Anda di halaman 1dari 15

STEP 7

1. Bgaimana pengertian dan batasan Rumah sakit ?


Definisi
Menurut WHO (World Health Organization),rumah sakit adalah bagian integral
dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan
paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit
(preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi
tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang
dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Batasan
Klasifikasi
Berdasarkan jenis pelayanan rumah sakit dapat digolongkan menjadi :
 Rumah Sakit Umum
Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang
bersifat dasar, spesialistik dan subspesialistik. Rumah sakit umum memberi
pelayanan kepada berbagai penderita dengan berbagai jenis penyakit, memberi
pelayanan diagnosis dan terapi untuk berbagai kondisi medik, seperti penyakit dalam,
bedah, pediatrik, psikiatrik, ibu hamil, dan sebagainya.
 Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi primer, memberikan
diagnosis dan pengobatan untuk penderita yang mempunyai kondisi medik khusus,
baik bedah atau non bedah, misal : Rumah Sakit Ginjal, Rumah Sakit Kusta, Rumah
Sakit Jantung, Rumah Sakit Bersalin dan Anak, dan lain-lain.

WHO memberikan batasan rumah sakit yaitu suatu bagian menyeluruh dari organisasi dan
medis, yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif
maupun rehabilitatif, dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan
lingkungan, selain itu rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk
penelitian biososial.

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
2. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
3. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama
pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya.

4. Izin Mendirikan Rumah Sakit, yang selanjutnya disebut Izin Mendirikan adalah
izin yang diberikan oleh pejabat yang berwenang kepada instansi Pemerintah,
Pemerintah Daerah atau badan swasta yang akan mendirikan bangunan atau
mengubah fungsi bangunan yang telah ada untuk menjadi rumah sakit setelah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri ini.
5. Izin Operasional Rumah Sakit, yang selanjutnya disebut Izin Operasional
adalah izin yang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai kelas rumah sakit
kepada penyelenggara/pengelola rumah sakit untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan di rumah sakit setelah memenuhi persyaratan dan standar yang
ditetapkan dalam Peraturan Menteri ini.
6. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
7. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan.
8. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati/Walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

2. Apa saja klasifikasi/ tipe Rumah sakit ? Apa yang dimaksud dengan Rumah sakit Tipe C ?
JENIS RUMAH SAKIT
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah
Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.

 Rumah Sakit Umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan
jenis penyakit.

 Rumah Sakit Khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu
jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis
penyakit, atau kekhususan lainnya.

Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi menjadi Rumah Sakit publik dan
Rumah Sakit privat.

 Rumah Sakit publik dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah
dan Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan
Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan
Pemerintah Daerah tidak dapat dialihkan menjadi Rumah Sakit privat.
 Rumah Sakit privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang
berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.

RUMAH SAKIT PENDIDIKAN

Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit pendidikan setelah memenuhi
persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan.
Rumah Sakit pendidikan ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan
Menteri yang membidangi urusan pendidikan.
Rumah Sakit pendidikan merupakan Rumah Sakit yang menyelenggarakan
pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi
kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan
lainnya. Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit Pendidikan dapat dibentuk Jejaring
Rumah Sakit Pendidikan. Ketentuan lebih lanjut mengenai Rumah Sakit pendidikan
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Sumber : Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit

RUMAH SAKIT PENDIDIKAN

Jenis Rumah Sakit Pendidikan terdiri atas:

1. Rumah Sakit Pendidikan utama;

rumah sakit umum yang digunakan fakultas kedokteran dan/atau fakultas


kedokteran gigi untuk memenuhi seluruh atau sebagian besar kurikulum guna
mencapai kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi; atau
rumah sakit khusus gigi dan mulut yang digunakan fakultas kedokteran gigi untuk
memenuhi seluruh atau sebagian besar kurikulum dalam rangka mencapai
kompetensi di bidang kedokteran gigi.

2. Rumah Sakit Pendidikan afiliasi;

Rumah Sakit Pendidikan afiliasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b


merupakan rumah sakit khusus atau rumah sakit umum dengan unggulan
pelayanan kedokteran dan kesehatan tertentu yang digunakan oleh Institusi
Pendidikan untuk memenuhi kurikulum dalam rangka mencapai kompetensi
spesialis.
Rumah Sakit Pendidikan afiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menjadi Rumah Sakit Pendidikan satelit bagi Institusi Pendidikan.

