PENDAHULUAN
Setiap individu tidak terlepas dari aktivitas atau pekerjaan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut membutuhkan energi
dan kekuatan otot yang cukup besar sehingga dapat menimbulkan berbagai macam
keluhan, salah satunya adalah nyeri pinggang bawah. Hampir semua orang pernah
mengalami nyeri pinggang. Sekitar 80% setiap orang dalam hidupnya pernah
mengalami nyeri pada daerah pinggang bawah karena kesalahan postural tanpa
mengenal jenis kelamin, tingkat sosial dan pekerjaan.[1]
Angka kejadian nyeri pinggang bawah atau dalam bahasa Inggris disebut
Low Back Pain (LBP), hampir sama pada semua populasi masyarakat di seluruh
dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Dari hasil penelitian
Cropcord Indonesia pada tahun 2004 menunjukkan bahwa penderita LBP pada jenis
kelamin pria prevalensinya sebesar 18,2% dan pada wanita sebesar 13,6%.
Sedangkan dari populasi pernah mengalami nyeri pinggang bawah sekali dan lebih
selama hidupnya antara 60% hingga 90%. [1]
BAB II
1
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
No. RM : 25.97.12
Nama : Tn.R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 43 tahun
Pekerjaan : Guru SD
Pendidikan : S1
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Daliran Purwakarta
Tanggal berobat : 16 Juli 2013
II. ANAMNESA
Dilakukan secara autoanamnesa, tanggal 18 Juli 2013, pukul 13.00 di
Ruang Rawat Anggrek RSUD Cilegon
2
2 hari SMRS, pasien merasakan nyeri pada pinggang semakin bertambah
berat, nyeri dirasakan terus menerus, bertambah berat bila pasien duduk atau berjalan
dan bertambah ringan bila berbaring. Nyeri menjalar sampai kaki kiri dan merasa
seperti ditarik. Pasien pergi ke IGD RSUD Cilegon dan mendapat 1x suntikan anti
sakit di bokong kiri.
Setelah diberiksan suntikan di IGD, pasien merasa nyeri pada pinggang tidak
berkurang dan pasien memutuskan pergi ke Poli Saraf RSUD Cilegon dan
mendapatkan perawatan.
Riwayat Kebiasaan :
Pasien tidak merokok, tidak meminum kopi dan jarang berolah raga.
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Kooperasi : Kooperatif
Keadaan gizi : Gizi cukup
Tanda vital :
Tekanan darah : 130/ 80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Laju Nafas : 20 x/menit
3
Suhu : 36°C
KGB : tidak teraba membesar
Kepala
Bentuk : Normocephali
Thorax
Status Neurologis
GCS : GCS 15 (E4V5M6)
Rangsang Selaput otak
Kaku kuduk : (-)
Laseque : (-) / (+)
Kernig : (-) / (+)
Saraf-saraf cranial
SARAF KRANIAL
4
1. N. I (Olfactorius )
Tidak dilakukan
2. N.II (Opticus)
Kanan Kiri Keterangan
3. N.III (Oculomotorius)
Kanan Kiri Keterangan
4. N. IV (Trokhlearis)
Kanan Kiri Keterangan
5. N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri Keterangan
5
Refleks kornea Tidak dilakukan
6. N. VI (Abduscens)
Kanan Kiri Keterangan
7. N. VII (Facialis)
Kanan Kiri Keterangan
Motorik:
- sudut mulut dbn dbn
- mengerutkan dahi dbn dbn
- mengangkat alis dbn dbn
- lipatan nasolabial dbn dbn
- meringis dbn dbn
- mulut mencucu dbn dbn
8. N. VIII (Akustikus)
Kanan Kiri Keterangan
9. N. IX (Glossofaringeus)
Kanan Kiri Keterangan
6
Refleks muntah Tidak dilakukan
10. N. X (Vagus)
Keterangan
Bicara Normal
Menelan Normal
11. N. XI (Assesorius)
Kanan Kiri Keterangan
SISTEM MOTORIK
Motorik
Tonus normotoni
Kekuatan 5 5
5 3
SISTEM SENSORIK
7
Nyeri Tidak dilakukan
Suhu Tidak dilakukan
Propioseptif Tidak dilakukan
REFLEKS
Fisiologis
Biseps (+) (+) Normal
(+) (+)
Triseps (+) (+) Normal
(+) (+)
KPR Normal
APR Normal
Patologis
Babinski (-) (-)
Chaddock (-) (-)
HoffmanTromer (-) (-)
Schaefer (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Gordon (-) (-)
FUNGSI KORDINASI
8
SISTEM OTONOM
PEMERIKSAAN KHUSUS
Kanan Kiri
Lasegue sign - +
Patrick sign - +
Anti Patrick sign - +
Bragard sign - +
Sicard sign - +
IV.RESUME
Seorang wanita 43 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang yang sudah
dirasakan sejak 7 hari SMRS. Nyeri terus menerus, bertambah berat bila pasien
duduk atau berdiri dan berkurang bila pasien berbaring, nyeri menjalar sampai kaki
kiri.7 hari SMRS, nyeri yang dirasakan hilang timbul, timbul pada saat pasien
sedang berjalan dan melakukan kegiatan rumah tangga dirumah. Tetapi nyeri hilang
saat pasien duduk atau tidur. Nyeri menjalar sampai ke kaki kiri. Pasien memutuskan
untuk pergi ke poli saraf RSUD Cilegon dan mendapatkan 5x suntikan pada bagian
pinggang dan bokong kiri tetapi nyeri tidak berkurang.
