Anda di halaman 1dari 10

Hydrocelectomy melalui Penatalaksanaan Inguinal dibandingkan

Penatalaksanaan skrotum untuk Hidrokel Idiopatik pada orang dewasa

Adel Lasheen

Department of General Surgery, Al-Azhar University Hospitals, Faculty of Medicine, Al-Azhar University, Cairo, Egypt

Correspondence to Adel Lasheen, Department of General Surgery, El-Hussein University Hospital, Faculty of Medicine, Al-
Azhar University, 11651 Cairo, Egypt
Tel: + 20 1115840316; fax: + 2 02 25104146;
e-mail: dr_adelasheen@yahoo.com
Received 22 July 2012
Accepted 3 September 2012
Journal of the Arab Society for Medical Research
2012, 7:68–72

Latar Belakang

Hidrokel adalah suatu kondisi kronis umum pada pria yang menyebabkan gangguan fisik, psikologis,
sosial dan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil hydrocelectomy melalui
Penatalaksanaan inguinal dibandingkan dengan Penatalaksanaan skrotum pada orang dewasa.

Subyek dan metode

Penelitian prospektif ini dilakukan pada 40 pasien yang disampaikan kepada El-Hussein University
Hospital dengan hidrokel idiopatik dan menjalani hydrocelectomy. Pasien-pasien ini dibagi menjadi
dua kelompok: kelompok I (kelompok Penatalaksanaan inguinal) termasuk 20 pasien dengan usia
rata-rata 30,75 ± 10,76 tahun dan yang menjalani hydrocelectomy melalui Penatalaksanaan inguinal,
kelompok II (kelompok Penatalaksanaan skrotum) termasuk 20 pasien dengan usia rata-rata 29,35 ±
8,93 tahun dan yang menjalani hydrocelectomy melalui Penatalaksanaan skrotum. Sebuah
perbandingan dibuat antara kedua kelompok dalam hal volume kantung hidrokel, waktu operasi,
morbiditas pasca operasi, lama tinggal di rumah sakit, dan waktu kembali ke kehidupan sehari-hari.

Hasil
Volume rata-rata hydroceles adalah 196.00 ± 30.28ml pada kelompok Penatalaksanaan inguinal
dan 197,75 ± 26.72ml pada kelompok Penatalaksanaan skrotum. Waktu operasi rata-rata adalah
25.50 ± 4.60min pada kelompok Penatalaksanaan inguinal dan 24.40 ± 4.08min pada kelompok
Penatalaksanaan skrotum. Lama rawat di rumah sakit adalah 1,35 ± 0,48 hari di kelompok
Penatalaksanaan inguinal dan 2,50 ± 0,68 hari pada kelompok Penatalaksanaan skrotum. Pascaoperasi
komplikasi pada kelompok Penatalaksanaan skrotum termasuk satu sepsis luka, satu parsial
dehiscence luka, dua edema presisten, dan perlengketan testis ke scrotum pada satu pasien. Tidak ada
komplikasi pasca operasi atau ketidaknyamanan yang diamati pada kelompok Penatalaksanaan
1
inguinal. Waktu yang berarti untuk kembali ke aktivitas normal adalah 12.10 ± 1.33 hari pada
kelompok Penatalaksanaan inguinal dan 17.70 ± 4.13 hari pada kelompok Penatalaksanaan skrotum.

Kesimpulan
Hydrocelectomy melalui Penatalaksanaan inguinal pada orang dewasa dikaitkan dengan rendah atau
tidak ada morbiditas pasca operasi dan ketidaknyamanan. Hal ini mudah diterapkan dan memfasilitasi
berurusan dengan lesi yang terkait dalam kanalis inguinalis.

