Anda di halaman 1dari 37

DISTRIBUSI SPASIAL DAN TEMPORAL SO2 DAN NO2

DKI JAKARTA

SYAMSUL ANWAR
G24101030

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005
DISTRIBUSI SPASIAL DAN TEMPORAL SO2 DAN NO2 DKI
JAKARTA

SYAMSUL ANWAR
G24101030

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
Pada
Program Studi Geofisika dan Meteorologi

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005
Judul : Distribusi Spasial dan Temporal SO2 dan NO2 DKI Jakarta
Nama : Syamsul Anwar
NRP : G24101030

Menyetujui,

Dr.Ir. Imam Santosa, MS


Pembimbing I

Mengetahui,

Prof Dr. Ir. Hidayat Pawitan Ir. Idung Risdiyanto, MS IT


Ketua Jurusan Komisi Pendidikan

Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 September 1982 , sebagai anak kedelapan dari
sepuluh bersaudara Pasangan H.Asmari dan Hj. Naseha. Sekolah dasar Madrasah Ibtidaiyah AHDI
melanjutkan ke MTSN 1 Jakarta kemudian SMU 49 Jakarta, diterima di IPB pada tahun 2001 seleksi
UMPTN, pernah mengikuti organisasi HIMAGRETO sebagai seksi Olahraga.
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang telah
diberikan sehingga kita masih hidup sampai sekarang, dan tak lupa kita sanjungkan salawat serta salam
kepada junjungan kita kepada Nabi Muhammad saw. Terima kasih kepada semua teman-teman yang
telah mendukung penelitian saya yang berjudul Distribusi Spasial dan Temporal SO 2 dan NO2.
Terima kasih penulis ucapkan kepada pembimbing yang telah mau membimbing yaitu Bapak
Dr.Ir. Imam Santosa, dan Dosen Penguji Pak Sobry, dan Pak Idung, Pak Putu,kepada Ibu Rina BPLHD,
bang Andi,, Bapak Iwan BMG, Pak Winarno, dan juga kepada Erwin dan Kokom yang telah
membantu dalam pembuatan SIG. Anak- anak GFM 38, Kos Kemuning, Hamid, Sahrul, anak galih,
Hery Wijaya , nadar, oza, dian, merri, lintang, iqbal, jae, maedi, anto, haries, fikri Pak Djun, Pak
Supono, aa wahyu, iskandar, pak rizal dan semuanya yang berjasa mudah-mudahan Allah yang
membalasnya.
Ucapan spesial yang ditunjukkan kepada Ibu Hj. Naseha (alm) dan Bapak H.Asmari (alm), kepada
kakakku Nurhayati dan Kak Riri, Samsuri, Nasrulloh, Kamal, Nani, Lilah, Gofur serta Adikku Yuli
dan Yuyun.
Ucapan yang setulus -tulusnya kepada seorang yang berarti dalam hidupku An-an Mustika, serta
Bapak Dadang, Ibu Lilis, Teteh Nenden, A Teten, oceng.
Semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat.

Jakarta, Agustus 2005


SYAMSUL ANWAR. Distribusi Konsentrasi SO2 dan NO2 DKI Jakarta Tahun 2003 Dibimbing oleh
Dr.Ir. Imam Santosa, MS .
Penelitian ini secara umum ditujukkan untuk melihat keadaan pencemar SO 2 dan NO2 di Jakarta
pada tahun 2003, yang lebih banyak keberadaan konsentrasinya dipengaruhi oleh kegiatan aktivitas
masyarakat Jakarta, apalagi pada tahun 2003 kepadatan penduduk yang mencapai kurang lebih 10 juta
penduduk. Aktivitas yang sangat mempengaruhi adalah penggunaan alat transportasi darat yaitu
kendaraan bermotor yang mengemisikan sumber pencemar SO 2 dan NO2
Pengukuran yang ada di Jakarta berjumlah 15 lokasi pengukuran yang terdiri dari metode
kontinyu dan metode sesaat pengukuran serta pengukuran dari BMG Kemayoran. Pada bulan
pengukuran yaitu bulan Juli, Agustus, Oktober dan November keadaan pencemar NO 2 yang tertinggi
berada pada bulan Juli dimana nilainya melebihi baku mutu yang ditetapkan pemerintah yaitu 0. 05
ppm, sedangkan untuk pencemar SO2 keberadaannya belum melewati baku mutu karena pada bulan-
bulan pengukuran SO2 masih dibawah 0.1 ppm.
Penelitian ini didasarkan atas lokasi peruntukan pada masin g-masing tempat yaitu permukiman,
perkantoran, olahraga, industri dan campuran antara permukiman, olahraga dan perkantoran serta
industri, dimana pada lokasi permukiman pada bulan-bulan pengukuran konsentrasi SO2 dan NO2
tinggi, lokasi perkantoran BPLHD di bulan pengukuran hanya bulan Juli, lokasi industri pada bulan
Juli dan November juga tinggi. Pada lokasi olahraga (Senayan) masih dibawah baku mutu pemerintah
pada bulan-bulan pengukuran, untuk daerah parawisata Dufan selalu tinggi nilai NO 2nya bahkan pada
bulan Juli dan November melewati baku mutu.
Keadaan curah hujan juga berpengaruh pada pencucian polutan SO2 dan NO2 tersebut, untuk
Jakarta pola iklim lebih dipengaruhi oleh Moonsun yaitu musim hujan yang berada pada bulan
Desember, Januari, Februari dimana keadaan konsentrasi SO2 dan NO2 masih dalam kisaran normal
antara 8,78 µg/m3 sampai 161µg/m3 untuk SO2 dan 8,2 µg/m3 sampai 70,72µg/m3 sehingga belum
melewati baku mutu dari pemerintah. Pada bulan musim kemarau yaitu Juni, Juli, Agustus keadaan
konsentrasi SO2 dan NO2 masih dalam kisaran normal belum melewati baku mutu.
i

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. i

DAFTAR TABEL ………………………………………………………………... ................... ii

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………………..... ii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………… …………... ii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………. 1
1.2 Tujuan penelitian………………………………………………………….................. 1

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Komposisi Atmosfer………………………………………………………………… 1
2.2 Polusi Udara ……………………………………………………………… ………… 1
2.3 Hujan Asam dan Proses Pembentukannya…………………………………………... 2
2.3.1 Produksi Asam Nitrat di Atmosfer………………………………………… 3
2.3.2 Produksi Asam Sulfat di Atmosfer………………………………………… 4
2.4 Keadaan Umum Provinsi DKI Jakarta………………………………………………. 5
2.4.1 Luas dan Letak Geografis ……………… ………………………………….. 5
2.4.2 Keadaan Penduduk DKI Jakarta …………………………………................ 5
2.4.3 Keadaan Topografi ………………………………………………................ 5
2.4.4 Formasi Geologis dan Tanah……………………………………... .............. 6
2.4.5 Transportasi………………………………………………………………… 6