2 hari SMRS, pasien merasakan nyeri pada pinggang semakin bertambah
berat, nyeri dirasakan terus menerus, menjalar sampai kaki kiri dan merasa seperti
ditarik. Pasien pergi ke IGD RSUD Cilegon dan mendapat 1x suntikan anti sakit di
bokong kiri tetapi nyeri pada pinggang tidak berkurang dan pasien memutuskan
pergi ke Poli Saraf RSUD Cilegon dan mendapatkan perawatan.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien sakit ringan, kesadaran
compos mentis. Tekanan darah 130/ 80 mmHg, Nadi 80 kali/menit, Laju Nafas 20
9
kali/menit, Suhu 36°C. Status generalis dalam batas normal. Pada status neurologis,
ditemukan keadaan pasien sebagai berikut :
GCS : E4V5M6
Pupil : Bulat isokor, ø3mm/ø3mm, RCL +/+, RCTL +/+
Tanda Rangsang
Meningeal : Lasegue sign (-) / (+)
Kernig sign (-) / (+)
Nervus cranialis : Tidak terdapat kelainan
Motorik :5 5
5 3
SISTEM SENSORIK
REFLEKS
Fisiologis
Biseps (+) (+) Normal
(+) (+)
Triseps (+) (+) Normal
(+) (+)
KPR Normal
APR Normal
Patologis
Babinski (-) (-)
Chaddock (-) (-)
HoffmanTromer (-) (-)
Schaefer (-) (-)
10
Oppenheim (-) (-)
Gordon (-) (-)
SISTEM SENSORIK
REFLEKS
Fisiologis
Biseps (+) (+) Normal
(+) (+)
Triseps (+) (+) Normal
(+) (+)
KPR Normal
APR Normal
Patologis
Babinski (-) (-)
Chaddock (-) (-)
HoffmanTromer (-) (-)
Schaefer (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Gordon (-) (-)
V. DIAGNOSA KERJA
D/ etiologis :
VI. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
VII. PROGNOSIS
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
12
ANATOMI DAN FISIOLOGI TULANG BELAKANG
Tulang vertebra terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang servikal, 12 buah tulang
torakal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sakral. Tulang servikal, torakal dan
lumbal masih tetap dibedakan sampai usia berapapun, tetapi tulang sakral dan
koksigeus satu sama lain menyatu membentuk dua tulang yaitu tulang sakum dan
koksigeus. [2]
Tulang vertebra secara gradual dari cranial ke caudal akan membesar sampai
mencapai maksimal pada tulang sakrum kemudian mengecil sampai apex dari tulang
koksigeus. Struktur demikian dikarenakan beban yang harus ditanggung semakin
membesar dari cranial hingga caudal sampai kemudian beban tersebut
ditransmisikan menuju tulang pelvis melalui articulatio sacroilliaca.
13
berjalan di dalamnya. Stabilitas kolumna vertebralis ditentukan oleh bentuk dan
kekuatan masing-masing vertebra, diskus intervertebralis, ligamen dan otot-otot. [2]
Vertebra lumbalis terletak diregio punggung bawah antara regio torakal dan
sakrum. Vertebra pada regio ini ditandai dengan korpus vertebra yang berukuran
besar, kuat dan tiadanya costal facet. Vertebra lumbal ke 5 (VL5) merupakan
vertebra yang mempunyai pergerakan terbesar dan menanggung beban tubuh bagian
atas .
