Landasan Teori

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

STRUKTUR DAN KONSTRUKSI

BANGUNAN 5

HENSON DILLAK (1506090040)


Pendahuluan
Pembangunan gedung bertingkat sudah dilaksanakan sejak zaman dahulu kala,
tetapi yang dikategorikan sebagai “moderen tall building” dimulai sejak 1880s. The
“first modern tall building” mungkin adalah gedung Home Insurance Building yang
berupa konstruksi baja di Chicago pada tahu 1883 yang kemudian diikuti oleh gedung-
gedung pencakar langit lainnya. Gedung-gedung tinggi pada awalnya didominasi oleh
struktur baja karena perkembangan industri baja yang cukup pesat, sedangkan
perkembangan struktur beton relatif lambat dan baru berkembang pesat pada 1950s.
Evolusi dari gedung gedung pencakar langit secara umum dapat dilihat pada gambar

berikut:

Gambar Evolusi dari gedung-gedung pencakar langit pada periode sebelum 1950.

Perencanaan struktur suatu gedung bertingkat secara rinci membutuhkan suatu


rangkaian proses analisis dan perhitungan yang panjang serta rumit, yang
didasarkan pada asumsi dan pertimbangan teknis tertentu.
Dengan kecanggihan perangkat lunak yang ada pada saat ini memungkinkan
para teknisi untuk merencanakan segala sesuatunya dari berbagai sudut pandang
dengan sangat rinci dengan tingkat ketelitian yang tinggi.
Perlu disadari bahwa reliabilitas hasil suatu perhitungan sangat tergantung
pada mutu masukannya (“Garbage In, Garbage Out”). Seringkali para perencana
mengikuti secara penuh seluruh hasil keluaran suatu komputer tanpa mengkaji ulang
apakah hasil keluaran tersebut mengandung berbagai kejanggalan. Kadangkala
kejanggalan tersebut tidak mudah ditemukan karena para perencana belum atau
kurang memiliki kepekaan terhadap perilaku struktur yang direncanakan
Proses perencanaan diawali dengan diskusi dan kolaborasi antar disiplin,
kemudian perencana struktur akan membuat kriteria perencanaan (design criteria)
struktur yang dianggap paling ekonomis serta dapat memenuhi semua persyaratan
disiplin lain. Kriteria perencanaan tersebut antara lain meliputi design philosophy,
jenis dan besaran pembebanan, kekuatan dan stabilitas, kekakuan dan pembatasan
deformasi, layak pakai, rangkak, susut, pengaruh temperatur dan ketahanan
terhadap api serta pembatasan penurunan dan perbedaan penurunan termasuk soil-
structure interaction.

1.Syarat – syarat perencanaan gedung tinggi meliputi:

 Syarat Stabilitas
o a.Statik
o b.Dinamik
 Syarat Kekuatan
o a.Statik
o b.Dinamik
 Syarat Daktilitas
o a.Elastik (Fully Elastic)
o b.Daktilitas terbatas (limited ductility)
o c.Daktilitas penuh (full ductility)
 Syarat layak pakai dalam keadaan layan (serviceability)
o a.Lendutan pelat dan balok
o b.Simpangan bangunan (lateral drift)
o c.Simpangan antar tingkat (Interstory drift)
o d.Percepatan (acceleration), khususnya
perencangan struktur terhadap pengaruh angin.
e.Retakan (cracking)
o f.Vibrasi/getaran (vibration)
 Syarat Durabilitas (durability)
 a.Kuat tekan minimum beton
 b.Tebal selimut beton
 c.Jenis dan kandungan semen
 d.Tinjauan korosi
 e.Mutu baja
 Syarat ketahanan terhadap kebakaran
 a.Dimensi minimum dari elemen/komponen strukur
 b.Tebal selimut beton
 c.Tebal lapisan pelindung terhadap ketahanan kebakaran
 d.Jangka waktu ketahanan terhadap api/kebakaran (struktur atas
dan basemen)
 Syarat intergritas
 Pencegahan terhadap keruntuhan progresif (biasanya diberi
penambahan tulangan pemegang antar komponen beton precast).
 Syarat yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi
 a.Penyesuaian dengan metoda konstruksi yang umum dilakukan
pada daerah setempat.
 b.Bahan bangunan serta mutu bahan yang tersedia
 c.Kondisi cuaca selama pelaksanaan
 d.Kesediaan berbagai sumber daya setempat.