III. BAHAN DAN METODE


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian…………………………………………….. ................ 8
3.2 Bahan dan Alat………………………………………………………………………. 8
3.3 Metode Penelitian ……………………………………………………………………. 8
3.3.1 Studi Pustaka……………………………………………………………… 8
3.3.2 Metode Analisis Data ……………………………………………................ 8
3.3.2.1 Distribusi Spasial dan Temporal Konsentrasi SO2 dan NO2……. 8
3.3.3 Analisis Konsentrasi SO2 dan NO2 Berdasarkan Lokasi Peruntukan……. 9
3.3.4 Analisa Konsentrasi SO2 dan NO2 Berdasarkan Curah Hujan Jakarta…… 9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Metode Distribusi konsentrasi SO2 dan NO2 DKI Jakarta………………………… … 9
4.1.1 Analisa Peta Distribusi Konsentrasi SO2 dan NO2 Berdasarkan Lokasi
Peruntukan……………………………………………………………………. 10
4.1.2 Analisa Peta Distribusi Konsentrasi SO2 dan NO2 Berdasarkan Bulan
Pengukuran…………………………………………………………………… 13
4.1.3 Pengaruh Curah Hujan terhadap Konsentrasi Pencemar SO2 dan NO2 ……… 13

V. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………........................... 19

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..................... 20

LAMPIRAN…………………………………………………………………………………… 21
ii

DAFTAR TABEL

Halaman
1. Kandungan Sulfur Dalam Bahan Bakar Minyak ( BBM).................................................... 4
2. Kontribusi Sektoral Emisi Pencemaran Udara di DKI Jakarta tahun 1991/1992................ 8
3. Lokasi Pemantauan Kualitas Udara ambien................................................................ ........ 10
4. Metode Analisa Kualitas Udara........................................................................................... 10

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Proses Kandungan Kimia dari Sumber Emisi dan Hujan Asam.......................................... 7
2. Proses Umum Siklus Nitrogen……………………………………………………………. 7
3. Proses Umum Siklus Sulfur……………………………………………... .......................... 7
4. Hubungan Antara Kecepatan kendaraan dan emisi NO 2..................................................... 8
5. Curah Hujan (Mm) DKI Jakarta.......................................................................................... 14
6. Konsentrasi SO2 (µg/m3) DKI Jakarta tahun 2003……………………………………….. 14
7. Konsentrasi NO2 (µg/m3) DKI Jakarta tahun 2003……………………………………..... 15
8. Distribusi Konsentrasi NO2 Bulan Juli............................................................................... 16
9. Distribusi Konsentrasi NO2 Bulan Agustus ........................................................................ 16
10. Distribusi Konsentrasi NO2 Bulan Oktober......................................................................... 17
11. Distribusi Konsentrasi NO2 Bulan November..................................................................... 12. 17
Distribusi Konsentrasi SO2 Bulan Juli................................................................................. 13. 18
Distribusi Konsentrasi SO2 Bulan Agustus......................................................................... 14. 18
Distribusi Konsentrasi SO2 Bulan Oktober......................................................................... 15. 19
Distribusi Konsentrasi SO2 Bulan November...................................................................... 19

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data Kualitas Udara 15 Stasiun Pengamatan di DKI Jakarta


2. Baku Mutu SO2 dan NO2 serta Tabel Konversi
3. Sistem Pencemaran Udara
4. Data Curah Hujan
5. Data Konsentrasi SO2 dan NO2 Tahun 2003
6. Contoh Gambar lokasi pengukuran Koalitas Udara Ambien
1

I. PENDAHULUAN Oksigen : 21,49 %


Argon : 0,93 %
1.1 Latar Belakang Karbodioksida : 0,032 %
DKI Jakarta merupakan kota dengan Beberapa di antara gas-gas di atas
kepadatan penduduk cukup tinggi di Indonesia, permukaan bumi tersebut mempunyai
hampir semua kegiatan dan aktivitas berlangsung konsentrasi yang sama (Permanen Gases)
sepanjang hari, sehingga keadaan tersebut sedangkan sebagian lagi konsentrasinya berbeda
mengakibatkan timbulnya banyak masalah. menurut waktu dan tempat berada (Variabel
Salah satu masalahnya adalah kualitas Gases) perubahan konsentrasi gas -gas ini terjadi
lingkungan yang semakin menurun. Masalah karena penggunaannya oleh makhluk hidup atau
lingkungan yang sangat penting adalah masalah karena perubahan kondisi alam ( Hamonangan,
kualitas udara yang menurun dari tahun ke tahun. 2004).
Pencemar NO2 dan SO2 merupakan salah Meningkatnya kegiatan disuatu tempat akan
satu jenis gas yang mempengaruhi keadaan mengakibatkan perubahan kandungan udara
kualitas udara tersebut, adapun sumber terbesar dalam jumlah yang besar sehingga ada zat-zat
untuk kota Jakarta berasal dari aktivitas kegiatan yang tidak sempat dinetralkan oleh alam. Bila
manusia/ antropogen made yaitu dalam hal ini berlangsung terus maka jumlah zat-zat
penggunaan kendaraan bermotor di DKI Jakarta, yang tidak ternetralisasikan ini bertambah dan
hal ini berdasarkan seringnya terjadi kemacetan akibatnya komposisi udara akan berubah
ruas-ruas jalan di Jakarta akibat banyaknya (Winarso, 1991).
kendaraan yang beroperasi setiap harinya.
Menurut Dephub (2003) kendaraan 2.2 Polusi Udara
bermotor yang beroperasi di DKI Jakarta Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun
mengalami peningkatan 8 % per tahunnya. 1997, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Salah satu jenis gas pencemar yang di Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1 ayat
emisikan oleh kendaraan bermotor adalah NO2 (12) disebut : “Pencemaran Lingkungan adalah
dan SO2. Bila keadaan SO2 dan NO2 tinggi masuknya atau dimasukannya makhluk hidup,
menyebabkan hujan asam, dimana zat yang zat, energi atau komponen lain ke dalam
terdapat pada hujan asam tersebut yaitu sulfat lingkungan hidup oleh kegiatan manusia atau
dan nitrat merupakan asam kuat bila proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun
konsentrasinya tinggi dapat membahayakan ke tingkat tertentu yang menyebabkan
kesehatan penduduk pada saluran pernafasan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat
Jakarta. berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya”.
Sutamihardja (1981) mengelompokkan
1.2 Tujuan Penelitian sumber pencemar udara ke dalam tiga golongan
Untuk mengetahui kondisi pencemaran yaitu : sumber titik, sumber area dan sumber
udara berdasarkan konsentrasi SO2 dan NO2 bergerak. Sumber titik dan sumber area dapat
pada bulan-bulan pengukuran. dikelompokkan ke dalam satu kelompok
bersama yaitu sumber tak bergerak (stasioner)
seperti yang berasal dari rumah tangga, industri,
II. TINJAUAN PUSTAKA letusan gunung berapi dan pembakaran sampah.
Sedangkan sumber emisi bergerak berasal
2.1 Komposisi Atmosfer dari kendaraan bermotor dan alat transportasi
Udara merupakan campuran beberapa lainnya. Sumber pencemar tidak bergerak
macam gas yang perbandingannya tidak tetap, (stasioner) seperti industri dan pemukiman dapat
tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan menghasilkan unsur-unsur polutan ke atmosfer
udara dan lingkungan sekitarnya. Udara adalah sebagai berikut : kabut asam, oksida nitrogen,
atmosfer yang berada disekeliling bumi yang karbon monoksida, partikel-partikel padat,
fungsinya sangat penting bagi kehidupan hidrogen sulfida (H2S), metil merkaptan
makhluk hidup. Dalam udara terdapat oksigen (CH3SH), amonia, gas klorin, hidrogen klorida,
(O2) untuk bernafas, karbondioksida (CO 2) untuk flour, timah hitam, gas -gas asam, seng,
proses fotosintesis oleh klorofil daun dan ozon kadmium, arsen, dan asap.
(O3) untuk menahan sinar ultraviolet (Winarso, Sedangkan sumber emisi bergerak, seperti
1991). halnya kendaraan bermotor dapat menghasilkan
Komposisi untuk udara tersusun dari : unsur-unsur sebagai berikut : karbon monoksida,
Nitrogen : 78,09 %
2