Kata kunci: dewasa, hidrokel, Penatalaksanaan inguinal

J Arab Soc Med Res 7:68-72 & 2012 Arab Society for Medical Research 1687-4293

PENDAHULUAN
Hidrokel adalah salah satu penyebab paling umum dari pembengkakan skrotum [1]. Hidrokel
testis adalah keadaan patologis karena akumulasi cairan serosa antara lapisan tunika vaginalis
yang terjadi ketika produksi cairan dengan tunika vagina meningkat atau resorpsi menurun.
Hydroceles dapat ditemukan pada beberapa mamalia dan juga pada manusia, muncul pada
satu sisi atau bilateral sebagai variabel derajat pembesaran cairan dari skrotum tanpa rasa
[2]
sakit . Penyebab penyakit ini dikategorikan sebagai bawaan atau didapat. Hidrokel
kongenital, yang hasil dari komunikasi antara tunical dan rongga peritoneal karena prosesus
[3,4]
vaginalis yang paten, biasanya sembuh dengan 18-24 bulan , sedangkan hidrokel karena
didapat biasanya idiopatik dan dapat terjadi setiap saat selama kehidupan dewasa [3,5,6].

Mekanisme yang tepat dari pembentukan hidrokel idiopatik tidak diketahui. Faktor-faktor
seperti peningkatan cairan serosa sekresi, kurangnya limfatik eferen, dan tidak memadai
reabsorpsi cairan yang disekresi oleh mesothelium adalah penyebab yang mungkin [5]. Selain
idiopatik penyebab lainnya adalah infeksi, infark, torsi, tumor, radioterapi, TBC, atau
[5,7]
filariasis . Ini mempengaruhi 1% dari laki-laki dewasa, dan hidrokel pada dewasa terlihat
[8]
sebagian pada pria lebih dari 40 tahun . Hydroceles bilateral pada7-10% pasien. Pengaruh
hidrokel pada Gonad belum diteliti secara luas. Beberapa penelitian telah menyarankan
bahwa hydroceles mungkin berhubungan dengan infertilitas dengan mengganggu
spermatogenesis [9,10].

Penatalaksanaan yang biasa dilakukan pada hydrocelectomy orang dewasa adalah


Penatalaksanaan skrotum. Artikel-artikel terbaru masih menggambarkan prosedur
hydrocelectomy melalui sayatan skrotum [11].
2
Faktanya bahwa masalah yang utama pada hydrocelectomy berikut adalah pembengkakan
skrotum, yang berlangsung selama tidak kurang dari 1 bulan dan kadang-kadang berlangsung
sampai beberapa bulan [12]. Pembengkakan ini biasanya besar, kadang-kadang lebih besar dari
masalah asli [12], sangat tidak menyenangkan, dan dapat mengakibatkan gangren skrotum pada
beberapa pasien yang tidak memenuhi instruksi atau mereka yang memiliki beberapa faktor
predisposisi akan mudah terjadi pengembangan gangren [12].

Pembengkakan skrotum biasanya karena kombinasi dari edema karena inflamasi, sebagai
respon dari kulit skrotum sangat sensitif terhadap insisi dan pembedahan, dan akumulasi
serosanguinus yang merembes dari tempat hydrocelectomy. Disposisi dari skrotum
membantu kedua faktor ini dalam mengakibatkan skrotum terjadi pembengkakan besar,
sangat tidak menyenangkan, dan sulit untuk diselesaikan cepat [12].

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hasil hydrocelectomy melalui
Penatalaksanaan inguinal dibandingkan dengan Penatalaksanaan skrotum pada orang dewasa.

