Lapkas Bedah Nety
Lapkas Bedah Nety
PENDAHULUAN
Namanya berasal dari kata Yunani sarcoma, yang berarti tumor berdaging,
dan phyllo, yang berarti daun. Disebut demikian oleh karena tumor tersebut
menampilkan karakteristik yang besar, sarkoma ganas, tampilan seperti-daun
ketika dipotong, dan epitel, ruang seperti-kista bila dilihat secara histologis.
Karena sebagian besar tumor itu jinak maka disebut juga sebagai tumor filoides.
Tumor phyllodes dikemukakan pertama kali oleh Johannes Muller dengan nama
cystosarcoma phyllodes pada tahun 1838. Penyebutan sarcoma dianggap kurang
tepat, karena phyllodes tidak selalu bersifat ganas. Saat ini penamaan yang
dipakai adalah menurut WHO (1982) yaitu tumor phyllodes. 2
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI
2
pada putting susu.Tiap lobus dibentuk oleh lobulus-lobulus yang masing-masing
terdiri dari 10-100 asini grup.Lobulus-lobulus ini merupakan struktur dasar dari
glandula mammae.3
Payudara dibungkus oleh fascia pektoralis superfisialis dimana permukaan
anterior dan posterior dihubungkan oleh ligamentum Cooper yang berfungsi
sebagai penyangga.3
2.2 FISIOLOGI
3
2.3 INSIDENSI
2.4 ETIOLOGI
4
filoides dibandingkan pada fibroadenoma. Endothelin 1 (ET-1) pada prinsipnya
merupakan vasokonstriktor kuat, namun juga memiliki banyak fungsi lainnya. Ia
menyebabkan stimulasi lemah DNA fibroblas mammae, namun dapat
digabungkan dengan insulin-like growth factor 1 (IGF-1) untuk menciptakan
stimulasi kuat. ET-1 tidak terdapat pada sel epitel mammae normal, namun
reseptor ET-1 spesifik terdapat pada permukaan sel stroma normal. Reseptor ET-1
dijumpai pada permukaan sel dari sel-sel stroma tumor filoides namun sel-sel
immunoreactive ditemukan dalam sel-sel epitel tapi bukan sel-sel stroma,
memberi kesan bahwa ET-1 disintesis oleh sel epitel tumor filoides. Dengan
demikian hal tersebut menjelaskan kemungkinan mekanisme parakrin pada
stimulasi pertumbuhan stroma cepat yang selalu terlihat bersama tumor filoides.
Hal yang penting adalah bahwa tumor filoides tidak seharusnya dibingungkan
dengan sarkoma murni (tanpa elemen epitel sama sekali), untuk memiliki tingkat
lebih besar pada keganasan dan gumpalan keduanya sama-sama bisa
mengaburkan sifat jinak dasar kebanyakan tumor filoides. Imunositokemistri dan
mikroskop elektron memperlihatkan bahwa sel stroma pada kedua tumor filoides
jinak dan ganas merupakan campuran dari fibroblas dan miofibroblas. Teknik-
teknik ini memperjelas perbedaan leiomiosarkoma dan mioepitelioma, dari tumor
filoides yang menunjukkan reaksi yang sama sekali berbeda.3
1,10
Faktor Risiko
Variasi Geografik
Risiko untuk kanker payudara lebih tinggi di Amerika Utara dan Eropa
Barat dibandingkan Asia dan Afrika.
Usia
Kejadian tumor payudara lebih sering ditemukan pada usia 40-49 tahun
(dekade kelima) yaitu sekitar 30% untuk kasus-kasus di Indonesia. Satu
dari delapan keganasan payudara invasif ditemukan pada wanita berusia
dibawah 45 tahun. Dua pertiga keganasan payudara invasif ditemukan
pada wanita berusia 55 tahun. Insidensi kanker payudara akan berlipat
5
ganda setiap 10 tahun tetapi akan menurun drastis setelah masa
menopause.