2. STANDAR PERENCANAAN

Secara umum, standar yang dipakai adalah konsep LRFD (Load Resistance
Factor Design) , yaitu konsep ketahanan struktur terhadap beban terfaktor dengan
tinjauan adanya faktor reduksi kekuatan masing-masing komponen struktur yang
diproposikan.
Pengertian umumnya adalah, suatu struktur dinyatakan kuat bila dalam setiap
perencanaan kekuatan dipenuhi :

Rn U
Dimana

: = faktor reduksi kekuatan


Rn = kuat nominal

U = kuat perlu
Rn = kuat rancang yang tersedia

Beban Pada Struktur

1. Beban Grafitasi
 Beban mati, semua bagian dari struktur yang bersifat tetap.
 Beban hidup, semua beban yang terjadi akibat
 penghunian atau pengguna suatu gedung.
2. Beban Lateral
 Beban angin, semua beban pada struktur yang disebabkan oleh
selisih tekanan udara.
 Beban gempa , semua beban yang terjadi akibat pergerakan
tanah akibat adanya gempa
3. Beban khusus

 Beban khusus ialah semua beban yang bekerja pada gedung


atau bagian gedung yang terjadi akibat tekanan air, selisih
suhu, pengangkatan dan pemasangan, penurunan fondasi,
susut, gaya-gaya tambahan yang berasal dari beban hidup
seperti gaya rem yang berasal dari keran, gaya
sentrifugaldan gaya dinamik yang berasal dari mesin-mesin,
serta pengaruhpengaruh khusus lainnya. Aksi akibat beban
khusus harus diperhitungkan dan ditambahkan pada
perhitungan perencanaan sebelumnya yang merupakan
suatu rangkaian kombinasi pembebanan.

Perencanaan system struktur


Sistem struktur dari suatu bangunan, merupakan kumpulan dan kombinasi berbagai
elemen struktur yang dihubungkan dan disusun secara teratur, baik secara discrete
maupun menerus yang membentuk suatu totalitas kesatuan struktur.

Tujuan Perencanaan Struktur

Sistem struktur pada bangunan tinggi dirancang dan dipersiapkan agar mampu:

 Memikul beban vertical baik statik maupun dinamik


 Memikul beban horizontal, baik akibat angin maupun gempa
 Menahan berbagai tegangan yang diakibatkan oleh pengaruh
temperature dan shinkage.
 Menahan external dan internal blast dan beban kejut (impact loads).
 Mengantisipasi pengaruh vibrations dan fatigue

Pemilihan Sistem Struktur


Pemilihan sistem struktur bergantung pada beberapa parameter berikut:
 Economical consideration, yang meliputi construction cost, nilai kapitalisasi,
rentable space variation dan cost of time variation.
 Construction speed yang dipengaruhi oleh profil bangunan, experience, methods
dan expertise, material struktur, tpi konstruksi (cast-in-situ, precast atau
kombinasi) serta local contruction industry.
 Overall geometry, meliputi panjang, lebar dan tinggi bangunan.
 Vertical profile-building shape.
 Pembatasan ketinggian (height restriction)

 Kelangsingan (slenderness), yaitu ratio antara tinggi terhadap lebar bangunan.


 Plan configuration, yaitu depth-widht ratio dan degree of regularity(dapat dilihat
pada peraturan seperti UBC atau NEHRP).
 Kekuatan, kekakuan dan daktilitas.

Kekuatan berhubungan erat dengan material properties, kekaakuan meliputi


kekakuan lentur, kekakuan geser, kekakuan torsi dan daltilitas meliputi strain
ductility, curvature ductility dan displacement ductility.
 Jenis/tipe pembebanan, yang ,eliputi beban gravitasi, beban lateral berupa beban
angin dan seismic serta beban-beban khusus lainnya.
 .Kondisi tanah pendukung bangunan.
Tipe – tipe struktur bangunan tingkat tinggi:

1.Rigid Frame

Struktur rangka kaku (rigid frame) merupakan struktur yang terdiri dari elemen-
elemen linier, umumnya balok dan kolom yang saling dihubungkan pada ujung-ujungnya
oleh joints yang dapat mencegah rotasi relatif diantara elemen struktur yang
dihubungkan, dengan demikian elemen struktur menerus pada titik hubung tersebut,
seperti halnya balok menerus struktur rangka kaku adalah struktur statis tak tentu, banyak
struktur rangka kaku yang tampaknya sama dengan sistem post dan bea, tetapi pada
kenyataannya struktur rangka ini mempunyai perilaku yang sangat berbeda dengan
sistem post dan beam, hal ini karena adanya titik-titik hubungan pada rangka kaku, titik
hubung bisa cukup kaku sehingga memungkinkan kemampuan untuk memikul beban
lateral pada rangka, dimana beban demikian tidak dapat bekerja pada struktur rangka
yang memperoleh kestabilan dari hubungan kaku antara kaki dengan papan
horizontalnya.