2. Elemen posterior
Elemen posterior berfungsi untuk mengatur kekuatan pasif dan aktif yang mengenai
kolumna vertebralis dan juga mengatur gerakannya. Prosesus artikularis memberikan
mekanisme locking yang menahan tergelincirnya ke depan dan terpilinnya korpus
vertebra. Prosesus spinosus, transversus, mamilaris dan aksesorius menjadi tempat
melekatnya otot sekaligus menyusun pengungkit untuk memperbesar kerja otot-otot
tersebut. Lamina merambatkan kekuatan dari prosesus spinosus dan prosesus
artikularis superior ke pedikel sehingga ia rentan terhadap trauma seperti fraktur pars
artikularis.
3. Elemen tengah
14
menjadi terbatas tetapi bila keseluruhan vertebra bergerak maka rentang gerakan
dapat diperhitungkan.
1. Diskus intervertebralis
15
Fungsi mekanik diskus intervertebralis mirip dengan balon yang diisi air yang
diletakkan di antara ke dua telapak tangan . Bila suatu tekanan kompresi yang merata
bekerja pada vertebra maka tekanan itu akan disalurkan secara merata ke seluruh
diskus intervertebralis. Bila suatu gaya bekerja pada satu sisi yang lain, nukleus
polposus akan melawan gaya tersebut secara lebih dominan pada sudut sisi lain yang
berlawanan. Keadaan ini terjadi pada berbagai macam gerakan vertebra seperti
fleksi, ekstensi, laterofleksi. Diskus intervertebralis sendiri merupakan jaringan non
innervasi dan non vaskuler sehingga apabila terjadi kerusakan tidak bisa terdeteksi
oleh pasien meskipun sudah berlangsung dalam waktu lama.
Ligamen longitudinal posterior lebih sempit dan lebih lemah dari ligamen anterior,
terbentang dalam kanalis vertebralis di dorsal dari korpus vertebralis. Ligamen ini
melekat pada diskus intervertebralis dan tepi posterior dari korpus vertebra mulai
vertebra servikal 1 sampai sakrum. Ligamentum ini dilengkapi akhiran saraf nyeri
(nociceptor). Ligamen posterior berperan mencegah hiperfleksi kolumna vertebralis
serta mencegah herniasi diskus intervertebralis.
a. Ligamen flavum
Ligamen flavum merupakan ligamen yang menghubungkan lamina dari dua arkus
vertebra yang berdekatan. Ligamen ini panjang, tipis dan lebar diregio servikal, lebih
tebal di regio torakal dan paling tebal di regio lumbal. Ligamen ini mencegah
terpisahnya lamina arkus vertebralis dan juga mencegah terjadinya cidera di diskus
intervertebralis. Ligamen flavum yang kuat dan elastis membantu mempertahankan
kurvatura kolumna vertebralis dan membantu menegakkan kembali kolumna
veretbralis setelah posisi fleksi.
b. Ligamen interspinosus
c. Ligamen intertranversus
d. Ligamen supraspinosus
17
Ligamen supraspinosus menghubungkan prosesus spinosus di daerah apex vertebra
servikal ke 7 (VC7) sampai dengan sakrum. Ligamen ini dibagian kranial bergabung
dengan ligamen nuchae. Ligamen supraspinosus ini kuat, menyerupai tali (Yanuar,
2002).
Medulla spinalis dilindungi oleh vertebra. Radik saraf keluar melalui kanalis
spinalis, menyilang diskus intervertebralis di atas foramen intervertebralis. [2,3]
Ketika keluar dari foramen intervertebralis saraf tersebut bercabang dua yaitu
ramus anterior dan ramus posterior dan salah satu cabang saraf tersebut
mempersarafi sendi faset. Akibat berdekatnya struktur tulang vertebra dengan radik
saraf cenderung rentan terjadinya gesekan dan jebakan radik saraf tersebut. Semua
ligamen, otot, tulang dan sendi faset adalah struktur tubuh yang sensitif terhadap
rangsangan nyeri, karena struktur persarafan sensoris. Kecuali ligamen flavum,
diskus intervertebralis dan ligamentum interspinosum, karena tidak dirawat oleh
saraf sensoris. Dengan demikian semua proses yang mengenai struktur tersebut di
atas seperti tekanan dan tarikan dapat menimbulkan keluahan nyeri. Nyeri punggung
bawah sering berasal dari ligamentum longitudinal anterior atau posterior yang
mengalami iritasi. Nyeri artikuler pada punggung bawah berasal dari fasies
artikularis vertebra beserta kapsul persendiannya yang sangat peka terhadap nyeri.
