Anda di halaman 1dari 14

Pendahuluan

Etika dapat didefinisikan secara luas sebagai seperangkat prinsip-prinsip moral atau
nilai-nilai. Etika juga merupakan hal yang penting dalam kehidupan agar kehidupan berjalan
dengan tertib.
Sebagai seorang akuntan yang profesional, harus menyadari adanya tanggung jawab
kepada publik, kepada klien, dan kepada sesama rekan praktisi, termasuk perilaku yang
terhormat. Alasan penerapan etika bagi para profesional adalah kebutuhan akan kepercayaan
publik dalam kualitas pelayanan yang diberikan oleh para profesional tersebut. Bagi profesi
akuntan publik, merupakan hal yang penting bahwa klien dan pihak-pihak eksternal
pengguna laporan keuangan untuk memiliki kepercayaan dalam kualitas audit dan jasa
lainnya yang diberikan oleh akuntan publik tersebut.
Tanggung jawab auditor secara umum adalah mendeteksi kesalahan penyajian yang
sifatnya material dalam laporan keuangan. Ketika aufitor juga melpaorkan efektivitas
pengendalian internal terhadapa pelaporan keuangan, maka auditor juga bertanggung jawab
untuk mengidentifikasi kelemahan yang signifikan dalam pengendalian internal terhadap
laporan keuangan.

Kode Etik & Tanggung Jawab Auditor:


Tanggung Jawab atas Kecurangan & Hukum

Kode Etik Auditor


Kode etik AICPA menyediakan baik standar umum perilaku yang ideal maupun peraturan
perilaku khusus yang harus diberlakukan. Kode perilaku profesional ini terdiri dari empat
bagian:

1. Prinsip
 Standar perilaku etis yang ideal yang dinyatakan dalam istilah filosofi.
(Ini tidak dapat diberlakukan)
2. Peraturan perilaku.
 Standar minimum dari perilaku etis yang dinyatakan sebagai peraturan spesifik.
(Ini dapat diberlakukan)
3. Interpretasi peraturan perilaku
 Interpretasi atas peraturan perilaku oleh Divisi Etika Profesional dai AICPA.
(Ini tidak dapat diberlakukan, tetapi para praktisi harus memberikan alasan jika
terjadi penyimpangan)
4. Kaidah etika
 Penjelasan yang diterbitkan dan jawaban atas pertanyaan tentang peraturan
perilaku yang diserahkan kepada AICPA oleh para praktisi dan pihak lain yang
berkepentingan dengan persyaratan etis.
(Ini tidak dapat diberlakukan, tetapi para praktisi harus memberikan alasan jika
terjadi penyimpangan)

1
Prinsip-Prinsip Perilaku Profesional
Bagian kode etik AICPA yang membahas prinsip-prinsip perilaku profesional
mencakup diskusi umum tentang karakteristik sebagai akuntan publik. Bagian prinsip ini
terdiri dari dua bagian utama, yaitu enam prinsip etis dan diskusi tentang prinsip-prinsip
tersebut.
Enam prinsip-prinsip etis tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tanggung jawab
Dalam mengemban tanggung jawabnya sebagai profesional, para anggota harus
melaksanakan pertimbangan profesional dan moral yang sensitif dalam semua
aktivitas mereka.
2. Kepentingan publik
Para anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak sedemikian rupa agar dapat
melayani kepentingan publik, menghargai kepercayaan publik, serta menunjukkan
komitmen pada profesionalisme.
3. Integritas
Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik, para anggota harus
melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan tingkat integritas
tertinggi.
4. Objektivitas dan independensi
Anggota harus mempertahankan objektivitas dan bebas dari konflik kepentingan
dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya. Anggota yang berpraktik bagi
publik harus independen baik dalam fakta maupun dalam penampilan ketika
menyediakan jasa audit dan jasa atestasi lainnya.
5. Keseksamaan
Anggota harus memperhatikan standar teknis dan etis profesi, terus berusaha keras
meningkatkan kompetensi dan mutu jasa yang diberikannya, serta melaksanakan
tanggung jawab profesional sesuai dengan kemampuan terbaiknya.
6. Ruang lingkup dan sifat jasa
Anggota yang berpraktik bagi publik harus memperhatikan prinsip-prinsip kode
perilaku profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan
disediakannya.

Kelima prinsip pertama diterapkan secara merata ke seluruh anggota AICPS, tanpa
memedulikan apakah mereka bekerja bagi kantor akuntan publik, bekerja sebagai akuntan
dalam perusahaan atau pemerintahan, terlibat dalam aspek bisnis lainya atau terlibat dalam
dunia pendidikan.
Peraturan Perilaku
Bagian dari kode ini mencakup peraturan khusus yang harus dipatuhi oleh setiap
akuntan publik dalam praktik akuntansi publik. Karena bagian tentang peraturan perilaku ini
merupakan satu-satunya bagian kode etik yang dapat diberlakukan, maka peraturan perilaku
ini dinyatakan dalam ungkapan yang lebih spesifik daripada ungkapan yang tercantum dalam
bagian prinsip. Karena sifatnya yang dapat diberlakukan, banyak praktisi yang merujuk
peraturan ini sebagai Kode Perilaku Profesional AICPA.