SUBJEK DAN METODE

Penelitian prospektif ini dilakukan pada 40 pasien dengan diagnosis unilateral ( idiopatik )
hidrokel vagina primer selama periode Oktober 2010 sampai Oktober 2011. Semua pasien
dirawat di Departemen Bedah Umum , El - Hussein Universitas Rumah Sakit, dan menjalani
hydrocelectomy. Pasien-pasien ini dibagi menjadi dua kelompok : kelompok I (kelompok
Penatalaksanaan inguinal) termasuk 20 pasien yang usianya berkisar antara 17 sampai 52
tahun , dengan usia rata-rata 30,75 ± 10,67 tahun , dan yang menjalani hydrocelectomy
melalui Penatalaksanaan inguinal, Kelompok II ( kelompok Penatalaksanaan skrotum )
termasuk 20 pasien, dengan usia mulai dari 16 sampai 48 tahun dan usia 29,35 ± 8,93 tahun ,
yang menjalani hydrocelectomy melalui Penatalaksanaan skrotum. Presentase gejala-
gejalanya pembengkakan skrotum dalam semua kasus, 12 di sisi kiri dan delapan di sisi
kanan dalam kelompok Penatalaksanaan inguinal, dan 11 di sisi kiri dan sembilan di sisi
kanan dalam kelompok Penatalaksanaan skrotum. Semua pasien mengalami anamnesis,
pemeriksaan klinis, pemeriksaan rutin, dan skrotum ultrasonografi. Kriteria inklusi termasuk
pasien dengan unilateral ( idiopatik ) hidrokel vagina primer. Kriteria eksklusi meliputi pasien
dengan dugaan temuan klinis atau ultrasonografi tumor testis , skrotum terkait atau lesi
inguinal, riwayat skrotum ipsilateral atau operasi inguinal, radioterapi inguinal sebelumnya,
hipoalbuminemia, nontransilluminated hydroceles, hydroceles raksasa , atau multilokular dan

3
hydroceles berulang. Semua pasien yang dioperasi dengan menggunakan anestesi spinal
setelah mendapat informed consent tertulis .

Sebuah perbandingan antara kedua kelompok dengan ukuran kantung hidrokel, waktu
operasi, morbiditas pasca operasi, lama tinggal di rumah sakit, dan waktu dari kembali ke
kehidupan sehari-hari.

Follow up pasien pasca operasi pada 2 minggu, 1, 3, dan 6 bulan.

Teknik Operasi

Hydrocelectomy menggunakan Penatalaksanaan inguinal dilakukan melalui irisan kulit pada


lipatan inguinal diatas cincin inguinal eksternal. Irisan dilakukan sampai ke cincin eksternal
dan otot oblikus externa (m. aponeurosis). Cincin inguinal eksternal dibuka dengan
memisahkan otot oblikus externa. Saraf ilioinguinal terletak miring dibawah otot oblikus
externa harus dilindungi agar meminimalkan risiko mati rasa pascaoperasi dan rasa sakit.
Spermatik cord dimobilisasi dan dislokasi lateral dan ke atas. Traksi lembut diterapkan pada
spermatic cord dan hemiscrotum mengandung kantung hidrokel diberi dorongan ke atas
sampai kantung hidrokel muncul pada luka inguinal (Gambar 1b). Cairan hidrokel yang
disedot dari luka inguinal menggunakan jarum 16G dengan spuit 50ml untuk mengurangi
ukuran lukanya sehingga dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam luka inguinal (Gambar
1c). Setelah pelepasan testis ke dalam luka inguinal, kantung hidrokel dibuka dan perawatan
diambil untuk menghindari kontaminasi luka oleh cairan hidrokel. Testis dan struktur lain di
sekitarnya kemudian diperiksa untuk kemungkinan keganasan atau lesi lainnya .

Hydrocelectomy diselesaikan dengan menggunakan Jaboulay atau Lord prosedur (Gambar


1d). Testis tersebut direposisi ke hemiscrotum (Gambar 1e) dan luka inguinal ditutup dalam
lapisan - otot oblikus externa dan jaringan subkutan menggunakan Vicryle 3/0 dan kulit
dengan menggunakan jahitan subkutikular dengan 3/0 polypropylene tanpa penyisipan drain.
Sebuah penyangga skrotum digunakan dan jahitan subkutikular akan dilepas setelah 10 hari.