Genetika dan Riwayat Keluarga
Sekitar 5-10% kanker payudara terjadi akibat adanya predisposisi
genetik.1 Jika menderita kanker payudara saat usia kurang dari 40 tahun
dengan atau tanpa riwayat keluarga, menderita kanker payudara sebelum
usia 50 tahun dan satu atau lebih kerabat tingkat pertama menderita kanker
payudara atau kanker ovarium, menderita kanker payudara bilateral,
menderita kanker payudara pada usia berapapun, dan dua atau lebih
kerabat tingkat pertama menderita kanker payudara ini merupakan faktor
predisposisi genetik sebagai penyebab kanker payudara.2 mutasi gen
BRCA1 (kromosom 17q21.3), mutasi gen BRCA2 (kromosom 13q12-13),
mutasi gen ATM sebagai gen pengatur perbaikan DNA, mutasi gen
CHEK2 dan gen supressor tumor P53 merupakan predisposisi dari kanker
payudara
Pajanan lama ke estrogen eksogen pascamenopause
Efek samping dari terapi sulih estrogen (ERT, Estrogen Replacement
Therapy) dapat menyebabkan peningkatan insidensi kanker payudara
Penggunaan terapi sulih hormon yang digunakan lebih dari 10 tahun akan
meningkatkan risiko sebesar 1,35 dan penggunaan estrogen penguat
kandungan selama kehamilan juga meningkatkan risiko dua kali lipat.1,2
Penggunaan kontrasepsi oral
Estrogen sangat mempengaruhi pertumbuhan jaringan payudara, wanita
yang terpapar estrogen dalam waktu yang lama akan memiliki risiko yang
besar terhadap kanker payudara. Penggunaan kontrasepsi oral dalam
jangka waktu yang lama dapat meningkatkan risiko kanker payudara
sebesar 1,24 kali.2 Pada penelitian yang dilakukan di RSUD Moewardi
Surakarta didapatkan bahwa pemakaian kontrasepsi hormonal berisiko
terkena kanker payudara 2,199 kali lebih banyak daripada pemakaian
kontrasepsi non-hormonal namun bukan peningkat risiko kanker payudara
yang signifikan.
6
Radiasi pengion
Radiasi pengion ke daerah dada dapat meningkatkan risiko kanker
payudara namun risiko tersebut tergantung dari dosis radiasi, waktu sejak
pajanan, dan usia.
Densitas jaringan payudara
Risiko terkena kanker payudara akan lebih tinggi pada wanita dengan
jaringan kelenjar lebih banyak dan sedikit jaringan lemak.
Lama menyusui
Kadar hormon estrogen dan hormon progesteron yang tinggi selama masa
kehamilan akan menurun drastis setelah melahirkan. Kadar hormon
estrogen dan hormon progesteron yang telah menurun dalam darah selama
menyusui akan mengurangi pengaruh hormon tersebut terhadap proses
proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.
Usia menstruasi pertama
Risiko kanker payudara akan lebih besar jika wanita tersebut mengalami
menarche sebelum usia 12 tahun dan disertai dengan menopause yang
lebih lambat yaitu pada usia lebih dari 55 tahun. Menarche pada usia
kurang dari 12 tahun memberikan risiko 1,7-2,4 kali lebih tinggi dibanding
dengan wanita yang mengalami menstruasi pada usia lebih dari 12 tahun,
hal ini berhubungan dengan lamanya paparan hormon estrogen dan
progesteron yang berpengaruh terhadap proliferasi jaringan payudara.
Gaya hidup
Obesitas yang terjadi pada pasca menopause akan meningkatkan risiko
kanker payudara sedangkan obesitas premenopause dapat menurunkan
risiko kanker payudara. Hal ini dapat disebabkan oleh efek tiap obesitas
yang berbeda terhadap kadar hormon endogen.
Olahraga selama 4 jam setiap minggu menurunkan risiko sebesar 30%.
Olahraga rutin pasca menopause juga menurunkan risiko sebesar 30-40%.
American Cancer Society merekomendasikan olahraga selama 45-60
menit setiap hari. Konsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko kanker
payudara karena alkohol dapat meningkatkan kadar estrogen endogen
7
sehingga mempengaruhi responsivitas tumor terhadap hormon.
2.5 PATOFISIOLOGI
Tumor ini bisa berasal dari fibroadenoma selular yang telah ada dan
sekarang telah mengandung satu atau lebih komponen asal mesenkim.
