Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

(STUDI KASUS DI BAZNAS PROVINSI JAWA BARAT)

MAKALAH

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Laporan
Keuangan Lembaga Keuangan Syariah dengan dosen pengampu :
Dr. Nurdin, S.E., M.Si.

Disusun Oleh :

Irfan Faisal Hadi Nim : 20010117001

PROGRAM MAGISTER EKONOMI SYARIAH


PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2018 / 1439 H
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
atas berkat rahmat, hidayah, dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah Analisis Laporan Keuangan di Badan Amil Zakat Nasional (Studi Kasus
di Baznas Provinsi Jawa Barat). Shalawat beserta salam semoga senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, serta para
pengikutnya hingga yaumil akhir..
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis sehingga tugas ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang bersifat membangun selalu penulis harapkan dari
berbagai pihak demi peningkatan kualitas diri penulis pada karya-karya
selanjutnya.
Semoga makalah ini menjadi khazanah keilmuan khususnya bagi kita
semua, juga menjadi asbab hidayah ke seluruh alam dan semoga kita senantiasa
diberikan keistiqamahan di dalam beribadah dan diberikan hidayah supaya kita
bisa melaksanakan kegiatan berekonomi dengan syariah. Amin ya Rabbal alamin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Maret 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………… I


Daftar Isi ……………………………………………………………………. ii
BAB I Pendahuluan ………………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………................... 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………… 3
1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………………….. 3
BAB II Pembahasan ………………………………………………………... 3
2.1 Laporan Pengelolaan Dana Zakat …........................................... 4
2.2 Analisis Laporan Pengelolaan Dana Zakat …...……….………. 8
BAB III Simpulan ………………………………………………………... 10
Daftar Pustaka ……………………………………………………….……... 11
Lampiran
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Zakat adalah instrument ibadah yang memiliki sisi social ekonomi yang
kuat. Dalam QS. 2: 276 dan QS. 30: 39, salah satu fungsi zakat adalah sebagai
antitesa dari sistem perekonomian ribawi. Artinya, upaya memerangi sistem riba
tidak akan berjalan dengan baik apabila institusi zakat tidak adapat dioptimalkan.
Secara ekonomi, potensi zakat di negara-negara Islam menurut studi
Monzer Kahf (1989) adalah berkisar diantara 1,8-4,34 persen dari total PDB
masing-masing. Jika dikalkulasikan saat ini, dengan total PDB yang ada, maka
potensi zakat dunia Islam mencapai angkat tidak kurang dari USD 600 miliar
setiap tahunnya, atau sekitar Rp. 7.200 triliun dengan asumsi kurs USD 1 = Rp 12
ribu.
Dalam konteks Indonesia, studi BAZNAS dan FEM (Fakultas Ekonomi
dan Manajemen) IPB yang dilakukan Firdaus, Beik, Juanda dan Irawan (2012)
menunjukkan bahwa potensi zakat nasional mencapai angka Rp. 217 triliun, atau
setara dengan 3,4 persen PDB Indonesia tahun 2010. Jika tren ini tetap, maka
setiap perekonomian kita tumbuh, maka angka potensi zakat ini akan lebih besar
dari Rp. 217 triliun.1
Diskusi dan penelitian mengenai peran zakat terhadap pengentasan
kemiskinan sudah banyak dilakukan, terutama di negara-negara muslim
mayoritas. Secara umum, berbagai pene.litian menenukan adanya pengaruh
implementasi zakat terhadap penurunan tingkat kemiskinan pada tingkat mikro,
yaitu dampak terhadap penerima zakat. Namun, sebagian besar penelitian
mengenai pengaruh zakat ada pada level mikro karena adanya keterbatasan data

