Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SEJARAH SENI RUPA INDONESIA

MASA KOLONIAL

Disusun oleh :

 Rosandy 201646500619
 Wildan Muttaqin 201646500620
 Saja 201646500531
 Mohammad Dhimas Pratama 201646500567
 Muhammad Ali Ibrahim 201646500593
 Akhi Fuad Hasim 201646500651
 Mawar Ahmalia Fauziah 201646500541
 Ayub Arnold 201646500591
 Reza Pahlevi 201646500628

Desain Komunikasi Visual


FBs

Universitas Indraprasta PGRI


Jakarta 2016
BAB I
Pendahuluan
A. Pengertian Sejarah Seni Rupa Indonesia
Ilmu sejarah ialah pengetahuan atau uraian tentang peristiwa yang pernah terjadi pada
masa lampau dalam kurun waktu tertentu. Peristiwa atau kejadian sejarah tersebut
diperlihatkan atau dapat diamati lewat bukti-bukti tertulis maupun melalui artifak. Ilmu sejarah
adalah ilmu yang menceritakan kisah-kisah peninggalan di masa lampau, tentang manusia dan
tentang peninggalan manusia. Dari peninggalan berupa benda-benda itulah perkembangan
peradaban manusia dapat diketahui. Karena itu, sejarah suatu bangsa dapat diketahui melalui
bukti-bukti atau benda-benda peninggalannya.

Menyimak perkataan “Sejarah Seni Rupa Indonesia” itu sendiri, maka kata-kata itu
dapat mengandung dua cakupan pengertian. Pertama, yang berarti seni rupa di Indonesia dalam
rentang waktu mulai dari masa prasejarah sampai sekarang (meliputi seni regional) yang
dilahirkan oleh kelompok-kelompok masyarakat Indonesia dalam berbagai tingkat dan
golongan - berlanjut sampai kepada perkembangan mutakhir di abad ke-21. Pengertian ini
sangat longgar, karena cakupannya sangat luas, yakni meliputi semua kreasi yang mengandung
unsur estetis (mulai dari gambar/lukisan, patung, bangunan, ornamen, dan semua benda-benda
kriya/kerajinan tangan) dalam segala bentuk dan tingkat keterkaitannya dengan kehidupan
sosial, budaya, ekonomi, politik, dan religi. .

B. Rumusan Masalah
1. Biografi Raden Saleh
2. Hasil Karya Lukisan Raden Saleh
3. Makna Lukisan Raden Saleh
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah Raden Saleh pada masa kolonial
2. Untuk memahami karya lukisan Raden Saleh pada masa kolonial
3. Untuk dapat menjelaskan makna lukisan Raden Saleh pada masa kolonial
BAB II
A. Biografi Raden Saleh
Raden Saleh Sjarif Boestaman adalah pelopor seni lukis modern Hindia Belanda
(Indonesia). Pada masa hidupnya, karya lukisannya merupakan perpaduan Romantisisme yang
pada saat itu sedang populer di Eropa. Raden Saleh lahir pada tahun 1807. Ia dilahrikan dalam
sebuah keluarga Jawa ningrat. Ayahnya bernama Sayyid Hoesen bin Alwi bin Awal bin Jahja,
seorang keturunan Arab sedangkan ibunya bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen. Saat berusia
10 tahun, Raden Saleh dirawat oleh pamannya yang pada saat itu menjabat sebagai Bupati di
Semarang. Bakatnya dalam menggambar mulai menonjol saat bersekolah di Volks-School. Ia
dikenal ramah dan mudah bergaul sehingga memudahkannya untuk menyesuaikan diri dalam
lingkungan orang Belanda dan lembaha-lembaga Elite Hindia Belanda. Seorang kenalannya
yang bernama Prof. Caspar Reinwardt, yang merupakan pendiri Kebun Raya Bogor sekaligus
Direktur Pertanian, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan untuk Jawa dan pulau sekitarnya,
menilainya bahwa ia pantas untuk mendapatkan ikatan dinas di departemennya.