Hydrocelectomy menggunakan Penatalaksanaan skrotum dilakukan melalui irisan pada


lipatan transversal kulit skrotum. Kulit, dartos, dan fascia cremasteric yang tipis di insisi
seperti biasa. Penonjolan tunika vaginalis dilakukan dengan metode yang sama digunakan
dalam Penatalaksanaan inguinal. Setelah pencapaian hemostasis, drain Penrose dimasukkan
melalui luka yang terpisah dibagian bawah skrotum. Luka ditutup pada lapisan menggunakan
Vicryle 3/0, dan kulit ditutup dengan penjahitan terus menerus menggunakan Vicryle 4/0.
4
Sebuah penyangga skrotum digunakan. Drain dilepas setelah penghentian drainase, dan tidak
ada jahitan telah dihapus.

Gambar 1

(a) hidrokel idiopatik kanan pada anak laki-laki 17 tahun yang menjalani hydrocelectomy melalui Penatalaksanaan inguinal.
(b) traksi Gentle diaplikasikan pada korda spermatika dan hemiscrotum mengandung kantung hidrokel diberi dorongan ke
atas sampai kantung hidrokel muncul di inguinal yang luka. (c) Aspirasi cairan hidrokel bawah visi melalui luka inguinal. (d)
Pemasukkan dari testis kedalam luka inguinal dan eversi tunika vaginalis selesai. (e) Reposisi dari testis ke hemiscrotum
tersebut.

HASIL

5
Usia pasien dalam kelompok Penatalaksanaan inguinal berkisar antara 17 sampai 52 tahun
(rata-rata 30,75 ± 10,67), sedangkan pasien termasuk dalam kelompok Penatalaksanaan
skrotum memiliki rentang usia 16-48 tahun (rata-rata 29,35 ± 8,93). Perbedaan usia rata-rata
antara kedua kelompok adalah statistik tidak signifikan.

Volume rata-rata kantung hidrokel adalah 196 ± 30.28 ml (kisaran, 155-250 ml) dalam
Penatalaksanaan inguinal kelompok dan 197,75 ± 26,72 ml (kisaran, 150-260 ml) dalam
kelompok Penatalaksanaan skrotum. Perbedaan volume rata-rata hidrokel antara kedua
kelompok secara statistik tidak signifikan.

Semua prosedur berhasil diselesaikan tanpa komplikasi intraoperatif yang berkaitan dengan
operasi atau anestesi pada kedua kelompok. Tidak ada komplikasi terkait dengan aspirasi
cairan hidrokel intraoperatif dikelompok Penatalaksanaan inguinal dan semua kantung
hidrokel dilepaskan dengan mudah ke dalam luka inguinal setelah aspirasi. Tidak ada
penyebab yang mendasari untuk terjadinya hidrokel pada salah satu pasien pada kedua
kelompok.

Rata-rata waktu operasi adalah 25.50 ± 4.60 menit (kisaran, 20-35 min) pada kelompok
Penatalaksanaan inguinal dan 24.40 ± 4.08 min (kisaran, 18-30 min) dalam kelompok
Penatalaksanaan skrotum. Perbedaan waktu operasi rata-rata antara kedua kelompok secara
statistik tidak signifikan.

Rata-rata lama rawat di rumah sakit adalah 1,35 ± 0,48 hari (kisaran, 1-2 hari) pada kelompok
Penatalaksanaan inguinal dan 2.50 ± 0.68 hari (kisaran, 2-4 hari) dalam kelompok
Penatalaksanaan skrotum. Perbedaan lama rata-rata tinggal di rumah sakit antara kedua
kelompok secara statistik signifikan. Artinya, waktu untuk kembali ke aktivitas normal
adalah 12.10 ± 1.33 hari pada kelompok Penatalaksanaan inguinal dan 17.70 ± 4.13 hari pada
kelompok Penatalaksanaan skrotum. Perbedaan rata-rata waktu untuk kembali ke aktivitas
normal antara kedua kelompok secara statistik signifikan.