2.Shear wall
Shear wall atau lebih dikenal dengan istilah dinding geser adalah element struktur berbentuk
dinding beton bertulang yang berfungsi untuk menahan gaya geser, gaya lateral
akibat gempa bumi atau gaya lainnya pada gedung bertingkat dan bangunan tinggi.

Dinding geser ini terdapat berbagai jenis di dalam gedung antara lain bearing wall, frame
wall, dan core wall.
Letak shear wall pada bangunan gedung sangat tergantung dari beberapa faktor antara lain
tingkat simetrisitas bangunan, tinggi bangunan, dan asumsi dari perencana. Penentuan lokasi
dan perhitungan shear wall tentu dilakukan oleh perencana struktur dengan dasar-dasar
perencanaan yang kuat. Shear wall pada gedung biasanya menggunakan mutu beton
di atas Fc 30 Mpa
. Dinding geser ini terdapat berbagai jenis di dalam gedung antara lain bearing wall, frame
wall, dan core wall. Pengertian shear wall dapat digambarkan sebagai berikut.

1. Bearing wall
Bearing wall adalah jenis dinding geser yang mempunyai fungsi lain sebagai penahan
beban gravitasi.

2. Frame wall
Frame wall adalah dinding geser yang berfungsi sebagai penahan gaya lateral, geser
dan pengaku pada sisi luar bangunan. Dinding ini terletak di antara dua kolom struktur.

3. Core wall
Core wall adalah jenis dinding geser yang terletak di pusat-pusat massa bangunan yang
berfungsi sebagai pengaku bangunan gedung. Biasanya core wall diletakkan pada
lubang Lift yang berfungsi sebagai dinding lift sekaligus.
Fungsi Shear Wall / Dinding Geser pada Bangunan

Berikut fungsi shear wall / dinding geser pada bangunan, yaitu:

1. Kekuatan
Dinding geser harus memberikan kekuatan lateral yang diperlukan untuk melawan
kekuatan gempa horizontal. Ketika dinding geser cukup kuat, mereka akan mentransfer
gaya horizontal ini ke elemen berikutnya dalam jalur beban di bawah mereka, seperti
dinding geser lainnya, lantai, pondasi dinding, lembaran atau footings.

2. Kekakuan
Dinding geser juga memberikan kekakuan lateral untuk mencegah atap atau lantai di atas
dari sisi goyangan yang berlebihan. Ketika dinding geser cukup kaku, mereka akan
mencegah membingkai
lantai dan atap anggota dari bergerak dari mendukung mereka. Juga, bangunan yang
cukup kaku biasanya akan menderita kerusakan kurang nonstruktural.

Adapun gambaran langkah pengerjaan shear wall antara lain:

 Fabrikasi pembesian dinding shear wall.


 Pemasangan tulangan vertikal yang dicor bareng dengan
pelat lantai bawahnya.
 Pemasangan tulangan horizontal, ikat dengan bendrat.
 Untuk area basement silahkan diberi waterstop untuk
mencegah masukknya air.
 Pemasangan bekisting pada dua sisi luar. Pada bekisting
diusahakan menggunakan as drat untuk mengunci dua
bekisting agar tidak terjadi beton yang bunting.
 Cor beton dengan ready mix
 Bongkar bekisting
Element shear wall mempunyai pengertian yang hampir sama dengan element struktur
lainnya yaitu untuk menahan gaya yang bekerja pada bangunan gedung. Sejauh ini
penggunaan shear wall lebih banyak digunakan pada bangunan high rise building karena
semakin tinggi bangunan semakin besar gaya gempa yang bekerja pada bangunan.

Contoh Bangunan yang Mengunakan Struktur Shear Wall :

Binus Square

Binus Square merupakan sebuah apartemen yang berlokasi di Jl. Budi Raya,
Kemanggisan, Jakarta Barat. Jumlah lantai apartemen Binus Square sebanyak 18 lantai.
Fungsi dari apartemen Binus Square ialah untuk memberi fasilitas kepada para
mahasiswa khususnya yang berasal dari luar Jakarta.

