Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi hidup manusia. Menurut
WHO, sehat diartikan sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial
serta bukan saja keadaan terhindar dari sakit maupun kecacatan (Sujono dan Teguh
2009 : 1). Sedangkan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 9 tahun 1960 definisi
kesehatan merupakan keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial, cacat
optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain.
Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat harmonis dan memperhatikan segi kehidupan
manusia dan cara berhubungan dengan orang lain (Sujono dan Teguh 2009 : 1).
Menurut Rasmun (2001: 11) sehat mental adalah kemampuan individu untuk
menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Sedangkan definisi
Gangguan jiwa adalah adanya gangguan pada fungsi kejiwaan. Fungsi kejiwaan adalah
proses, emosi, kemauan dan perilaku psikomotorik termasuk bicara (Suliswati, 2005)
Kehidupan manusia dewasa ini yang semakin sulit dan kompleks serta semakin
yang mereka alami. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas
menarik diri dalam tingkat ringan ataupun berat yang memerlukan penanganan di
rumah sakit baik di rumah sakit jiwa atau di unit perawatan jiwa dirumah sakit umum
Departemen dan kolinergik lainnya. Efek samping dari obat ini adalah mulut kering,
masalah ini menjadi masalah keperawatan utama dalam pembuatan karya tulis ilmiah
dengan judul : “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Nn. N dengan Isolasi Sosial : Menarik
B. TUJUAN PENULISAN
Untuk lebih konkritnya apa yang ingin dicapai dalam karya tulis ini, penulis
1. Tujuan umum
keperawatan pada klien Nn. N dengan isolasi sosial : menarik diri selama satu hari pada
tanggal 20 Mei 2012 di ruang anggrek RSJD Makassar. Melalui pendekatan proses
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
penetapan rencana asuhan keperawatan pada klien dengan masalah utama Isolasi
keperawatan pada klien dengan masalah utama Isolasi sosial: menarik diri.
keperawatan pada klien dengan masalah utama Isolasi sosial : menarik diri.
dapatkan.
C. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan dalam laporan pengelolaan ini terdiri dari 5 BAB. BAB I
Pustaka, meliputi : konsep dasar medis dan konsep dasar keperawatan. BAB III Tinjauan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Dalam bab ini diuraikan tentang konsep dasar mengenai isolasi sosial : menarik diri
Banyak sekali pendapat mengenai menarik diri diantaranya menurut Sujono & Teguh
dalam bukunya halaman 151. Gangguan hubungan sosial merupakan suatu gangguan
hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel
berhubungan sosial. Tiap individu mempunyai potensi untuk terlibat dalam hubungan
sosial pada berbagai tingkat hubungan, yaitu hubungan intim biasa sampai hubungan
kebutuhannya tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial. Oleh karena itu
Sedangkan menurut referensi yang lain mengatakan bahwa isolasi sosial adalah
pengalaman kesendirian secara individu dan dirasakan segan terhadap orang lain dan
sebagai keadaan yang negatif atau mengancam (Nanda, 2005 : 208). Ada juga
pendapat yang mengemukakan bahwa Isolasi sosial merupakan kondisi ketika individu
atau kelompok mengalami, atau merasakan kebutuhan, atau keinginan untuk lebih
terlibat dalam aktivitas bersama orang lain, tetapi tidak mampu mewujudkannya
Jadi isolasi sosial : menarik diri adalah gangguan berhubungan yang ditandai dengan
isolasi sosial dan usaha untuk menghindari interaksi dengan orang lain. Individu
merasa dia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk
2. Rentang respon
Menurut Gail W. Stuart (2006 : 275) Gangguan kepribadian biasanya dapat dikenali
4
pada masa remaja atau lebih awal dan berlanjut sepanjang masa dewasa. Gangguan
tersebut merupakan pola respon maladaptif, tidak fleksibel, dan menetap yang cukup
Interdependen
Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara yang dapat
diterima oleh norma-norma masyarakat. Menurut Sujono & Teguh (2009 : 155) respon
ini meliputi :
Merupakan respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang telah terjadi
atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan rencana-rencana.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah dengan cara-
cara yang bertentangan dengan norma-norma agama dan masyarakat. Menurut Sujono
5
& Teguh (2009 : 155) respon maladaptif tersebut adalah :
a. Manipulasi
obyek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan orang lain dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku mengontrol digunakan sebagai
pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi dan dapat menjadi alat untuk berkuasa
b. Impulsif
Merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subyek yang tidak
dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan, tidak mampu untuk
c. Narkisisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku egosentris, harga diri
yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan mudah marah
d. Isolasi sosial
Adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang
3. Penyebab
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan timbulnya menarik diri, adapun faktor
a. Faktor predisposisi
Menurut Sujono & Teguh (2009 : 156-157) faktor predisposisi pada gangguan isolasi
Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas-tugas perkembangan yang harus
terpenuhi. Apabila tugas tersebut tidak terpenuhi maka akan mempengaruhi hubungan
sosial. Misalnya anak yang kurang kasih sayang, dukungan, perhatian, dan kehangatan
dari orang tua akan memberikan rasa tidak aman dan menghambat rasa percaya.
2) Faktor biologis
kelainan struktur otak dan struktur limbik diduga menyebabkan skizofrenia. Pada klien
skizofrenia terdapat gambaran struktur otak yang abnormal otak atropi, perubahan
gangguan hubungan sosial. Misalkan pada pasien lansia, cacat, dan penyakit kronis
gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam
keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan
dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang
b. Faktor presipitasi
Menurut Sujono & Teguh (2009 : 157) faktor presipitasi pada klien dengan
Adalah stres yang ditimbulkan oleh sosial dan budaya masyarakat. Kejadian atau
Adalah stres yang disebabkan karena kecemasan yang berkepanjangan dan terjadinya
4. Manifestasi Klinik
Data Obyektif :
1) Tidak ada dukungan dari orang yang penting (keluarga, teman, kelompok)
2) Perilaku permusuhan
3) Menarik diri
4) Tidak komunikatif
Data Subyektif:
8
6) Ekspresi nilai sesuai dengan sub kultur tetapi tidak sesuai dengan kelompok kultur
dominant
5. Patopsikologi
sumber / penyebab Isolasi Sosial itu berasal dari lingkungannya. Padahal rangsangan
traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, marah, sepi dan takut ditinggal orang
yang dicintai, tidak dapat dikatakan segala sesuatu yang dapat mengancam harga diri
(self esteem) dan kebutuhan keluarga dapat meningkatkan kecemasan. Untuk dapat
koping yang berhasil. Semua orang betapapun terganggu perilakunya tetap mempunyai
beberapa kelebihan personal yang mungkin meliputi : aktivitas keluarga, hobi, seni
Dukungan sosial dari peningkatan respon psikofisiologis yang adaptif, motivasi berasal
dari dukungan keluarga ataupun individu sendiri sangat penting untuk meningkatkan
Faktor predisposisi
Faktor presipitasi
9
(Sosial, budaya, psikologi )
Sumber koping
Mekanisme koping
- Kebersamaan
Gambar 2.2 : Patways patopsikologi Isolasi sosial (Gail W. Stuart, 2006 : 275).
6. Sumber Koping
gangguan otak pada perilaku. Kekuatan dapat meliputi seperti model intelegensia atau
kreatifitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif mendidik anak dan dewasa muda
tentang ketrampilan koping karena mereka biasanya tidak hanya belajar dari
yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga dan kemampuan untuk memberikan
Ada 5 sumber koping yang dapat membantu individu beradaptasi dengan stressor
yaitu ketrampilan dan kemampuan, ekonomi, tekhnik pertahanan, dukungan sosial dan
Menurut Stuart & Sundeen (1998 : 349) Contoh sumber koping yang berhubungan
10
dengan respon sosial maladaptif termasuk :
7. Mekanisme Koping
dalam upayanya mengatasi ansietas. Menurut Stuart & Sundeen (1998 : 349-350)
mekanisme koping yang berkaitan dengan jenis spesifik dari masalah yaitu:
1) Proyeksi.
2) Pemisahan.
1) Pemisahan.
2) Reaksi formasi.
3) Proyeksi.
4) Isolasi.
7) Identifikasi proyektif.