1
Irfan Syauki Beik. Laily Dwi Asyianti, Ekonomi Pembangunan Syariah, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2016), h. 182
dan kontribusi pembayaran zakat yang masih relative kecil dibandingkan dengan
perekonomian nasional.
Kecilnya kontribusi zakat terhadap perekonomian suatu negara disebabkan
oleh belum terintegrasinya pengelolaan zakat dengan kebijakan ekonomi secara
nasional suatu Negara ataupun pengelolaan zakat yang belum memenuhi prinsip
tata kelola yang baik.2
Oleh karena itu, masyarakat dan pemerintah harus bersinergi melakukan
sosialisasi dan mendayagunakan zakat, untuk suatu tujuan, yakni terwujudnya
kesejahteraan masyarakat yang merata dan berkeadilan. Hal tersebut dapat
dilakukan melalui lembaga zakat pemerintah, yaitu Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) dan lembaga bentukan masyarakat, yaitu Lembaga Amil zakat
(LAZ).3
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Zakat, pada Bab IX pasal 71 (1) BAZNAS kabupaten/kota wajib
menyampaikan laporan pelaksanaan Pengelolaan Zakat, infak, sedekah, dan dana
sosial keagamaan lainnya kepada BAZNASprovinsi dan bupati/walikota setiap 6
(enam) bulan dan akhir tahun. (2) BAZNAS provinsi wajib menyampaikan
laporan atas pelaksanaan Pengelolaan Zakat, infak, sedekah, dan dana sosial
keagamaan lainnya kepada BAZNAS dan gubernur setiap 6 (enam) bulan dan
akhir tahun; Pasa172 (1) BAZNAS wajib menyampaikan laporan pelaksanaan
Pengelolaan Zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada
Menteri setiap 6 (enam) bulan dan akhir tahun. (2) Selain laporan akhir tahun
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) BAZNASjuga wajib menyampaikan laporan
pelaksanaan tugasnya secara tertulis kepada Presiden melalui Menteri dan Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia paling sedikit 1 (satu) k.ali dalam l (satu)
tahun.4

2
DEKS Bank Indonesia - P3EI-FE-UII, Pengelolaan Zakat yang Efektif: Konsep dan Praktik di
Beberapa Negara, (Jakarta: DEKS Bank Indonesia, 2016), h. 1
3
Rahmani Timorita Yulianti, Good Corporate Governance di Lembaga Zakat, (Yogyakarta,
Kaukaba Dipantara, 2016), h. 1
4
http://pusat.baznas.go.id/wp-content/perpu/
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana laporan pengelolaan dana zakat
2. Bagaimana analisis laporan pengelolaan dana zakat

1.3 Tujuan Penulisan


1. Memahami Laporan pengelolaan dana zakat
2. Memahami Analisis pelaporan dana zakat
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Laporan Pengelolaan Dana Zakat


Suatu laporan keuangan bermanfaat apabila informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, andal dan dapat
diperbandingkan. Akan tetapi, perlu disadari pula bahwa laporan keuangan tidak
menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan.5
UU tentang pengelolaan zakat menetapkan bahwa Baznas merupakan
lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional. Di
samping itu, masyarakat dapat membentuk lembaga amil zakat (Laz). Dengan
demikian, dapat kita pahami bahwa amil zakat bukan per seorangan melainkan
badan atau lembaga, yakni Baznas atau Laz. Baznas dan Laz lah sebagai pelaku
utama yang mendapat amanah mewujudkan tujuan pengelolaan zakat.
Baznas dan Laz menyelenggarakan fungsi perencanaan, pengendalian,
pelaporan, dan pertanggungjawaban atas pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan atas zakat sesuai posisi masing-masing.6
Tujuan pelaporan dan akuntansi zakat ukan sekadar untuk memberikan
laporan kepada muzaki, namun lebih komprehensif, yaitu7:
1. Menyediakan informasi untuk mebantu mengevaluasi pemenuhan tanggung
jawab amil zakat terhadap amanah dari penarikan/pengumpulan dana serta
pemeliharaan dan pendistribusiannya.
2. Menyediakan informasi kepatuhan amil zakat terhadap prinsip syariah, serta
informasi penerimaan dana yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, bila
ada.
3. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi
dan kegiatan usahanya.