sulfur oksida, oksida nitrogen, hidrokarbon dan kepermu kaan bumi sebagai akibat gaya tarik
partikel-partikel padat (Anonimous, 1987). bumi.
Menurut Santosa (2005) proses pemanasan Anonimous (1983) menjelaskan bahwa
meliputi loncatan listrik, pembakaran bahan pencemaran udara memberi dampak long term
bakar minyak dapat menghasilkan gas pencemar effect dan long term poisioning kepada kesehatan
SO2 dan NO2. Pemanasan berupa loncatan listrik manusia maupun kelestarian lingkungan, acid
dengan suhu tinggi dapat menghasilkan gas NO2, deposition merupakan salah satunya yang
sedangkan pembakaran bahan bakar minyak terbentuk melalui proses yang panjang serta
(BBM) terutama menghasilkan gas SO2 dan memakan waktu yang lama dan akan turun ke
hanya sedikit sebagai SO3. bumi sebagai dry acid deposition ( dalam bentuk
Sulfur dioksida (SO2) yang berasal dari aerosol) dan wet acid deposition (hujan asam) .
proses pembakaran bahan bakar fosil (batu bara Deposit kering adalah peristiwa terkenanya
dan minyak bumi) dan oksida nitrogen (NOx) permukaan suatu benda atau makhluk hidup oleh
hasil buangan kendaraan bermotor dapat asam yang berada di udara atau dengan kata lain
menimbulkan gangguan bau, gangguan dalam deposit kering adalah transfer secara langsung
sistem pernafasan manusia dan menghambat dari gas-gas asam yang ada di udara. Keadaan ini
pertumbuhan tanaman. Pada keadaan biasanya terjadi dekat sumber pencemar
kelembaban tinggi SO2 dapat membentuk asam misalnya daerah industri yang dekat dengan
sulfat yang sifatnya sangat korosif pada berbagai permukiman dan daerah padat lalu lintas yang
benda –benda logam. Gas-gas polutan ini dapat dekat dengan pejalan kaki dan tumbuhan yang
bereaksi dengan uap air maupun air hujan dan dekat dengan jalan karena pengaruh angin
menghasilkan asam sulfat dan asam nitrat (Naibaho dan Kumalawati, 1998).
(Sutamihardja, 1986). Jenis gas sulfur yang diendapkan adalah SO2
dan dari nitrogen adalah NO2 hiperoksiasetil
2.3 Hujan Asam dan Proses nitrat (PAN). Karena NOx lebih cepat dioksidasi
Pembentukannya. nitrat daripada SO2 menjadi sulfit, maka SO2 lebih
Environmental Resources Limited (1983) penting sebagai komponen deposit kering yang
mengatakan hujan asam adalah bentuk pre sipitasi diendapkan dalam jumlah besar (Anonimous,
yang mengandung pencemar SO2, SO3, NO2, 1983).
dan HNO3, yang larut dalam awan dan butir- Sedangkan menurut Naibaho dan
butir air sehingga membentuk asam sulfat dan Kumalawati (1998) deposit basah adalah
asam nitrat dalam air hujan sehingga menjadikan turunnya hujan disertai dengan turunnya asam
pH air hujan lebih kecil dari 5,6. Sedangkan pH yang mengenai benda atau makhluk hidup di
air hujan pada kondisi alami memiliki nilai 5,6 sekitarnya. Ada dua proses yang disebut dengan
atau lebih tetapi tidak lebih besar dari 7.00 (Lier, deposit basah menurut Winarso (1991) yaitu:
1980 dalam Harmantyo, 1988). Proses
pembentukan hujan asam ini dapat dijelaskan  Rain out, yaitu reaksi kimia yang berlangsung
pada gambar 1. saat proses pembentukan butiran air dan
Hujan asam merupakan fenomena partikel udara hasil limbah industri pada awan
pencemaran udara yang banyak dikaitkan dengan (proses kondensasi). Dalam hal ini, aerosol
aktivitas energi yang mengemisikan unsur-unsur sulfat dan nitrat berlaku sebagai sebagai inti
prekursor utamanya yaitu SO 2 dan NOx. kondensasi. Gas SO2 diabsorbsi air di dalam
Aktivitas ini adalah aktivitas antropogenik yang awan kemudian dioksidasi menjadi sulfat
paling utama, terutama dalam konversi dan sebelum dipindahkan oleh hujan. Mekanisme
penggunaan akhir energi. ini terjadi untuk wilayah yang jauh dari
Hujan asam adalah istilah yang digunakan sumber pencemar.
untuk menggambarkan apa yang akan terjadi  Wash out yaitu reaksi kimia yang berlangsung
apabila pencemar-pencemar yang bersifat asam saat air hujan turun dari awan yang dalam
di atmosfer turun kepermukaan bumi kita. perjalanannya turun ke bumi bereaksi dengan
Deposisi asam dapat terjadi dalam dua cara partikel hasil limbah industri dan transportasi.
yaitu: Sebagai hujan asam apabila bahan-bahan Proses ini dipacu oleh ukuran tetesan air hujan,
yang bersifat asam di atmosfer terbawa dan larut pH air hujan dan luas bagian yang terisi oleh
dalam air hujan atau dan s ebagai deposit kering SO2. Sebagai contoh, butiran air hujan yang
apabila bahan-bahan yang bersifat asam dalam besar sedikit kurang efektif pada penangkapan
bentuk butiran padat yang halus turun dan pelarutan SO 2 di atmosfer dari pada
butiran air hujan yang kecil. Hujan lebat, yang
3