2
Interpretasi Peraturan Perilaku
Kebutuhan akan interpretasi peraturan perilaku yang dipublikasikan timbul ketika
terdapat beragam pertanyaan dari para praktisi tentang peraturan yang spesifik. Komite
Eksekutif Etika Profesional AICPA menyiapkan setiap interpretasi berdasarkan konsensus
komite yang terdiri dari para praktisi akuntan publik. Sebelum disahkan, interpretasi itu
dikirimkan kepada sejumlah besar orang-orang penting dalam profesi untuk diminta
masukannya. Interpretasi ini secara formal tidak dapat diberlakukan, tetapi penyimpangan
dari interpretasi itu akan sulit dan bahkan mustahil untuk dijustifikasi oleh seorang praktisi
dalam dengan pendapat disipliner.

Kaidah Etika
Kaidah (ruling) adalah penjelasan oleh komite eksekutif dari divisi etika profesional
tentang situasi faktual khusus (specific factual circumstances). Sejumlah besar kaidah etika
dipublikasikan dalam versi yang diperluas dari Kode Perilaku Profesional AICPA.

Aplikabilitas Peraturan Perilaku


Setiap peraturan diterapkan pada jasa atestasi, dan kecuali dinyatakan sebaliknya, juga
diterapkan ke semua jenis jasa yang disediakan oleh kantor akuntan publik. AICPA
mensyaratkan independensi hanya untuk penugasan atestasi.

Independensi
Nilai auditing sangat bergantung pada persepsi publik atas independensi auditor.
Alasan bahwa banyak pemakai ingin mengandalkan laporan akuntan publik adalah
ekspektasonya atas sudut pandang yang tidak bias. Kode perilaku profesional AICPA dan
Kode Etik bagi perilakuprofesional IESBA mendefinisikan indpendensi terdiri dari:

 Independensi dalam berpikir, yaitu mencerminkan pikiran auditor yang


memungkinkan audit dilaksanakan dengan sikap yang tidak bias independensi dalam
berpikir mencerminkan persyaratan lama bahwa anggota harus independen dalam
fakta.
 Independensi dalam penampilam, yaiut hasil dariinterpretasi lain atas indpendensi ini.
Bila auditor independen dalam fakta tetapi pemakai yakin bahwa mereka menjadi
penasehat untuk kline sebagin besar dari fungsi audit telah hilang

Tanggung Jawab Manajemen


Tanggung wajab manajemen adalah untuk mengadopsi kebijakan akuntansi yang
baik, menyelenggarakan pengendalian internal yang memadai dan menyajikan laporan
keuangan yangwajar yang berada di pundakmanajemen, bukan pundak auditor. Karena
menjalankan bisnis sehari-hari, manajemen perusahaan mempunyai pengetahuan yang
lebihmendalam tentang transaksi perusahaan serta aktiva, kewajiban dan ekuitas terkait
ketimbang audiotr. Sebaliknya, pengetahuan auditor akan masalah ini serta pengendalian

3
internalnya hanya terbatas pada pengetahuan yang diperolehnya selama audit. Manajemen
puncak harus menjamin bahwa kebijakan mutu:

1. Sesuai dengan tujuan organisasi


2. Mencakup komitmen untuk memenuhi persyaratan dan secara berkelanjutan
meningkatkan keefektifan sistem manajemen mutu
3. Menyediakan kerangka kerja untukmenetapkan dan meninjau sasaran mutu
4. Dikomunikasikan dan di mengerti dalam organisasi
5. Ditinjau untuk kesesuaian dari kelanjutannya

Tanggung jawab untuk mengadopsi kebijakan akuntansi yang baik,


menyelenggarakan pengendalian internal yang memadai, menyajikan laporan keuangan yang
wajar berada di pundak manajemen, bukan di pundak auditor. Tanggung jawab manajemen
atas kewajaran penyajian (asersi) laporan keuangan berkaitan dengan privilage untuk
menentukan penyajian dan pengungkapan apa yang dianggap perlu.

Tanggung Jawab Auditor


Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna
memperoleh kepastian yang layak tentang apakah laporan keuangan telah bebas dari salah
saji yang material, apakah itu disebabkan oleh kecurangan maupun kekeliruan. Karena sifat
bukti audit dan karakteristik kecurangan audior dapat memperoleh kepastian yang laya, tetapi
tidak absolut, auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakn dan melaksanakan audit
guna memperoleh kepastian yanglayak bahwa salah saji, apakah yang disebabkan kekeliruan
ataupun kecurngan, yangtidakmaterial bagilaporan keuangan dapat dideteksi.
Auditor juga bertanggung jawab:

(1) Tanggung jawab auditor dalam mendeteksi berbagai kekeliruan yang material
(2) Tanggung jawaba auditor dalam mendeteksi berbagai kecurangan yang material,
kecurangan yang berasal dari kecurangan pelaporan keuangan dan penggelapan
aktivitas
(3) Tanggung jawab audior untuk menemukan tindakan yang ilegal:
 Tindakan ilegal yang berpengaruh langsung
 Tindakan ilegal yang tidak berengaruh langsung
 Pengumpulan bukti jika tidak terdapat alasan untuk mempercayai munculnya
berbagai tindakan ilegal yang tidak berpengaruh langsung
 Pengumpulan bukti serta berbagai tindakan lainnya jika terdapat alasan untuk
mempercayai kemungkinan munculnya berbagai tindakan ilegal yang bersifat
langsung maupun tidak langsung
 Berbagai tindakan yang dilakukan ketika auditor mengetahui keberadaan
tindakan ilegal