Struktur gedung Binus Square terdiri dari elemen balok dan kolom sebagai pemikul
beban gravitasi, serta dilengkapi dengan shear wall sebagai pemikul beban lateral
(gempa bumi). Kombinasi dari kedua sistem tersebut bekerja sama membentuk sistem
ganda. Sistem ganda adalah salah satu sistem struktur yang beban gravitasinya dipikul
sepenuhnya oleh space frame (rangka), sedangkan beban lateralnya dipikul bersama
oleh rangka dan shear wall. Menurut SNI 03-1726-2002, space frame (rangka)

sekurang-kurangnya memikul 25% dari beban lateral dan sisanya dipikul oleh shear
wall. Karena shear wall dan space frame dalam sistem ganda merupakan satu kesatuan
struktur maka diharapkan keduanya dapat mengalami defleksi lateral yang sama atau
setidaknya space frame mampu mengikuti defleksi lateral yang terjadi. Shear wall ialah
dinding geser yang terbuat dari beton bertulang dimana tulangan-tulangan tersebut yang
akan menerima gaya lateral akibat gempa sebesar beban yang telah direncanakan..

Denah Struktur Binus Square-Hall of Residence

3.Diafragma
Diafragma Wall adalah merupakan konstruksi dinding penahan tanah ( retaining wall
), yang membedakannya dengan dinding penahan tanah konvensional adalah pada
metoda pelaksanaan dan kelebihan lain yang tidak diperoleh pada dinding penahan
tanah system konvensional. Namun demikian terdapat beberapa kelemahan yang harus
diperhatikan sehingga tidak mengakibatkan terjadinya gangguan pada saat bangunan
dioperasikan. Pada umumnya dinding penahan tanah dipakai untuk kontruksi bangunan
dibawah permukaan tanah (basement ) atau penahan tebing supaya tidak longsor atas
beban diatasnya dan mungkin bangunan khusus misalnya bunker.

4.Braced

Steel Brached Frame adalah suatu inovasi baru yang telah diteliti oleh para peneliti dari
Stanford University of Lullinos. Dimana Steel Brached Frame merupakan struktur rangka
baja yang mendukung bangunan utama, letaknya berada di luar bangunan (eksterior).
Rangka baja ini didesain dapat bergoyang ke atas dan ke bawah (akibat elastisitas urat
(tendon) baja) saat terjadi goncangan gempa sampai dengan 7 Skala Righter (SR).

Dalam aplikasinya, sistem ini dapat dipasang sebagai bagian awal dari desain awal
bangunan, atau bisa juga dipasang pada bangunan yang sudah berdiri. Sistem ini
diharapkan dapat meminimalisir kerusakan dan tentunya memberikan keselamatan bagi
penghuninya. Jadi sistem ini diyakini lebih ekonomis dan lebih aman.

Setelah melihat gambar di atas, maka bagian -bagian Steel Brached Frame adalah :

1. Struktur bangunan berwarna putih pada gambar di atas adalah gedung 3 lantai
yang akan dilindungi Steel Brached Frame dari bahaya gempa.
2. Warna merah adalah rangka baja utama dari Steel Brached Frame
3. Warna hijau adalah pondasi baja untuk mendukung rangka baja Steel Brached
Fram.
4. Warna kuning adalah fuses (sekering) yang berfungsi untuk melenturkan,
membuang induksi energi dari gempa, dan memperkecil kerusakan, serta
membatasi kerusakan bangunan hanya pada area tertentu.
5. Kabel berwarna putih yang berada di depan dan di belakang fuses (sekering)
adalah tendon (urat baja) yang terdiri dari kawat-kawat baja pilinan. Tendon ini
didesain elastis ketika gedung sedang digoncang gempa. Namun ketika
goncangan berakhir, tendon yang terbuat dari material baja berkekuatan tinggi
akan menyesuaikan pada panjang semula dan menarik gedung pada posisi
semula.

Uji Coba Rangka Steel Brached Frame


Untuk mendapatkan hasil kinerja dari sistem struktur tahan gempa tersebut, telah
dilakukan beberapa pengujian goncangan sistem struktur Steel Brached Frame di Hygo
Earthquake Engineering, Miki City, Jepang.
Mereka menggunakan model gempa di Kobe, Jepang, yang berkekuatan 6,9 SR (tahun
1995) dan gempa Northbridge yang berkekuatan 6,7 SR (tahun 1994). Hasil pengujian,
ternyata struktur Steel Brached Frame tersebut mampu menahan daya rusak gempa.
Kerusakan yang terjadi pada bangunan gedung, hanya di sekitar fuses (sekering) saja
sehingga dapat dengan mudah diganti. Padahal, di akhir pengujian para peneliti
meningkatkan kekuatan gempa buatan 1,75 kali lebih besar dari gempa Northbridge.

Anda mungkin juga menyukai