Nyeri yang berasal dari otot dapat terjadi oleh karena aktivitas motor neuron,
ischemia muscular dan peregangan miofasial pada waktu otot berkontraksi kuat. [3]
18
DEFINISI LOW BACK PAIN
Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah
kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa
menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha. LBP atau
nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang
disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. [4]
Nyeri pinggang bawah atau low back pain merupakan rasa nyeri, ngilu, pegal
yang terjadi di daerah pinggang bagian bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah
diagnosis tapi hanya gejala akibat dari penyebab yang sangat beragam. [4]
Low Back Pain menurut perjalanan kliniknya dibedakan menjadi dua yaitu :
Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang berulang-
ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan
sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena
osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan
tumor.
a) Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi: Superior oleh garis
transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra
19
thorakal terakhir, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui
ujung prosesus spinosus dari vertebra sakralis pertama dan lateral oleh
garis vertikal tangensial terhadap batas lateral spina lumbalis.
b) Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis
transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra
sakralis pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui
sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis imajiner melalui spina
iliaka superior posterior dan inferior.
c) Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain
dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah
1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain
ETIOLOGI
Berdasarkan organ yang mendasari, Low Back Pain dapat dibagi menjadi : [5]
a) LBP Viserogenik
b) LBP vaskulogenik
Neoplasma:
Araknoiditis:
d) LBP spondilogenik
e) LBP psikogenik
f) LBP osteogenik
21
g) LBP diskogenik
Spondilosis
22
pada dermatom yang sesuai dengan radiks yang terkena, menurun. Pada
tes lasegue akan dirasakan nyeri di sepanjang bagian belakang.
Percobaan valsava dan naffziger akan memberikan hasil positif.
Spondilitis ankilosa:
h) LBP miogenik
Ketegangan otot
Sikap tegang yang berulang – ulang pada posisi yang sama akan
memendekkan otot yang akhirnya akan menimbulkan rasa nyeri. Rasa
nyeri timbul karena iskemia ringan pada jaringan otot, regangan yang
berlebihan pada perlekatan miofasialterhadap tulang, serta regangan pada
kapsula.
Defisiensi otot
a) Trauma
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama Low Back Pain.
Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan
aktivitas dengan beban yang berat dapat menderita nyeri pinggang yang akut.
Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan
kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan
terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot
cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu.
Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis agar tidak
mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut. Secara patologis anatomis, pada
Low Back Pain yang disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa
keadaan, seperti: o Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca Gejala yang timbul akibat
perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri pada os sacrum akibat adanya
penekanan. Nyeri dapat bertambah saat batuk dan saat posisi supine. Pada
pemerikasaan, lassague symptom positif dan pergerakan kaki pada hip joint
terbatas. o Perubahan pada sendi Lumba Sacral Trauma dapat menyebabkan
perubahan antara vertebra lumbal V dan sacrum, dan dapat menyebabkan
robekan ligamen atau fascia. Keadaan ini dapat menimbulkan nyeri yang hebat
di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan keterbatasan
gerak.
b) Infeksi
Infeksi pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan
oleh bakteri dan infeksi kronis, disebabkan oleh bakteri tuberkulosis. Infeksi
kronis ditandai dengan pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam serta
kelemahan. Artritis rematoid dapat melibatkan persendian sinovial pada
vertebra. Artritis rematoid merupakan suatu proses yang melibatkan jaringan
ikat mesenkimal.
c) Neoplasma Tumor vertebra dan medula spinalis dapat jinak atau ganas.
Tumor jinak dapat mengenai tulang atau jaringan lunak. Contoh gejala yang
sering dijumpai pada tumor vertebra ialah adanya nyeri yang menetap. Sifat
nyeri lebih hebat dari pada tumor ganas daripada tumor jinak. Contoh tumor
tulang jinak ialah osteoma osteoid, yang menyebabkan nyeri pinggang terutama
waktu malam hari. Tumor ini biasanya sebesar biji kacang, dapat dijumpai di
pedikel atau lamina vertebra. Hemangioma adalah contoh tumor benigna di
kanalis spinal yang dapat menyebabkan nyeri pinggang. Meningioma adalah
tumor intradural dan ekstramedular yang jinak, namun bila ia tumbuh membesar
dapat mengakibatkan gejala yang besar seperti kelumpuhan.