hv
dicirikan dengan butiran air hujan yang besar O3 O2 + O
cenderung memiliki konsentrasi SO 2 yang
lebih rendah dari pada hujan rintik -rintik pada NO2 + O + x NO3 + x
atmosfer yang sama. Mekanisme ini lebih
sering terjadi di wilayah dekat dengan sumber NO2 + NO3 N2O5
pencemar. Kedua proses tersebut untuk
penambahan butiran sulfat dan nitrat yang x adalah permukaan katalis. Gas NO2 dan N2O5
terjadi melalui proses tumbukan, intersepsi, akan bereaksi dengan uap air yang kemudian
dan difusi Brownian . bersatu menjadi inti kondensasi dalam awan atau
bereaksi langsung dengan air hujan membentuk
2.3.1 Produksi Asam Nitrat di Atmosfer asam nitrat.
Turk (1980) dalam Nababan, B (1989)
mengatakan nitrogen biasanya terdapat dalam 3 NO2 + H2O 2 HNO3 + NO
jaringan kehidupan, minyak bumi dan batu bara.
Sumber nitrogen lainnya adalah dari proses 2 NO2 + H2O HNO3 + HNO2
denitrifikasi heterotropik, penguapan amonia ke
atmosfer dan senyawa nitrogen plutonik dari N2O5 + H2O 2HNO3
litosfer (Kennedy, 1986). (McEwan dan Phillips, 1975; Kennedy, 1986).
Pada suhu tinggi, gas nitrogen di atmosfer
akan bereaksi dengan gas oks igen dan Nababan, B (1989) perbedaan musim
menghasilkan gas nitrogen oksida (Sutamihardja, memberikan pengaruh sangat nyata terhadap
1981 dalam Nababan, B 1989). kandungan sulfat air hujan pada musim kemarau
relatif lebih tinggi dibandingkan dengan musim
N2 + O2 2 NO penghujan. Hal ini disebabkan pada musim
kemarau frekuensi kejadian hujan relatif kecil
Sumber lain yang paling banyak sebagai sehingga udara relatif lebih kotor dibandingkan
penghasil gas polutan nitrogen oksida (NO) dengan musim penghujan dan sifat dari polutan
adalah pembakaran minyak bumi dalam ruang SO2 dan SO3 yang cepat bereaksi dengan uap air.
pembakaran kendaraan bermotor (Santosa Sedangkan kandungan nitrat air hujan secara
2005). umum pada musim penghujan lebih tinggi
Di udara terbuka, gas nitrogen oksida oleh dibandingkan dengan musim kemarau.
gas oksigen akan dioksidasi menjadi gas Sebagian besar nitrogen dalam ekosistem
nitrogen dioksida (NO 2) dalam waktu sekitar tiga adalah dalam bentuk bio -organik, bahan organik
hari (Sutamihardja, 1981). tanah, dan organisme hidup. Sedangkan sebagian
kecil dalam bentuk inorganik yang dapat
2NO + O2 2 NO2 digunakan oleh bakteri dan tanaman. Nitrogen
inorganik sebagai polutan dari pembakaran
Kennedy (1986) menambahkan reaksi minyak bumi juga penting dalam siklus N, yang
nitrogen oksida dalam atmosfer yang kompleks menyebabkan terjadinya hujan asam (lihat
dengan menggunakan katalis dan kehadiran ozon Gambar 2). Tahapan dari siklus N di atas adalah:
akan menghasilkan gas nitrogen dioksida (NO 2). 1. Fiksasi nitrogen secara biologik
2. Amonifikasi dari nitrogen organik
NO + O3 NO2 + O2 3. Nitrifikasi autotropik amonia menjadi
nitrat
NO + O + x NO2 + x 4. Absorbsi nitrogen oleh tanaman dan
mikro-organisme
x adalah permukaan katalis. Kadar gas nitrogen 5. Denitrifikasi heterotropik nitrat menjadi
dioksida di atmosfer akan semakin meningkat N2
dengan meningkatnya pembakaran minyak bumi 6. Penguapan amonia ke atmosfer
terutama hasil buangan gas kendaraan bermotor. 7. NO dari pembakaran minyak bumi
Adanya unsur oksigen hasil dissosiasi dari ozon 8. Fiksasi nitrogen secara industri
akan bereaksi dengan gas NO2 dengan bantuan 9. NO sebagai produk dari badai guntur
katalis dan menghasilkan gas nitrogen trioksida 10. Senyawa nitrogen plutonik dari litosfer
(NO3). Kemudian nitrogen trioksida ini akan 11. Pelepasan N ke sungai, danau dan laut
bereaksi dengan gas NO2 dan menghasilkan gas 12. Buangan dari kendaraan bermotor
nitrogen pentoksida (N2O5). (Kennedy, 1986)
4

Fiksasi adalah pengikatan senyawa kimia SO3 + H2O H2SO4


yang berbeda dan digunakan oleh tanaman atau
hewan. Nitrogen dibentuk melalui SO2 + H2O H2SO3
mikroorganisme tanah dan laut kemudian
katalis
dipergunakan oleh tanaman dalam proses 2 H2SO3 + O2 2H2SO4
asimilasi sehingga menjadi protein. Pada proses
kebalikannya (ammonifikasi) yang terjadi selama Selanjutnya Kennedy (1986) menambahkan,
proses selama proses dekomposisi secara biologi adanya asam nitrat dan SO2 bersama-sama
dari penguraian tanaman dan hewan, nitrogen dengan NO2 akan menghasilkan asam sulfat.
yang terbentuk dilepaskan dalam bentuk 2HNO3+H2O+2SO2 H2SO4+NO +NO2
ammonium. Ion NH4+ dioksidasi oleh
mikroorganisme menjadi nitrit kemudian SO2 + H2O + NO2 H2SO4 + NO
menjadi nitrat. Proses ini disebut “nitrifikasi”. Sulfur merupakan unsur utama dari zat bio-
Nitrat yang ditahan di dalam tanah selanjutnya organik yang merupakan suatu siklus oksidasi
dicuci di bawah oleh air tanah (Hafsari, A. dari siklus sulfur. Oksidasi sulfur dari minyak
2000). bumi selama proses pembakaran dapat
menyebabkan terjadinya hujan asam (lihat
3.1.1 Produksi Asam Sulfat di Atmosfer Gambar 3). Tahapan dari siklus sulfur ini adalah:
Belerang masuk ke atmosfer sebagai hasil 1. Siklus autotropik
dari aktivitas manusia dan pembusukan bahan- 2. Oksidasi heterotropik menghasilkan sulfat
bahan organik. Belerang di atmosfer akan 3. Absorbsi oleh tanaman dan
teroksidasi menjadi SO2. kemudian melalui mikroorganisme
proses biologik pembusukan bahan organik 4. Penguapan hidrogen sulfida dari bahan
menghasilkan hidrogen sulfida (H 2S) yang organik
mempunyai kandungan racun pada manusia. Gas 5. Sulfur dari letusan gunung berapi
hidrogen sulfida ini sangat cepat teroksidasi (Kennedy, 1986)
menjadi SO2 (Kennedy, 1986). Nababan, B (1989) perbedaan musim
memberikan pengaruh sangat nyata terhadap
S + O2 SO2 kandungan sulfat air hujan pada musim kemarau
yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
2H2S + O2 2 SO2 + 2 H2O musim penghujan. Hal ini disebabkan pada
musim kemarau frekuensi kejadian hujan relatif
Tolgyessy, (1993) menyatakan polutan SO2 kecil sehingga udara relatif lebih kotor
di atmosfer berasal dari pembakaran batu-bara, dibandingkan dengan musim penghujan dan sifat
pembakaran batu arang dan pembakaran minyak dari polutan SO2 dan SO3 yang cepat bereaksi
bumi. Kemudian Kennedy (1986) dengan uap air.
menambahkan, sumb er lain gas SO2 di atmosfer Menurut Santosa (2005) gas SO 2 yang
adalah letusan gunung berapi, pembuangan sisa dihasilkan dari pembakaran BBM, tergantung
industri, pembakaran hutan dan buangan gas pada kandungan sulfur dalam tiap jenis BBM.
bermotor. Belerang yang terdapat dalam pyrite Kandungan sulfur umum dalam tiap jenis BBM
(FeS2) akan teroksidasi dengan cepat dan yang disajikan dalam tabel 1. Solar lebih tinggi
menghasilkan gas SO2. kandungan sulfurnya dibandingkan premium,
4 FeS2 + 11 O2 2 Fe2O3 + 8SO2 sehingga pada kendaraan berbahan bakar solar
lebih tinggi mengemisikan SO 2 dibandingkan
Sutamihardja (1981) mengatakan dengan kendaraan berbahan bakar premium.
bantuan energi surya gas SO2 di atmosfer akan Tabel 1. Kandungan sulfur dalam bahan bakar
cepat teroksidasi membentuk gas SO3. Pada minyak (BBM).
kelembaban yang tinggi gas SO3 ini dapat Kandungan
No Jenis Bahan Bakar
membentuk asam sulfat (H2SO4). Ali dan Faust Sulfur (%)
(1981) menyatakan gas SO2 akan bereaksi 1. Avtur 0.11
dengan uap air atau butir-butir hujan dan 2. Premium 0.01
menghasilkan asam sulfit (H2SO3) yang 3. Minyak tanah 0.03
kemudian teroksidasi menjadi asam sulfat. 4. Solar 0.14
5. Industrial Diesel Fuel (IDF) 0.07
katalis
2SO2 + O2 2 SO3 6. Industrial Fuel Oil (IFO) 1.65
Sumber : Pertamina U.P.IV Cilacap (2003)
5