Diferensiasi dari fibroadenoma didasarkan atas lebih besarnya derajat selularitas
stroma, pleomorfisme selular, inti hiperkromatik dan gambaran mitosis dalam
jumlah yang bermakna. Protrusio khas massa polopoid stroma hiperplastik ke
dalam kanalikuli yang tertekan menghasilkan penampilan seperti daun yang
menggambarkan istilah filoides.2
8
melaporkan metastasis limfonodi. Treves hanya melaporkan 1 kasus metastasis ke
limfonodi aksila dari 33 kasus; dari 94 pasien yang diteliti Norris dan Taylor, 16
pasien mengalami pembesaran limfonodi, namun hanya 1 kasus yang terbukti
secara histologi mengalami metastasis. Reinfus menemukan 11 kasus pembesaran
limfonodi dari 55 kasus, namun hanya 1 kasus yang menunjukkan metastasis.
Minkowitz juga melaporkan satu kasus dengan metastasis kelenjar aksila.7
9
10
Secara ganjil, cystosarcoma phylloides cenderung melibatkan payudara
kiri lebih sering dibandingkan payudara kanan
Diatas kulit mungkin terlihat tampilan licin dan cukup translusen untuk
memperlihatkan vena payudara yang mendasarinya
Temuan fisik (misal, adanya massa bergerak dengan batas jelas) mirip
dengan yang ada pada fibroadenoma
Tumor filoides umumnya bermanifestasi sebagai massa lebih besar dan
memperlihatkan pertumbuhan yang cepat
Temuan mamografi (misal, tampilan kepadatan bundar dengan batas halus)
juga serupa dengan yang terdapat fibroadenoma
Tumor maligna rekuren terlihat lebih agresif dibandingkan tumor asal
Paru merupakan tempat metastase paling sering, diikuti oleh tulang,
jantung dan hati
Gejala untuk keterlibatan metastatik dapat timbul mulai dari sesegera
beberapa bulan sampai paling lambat 12 tahun setelah terapi awal
Kebanyakan pasien dengan metastase meninggal dalam 3 tahun dari terapi
awal
Tidak terdapat pengobatan untuk metastase sistemik yang terjadi
Hitungan kasar 30% pasien dengan tumor filoides maligna meninggal
karena penyakit ini
- Pemeriksaan laboratorium
Tidak ada penanda tumor hematologik atau uji darah lainnya yang bisa
digunakan untuk mendiagnosa cystosarcoma.3
- Studi Pencitraan
Pada mammogram, tumor Phyllodes akan memiliki tepi yang berbatas
jelas. Baik mammogram ataupun USG payudara dapat membedakan
secara jelas antara fibroadenoma dan Phyllodes jinak atau tumor ganas.
Jenis tumor payudara ini biasanya tidak ditemukan di dekat
11
microcalcifications. Sel-sel dari biopsi jarum dapat diuji di laboratorium
tapi jarang memberikan diagnosis yang jelas, karena sel-sel dapat
menyerupai karsinoma dan fibroadenoma. Pada Biopsi bedah akan
menghasilkan potongan jaringan yang akan memberikan sampel sel lebih
baik dan akan menghasilkan diagnosa yang tepat untuk sebuah tumor
Phyllodes.3
12
Gambar 4. Gambaran USG
Prosedur
- FNA untuk pemeriksaan sitologi biasanya tidak memadai untuk
diagnosis tumor filoides. Biopsi jarum lebih dapat dipercaya, namun
13
masih bisa terdapat kesalahan pengambilan sampel dan kesulitan
dalam membedakan lesi dari sebuah fibroadenoma3
- Biopsi payudara eksisi terbuka untuk lesi lebih kecil atau biopsi
insisional untuk lesi lebih besar adalah metode pasti untuk
mendiagnosis tumor filoides3
Temuan histologis
Semua tumor filoides mengandung komponen stroma yang dapat bervariasi dalam
tampilan histologis dari satu lesi ke lesi lainnya. Umumnya, tumor filoides jinak
memperlihatkan peningkatan jumlah mencolok pada fibroblas fusiformis reguler
dalam stroma.2
14
dan ganas, nukleolus dapat mengungkapkan nukleolonema yang bertautan kasar
dan sisterna berlimpah dalam retikulum endoplasma.2
15
mitosis dalam 10 lapang pandang besar), adanya infiltrasi, dan overgrowth
stroma. Overgrowth stroma telah dihubungkan dengan aktivitas metastasis,
yang tidak terdapat pada tipe benign dan borderline. 8
Angiosarcoma
FAM
Kanker payudara
2
2.11 KOMPLIKASI
2.12 PENATALAKSANAAN
16
mengingat jarangnya in ltrasi ke KGB aksila. Norris dan Taylor menganjurkan
mastektomi dengan diseksi KGB aksila bagian bawah jika terdapat pembesaran
KGB, tumor ukuran >4 cm, biopsi menunjukkan jenis tumor agresif (in ltrasi
kapsul, kecepatan mitosis tinggi, dan derajat selular atipikal tinggi). Jika
terindikasi ada keterlibatan KGB secara klinis atau pada pemeriksaan imaging,
dapat dilakukan biopsi jarum dengan panduan USG. Jika hasilnya negatif, dapat
8
dipertimbangkan biopsi sentinel limfonodi.
