Anda di halaman 1dari 15

BAB 2

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN


DENGAN KECEMASAN

Bab ini berisi materi asuhan keperawatan kepada pasien dengan kecemasan.
Saudara dapat mempelajari isi bab ini, mengerjakan latihan-latihan sesuai
panduan sehingga Saudara mampu menangani pasien dengan kecemasan.

Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini Saudara diharapkan mampu:
1. Memahami tinjaun teori Kecemasan
2. Melakukan pengkajian pada pasien dengan kecemasan
3. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien kecemasan
4. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dan keluarga kecemasan
5. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pasien kecemasan
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan kecemasan

Pengertian
Kecemasan adalah kekwatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Kecemasan dialami
secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan berbeda
dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual yang berbahaya.
Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut ( Stuart, Gail
W 2006 ). Menurut Sheenah Hakim (2005) Kecemasan adalah lawan dari
kepercayaan diri. Meskipun orang yang benar-benar percaya diri terkadang bisa
merasa sedikit takut dan tidak nyaman, tidaklah terbayangkan bahwa kecemasan
dan kepercayaan diri bisa terdapat dalam diri orang yang sama secara
berbarengan. Tujuan praktis dari tidak adanya kepercayaan diri dan kecemasan
adalah hal yang sama. Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (affective)

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kecemasan 22


yang ditandai dengan perasan ketakutan atau kekwatiran yang mendalam dan
berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian
masih tetap utuh, prilaku dapat terganggu dalam menilai realitas, kepribadian
masih tetap utuh, prilaku dapat terganggu tetap masih dalam batas-batas normal
(Dadang Hawari, 2001). Cemas adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami perasaan gelisah dan aktivasi saraf dalam berespon terhadap
ancaman yang tidak jelas atau tidak spesifik ( Carpenito, 2002 ).

Teori Penyebab Kecemasan

Beberapa teori yang menjelaskan mengenai penyebab kecemasan. teori


tersebut antara lain :

1. Teori psikoanalitik
Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian yaitu ID dan superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls
primitive, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi mengahi
tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan
adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

2. Teori interpersonal
Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan
penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah
terutama rentan mengalami kecemasan yang berat.

3. Teori perilaku
Kecemasan merupakan hasil dari frustasi, yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Ahli teori perilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kecemasan 23


yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari
kepedihan.

4. Teori keluarga
Menunjukkan bahwa gangguan kecemasan biasanya terjadi dalam keluarga.
Gangguan kecemasan juga tumpang tindih antara gangguan kecemasan dan
depresi.

5. Teori biologis
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam
gama-amino butirat (GABA), yang berperan penting dalam biologis yang
berhubungan dengan kecemasan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan yaitu sebagai berikiut :


Faktor Internal
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah kemampuan seseorang memahami suatu materi,
menilai akan penting dan manfaat tindakan/prosedur-prosedur bagi upaya
kesembuhan penyakitnya. Ketidaktahuan dan ketakutan pada sesuatu yang
tidak diketahui tentang prosedur-prosedur, kemungkinan akan menjadi
penyebab dari kecemasan ( Hudak dan Gallo, 1997)

2. Umur
Umur adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
berulang tahun. Menurut Gunarsah (2009) semakin tua umur seseorang
maka, proses perkembangan mental semakin baik dan makin konstruktif

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kecemasan 24


dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi termasuk
kecemasan.

3. Pendidikan
Faktor pendidikan seseorang sangat nenentukan kecemasan. Klien dengan
pendidikan tinggi akan lebih mampuh mengatasi atau menyelesaikan
masalah dengan menggunakan koping yang efektif dan konstruktif dari pada
seseorang dengan pendidikan rendah (Natoatmodjo, 2007 ).

4. Pekerjaan
Seseorang yang mempunyai pekerjaan yang penting dan memerluhkan
aktivasi, maka akan merasa sangat terganggu setelah menjalani
pembedahan atau operasi. Kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan
merupakan penyebab tibulnya kecemasan dan akan mempengaruhi
perannya dimasyarakat (Smeltzer dan Bare, 2002).