Strauss dan Mainwaring (1984) untuk rata-rata 2.3 Keadaan Umum Provinsi DKI Jakarta
emisi gas (g/km) yaitu NO2 pada bensin 2.20 2.3.1 Luas dan Letak Geografis
g/km dan solar 0.68 – 1.02 g/km, sedangkan Daerah Khusus Ibukota Jakarta mempunyai
pada SO2 pada bensin 0.22 g/km dan solar 1.28 luas wilayah 661.52 km2 termasuk wilayah
g/km. daratan Kepulauan Seribu yang tersebar di teluk
3.1.2 Pengaruh yang ditimbulkan oleh Jakarta.
Pencemar SO2 dan NO2 Secara geografis wilayah DKI Jakarta
Anonimous (1983) kemampuan indera terletak antara 106 22’ 42" BT sampai 106 58’
penciuman manusia dalam mendeteksi NOx 18" BT dan -5 19’ 12" LS sampai -6 23’ 54" LS.
adalah pada konsentrasi 0.12 ppm, toksitas NO 2 Batas-batas wilayah DKI Jakarta adalah :
adalah kira -kira empat kali lebih tinggi daripada 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa
NO. Senyawa ini dapat melukai daun-daunan 2. Sebelah Timur berbatasan dengan
(akut) serta menurunkan produksinya. Pada Kabupaten Bekasi
konsentrasi di bawah 0.05 ppm, oksida nitrogen 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan
tidak menimbulkan efek yang berbahaya bagi Kabupaten Bogor
kesehatan. Paparan konsentrasi di atas ambang 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten
ini akan menyebabkan kejadian gangguan Tangerang
pernafasan akut pada tingkat konsentrasi yang Berdasarkan Pasal 6 UU No. 5/1974 dan
melampaui konsentrasi yang umum terdapat di Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25
atmosfer (0.05 ppm) nitrogen dioksida akan tahun 1978 wilayah DKI Jakarta dibagi habis
menjadi toksik. dalam 5 wilayah kota yang setingkat dengan
Penentuan dampak lingkungan NOx, diukur Kota Madya Daerah Tingkat II dan berada
dengan melihat perubahan pada konsentrasi NOx langsung di bawah Daerah Khusus Ibukota
yang akan terjadi akibat kegiatan yang berjalan. Jakarta yang terdiri dari 30 kecamatan dan 236
Bila perubahan tersebut kecil dan tidak merubah Kelurahan (http://www.bkkbn.go.id).
derajat tingkat konsentrasi yang ada (misalnya
masih tetap berada dalam rentang lingkungan 2.3.2 Keadaan Penduduk DKI Jakarta
berkualitas tinggi), dampaknya tidak berarti Menurut Kompas (2005), dengan jumlah
(insignificant). Bila kualitasnya turun menjadi penduduk 8.743.110 jiwa dan luas wilayah
sedang (moderate), dampaknya dianggap sedang 661.52 km2. Keadaan penduduk ini ditambah
pula. Namun bila perubahan yang timbul dengan penduduk Bogor, Tangerang, dan Bekasi
merubah kualitas kualitas lingkungan yang tinggi yang beraktivitas di Jakarta pada siang hari,
menjadi rendah, dampaknya dianggap penting maka jumlah penduduk pada siang hari lebih
(significant). tinggi.
Sedangkan untuk pengaruh pencemaran Berdasarkan Study on Integrated
akibat oksida-oksida sulfur adalah meningkatnya Transportation Master Plan (2000), jumlah
tingkat morbiditas, insedensi penyakit perjalanan di Jabotabek sebanyak 29,2 juta
pernafasan, seperti bronchitis, emphyesma dan perjalanan/hari. Adapun persentase angkutan
penurunan kesehatan umum. Oksida-oksida yang digunakan : sepeda motor 14,2 persen,
sulfur juga akan menimbulkan kerugian material, mobil pribadi 30,8 persen, bus 52,7 persen, dan
akibat pengaratan logam, penurunan panen, dsb- kereta api 2 persen maka wajar untuk persentase
nya. Efek sinergistik partikulat, ozon dan oksida- tersebut daerah-daerah disekitar pengukuran juga
oksida nitrogen menimbulkan kerugian tinggi untuk konsentrasi NO2 .
kesehatan dan material yang lebih besar. Selama kurun waktu tersebut kepadatan
Sedangkan hal yang lain menimbulkan penduduk DKI Jakarta diperkirakan naik menjadi
peningkatan yang tinggi dalam ke matian akibat lebih dari tiga kali lipat. Dari lima kotamadya di
bronchitis dan kanker paru-paru. DKI Jakarta, Jakarta Pusat merupakan wilayah
Miller (1992) pada konsentrasi minimum kotamadya yang paling padat penduduknya,
SOx dapat menimbulkan kerugian terhadap kemudian diikuti oleh Jakarta Barat, dan Jakarta
tanaman adalah 0.03 ppm. Pada konsentrasi selatan.
kurang dari 0.03 ppm, lingkungan udara masih Dengan padatnya penduduk DKI Jakarta,
dianggap aman. Kerugian akan meningkatnya penggunaan jasa angkutan bis umum untuk
konsentrasi ambien adalah visibilitas akan aktivitas harian penduduk tidak dapat dihindari.
terpengaruh.
6

2.3.3 Keadaan Topografi 2005 ). Hubungan antara kecepatan dan emisi


Dilihat keadaan topografinya wilayah DKI NO2 dapat dilihat pada Gambar 4. Banyaknya
Jakarta dikatagorikan sebagai daerah datar dan kendaraan di perkotaan menyebabkan gas SO2,
landai, ketinggian tanah dari pantai sampai ke NO2, CO merupakan gas diantara pencemar
banjir kanal berkisar antara 0 m sampai 10 m di udara yang sering dijumpai di daerah perkotaan.
atas permukaan laut diukur dari titik nol Tanjung Pencemar udara tersebut merupakan pencemar
Priok. Sedangkan dari banjir kanal sampai batas primer yang berasal dari kendaraan bermotor
paling Selatan dari wilayah DKI antara 5 m (Budirahardjo, 1991).
samp ai 50 m di atas permukaan laut Daerah
pantai merupakan daerah rawa atau daerah yang
selalu tergenang air pada musim hujan. Di
daerah bagian Selatan banjir kanal terdapat
perbukitan rendah dengan ketinggian antara 50
m sampai 75 m. Sungai-sungai yang ada di
wilayah DKI Jakarta antara lain : S. Grogol, S.
Krukut, S. Angke, S. Pasanggrahan dan S.
Sunter. (http://www.bkkbn.go.id).