17
BAB III
LAPORAN KASUS
Umur : 27 tahun
Alamat : Senggi
Pekerjaan : IRT
Suku : Keerom
Status : Menikah
No.CM : 319711
3.2 Anamnesis
Autoanamnesis
Os datang dengan keluhan muncul benjolan pada payudara kanan sejak kurang
lebih 1 bulan yang lalu. Os mengatakan benjolan makin hari makin membesar,
18
dan terasa sangat nyeri juga mengeluarkan darah. Os mengaku benjolan tersebut
timbul pada bekas operasi pada bulan agustus 2017.
Riwayat Penyakit Keluarga :Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit
seperti ini
Riwayat Sosial Ekonomi : Pasien merupakan ibu rumah tangga dan tinggal
bersama suami dan orang tua
Tanda Vital :
19
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Respirasi : 24 kali/menit
Suhu : 39,4oC
SpO2 : 98% tanpa O2 masker.
Kepala/leher
Mata : Konjungtiva Anemis (+/+), Sklera Ikterik (-/-)
Hidung : Deformitas (-), secret (-)
Telinga : Deformitas (-), secret (-)
Mulut : Deformitas (-), Bibir sianosis (-/-), Oral Candidiasis (-/-),
ulserasi (-), hipertrofi gusi (-), atrofi papil lidah (-/-),
mukosa bibir lembab (+/+)
Leher : Trakea di tengah, Pembesaran KGB (-/-)
Thorax
Pulmo : Inspeksi : Simetris, Ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : Vocal Fremitus D=S
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara Napas Vesikuler (+/+), Rhonki (+/+),
Wheezing (-/-)
Cor: Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavikula
sinistra
Perkusi :Batas kanan jantung ICS IV linea parasternal
dextra Batas kiri jantung ICS V linea midclavicula
sinistra
Auskultasi : BJ I–II regular, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
20
Inspeksi : Tampak datar, warna sama dengan sekitar,
jejas (- ), hematoma (-).
Auskultasi : Bising Usus (+)
Palpasi : Supel, nyeri tekan mc Burney (-), Nyeri lepas (-),
defans muscular (-), Rovsing sign (-), Psoas sign (-),
hepar (2 jari BAC), lien (TTB)
Perkusi : Tymphani
Ekstremitas
Atas : Akral teraba hangat, Edema (-/-), CRT < 2”
Bawah : Akral teraba hangat, Edema (-/-), CRT < 2”
Vegetatif
Makan/Minum: (+/+), BAB/BAK lancar/ seminggu hanya 2 kali.
Status Lokalis
Terdapat massa diregio mammae dextra berukuran 22x18x14cm, nyeri
tekan (-), mobile (+), rembes(+)
Pemeriksaan Histopatologi
Hasil Pemeriksaan (31 agustus 2017)
Organ Massa di mammae dextra
Diagnosa Klinis Tumor mammae dextra
Makroskopis (identitas sesuai, tanpa keterangan)
2 buah jaringan bentuk tidak teratur, masing-masing
ukuran 4x4x3 cm dan 4x3.5x2 cm, warna putih
kecoklatan, kenyal. Pembelahan penampang warna putih
disertai bercak seperti kapur, masing-masing 1 kupe.
Mikroskopis Sediaan menunjukkan jaringan tumor dengan bagian
hiperplasi epitel duktus bentuk memanjang dan tubular,
21
kesan terdesak bagian hiperplasi stroma seluler, sel-sel
atipia dan polimorf, bulat dan oval sampai spindle,
beberapa dengan inti lebih dari satu, inti berukuran besar
hiperkromatis sebagian anak inti jelas, mitosis cukup
banyak, diantara stroma dengan kista-kista berisi massa
keratin, dibatasi epitel skuamosa kompleks. Relatif
monomorf.
Kesimpulan Massa di mammae dextra : Malignant phyloides
tumor dengan metaplasia skuamosa dan kista keratin.