Komplikasi pasca operasi pada kelompok Penatalaksanaan skrotum termasuk sepsis luka
pada satu pasien, robeknya kulit pada garis jahitan dengan dehiscence luka parsial dalam satu
pasien, ringan sampai sedang edema skrotum pada semua pasien, sedangkan edema skrotum
yang presisten berlangsung lebih dari 2 bulan diamati dalam dua pasien, dan perlengketan
testis ke skrotum pada satu pasien (Tabel 1 dan 2). Ada ketidaknyamanan pasca operasi
terkait dengan semua pasien dari kelompok Penatalaksanaan skrotum dibandingkan dengan

6
kelompok Penatalaksanaan inguinal. Periode pasca operasi pada kelompok Penatalaksanaan
inguinal lancar tanpa komplikasi atau ketidaknyamanan. Rata-rata follow-up 2.80 ± 1.88
bulan pada kelompok Penatalaksanaan inguinal dan 2.90 ± 1.83 bulan pada kelompok
Penatalaksanaan skrotum, dan tidak ada bukti kekambuhan diamati pada kedua kelompok.

DISKUSI
Hidrokel, merupakan kondisi kronis umum pada pria, akan menyebabkan gangguan
psikologis, sosial, ekonomi dan tekanan fisik. Banyak pria dengan hidrokel berpikir bahwa
mereka tidak akan disembuhkan, sering malu dengan kondisi, dan sering kehilangan harapan
[13]
hidup normal . Hydroceles umumnya tidak menyakitkan. Namun, jika rasa sakit hadir,
dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan hydroceles besar bahkan dapat menyebabkan
pasien mengalami kesulitan dengan hubungan seksual [14].

Table 1 Demographic characteristics of patients under study


Mean ± SD

Data Group 1 Group 2 P-value

Mean age 30.75 ± 10.67 29.35 ± 8.93 0.503


Volume of hydrocele sac 196 ± 30.28 197.75 ± 26.72 0.868
Operative time 25.50 ± 4.60 24.40 ± 4.08 0.334
Hospital stay 1.35 ± 0.48 2.50 ± 0.68 0.000
Time of return to daily life 12.10 ± 1.33 17.70 ± 4.13 0.000
Follow-up period 2.80 ± 1.88 2.90 ± 1.83 0.797

Table 2 Postoperative complications in scrotal approach group


Complications N (%)

Wound sepsis 1 (5%)


Wound dehiscence 1 (5%)
Persistent scrotal edema 2 (10%)
Adherence of the testis to the scrotum 1 (5%)
Total 5 (25%)

Indikasi untuk mengobati hidrokel termasuk rasa sakit, penampilan kosmetik skrotum, atau
[13,14]
preferensi pasien . Manajemen konservatif hidrokel meliputi pengamatan, aspirasi, dan
[15]
sclerotherapy . Metode ini konservatif, sclerotherapy merupakan yang paling banyak
disukai dan dapat diindikasikan pada pasien dengan ukuran hidrokel kecil sampai sedang,
yang tidak bersedia menjalani operasi, atau yang merupakan calon bedah miskin. Operasi
konvensional untuk hidrokel idiopatik adalah eksisi dan eversi beserta kantungnya, dan
[16]
prosedur ini tetap menjadi metode bedah yang paling populer . Teknik lain untuk

7
mengobati hidrokel pada orang dewasa adalah teknik lipatan dan drainase internal hidrokel
[17]
.

Penatalaksanaan biasa untuk hydrocelectomy pada orang dewasa adalah cara skrotum.
Masalah yang paling merepotkan dalam metode ini adalah pembengkakan skrotum yang
sangat tidak menyenangkan, yang menciptakan banyak kesulitan bagi pasien dan penanganan
oleh ahli bedah. Masalah ini dapat dihindari dengan melakukan hydrocelectomy
menggunakan Penatalaksanaan inguinal pada orang dewasa. Terlepas dari hampir
menghilangkan masalah pasca operasi yaitu ketidaknyamanan skrotum karena
pembengkakan, metode ini memungkinkan inspeksi, penemuan keganasan testis, dan
mengambil tindakan yang aman dan tepat. Hal ini juga memungkinkan pemeriksaan yang
mudah, penemuan, dan kinerja tindakan yang tepat bersama hernia inguinalis [12].