2.3.4 Formasi Geologis dan Tanah


Seluruh dataran wilayah DKI Jakarta terdiri
dari endapan aluvial pada jaman Pleistocent
setebal  50 m. Bagian Selatan terdiri dari
lapisan aluvial yang memanjang dari Timur ke
Barat pada jarak 10 km sebelah Selatan pantai.
Di bawahnya terdapat lapisan endapan yang
lebih tua. Kekuatan tanah di wilayah DKI Jakarta
mengikuti pola yang sama dengan pencapaian
lapisan keras di wilayah bagian utara pada
kedalaman 10 m - 25 m. Makin ke Selatan
permukaan keras semakin dangkal yaitu antara
8 m - 15 m (http://www.bkkbn.go.id ).

2.3.5 Transportasi
Sektor transportasi merupakan aktivitas
yang sangat penting menggerakkan roda
perekonomian/aktivitas manusia di kota-kota
seluruh dunia. Walaupun bukan satu-satunya
penyumbang polusi pada pencemaran udara di
kota-kota besar, seharusnya dikendalikan sedini
mungkin. Sektor transportasi merupakan
penyumbang utama polusi pada pencemaran
kualitas udara untuk kota Jakarta. Transportasi
darat yang paling tinggi menyumbang polusi
adalah kendaraan bermotor.
Kendaraan bermotor mengemisikan gas
buang yang terdiri dari CO2, CO, NO2, H2,
hidrokarbon, dan SO2. makin tinggi kecepatan
kendaraan, emisi NO2 makin meningkat,
sementara emisi CO makin rendah ( Santosa, I
7

Gambar 1. Proses, Kandungan Kimia dari Sumber Emisi dan Hujan Asam
(Environmental Resources Limited, 1983)

Gambar 2. Proses Umum Siklus Nitrogen

Gambar 3. Proses Umum Siklus Sulfur.


8

Jakarta, sudah mencapai sekitar 3.500.000


kendaraan. dimana kendaraan bermotor di
Indonesia adalah 90 % buatan Jepang yang 70 %
beroperasi di Jakarta.Dengan jalan sepanjang
8.487 km pada tahun 1998 dan jumlah kendaraan
sebanyak 3.021.138 kendaraan, menyebabkan
tingkat kemacetan di jalan-jalan negara/protokol
semakin parah. Kemacetan yang semakin parah
ini tidak hanya menyebabkan kerugian sosial
ekonomi secara umum, tetapi juga menyebabkan
pemborosan bahan bakar yang pada gilirannya
meningkatkan polusi udara.
Gambar 4. Hubungan antara kecepatan
kendaraan dan emisi NO2.
(Sumber : Dit LLAJR Ditjen III. BAHAN DAN METODE
Hubdar, 1998 dalam Santosa, I
2005). 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Menurut Adel (1995) dalam Santosa, I Penelitian ini dilaksanakan mulai Bulan
(2005) jumlah pencemar udara yang diemisikan April sampai dengan Juni 2005.
di Jakarta dari sektor transportasi per tahun Adapun tempat penelitian adalah di kantor
sebanyak 373.662 ton CO, 15.388 ton NO2 dan BPLHD (Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup)
7.476 ton SO2. Ternyata NO2 per tahun tersebut Laboratorium Kualitas Udara DKI Jakarta.
telah melewati baku mutu udara ambien. 3.2 Bahan dan Alat
Pada pencemar SO2 keberadaan 1. Data Kualitas Udara Ambien (SO2 dan NO2)
konsentrasinya masih berada pada batas yang DKI Jakarta tahun 2003 pada empat belas titik
belum mengkhawatirkan karena keadaan untuk pengamatan di Jakarta (sumber : BPLHD
kota Jakarta yang lebih mempengaruhi adalah Jakarta)
kendaraan bermotor. Menurut penelitian LPM 2. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Udara DKI
ITB dan Bapedal Jakarta sumber terbesar untuk Jakarta (sumber : BPLHD Jakarta)
NO2 berasal dari sektor transportasi sedangkan 3. Data Meteorologi (curah hujan) DKI Jakarta
untuk SO2 lebih besar dari sektor industri. tahun 2003 (sumber : BMG Kemayoran)
Tabel 2. Kontribusi Sektoral Emisi Pencemaran 4. Peta Jalan dan Peta Dasar Propinsi DKI
Udara di DKI Jakarta Tahun Jakarta (sumber : Departemen Perhubungan
1991/1992 Jakarta)
Polutan Industri Transportasi Sampah
CO 0.1% 98.8% 1% Sedangkan untuk analisis data menggunakan alat
berupa :
HC 1.2% 88.9% 7.7%
 Microsoft Office dan Excel
NO2 15.9% 73.4% 1.1%
 Software Arc View 3.1
TSP 14.6% 47.9% 8.4%
SO2 62.7% 26.5% 0.2% 3.3 Metode Penelitian
Sumber : Bapedal dan LPM ITB (1991/1992). 3.3.1 Studi Pustaka
Menurut Hadi (1998), pencemar udara di Studi ini dilakukan untuk mencari bahan-
kota sebagian besar bersumber dari emisi bahan yang berhubungan dengan kegiatan
kendaraan bermotor yaitu 60 % sampai 70 %. penelitian, baik studi lapang langsung ke
Hal tersebut terutama terjadi di kota-kota besar instansi maupun studi pustaka buku.
seperti kota Jakarta. 3.3.2 Metode Analisis Data
Hasil pemantauan kualitas udara pada 3.3.2.1 Distribusi Spasial dan Temporal
tahun1994/1995 menurut Rax (1995/1996) Konsentrasi SO2 dan NO2.
kandungan SO2 di tepi jalan raya berkisar dari Model ini menganalisis titik pengamatan
0.046 sampai 0.083 ppm, sementara NO2 dalam suatu ruang ketetanggaan yang
berkisar dari 0.046 sampai 0.083 ppm. Untuk menggambarkan kemiripan diantara titik-titik
SO2 masih di bawah baku mutu sedangkan NO2 tersebut. Model pembobotan ini adalah model
telah berada di atas baku mutu (lihat lampiran 2). ruang lokal, maka teknik pencarian yang umum
Menurut laporan dari Dephub (2003), pada tahun digunakan adalah dengan menetapkan jumlah
2003 total jumlah kendaraan di DKI titik yang ada yaitu 15 titik yang digunakan
9

dalam penelitian ini. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Komputer akan mengukur jarak suatu titik
pengamatan dengan titik yang diamati. Nilai Z 4.1 Metode Distribusi Konsentrasi SO2 dan
untuk setiap titik umumnya kemudian akan NO2 DKI Jakarta.
diboboti dengan kuadrat jarak sehingga nilai Metode yang dilakukan dalam
yang dekat secara spasial akan cenderung pendistribusian kedua pencemar ini adalah
mempengaruhi nilai pada titik yang diamati. dengan menggunakan Arc View 3.3 melalui
Teknik ini dikenal dengan teknik Inverse pendekatan empiris interpolasi non linier metode
Distance Weighting (IDW). Rumus umum untuk IDW. Hal ini dimaksudkan untuk melihat
IDW adalah sebagai berikut : gambaran secara umum tentang distribusi SO 2

w z
n dan NO2 dengan menggunakan asumsi-asumsi,
i i dimana keadaan topografi Jakarta tidak
ẑ o  i 1
n
berpengaruh.

