I ILM
GG U
IN K
E
T
S
EH
A
S EKO L
AT A N
SY E NT I K A
D Z A SA I
Oleh Kelompok 4
Nama Anggota :
1. Abdul Aziz
2. Gita Anggalia
3. Monalisa Anggraini
4. Qorry Ramadhania
5. Surya Murdilah Putri
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“jenis-jenis dilema iptek”.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas yang diberikan kepada kami
sebagai bahan diskusi dalam mata kuliah Keperawatan Transkultural. Semoga
dengan terselesaikannya makalah ini dapat menjadi pembelajaran yang lebih baik
bagi kami dalam pembuatan makalah yang berikutnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan maka dari
itu kami membutuhkan kritikan dan saran serta masukan, sehingga kedepanya
kami bisa membuat makalah dengan lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. DEFENISI .................................................................................................... 2
A. Kesimpulan ................................................................................................ 21
B. Saran ........................................................................................................... 21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi dari dilema, keperawatan transkulrutal dan IPTEK
2. Apa model teori matahari terbit (leininger)
3. Bagaimana prinsip mengatasi dilema IPTEK
4. Pengkajian yang berhubungan dengan teknologi
5. Dampak IPTEK dalam kesehatan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFENISI
1. Dilema
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), dilema
mengandung arti situasi sulit yg mengharuskan orang menentukan pilihan
antara dua kemungkinan yg sama-sama tidak menyenangkan atau tidak
menguntungkan; situasi yg sulit dan membingungkan. Dilema, suatu pilihan
yang kadang-kadang sulit sekali untuk menentukan pilihan.
2. Transkultural Nursing
Kultur adalah kesatuan dari nilai, kepercayaan, norma, dan jalan
hidup yang menjadi pedoman dalam berpikir dan berperilaku (Purnell &
Paulanka, 2005 ).
Keperawatan transkultural melintasi batas-batas kebudayaan untuk
mencari esensi. Keperawatan transkultural merupakan campuran dari
antropologi dan keperawatan dalam teori dan praktik. Antropologi
mengacu pada manusia, termasuk asal, perilaku, status sosial, fisik,
mental, dan perkembangan zaman. Keperawatan merupakan sebuah ilmu
dan seni, maka keperawatan transkultural memungkinkan untuk melihat
profesi ini dengan perspektif yang berbeda (potter & perry, 2009).
Keperawatan transkultural adalah keperawatan yang berfokus pada
studi komparatif dan analisa pada perbedaan budaya. Keperawatan ini
berhubungan dengan kepedulian akan perilaku, keperawatan, dan nilai
sehat-sakit, serta kepercayaan mereka. Tujuannya adalah untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan untuk memberikan
keperawatan dalam kebudayaan khusus dan kebudayaan universal (potter
& perry, 2009).
Keperawatan transkultural memerlukan kemampuan dan
keterampilan untuk menilai dan menganalisa untuk menyusun rencana,
implementasi, dan evaluasi keperawatan (potter & perry, 2009).
2
3
ciri khas (critizable dan refutable) atas dasar pengamatan dan pemeriksaan,
maksudnya terbuka untuk dibantah kendati mungkin akan tetap bertahan.
Menurut Adisusilo ( 1983 ) Proses sistematisasi pengetahuan
menjadi ilmu pengetahuan biasanya melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a. Tahap perumusan pertanyaan sebaik mungkin,
b. Merancang hipotesis yang mendasar dan teruji,
c. Menarik kesimpulan logis dari pengandaian-pengandaian,
d. Merancang teknis mentes pengandaian-pengandaian,
e. Menguji teknik itu sendiri apakah memadai dan dapat diandalkan,
f. Tes itu sendiri dilaksanakan dan hasil-hasilnya ditafsirkan,
g. Menilai tuntutan kebenaran yang diajukan oleh pengandaian-
pengandaian itu serta menilai kekuatan teknik tadi.
katanya, teknologi adalah sebuah ilmu, yaitu ilmu untuk membuat suatu alat,
perkakas, mesin atau bentuk‐bentuk konkret lainnya (sebagai penerapan kaidah
dan prinsip‐ prinsip ilmu pengetahuan) untuk memudahkan aktivitas atau
pekerjaan manusia. Dengan demikian, teknologi itu, mempunyai empat
komponen utama:
a. Pengetahuan, yaitu seperangkat gagasan bagaimana mengerjakan
sesuatu,
b. Tujuan, untuk apa “sesuatu” tersebut digunakan,
c. Aktivitasnya harus terpola dan terorganisasi, dan
d. Lingkungan pendukung agar aktivitas itu dapat berjalan efektif.