Saran/NB -
Jenis Nilai
Sampel Hasil Satuan
pemeriksaan Rujukan
22
Pemeriksaan darah lengkap 24 November 2017
Jenis Nilai
Sampel Hasil Satuan
pemeriksaan Rujukan
Jenis
Hasil Metode Nilai
pemeriksaan
PT 9,4 detik Foto Optik 10,2 – 12,1
aPTT 25,9 Foto Optik 24,8- 34,4
Jenis Nilai
Sampel Hasil Satuan
pemeriksaan Rujukan
23
PLT 444 150-400 103/mm3
MCV 77,0 84-96 fL
MCH 24,5 28-34 Pg
MCHC 31,8 32-36 g/dL
WBC 6,20 5-10 103/mm3
LED - 1-10 mm/jam
3.5 Resume:
Pasien perempuan datang dengan keluhan benjolan pada payudara
sebelah kanan. Benjolan terasa makin hari makin, pasien juga mengaku
pernah menjalani operasi pengangkatan benjolan di rumah sakit Dian
Harapan pada agustus 2017.
Pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, TD 110/70
mmHg, HR 94 x/m, RR 24 x/m, SB 39,4o C, SpO2 98%. Pada pemeriksaan
fisik:
Status Lokalis
Terdapat massa diregio mammae dextra berukuran 22x18x14cm, nyeri
tekan (-), mobile (+), rembes(+)
Angiosarcoma
FAM
Kanker payudara
3.8 Penatalaksanaan
Mastektomi
24
3.8 Prognosis
Quo ad vitam : ad dubia
Quo ad functionam : ad dubia
Quo ad sanationam : ad malam
Laporan Operasi :
25
Instruksi Post Operasi :
- Awasi KU/VS/perdarahan
- Diet bertahap bila peristaltic (+)
- IVFD RL 30 tpm
- Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gr (iv)
- Inj. Ranitidin 2 x 50 mg (iv)
- Inj. Asam tranexamat 3 x 500 mg (iv)
- Inj. Ketorolac 3 x 30mg (iv)
Hari / Follow Up
Tanggal
S Nyeri dan terasa panas pada payudara
26
24 O Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
November Kesadaran : Compos Mentis
2017 TD : 110/70 mmHg ; Nadi : 115 x/m
RR : 21 x/m, SB : 37,4 ˚C
Kepala/Leher
CA (+/+), SI (-/-), pembesaran KGB (–)
Thorax
Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) 2-3 x / 15 detik
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
H/L : ttb
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, anemis (-), udem (-),
CRT < 2 detik,
Vegetatif : Ma / mi : baik
BAK : Lancar, warna kuning jernih, Nyeri (-)
BAB : (+)
A Malignant Phyloides mamma dextra
P - Transfusi PRC 2 kolf/hari s/d Hb 10gr/dl
- IVFD RL/NaCl 30 tpm
- Inj. Antrain 500mg/12 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/ 8 jam
- Paracetamol 3 x 500mg (k/p)
27
S Nyeri dan terasa panas pada payudara kanan
25
November O Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2017 Kesadaran : Compos Mentis
TD : 100/70 mmHg ; Nadi : 100 x/m
RR : 24 x/m, SB : 37,1 ˚C
Kepala/Leher
CA (+/+), SI (-/-), pembesaran KGB (–)
Thorax
Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) 2-3 x / 15 detik
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), H/L : ttb
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, anemis (-), udem (-),
CRT < 2 detik,
Vegetatif : Ma / mi : baik
BAK : Lancar, warna kuning jernih, Nyeri (-)
BAB : Lancar (+)
28
- Pro mastektomi
26 S Nyeri dan terasa panas pada payudara kanan
November O Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2017 Kesadaran : Compos Mentis
TD : 110/80 mmHg ; Nadi : 78 x/m
RR : 21 x/m, SB : 36,8 ˚C
Kepala/Leher
CA (+/+), SI (-/-), pembesaran KGB (–)
Thorax
Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) 2-3 x / 15 detik
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), H/L : ttb
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, anemis (-), udem (-),
CRT < 2 detik,
Vegetatif : Ma / mi : baik
BAK : Lancar, warna kuning jernih, Nyeri (-)
BAB : Lancar (+)
29
- Pro mastektomi
27 S Nyeri pada payudara kanan
November O Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2017 Kesadaran : Compos Mentis
TD : 110/60 mmHg ; Nadi : 114 x/m
RR : 24 x/m, SB : 36,9 ˚C
Kepala/Leher
CA (-/-), SI (-/-), pembesaran KGB (–)
Thorax
Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) 2-3 x / 15 detik
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), H/L : ttb