3. Rumah Sakit Pendidikan satelit.

Rumah Sakit Pendidikan satelit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c


merupakan rumah sakit umum yang digunakan Institusi Pendidikan guna
mencapai kompetensi tenaga kesehatan di bidang kedokteran, kedokteran gigi,
dan/atau kesehatan lain.

SUMBER : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 93 Tahun 2015 Tentang


Rumah Sakit Pendidikan

KLASIFIKASI RUMAH SAKIT

Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi


rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas
dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit.

Klasifikasi Rumah Sakit umum terdiri atas :

1. Rumah Sakit umum kelas A;


2. Rumah Sakit umum kelas B
3. Rumah Sakit umum kelas C;
4. Rumah Sakit umum kelas D.

Klasifikasi Rumah Sakit khusus terdiri atas :

1. Rumah Sakit khusus kelas A;


2. Rumah Sakit khusus kelas B;
3. Rumah Sakit khusus kelas C.
3. Bagaimana struktur organisasi dari berbagai jenis dan kelas Rumah sakit ?
4. Jelaskan definisi dari visi misi dan tujuan rumah sakit ?
Visi rumah sakit merupakan kekuatan memandu rumah sakit untuk
mencapai status masa depan rumah sakit, mengomunikasikan sifat dari
keberadaan rumah sakit, berkenaan dengan maksud, lingkup usaha/kegiatan dan
kepemimpinan kompetitif, memberikan kerangka kerja yang mengatur hubungan
antara rumah sakit dan “stakeholders” utamanya, dan untuk menyatakan tujuan
luas dari kerja rumah sakit (Siregar, 2004).
Misi rumah sakit merupakan suatu pernyataan singkat dan jelas tentang
alasan keberadaan rumah sakit, maksud, atau fungsi yang diinginkan untuk
memenuhi pengharapan dan kepuasan konsumen dan metode utama untuk memenuhi maksud
tersebut (Siregar, 2004).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20297/4/Chapter%20II.pdf

5. Jelaskan definisi manajemen dan manajemen RS serta fungsi dari organisasi!


 Manajemen berasal dari bahasa latin manui, berarti tangan yang pegang kendali
kuda agar sang kuda dapat diarahkan mencapai tujuan yang baik
 Dikutip dari Hellriegel Koontz dan Weirich, 1992: Winardi, 1990 :
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan
mengawasi usaha-usaha dari anggota organisasi dan dari sumber organisasi
lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
 Kelompok pimpinan dalam suatu organisasi dapat dibagi menjadi manajer
puncak, manajer menengah, dan manajer rendah
Manajer puncak bersifat pemikiran strategik dan berperan utama dalam
penentuan kebijakan umum
Manajer tingkat menengah bertugas mengarahkan kegiatan-kegiatan yang
sifatnya taktis dan mengimplementasikan kebijakan organisasi
Manajer tingkat rendah memberikan hampir seluruh perhatiannya pada
berbagai tindakan operasional berdasarkan strategi, taktik, dan kebijaksanaan
teknis yang telah ditetapkan oleh para manajer di lapisan atasnya
 Willan (1990) menyatakan bahwa pelaksanaan manajemen rumah sakit haruslah
“Seperti bebek merenangi kolam”, tampak tenang di permukaan dan tetap aktif di
bergerak di bawah permukaan.