Dalam instansi tersebut ada seorang pelukis keturunan Belgia, A.A.J Payen yang
didatangkan dari Belanda untuk membuat sebuah lukisan pemandangan di Pulau Jawa untuk
hiasan kantor Departemen van Kolonieen di Belanda. Melihat bakat yang dimiliki oleh Raden
Saleh, Payen tertarik untuk memberikan bimbingan kepadanya. Didalam kalangan ahli seni
lukis di Belanda, Payen tidak terlalu menonjol. Namun bimbingannya sangat membantu Raden
Saleh dalam mendalami seni lukis Barat. Payen juga pernah mengajak Raden dalam perjalanan
dina keliling Jawa untuk mencari model pemandangan untuk lukisan. Dalam perjalannya
tersebut, Payen memberikan tugas kepada Raden untuk melukis tipe-tipe orang Indonesia di
daerah yang pernah ia singgahi. Payen kagum dengan bakat yang dimiliki oleh Saleh. Ia
mengusulkan agar Saleh bisa belajar ke Belanda. Usulannya tersebut didukung oleh Gubernur
Jenderal G.A.G.Ph. van der Capellen yang memerintah pada jangka waktu tahun 1819-1826.
Pada tahun 1829, bersamaan dengan patahnya perlawanan Pangeran Diponegoro oleh Jenderal
Hendrik Merkus d Kock, Capellen membiayai Raden untuk belajar ke Belanda.
Keberangkatan Raden Saleh ke Belanda tidak hanya untuk belajar seni lukis, namun
juga mempunyai misi lain yang tertulis dalam sebuah surat. Dalam surat tersebut seorang
pejabat tinggi Belanda untuk Departemen van Kolonieen tertulis, selama perjalanan ke Belanda
Raden Saleh bertugas mengajari Inspektur Keuangan Belanda de Linge tentang adat istiadat
dan kebiasaan orang Jawa, Bahasa Jawa, dan Bahasa Melayu. Dua tahun pertamanya di
Belanda digunakan oleh Raden Saleh untuk belajar bahasa Belanda. Ia dibimbing oleh Cornelis
Kruseman dan Andries Schelfhout. Karya-karya mereka memenuhi selera dan mutu rasa seni
orang Belanda saat itu. Dalam seni lukis potret ia belajar dari Cronelis Kruseman sedangkan ia
belajar tema pemandangan dari Andries Schelfhout. Raden Saleh semakin yakin untuk
menjadikan seni lukis sebagai jalur hidupnya. Ia mulai dikenal dan mempunyai kesempatan
untuk mengikuti pameran di Den Haag dan Amsterdam. Saat melihat karya lukisan Raden,
masyarakat Belanda tidak menyangka bahwa seorang pelukis dari Hindia Belanda dapat
menguasai teknik seni lukis Barat. Setelah masa belajarnya di Belanda rampung, Saleh
mengajukan permohonan agar dapat tinggal lebih lama untuk belajar wis, land, meet en
wektuigkunde (ilmu pasti, ukur tanah, dan pesawat). Perundingan yang dilakukan oleh Menteri
Jajahan, Raja Williem dengan pemerintah Hindia Belanda menghasilkan bahwa Raden boleh
menangguhkan kepulangannya ke Indonesia, namun beasiswa yang diberikan oleh pemerintah
Belanda dihentikan.
Raden Saleh mendapat dukungan dari pemerintah Belanda yang pada saat itu dalam
masa pemerintahan Raja Williem II tahun 1792-1849. Beberapa tahun kemudian ia dikirim ke
luar negeri untuk menambah ilmu di Dresden, Jerman. Ia tinggal selama lima tahun dengan
status tamu kehormatan Kerjaan Herman, dan diteruskan ke Weimar, Jerman tahun 1843. Ia
kembali ke Belanda pada tahun 1844 kemudia ia menjadi pelukis istana di Kerajaan Belanda.
B. Deskripsi Hasil Karya Lukis Raden Saleh
Pada tahun 1844, Saleh tinggal dan berkarya di Perancis. Aliran romantisisme pada saat
itu tengah berkembang di Eropa sejak awal abad 19. Sejak saat itu ciri-ciri lukisan
romantisisme muncul dalam karya lukisan-lukisannya. Wawasan seninya pun makin
berkembang seiring dengan kekagumannya pada karya tokoh romantisisme Ferdinand Victor
1872, Eugene Delacroix (1798-1863), pelukis Perancis legendaris.
Raden Saleh menjadi saksi mata atas revolusi pada Februari 1848 di Paris, yang mau
tidak mau mempengaruhi dirinya. Dari Perancis, ia bersama pelukis Perancis kenamaan,
Horace Vernet, ke Aljazair untuk tinggal selama beberapa bulan pada tahun 1846. Saleh
memutuskan untuk terjun ke dunia pelukisan hewan yang dipertemukan dengan sifat agresif
manusia. Di kawasan inilah lahir ilham untuk melukis kehidupan satwa di padang pasir.
Karya-karya lukisan dari Raden Saleh menyindir sifat nafsu dari manusia yang terus
mengganggu kehidupan makhluk lain seperti: berburu banteng, rusa, singa, dan sebagainya.
Dalam membuat sebuah karya, ia tidak segan-segan untuk mengembara ke berbagai tempat
agar ia dapat menghayati unsur-unsur dramatis yang ia butuhkan.
Pengamatannya tersebut membuahkan sejumlah lukisan perkelahian satwa buas dalam
bentuk pigurapigura besar. Negeri lain yang ia kunjungi: Austria dan Italia. Pengembaraan di
Eropa berakhir tahun 1851 ketika ia pulang ke Hindia bersama istrinya, wanita Belanda yang
kaya raya.

Penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden


Saleh
Hidup di Eropa membuatnya mendapat didikan ala Barat, Saleh merupakan sosok yang
menjunjung tinggi idealisme kebebasan dan kemerdekaan sehingga ia sangat menentang
penindasan. Pemikirannya tersebut ia gambarkan dalam sebuah lukisan Penangkapan Pangeran
Diponegoro oleh pemerintah kolonial Belanda yang menggambarkan peristiwa pengkhianatan
pihak Belanda kepada Pangeran Diponegoro yang mengakhiri Perang Jawa pada tahun 1830.
Lukisan tersebut selesai dibuat pada tahun 1857.
Karyanya tersebut serupa dengan karya Nicollas Pieneman pada tahun 1835, namun
Raden Saleh memberi tafsiran yang berbeda pada lukisannya. Pada karya Pieneman lebih
menekankan peristiwa menyerahnya Pangeran Diponegoro. Di latar belakang, Jenderal De
Kock berdiri berkacak pinggang . Pada lukisan Raden Saleh, Pangeran Diponegoro beserta
pengikutnya datang dengan niat baik, namun perundingan gagal akhirnya Diponegoro
ditangkap oleh Jenderal De Kock. Jenderal De Kock.

Penyerahan Diri Diponegoro karya Nicollas Pieneman


Diduga Raden Saleh melihat lukisan Pieneman tersebut saat ia tinggal di Eropa. Seakan tidak
setuju dengan gambaran Pieneman, Raden memberikan sejumlah perubahan signifikan pada
lukisan versinya; Pieneman menggambarkan peristiwa tersebut dari sebelah kanan, Saleh dari
kiri. Sementara Pieneman menggambarkan Diponegoro dengan wajah lesu dan pasrah, Saleh
menggambarkan Diponegoro dengan raut tegas dan menahan amarah. Pieneman memberi
judul lukisannya Penyerahan Diri Diponegoro, Saleh memberi judul Penangkapan
Diponegoro.
Setelah selesai dilukis pada 1857, Saleh mempersembahkan lukisannya kepada Raja
Willem III di Den Haag. Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro baru pulang ke Indonesia
pada tahun 1978. Kepulangan lukisan tersebut merupakan perwujudan janji kebudayaan antara
Indonesia-Belanda pada tahun 1969, tentang kategori pengembalian kebudayaan milik
Indonesia yang diambil, dipinjam, dan dipindahtangan ke Belanda pada masa lampau.
Lukisan Penangkapan Diponegoro tidak termasuk ketiga kategori tersebut, karena
sejak awal Saleh memberikannya kepada Raja Belanda dan tidak pernah dimiliki Indonesia.
Lukisan tersebut akhirnya diberikan sebagai hadiah dari Istana Kerajaan Belanda dan sekarang
dipajang di Istana Negara, Jakarta.

C. Galeri Karya
Beberapa karya yang pernah dibuat oleh Raden Saleh sebagai berikut.

1. Potret Herman Willem Daendels (1838)

https://www.rijksmuseum.nl/nl/rijksstudio/historische-personen/herman-willem-
daendels/objecten#/SK-A-3790,0

2. Potret Van den Bosch, Rijksmuseum, Amsterdam (1836)

https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Johannes_Graaf_van_den_Bosch_(1780-
1844)._Gouverneur-generaal_(1830-33)_Rijksmuseum_SK-A-3798.jpeg