Auditor bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan temuan kecurangan kepada


manajemen dan mungkin juga kepada pihak lain. Tanggung jawab kunci auditor dalam
mengkomunikasikan temuan kecurangan adalah:

4
(1) Setiap kecurangan yang melibatkan manajemen, harus di laporkan langsung oleh
auditor kepada komite audit atau dewan direksi
(2) Secara etis dan legal, pada umumnya auditor tidak dapat mengungkapn
kecurangan yang terjadi diluar entitas
(3) Mendeteksi dan melaporkan tindakan yang melanggar hukum

Dua karakteristik tindakan yang melanggar hukum yang mempengaruhi tanggung jawab
auditor untuk mendeteksi adalah:

(1) Penentuan apakah suatu tindakan di katakan melanggar hukum atau tidak,
bergantung pada pertimbangan hukum tang pada umumnya di luar kompetensi
profesional auditor.
(2) Tindakan melanggar hukum dalam kaitan dengan laporan keuangan sangat
beragam. Namun beberapa ketentuan yang berkenaan denga kesehatan dan
keselamatan kerja serta perlindungan lingkungan hanya memiliki pengaruh tidak
langsung pada laporan keuangan.

Tanggung jawab auditor adalah menyatakan pendapat tentang atas kewajaran penyajian suatu
laporan keuangan. apabila suatu tindakan melanggar hukum, auditor harus mendesak
manajemen malakukan revisi atas laporan keuangan, apabila revisi atas laporan keuangan
tersebut ternyata kurang tepat, auditor bertanggung jawab menginformasikannya kepada para
pengguna laporan keuangan melalui suatu pendapat wajar dengan pengecualian atau
pendapat tidak wajar bahwa laporan keuangan tidak sesuai dengan GAAP.

Tujuan auditor yang dinyatakan di dalam Standar Auditing AICPA adalah

a. untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan telah bebas
dari salah saji yang material, sehingga memungkinkan auditor untuk menyatakan
pendapat tentang apakah laporan keuangan itu disajikan secara wajar, dalam semua
hal yang material sesuai dengan kerangka kerja pelaporan keuangan yang berlaku; dan
b. untuk melaporkan tentang laporan keuangan dan berkomunikasi seperti yang
disyaratkan oleh standar auditing sesuai dengan temuan auditor.

Pernyataan di atas terkait dengan standar-standar tentang tanggung jawab auditor


untuk mendeteksi salah saji yang material mencakup beberapa hal sebagai berikut

Salah Saji Material Versus Tidak Material


Salah saji umumnya dianggap material jika gabungan dan kecurangan yang belum
dikoreksi dalam laporan keuangan kemungkinan akan mengubah atau mempengaruhi
keputusan orang-orang yang menggunakan laporan keuangan tersebut. Untuk salah saji tidak
material, diperlukan biaya yang sangat besar (dan mungkin mustahil) bagi auditor untuk
bertanggung jawab dalam menentukan semua kesalahan dan kecurangan yang sifatnya tidak
material.

Kepastian yang Layak

5
Standar auditing (SAS 104) menyatakan bahwa kepastian yang layak adalah tingkat
kepastian yang tinggi tetapi tidak absolut, bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji
yang material. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa auditor bukanlah pemberi garansi atau
penjamin atas kebenaran laporan keuangan. Jadi, audit yang dilaksanakan sesuai dengan
standar auditing dapat saja gagal mendeteksi salah saji yang material.
Auditor beratnggung jawab atas kepastian yang layak tetapi tidak absolut karena
beberapa alasan:

1. Sebagian besar bukti audit diperoleh dari pengujian sampel populasi. Penggunaan
metode sampel memiliki sejumlah risiko tidak terungkapnya salah saji material.
2. Penyajian akuntansi berisi estimasi yang kompleks, dimana melibatkan ketidakpastian
dan dapat dipengaruhi oleh kejadian di masa mendatang.
3. Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan sering kali sangat sulit,
bahkan tidak mungkin untuk didetekdi oleh auditor.

Hal terbaik yang dapat dilakukan auditor apabila salah saji yang material tidak terungkap
adalah melaksanakan audit sesuai dengan standar auditing.

Kekeliruan versus Kecurangan


SAS 99 (SA 316) membedakan dua jenis salah saji yaitu, kekeliruan (error) dan
kecurangan (fraud). Keduanya dapat bersifat material atau tidak material. Kekeliruan
merupakan salah saji dalam aporan keuangan yang tidak disengaja, sedangkan kecurangan
adalah salah saji yang disengaja. Kecurangan dapat dibedakan menjadi misappropration of
assets (kecurangan oleh karyawan) dan fraudulent financial reporting (kecurangan oleh
manajemen).