5. Pengalaman Masa Lalu


Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan merupakan kejadian masa
lampau yang berkaitan dengan sakitnya dan juga pelayanan keperawatan,
sehingga hal tersebut bisa mempengaruhi kecemasan (Hudak dan Gallo,
1997).

Faktor Eksternal
1. Dukungan
Dukungan keluarga adalah motivasi, dorongan moral dan support psikologis
dari seluruh anggota keluarga agar dapat membantu klien mengatasi
kecemasannya (Carpenito, 2000).

2. Informasi

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kecemasan 25


Pemberi informasi merupakan fungsi penting untuk mengurangi rasa cemas.
Informasi yang disampaikan kepada klien secara benar sebelum menghadapi
prosedur tindakan akan dapat membantu menghilangkan dan mengurangi
kecemasan. Klien yang mendapat informasi tentang kondisinya lebih dapat
mengontrol sakit, keseimbangan dan aturan pengobatan sehingga dapat
menggurangi rasa cemasnya (Carpenito, 2000).

3. Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi merupakan pendapatan yang dihasilkan oleh klien untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya.

Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Suliswati, (2005) ada 2 faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu


sebagai berikut :

1. Faktor predisposisi
a. Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau
situasional.
b. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan
kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani
kecemasan akan mempengaruhi individu dalam berespons terhadap

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kecemasan 26


konflik yang dialami karena mekanisme koping individu banyak dipelajari
dalam keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiapine dapat menekan
neurotransmitter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan
kecemasan.

2. Faktor presipitasi
a. Ancaman terhadap integritas fisik, ketegangan yang mengancam
integritas fisik meliputi :
b. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologi system imun,
regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal.
c. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.
d. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
e. Sumber internal, meliputi kesulitan dalam berhubungan interpersonal di
rumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai
ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
f. Sumber eksternal, meliputi kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

Sumber Koping

Individu dapat mengatasikecemasan dengan menggerakkan sumber koping di


lingkungan. Sumber koping tersebut yang berupa modal ekonomi, kemampuan
menyelesaikan masalah , dukungan social dan keyakinan budaya dapat

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kecemasan 27


membantu individu mengintregasikan pengalaman yang menimbulkan cemas
dan mengadopsi strategi koping yang berhasil

Mekanisme Koping

Ketika mengalami kecemasan individu menggunakan berbagai mekanisme


koping untuk mencoba mengatasinya , ketidakmampuan mengatasi kecemasan
secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis .Pola
yang biasanya dipakai individu untuk mengatasi cemas ringan cenderung tetap
dominan ketika kecemasan menjadi lebih intens. Kecemasan sedang dan berat
menimbulkan dua jenis mekanisme koping.; 1. Reaksi yang berorientasi pada
tugas dan 2. Mekanisme pertahanan ego.

Rentang Respon Kecemasan

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) respon terhadap kecemasan ada 4 aspek
yaitu sebagai berikut :

1. Respon fisiologis
a. Kardiovaskuler, meliputi: palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah
meningkat, rasa mau pingsan, pingsan, tekanan darah menurun, denyut
nadi menurun.
b. Pernafasan, meliputi: nafas sangat pendek, nafas sangat cepat, tekanan
pada dada, napas dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi
tercekik, terengah-engah.
c. Neuromuskuler, meliputi: refleks meningkat, reaksi kejutan, mata
berkedip-kedip, insomnia, tremor frigiditas, wajah tegang, kelemahan
umum kaki goyah, gerakan yang janggal.

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kecemasan 28


d. Gastrointestinal, meliputi: kehilangan nafsu makan, menolak makanan,
rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, rasa terbakar pada jantung,
diare.
e. Traktus urinarius, meliputi: tidak dapat menahan kencing, sering
berkemih.
f. Kulit, meliputi: wajah kemerahan sampai telapak tangan, gatal, rasa
panas, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.