Penyakit Fibrositis
25
e) Kongenital
Spina Bifida
Bila di daerah lumbosakral terdapat suatu tumor kecil yang ditutupi oleh
kulit yang berbulu, maka hendaknya kita waspada bahwa didaerah itu ada
tersembunyi suatu spina bifida okulta. Pada foto rontgen tampak bahwa
terdapat suatu hiaat pada arkus spinosus di daerah lumbal atau sakral. Karena
adanya defek tersebut maka pada tempat itu tidak terbentuk suatu
ligamentum interspinosum. Keadaan ini akan menimbulkan suatu “lumbo-
sakral sarain” yang oleh si penderita dirasakan sebagai nyeri pinggang. o
Stenosis kanalis vertebralis
Spondylosis lumbal
26
Penyakit sendi degeneratif yang mengenai vertebra lumbal dan discus
intervertebralis, yang menyebabkan nyeri dan kekakuan.
Spondylitis
Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat
mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan
komplikasi pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum,
coxa valgum dan sebagainya. Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan
berdiri dan duduk dalam waktu yang lama juga dapat mengakibatkan
terjadinya. Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan
terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat penumpukan lemak,
kelainan postur tubuh dan kelemahan otot.
PATOFISIOLOGI
Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis paling
berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan faset akan mengakibatkan
penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang menyebabkan
nyeri menyebar sepanjang saraf tersebut.
FAKTOR RESIKO
Faktor risiko terjadinya Low Back Pain adalah sebagai berikut : [6]
1. Usia
2. Jenis Kelamin
4. Pekerjaan.
6. Faktor Risiko Lain Kondisi kesehatan yang buruk, masalah psikologik dan
psikososial, artritis degeneratif, merokok, skoliosis mayor (kurvatura >80o),
obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang berhubungan pekerjaan seperti
duduk dan mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri berjam-jam (posisi
tubuh kerja yang statik), getaran, mengangkat, membawa beban, menarik beban,
membungkuk, memutar, dan kehamilan.
28
DIAGNOSIS
Anamnesis
Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah dengan
radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-bagian di
bawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra, sendi dan ligamen.
Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada dermatom
yang bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang-kadang dapat disertai
hilangnya perasaan atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh
proses desak ruang pada foramen vertebra atau di dalam kanalis vertebralis.
Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang
dapat dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Dapat
disebabkan oleh penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteri iliaka
komunis.
f) Nyeri psikogen
Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan
dermatom dengan reaksi wajah yang sering berlebihan.
29
Gejala LBP yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa gejala
merupakan gejala khas dari suatu LBP yang terjadinya secara mekanis. Herniasi
diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya. Degenerasi diskus dapat
menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2-4 minggu.
Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang biasanya
berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu LBP, namun sebagian besar
episode herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan yang relatif sepele, seperti
membungkuk atau memungut barang yang enteng.
Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada
malam hari bisa merupakan suatu peringatan, karena bisa menunjukkan adanya suatu
kondisi terselubung seperti adanya suatu keganasan ataupun infeksi.
Pemeriksaan Fisik
30
Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri punggung
meliputi evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan neurologi
meliputi evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks. [6]
a) Inspeksi :
Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri dan
menolak untuk duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu herniasi
diskus.
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat
nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta
adanya skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat
disebabkan oleh spasme otot paravertebral.
b) Palpasi :
31
Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (step-off)
pada palpasi di tempat/level yang terkena.
Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron
(UMN). Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang
berupa UMN atau LMN.
c) Pemeriksaaan Motorik
Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk
menemukan abnormalitas motoris.
d) Pemeriksaan Sensorik
Rasa gerak.
e) Refleks
Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan Patella,
respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui lokasi terjadinya
lesi pada saraf spinal.
32
Pemeriksaan Khusus [7]
1. Tes Lasegue:
3. Tes kernig:
33
4. Tes Naffziger:
Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS akan meningkat, akan
menyebabkan tekanan pada radiks bertambah, timbul nyeri radikuler. Positif
pada spondilitis.