Skeptisme Profesional
Audit harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sikap skeptisme profesional agar
dapat memberikan kepastian yang layak untuk mendeteksi baik kekeliruan maupun
kecurangan yang material dalam laporan keuangan. Skeptisme profesional terdiri dari dua
komponen utama, yaitu:

1. Questioning mindset bearati auditor menangani audit dengan pandangan mental


“percaya tapi verifikasi’
2. Penilain kritis

Riset akademis terkini tentang skeptisme profesional menunjukkan enam karakteristik


skeptisme, yaitu:

1. Questioning mindset
2. Suspension of judgement (penundaan keputusan)
3. Pencarian pengetahuan
4. Pemahaman interpersonal
5. Otonomi
6. Self-esteem

6
Enam unsur di atas dapat membantu auditor selama proses penugasan dalam
memenuhi tanggung jawabnya untuk mempertahankan tingkat skeptisme profesional yang
sesuai. Mengajukan pertanyaan yang tepat dan menggali lebih dalam dengan pertanyaan
tindak lanjut sampai auditor merasa puas dengan responsnya, semabri tetap waspada terhadap
eprilaku yang tidak biasa dari para responden ketika menjawab pertanyaan, dapat membuat
perbedaan antara mendeteksi dan gagal mendeteksi salah saji yang material dalam laporan
keuangan.

Tanggung Jawab Auditor untuk Mendeteksi Kekeliruan yang Material


Auditor menghabiskan porsi waktu terbesarnya untuk melakukan perencanaan dan
menjalankan audit untuk mendeteksi kesalahan yang tidak disengaja yang dilakukan oleh
manajemen dan karyawan. Auditor menemukan berbagai kesalahan atau kekeliruan yang
berasal dari hal-hal seperti kesalahan kalkulasi serta pengikhtisarkan dan deskripsi yang tidak
benar.

Tanggung Jawab Auditor untuk Mendeteksi Kecurangan yang Material


Standar auditing tidak membedakan antara tanggung jawab auditor untuk mencari
kekeliruan dan kecurangan. Dalam kedua kasus, auditor harus memperoleh kepastian yang
layak tentang apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material. Standar juga
mengakui bahwa kecurangan sering kali lebih sulit dideteksi karena manajemen atau
karyawan yang melakukan kecurangan akan berusaha menyembunyikan kecurangan itu.
Namun, kesulitan mendeteksi kecurangan ini tidak mengubah tanggung jawab auditor untuk
merencanakan dan melaksanakan audit secara layak guna mendeteksi salah saji yang
material.

Kecurangan yang Berasal dari Pelaporan Keuangan yang Curang versus Misapropriasi
Aset
Pelaporan keuangan yang curang dan misapropriasi aset berpotensi merugikan para
pemakai laporan keuangan. Tetapi ada perbedaan di antara keduanya pelaporan keuangan
yang curang akan merugikan para pemakai karena menyediakan informasi laporan keuangan
yang tidak benara untuk membuat keputusan. Sedangkan misapropriasi aset, para pemegang
saham, kreditor, serta pihak lainnya akan dirugikan karena aset tersebut tidak lagi menjadi
pemiliknya yang sah.
Biasanya, kecurangan ini dilakukan oleh manajemen, terkadang tanpa sepengetahuan
karyawan. Sedangkan, peyalahgunaan aset biasanya dilakukan oleh karyawan dan nilainya
sering kali tidak material. Namun, terkadang juga dilakukan oleh karyawan dan manajemen.
Terdapat perbedaan penting antara penggelapan aset dan salah saji yang muncul dari
penggelapan aset.

1. Aset diambil dan penggelapan ditutupi dengan cara menyalahsajikan aset


2. Aset diambil dan penggelapan ditutupi dengan mengurangsajikan pendapatan atau
melebihsajikan beban
3. Aset diambil, namun penyalahgunaan dapat dideteksi.

7
Tanggung Jawab Auditor untuk Mempertimbangkan UU dan Regulasi
Dalam memperoleh keyakiann yang layak bahwa laporan keuangan telah bebas dari
salah saji yang material, auditor mempertimbangkan kerangka kerja hukum dan peraturan
yang berlaku terkait dengan klien. Salah satu kesulitan yang dihadapi oleh auditor adalah
menentukan bagaimana UU dan regulasi itu mempengaruhi jumlah dan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Jika dampak dari ketidakpatuhan itu tidak lagi mempengaruhi laporan
keuangn, semakin kecil kemungkinan auditor untuk menyadari atau mengetahui
ketidakpatuhan ketika mengaudit laporan keuangan. Tanggung jawab auditor mengenai
ketidakpatuhan terhadap UU dan regulasi (sering disebut tindakan ilegal – illegal act)
tergantung pada apakah UU atau regulasi itu diharapkan memiliki pengaruh langsung
terhadap jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.

UU dan Regulasi yang Memiliki Pengaruh Langsung terhadap Laporan Keuangan


Provisi dari UU dan regulasi tertentu seperti UU dan regulasi pajak serta pensiun,
umumnya diakui memiliki pengaaruh langsung terhadap jumlah dan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Auditor juga harus memperoleh bukti yang cukup dan tepat tentang
jumlah yang material serta pengungkapan yang secara langsung dipengaruhi oleh UU dan
regulasi tersebut.