3. Potret Jean Chrétien Baud (1835)


https://www.rijksmuseum.nl/nl/collectie/SK-A-3799

4. Pemandangan Jawa dengan Harimau yang Mendengarkan Suara Pengembara (1849)

http://twicsy.com/i/fpoLPf

5. Penangkapan Pangeran Diponegoro (1857)


https://www.goodnewsfromindonesia.org/2016/08/05/rahasia-rahasia-di-balik-
lukisan-penangkapan-pangeran-diponegoro

6. Enam Pengendara Kuda Mengejar Rusa (1860)


7. Perburuan Rusa, Mesdag Museum, The Hague (1846)

8. Sebuah Banjir di Jawa (1865-1875)

http://imageshack.com/i/n5yjfbj

9. Stasiun Pos Jawa (1876)

http://www.wikiwand.com/id/Raden_Saleh
10. Pemandangan Musim Dingin (1830)

http://www.wikiwand.com/id/Raden_Saleh

D. Penghargaan
Pada tahun 1883, untuk memperingati tiga tahun kepergiannya, lukisan-lukisannya dipamerkan
di Amsterdam, Belanda. Lukisan yang dipamerkan berjudul Hutan Terbakar, Berburu Kerbau
di Jawa, dan Penangkapan Pangeran Diponegoro. Lukisan-lukisan itu dikirimkan antara lain
oleh Radja Willem III dan Pangeran Van Saksen CoburgGotha.

Perjalan hidup Raden Saleh pernah diangkat oleh penulis Lev Dyomin, Zagadocny Princ,
dalam sebuah buku yang dicetak oleh penerbit Rusia yang berjudul Raden Saleh Ego Wremya
(Pangeran Ajain, Raden Saleh dan Zamannya). Di masa itu pertengatan abad ke-19, dunia seni
lukis para bumi putera masih mengacu pada gaya tradisional yang berkembang di daerah-
daerah di mana sebagian besar menyimpan potensi dekoratif.

Banyak pejabat dan bangsawan Eropa yang mengagumi Raden Saleh. Hasil karya lukisannya
dipesan oleh tokoh-tokoh seperti bangsawan Sachsen Coburg-Gotha, keluarga Ratu Victoria,
dan sejumlah gubernur jenderal seperti Johannes van den Bosch, Jean Chrétien Baud, dan
Herman Willem Daendels.
Tidak sedikit ada yang menganugerahinya tanda penghargaan, di antaranya terdapat bintang
Ridder der Orde van de Eikenkoon (R.E.K), Commandeur mer de ster der Frans Joseph Orde
(C.F.J), Ksatria Orde Mahkota Prusia (R.K.P.), dan Ridder van de Witte Valk (R.W.V.)

Penghargaan dari pemerintah Indonesia diberikan pada tahun 1969 lewat Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan secara anumerta, berupa Piagam Anugerah Seni sebagai Perintis
Seni Lukis di Indonesia. Wujud perhatian lain adalah, pembangunan ulang makamnya di Bogor
yang dilakukan oleh Ir. Silaban atas perintah Presiden Soekarno, sejumlah lukisannya dipakai
untuk ilustrasi benda berharga negara, misalnya akhir tahun 1967, PTT mengeluarkan perangko
seri Raden Saleh dengan reproduksi dua lukisannya bergambar binatang buas yang sedang
berkelahi
Daftar Pustaka

1. "Biografi Raden Saleh". 27 Januari 2016.


http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/3701-maestro-lukis-
kelas-dunia
2. "Raden Saleh". 27 Januari 2016.
https://id.wikipedia.org/wiki/Raden_Saleh
Kata Pengantar

Assamuallaikum wr.wb

Puji dan syukur tak terlupa saya panjatkan kepada kehadiran allah swt yang telah
memberikan nikmat kepada saya untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugas makalah seni
budaya ini.
Alhamdulillah, saya telah menyelesaikan tugas ini dengan baik, meskipun masih
banyak kekurangan yang ada dalam makalah saya ini. Untuk itu saya meminta masukan kepada
rekan-rekan sekalian.
Semoga Makalah yang saya susun ini akan bermanfaat bagi kita semua, serta yang
membacanya.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar_________________________________________________________
Daftar Isi______________________________________________________________

BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Sejarah Seni Rupa________________________________________
B. Rumusan Masalah_________________________________________________
C. Tujuan___________________________________________________________

BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Raden Saleh_________________________________________________
B. Deskripsi Hasil Karya Lukis Raden Saleh_________________________________
C. Galeri Karya________________________________________________________
D. Penghargaan________________________________________________________

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan____________________________________________________________
Daftar Pustaka__________________________________________________________

Anda mungkin juga menyukai