Jika individu berada pada kondisi stress, ia akan menggunakan berbagai cara untuk
mengatasinya, individu dapat menggunakan satu atau lebih sumber koping yang
8. Penatalaksaan medis
Terapi medis
Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk mengurangi atau
11
menghilangkan gejala gangguan jiwa. Menurut Depkes (2000), menurut Rasmun
Indikasi untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental. Waham,
halusinasi gangguan perasaan dan perilkau yang aneh atau tidak terkendali, berdaya
berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan
melakukan kegiatan rutin. Mekanisme kerja dopamine pada pasca sinap di otak
defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan
hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung, febris, ketergantungan obat, penyakit
Indikasinya yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral
serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Mekanisme kerja dari obat ini adalah obat
anti psikosis dalam memblock dopamine pada reseptor paska sinaptik neuron di otak
khususnya system limbic dan system ekstra pyramidal. Efeksampingnya meliputi sedasi
dan inhibisi psikomotor, Efek sampingnya adalah sedasi, gangguan otonomi (hipotensi,
tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung).
Kontra indikasnya adalah bagi pasien yang mempunyai penyakit hati, penyakit darah,
kesadaran.
Mekanisme kerja sinergis dengan linidine, obat anti depresan trisklik dan kolinergik
lainnya. Efek samping dari obat ini adalah mulut kering, penglihatan kabur, pusing,
mual, muntah, bingung, agitas, konstipasi, takikardia dilatasi ginjal retensi urine.
sempit, psikosis berat, psikoneurosis, hypertropi prostat dan obstruksi saluran cerna.
Dalam melakukan asuhan keperawatan ada enam fase atau langkah dari proses
1. Pengkajian
Menurut Nurjannah (2005 : 30) pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama
dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa factor
kemampuan koping yang dimiliki klien (Stuart & Sundeen, 1998). Cara pengkajian lain
berfokus pada 5 dimensi yaitu: fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Untuk
a. Identitas
Dalam pengkajian kita mencantumkan identitas klien (nama klien, umur, jenis
ke rumah sakit untuk saat ini, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi
c. Faktor predisposisi
1) Faktor perkembangan
Secara teori, kurangnya stimulasi, kasih sayang dan kehangatan dari ibu (pengasuh)
pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya
rasa percaya.
2) Faktor biologis
3) Faktor sosiokultural
Isolasi sosial dapat terjadi, salah satunya pada tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.
d. Faktor presipitasi
1) Merupakan faktor yang dianggap menyebabkan pasien sakit jiwa atau yang
3) Bila tidak ditemukan adanya kejadian atau pengalaman tersebut, tetapi ada riwayat
putus obat atau berhenti minum obat, maka dapat dianggap bahwa faktor presipitasi
Pada klien menarik diri didapatkan masalah nutrisi, kebersihan diri, dan tidak mampu
f. Aspek psikososial.
adanya anggota keluarga yang meninggal & penyebab meninggal, pasien tinggal
dengan siapa. Kita kaji juga mengenai konsep diri, hubungan sosial dan spiritual
14
pasien. Pengkajian konsep diri, hubungan sosial dan spiritual tidak dapat dilakukan
pada pasien yang masih agitasi/gaduh gelisah, bicaranya kacau, ada gangguan
g. Status mental
1) Penampilan fisik : kondisi rambut, kuku, kulit, gigi dan cara berpakaian
atau lambat
bantuan perawat atau orang lain, tegang, gelisah, tidak bias tenang (hipermotorik)
4) Alam perasaan : dalam hal ini didapatkan melalui hasil wawancara dengan pasien
meliputi adanya perasaan sedih, putus asa, gembira, khawatiran takut (hasil
5) Afek : appropriate (tepat), in appropriate (tidak tepat: datar, tumpul, labil, tidak
sesuai)
reeming
11) Memori : data diperoleh melalui wawancara adakah gangguan daya ingat jangka
15
h. Kebutuhan persiapan pulang
Kita kaji apakah dari hasil observasi klien sudah mampu melakukan activity daily live
secara mandiri atau masih dengan bantuan selama di rumah sakit dan di rumah
i. Mekanisme koping
Data dari hasil wawancara meliputi koping adaptif sampai dengan koping maladaptif
tempat kerja atau sekolah, adanya penolakan dari keluarga terhadap pasien
k. Pengetahuan
l. Aspek medik
Diagnosa medis dan program therapy atau pengobatan yang sedang dijalani oleh
pasien.
(Workshop Standar Asuhan & Bimbingan Keperawatan Jiwa RSJ Prof. Dr. Soeroyo
Magelang, 2007
2. Pohon Masalah
Pohon masalah pada klien dengan Isolasi sosial : menarik diri, yaitu:
Risiko perilaku
diri sendiri
Isolasi sosial:16
menarik diri Defisit perawatan
berhias
Ketidakefektifan Gangguan konsep diri:
Penyebab
koping keluarga: Harga diri rendah kronis
ketidakmampuan
3. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi sosial
4. Intervensi Keperawatan
Menurut (Workshop Standar Asuhan & Bimbingan Keperawatan Jiwa RSJ Prof. Dr.
SP, yaitu :
17
1.1. Bina hubungan saling percaya dengan
1.1.3. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
1.1.4. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi
3. klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik diri
intevensi :
3.2. diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan sosial dan kerugian menarik
diri
18
4. klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
intervensi :
4.2. beri motivasi dan bantu klien untuk berkenalan/ berkomunikasi dengan
4.2.3. kelompok
4.4. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
klien bersosialisasi
4.5. Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat
4.6. Beri pujian terhadap kemampuan klien memperluas pergaulannya melalui aktifitas
yang dilaksanakan
intervensi :
5.1. Diskusikan dengan klien tentang perasaannya setelah berhubungan sosial dengan
5.1.2. Kelompok
intervensi:
6.1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi
perilaku menarik diri
6.2. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku menarik diri
19
6.3.1. Pengertian menarik diri
6.7. Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya merawat klien di rumah sakit
intevensi :
7.1. diskusikan denga klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna,
dosis, cara, efek terapi, dan efek samping penggunaan obat
7.4. Diskusian akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
7.5. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/ perawat jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan
Intervensi :
1.1. Bina hubugan salin percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik:
1.1.1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
20
1.1.3. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
Intervensi:
Intervensi :
Intervensi :
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan klien :
21
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien
Intervensi :
Intervensi :
6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri
rendah
Intervensi :
2.1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik:
2.1.1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2.1.3. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
2.1.5. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi
22
2.1.7. Beri perhatian kepada kien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
Intervensi:
3.3. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri
kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
3.4. Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut
3.5. Diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila klien menikmati halusinasinya
Intervensi:
4.1. Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
(tidur, marah, menyibukkan diri, dll)
4.4. Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan da latih untuk mencobanya
4.5. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih
4.6. Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil beri pujian
4.7. Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, oreintasi realita, stimulasi persepsi
Intervensi:
5.1. Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (waktu, tempat, dan topik)
23
5.2.1. Pengertian halusinasi
5.2.4. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi
5.2.7. Beri informasi waktu kontrol ke rumah sakit dan bagaimana cara mencari bantuan
jika halusinasi tidak dapat diatasi di rumah
Intervensi :
6.1. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, warna,
dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat
6.4. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
6.5. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan
Intervensi:
1.1.2. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan
Intervensi:
2.1.2. Manfaat menjaga perawatan diri untuk keadaan fisik, mental dan sosial
2.1.4. Penyakit atau gangguan kesehatan yang bisa dialami oleh klien bila perawatan diri
tidak adekuat
Intervensi:
Intervensi:
Intervensi:
25
5.1. Pantau klien dalam melaksanakan perawatan diri
5.2. Beri pujian saat klien melaksanakan perawatan diri secara mandiri
Intervensi:
6.1.2. Tindakan yang telah dilakukan klien selama di rumah sakit dalam menjaga
perawatan diri dan kemajuan yang telah dialami oleh klien
6.1.3. Dukungan yang bisa diberikan oleh keluarga untuk meningktkan kemampuan
klien dalam perawatan diri
6.3. Diskusikan dengan keluarga hal-hal yan perlu dilakukan keluarga dalam perawatan
diri:
6.3.2. Ingatkan klien waktu mandi, gosok gigi, keramas, ganti baju, berhias, dan gunting
kuku.