UU dan Regulasi yang Tidak Memiliki Pengaruh Langsung terhadap Laporan


Keuangan
Provisi dari banyak UU dan regulasi tidak mungkin memiliki pengaruh langsung
terhadap laporan keuangan. Namun, ketaatan terhadap UU dan regulasi tersebut sangatlah
mendasar bagi operasi bisnis serta diperlukan untuk menghindari penalti yang material.

Pelaporan Ketidakpatuhan yang Teridentifikasi atau Diduga


Jika ketidakpatuhan memiliki pengaruh yang material dan belum tercermin secara mamadai
dalam laporan keuangan, auditor harus menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau
tidak wajar terhadap laporan keuangan. Jika auditor dilarang oleh manajemen atau pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola untuk memperoleh bukti yang cukup dan tepat demi
mengevaluasi apakah ketidakpatuhan yang mungkin bersifat material terhadap laporan
keuangan telah terjadi atau mungkin akan terjadi, auditor harus menyatakan pendapat atas
laporan keuangan berdasarkan pembatasan ruang lingkup.

Pembahasan Kasus
Kasus 4-1: Enron Co & Andersen, LLP, Analyzing the Fall of Two Giants

1. Risiko bisnis apa yang dihadapi oleh Enron, dan bagaimana risiko tersebut
meningkatkan kemungkinan salah saji material dari laporan keuangan Enron?
Jawab:
Ketidakstabilan harga dan risiko mata uang asing adalah risiko bisnis yang dihadapi
oleh Enron. Risiko tersebut biasanya juga dihadapi oleh perusahaan energi lainnya.
Tetapi model bisnis yang dilakukan Enron telah membawa mereka pada banyak risiko

8
bisnis tambahan yang meningkatkan tekanan pada manager perusahaan untuk
bersikap agresif dan curang. Enron menghadapi berbagai risiko seperti risiko suku
bunga dan risiko nilai tukar valuta asing dengan menghadirkan lindung nilai keuangan
kepada palanggan. Sebagian besar transaksi bisnis dilakukan melalui internet yang
mengekspos perusahaan terhadap risiko teknologi dan Enron telah melakukan bisnis
dengan negara yang memiliki peraturan yang berbeda-beda seperti Eropa, India, dll.
Enron benar-benar bergantung terhadap harga saham dan perusahaan telah berjanji
akan membayar kembali jika harga saham turun di bawah level tertentu. Hal ini
meningkatkan tekanan pada Enron dan laporan keuangan yang buruk dapat
menimbulkan keraguan pada mitra lain dalam memenuhi janji mengenai
pengembalian harga saham. Itulah risiko-risiko yang meningkatkan kemungkinan
salah saji material dalam laporan keuangan Enron.

2. (a) Apa tanggung jawab dari dewan direksi perusahaan?


(b) Dapatkah dewan direksi Enron (khususnya komite audit) mencegah jatuhnya
Enron?
(c) Haruskah mereka mengetahui tentang risiko dan kurangnya independensi dengan
SPE Enron? Apa yang harus mereka lakukan?
Jawab:
(a) Beberapa tanggung jawab utama dewan direksi
 Merekrut, mengawasi, mempertahankan, mengevaluasi dan
memberikan kompensasi kepada CEO atau general manajer.
 Memberikan arahan untuk organisasi.
 Menetapkan peraturan terhadap sistem pemerintahan
 Melindungi aset organisasi dan investasi investor di perusahaan
 Memonitor dan mengontrol. Dewan direksi bertanggung jawab atas
proses audit dan memperkerjakan auditor
(b) Tidak mungkin untuk mengatakan apakah dewan direksi Enron atau komite
audit dapat mencegah jatuhnya Enron, namun dewan direksi dapat
memperbaikinya dengan mengubah tata kelola perusahaan.
(c) Dewan direksi seharusnya sudah mengerti mengenai risiko dan
ketidakindependenan dari SPE karena transaksi tersebut cukup material
terhadap laporan keuangan sehingga seharusnya hal ini sudah dirapatkan dan
disetujui oleh dewan direksi. Yang seharusnya dilakukan oleh dewan direksi
adalah meminta manajemen untuk memaparkan secara transparan laporan
keuangannya kepada publik, tanpa melakukan off-balance sheet financing
melalui SPE.
3. Simpulkan bagaimana Enron menyembunyikan utang usaha yang besar menggunakan
SPE!
Jawab:
Enron berhasil menyembunyikan utang dengan jumlah yang besar dari laporan
perusahaan menggunakan SPE. SPE memberikan cara yang sah dan legal bagi
perusahaan untuk menjual aset yang dapat mempengaruhi keuntungan dari entitas

9
penjualan. SPE memungkinkan perusahaan yang menjual menghapus aset dan utang
yang berhubungan dari catatan mereka yang menyebabkan praktik ini kontroversial.
Praktek ini membiarkan perusahaan menghindari laporan keuangan konsolidasi,
penghapusan aset dan pencatatan utang mereka dalam laporan yang menyebabkan
runtuhnya Enron.