SUMBER : Buku Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Edisi Kedua, oleh Tjandra
Yoga Aditama

Manajemen Rumah Sakit adalah “koordinasi antara berbagai sumber daya melalui proses
perencanaan, pengorganisasian, ada kemampuan pengendalian untuk mencapai tujuan.
Tujuan Manajemen Rumah Sakit seperti berikut ini :
1. Menyiapkan sumber daya.
2. Mengevaluasi efektifitas.
3. Mengatur pemekaian pelayanan.
4. Efisiensi.
5. Kualitas.
2.1.3 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Adapun yang menjadi fungsi rumah sakit adalah
sebagai berikut:
a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit;
b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan;
c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumberdaya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan
d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan
 Total Quality Management (TQM) atau disebut pula Pengelolaan Mutu Total merupakan sebuah
konsep yang meliputi usaha meningkatkan mutu secara terus menerus pada semua tingkatan
manajemen dan seluruh struktur yang terdapat dalam organisasi (Harianto, 2005).
(dalam Christoper, 1993), ada empat prinsip utama dalam TQM.
 Kepuasan Pelangan
 Respek Terhadap Setiap Orang
 Manajemen Berdasarkan Fakta
 Perbaikan Berkesinambungan
Russel dan Taylor (dalam Fitriani, 2008; 23) mengemukakan prinsip TQM antara lain;
 1. Customer-oriented (fokus pada konsumen)
 2. Leadership (kepemimpinan)
 3. Strategy planning (perencanaan strategi)
 4. Employee responsibility (keterlibatan semua orang)
 5. Constinuous improvement (perbaikan terus menerus)
 6. Cooperation (kerjasama)
 7. Statistical methods (penggunaan metode-metode statisti
 8. Training and education (pendidikan dan latihan)

6. Apa saja komponen dan Mekanisme kinerja masing masing manajemen ?

7. Jelaskan mengennai Komponen manajemen pelayanan medis RS, Komponen manajemen


keperawatan RS,dan komponen manajememn penunjang medis !
8. Bagaimana sistem manajamen rumah sakit ?
 Total Quality Management (TQM) atau disebut pula Pengelolaan Mutu Total merupakan sebuah
konsep yang meliputi usaha meningkatkan mutu secara terus menerus pada semua tingkatan
manajemen dan seluruh struktur yang terdapat dalam organisasi (Harianto, 2005).
(dalam Christoper, 1993), ada empat prinsip utama dalam TQM.
 Kepuasan Pelangan
 Respek Terhadap Setiap Orang
 Manajemen Berdasarkan Fakta
 Perbaikan Berkesinambungan
Russel dan Taylor (dalam Fitriani, 2008; 23) mengemukakan prinsip TQM antara lain;
 1. Customer-oriented (fokus pada konsumen)
 2. Leadership (kepemimpinan)
 3. Strategy planning (perencanaan strategi)
 4. Employee responsibility (keterlibatan semua orang)
 5. Constinuous improvement (perbaikan terus menerus)
 6. Cooperation (kerjasama)
 7. Statistical methods (penggunaan metode-metode statisti

9. Apa saja indikator pelayanan rumah sakit ?


Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat
pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber
dari sensus harian rawat inap :
BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
BOR menurut Huffman (1994) adalah the ratio of patient service days to inpatient bed count
days in a period under consideration•. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah
prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR
yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus :
BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam satu
periode)) X 100%
Efektif : 65-85%

AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)


AVLOS menurut Huffman (1994) adalah the average hospitalization stay of inpatient discharged
during the period under consideration•. AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama
rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga
dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu
dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang
ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus :
AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)


TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari
telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus :
TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)


BTO menurut Huffman (1994) adalah …the net effect of changed in occupancy rate and length of
stay•. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu
periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu
tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus :
BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah tempat tidur

NDR (Net Death Rate)


NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap
1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.
Rumus :
NDR = (Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)) X 1000 permil

GDR (Gross Death Rate)


GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita
keluar.Rumus :
GDR = ( Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)) X 1000 permil

Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS:


1.
Unit cost untuk rawat jalan
2.
Jumlah penderita yang mengalami decubitus.
3.
Jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur.
4.
BOR: 70‐85%
5.
BTO (Bed turn over) : 5 ‐ 45 hari atau 40‐50 kali per satu TT/thn
6.
TOI (Turn over interval) :l‐3 hari TT yang kosong.
7.
ALOS (Average length of stay) : 7 ‐ 10 hari.
8.
Normal Tissue Removal Rate : 10%

Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien dapat diukur dengan:
1.
Jumlah keluhan dari pasien/keluarganya
2.
Surat pembaca di koran
3.
Surat kaleng
4.
Surat masuk di kotak saran, dsb.
Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri dari:
1.
Jumlah dan prosentase kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak RS dengan asal pasien.
2. Jumlah pelayanan dan tindakan medik.
2.1.
Jumlah tindakan pembedahan.
2.2.
Jumlah kunjungan SMF spesialis.
3. Pemanfaatan oleh masyarakat:
3.1.
Contac rate
3.2.
Hospitalization rate
3.3.
Out patient rate.
3.
4. Emergency out patient rate
Untuk mengukur mutu pelayanan sebuah RS, angka‐angka standar tersebut di atas
dibandingkan dengan standar (indikator) nasional. Jika tidak ada angka standar nasional,
penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan hasil pencatatan mutu pada tahun‐tahun
sebelumnya di RS yang sama setelah dikembangkan kesepakatan pihak manajemen/direksi RS
ybs dengan masing SMF dan staf lainnya yang terkait.

Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien:


1.Pasien terjatuh dari tempat tidur/kamar mandi
2.Pasien diberi obat salah
3.Tak ada obat/alat emergensi
4.Tak ada oksigen
5.Tak ada alat penyedot lendir
6.Tak tersedia alat pemadam kebakaran
7.Pemakaian obat
8.Pemakaian air, listrik, gas, dsb.

Rawat jalan
Mutu : lama waktu tunggu pasien 45-60 menit
Kunjungan rawat jalan target perhitungan 0,08-0,4
Jumlah rasio pasien rawat jalan dengan dokter yang melayani
Jumlah pasien rawat jalan dengan perawat yang melayani

Angka pasien dengan decubitus per bulan disbanding dengan jumlah pasien tirah baring

Angka infeksi dengan jarum infus ( timbul setelah 3x24 jam)


Anka kejadian penyakit karena transfuse daarah

GDR
Jumlah pasien rujuk / pasien rawat inap x 100%
10. Bagaimana langkah mengatasi penurunan kinerja RS ?
Beberapa Model Evaluasi Eksternal Mutu Pelayanan Kesehatan:
 Akreditasi tiap periodik
 ISO
 Malcolm Baldridge
 EFQM (Europian Foundation For Quality Management)
 Visitatie
 DLL

11. Apa saja Faktor penyebab turunnya BOR RS?

Karakteristik RS Berkinerja Buruk

• BOR rendah

Menurut laporan ini ada banyak RS yang terpaksa tutup karena BOR kurang dari 27%. BOR yang rendah
akan memicu rendahnya pendapatan dan tingginya biaya.

• Angka admisi ulang yang tinggi

Jika angka admisi ulang mencapai 10% maka RS tersebut dapat digolongkan sebagai RS berkinerja
rendah. Angka admisi ulang yang dimaksud adalah yang terjadi akibat pasien terpaksa kembali ke RS
karena mengalami infeksi atau komplikasi tambahan akibat buruknya mutu pelayanan sebelumnya.

• Rendahnya angka kepuasan pasien

Berita tentang buruknya pelayanan di sebuah RS akan lebih cepat menyebar dan efektif bila berasal dari
mantan pasien, dibandingkan berita baik apalagi yang berasal dari staf RS. Ini akan mepengaruhi
penilaian masyarakat secara umum dan kemudian mempengaruhi keputusan passien dalam memilih RS
mana yang akan dituju untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

• Lokasi RS (di perkotaan atau di daerah)

Secara umum RS yang berkinerja buruk memiliki kombinasi dari ketiga ciri di atas. Selain itu, RS yang
berkinerja buruk biasanya memiliki kapasitas kurang dari 138 TT (daerah perkotaan) atau kurang dari 78
TT (daerah kota kecil dan pedesaan), hasil sensus pasiennya berada pada level rata-rata untuk 50 pasien
(daerah perkotaan) dan 30 pasien (untuk daerah kota kecil dan pedesaan), dan biasanya berlokasi tidak
jauh dari RS lain (5 mil untuk RS di daerah perkotaan dan 25 mil untuk RS yang ada di daerah kota kecil
dan pedesaan) yang memiliki pelayanan lebih baik .

http://manajemenrumahsakit.net/2014/04/karakteristik-rs-berkinerja-buruk/

Anda mungkin juga menyukai