2. Respon perilaku
Respon perilaku yang sering terjadi yaitu: gelisah, ketegangan fisik, tremor,
gugup, bicara cepat, kurang kordinasi, cenderung mendapat cidera, menarik
dari masalah, menghindar, hiperventilasi.

3. Respon kognitif
Perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan
penilaian, preokupsi, hambatan berfikir bidang persepsi menurun, kreativitas
menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri
meningkat, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kontrol, takut pada
gambar visual, takut pada cedera dan kematian.

4. Respon afektif
Mudah tersinggung, tidak sabar, gelisah, tegang, nervus, katakutan, alarm,
terror, gugup, gelisah. Respons kecemasan pada tiap individu berbeda
sesuai dengan tingkat kecemasan pada individu tersebut. Respons
kecemasan dapat dilihat dari perubahan fisiologi, perubahan kognitif,
perubahan tingkah laku dan emosi. Rentang Respons Kecemasan dalam
Stuart (1998).

Rentang Respon Kecemasan

Adaptif Maladatif

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kecemasan 29


Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Tingkat Kecemasan

Menurut Suliswati (2005) tingkatan kecemasan dibagi menjadi 4 yaitu sebagai


berikut :

1. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa
kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu
akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
a. Respon Fisiologis: sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,
gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar.
b. Respon Kognitif: lapang persegi meluas, mampu menerima rangsangan
kompleks, konsentrasi pada masalah dan menyelesaikan masalah
secara efektif.
c. Respon perilaku: tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan
dan suara kadang-kadang meninggi

2. Kecemasan sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun, individu lebih
memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
a. Respon Fisiologis: sering nafas pendek, nadi ekstra sistolik dan tekanan
darah naik, mulut kering, anoreksia, diare atau konstipasi, gelisah.
b. Respon Kognitif : lapang persepsi menyempit, rangsang luar tidak mampu
diterima, dan berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.
c. Respon Perilaku: gerakan tersentak-sentak (meremas tangan), berbicara
banyak dan lebih cepat, dan perasaan tidak nyaman.

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kecemasan 30


3. Kecemasan Berat
Persepsi sangat kurang, individu cendrung berfokus pada sesuatu yang rinci
dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua prilaku ditunjukan
untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerluhkan banyak
arahan untuk berfokus pada area lain (Stuar,Gail W, 2006).
a. Respon Fisiologis: sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,
berkeringant dan sakit kepala, penglihatan kabur.
b. Respon Kognitif: lapang persepsi sangat menyempit dan tidak mampu
menyelesaikan masalah.
c. Respon Prilaku: perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat dan
blocking.

5. Kecemasan sangat berat (panik)


Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah tidak dapat
mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah
diberi pengarahan/tuntunan.
a. Respon Fisiologis: nafas pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat,
hipotensi, pucat sakit dada dan rendahnya koordanasi motorik.
b. Respon Kognitif : lapang persepsi terhadap lingkungan mengalami
distorsi, tidak dapat berfikir logis, dan ketidakmampuan mengalami
distorsi.
c. Respon Prilaku : agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-
teriak, bocking, presepsi kacau, kecemasan yang timbul dapat
diidentifikasi melalui respon yang dapat berupa respon fisik, emosional
dan kognitif atau intelektual.

Cara Menilai Kecemasan


Untuk menilai kecemasan dipakai skor HARS (Hamilton anxiety rating scale)
yang dikutip dari Nursalam (2003) dengan menilai 14 item HARS yaitu sebagai
berikut