4. Apa isu indipendensi auditor seputar penyediaan layanan audit eksternal, audit
internal, dan layanan konsultasi manajemen untuk klien yang sama? Kenapa auditor
diperkenankan melakukan jasa tersebut kepada klien yang sama? Kenapa auditor
tidak diperkenankan melakukan jasa non-audit pada klien auditnya?
Jawab:
Isu independensi auditor yang melakukan audit eksternal, audit internal, dan jasa
konsultasi manajemen pada klien yang sama adalah auditor tersebut memiliki potensi
untuk mengembangkan opini yang bias. Semua jasa tersebut akan menuju ke satu
tujuan dan kepentingan yang sama. Hal tersebut akan menimbulkan risiko pelaporan
keuangan yang tidak tepat, potensi untuk menutupi informasi dan kemungkinan salah
saji.
Auditor tidak diperkenankan memberikan jasa audit eksternal, audit internal dan
konsultasi manajemen pada klien yang sama. Auditor tidak bisa menjadi independen
ketika melakukan jasa audit dan konsultasi pada klien yang sama karena akan ada
kesempatan untuk melakukan kecurangan seperti kasus Enron dimana auditor
memiliki kontrol atas internal dan eksternal audit. Hubungan antara manajemen dan
auditor juga dapat menyebabkan manajemen memaksa auditor dengan menawarkan
insentif untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kebijakan dan peraturan.
Auditor tidak diperkenankan untuk memberikan layanan non-audit kepada klien audit
karena akan terdapat risiko penutupan dan salah saji. Selain itu auditor juga dapat
mendorong manajemen untuk membuat keputusan yang terutama berhubungan
dengan layanan audit.

5. Jelaskan kenapa standar akuntansi “rules-based” berbeda dari standar “principle-


based”. Bagaimana mungkin mengubah standar akuntansi secara fundamental dari
“bright-line rules” menjadi standar principle-based mencegah kegagalan lain seperti
Enron dimasa yang akan datang? Ada beberapa pendapat bahwa kecenderungan
penerapan standar akuntansi internasional merupakan langkah menuju standar
“principle-based”. Apakah ada bahaya dalam menghapus “bright-line rules”?
Kesulitan apa yang mungkin terkait dengan perubahan itu?
Jawab:
Rules-based accounting standards standards pada dasarnya merupakan daftar yang
memuat peraturan-peraturan secara detail yang harus diikuti ketika mempersiapkan
laporan keuangan. Rules-based accounting standards memiliki standar yang lebih
panjang dan lebih kompleks dan menuntun pada kriteria yang berubah-ubah untuk
perlakuan akuntansi yang memperbolehkan perusahaan untuk membentuk transaksi
untuk mengelak dari pelaporan yang tidak menguntungkan. Principles-based
accounting standards menyediakan dasar konseptual yang harus diikuti oleh para

10
akuntan sebagai ganti dari daftar peraturan yang detail. Principles-based accounting
standards dimulai dengan menetapkan tujuan kunci pelaporan dan kemudian
menyediakan panduan untuk menjelaskan tujuan dan menghubungkannya dengan
beberapa contoh. Ketika aturan tidak dapat dihindari, tujuannya tidak mencoba untuk
menyediakan panduan atau aturan spesifik untuk setiap situasi yang mungkin. Jika
terjadi keraguan, pembaca akan dituntun kembali ke prinsip-prinsip yang ada.
Principles-based accounting standards lebih umum dan lebih luas dibandingkan
rules-based accounting standards.
Principles-based accounting standards dapat mencegah terjadinya kasus seperti
Enron di kemudian hari karena principles-based accounting standards dapat
menyediakan laporan akuntansi yang merefleksikan kinerja aktual perusahaan dengan
lebih akurat dan mengurangi peraturan-peraturan yang bersifat manipulasi.
Bahaya dari menghilangkan bright line rules adalah tidak adanya ketentuan secara
detail mengenai pertimbangan profesional dalam mempertimbangkan perlakuan
akuntansi yang terbaik sehingga akan menimbulkan pertimbangan yang berbeda-beda.
Kesulitan yang dialami atas perubahan itu adalah priciples-based accounting
standards hanya merupakan panduan umum sehingga dapat menghasilkan informasi
yang tidak andal dan tidak konsisten yang dapat menyulitkan apabila membandingkan
antara satu perusahaan dengan perusahaan lain.

6. Enron dan Andersen mengalami konsekuensi yang berat karena kurangnya integritas
dan rusaknya reputasi mereka. Bahkan beberapa orang percaya bahwa jatuhnya Enron
terjadi karena bentuk “run on the bank”. Ada beberapa pendapat bahwa Andersen
mengalami “run on the bank” yang serupa karena banyak top klien memutuskan
hubungan dengan perusahaan tersebut setelah keruntuhan Enron. Apakah analogi “run
on the bank” berlaku untuk kedua perusahaan?
Jawab:
Analogi “run on the bank” berlaku untuk kedua perusahaan dipicu oleh hilangnya
kepercayaan dan kredibilitas dari pihak investor. Enron mungkin dapat menghindari
kebangkrutan jika pelanggan bersedia kembali untuk melanjutkan penggunaan jasa
perusahaan nya. Ketika Enron kehilangan kredibilitasnya pelanggan tidak lagi
bersedia untuk melakukan bisnis dengan perusahaan. Dalam kasus Andersen,
perusahaan juga kemungkinan dapat selamat jika dampak Enron dapat diisolasi dan
membangun citra baru. Andersen adalah perusahaan multi-nasional dan hilangnya
ukuran satu klien Enron sebenarnya tidak signifikan dalam pembuktian
kebangkrutannya. Sayangnya, klien di seluruh dunia kehilangan kepercayaan dan
akhirnya kredibilitas Andersen hilang. Akibatnya, banyak klien di hampir semua
banyak kantor Andersen kemudian dipecat perusahaan sebagai bagian dari efek
domino hilangnya kredibilitas Anderson.