26
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
BIODATA
Tgl masuk RS : 19 Mei 2012
Tgl Pengkajian : 20 Mei 2012
No. Register : 210092
Ruangan /RS :Anggrek/Pelamonia
Identitas Klien
Nama : Nn. N
Umur : 19 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Suku banga : Makassar
Pekerjaan : Mahasiswa
Pendidikan : SMA
Alamat : Jln. Sultan Alauddin Lr. 6b, Makassar
Penanggung jawab
Nama : Tn. B
Umur : 40 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Kawin
Suku banga : Makassar
Pekerjaan : Wiraswasra
Pendidikan : SMA
Alamat : Jln Sultan Alauddin Lr. 6b, Makassar
Hub. Dengan klien : Anak Klien
27
Riwayat Keperawatan
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien masuk RSJD Makassar pada tanggal 19 Mei 2012, diantar oleh keluarga dengan alasan
klien sering berdiam diri, tidak mau bicara dan tidak mau beraktifitas, Dari hasil pengkajian,
klien telah mengalami gangguan jiwa sejak 2 tahun yang lalu setelah klien tidak lulus
mengikuti tes ujian masuk Universitas terbaik di kota Makassar. Kemudian klien mulai
.
B. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
C. Genogram
68 60
41 43
19 16 11
Ket:
: laki-laki : perempuan
: meninggal
28
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Baik
2. Tingkat kesadaran
3. Tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg
N : 72 x/mnt
P : 20 x/mnt
S : 37o C
4. Kepala
Inspeksi
Palpasi
5. Wajah
Inspeksi
Simertis
Bentuk wajah oval
Tidak ada gerakan abnormal
Palpasi
6. Mata
Inspeksi
29
Struktur mata simetris kiri dan kanan
Konjutiva tidak anemis
Sclera tidak icterik
Tidak ada kelainan pada mata
Pupil isokor
Gerakan bola mata kesegala arah
Palpasi
7. Hidung
Inspeksi
Palpasi
8. Telinga
Inspeksi
Palpasi
9. Mulut
Inspeksi
Gigi
Gigi kotor ()
30
Tidak memakai gigi palsu
Terdapat karies gigi ()
Bibir
Bibir nampak lembab
Mulut berbau
10. Leher
Inspeksi
Palpasi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
12. Jantung
31
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
13. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Bunyi tympani
Palpasi
14. Kulit
Inspeksi
32
Palpasi
16. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas kiri dan kanan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Palpasi
Perkusi
33
JENIS KEGIATAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT
1. Pola nutrisi
a. Frekuensi makan 3 x/ hari 3 x/hari
b. Nafsu makan Baik Baik
c. Jenis makanan Nasi Nasi
d. Porsi makan Dihabiskan Dihabiskan
e. Kebiasaan makan Makan sendiri Makan sendiri
f. Waktu makan Pagi,siang,malam Pagi, siang, malam
g. Jenis minuman Air putih Air putih
h. Frekuensi minum 8 gelas/ hari 8 gelas/hari
2. Pola tidur
a. Tidur siang
14.00-15.00 13.00-14.00
Lama tidur
1 jam 1 jam
b. Tidur malam 22.00-05.00 21.00-05.00
Lama tidur 7 jam 7 jam
3. Personal hygiene
a. Mandi
frekuensi
2 x/hari 1 x/ hari
cara Sendiri dibantu
b. Oral Hygiene
Frekuensi 2 x/hari 1 x/hari
c. Mencuci rambut
3 x/minggu
Frekuensi 1x /hari
4. Pola eliminasi
a. BAK :
frekuensi 5 x/hari 1x/ minggu
Tidak tentu
waktu Tidak tentu
b. BAB :
34
Frekuensi 2 x/hari
Tidak tentu 2 x/hari
Waktu
Tidak tentu
Aspek Psikososial
a. Konsep Diri Klien
Dari hasil wawancara dengan klien gambaran diri, identitas diri, peran diri, ideal diri dan
harga diri klien tidak terkaji karena klien tidak kooperatif selama komunikasi. Klien mengalami
autistik dan mutisme. Klien tampak kurang antusias dalam kegiatan ruangan dan kelompok.
Aktifitas / ADL klien masih dibantu perawat. Dandanan tidak rapi. Makan berantakan .
b. Status Mental
Ketika dilakukan waawancara, Klien tampak menundukan kepala, klien tidak mampu
memulai pembicaraan, wajah klien tampak murung, klien kurang kooperatif, klien
berbicara lambat dan tidak bisa memulai pembicaraan. Selama di rumah sakit, klien
sering menyendiri dan melamun, jarang berinteraksi dengan klien lain, aktifitas masih
dibimbing oleh perawat.
Klien mempunyai afek datar yaitu saat wawancara klien tidak menunjukan roman
muka atau ekspresi wajah, juga saat diberikan stimulus yang menyenangkan atau
menyedihkan. Saat dilakukan wawancara klien tampak tidak ada kontak mata, mudah
beralih atau mengalihkan pandangannya bila diajak bicara. Klien mengalami
disorientasi waktu dan gangguan daya ingat jangka panjang, yaitu klien tidak bisa
mengingat kejadian yang lebih dari satu bulan. Selama wawancara, klien tidak dapat
berhitung.
c. Mekanisme koping
Selama klien dirawat di RS, klien mengatakan jika mengalami masalah, klien lebih banyak
diam. Klien tampak sering duduk menyendiri. Klien tampak asing dengan klien lain
Data Penunjang
Diagnosa medis klien yaitu F 20. 2.
Adapun terapi per oral yang diperoleh tanggal 12 Maret 2012 yaitu
1. Trifluoperazine 2 x 5 mg,
35
2. Amitriptilin 2 x 25 mg,
3. Triheksipenidil 2 x 2 mg,
4. Chlorpromazine 1 x 50 mg.
36
1). KLASIFIKASI DATA
Nama Klien : Nn. “ RJ ”
No. Reg : 21 53 87
DATA SUBJEKTIF DATA OBYEKTIF
Makan berantakan
Gigi kotor
37
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. DS : Gangguan Konsep diri : harga
Klien mengatakan sering diri rendah.
bersedih
DO :
Klien tampak sering
duduk menyendiri,
Klien tampak
menundukan kepala,
38
kelompok.
3. Defisit perawatan diri
DS :
Tidak terkaji karena klien tidak
kooperatif selama diajak
komunikasi
DO :
Aktifitas / ADL klien
masih dibantu perawat
Kebersihan rambut
jelek
Makan berantakan
Gigi kotor
39
POHON MASALAH
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pohon masalah tersebut di atas dapat dirumuskan dalam diagnosa keperawatan di
bawah ini :
1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan isolasi sosial: menarik diri
2. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan gangguan konsep diri: harga
diri rendah
40
FOKUS INTERVENSI KEPERAWATAN
NO PERENCANAAN
DIAGNOSA RASIONAL
DX TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
1. Defisit perawatan diri TUM : Klien dapat
berhubungan dengan mandiri dalam
isolasi sosial: menarik perawatan diri
diri
ditandai dengan: TUK : 1. Klien mampu 1.1. Bina hubungan saling percaya dengan 1.1. Dengan rasa saling
DS (Defisit perawatan 1. Klien dapat menunjukkan tanda- 1.1.1. Beri salam setiap berinteraksi percaya, klien
diri ) : membina tanda percaya 1.1.2. Perkenalkan nama, nama dapat
Tidak terkaji hubungan kepada perawat: panggilan dan tujuan perawat mengungkapkan
karena klien saling percaya 1.1. Wajah cerah, berkenalan perasaannya
tidak dengan tersenyum 1.1.3. Tanyakan nama lengkap dan nama sehingga akan
kooperatif perawat 1.2. Mau berkenalan panggilan yang disukai klien mempermudah
selama diajak 1.3. Ada kontak mata 1.1.4. Tunjukkan sikap jujur dan melakukan
komunikasi 1.4. Menerima menepati janji setiap kali interaksi tindakan
kehadiran 1.1.5. Tanyakan perasaan klien dan keperawatan.
