Bab ini berisi materi asuhan keperawatan kepada pasien dengan kecemasan.
Saudara dapat mempelajari isi bab ini, mengerjakan latihan-latihan sesuai
panduan sehingga Saudara mampu menangani pasien dengan kecemasan.
Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini Saudara diharapkan mampu:
1. Memahami tinjaun teori Kecemasan
2. Melakukan pengkajian pada pasien dengan kecemasan
3. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien kecemasan
4. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dan keluarga kecemasan
5. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pasien kecemasan
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan kecemasan
Pengertian
Kecemasan adalah kekwatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Kecemasan dialami
secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan berbeda
dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual yang berbahaya.
Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut ( Stuart, Gail
W 2006 ). Menurut Sheenah Hakim (2005) Kecemasan adalah lawan dari
kepercayaan diri. Meskipun orang yang benar-benar percaya diri terkadang bisa
merasa sedikit takut dan tidak nyaman, tidaklah terbayangkan bahwa kecemasan
dan kepercayaan diri bisa terdapat dalam diri orang yang sama secara
berbarengan. Tujuan praktis dari tidak adanya kepercayaan diri dan kecemasan
adalah hal yang sama. Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (affective)
1. Teori psikoanalitik
Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian yaitu ID dan superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls
primitive, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi mengahi
tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan
adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2. Teori interpersonal
Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan
penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah
terutama rentan mengalami kecemasan yang berat.
3. Teori perilaku
Kecemasan merupakan hasil dari frustasi, yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Ahli teori perilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan
4. Teori keluarga
Menunjukkan bahwa gangguan kecemasan biasanya terjadi dalam keluarga.
Gangguan kecemasan juga tumpang tindih antara gangguan kecemasan dan
depresi.
5. Teori biologis
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam
gama-amino butirat (GABA), yang berperan penting dalam biologis yang
berhubungan dengan kecemasan.
2. Umur
Umur adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
berulang tahun. Menurut Gunarsah (2009) semakin tua umur seseorang
maka, proses perkembangan mental semakin baik dan makin konstruktif
3. Pendidikan
Faktor pendidikan seseorang sangat nenentukan kecemasan. Klien dengan
pendidikan tinggi akan lebih mampuh mengatasi atau menyelesaikan
masalah dengan menggunakan koping yang efektif dan konstruktif dari pada
seseorang dengan pendidikan rendah (Natoatmodjo, 2007 ).
4. Pekerjaan
Seseorang yang mempunyai pekerjaan yang penting dan memerluhkan
aktivasi, maka akan merasa sangat terganggu setelah menjalani
pembedahan atau operasi. Kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan
merupakan penyebab tibulnya kecemasan dan akan mempengaruhi
perannya dimasyarakat (Smeltzer dan Bare, 2002).
Faktor Eksternal
1. Dukungan
Dukungan keluarga adalah motivasi, dorongan moral dan support psikologis
dari seluruh anggota keluarga agar dapat membantu klien mengatasi
kecemasannya (Carpenito, 2000).
2. Informasi
3. Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi merupakan pendapatan yang dihasilkan oleh klien untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya.
1. Faktor predisposisi
a. Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau
situasional.
b. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan
kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani
kecemasan akan mempengaruhi individu dalam berespons terhadap
2. Faktor presipitasi
a. Ancaman terhadap integritas fisik, ketegangan yang mengancam
integritas fisik meliputi :
b. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologi system imun,
regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal.
c. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.
d. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
e. Sumber internal, meliputi kesulitan dalam berhubungan interpersonal di
rumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai
ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
f. Sumber eksternal, meliputi kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
Sumber Koping
Mekanisme Koping
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) respon terhadap kecemasan ada 4 aspek
yaitu sebagai berikut :
1. Respon fisiologis
a. Kardiovaskuler, meliputi: palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah
meningkat, rasa mau pingsan, pingsan, tekanan darah menurun, denyut
nadi menurun.
b. Pernafasan, meliputi: nafas sangat pendek, nafas sangat cepat, tekanan
pada dada, napas dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi
tercekik, terengah-engah.
c. Neuromuskuler, meliputi: refleks meningkat, reaksi kejutan, mata
berkedip-kedip, insomnia, tremor frigiditas, wajah tegang, kelemahan
umum kaki goyah, gerakan yang janggal.
2. Respon perilaku
Respon perilaku yang sering terjadi yaitu: gelisah, ketegangan fisik, tremor,
gugup, bicara cepat, kurang kordinasi, cenderung mendapat cidera, menarik
dari masalah, menghindar, hiperventilasi.
3. Respon kognitif
Perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan
penilaian, preokupsi, hambatan berfikir bidang persepsi menurun, kreativitas
menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri
meningkat, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kontrol, takut pada
gambar visual, takut pada cedera dan kematian.
