WHO memberikan batasan rumah sakit yaitu suatu bagian menyeluruh dari organisasi dan
medis, yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif
maupun rehabilitatif, dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan
lingkungan, selain itu rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk
penelitian biososial.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
2. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
3. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama
pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya.
4. Izin Mendirikan Rumah Sakit, yang selanjutnya disebut Izin Mendirikan adalah
izin yang diberikan oleh pejabat yang berwenang kepada instansi Pemerintah,
Pemerintah Daerah atau badan swasta yang akan mendirikan bangunan atau
mengubah fungsi bangunan yang telah ada untuk menjadi rumah sakit setelah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri ini.
5. Izin Operasional Rumah Sakit, yang selanjutnya disebut Izin Operasional
adalah izin yang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai kelas rumah sakit
kepada penyelenggara/pengelola rumah sakit untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan di rumah sakit setelah memenuhi persyaratan dan standar yang
ditetapkan dalam Peraturan Menteri ini.
6. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
7. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan.
8. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati/Walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
2. Apa saja klasifikasi/ tipe Rumah sakit ? Apa yang dimaksud dengan Rumah sakit Tipe C ?
JENIS RUMAH SAKIT
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah
Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.
Rumah Sakit Umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan
jenis penyakit.
Rumah Sakit Khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu
jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis
penyakit, atau kekhususan lainnya.
Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi menjadi Rumah Sakit publik dan
Rumah Sakit privat.
Rumah Sakit publik dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah
dan Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan
Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan
Pemerintah Daerah tidak dapat dialihkan menjadi Rumah Sakit privat.
Rumah Sakit privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang
berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.
Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit pendidikan setelah memenuhi
persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan.
Rumah Sakit pendidikan ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan
Menteri yang membidangi urusan pendidikan.
Rumah Sakit pendidikan merupakan Rumah Sakit yang menyelenggarakan
pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi
kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan
lainnya. Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit Pendidikan dapat dibentuk Jejaring
Rumah Sakit Pendidikan. Ketentuan lebih lanjut mengenai Rumah Sakit pendidikan
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Sumber : Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
SUMBER : Buku Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Edisi Kedua, oleh Tjandra
Yoga Aditama
Manajemen Rumah Sakit adalah “koordinasi antara berbagai sumber daya melalui proses
perencanaan, pengorganisasian, ada kemampuan pengendalian untuk mencapai tujuan.
Tujuan Manajemen Rumah Sakit seperti berikut ini :
1. Menyiapkan sumber daya.
2. Mengevaluasi efektifitas.
3. Mengatur pemekaian pelayanan.
4. Efisiensi.
5. Kualitas.
2.1.3 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Adapun yang menjadi fungsi rumah sakit adalah
sebagai berikut:
a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit;
b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan;
c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumberdaya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan
d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan
Total Quality Management (TQM) atau disebut pula Pengelolaan Mutu Total merupakan sebuah
konsep yang meliputi usaha meningkatkan mutu secara terus menerus pada semua tingkatan
manajemen dan seluruh struktur yang terdapat dalam organisasi (Harianto, 2005).
(dalam Christoper, 1993), ada empat prinsip utama dalam TQM.
Kepuasan Pelangan
Respek Terhadap Setiap Orang
Manajemen Berdasarkan Fakta
Perbaikan Berkesinambungan
Russel dan Taylor (dalam Fitriani, 2008; 23) mengemukakan prinsip TQM antara lain;
1. Customer-oriented (fokus pada konsumen)
2. Leadership (kepemimpinan)
3. Strategy planning (perencanaan strategi)
4. Employee responsibility (keterlibatan semua orang)
5. Constinuous improvement (perbaikan terus menerus)
6. Cooperation (kerjasama)
7. Statistical methods (penggunaan metode-metode statisti
8. Training and education (pendidikan dan latihan)
Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien dapat diukur dengan:
1.
Jumlah keluhan dari pasien/keluarganya
2.
Surat pembaca di koran
3.
Surat kaleng
4.
Surat masuk di kotak saran, dsb.
Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri dari:
1.
Jumlah dan prosentase kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak RS dengan asal pasien.
2. Jumlah pelayanan dan tindakan medik.
2.1.
Jumlah tindakan pembedahan.
2.2.
Jumlah kunjungan SMF spesialis.
3. Pemanfaatan oleh masyarakat:
3.1.
Contac rate
3.2.
Hospitalization rate
3.3.
Out patient rate.
3.
4. Emergency out patient rate
Untuk mengukur mutu pelayanan sebuah RS, angka‐angka standar tersebut di atas
dibandingkan dengan standar (indikator) nasional. Jika tidak ada angka standar nasional,
penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan hasil pencatatan mutu pada tahun‐tahun
sebelumnya di RS yang sama setelah dikembangkan kesepakatan pihak manajemen/direksi RS
ybs dengan masing SMF dan staf lainnya yang terkait.
Rawat jalan
Mutu : lama waktu tunggu pasien 45-60 menit
Kunjungan rawat jalan target perhitungan 0,08-0,4
Jumlah rasio pasien rawat jalan dengan dokter yang melayani
Jumlah pasien rawat jalan dengan perawat yang melayani
Angka pasien dengan decubitus per bulan disbanding dengan jumlah pasien tirah baring
GDR
Jumlah pasien rujuk / pasien rawat inap x 100%
10. Bagaimana langkah mengatasi penurunan kinerja RS ?
Beberapa Model Evaluasi Eksternal Mutu Pelayanan Kesehatan:
Akreditasi tiap periodik
ISO
Malcolm Baldridge
EFQM (Europian Foundation For Quality Management)
Visitatie
DLL
• BOR rendah
Menurut laporan ini ada banyak RS yang terpaksa tutup karena BOR kurang dari 27%. BOR yang rendah
akan memicu rendahnya pendapatan dan tingginya biaya.
Jika angka admisi ulang mencapai 10% maka RS tersebut dapat digolongkan sebagai RS berkinerja
rendah. Angka admisi ulang yang dimaksud adalah yang terjadi akibat pasien terpaksa kembali ke RS
karena mengalami infeksi atau komplikasi tambahan akibat buruknya mutu pelayanan sebelumnya.
Berita tentang buruknya pelayanan di sebuah RS akan lebih cepat menyebar dan efektif bila berasal dari
mantan pasien, dibandingkan berita baik apalagi yang berasal dari staf RS. Ini akan mepengaruhi
penilaian masyarakat secara umum dan kemudian mempengaruhi keputusan passien dalam memilih RS
mana yang akan dituju untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Secara umum RS yang berkinerja buruk memiliki kombinasi dari ketiga ciri di atas. Selain itu, RS yang
berkinerja buruk biasanya memiliki kapasitas kurang dari 138 TT (daerah perkotaan) atau kurang dari 78
TT (daerah kota kecil dan pedesaan), hasil sensus pasiennya berada pada level rata-rata untuk 50 pasien
(daerah perkotaan) dan 30 pasien (untuk daerah kota kecil dan pedesaan), dan biasanya berlokasi tidak
jauh dari RS lain (5 mil untuk RS di daerah perkotaan dan 25 mil untuk RS yang ada di daerah kota kecil
dan pedesaan) yang memiliki pelayanan lebih baik .
http://manajemenrumahsakit.net/2014/04/karakteristik-rs-berkinerja-buruk/