DO (Defisit masalah yang dihadapi klien
perawat
perawatan diri) : 1.1.6. Buat kontrak interaksi yang jelas
1.5. Bersedia
Aktifitas / ADL menceritakan 1.1.7. Dengarkan dengan penuh
klien masih perasaannya perhatian ekspresi perasaan klien
dibantu
perawat
Kebersihan
2. Klien mampu 2. Klien dapat 2.1. Dengan
41
rambut jelek menyebutkan menyebutkan 2.1. Tanyakan pada klien tentang mengetahui penyebab,
penyebab minimal satu 2.1.1. Orang yang tinggal serumah / maka akan
Telinga menarik diri penyebab menarik teman sekamar klien mempermudah dalam
nampak kotor diri dari : 2.1.2. Orang yang paling dekat dengan melakukan tindakan
2.1. Diri sendiri klien di rumah/di ruang perawatan keperawatan.
Kebersihan
2.2. Orang lain 2.1.3. Apa yang membuat klien dengan
kulit buruk
2.3. Lingkungan orang tersebut
Tekstur kulit 2.1.4. Orang yang tidak dekat dengan
kasar klien di rumah/ di ruang
perawatan
Dandanan 2.1.5. Apa yang membuat klien tidak
tidak rapi dekat dengan orang tersebut
2.1.6. Upaya yang sudah dilakukan agar
Makan
dekat dengan orang lain
berantakan
DS ( Menarik diri ) :
2.2. Diskusikan dengan penyebab 2.2. mengetahui
klien
klien menga
menarik diri atau tidak mau bergaul alasan klien menarik
takan jika me diri.
dengan orang lain
ngalami
masalah, klien
lebih banyak
2.3. Beri pujian terhadap kemampuan klien 2.3. pujian akan
diam mendorong klien
mengungkapkan perasaannya
mengungkapkan
3. Klien mampu 3. klien dapat perasaannya.
DO : menyebutkan menyebutkan
keuntungan
42
Klien sering keuntungan berhubungan sosial, 3.1. Tanyakan pada klien tentang : 3.1. meningkatkan
duduk berhubungan misalnya 3.1.1. manfaat hubungan sosial pemahaman klien
menyendiri, sosial dan 3.1. banyak teman 3.1.2. kerugian menarik diri tentang berhubungan
kerugian 3.2. tidak kesepian dengan orang lain.
klien tampak menarik diri 3.3. bisa diskusi
pendiam, 3.4. saling menolong 3.2. Diskusikan bersama klien tentang manfaat 3.2. mengkaji
dan kerugian berhubungan sosial dan kerugian menarik pengetahuan
Klien tampak
menarik diri, diri kliententang manfaat
menundukan
misalnya: berhubungan dengan
kepala,
3.5. sendiri orang lain.
klien tidak 3.6. kesepian
mampu 3.7. tidak bisa diskusi 3.3. pujian akan
memulai 3.3. Beri pujian terhadap kemampuan klien mendorong klien
pembicaraan mengungkapkan perasaanya mengungkapkan
4. klien dapat perasaannya.
Tidak ada 4. Klien dapat melaksanakan
kontak mata melaksanakan hubungan sosial
saat berkomu hubungan secara bertahap 4.1. meningkatkan
nikasi, sosial secara dengan : 4.1. Observasi perilaku klien saat berhubungan interaksi klien dengan
bertahap 4.1. perawat social lingkungan.
Wajah klien
4.2. perawat lain
tampak
4.3. klien lain 4.2. meningkatkan
murung,
4.4. kelompok 4.2. Beri motivasi dan bantu klien untuk interaksi klien dengan
klien juga berkenalan/ berkomunikasi dengan lingkungan.
memiliki afek 4.2.1. Perawat lain
4.2.2. Klien lain
43
datar, 4.2.3. Kelompok
4.3. meningkatkan
Klien tampak 4.3. Libatkan klien dalam Terapi Aktivitas interaksi klien dengan
asing dengan Kelompok Sosialisasi lingkungan.
klien lain
4.4. mengkaji
Klien tampak
4.4. Diskusikan jadwal harian yang dapat pengetahuan
kurang
dilakukan untuk meningkatkan kliententang kegiatan
antusias dalam
kemampuan klien bersosialisasi yang dapat
kegiatan
dilakukannya
ruangan dan
kelompok.
4.5. meningkatkan
4.5. Beri motivasi klien untuk melakukan minat klien dalam
kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah berinteraksi
dibuat
4.6. pujian akan
mendorong klien
4.6. Beri pujian terhadap kemampuan klien untuk melakukan
memperluas pergaulannya melalui aktifitas kegiatannya.
5. klien mampu 5. klien dapat yang dilaksanakan
menjelaskan menjelaskan
perasaannya perasaanya setelah
setelah berhubungan sosial 5.1. mengkaji
berhubungan dengan : pengetahuan klien
sosial 5.1. orang lain 5.1. Diskusikan dengan klien tentang tentang perasaannya
5.2. Kelompok perasaannya setelah berhubungan sosial setelah berhubungan
44
dengan sosial
5.1.1. Orang lain
5.1.2. Kelompok
5.2. pujian akan
mendorong klien
untuk
5.2. Beri pujian terhadap kemampuan klien
6. klien 6.1. Keluarga dapat mengungkapkan
mengungkapkan perasaannya
mendapat menjelaskan tentang perasaannya
dukungan :
keluarga 6.1.1. Pengertian
dalam menarik diri 6.1. mengeahui
memperluas 6.1.2. Tanda dan kondisi umum
hubungan gejala menarik 6.1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga klien dalam
sosial diri sebagai pendukung untuk mengatasi berhubungan
6.1.3. Penyebab dan perilaku menarik diri dengan keluarga
akibat atau orang lain.
menarik diri
6.1.4. Cara merawat 6.2. mengkaji
klien menarik 6.2. Diskusikan potensi keluarga untuk pengetahuan
diri membantu klien mengatasi perilaku keluarga dalam
6.2. Keluarga dapat menarik diri membantu klien
mempraktekkan cara
merawat klien 6.3. memberi
menarik diri informasi
6.3. Jelaskan pada keluarga tentang: mengenai
6.3.1. Pengertian menarik diri pengertian, tanda
45
6.3.2. Tanda dan gejala menarik diri dan gejala,
6.3.3. Penyebab dan akibat menarik diri penyebab, dan
6.3.4. Cara merawat klien menarik diri cara merawat
klien menarik diri
6.4. Mendorong
6.4. Latih keluarga cara merawat klien menarik keluarga dalam
diri mempercepat
proses
penyembuhan
klien
6.5. Mengetahui
perasaan klien
6.5. Tanyakan perasaan keluarga setelah dalam merawat
mencoba cara yang dilatihkan klien
46
7. Klien dapat 7.1. Klien dapat keterlibatannya merawat klien di rumah mengungkapkan
memanfaatkan menyebutkan : sakit perasaannya
obat dengan baik 7.1.1. Manfaat
minum obat 7.1 mengkaji
7.1.2. Kerugian pengetahuan klien
tidak minum tentang konsumsi
obat obatnya.
7.1.3. Nama, 7.1. Diskusikan dengan klien tentang manfaat
warna, dosis, dan kerugian tidak minum obat, nama, 7.2 mengetahui
efek terapi warna, dosis, cara, efek terapi, dan efek apakah klien
dan efek samping penggunaan obat meminum obatnya
samping obat
7.2. Klien 7.2. Pantau klien saat penggunaan obat 7.3. pujian akan
mendemonstrasikan meningkatkan
penggunaan obat keinginan klien
dengan benar untuk meminum
7.3. Klien menyebutkan 7.3. Beri pujian jika klien menggunakan obat obatnya
akibat berhenti dengan benar
minum obat tanpa
7.4 mengkaji
konsultasi dokter
pengetahuan klien
tentang akibat tidak
meminum obatnya
7.4. Diskusikan akibat berhenti minum obat
tanpa konsultasi dengan dokter 7.5. membantu klien
dalam mempercepat
47
2. TUM : proses penyembuhan
Klien dapat
1. Klien menunjukkan 7.5. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada
berinteraksi
ekspresi wajah dokter/ perawat jika terjadi hal-hal yang 1.1. Hubungan saling
dengan orang lain
bersahabat, tidak diinginkan percaya
Isolasi sosial: menarik
menunjukkan rasa merupakan dasar
diri berhubungan TUK :
senang, ada kontak untuk hubungan
dengan gangguan 1. Klien dapat
mata, mau berjabat interaksi
konsep diri: harga membina
tangan, mau 1.1. Bina hubugan salin percaya dengan selanjutnya.