Dalam penelitian kami, kami anggap ringan sampai sedang pada pembengkakan skrotum
sebagai sekuel normal atau diterima setelah dilakukannya hydrocelectomy, tetapi edema
presisten lama dianggap komplikasi pasca operasi. Komplikasi yang dilaporkan pada
kelompok Penatalaksanaan skrotum adalah sebagai berikut: satu sepsis luka, satu dehiscence
luka parsial, dua edema skrotum persisten, dan perlengketan dari testis ke skrotum pada satu
pasien. Tidak ada komplikasi pasca operasi atau ketidaknyamanan yang diamati pada
kelompok Penatalaksanaan inguinal. Tidak ada perbedaan signifikan secara statistik dalam
waktu operasi rata-rata antara kedua kelompok dan pasien dalam kelompok Penatalaksanaan
inguinal menunjukkan lama rawat di rumah sakit singkat dan cepat kembali ke kehidupan
normal.

Dalam penelitian ini, penerapan Penatalaksanaan inguinal untuk hydrocelectomy pada orang
dewasa dikaitkan dengan beberapa keterbatasan, seperti tidak cocok untuk pasien dengan
operasi inguinal ipsilateral sebelumnya, radioterapi inguinal ipsilateral sebelumnya, dan
hydroceles berulang karena adhesi terkait, melainkan juga tidak cocok untuk pasien dengan
hidrokel dengan penebalan tunika vaginalis (hidrokel nontransilluminated) dan bagi mereka
yang mengalami hydroceles raksasa karena massa besar tunika vaginalis setelah pengeluaran
kantung hidrokel dikaitkan dengan kesulitan dalam pelepasan testis melalui sayatan inguinal.
Studi lebih lanjut diperlukan untuk menunjukkan hubungan antara ukuran hidrokel dan
kelayakan Penatalaksanaan inguinal untuk hydrocelectomy pada orang dewasa.

[18]
Ceylan et al. membandingkan penatalaksanaan skrotum dan Penatalaksanaan inguinal
dalam perbaikan hidrokel di 32 pasien dewasa dan hasilnya menunjukkan bahwa hematoma
8
terjadi pada empat pasien dalam kelompok Penatalaksanaan skrotum dan pada satu pasien
pada kelompok Penatalaksanaan inguinal. Mereka menyimpulkan bahwa Penatalaksanaan
inguinal adalah pilihan yang layak dalam pengobatan bedah dewasa dengan hidrokel karena
hasil dalam waktu kurang edema dari itu dicatat dengan Penatalaksanaan skrotum.

[12]
Nweze melakukan hydrocelectomy pada 11 pasien dewasa dengan menggunakan
Penatalaksanaan inguinal dengan membuat sayatan sejajar inguinal ke ligamentum inguinal
dan aspirasi kantung hidrokel melalui skrotum selama persiapan praoperasi dalam atau di luar
ruangan, hasilnya menunjukkan minimal atau tidak ada pembengkakan skrotum dan hampir
tidak ada ketidaknyamanan pada semua pasien dan luka inguinal, seperti yang diharapkan,
tidak menyebabkan banyak masalah dan disembuhkan dengan mudah - seperti yang terlihat
pada luka herniorrhaphy.

Hasil kami setuju dengan hasil Ceylan et al. [18] dan Nweze [12], tapi kami tidak setuju
dengan mereka pada metode aspirasi, dan kita lebih suka sayatan kulit pada lipatan
transversal inguinal bukan sayatan sejajar inguinal ke ligamentum inguinal karena sayatan
melintang memberikan lebih banyak eksposur dan aksesibilitas ke leher skrotum dan
memungkinkan mudah aspirasi kantung hidrokel. Selain itu, kita lebih suka aspirasi kantung
hidrokel melalui luka inguinal bukan aspirasi buta melalui skrotum untuk menghindari cedera
testis dan skrotum postaspiration ecchymosis atau hematoma karena cedera pembuluh
skrotum.