tanpa mengenal putus asa, mempunyai konsep diri yang utuh, status
pernikahan, persepsi klien terhadap kesehatan dan cara beradaptasi
terhadap situasinya saat ini, cara pandang klien terhadap penyebab
penyakit, cara pengobatan dan penularan kepada orang lain.
c. Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan (kinship & social
factors)
Pada faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat
: nama lengkap dan nama panggilan di dalam keluarga, umur atau
tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam anggota keluarga, hubungan klien
dengan kepala keluarga, kebiasaan yang dilakukan rutin oleh
keluarga misalnya arisan keluarga, kegiatan yang dilakukan
bersama masyarakat misalnya : ikut kelompok olah raga atau
pengajian.
d. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural values &
lifeways)
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia,
mengenai apa yang dianggap baik apa yang dianggap buruk. Nilai-
nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma adalah
aturan sosial atau patokan prilaku yang dianggap pantas. Norma-
norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan
terbatas pada penganut budaya terkait. Hal-hal yang perlu dikaji
berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan gaya hidup adalah : posisi
dan jabatan misalnya ketua adat atau direktur, bahasa yang
digunakan, bahasa non verbal yang ditunjukkan klien, kebiasaan
membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantang berkaitan
dengan kondisi sakit, sarana hiburan yang biasa dimanfaatkan dan
persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari, misalnya sakit
apabila sudah tergeletak dan tidak dapat pergi ke sekolah atau ke
kantor.
8
2. Dampak Negatif
Perkembangan Teknologi Terhadap KesehatanKemampuan
teknologi dalam mengatasi berbagai permasalahankesehatan tidak
menutup kemungkinan juga akan menimbulkan dampak negatif. Yaitu
timbulnya penyakit-penyakit baru, baik langsung maupuntidak langsung.
a. Efek Radiasi yang Berpotensi Menghasilkan Penyakit Baru
Salah satu contoh adalah penyakit kanker yang kita ketahui bersama
bahwa hingga saat ini penyakit tersebut belum memiliki obat yang
bisa mendeteksi hingga tercapainya suatu kesembuhanyang sempurna
bagi para penderitanya. Selain itu unsur zatradioaktiv yang digunakan
untuk mengobati penderita kanker jugadapat menimbulkan radiasi
yang berbahaya, dan tentunya haltersebut menjadi cikal bakal suatu
penyakit baru yang berbahaya.
Begitu halnya dengan alat komunikasi yang sering kita gunakan.
Sejumlah penelitian yang dilakuan menunjukkan radiasi telepon
genggam berakibat buruk terhadap tubuh manusia. Misalnya
meningkatkan risiko terkena tumor telinga dan kanker otak,
berpengaruh buruk pada jaringan otak, merusak dan
mengurangi jumlah sperma hingga 30 persen, mengakibatkan
meningioma, neurinoma akustik, acoustic melanoma, dan kanker
kelenjar ludah. Sayangnya, tak satu pun 6 vendor telepon seluler
terbesar dunia merespon hasil-hasil penelitian tersebut.
Boleh saja para ahli mengingatkan bahayanya gelombang
elektromagnetik, namun hampir selalu ditanggapi produsen dengan
statement, “Aman-aman saja.” Meski belum ada kepastian terhadap
hasil penelitian ini, pimpinan proyek penelitian Franz Adlkofer
17
c. Kesalahan Persepsi
Efek negatif yang juga dapat timbul karena kesalahan dari
persepsi masyarakat dalam mengkaji suatu pengetahuan yang ia
dapatkan. Salah satu contoh yang terjadi di kalangan masyarakat
adalah maraknya keinginan para penikmat kolesterol berlebih.Mereka
memiliki anggapan yang mengatakan bahwa untuk mngurangi berat
badan maka salah satu hal yang harus dilakukan adalah mengurangi jumlah
porsi serta kuantiatas makanan yang dikonsumsi.
Dengan tidak mengkonsumsi nasi dibeberapa periodetertentu
serta menggantikannya dengan makanan yang memilikikadar
karbohidrat yang lebih rendah. Ini merupakan suatu persepsiyang
kurang benar di mata peneliti dan pakar nutrisi.
Bahwa yang dimaksud sebagai solusi untuk mengurangi
kadar kolesterol adalah disebutkan oleh pakat nutrisi untuk mengatur
pola makan dengan memperhitungkan takaran nutrisi sesuai dengan
kebutuhan energi oleh tubuh. Maka dari hal tersebut, persepsi
masyarakat juga menentukan bagaimana penerapan teknologi yang
sedemikian modern tersebut dapat bermanfaat bagi kehidupan
masyarakat.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
22