Disusun oleh
Luthfia Rohadhatul Aizy
3.39.15.0.11
LT-3D
2017
A. PENDAHULUAN
Dalam pengoperasian sistem tenaga listrik harus selalu diusahakan agar daya yang dibangkitkan
sama dengan permintaan daya beban, begitu juga dengan tegangan sistem, namun kondisi
tersebut tidak mungkin terjadi dikarenakan proses transmisi daya listrik menyebabkan adanya
rugi-rugi daya dan tegangan. Pemakaian tenaga listrik oleh konsumen berubah-ubah setiap
waktu, oleh karenanya dalam penyediaan energi listrik yang kontinu kepada konsumen harus
didukung dengan penyediaan dan pemakaian daya listrik yang seimbang dan tentunya dengan
infrastruktur yang baik. Sehingga sistem ketenagalistrikan memiliki mutu, kehandalan yang baik
serta ekonomis.
Misalnya pada pertumbuhan beban listrik yang tidak diimbangi dengan peningkatan kapasitas
daya sistem tenaga listrik dapat menyebabkan sistem tenaga tidak stabil. Sehingga untuk
mencapai sistem yang seimbang maka diperlukan kehandalan yang tinggi, sistem harus
diusahakan terhindar dari kondisi-kondisi yang dapat mengakibatkan sistem terlepas (tripped).
Baik yang disebakan oleh kesalahan (fault), kegagalan operasi suatu peralatan atau gangguan
lingkungan.
Dalam studi kestabilan sistem tenaga perlu diperhatikan sistem pada saat bermanuver yakni
kondisi mengubah posisi jaringan dari kondisi tidak beroperasi (NO) atau keluar dari sistem
kekodisi operasi (NC) atau sebaliknya, seperti penambahan dan pelepasan pembangkit, pelepasan
beban (load shedding) dan terlepasnya saluran transmisi sebagai media penghantar daya
kekonsumen. Perubahan beban yang mengakibatkan tegangan dalam saluran-saluran transmisi
berubah-ubah sepanjang waktu perubahan beban konsumen, perubahan tersebut dapat kita lihat
dengan hasil simulasi komputer dengan menggunakan program ETAP (Electrical Transient
Analysis Program).
B. TUJUAN
1. Mengetahui karakteristik tegangan sistem tenaga listrik dalam keadaan normal pada bus yang
mengalami tegangan kritis.
2. Dapat menganalisa karakteristik tegangan (kV) melalui simulasi perbandingan sebelum dan setelah
sistem bermanuver dengan standard tegangan PLN (- 10% , + 5% dari 150 kV) pada jaringan
tegangan menengah (JTM) sebagai acuan pelaksanaan manuver serta penggunaan program ETAP
sebagai simulator pada sistem tenaga listrik di GI WATES.
C. DASAR TEORI
Program ini pertama kali dikembangkan oleh Brown, K, Shokooh, F, Abcede, H, dan Donner,
G, pada Oper. Technology. Inc, Irvine, CA. USA,1990 pada paper “ Interactive simulation of
Power system: ETAP Application and Techniques”. Program ETAP kemudian digunakan
untuk studi analisis stabilitas transient dalam sistem tenaga listrik oleh Ramasudha, K;
Prakash, V V S, 2003 pada paper “Power System Simulation Using Electrical Transient
Analysis Program (ETAP)”.
Harus mampu untuk menutup dan dialiri arus beban penuh dalam waktu yang lama.
Dapat membuka otomatis untuk memutuskan beban atau beban lebih.
Harus dapat memutus dengan cepat bila terjadi hubung singkat.
Celah (Gap) harus tahan dengan tegangan rangkaian, bila kontak membuka.
Mampu dialiri arus hubung singkat dengan waktu tertentu.
Mampu memutuskan arus magnetisasi trafo atau jaringan serta arus pemuatan (Charging
Current)
Mampu menahan efek dari arching kontaknya, gaya elektromagnetik atau kondisi termal
yang tinggi akibat hubung singkat.
PMT tegangan menengah ini biasanya dipasang pada Gardu Induk, pada kabel masuk ke
busbar tegangan menengah (Incoming Cubicle) maupun pada setiap rel/busbar keluar
(Outgoing Cubicle) yang menuju penyulang keluar dari Gardu Induk (Yang menjadi
kewenangan operator tegangan menengah adalah sisi Incoming Cubicle). Ditinjau dari
media pemadam busur apinya PMT dibedakan atas :
- PMT dengan media minyak (Oil Circuit Breaker)
- PMT dengan media gas SF6 (SF6 Circuit Breaker)
- PMT dengan media vacum (Vacum Circuit Breaker)
Konstruksi PMT sistem 20 kV pada Gardu Induk biasanya dibuat agar PMT dan
mekanisme penggeraknya dapat ditarik keluar / drawable (agar dapat ditest posisi apabila
ada pemadaman karena pekerjaan pemeliharaan maupun gangguan).
2. Disconector (DS) / Saklar Pemisah
Adalah sebuah alat pemutus yang digunakan untuk menutup dan membuka pada komponen
utama pengaman/recloser, DS tidak dapat dioperasikan secara langsung, karena alat ini
mempunyai desain yang dirancang khusus dan mempunyai kelas atau spesifikasi tertentu,
jika dipaksakan untuk pengoperasian langsung, maka akan menimbulkan busur api yang
dapat berakibat fatal. Yang dimaksud dengan pengoperasian langsung adalah
penghubungan atau pemutusan tenaga listrik dengan menggunakan DS pada saat DS
tersebut masih dialiri tegangan listrik.