5
Sofyan S Harahap. Wiroso. Muhammad Yusup, Akuntansi Perbankan Syariah, (Jakarta, LPFE
Usakti, 2003), h. 22
6
Didin Hafidhuddin dkk, Fiqh Zakat Indonesia, (Jakarta, Baznas Pusat, 2015), h. 215
7
Deks-Bank Indonesia – P3EI-FE UII, op.cit. h. 155
4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja.
5. Melindungi asset organisasi.
Pengguna laporan keuangan memiliki kepentingan bersama dalam rangka
beberapa tujuan, yaitu untuk menilai:
1. Jasa yang diberikan oleh amil zakat dan kemampuannya untuk terus
memberikan jasa tersebut;
2. Cara manajemen amil zakat melaksanakan tanggung jawabnya dan aspek
lain dari kinerja mereka.
Laporan ini bukan hanya regulator yang memerlukan namun juga diperlukan pula
oleh pihak lain, seperti lembaga mitra investasi, dan masyarakat.
Hal-hal minimal yang perlu disajikan dalam laporan keuangan, antara lain,
meliputi informasi mengenai:
1. Jumlah dan sifat aset, liabilitas dan saldo dana amil.
2. Pengaruh transaksi, peristiwa, dan situasi lainnya yang mengubah nilai dan
sifat ekuitas dana.
3. Jumlah dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam satu
periode dan hubungan antara keduanya.
4. Cara amil zakat mendapatkan dan membelanjakan kas serta factor lainnya
yang berpengaruh pada likuiditasnya.
5. Kepatuhan amil zakat terhadap ketentuan syariah serta informasi
penerimaan yang tidak sesuai dengan ketentuan syariah bila ada dan
bagaimana penerimaan tersebut diperoleh serta penyalurannya.
6. Usaha peningkatankesejahteraan dan menyelesaikan permasalahan
mustahik.
Menurut standar akuntasi keuangan tentang zakat di Indonesia, yaitu PSAK 109,
amil zakat juga harus mengungkapkan hal-hal terkait dengan transaksi zakat,
tetapi tidak terbatas pada beberapa aspek berikut:
1. Kebijakan penyaliran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran,
dan penerima;
2. Kebijakan penyaluran zakat untuk amil dan mustahik non-amil, seperti
persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan;
3. Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat
berupa aset non kas;
4. Rincian jumlah penyaluran dan zakat yang mecakup jumlah beban
pengelolaan dan jumlah dama yang diterima langsung masing-masing
mustahik;
5. Hubungan istimewa antara amil dan mustahik yang meliputi: jumlah dan
jenis aset yang disalurkan serta persentase dari asset yang disalurkan
tersebut terhadap total penyaluran selama periode.
Kelima jenis informasi di atas dapat disajikan secara rutin dan teraudit dalam
beberapa laporan keuangan, yaitu:
1. Neraca
Neraca memberikan gambaran posisi keuangan pada waktu tertentu, yaitu
kekayaan dan kewajiban lembaga amil zakat. Kekayaan amil zakat
merupakan asset yang sudah menjadi hak amil atau pengelolaan, sedangkan
pasiva mencerminkan dana atupun kewajiban amil terhadap pihak lain,
seperti hak mustahik yang belum terbayarkan ataupun kewajiban lainnya
seperti utang.
2. Laporan perubahan dana
Laporan ini menunjukkan laporan perubahan dana zakat, dana
infak/sedekah, dana amil, dan dana non halal.
3. Laporan perubahan aset kelolaan
Laporan ini menunjukkan perubahan aset kelolaan, mulai dari aset lancar,
aset tidak lancar dan akumulasi penyusutan, penambahan dan pengurangan,
saldo awal dan saldo akhir.
4. Laporan arus kas
Memuat informasi untuk para pengguna laporan keuangan, menghasilkan
kas dan setara kas dan kebutuhan amil zakat untuk menggunakan arus kas
tersebut. Laporan arus kas mencakup keseluruhan arus kas dalam akivitas
operasi, investasi dan pendanaan dalam satu periode. Format dari laporan
arus kas dapat mengikuti format laporan keuangan perusahaan lain pada
umumnya;
5. Catatan atas laporan keuangan
Catatan ini menyajikan catatan atas laporan keuangan untuk menyediakan
informasi lebih detail mengenai amil, kebijakan akuntansi amil, penjelasan
pos-pos penting dan sebagainya. Format dari catatan atas laporan keuangan
arus dapat mengikuti format laporan perusahaan lain pada umumnya.