ditandai dengan : hubungan
menyebutkan nama, menggunakan prinsip komunikasi
DS ( Menarik diri ) : saling percaya
maumenjawab terapeutik:
klien menga dengan
salam, klien mau 1.1.1. Sapa klien dengan ramah baik
takan jika me perawat
duduk verbal maupun non verbal
ngalami
berdampingan 1.1.2. Perkenalkan diri dengan sopan
masalah, klien
dengan pearwat, 1.1.3. Tanyakan nama lengkap dan nama
lebih banyak
mau mengutarakan panggilan yang disukai klien
diam
masalah yang 1.1.4. Jelaskan tujuan pertemuan
dihadapi 1.1.5. Jujur dan menepati janji
1.1.6. Tunjukkan sikap empati dan
DO :
menerima klien apa adanya
Klien sering 2. klien dapat 2. Klien menyebutkan : 1.1.7. Beri perhatian dan perhatikan
duduk mengidentifikasi 2.1. Aspek positif kebutuhan dasar klien
menyendiri, aspek positif dan dan kemampuan 2.1. Diskusikan
kemampuan yang yang dimilki tingkat kemampuan
klien tampak dimilki klien seperti menilai
klien
pendiam, realitas, kontrol diri
2.2. Aspek positif
48
Klien tampak keluarga atau integritas ego
menundukan 2.3. Aspek positif 2.1. Diskusikan dengan klien tentang: diperlukan sebagai
kepala, lingkungan 2.1.1. Aspek positif yang dimiliki klien, dasar asuhan
klien keluarga, lingkungan keperawatannya.
klien tidak 2.1.2. Kemampuan yang dimiliki klien
mampu
memulai 2.2. mempermudah
pembicaraan menyeleksi kegiatan
yang mudah untuk
Tidak ada dilakukan
kontak mata
saat berkomu 2.2. Bersama klien buat daftar tentang
nikasi, 2.2.1. Aspek positif klien, keluarga, 2.3. Pujian yang
lingkungan realistik tidak
Wajah klien
2.2.2. Kemampuan yang dimilki klien menyebabkan klien
tampak
melakukan kegiatan
murung,
hanya karena ingin
memiliki afek
2.3. Beri pujian yang realitas, hindarkan
datar, 3. klien dapat
memberi penilaian negatif
menilai
Klien tampak kemampuan yang 3.1. Diskusikan pada
3. Klien mampu
asing dengan dimilki untuk klien tentang
menyebutkan
klien lain dilaksanakan kemampuan yang
kemampuan yang
dimiliki adalah
Klien tampak dapat dilaksankan
prasyarat untuk
49
kurang berubah
antusias dalam
kegiatan 3.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang 3.2. Pengertian
ruangan dan dapat dilaksanakan tentang kemampuan
kelompok. yang dimiliki diri
memotivasi untuk
DS (Harga diri
tetap mempertahankan
rendah):
kemampuannya.
Klien
mengatakan 4. klien dapat
3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat
sering merencanakan 4.1. Klien perlu
dilanjutkan pelaksanaannya
bersedih kegiatan sesuai bertindak secara
dengan 4. Klien mampu realistis dalam
kemampuan yang membuat kehidupannya.
DO : rencana kegiatan
dimilki
Klien tampak harian
sering duduk
menyendiri, 4.2. Sebagai motivasi
tindakan yang akan
Tidak ada
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dilakukan oleh klien
kontak mata
dapat dilakukan setiap hari sesuai selanjutnya
saat
kemampuan klien :
berkomunikasi 4.3. Contoh peran
4.1.1. Kegiatan mandiri
. yang dilihat klien akan
4.1.2. Kegiatan dengan bantuan
memotovasi klien
untuk melaksanakan
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien kegiatan.
50
5. klien dapat
melakukan 5.1. Memberikan
kegiatan sesuai kesempatan kepada
rencana yang klien untuk tetap
dibuat 5. Klien dapat 4.3. Beri contoh cara pelaksanaankegiatan yang melakukan kegiatan
melakukan dapat klien lakukan yang biasa dilakukan
kegiatan sesuai
jadwal yang 5.2. menegtahui
dibuat sejauh mana
kemampuan klien
5.1. Anjurkan klien untuk melaksanakan
kegiatan yang telah direncanakan
5.3. Reinforcement
positif dapat
meningkatkan
harga diri klien
6. Klien dapat 5.3. Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien
memanfaatka
6.1. Mendorong
n sistem
keluarga akan
pendukung
51
yang ada 6. Klien mampu sangat
memanfaatkan berpengaruh
5.4. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan
sistem dalam
kegiatan setelah pulang
pendukung yang mempercepat
ada di keluarga proses
penyembuhan
klien
52
53
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Nn “N”
No. Reg : 21 00 92
NDx. HARI/TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
1 Selasa / TUK 1:
1. Membina hubungan saling percaya dengan
20 -05-2012 memberi salam setiap berinteraksi, S : -klien belum mampu berkomunikasi
memperkenalkan nama, nama panggilan dan dengan perawat
tujuan perawat berkenalan, menanyakan nama
O:
lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
Klien mau berjabat tangan tetapi
kontak mata tidak ada
TUK 2:
2.1. Menanyakan pada klien tentang orang yang S:klien belum bisa mengutarakan tentang
tinggal serumah / teman sekamar klien, orang orang orang yang ada disekitarnya
yang paling dekat dengan klien di rumah/di ruang O:
perawatan, apa yang membuat klien dengan orang
tersebut, orang yang tidak dekat dengan klien di Tidak mau berkomunikasi dengan
rumah/ di ruang perawatan, apa yang membuat perawat
klien tidak dekat dengan orang tersebut, upaya
yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang Klien belum bisa bercerita mengenai
lain
penyebab menarik diri
54
2.2. Mendiskusikan dengan klien penyebab menarik A : Masalah belum teratasi
diri atau tidak mau bergaul dengan orang lain P : Lanjutkan Intervensi TUK 2
TUK 3:
S : klien belum mengerti bagaimana
3.1. Menanyakan pada klien tentang manfaat
hubungan social dan kerugian menarik diri mamfaat ber hubungan sosial
O:
3.2. Mendiskusikan bersama klien tentang manfaat Klien belum mampu menyebutkan
berhubungan sosial dan kerugian menarik diri keuntungan berinteraksi dengan orang
lain
3.3. Memberi pujian terhadap kemampuan klien belum mampu menyebutkan kerugian
mengungkapkan perasaanya tidak berinteraksi dengan orang lain,
55
4.3. Melibatkan klien dalam Terapi Aktivitas Klien masih belum mau
Kelompok Sosialisasi berkomunikasi dengan orang lain
4.4. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan A : Masalah belum teratasi
untuk meningkatkan kemampuan klien P : Lanjutkan Intervensi TUK 4
bersosialisasi
TUK 5 :
5.1. Mendiskusikan dengan klien tentang perasaannya S :klien belum bisa berdiskusi dengan baik
setelah berhubungan sosial dengan Orang lain dan o : klien mau memberitahu perasaannya
Kelompok A : Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi TUK 5
5.2. Memberi pujian terhadap kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya
TUK 6 :
S: klien belum mampu berdiskusi dengan
56
6.1 Mendiskusikan pentingnya peran serta keluarga baik
sebagai pendukung untuk mengatasi perilaku o: klien mau mendengar penjelasan
menarik diri perawat
A: Masalah belum teratasi
6.2 Mendiskusikan potensi keluarga untuk membantu
P: Lanjutkan intervensi TUK 6
klien mengatasi perilaku menarik diri
TUK 7 :
7.1. Mendiskusikan dengan klien tentang manfaat dan S :klien belum bisa berdiskusi dengan baik
57
kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, 0: klien mau berdiskusi dengan perawat
cara, efek terapi, dan efek samping penggunaan
obat. A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi TUK 7
TUK 1:
2. Selasa /
1.1. Bina hubugan saling percaya dengan
20 Mei 2012
menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
S : -klien maseh merasa asing dengan
dengan menyapa klien dengan ramah baik
memperkenalkan diri dengan sopan, menanyakan perawat
nama lengkap dan nama panggilan yang disukai O :
klien, menjelaskan tujuan pertemuan. Klien mau berjabat tangan tetapi
kontak mata tidak ada
58
klien nampak autistik dan mutisme
TUK 3:
3.1. Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang S : klien belum dapat berdiskusi dengan
dapat dilaksanakan baik
O:
3.2. Mendiskusikan kemampuan yang dapat Klien belum mampu menyebutkan
dilanjutkan pelaksanaannya keuntungan berinteraksi dengan orang
lain
59
tidak berinteraksi dengan orang lain,
5.2. Memantau kegiatan yang dilaksanakan klien S :klien belum bisa melaksanakan kegiatan
yang telah dijadwalkan
5.3. Memberi pujian atas usaha yang dilakukan klien o : klien mau memberitahu perasaannya