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kecemasan 31


1. Perasaan cemas meliputi firasat buruk, takut akan pikiran sendiri dan
mudah tersinggung.
2. Ketegangan meliputi merasa tegang, lesu, mudah terkejut, tidak dapat tidur
dengan nyenyak, mudah menangis gemetar dan gelisah
3. Ketakutan meliputi pada gelap, ditinggal sendiri, pada orang asing, pada
keramaian lalulintas dan pada kerumunan orang banyak.
4. Gangguan tidur meliputi sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari,
tidak pulas bangun, lesu, mimpi buruk dan mimpih yang menakutkan.
5. Gangguan kecerdasan yang meliputi daya ingat yang buruk, sulit
konsentrasi dan sering bingung.
6. Gejala sensorik meliputi kehilangan minat, sedih, bangun dini hari,
berkurangnya kesukaan pada hobi, dan perasaan berubah-ubah sepanjang
hari.
7. Gejala somatik meliputi nyeri oto, kaku, kedutan sendi, gigi gemeretak dan
suara tidak stabil.
8. Gejala sensorik meliputi telinga berdenging, penglihatan kabur, muka merah
dan pucat, merasa lemah dan perasaan ditusuk-tusuk.
9. Gejala cardiovascular meliputi denyut nadi cepat, berdebar-debar, nyeri
dada, denyut nadi mengeras, rasa lemah seperti mau pingsan dan detak
jantung hialang sekejab.
10. Gejala pernapasan meliputi rasa tertekan didada, perasaan tercekik,
merasa nafas pendek atau sesak dan sering menarik nafas pendek.
11. Gejala gastrointestinal meliputi sulit menelan, mual, muntah, berat badan
menurun, konstipasi, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri lambung
sesudah dan sebelum makan, rasa panas diperut dan kembung.
12. Gejala urogenetalia meliputi sering kencing, tidak dapat menahan kencing,
amenorrhoe dan frigiditas.
13. Gejala vegetatif atau otonom meliputi mulut kering, mudah berkeringat,
pusing atau sakit kepala dan kepala bulu rona berdiri
14. Gejala perilaku meliputi gelisah, tidak tenang, mengerutkan dahi, muka
tegang, tonus atau ketegangan otot-otot, pendek dan cepat, muka merah.

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kecemasan 32


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN ANSIETAS

1. Kondisi Klien
Klien sudah beberapa hari mengalami gelisah, sulit tidur, tidak nafsu makan.
Klien selalu memikirkan anaknya yang bekerja sebagai TKW di luar negeri.
Klien khawatir anaknya mendapat perlakuan yang tidak baik dari tempatnya
bekerja.

2. Diagnosa Keperawatan : Ansietas

3. Tujuan :
a. Pasien mampu membina hubungan saling percaya
b. Pasien mampu mengenal ansietas
c. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi
d. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk
mengatasi ansietas

4. Tindakan keperawatan

Bina hubungan saling percaya


Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi.
Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya
adalah :
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Berjabat tangan
c. Memperkenalkan identitas diri (nama lengkap, nama panggilan, asal
institusi)
d. Menanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
e. Menjelaskan tujuan interaksi
f. Menyepakati kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kecemasan 33


Bantu pasien mengenal ansietas
a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
b. Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas
c. Bantu pasien mengenal penyebab ansietas
d. Bantu pasien menyadari perilaku akibat ansietas

Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa


percaya diri
a. Pengalihan situasi
b. Latihan relaksasi
1) Tarik nafas dalam
2) relaksasi progresif

Motivasi pasien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas muncul

PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN

Orientasi :

”Assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya ..................., panggil saja saya


Ibu .................... nama ibu siapa bu? Ibu lebih suka dipanggil siapa? Ibu, tujuan
saya ke rumah ibu adalah memantau perkembangan kesehatan ibu dan
keluarga, saya akan datang selama dua hari dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore”.

”Bagaimana perasaan ibu pagi ini?

”Baiklah, bu, bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang


perasaan yang ibu rasakan? Bagaimana kalau kita berbincang-bincang selama
30 menit?” ”Kita berbincang-bincang dimana bu? Baiklah kita akan berbincang-
bincang di ruang ini”

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kecemasan 34


Kerja

”Tadi ibu katakan, ibu merasa gelisah, tidak bisa tidur, coba ibu ceritakan lebih
lanjut tentang perasaan ibu? apa yang ibu sedang pikirkan? Apa yang ibu
lakukan terkait dengan perasaan tersebut? Apa yang terjadi sehingga ibu merasa
gelisah?”