5. Tes valsava:
Penderita disuruh mengejan kuat maka tekanan LCS akan meningkat, hasilnya
sama dengan percobaan Naffziger
6. Bragard Test
Ekstremitas bawah tertekuk di bagian pinggul dengan lutut ekstensi dan seluruh
jari kaki dorsofleksi. Peningkatan rasa sakit adalah tanda positif yang
menunjukkan keterlibatan saraf.
7. Sicard Test
Ekstremitas bawah tertekuk di bagian pinggul dengan lutut ekstensi dan ibu jari
kaki dorsofleksi. Peningkatan rasa sakit adalah tanda positif yang menunjukkan
adanya radikulopati.
a) Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah
(LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.
34
LP akan normal pada fase permulaan prolaps diskus, namun belakangan akan
terjadi transudasi dari low molecular weight albumin sehingga terlihat albumin
yang sedikit meninggi sampai dua kali level normal.
c) Pemeriksaan Radiologis :
CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah
ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang
paling terkena. MRI sangat berguna bila:
PENATALAKSANAAN
Nyeri punggung yang paling rendah dapat diobati tanpa operasi. Pengobatan
melibatkan menggunakan analgesik, mengurangi peradangan, memulihkan fungsi
yang tepat dan kekuatan ke belakang, dan mencegah kambuhnya cedera.
Kebanyakan pasien dengan nyeri punggung sembuh tanpa kehilangan fungsional
residual. Pasien harus menghubungi dokter jika tidak ada penurunan nyata dalam
rasa sakit dan peradangan setelah 72 jam perawatan diri. [7]
Bed rest - 1-2 hari paling banyak. Pasien harus melanjutkan kegiatan sesegera
mungkin. Pada malam hari atau selama istirahat, pasien harus berbaring di satu sisi,
dengan bantal di antara lutut (beberapa dokter menyarankan beristirahat di belakang
dan menempatkan bantal di bawah lutut).
Latihan mungkin cara yang paling efektif untuk mempercepat pemulihan dari
sakit punggung rendah dan membantu memperkuat otot punggung dan perut.
Mempertahankan dan membangun kekuatan otot sangat penting untuk orang dengan
penyimpangan tulang. Dokter dan terapis fisik dapat memberikan daftar latihan
lembut yang membantu menjaga otot-otot bergerak dan mempercepat proses
pemulihan. Rutinitas kegiatan punggung yang sehat mungkin termasuk latihan
peregangan, berenang, berjalan, dan terapi gerakan untuk meningkatkan koordinasi
dan mengembangkan postur tubuh yang tepat dan keseimbangan otot. Setiap
ketidaknyamanan ringan terasa pada awal latihan ini harus menghilang sebagai otot
menjadi lebih kuat. Tapi jika rasa sakit adalah lebih dari ringan dan berlangsung
lebih dari 15 menit selama latihan, pasien harus berhenti berolahraga dan hubungi
dokter .
Obat yang sering digunakan untuk mengobati nyeri punggung akut dan
kronis rendah. Nyeri yang efektif mungkin melibatkan kombinasi obat resep dan
obat over-the-counter. Pasien harus selalu memeriksa dengan dokter sebelum
mengambil obat untuk menghilangkan rasa sakit. Obat-obatan tertentu, bahkan
mereka dijual di atas meja, tidak aman selama kehamilan, mungkin bertentangan
36
dengan obat lain, dapat menyebabkan efek samping termasuk mengantuk, atau dapat
menyebabkan kerusakan hati. [7,8]
37
Beberapa antidepresan, antidepresan trisiklik (TCA) terutama seperti
amitriptyline dan desipramine, telah ditunjukkan untuk meredakan nyeri
(independen efeknya pada depresi) dan membantu tidur. Antidepresan
mengubah tingkat kimia otak untuk mengangkat suasana hati dan sinyal nyeri
tumpul. Mekanisme dugaan tindakan yang berkaitan dengan kapasitas TCA
‘untuk memblokir penyerapan serotonergik, yang menghasilkan potensiasi
aktivitas sinaptik noradrenergik di batang otak-dorsal sistem SSP yang
nociceptive-modulasi tanduk.Juga, penelitian pada hewan menunjukkan
bahwa TCA dapat bertindak sebagai anestesi lokal dengan memblokir saluran
natrium di mana debit ektopik dihasilkan. Dua tinjauan sistematis
menemukan bahwa antidepresan mengurangi intensitas nyeri di LBP.
1. Acupuncture
3. Ultrasound
4. Surgery.
38
DAFTAR PUSTAKA
39