w
Bentuk interpolasi dilakukan pada bulan-
i bulan tertentu, hal ini karena ketersedian data
i 1 yang lebih lengkap. Adapun bulan untuk
dimana zomerupakan nilai yang diduga dan zi interpolasinya yaitu interpolasi untuk musim
merupakan sekumpulan nilai penduga. Nilai kemarau adalah bulan Juli, Agustus, dan
pembobot dalam teknik IDW umumnya dihitung Oktober, November yang masuk pada bulan
dengan rumus umum berikut : peralihan musim hujan pada tahun 2003.
1 Masing-masing wilayah DKI Jakarta
wi  mempunyai beberapa titik lokasi pengukuran
d102
yaitu Jakarta selatan berjumlah 4 titik
dimana dio merupakan jarak antara titik pengukuran, Jakarta Utara 4 titik pengukuran,
pengamatan i dengan titik yang diduga. Jakarta timur 3 titik pengukuran, Jakarta pusat
Pembobotan nilai dengan melibatkan kuadrat dan Jakarta barat masing-masing 2 titik
jarak bukanlah ketetapan yang mutlak. Beberapa pengukuran.
varian dari penetapan nilai pembobot ini antara Hasil dari interpolasi konsentrasi SO2 dan
lain dengan teknik eksponensial dan teknik NO2 akan di overlay dengan peta jalan yang ada
decay. di Jakarta untuk dapat melihat pengaruh jalan
3.3.3 Analisis Konsentrasi SO2 dan NO2 terhadap konsentrasi SO2 dan NO2 tersebut,
Berdasarkan Lokasi Peruntukan konsentrasi kisaran pencemar pada peta untuk NO2
Lokasi peruntukkan pada masing-msaing berdasarkan atas kisaran aman (normal), mendekati
wilayah pengukuran akan dibahas secara metode baku mutu, dan melewati baku mutu, sedangkan
deskripsi sederhana. Dengan membahas kondisi untuk SO2 hanya berdasarkan kisaran aman, dan
pencemar tersebut pada masing-masing wilayah mendekati baku mutu. Untuk penggunaan warna
dihubungkan dengan keadaan lokasi pada kisaran tersebut yaitu warna yang semakin
peruntukkannya serta keadaan yang tebal berarti kisarannya semakin tinggi.
mempengaruhinya. Metode yang digunakan adalah model
3.3.4 Analisis Konsentrasi SO2 Dan NO2 pembobotan, model ini memakai asumsi yaitu :
Berdasarkan Keadaan Curah Hujan Di 1). Keadaan topografi DKI tidak
Jakarta. mempengaruhi karena hanya melihat
Pengaruh curah hujan untuk daerah Jakarta gambaran secara umum pada peta.
dihubungkan dengan keadaan pencemar SO2 dan 2). Kecepatan dan arah angin konstan.
NO2 pada keadaan curah hujan tertinggi dan 3). Sumber pencemar merupakan daerah yang
pada keadaan musim kemarau. paling tinggi konsentrasinya dan
3.3.5 Analisis Konsentrasi SO2 Dan NO2 dominannya berasal dari kendaraan
Berdasarkan Distribusi Temporal. bermotor.
Keadaan pencemar pada bulan-bulan Untuk distribusi konsentrasi SO2 dan NO2
pengukuran yaitu bulan Juli, Agustus, Oktober, DKI Jakarta pada 15 titik pengukuran
dan November dibandingkan berdasarkan bulan- menggunakan metode interpolasi non linier
bulan tersebut dan membahas perbedaan karena keadaan topografi Jakarta yang
konsentrasinya pada bulan pengukuran tersebut. merupakan daerah datar dan landai sehingga
dapat didekati dengan metode IDW.
Metode IDW hanya menghasilkan kisaran
10

nilai berdasarkan jarak-jarak yang semakin (JAF-1)


dekat antara titik tersebut lebih mempengaruhi
nilai yang diduga. Pada jarak-jarak lokasi yang
semakin jauh kurang mempengaruhi nilai yang
diduga sehingga kisaran nilai yang diduga juga 2. Kemayora Kemayora Permukim 3.0
lebih kecil. n (JAF-2) n an
Adapun lokasi tersebut berdasarkan
peruntukannya dapat dilihat pada tabel 3 3. Masjid Pondok Campuran 3.0
Tabel 3. Lokasi Pemantauan Kualitas Udara Pondok Indah
Ambien di Provinsi DKI Jakarta Indah
Ketin (JAF-3)
Nama Peruntuka
No Wilayah ggian
Lokasi n 4. Walikota Kembang Perkantor 3.0
(m)
an an
Metode Sesaat madya
Jakarta
1. Lubang Pondok Permukim 3.0 Barat
Buaya Gede an (JAF-4)

2. Masjid Pegadung Permukim 6.0 5. Gel. Senayan Sarana 3.0


Al- an an Senayan Olahraga
Firdaus (JAF-5)

3. Masjid Gambir Perkantor 6.0 6 Stasiun Kemayora Permukim 3.0


Istiqlal an Kemayora n an
nPLHD Provin si DKI Jakarta ( 2004)
Sumber : B
4. Dufan- Ancol Rekreasi 3.0 Tabel 4. Metode Analisa Kualitas Udara
TIJA
No Parameter Metode Peralatan
5. Kantor Cilincing Campuran 3.0 Analisa Sampling
Kecamata
n Metode Sesaat (manual)
Cilincing
1. Sulfur Pararosanili 5 Gas
6. PT JIEP Rawa Industri 3.0 dioksida n Sampler
Terate (SO2)

7. Kantor Tebet Pemukima 3.0 2. Nitrogen Saltzmann 5 Gas


Kelurahan Barat n dioksida Sampler
Tebet (NO2)

8. Kantor Kuningan Perkantor 12. Metode Kontinyu (otomatis)


BPLHD an
DKI 1. Sulfur UV SO2
dioksida Fluorescent analyzer
9. Dinas Cipedak Pemukima 3.0 (SO2)
Pertamana n
n 2. Nitrogen Chemilumi NO2
dioksida nescent analyzer
Metode Kontinyu (NO2)