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, anemis (-), udem (-),
CRT < 2 detik,
Vegetatif : Ma / mi : baik
BAK : Lancar, warna kuning jernih, Nyeri (-)
BAB : Lancar (+)
30
- Pro mastektomi
28 S Nyeri dan terasa panas pada payudara kanan
November O Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2017 Kesadaran : Compos Mentis
TD : 100/70 mmHg ; Nadi : 84 x/m
RR : 20 x/m, SB : 36,5 ˚C
Kepala/Leher
CA (-/-), SI (-/-), pembesaran KGB (–)
Thorax
Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) 2-3 x / 15 detik
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), H/L : ttb
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, anemis (-), udem (-),
CRT < 2 detik,
Vegetatif : Ma / mi : baik
BAK : Lancar, warna kuning jernih, Nyeri (-)
BAB : Lancar (+)
31
- Pro mastektomi
29 S Nyeri dan terasa panas pada payudara kanan
November O Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2017 Kesadaran : Compos Mentis
TD : 100/60 mmHg ; Nadi : 85 x/m
RR : 22 x/m, SB : 36,6 ˚C
Kepala/Leher
CA (-/-), SI (-/-), pembesaran KGB (–)
Thorax
Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) 2-3 x / 15 detik
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), H/L : ttb
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, anemis (-), udem (-),
CRT < 2 detik,
Vegetatif : Ma / mi : baik
BAK : Lancar, warna kuning jernih, Nyeri (-)
BAB : Lancar (+)
32
- Pro mastektomi
- Sedia darah PRC 3 kolf
30 S Nyeri pada bekas operasi
November O Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2017 Kesadaran : Compos Mentis
TD : 100/60 mmHg ; Nadi : 100 x/m
RR : 22 x/m, SB : 37,3 ˚C
Kepala/Leher
CA (-/-), SI (-/-), pembesaran KGB (–)
Thorax
Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) 2-3 x / 15 detik
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), H/L : ttb
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, anemis (-), udem (-),
CRT < 2 detik,
Vegetatif : Ma / mi : baik
BAK : Lancar, warna kuning jernih, Nyeri (-)
BAB : Lancar (+)
33
- Inj. Ketolorac 30mg/ 8 jam
- Diet biasa
S Nyeri pada bekas operasi berkurang
2 Desember O Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2017 Kesadaran : Compos Mentis
TD : 100/80 mmHg ; Nadi : 84 x/m
RR : 20 x/m, SB : 37,0 ˚C
Kepala/Leher
CA (-/-), SI (-/-), pembesaran KGB (–)
Thorax
Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) 2-3 x / 15 detik
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), H/L : ttb
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, anemis (-), udem (-),
CRT < 2 detik,
Vegetatif : Ma / mi : baik
BAK : Lancar, warna kuning jernih, Nyeri (-)
BAB : Lancar (+)
34
- Inj. Ketolorac 30mg/ 8 jam
- Diet biasa
- Aff drain (1)
S Nyeri pada bekas operasi berkurang
3 Desember O Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2017 Kesadaran : Compos Mentis
TD : 100/70 mmHg ; Nadi : 88 x/m
RR : 20 x/m, SB : 36,9 ˚C
Kepala/Leher
CA (-/-), SI (-/-), pembesaran KGB (–)
Thorax
Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) 2-3 x / 15 detik
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), H/L : ttb
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, anemis (-), udem (-),
CRT < 2 detik,
Vegetatif : Ma / mi : baik
BAK : Lancar, warna kuning jernih, Nyeri (-)
BAB : Lancar (+)
35
- Diet biasa
S Nyeri pada bekas operasi berkurang
4 Desember O Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2017 Kesadaran : Compos Mentis
TD : 100/70 mmHg ; Nadi : 80 x/m
RR : 19 x/m, SB : 36,6 ˚C
Kepala/Leher
CA (-/-), SI (-/-), pembesaran KGB (–)
Thorax
Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) 2-3 x / 15 detik
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), H/L : ttb
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, anemis (-), udem (-),
CRT < 2 detik,
Vegetatif : Ma / mi : baik
BAK : Lancar, warna kuning jernih, Nyeri (-)
BAB : Lancar (+)
36