7. Kurangnya integritas yang dirasakan menyebabkan kerusakan yang tidak dapat


diperbaiki pada Andersen dan Enron. Bagaimana cara menerapkan prinsip-prinsip
yang dipelajari pada kasus ini? Berikan contoh bagaimana keterlibatan aktivitas tidak
etis atau illegal, atau bahkan munculnya keterlibatan semacam itu dapat

11
mempengaruhi karir anda secara buruk. Apa konsekuensi yang mungkin ketika orang
lain mempertanyakan integritas anda? Apa yang anda lakukan untuk mempertahankan
reputasi anda sepanjang karir anda?
Jawab:
Integritas merupakan konsep yang menunjuk pada konsistensi antara tindakan dengan
nilai dan prinsip. Dalam etika, integritas diartikan sebagai kejujuran dan kebenaran
dari tindakan seseorang. Integritas merupakan fondasi penting dalam hubungan klien
dan karyawan. Integritas setara dengan menempatkan kepercayaan seseorang bahwa
ia akan melakukan sendiri dengan standar etika dan moral yang tinggi. Mempelajari
kecurangan yang terjadi pada Andersen dan Enron adalah contoh yang baik untuk
melakukan evaluasi diri dengan menetapkan standar yang tinggi dan tidak terlibat
dalam kegiatan di luar pekerjaan yang akan menyebabkan seseorang mempertanyakan
integritas kita.
Contoh keterlibatan dalam kegiatan yang tidak etis atau ilegal yang dapat
mempengaruhi karir adalah keterlibatan seorang karyawan dalam pemalsuan maupun
tindakan kejahatan diluar pekerjaan yang dapat diekspose publik. Dalam bidang audit,
Integritas berkaitan dengan profesi auditor yang dapat dipercaya karena menjunjung
tinggi kebenaran dan kejujuran. Integritas tidak hanya berupa kejujuran tetapi juga
sifat dapat dipercaya, bertindak adil dan berdasarkan keadaan yang sebenarnya. Hal
ini ditunjukkan oleh auditor dengan memunculkan keunggulan personal ketika
memberikan layanan profesional kepada instansi tempat auditor bekerja dan kepada
auditannya. Misalnya, auditor seringkali menghadapi situasi di mana terdapat
berbagai alternative penyajian informasi yang dapat menciptakan gambaran keuangan
atau kinerja yang berbeda-beda. Dengan berbagai tekanan yang ada untuk
memanipulasi fakta-fakta, auditor yang berintegritas mampu bertahan dari berbagai
tekanan tersebut sehingga fakta-fakta tersaji seobyektif mungkin. Auditor perlu
mendokumentasikan setiap pertimbangan-pertimbangan yang diambil dalam situasi
penuh tekanan tersebut.

8. Kenapa partner audit kesusahan dalam membuat keputusan akuntansi yang sulit yang
mungkin bertentangan dengan posisi klien mereka? Perubahan apa yang harus
dilakukan profesi untuk menghilangkan hambatan ini?
Jawab:
Seperti halnya dengan sebagian besar perusahaan layanan yang menawarkan jasa lain,
kantor akuntan publik memiliki kepentingan vital dalam menyenangkan klien mereka
dengan memberikan nilai dan layanan pelanggan penuh. Auditor seringkali
dihadapkan pada situasi adanya dilema yang menyebabkan dan memungkinkan
akuntan tidak dapat independen. Auditor diminta untuk tetap independen dari klien,
tetapi pada saat yang sama kebutuhan mereka tergantung kepada klien
karena fee yang diterimanya, sehingga seringkali Auditor berada dalam situasi
dilematis. Hal ini akan berlanjut jika hasil temuan auditor tidak sesuai dengan harapan
klien, sehingga menimbulkan konflik audit. Konflik audit ini akan berkembang
menjadi sebuah dilema etika ketika auditor diharuskan membuat keputusan yang
bertentangan dengan independensi dan integritasnya dengan imbalan ekonomis yang