Akuntabilitas adalah suatu prinsip pertanggungjawaban yang meliputi


kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ lembaga
sehingga pengelolaan lembaga terlaksana secara efektif. Prinsip ini menuntut LPZ
mengelola zakat secara benar, terukur, dan sesuai kepentingan lembaga dengan
tetap memperhitungkan kepentingan pengurus dan muzaki.
Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai
kinerja yang berkesinambungan, sehingga LPZ dapat mempertahankan
kepercayaan muzaki dan masyarakat. Untuk dapat menerapkan prinsip
akuntabilitas diperlukan pemahaman yang utuh terhadap prinsip akuntabilitas
tersebut. Pada umumnya pemahaman mengenai prinsip accountability disebabkan
oleh pengetahuan yang diperoleh dari penerapan indikator-indikator akuntabilitas
berikut:
1. Penyiapan laporan keuangan secara cepat dan tepat
2. Komite audit dan manejemen resiko
3. Koordinasi program kerja
4. Monitoring program kerja/kegiatan
5. Evaluasi program kerja/kegiatan
Oleh karena itu, LPZ dapat dinilai akuntabel jika melaksanakan koordinasi
program kerja, monitoring program kerja, evaluasi program kerja, penyiapan
laporan keuangan secara cepat dan tepat, membentuk komite audit dan
manajemen risiko. Melalui penerapan kegiatan-kegiatan tersebut, merupakan
sarana yang cukup memadai untuk menanamkan pemahaman prinsip
accountability.8

8
Rahmani Timorita Yulianti, op.cit, h. 74
2.2 Analisis Laporan Keuangan Pengelolaan Dana Zakat
2.2.1 Laporan Posisi Keuangan
Pada laporan posisi keuangan Baznas Provinsi Jawa Barat pada tahun 2016
(lampiran 1), menunjukkan bahwa aset lancar pada kas dan setara kas Rp.
14.999.662.172 dan yang dimiliki secara tunai Rp. 165.330.900 dan di posisi
bank Rp. 14.834.331.272.
Pada piutang yang dimiliki oleh Baznas Jabar sebesar Rp. 62.352.500
terakumalasikan dari piutang qardhul hasan amil sebesar Rp. 11.752.500 dan cash
bon Rp. 600.000 dan piutang lainnya 50.000.000. Sumber dana piutang ini bukan
berasal dari penerimaan dana zakat tetapi dari dana infaq dan shadaqah.
Uang muka Rp. 1.199.705100 akumulasi dari uang muka program dan non
program.
Uang muka kegiatan adalah dana yang dikeluarkan untuk kegiatan baik program
maupun non program, yang penggunaan dananya tidak langsung bisa
dipetanggungjawabkan pada hari yang sama. Uang muka akan direlaksifikasi ke
beban atau aset pada saat dipertanggungjawabkan. Sehingga jumlah asset lancar
Rp. 16.261.719.772
Aset tidak lancar Rp. 542.651.734 yang berasal dari asset tetap dan aset kelolaan,
aset ini merupakan asset tetap yang dimiliki Baznas dengan umur ekonomis 3
tahun, dan asset kelolaan yang dimiliki Baznas Jabar tetapi dikelola oleh pihak
lain. Sehingga jumlah total asset senilai Rp. 16.804.371.506.
Liabilitas dan saldo dana pada tahun 2016 Rp. 65.271.861 yang
terakumlasi dari dana non halal, dana titipan, dan Pph 21 amilin. Sedangkan saldo
dana Rp. 16.739.099.646 yang terakumlasikan dari dana zakat, dana infaq sedekah
dan adan amil. Sehingga jumlah liabilitas dan saldo dana Rp. 16.804.371.506
2.2.2 Laporan Perubahan Dana
Perubahan dana yang tercatat di Baznas Jabar pada tahun 2016 (lampiran
2) Rp. 16.910.273.708 yang diterima dari zakat profesi, zakat maal, zakat fitrah
dan bagi hasil bank atas dana zakat. Sedangkan jumlah penyaluran yang dilakukan
Baznas Jabar Rp. 13.626.320.620 utuk penyaluran zakat fakir miskin, fisabillah,
gharimin, mualaf dan ibnu sabil, sehingga surplus bersih periode tersebut pada
dana zakat Rp. 3.283.953.088. Dan dana zakat awal yang merupakan dana zakat
akhir tahun 2015 Rp. 11.129.565.647 sehingga saldo akhir Rp. 14.413.518.736.
Laporan perubahan dana infak/ sedekah terbagi menjadi yang terikat
dimana dana ini diperuntukan program yang terikat yang telah diprogaramkan
oleh institusi dan sesuai keinganan para munfiq sesuai program yang ada.
Penerimaan dari program yang terikat Rp. 136.790.500 dan program tidak terikat
sebesar Rp. 1.074.383.892 dengan akumalasi Rp. 1.184.174.392. Jumlah
penyaluran Rp. 805.991.805 hasil dari penyaluran program terukat dan program
tidak terikat, sehingga surplus dana infak/ sedekah Rp. 378.182.587 dan saldo
dana infak/ sedekah pada awal periode Rp. 295.976.386. Sehingga total dana
infak/ sedekah akhir periode Rp. 674.158.972 (lampiran 3).
Laporan perubahan dana amil yang bersumber dari dana zakat sebesar
12,5% dan dari dana infak/ sedekah sebesar 20%. Jumlah penerimaan dana amil
Rp. 2.687.037.254 dan penggunan dana amil Rp. 3.483.304.321 sehingga deficit
Rp. 796.267.067 dan saldo dana amil awal periode Rp. 2.447.689.005 Sehingga
pada akhir periode 2016 saldo dana amil sebesar Rp. 1.651.421.938. (Lampiran 4)
2.2.3 Laporan Perubahan Aset Kelola
Laporan perubahan aset kelola pada akhir periode tahun 2016 sebesar Rp
246.337.251 yang diperoleh dari kendaraan Rp. 300.900.000 yang mengalami
penyusutan Rp. 60.180.000 dan peralatan Rp. 11.24.34.500 yang mengalami
penyusutan Rp. 5.617.249 (lampiran 5).
2.2.4 Laporan Arus Kas
Pada laporan arus kas Baznas Jabar tahun 2016 (lampiran 6) bahwa jumlah
arus kas dari aktivasi operasi sebesar Rp. 14.999.662.172 yang diperoleh dari kas
dan setara Rp. 10.150.634.487 (kas bersih Rp. 10.286.486.552 minus perolehan
aset tetap Rp. 135.852.065) plus dari saldo kas dan setara kas pada awal periode
sebesar Rp. 4.849.027.686.
BAB III