4. Respon afektif
Mudah tersinggung, tidak sabar, gelisah, tegang, nervus, katakutan, alarm,
terror, gugup, gelisah. Respons kecemasan pada tiap individu berbeda
sesuai dengan tingkat kecemasan pada individu tersebut. Respons
kecemasan dapat dilihat dari perubahan fisiologi, perubahan kognitif,
perubahan tingkah laku dan emosi. Rentang Respons Kecemasan dalam
Stuart (1998).
Adaptif Maladatif
Tingkat Kecemasan
1. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa
kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu
akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
a. Respon Fisiologis: sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,
gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar.
b. Respon Kognitif: lapang persegi meluas, mampu menerima rangsangan
kompleks, konsentrasi pada masalah dan menyelesaikan masalah
secara efektif.
c. Respon perilaku: tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan
dan suara kadang-kadang meninggi
2. Kecemasan sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun, individu lebih
memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
a. Respon Fisiologis: sering nafas pendek, nadi ekstra sistolik dan tekanan
darah naik, mulut kering, anoreksia, diare atau konstipasi, gelisah.
b. Respon Kognitif : lapang persepsi menyempit, rangsang luar tidak mampu
diterima, dan berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.
c. Respon Perilaku: gerakan tersentak-sentak (meremas tangan), berbicara
banyak dan lebih cepat, dan perasaan tidak nyaman.
1. Kondisi Klien
Klien sudah beberapa hari mengalami gelisah, sulit tidur, tidak nafsu makan.
Klien selalu memikirkan anaknya yang bekerja sebagai TKW di luar negeri.
Klien khawatir anaknya mendapat perlakuan yang tidak baik dari tempatnya
bekerja.
3. Tujuan :
a. Pasien mampu membina hubungan saling percaya
b. Pasien mampu mengenal ansietas
c. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi
d. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk
mengatasi ansietas
4. Tindakan keperawatan
Orientasi :
”Tadi ibu katakan, ibu merasa gelisah, tidak bisa tidur, coba ibu ceritakan lebih
lanjut tentang perasaan ibu? apa yang ibu sedang pikirkan? Apa yang ibu
lakukan terkait dengan perasaan tersebut? Apa yang terjadi sehingga ibu merasa
gelisah?”
”Oh, jadi anak ibu sudah 3 bulan bekerja sebagai TKW di Malaysia, ibu khawatir
anak ibu mendapat perlakuan yang tidak baik karena sering mendengar berita
tentang TKW yang mendapat perlakuan buruk dari televisi?”
”Kalau ibu sedang tidak gelisah, bagaimana kebiasaan tidur dan makan
ibu?”“Apa pekerjaan ibu sehari-hari? Apakah ibu selama ini puas dengan
pekerjaan yang ibu lakukan? Bagaimana dengan penghasilan ibu?”
“Dalam keluarga ibu, apa yang biasanya dilakukan kalau ada masalah ?”“Oh, jadi
dalam keluarga ibu, memang terbiasa cepat panik dalam menghadapi masalah?”
“Apa yang ibu lakukan? Dengan siapa biasanya ibu meminta bantuan untuk
menyelesaikan masalah kalau ibu merasa tidak mampu menyelesaikan masalah
tersebut? Apakah ibu berhasil menyelesaikan masalah tersebut?”
“Baiklah bu, bagaimana kalau sekarang kita coba mengatasi kecemasan ibu
dengan latihan relaksasi dengan cara tarik nafas dalam, ini merupakan salah
satu cara untuk mengurangi kecemasan yang ibu rasakan. Bagaimana kalau kita
latihan sekarang, Saya akan lakukan, ibu perhatikan saya, lalu ibu bisa mengikuti
cara yang sudah saya ajarkan. Kita mulai ya bu. Ibu silakan duduk dengan posisi
seperti saya. Pertama-tama, ibu tarik nafas dalam perlahan-lahan, setelah itu
tahan nafas dalam hitungan tiga setelah itu ibu hembuskan udara melalui mulut
dengan meniup udara perlahan-lahan. Nah, sekarang coba ibu praktikkan. Wah
bagus sekali, ibu sudah mampu melakukannya. ibu bisa melakukan latihan ini
selama 5 sampai 10 kali sampai ibu merasa relaks atau santai”
Terminasi
”Bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol tentang masalah yang ibu rasakan
dan latihan relaksasi? Coba ibu ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari, wah
bagus sekali, jam berapa ibu akan berlatih lagi melakukan cara ini? Mari, kita
masukkan dalam jadual harian ibu. Jadi, setiap ibu merasa cemas, ibu bisa
langsung praktikkan cara ini, dan bisa melakukannya lagi sesuai jadwal yang
telah kita buat. Latihan relaksasi ini hanya salah satu cara yang bisa digunakan
untuk mengatasi kecemasan atau ketegangan, masih ada cara lain dengan
latihan mengerutkan dan mengendurkan otot, bagaimana kalau kita latihan cara
yang kedua ini besok pagi, jam berapa bu? Seperti biasa jam 10 pagi di rumah
ibu? Masih ada yang mau ditanyakan bu? Baiklah kalau tidak ada saya pamit
dulu. Assalamualaikum”