12
mungkin terjadi atau tekanan di sisi lainnya. Auditor secara social juga bertanggung
jawab kepada masyarakat dan profesinya daripada mengutamakan kepentingan dan
pertimbangan pragmatis pribadi atau kepentingan ekonomis semata. Situasi seperti hal
tersebut di atas sangat sering dihadapi oleh auditor. Auditor seringkali dihadapkan
kepada situasi dilema etika dalam pengambilan keputusannya. Yang perlu dilakukan
dalam mengatasi hambatan tersebut adalah dengan mengambil keputusan etis.
Keputusan etis (ethical decision) di definisi sebai sebuah keputusan yang baik secara
legal maupun moral dapat diterima oleh masyarakat luas. Kemampuan dalam
mengidentifikasi dan melakukan perilaku etis atau tidak etis adalah hal yang
mendasar dalam profesi akuntan. Auditor juga tidak terlepas dari masalah bagaimana
membuat keputusan etis. Auditor sebagai karyawan mempunyai tanggung jawab
kepada organisasi di mana dia bekerja, tetapi sebagai seorang akuntan profesional dia
harus bertanggunjawab kepada profesinya, kepada masyarakat dan dirinya sendiri
untuk berkelakuan etis yang baik.
Perubahan yang sebaiknya dibuat profesi untuk mengurangi rintangan ini adalah
auditor sebaiknya memberikan pemahaman kepada klien mengenai tugas auditor yang
bukan hanya sekedar mencari kesalahan pihak manajemen tetapi juga untuk
menjadikan perusahaan klien labih baik di kemudian hari.

9. Apa yang telah dilakukan, dan apa lagi yang harus diyakini untuk memulihkan
kepercayaan publik terhadap auditing dan sistem pelaporan keuangan negara?
Jawab:
Pemberlakuan Sarbanes-Oxley Act of 2002 adalah upaya perubahan besar untuk
memulihkan kepercayaan publik di kedua profesi akuntansi dan pelaporan keuangan
yang dilakukan oleh perusahaan. Mengingat masalah dalam kasus Andersen dan
Enron di mana kedua telah melakukan kesalahan fatal dalam manajemen audit
internal dilakukan oleh perusahan yang sama pada manajemen audit eksternal serta
pada akhirnya terjadi kecurangan yang merugikan stake holder. Hal ini berakibat
rendahnya kepercayaan masyarakat kepada KAP, untuk merubah ini maka perlu ada
aturan yang ketat dalam penunjukan perusahaan penyedia jasa Akuntansi. Dalam
kasus Enron dan Andersen ini dapat menjadi pembelajaran di mana perilaku tidak etis
akan menyebabkan salah saji laporan keuangan yang menyesatkan investor dan
merugikan banyak stakeholder lainnya.

Pembahasan Artikel
Pengaruh Gender, Pemahaman Kode Etik Profesi Akuntan terhadap Auditor
Judgement
Oleh : Ery Wibowo, SE, M.Si, Akt
Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Semarang
Media Akuntansi UNIMUS Vol.1.No.1, September 2010

13
Kode etik menjadi wajib untuk dipatuhi karena kode etik adalah kebutuhan profesi
tentang kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa yang diserahkan oleh profesi. Jika
masyarakat pemakai jasa tidak memiliki kepercayaan terhadap profesi akuntansi maka
layanan profesi akuntansi kepada klien dan masyarakat pada umumnya menjadi tidak efektif
(Mulyadi, 2002). Oleh karena itu kode etik ini diterapkan dalam pelaksanaan audit termasuk
dalam membuat auditor judgment. Dalam membuat pertimbangan seseorang auditor harus
memperhatikan kode etik yang berlaku karena reaksi yang berbeda memperlihatkan
perbedaan pemahaman atau persepsi terhadap kode etik antara auditor satu dengan auditor
yang lain. Perbedaan pemahaman terhadap kode etik berpengaruh terhadap auditor judgment
audit pada saat pelaksanaan audit.
Menurut jurnal ini, dalam kerangka deontologis, suatu perbuatan akan baik atau etis
jika dilakukan karena kewajiban, bukan karena konsekuensi yang dihasilkan oleh perbuatan
(Bertens, 2000). Dengan demikian seorang auditor yang bertindak baik atau etis dalam
melaksanakan tugasnya adalah auditor yang memenuhi kewajibannya, yaitu patuh terhadap
kode etik akuntan yang akan meningkatkan kemampuan menilai ada tidaknya permasalahan
etika pada lingkungan pekerjaannya, serta membuat pertimbangan-pertimbangan di dalam
mengambil tindakan yang dapat dibenarkan secara etika. Dengan patuh terhadap kode etik
akuntan, seorang auditor diharapkan dapat bertindak secara profesional. Salah satu satu
tindakan yang profesional adalah tindakan yang dapat dibenarkan secara etika.

Karakteristik Auditor, Risiko Audit, dan Tanggung Jawab dalam Mendeteksi


Kecurangan
Oleh: Andenna Pentaza Swastyami
Universitas Katolik Soegijapranata
Jurnal Akuntansi Bisnis, Vol. XV No. 29 September 2016

Menurut jurnal ini tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan tidak terkait
dengan kesadaran auditor dalam menaati kode etik profesi sebab lebih kepada tanggung jawab
secara moral dari dalam diri auditor. Jadi seorang auditor dalam mendeteksi kecurangan dalam
sebuah laporan keuangan lebih dipengaruhi oleh pertanggungjawaban moral yang ada di dalam
diri masing-masing auditor. Sesuai dengan SPAP (2013) bahwa auditor memiliki tanggung jawab
moral untuk dapat menyelesaikan pekerjannya dimana dalam menjalankan pekerjaannya sebagai
auditor harus bertindak sebagai seorang profesional yang memiliki tanggung jawab moral yang
baik dan mengedepankan kepentingan publik. Sedangkan kode etik hanyalah sekedar aturan yang
diterapkan untuk ditaati saja.

14

Anda mungkin juga menyukai