A : Masalah belum teratasi
5.4. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan P: Lanjutkan intervensi TUK 5
setelah pulang
60
TUK 6:
6.1. Memberi pendidikan kesehatan pada keluarga
tentang cara merawat klien dengan harga diri
rendah
6.2. Membantu keluarga memberikan dukungan selama S: keluarga klien masih belum dapat
klien di rawat menerima keadaan klien saat ini
61
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Nn “N”
No. Reg : 21 00 92
NDx. HARI/TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
62
1 Rabu / TUK 1:
1.1. Membina hubungan saling percaya dengan
21 -05-2012 memberi salam setiap berinteraksi, S : - klien belum dapat berkomunikasi
memperkenalkan nama nama panggilan dan dengan perawat
tujuan perawat berkenalan, menanyakan nama
O:
lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
Klien mau berjabat tangan tetapi
TUK 2:
kontak mata tidak ada
2.1. Menanyakan pada klien tentang orang yang tinggal
serumah / teman sekamar klien, orang yang paling klien nampak autistik dan mutisme
dekat dengan klien di rumah/di ruang perawatan,
apa yang membuat klien dengan orang tersebut, A : Masalah belum teratasi
orang yang tidak dekat dengan klien di rumah/ di P : Lanjutkan Intervensi TUK 1
ruang perawatan, apa yang membuat klien tidak
dekat dengan orang tersebut, upaya yang sudah
dilakukan agar dekat dengan orang lain S : klien belum mampu untuk
mengutarakan tentang apa yang dia
2.2. Mendiskusikan dengan klien penyebab menarik
diri atau tidak mau bergaul dengan orang lain rasakan
O:
2.3. Memberi pujian terhadap kemampuan klien Klien mau berjabat tangan dengan
mengungkapkan perasaannya
penulis namun belum ada kontak
mata
TUK 3:
3.1. Menanyakan pada klien tentang manfaat Klien masih belum mau
hubungan social dan kerugian menarik diri berkomunikasi dengan orang lain
63
3.3. Memberi pujian terhadap kemampuan klien
mengungkap kan perasaanya
TUK 4 :
64
dilaksanakan
TUK 5 :
65
6.5. Menanyakan perasaan keluarga setelah mencoba
cara yang dilatihkan
TUK 7 :
66
7.5. Menganjurkan klien untuk konsultasi kepada
dokter/ perawat jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan
TUK 1:
2. Rabu /
1.1. Bina hubugan salin percaya dengan menggunakan
21 Mei 2012
prinsip komunikasi terapeutik dengan menyapa
S : -klien belum bisa berkomunikasi
klien dengan ramah baik memperkenalkan diri
dengan baik
dengan sopan, menanyakan nama lengkap dan
nama panggilan yang disukai klien, menjelaskan O :
tujuan pertemuan. Klien mau berjabat tangan tetapi
kontak mata tidak ada
TUK 2 :
2.1.Mendiskusikan dengan klien tentang aspek positif klien nampak autistik dan mutisme
yang dimiliki klien, keluarga, lingkunga serta
A : Masalah belum teratasi
kemampuan yang dimiliki klien
P : Lanjutkan Intervensi TUK 1
67
Tidak mau berkomunikasi dengan
2.3. Memberi pujian yang realitas, hindarkan memberi perawat
penilaian negative
Klien belum bisa bercerita mengenai
TUK 3: penyebab menarik diri
68
5.5. Menganjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan O :
yang telah direncanakan Klien mau berjabat tangan dengan
penulis namun belum ada kontak
5.6. Memantau kegiatan yang dilaksanakan klien mata
TUK 6:
6.1. Memberi pendidikan kesehatan pada keluarga S :klien dibantu dalam mengerjakan
tentang cara merawat klien dengan harga diri aktivitasnya
rendah o : klien mau memberitahu perasaannya
A : Masalah belum teratasi
6.2. Membantu keluarga memberikan dukungan selama P: Lanjutkan intervensi TUK 5
klien di rawat
69
S: klien menerima dukungsn dari
keluarganya
o: klien mau mendengar penjelasan
perawat
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi TUK 6
70
71
72
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Nn “RJ”
No. Reg : 23 51 82
NDx. HARI/TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
1 Kamis / TUK 1:
1.1. Membina hubungan saling percaya dengan
22 -05-2012 memberi salam setiap berinteraksi, S : -klien belum mampu berkomunikasi
memperkenalkan nama nama panggilan dan dengan perawat
tujuan perawat berkenalan, menanyakan nama
O:
lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
Klien mau berjabat tangan tetapi
TUK 2:
kontak mata tidak ada
2.1. Menanyakan pada klien tentang rang yang tinggal
serumah / teman sekamar klien, orang yang paling klien nampak autistik dan mutisme
dekat dengan klien di rumah/di ruang perawatan,
apa yang membuat klien dengan orang tersebut, A : Masalah belum teratasi
orang yang tidak dekat dengan klien di rumah/ di P : Lanjutkan Intervensi TUK 1
ruang perawatan, apa yang membuat klien tidak
dekat dengan orang tersebut, upaya yang sudah
dilakukan agar dekat dengan orang lain
S:klien belum bisa mengutarakan tentang
2.2. Mendiskusikan dengan klien penyebab menarik orang orang yang ada disekitarnya
diri atau tidak mau bergaul dengan orang lain O:
Tidak mau berkomunikasi dengan
2.3. Memberi pujian terhadap kemampuan klien
perawat
mengungkapkan perasaannya
73
3.1. Menanyakan pada klien tentang manfaat penyebab menarik diri
hubungan social dan kerugian menarik diri
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi TUK 2
3.2. Mendiskusikan bersama klien tentang manfaat
berhubungan sosial dan kerugian menarik diri
74
4.5. Memberi motivasi klien untuk melakukan kegiatan penulis namun belum ada kontak
sesuai dengan jadwal yang telah dibuat mata
4.6. Memberi pujian terhadap kemampuan klien Klien masih belum mau
memperluas pergaulannya melalui aktifitas yang berkomunikasi dengan orang lain
dilaksanakan
A : Masalah belum teratasi
TUK 5 : P : Lanjutkan Intervensi TUK 4
5.1. Mendiskusikan dengan klien tentang perasaannya
setelah berhubungan sosial dengan Orang lain dan S :klien belum bisa untuk menerima
Kelompok tentang keadaan dirinya
o : klien mau memberitahu perasaannya
5.2. Memberi pujian terhadap kemampuan klien A : Masalah belum teratasi
mengungkapkan perasaannya P: Lanjutkan intervensi TUK 5
TUK 6 :
75
menarik diri, tanda dan gejala menarik diri,
penyebab dan akibat menarik diri serta cara
merawat klien menarik diri
TUK 7 :
76
7.3. Memberi pujian jika klien menggunakan obat
dengan benar
77
TUK 2 :
2.1.Mendiskusikan dengan klien tentang aspek positif
yang dimiliki klien, keluarga, lingkunga serta S: klien belum mau menerima tentang keadaan
kemampuan yang dimiliki klien dirinya saat ini
O:
2.2. Bersama klien membuat daftar tentang aspek ang kaTidak mau berkomunikasi
positif klien, keluarga, lingkungan serta dengan perawat
kemampuan yang dimilki klien
Klien belum bisa bercerita mengenai
2.3. Memberi pujian yang realitas, hindarkan memberi penyebab menarik diri
penilaian negative
A : Masalah belum teratasi
TUK 3: P : Lanjutkan Intervensi TUK 2
3.1. Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang
dapat dilaksanakan
S :klien masih belum mengerti tentang
78
4.3. Memberi contoh cara pelaksanaankegiatan yang S : klien masih ragu tentang keadaan
dapat klien lakukan sekitar lingkungannya
O:
Klien mau berjabat tangan dengan
TUK 5 :
penulis namun belum ada kontak
5.1. Menganjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan
mata
yang telah direncanakan
79
klien
6.3. Membantu keluarga menyiapkan lingkungan A: masalah belum teratasi
rumah P: lanjutkan intervensi TUK 6
80
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas tentang hasil pendokumentasian asuhan keperawatan jiwa
yang telah dilakukan selama satu hari pada Nn. RJ dengan masalah utama isolasi sosial :
menarik diri di Ruang Seruni RS Tk. II Pelamonia, Makassar. Pembahasan ini mencakup
seluruh proses asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan. Pengkajian diperoleh melalui
wawancara dengan klien, laporan teman sejawat, catatan keperawatan atau tenaga
kesehatan lainnya dan melalui pengkajian fisik. Pembahasan yang diuraikan dimulai dari
tahap pengkajian sampai dengan evaluasi serta ditinjau dari teori keperawatan jiwa.