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dari aporan keuangan Badan/ Lembaga


Pengelola Zakat akan ditemukan dan dilihat dari:
1. Laporan neraca
2. Laporan perubahan dana
3. Lporan asset kelolaan
4. Laporan arus kas dan
5. Catatan atas laporan keuangan.
Berdasarkan penyajian dan analisis pada pembahasan di atas terhadap
laporan keuangan di Badan Amil Zakat Nasional Provinsi Jawa Barat ditemukan
perlakuan akuntansi zakat infak dan sedekah di Baznas Jabar baik penghimpunan
dan penyalurannya telah menerapkan dan sesuai dengan PSAK 109 sesuai UU
No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat.
DAFTAR PUSTAKA

Deks Bank Indonesia – P3EI-UII, Pengelolaan Zakat yang Efektif: Konsep dan
Praktik di Beberapa Negara, Deks Bank Indonesia, Jakarta, 2016

Didin Hafidhuddin dkk, Fiqh Zakat Indonesia, Baznas Pusat, Jakarta, 2015

Irfan Syauqi Beik. Laily Dwi Asyianti, Ekonomi Pembangunan Syariah, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2016

Rahmani Timorita Yulianti, Good Corporate Governance di Lembaga Zakat,


Kaukaba Dipantara, Yogyakarta, 2016

Sofyan S Harahap dkk, Akuntansi Perbankan Syariah, LPFE-Usakti, Jakarta.


2003

http://pusat.baznas.go.id/wp-content/perpu/
Lampiran

1. Laporan neraca
2. Laporan perubahan dana
3. Lporan asset kelolaan
4. Laporan arus kas dan
5. Catatan atas laporan keuangan.
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
(Kelompok)

Bismillahirrahmanirrahiim

Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa


karya ilmiah yang berjudul :

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BADAN AMIL ZAKAT


NASIONAL (STUDI KASUS DI BAZNAS PROVINSI JAWA BARAT)

1. Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa karya


tulis tersebut diatas adalah benar ditulis oleh kami
dengan referensi yang dinyatakan dalam daftar
pustaka.
2. Menyatakan bahwa tulisan tersebut bukan merupakan
hasil plagiat dengan cara apapun yang tidak
dibenarkan.
3. Menyatakan bersedia diberikan nilai E bila ternyata
dikemudian hari karya ilmiah tersebut ternyata hasil
plagiat.

Bandung, 10 Maret 2018

Kami yang menyatakan:

1. Irfan Faisal Hadi 20010117001

Anda mungkin juga menyukai