”Oh, jadi anak ibu sudah 3 bulan bekerja sebagai TKW di Malaysia, ibu khawatir
anak ibu mendapat perlakuan yang tidak baik karena sering mendengar berita
tentang TKW yang mendapat perlakuan buruk dari televisi?”

”Bagaimana kalau saya ukur dulu ya tekanan darah, ibu”


”Apakah sebelumnya ibu pernah mengalami kondisi seperti sekarang ini?”
”Jadi ibu sebelumnya sering mengalami perasaan gelisah seperti sekarang ?”
“Apa masalah yang sebelumnya sering membuat ibu gelisah?”
“Selama ini, bila ibu punya masalah yang mengganggu, apa yang ibu lakukan?”
”Jadi kalau ibu punya masalah, ibu akan memikirkan terus masalah itu sehingga
ibu merasa gelisah, tidak bisa tidur, tidak nafsu makan?”

”Kalau ibu sedang tidak gelisah, bagaimana kebiasaan tidur dan makan
ibu?”“Apa pekerjaan ibu sehari-hari? Apakah ibu selama ini puas dengan
pekerjaan yang ibu lakukan? Bagaimana dengan penghasilan ibu?”

“Dalam keluarga ibu, apa yang biasanya dilakukan kalau ada masalah ?”“Oh, jadi
dalam keluarga ibu, memang terbiasa cepat panik dalam menghadapi masalah?”

“Bagaimana kebiasaan ibu dalam beribadah? Bagaimana dengan kebiasaan


beribadah dalam keluarga ibu?”“Apakah sebelumnya ibu pernah mengalami
pengalaman yang tidak menyenangkan ?”

“Apa yang ibu lakukan? Dengan siapa biasanya ibu meminta bantuan untuk
menyelesaikan masalah kalau ibu merasa tidak mampu menyelesaikan masalah
tersebut? Apakah ibu berhasil menyelesaikan masalah tersebut?”

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kecemasan 35


“Wah, baik sekali, berarti dulu ibu pernah mampu menyelesaikan masalah yang
cukup berat, saya yakin sekali ibu sekarang juga akan mampu menyelesaikan
kecemasan yang ibu rasakan”

“Baiklah bu, bagaimana kalau sekarang kita coba mengatasi kecemasan ibu
dengan latihan relaksasi dengan cara tarik nafas dalam, ini merupakan salah
satu cara untuk mengurangi kecemasan yang ibu rasakan. Bagaimana kalau kita
latihan sekarang, Saya akan lakukan, ibu perhatikan saya, lalu ibu bisa mengikuti
cara yang sudah saya ajarkan. Kita mulai ya bu. Ibu silakan duduk dengan posisi
seperti saya. Pertama-tama, ibu tarik nafas dalam perlahan-lahan, setelah itu
tahan nafas dalam hitungan tiga setelah itu ibu hembuskan udara melalui mulut
dengan meniup udara perlahan-lahan. Nah, sekarang coba ibu praktikkan. Wah
bagus sekali, ibu sudah mampu melakukannya. ibu bisa melakukan latihan ini
selama 5 sampai 10 kali sampai ibu merasa relaks atau santai”

Terminasi

”Bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol tentang masalah yang ibu rasakan
dan latihan relaksasi? Coba ibu ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari, wah
bagus sekali, jam berapa ibu akan berlatih lagi melakukan cara ini? Mari, kita
masukkan dalam jadual harian ibu. Jadi, setiap ibu merasa cemas, ibu bisa
langsung praktikkan cara ini, dan bisa melakukannya lagi sesuai jadwal yang
telah kita buat. Latihan relaksasi ini hanya salah satu cara yang bisa digunakan
untuk mengatasi kecemasan atau ketegangan, masih ada cara lain dengan
latihan mengerutkan dan mengendurkan otot, bagaimana kalau kita latihan cara
yang kedua ini besok pagi, jam berapa bu? Seperti biasa jam 10 pagi di rumah
ibu? Masih ada yang mau ditanyakan bu? Baiklah kalau tidak ada saya pamit
dulu. Assalamualaikum”

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Kecemasan 36

Anda mungkin juga menyukai