Kesenjangan antara teori dan kondisi nyata dilahan praktek diuraikan juga pada bab ini.
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 12 Maret 2012 pukul 08.30 WITA, di
ruang Seruni RS Tk. II Pelamonia, Makassar. Dari hasil pengkajian yang dilakukan,
dengan cara autoanamnesa maupun alloanamnesa. Autoanamnesa yaitu interaksi
antara perawat-klien secara langsung dimana interaksi tersebut merupakan suatu
kegiatan untuk menjalin hubungan komunikasi yang baik antara perawat-klien.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan klien, membantunya dalam
pengalaman kehidupan sehari-hari agar dapat melakukan kegiatan sebagaimana
mestinya dan mencari tahu latar belakangnya dirawat di rumah sakit jiwa.
Pengkajian dengan cara alloanamnesa dengan melihat catatan medik klien.
Menurut Nurjannah (2005) bahwa pengkajian merupakan tahap awal dan
dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan
data dan perumusan kebutuhan masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi
data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Hal-hal yang perlu dikaji pada klien
menarik diri adalah biodata klien, alasan masuk, keluhan utama, faktor
predisposisi, status mental, faktor-faktor psikososial, kebutuhan persiapan pulang
serta mekanisme koping yang sering digunakan. Sedangkan menurut Stuart dan
Sundeen (1998) pengkajian pada pasien dengan gangguan jiwa isolasi sosial :
menarik diri meliputi faktor predisposisi, faktor presipitasi, perilaku, fisik, status
emosi, intelektual, status sosial dan spiritual.
Berdasarkan data pengkajian pada Nn. RJ dan data dokumentasi
keperawatan yang ada didapatkan faktor predisposisi yang mendukung munculnya
masalah pada klien yaitu klien telah mengalami gangguan jiwa sejak 1 tahun yang
lalu, klien diantar oleh keluarga tanggal 9 Maret 2012 ke Rumah Sakit Tk. II
Pelamonia dengan alasan klien sering berdiam diri, tidak mau bicara dan tidak mau
beraktifitas. Faktor presipitasinya klien mengalami perubahan perilaku semenjak
81
dijauhi oleh teman-temannya. Klien dikucilkan hingga klien mulai mengalami
perubahan perilaku.
Dari hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan dari pengkajian pasien adalah
tidak ada kelainan pada pemeriksaan tanda-tanda vital. Dari hasil pemeriksan
antropometri didapat tinggi badan klien 156 cm dan berat badan klien 42 kg.
Sedangkan dari pemeriksaan head to toe kebersihan rambut jelek , telinga nampak
kotor kebersihan kulit buruk , tekstur kulit kasar , gigi kotor dan terdapat karies gigi
82
dirinya,curiga dengan orang lain,mendengar suara-suara/melihat bayangan,
merasa malu untuk berbicara dengan orang lain, menyendiri dalam ruangan, tidak
bias memulai pembicaraan, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain
(autistik/mutisme), tidak melakukan kontak mata, sikap mematung, mondar-
mandir tanpa arah, tidak berinisiatif berhubungan dengan orang lain, banyak
menunduk saat diajak bicara, afek dapat tumpul atau datar, posisi tidur tampak
meringkuk di tempat tidur dengan punggung menghadap ke pintu. (Workshop
Standar Asuhan & Bimbingan Keperawatan Jiwa RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang,
2007). Pada perilaku klien dengan gangguan isolasi sosial: menarik diri yaitu
kurang sopan, apatis, sedih, afek tumpul, kurang perawatan diri, komunikasi verbal
turun, menyendiri, kurang peka terhadap lingkungan, kurang energy, harga diri
rendah dan posisi tidur seperti janin (Sujono & Teguh, 2009).
Setelah dilakukan pengkajian pada Nn. RJ didapatkan data subyektif klien
yaitu klien merasa sedang sedih. Dan data obyektifnya adalah klien tampak
menyendiri, klien tampak diam, klien tampak menundukan kepala, tidak ada
kontak mata, klien tampak sedih, wajah klien tampak murung, tidak mau
berkomunikasi dengan orang lain (autistik/mutisme), afek datar, kurang perawatan
diri. Berdasarkan data pengkajian yang muncul ada kesenjangan teori dengan
keadaan yang dialami oleh klien.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data yang didapatkan dari klien,
penulis merumuskan diagnosa keperawatan untuk membantu proses keperawatan
klien selama dirawat di ruang Seruni RS Tk. II Pelamonia, Makassar.
Adapun diagnosa keperawatan yang ditemukan penulis yaitu defisit
perawatan diri berhubungan dengan gangguan isolasi sosial : menarik diri dan
gangguan isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan gangguan konsep diri :
harga diri rendah.
1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan Isolasi sosial : menarik diri
Penulis menetapkan diagnosa keperawatan gangguan isolasi sosial :
menarik diri sebagai prioritas masalah keperawatan. Isolasi sosial adalah
pengalaman kesendirian secara individu dan dirasakan segan terhadap orang
lain dan sebagai keadaan yang negatif atau mengancam (NANDA, 2005:208).
Data yang mendasari pengangkatan diagnosa keperawatan gangguan
isolasi sosial : menarik diri berupa data obyektifnya adalah klien tampak
menyendiri, klien tampak diam, klien tampak menundukan kepala, tidak ada
kontak mata, klien tampak sedih, wajah klien tampak murung, tidak mau
83
berkomunikasi dengan orang lain (autistik/mutisme), afek datar, kurang
perawatan diri.
Alasan kenapa diagnosa “gangguan isolasi sosial : menarik diri” menjadi
prioritas pertama karena apabila masalah isolasi sosial : menarik diri tidak
ditangani / tidak dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan
perubahan persepi sensori : halusinasi dan resiko tinggi mencederai diri sendiri,
orang lain bahkan lingkungan. Perilaku yang tertutup dengan orang lain juga
bisa menyebabkan intoleransi aktifitas yang akhirnya bisa berpengaruh
terhadap ketidakmampuan untuk melakukan perawatan secara mandiri
(Sujono dan Teguh, 2009).
2. Gangguan isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan gangguan konsep
diri : Harga diri rendah
Data yang ditemukan saat pengkajian yaitu data subjektif : klien
mengatakan sering bersedih. Data objektif : klien tampak sering duduk
menyendiri, tidak ada kontak mata saat berkomunikasi.
Menurut Keliat ( 1998 : 23 ) harga diri rendah merupakan suatu
keadaan dimana evaluasi diri atau dapat di gambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri, harga diri,
merasa gagal mencapai keinginan, tidak berdaya, tidak ada harapan dan putus
asa. Ada sepuluh cara individu mengekspresikan secara langsung harga diri
rendah yaitu mengejek dan mengkritik diri sendiri, merendahkan atau
mengurangi martabat diri sendiri, rasa bersalah atau khawatir, manisfestasi
fisik : tekanan darah tinggi, psikosomatik, dan penyalahgunaan zat, menunda
dan ragu dalam mengambil keputusan, gangguan berhubungan, menarik diri
dari kehidupan sosial, menarik diri dari realitas, merusak diri, merusak atau
melukai orang lain (Stuart and Sundeen, 1998:230).
Menurut Sunaryo (2004:34) Harga diri rendah timbul jika individu
merasakan kehilangan kasih sayang, cinta kasih dan penghargaan dari orang
lain dan tidak memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan cita-cita
ideal yang ada dalam dirinya, sehingga individu akan mengalami kesulitan
dalam berinteraksi dalam hubungan interpersonalnya dengan orang lain di
lingkungan sosial.
