, 77 % para pemakai layar
monitor akan mengalami keluhan pada mata, mulai dari rasa pegal
dan nyeri pada mata, mata merah, mata berair, sampai pada iritasi
mata bahkan kemungkinan katarak mata.Bila operator komputer
menggunakan soft lens (lensa mata), kelelahan mata akan lebih cepat
terasa, karena mata yang dalam keadaan memfokuskan ke layar
monitor akan jarang berkedip sehingga bola mata cepat menjadi
kering dan ini menyebabkan timbulnya gesekan antara lensa dan kelopak
mata. Ruang berpendingin (AC) akan lebih memperparah gesekan
tersebut karena udara ruangan ber AC akan kering sehingga air mata
akan ikut menguap.
Menurut hasil penelitian yang penulis lakukan, untuk operator
komputer yang bekerja 8 jam per hari terus menerus,ternyata radiasi
yang keluar dari komputer (khususnya sinar-X)sangat rendah yaitu
sekitar 0,01739 m Rem per tahun. Harga tersebut jauh lebih rendah
dari pada radiasi yang berasal dari sinar kosmisdan dari radiasi bumi
18

(terresterial radiation) yang berkisar 145 mRem per tahun. Sedangkan


laju dosis radiasi yang diizinkan untuk masyarakat umum adalah 500
m Rem per tahun. Akhir-akhir inibanyak dijual kaca filter untuk layar
monitor yang dipromosikansebagai filter radiasi yang keluar dari
komputer.kaca filter yangdijual di pasaran lebih sesuai sebagai filter
kesilauan (glare) daricahaya layar komputer, bukan sebagai filter
radiasi.

b. Efek Ketergantungan Teknologi yang kian berkembang juga dapat


menimbulkan timbal balik yang bersifat begatif seperti sifat
ketergantungan. Para pengkonsumsi obat antibiotik yang banyak
beredar di masyarakatternyata tidak semata-mata hanya mengurangi
keluhan yang adatetapi juga menimbulkan ketergantungan dengan
intensitas yangberbeda-beda dari masing-masing jenis antibiotik.
Tidak hanyasampai pada hal tersebut, akan tetapi timbula
suatu kemungkianyang menyebabkan penyakit tersebut memiliki
tingkat kekebalanterhadap antibiotik tertentu.Pengaruh negatif lain
bagi anak, adalah kecendrungan munculnya „kecanduan‟ anak pada
komputer. Kecanduan bermain komputer ditengarai memicu anak
menjadi malas menulis,menggambar atau pun melakukan aktivitas
sosial.Begitu halnya dengan kecenduan computer yang
didominasioleh usia dini. Kecanduan bermain komputer bisa terjadi
terutamakarena sejak awal orangtua tidak membuat aturan bermain
komputer.Seharusnya, orangtua perlu membuat kesepakatan dengan anak
soalwaktu bermain komputer.
Misalnya, anak boleh bermain computer sepulang sekolah
setelah selesai mengerjakan PR hanya selama satu jam. Waktu yang
lebih longgar dapat diberikan pada hari libur. Pengaturan waktu ini
perlu dilakukan agar anak tidak berpikir bahwabermain komputer
adalah satu-satunya kegiatan yang menarik bagianak. Pengaturan ini
perlu diperhatikan secara ketat oleh orangtua,setidaknya sampai anak
berusia 12 tahun. Pada usia yang lebih besar,diharapkan anak sudah
19

dapat lebih mampu mengatur waktu denganbaik demi mengurangi


dampak teknologi ini.

c. Kesalahan Persepsi
Efek negatif yang juga dapat timbul karena kesalahan dari
persepsi masyarakat dalam mengkaji suatu pengetahuan yang ia
dapatkan. Salah satu contoh yang terjadi di kalangan masyarakat
adalah maraknya keinginan para penikmat kolesterol berlebih.Mereka
memiliki anggapan yang mengatakan bahwa untuk mngurangi berat
badan maka salah satu hal yang harus dilakukan adalah mengurangi jumlah
porsi serta kuantiatas makanan yang dikonsumsi.
Dengan tidak mengkonsumsi nasi dibeberapa periodetertentu
serta menggantikannya dengan makanan yang memilikikadar
karbohidrat yang lebih rendah. Ini merupakan suatu persepsiyang
kurang benar di mata peneliti dan pakar nutrisi.
Bahwa yang dimaksud sebagai solusi untuk mengurangi
kadar kolesterol adalah disebutkan oleh pakat nutrisi untuk mengatur
pola makan dengan memperhitungkan takaran nutrisi sesuai dengan
kebutuhan energi oleh tubuh. Maka dari hal tersebut, persepsi
masyarakat juga menentukan bagaimana penerapan teknologi yang
sedemikian modern tersebut dapat bermanfaat bagi kehidupan
masyarakat.

d. Kerahasiaan Seseorang Tidak Terjamin Majunya


peradaban teknologi juga tidak menjamin bahwa
penggunanya merasa aman atau terlindungi terhadap sesuatu yang
berhubungan dengan privasi. Sekarang telah diciptakan pula perangkat
lunak yang bisa mengukur risiko kanker payudara bagiwanita. Pasien bisa
mengirim email untuk meminta rekaman medik ke dokter . Namun
hal ini masih dinilai memiliki permaslahan yang kaitannya dengan
privasi pasien dan keamanan data tersebut.
20

e. Terganggunya Syaraf manusia


Syaraf merupakan organ vital yang perlu dilindungi.Namun
teknologi juga menunjukkan indikasi bahwa dalam hal iniberbahaya
bagi stabilitas syaraf. Slah satu contoh printer yang menggunakan
sistim buble jet kebisingannya relatif lebihrendah bila dibandingkan
dengan printer sistim dot matrix. Saat ini printer yang paling rendah
kebisingannya adalah sistim laser printer. Kebisinganyang tinggi
dapat mempengaruhi syaraf manusia dan hal ini dapat berakibat pada
kelelahan maupun rasa nyeri. Adapun bataskebisingan yang diizinkan
untuk bekerja selama kurang dari 8 jamper hari adalah 80 dB.
Sedangkan ruang kerja yang ideal adalahdengan kebisingan sekitar
40 - 50 dB. Apabila di dalam ruang kerjaterdapat mesin pendingin
(AC), maka kebisingan akan bertambahselain dari suara printer.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Kami berharap makalah ini dapat di gunakan secara semestinya dan


bermanfaat bagi pembaca dan, kami menyadari makalah ini belum sempurna dan
banyak kekurangan sehingga kami membutuhkan kritik dan saran untuk perbaikan
pada makalah berikutnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

22

Anda mungkin juga menyukai