KESIMPULAN
Hydrocelectomy menggunakan Penatalaksanaan inguinal pada orang dewasa dikaitkan
dengan morbiditas rendah atau tidak ada pasca operasi, tidak nyaman, rumah sakit tinggal
pendek, dan awal kembali ke kehidupan normal. Hal ini mudah diterapkan dan
memungkinkan manajemen dari setiap lesi terkait dalam kanalis inguinalis.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada anggota bedah dan OR staf El-Hussein University
Hospital, atas bantuan mereka dalam melakukan penelitian.

KONFLIK KEPENTINGAN

Tidak ada konflik kepentingan.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Krone KD, Carroll BA. Scrotal ultrasound. Radiol Clin North Am 1985; 23:121–139.
2. Caspari K, Henning H, Schaller C, Ku¨hn N, Ku¨mmerlen D. Semen quality and
quantity in a boar with a complex hydrocele. J Swine Health Prod 2012; 20:174–178.
3. Rubenstein RA, Dogra VS, Seftel AD, Resnick MI. Benign intrascrotal lesions. J Urol
2004; 171:1765–1772.
4. Dogra VS, Gottlieb RH, Oka M, Rubens DJ. Sonography of the Scrotum.Radiology
2003; 227:18–36.
5. Woodward PJ, Schwab CM, Sesterhenn IA. Extratesticular scrotal masses:
radiologic–pathologic correlation. Radiographics 2003; 23:215–240.
6. Madlala TSL, Rencken RK, Bornman MS, Reif S, Joubert HF, Van der Merwe CA.
Biochemical analysis of tunica vaginalis fluid in patients with or without idiopathic
hydroceles. Br J Urol 1994; 74:511–514.
7. Streit CC, Richie JP, Clyde HR, Sargent CR. Hydrocele formation after sandwich
irradiation therapy for testicular tumor. Urology 1978; 12: 222–224.
8. Leung ML, Gooding GAW, Williams RD. High-resolution sonography of scrotal
contents in asymptomatic subjects. Am J Roentgenol 1984; 143:161–164.
9. Bhatnagar BN, Dube B, Shukla AP. Testicular histology in tropical vaginal hydrocele.
Int Surg 1970; 53:167–170.
10. Mangoud AM, Emara MW, Ghobish A, Khalil OM, Mossad A, el Feky HM,et al.
Hydrocele in filarial and non filarial patients. Histopathological, histochemical and
ultrastructural studies. J Egypt Soc Parasitol 1993; 23: 43–54.
11. Cimador M, Castagnetti M, De Grazia E. Management of hydrocele in adolescent
patients. Nat Rev Urol 2010; 7:379–385.
12. Nweze CC. Hydrocelectomy: experience with inguinal approach in the adult. Niger
Med J 2009; 50:12–13.
13. Amuyunzu M. Community perception regarding chronic filarial swellings: a case
study of the duruma of coastal Kenya. East Afr Med J 1997; 74: 411–415.
14. Gyapong M, Gyapong J, Weiss M, Tanner M. The burden of hydrocele on men in
Northern Ghana. Acta Trop 2000; 77:287–294.
15. Beiko DT, Kim D, Morales A. Aspiration and sclerotherapy versus hydrocelectomy
for treatment of hydroceles. Urology 2003; 61:708–712.
16. Ku JH, Kim ME, Lee NK, Park YH. The excisional, plication and internal drainage
techniques: a comparison of the results for idiopathic hydrocele. BJU Int 2001;
87:82–84.
17. Middleton WD, Thorne DA, Melson GL. Color Doppler ultrasound of the normal
testis. Am J Roentgenol 1989; 152:293–297.
18. Ceylan K, Yu¨ ksel Y, Hasan G, Alpaslan K. Inguinal approach in adult hydrocele
surgery: preliminary randomized study. Adv Ther 2006; 23: 159–162.

10

Anda mungkin juga menyukai