Diagnosa ini dijadikan diagnosa kedua karena muncul Berdasarkan
stressor di atas penulis menegakkan diagnosa kedua dengan adanya gangguan
konsep diri karena klien merasa gagal mencapai keinginanya menikah dengan
wanita yang di cintainya. Jika tidak ditegakan klien akan tetap pendiam dan
lebih suka menyendiri dan jarang berinteraksi dengan orang lain.
84
C. Implementasi
Pada 12 Maret 2012 penulis melakukan implementasi SP yaitu
mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien, berdiskusi dengan pasien tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain, berdiskusi dengan pasien tentang
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, mengajarkan pasien cara
berkenalan dengan satu orang, menganjurkan pasien memasukan kegiatan latihan
berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian. Implementasi
tersebut dapat dilakukan cukup mudah, karena penulis menggunakan komunikasi
terapeutik.
Menurut As Hornby (1974) dikutip oleh Teguh Purwanto (2009)
komunikasi terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari
penyembuhan. Sedangkan menurut Wahyu Purwaningsih (2009:11) dapat
diartikan pula komunikasi yang direncanakan secara sadar, berlangsung secara
verbal dan non verbal, tujuan dan kegiatannya difokuskan untuk menyembuhkan
klien. Faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan komunikasi terapeutik
secara efektif adalah pengenalan kesadaran diri sendiri dan mengenal orang lain
yang akan diajak untuk berhubungan, sehingga individu dapat menggunakan
dirinya secara efektif dan tujuan komunikasi dapat tercapai (Nurjannah, 2005:92).
Menurut Stuart dan Sundeen (1998:22), Teknik komunikasi yang
diterapkan adalah Silence atau (diam) yang bertujuan untuk memberi kesempatan
berpikir dan memotivasi klien untuk bicara dengan cara memberikan waktu
kepada klien untuk berpikir dan menghayati, memperlambat tempo interaksi dan
dorong klien untuk mengawali percakapan sementara itu perawat menyampaikan
dukungan, pengertian dan penerimaannya. Hal ini akan memberikan kesan bahwa
perawat / komunikator mau mendengarkan, mau menerima dan mengerti.
Dengan tekhnik komunikasi terapeutik yang dilakukan maka diharapkan
hubungan saling percaya dapat tercapai. Hubungan saling percaya adalah dasar
yang diperlukan dalam pengelolaan klien dan kemampuan klien dalam mengikuti
anjuran dan saran perawat didasarkan atas kualitas hubungan ini (Stuart &
Sundeen, 1998). Dilakukannya identifikasi penyebab isolasi sosial : menarik diri
agar dapat mengurangi beban dan tekanan yang dirasakan oleh klien. Tekhnik
komunikasi yang dilakukan oleh penulis ketika melakukan implementasi
mengidentifikasi penyebab isolasi sosial adalah mendengar dengan empati.
Menurut Smith (1992) dalam Intansari (2005) empati adalah kemampuan
menempatkan diri kita pada diri orang lain dan bahwa kita telah memahami
bagaimana perasaan orang lain tersebut dan apa yang menyebabkan reaksi mereka
85
tanpa emosi kita terlarut dalam emosi orang lain, karena dengan empati dapat
meningkatkan perasaan berhubungan dengan orang lain, perasaan ini akan
menurunkan perasaan negative, kesendirian dan isolasi. Dengan adanya tekhnik
komunikasi tersebut mempermudah penulis dalam membina hubungan saling
percaya dan mengidentifikasi penyebab isolasi sosial : menarik diri.
Terapi psikofarmaka yang diperoleh klien yaitu Trifluoperazine 2 x 5 mg,
Amitriptilin 2 x 25 mg, Triheksipenidil 2 x 2 mg, Chlorpromazine 1 x 50 mg.
Menurut Depkes (2000) Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan
tujuan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa.
D. Evaluasi
Implementasi SP yang telah dilakukan belum dapat dilakukan dengan baik
karena klien tidak kooperatif selama diajak komunikasi, klien tampak autistik dan
mutisme. Hal ini terlihat dari hasil evaluasi dengan data Obyektif “Klien mau
berjabat tangan, tetapi kontak mata tidak ada, klien nampak autistik dan mutisme,
tidak mau berkomunikasi dengan perawat, klien belum bisa bercerita mengenai
penyebab menarik diri” sehingga SP membina hubungan saling percaya dan
mengidentifikasi penyebab isolasi sosial : menarik diri belum tercapai.
Pada pukul 12.00 WITA penulis melanjutkan implementasi SP yaitu
mendiskusikan dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
dan mendiskusikan dengan klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang
lain, mengajarkan klien cara berkenalan dengan satu orang dan menganjurkan
klien memasukan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain. Dari
implementasi SP yang telah dilakukan oleh penulis, implementasi tersebut belum
dapat dilakukan secara optimal. Hal ini terlihat dari hasil evaluasi dengan data
Obyektif “Klien belum mampu menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan
orang lain dan belum mampu menyebutkan kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain, Klien mau berjabat tangan dengan penulis namun belum ada kontak
mata, klien masih belum mau berkomunikasi dengan orang lain”. Dapat
disimpulkan SP belum tercapai.
86
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Perawat kesulitan dalam berkomunikasi dengan klien karena klien masih
kurang fokus dalam diskusi yang dilakukan. Hal ini mempersulit dalam perawat
melakukan asuhan keperawatan yang disesuaikan dengan teori yang ada.
2. Saat melakukan pengkajian status kesehatan klien dengan gangguan hubungan
social : menarik diri. Pengkajian juga dilakukan dengan melihat status klien
(dokumen rekam medis), sehingga dapat diperoleh data yang tepat sesuai
dengan kondisi klien dan sesuai masalah yang timbul.
3. Perencanaan asuhan keperawatan terutama dalam perencanaan asuhan
keperawatan pada klien menarik diri, dibuat berdasarkan yang diperoleh dari
pengkajian, disesuaikan juga dengan kondisi klien, dengan demikian dapat
membantu proses penyembuhan secara optimal.
4. Menyesuaikan konsep teori yang ada dimana perawat lebih mengenal dan
mengetahui kondisi kliennya, maka perlu membina hubungan saling percaya,
supaya perawat dapat mengetahui penyebab, tanda, gejala, faktor presipitasi
dan jangan lupa peran aktif keluarga. Diharapkan mempercepat proses
penyembuhan klien dan peran perawat dapat mengimplementasikan tindakan
keperawatan dengan mudah.
5. Dokumentasi yang lengkap dalam asuhan keperawatan akan mempermudah
perawat dalam intervensi dan implementasi tindakan keperawatan yang sesuai
kondisi klien.
B. SARAN
1. Dalam memberikan asuhan keperawatan harus dibutuhkan ketelitian serta
ketajaman dalam pengkajian dan analisa masalah, sangat diperlukan oleh
87
seorang perawat, sehingga perawat mampu mengenal dan mengetahui
gangguan hubungan social : menarik diri.
2. Saat melakukan pengkajian hendaknya dilakukan secara terperinci dan secara
sistematis sehingga dapat memperoleh data yang sesuai dengan kondisi klien
agar memudahkan perawat dalam melakukan analisa data, intervensi,
implementasi dan pendokumentasian.
3. Penerapan teori keperawatan, terutama dalam memberikan asuhan
keperawatan jika hendaknya perawat menguasai konsep teori yang ada,
sehingga memudahkan perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan pada
klien dengan halusinasi penglihatan.
4. Pada saat melakukan komunikasi perlu adanya reinforcement positif yang
diberikan kepada klien. Dengan adanya reinforcement tersebut maka akan
dapat meningkatkan harga diri klien sehingga klien akan dapat merubah
perilaku menarik dirinya.
5. Pada saat berkomunikasi diusahakan pada tempat yang tenang. Dengan tempat
yang tenang maka klien akan dapat lebih fokus dan kontak mata tidak akan
teralihkan pada hal yang terjadi di sekitar.
6. Dalam membina hubungan saling percaya dengan klien diri perlu adanya
kontak sering dan singkat secara bertahap serta ciptakan lingkungan yang
menyenangkan.
7. Dalam melaksanakan komunikasi dengan klien menarik diri perlu adanya
teknik komunikasi broad opening (pertanyaan terbuka). Dimana dengan teknik
ini perawat dapat memberi kesempatan pada klien untuk memilih topik
pembicaraan yang diinginkan sehingga klien dapat mengeksplorasikan
perasaannya dan pikirannya.
88