Pengoperasian DS tidak dapat secara bersamaan melainkan dioperasikan satu per satu
karena antara satu DS dengan DS yang lain tidak berhubungan, biasanya menggunakan
stick (tongkat khusus) yang dapat dipanjangkan atau dipendekkan sesuai dengan jarak
dimana DS itu berada, DS sendiri terdiri dari bahan keramik sebagai penopang dan sebuah
pisau yang berbahan besi logam sebagai switchnya.
Perawatan rutin yang dilakukan untuk ABSw karena sering dioperasikan, mengakibatkan
pisau-pisaunya menjadi aus dan terdapat celah ketika dimasukkan ke peredamnya /
kontaknya. Celah ini yang mengakibatkan terjadi lonjakan bunga api yang dapat membuat
ABSw terbakar.
Recloser adalah peralatan yang digunakan untuk memproteksi bila terdapat gangguan, pada
sisi hilirnya akan membuka secara otomatis dan akan melakukan penutupan balik (reclose)
sampai beberapa kali tergantung penyetelannya dan akhirnya akan membuka secara
permanen bila gangguan masih belum hilang (lock out). Penormalan recloser dapat
dilakukan baik secara manual maupun dengan sistem remote. Recloser juga berfungsi
sebagai pembatas daerah yang padam akibat gangguan permanen atau dapat melokalisir
daerah yang terganggu.
Recloser mempunyai 2 (dua) karateristik waktu operasi (dual timming), yaitu operasi cepat
(fast) dan operasi lambat (delay).
Menurut fasanya recloser dibedakan atas :
Recloser 1 fasa
Recloser 3 fasa
Recloser
D. PEMBAHASAN
Pada GI Wates, digunakan 2 buah Power Grid dengan 5 feeder, yaitu 3 feeder pada Power
Grid 1 dan 2 feeder pada Power Grid 2. Masing-masing feeder bertegangan 20 kV. Jaringan
ini menggunakan sistem jaringan open loop dimana merupakan pengembangan dari sistem
radial. Sistem jaringan ini diperlukan untuk memudahkan manuver jaringan pada saat terjadi
gangguan maupun kondisi-kondisi pengurangan beban. Manuver jaringan pada sistem open
loop ini akan menghubungkan beban dengan feeder lain apabila penyaluran dari feeder utama
terganggu atau terputus, sehingga jika sebuah feeder mengalami gangguan maka energi listrik
masih dapat disuplai dari feeder yang lain.
Mengetahui keadaan operasi normal maupun darurat dari bagian jaringan yang mutakir.
Mengetahu kemampuan seluruh peralatan yang terpasang pada jaringan.
Mengikuti secara kronologis keadaan yang terjadi pada jaringan, manuver-manuver yang
berlangsung.
Mengetahui tata cara komunikasi dalam operasi jaringan.
Mempersiapkan perlengkapan manuver.
Perlengkapan pengaman.
Peralatan kerja, K3 /K2, Alat ukur dan SOP.
Sarana transportasi / kendaraan.
3. Manuver Jaringan
Ke feeder 2
Powergrid 1
Ke feeder 1
Powergrid 1
Gambar diatas merupakan gambar single line diagram dari feeder 1 powergrid 2 yang mana
pada feeder ini akan dilakukan simulasi manuver jaringan dengan dimisalkan ada gangguan di
daerah Kebonrejo sehingga suplai energi listrik ke daerah Sindutan dan Palihan-Glagah
terputus. Karena sistem jaringan pada GI Wates ini merupakan sistem jaringan open loop,
maka dapat dilakukan manuver jaringan yaitu daerah Sindutan akan disuplai oleh feeder 2
powergrid 1 sedangkan daerah Palihan-Glagah akan disuplai oleh feeder 1 powergrid 1. CB
pada pangkal feeder terbuka karena adanya gangguan yang terjadi, sedangkan CB pada daerah
Sindutan dan Palihan-Glagah akan dibuka ketika dilakukan perbaikan pada daerah Kebonrejo
sehingga ketika dilakukan manuver jaringan, daerah Kebonrejo yang sedang mengalami
gangguan tidak akan teraliri listrik.
Gambar 3. Single line diagram manuver jaringan feeder 1 powergrid 2
Dapat dilihat pada gambar diatas CB sudah dalam keadaan OPEN (yang menandakan sudah
terjadi gangguan). Gangguan tersebut terjadi pada daerah Kebonrejo.
4. Persentase Tegangan
Besar arus dalam keadaan normal pada feeder 1 powergrid 1 sebesar 1654 A. Persentase
tegangan bus terjauh pada daerah Palihan-Glagah sebelum dimanuver sebesar 98,57% atau
mengalami drop tegangan sebesar 1,43% seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
E. KESIMPULAN
Dari data yang diperoleh saat sebelum dan sesudah terjadi gangguan dapat dinyatakan
bahwa manuver jaringan bisa dilakukan karena besarnya drop tegangan setelah manuver
tidak melebihi standar yang telah ditentukan yaitu ± 5%.
REFERENSI
http://dayatthepieceofworld.blogspot.com http://anak-elektro-ustj.blogspot.com/2011/11/ayo-sama-
sama-belajar-3_10.html
http://www.gunadarma.ac.id/library/abstract/gunadarma_10403022-ssm_fti.pdf