- GV luka hari ini
- Aff drain
S Nyeri pada bekas operasi berkurang
5 Desember O Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2017 Kesadaran : Compos Mentis
TD : 110/70 mmHg ; Nadi : 80 x/m
RR : 20 x/m, SB : 36,0 ˚C
Kepala/Leher
CA (-/-), SI (-/-), pembesaran KGB (–)
Thorax
Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) 2-3 x / 15 detik
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), H/L : ttb
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, anemis (-), udem (-),
CRT < 2 detik,
Vegetatif : Ma / mi : baik
BAK : Lancar, warna kuning jernih, Nyeri (-)
BAB : Lancar (+)
37
- Diet biasa TKTP
- Inj. Ranitidin 50mg/ 12 jam
- Mobilisasi duduk-jalan
- Transfusi PRC 4 kolf
S Nyeri pada bekas operasi berkurang
6 Desember O Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2017 Kesadaran : Compos Mentis
TD : 100/70 mmHg ; Nadi : 90 x/m
RR : 20 x/m, SB : 37,1 ˚C
Kepala/Leher
CA (-/-), SI (-/-), pembesaran KGB (–)
Thorax
Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) 2-3 x / 15 detik
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), H/L : ttb
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, anemis (-), udem (-),
CRT < 2 detik,
Vegetatif : Ma / mi : baik
BAK : Lancar, warna kuning jernih, Nyeri (-)
BAB : Lancar (+)
A Malignant Phyloides mamma dextra post mastektomi (H7)
P - IVFD RL 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
- Inj. Ketolorac 30mg/ 8 jam
38
- Diet biasa TKTP
- Inj. Ranitidin 50mg/ 12 jam
- Mobilisasi duduk-jalan
- Boleh rawat jalan
- Terapi Oral
39
BAB IV
PEMBAHASAN
Faktor resiko terjadinya tumor secara umum ialah variasi geografik, usia,
genetika dan riwayat keluarga, pajanan lama ke estrogen eksogen
pascamenopause, penggunaan kontrasepsi oral, radiasi pengion, densitas jaringan
payudara, lama menyusui, usia menstruasi pertama, dan gaya hidup. Pada pasien
ini ditemukan memiliki 2 faktor resiko yaitu usia menstruasi pertama risiko akan
lebih besar jika wanita tersebut mengalami menarche sebelum usia 12 tahun dan
disertai dengan menopause yang lebih lambat yaitu pada usia lebih dari 55 tahun.
Menarche pada usia kurang dari 12 tahun memberikan risiko 1,7-2,4 kali lebih
tinggi dibanding dengan wanita yang mengalami menstruasi pada usia lebih dari
12 tahun, hal ini berhubungan dengan lamanya paparan hormon estrogen dan
progesteron yang berpengaruh terhadap proliferasi jaringan payudara, yang pada
pasien mengalami menarche pada usia 9 tahun. Dan faktor resiko kedua gaya
hidup yaitu konsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko kanker payudara karena
alkohol dapat meningkatkan kadar estrogen endogen sehingga mempengaruhi
responsivitas tumor terhadap hormon. Pasien merupakan perokok aktif sejak umur
18 tahun dan juga pasien mempunyai riwayat mengkonsumsi alcohol.
Manifestasi klinis tumor phyllodes umumnya unilateral, tunggal, tidak
nyeri, dengan benjolan yang dapat teraba. Tumor tiba- tiba muncul dan terus
membesar, atau berupa benjolan yang awalnya menetap lalu bertambah besar
dalam beberapa bulan terakhir. Pada status lokalis ditemukan massa yang
unilateral (mammae dextra), dan tidak nyeri tekan, massa muncul dan membesar
40
dengan progresif hanya dalam waktu beberapa bulan.
Diagnosa definitive tumor phyloides ditegakkan berdasarkan Hasil
histopatologi dari biopsi core, insisi atau eksisi. Berdasarkan gambararan histologi
tumor phyllodes dibagi menjadi 3 subtipe. Menurut klasifikasi WHO subtipe
tersebut adalah benign phyllodes, borderline phyllodes (juga dikenal sebagai low
grade malignant) dan malignant phylodes (high grade malignant).Pada pasien dari
hasil pemeriksaan histopatologi dengan mengirimkan massa dan tindakan eksisi
didapatkan hasil ; massa di mammae dextra : Malignant phyloides tumor dengan
metaplasia skuamosa dan kista keratin.
41
DAFTAR PUSTAKA
42