1. Walikota Penggilin Permukim 3.0 Sumber : BPLHD Provinsi DKI Jakarta (2004)
gan an
madya
Jakarta
Timur
11

4.1.1 Analisis Peta Distribusi Konsentrasi ppm sampai 0.049 ppm, sedangkan lokasi
SO2 dan NO2 Berdasarkan Lokasi Kemayoran, Lubang Buaya, dan Walikota
Peruntukan. Jakarta Timur masih dalam kisaran normal
Untuk lokasi penguku ran berdasarkan tata antara 0 sampai 0.019 ppm. Tingginya keadaan
guna lahannya diwakili oleh daerah permukiman, pada empat lokasi tersebut ada kecenderungan
daerah perkantoran, daerah industri, dan daerah hampir sama dengan bulan Oktober.
campuran, daerah tersebut dianggap telah Keadaan konsentrasi NO 2 yang tinggi
mewakili masing-masing keadaan peruntukannya bahkan sampai melewati baku mutu pada lokasi
untuk daerah DKI Jakarta (tabel 3). Lokasi- permukiman bulan Juli dan Agustus
lokasi pengukuran ini adalah untuk mengukur menunjukkan keadaan kualitas udaranya tidak
SO2, NO2 serta pencemar-pencemar yang lain. sehat, sangat mengkhawatirkan sebab daerah ini
Penelitian ini didasarkan atas spasialnya yaitu merupakan daerah tempat tinggal. Paparan
menurut masing-masing lokasi peruntukkannya, konsentrasi di bawah baku mutu tidak
sedangkan menurut temporalnya hanya menimbulkan efek yang berbahaya bagi
berdasarkan atas penguku ran yang telah ada. kesehatan, tetapi paparan konsentrasi di atas 0.5
Keadaan konsentrasi kedua pencemar ppm dapat menyebabkan gangguan pernafasan
berdasarkan peruntukkannya dapat dijelaskan akut dan dapat menjadi toksik. Lokasi-lokasi ini
sebagai berikut : berpeluang terhadap penyakit gangguan
pernafasan.
a. Nitrogen dioksida (NO2) Perkantoran
Permukiman Lokasi perkantoran diwakili oleh lokasi
Lokasi permukiman diwakili oleh daerah, pengukuran Masjid Istiqlal, Kantor BPLHD, dan
Lubang Buaya, Masjid Firdaus, Tebet, Dinas Walikota Jakarta Barat (lihat tabel 3). Bulan Juli
Pertamanan, Walikota Jakarta Timur, keadaan lokasi Masjid Istiqlal dan Kantor
Kemayoran, dan Kemayoran BMG ( tabel 3). BPLHD konsentrasi pencemar NO2 berada pada
Untuk konsentrasi pada bulan Juli keadaan kisaran 0.05 ppm sampai 0.462 ppm, kecuali
lokasi-lokasi tersebut hampir semuanya melewati Walikota Jakarta Barat kisarannya berada pada
baku mutu karena kisarannya sekitar 0.05 ppm kisaran aman, keadaan yang tinggi pada dua
sampai 0.462 ppm, kecuali daerah BMG dan lokasi tersebut lebih disebabkan karena
daerah Kemayoran berada pada kisaran 0.02 ppm kecenderungan penggunaan kendaraan pribadi
sampai 0.049 ppm, keadaan yang tinggi tersebut yang lebih tinggi dibandingkan dengan
karena pada daerah-daerah ini pencemar NO2 kendaraan umum, serta pengaruh kemacetan
yang dihasilkan tidak hanya dari sektor setiap harinya dimana kedua lokasi ini
penggunaan kendaraan bermotor tetapi juga merupakan daerah padat lalulintas. Menurut
berasal dari tingginya kegiatan rumah tangga Dephub (2003) daerah Jakarta merupakan daerah
seperti pembakaran sampah rumah tangga, dan rawan macet dan salah satunya adalah daerah
penggunaan minyak tanah dalam rumah tangga kawasan Thamrin dan kawasan Pintu air /lokasi
pada bulan tersebut dan pengaruh musim Masjid Istiqlal.
kemarau ( tabel 2). Keadaan konsentrasi NO 2 pada bulan
Pada bulan Agustus keadaannya sama Agustus tidak berbeda jauh dengan keadaan
dengan bulan Juli, diduga faktor penyebabnya pada bulan Juli, kecuali lokasi Walikota Jakarta
sama. Kisaran pada bulan Oktober untuk lokasi Barat yang rendah. diduga penyebab tingginya
permukiman tidak ada yang melewati baku mutu, kedua lokasi tersebut karena tingginya
hal ini karena adanya proses pencucian saat penggunaan kendaraan bermotor pada bulan
hujan terjadi. Kisaran yang tertinggi yaitu 0.02 Agustus yang mengalami akumulasi dan
ppm sampai 0.049 ppm terjadi pada lokasi BMG, pengaruh angin setiap harinya dimana bulan
Masjid Firdaus, Tebet Barat, Lubang Buaya, Agustus bukan musim hujan.
tingginya lokasi tersebut karena penggunaan Pada bulan Oktober keadaannya masih aman
kendaraan pribadi pada lokasi ini tinggi karena kisarannya masih dibawah baku mutu,
(Gambar 7), keadaan tersebut dilihat berdasarkan yaitu antara 0.02 ppm sampai 0.049 ppm, hal ini
jalan utama yang ada di daerah tersebut, karena pada bulan tersebut merupakan masa
sedangkan untuk Masjid Firdaus karena ada peralihan ke musim hujan, diduga telah terjadi
pengaruh sumber kegiatan rumah tangga. proses pencucian oleh hujan pada saat terjadi
Bulan November keadaan konsentrasi hujan.
tertinggi terjadi pada BMG, Masjid Firdaus, Bulan November kisarannya untuk semua
Tebet Barat, Lubang Buaya, berkisar antara 0.02 lokasi perkantoran tersebut, berada di bawah
12

ambang baku mutu, yaitu 0.02 ppm sampai 0.049 Setiap bulan-bulan pengukuran di lokasi
ppm, keadaan ini nampaknya lebih karena tersebut selalu tinggi dan melewati baku mutu
terjadinya proses pencucian oleh air hujan pada 0.05 ppm, kecuali pada bulan Oktober.
saat terjadi hujan. Tingginya konsentrasi tersebut pada tiga bulan
Keadaan konsentrasi NO2 pada bulan Juli pengukuran disebabkan tingginya penggunaan
dan Agustus menunjukkan kualitas lingkungan kendaraan bermotor yang melewati lokasi ini,
yang tidak sehat yaitu pada lokasi Kantor dan juga pengaruh dari emisi industri tersebut,
BPLHD dan Masjid Istiqlal, keadaan ini tidak tingginya konsentrasi NO 2 pada bulan
mempengaruhi aktivitas bekerja seseorang pada Oktober lebih disebabkan karena pengaruh
bulan-bulan tersebut. proses pencucian oleh air hujan pada saat terjadi
Rekreasi hujan.
Lokasi parawisata/rekreasi diwakili oleh Campuran
Dufan. Konsentrasi NO2 di lokasi pengukuran Lokasi yang mewakili daerah ini adalah
Dufan pada bulan Juli melewati baku mutu Kecamatan Cilincing, dan Masjid Pondok Indah.
berkisar antara 0.05 ppm sampai 0.462 ppm, Keadaan konsentrasi NO2 pada bulan Juli
bulan Agustus keadaan konsentrasi NO 2 menunjukkan kisaran melewati baku mutu, yaitu
melewati baku mutu berkisar antara 0.05 ppm 0.05 ppm sampai 0.462 ppm, sedangkan untuk
sampai 0.254 ppm. Bulan Oktober kisarannya Masjid pondok Indah berkisar antara 0 sampai
antara 0.02 ppm sampai 0.049 ppm. Bulan 0.019 ppm kisaran ini masih aman, konsentrasi
November berkisar antara 0.05 ppm sampai yang tinggi pada lokasi Kecamatan Cilincing
0.103 ppm, keadaan yang selalu tinggi tersebut ini lebih disebabkan jumlah kendaraan bermotor
pada setiap bulan pengukurannya kecuali bulan pada ruas -ruas jalan utama, dan padatnya arus
Oktober, lebih disebabkan karena tujuan wisata kendaraan bermotor pada daerah tersebut, dan
ke lokasi tersebut meningkat dengan juga pengaruh dari sumber rumah tangga seperti
menggunakan kendaraan bermotor, apalagi pada pembakaran sampah, dan penggunaan bahan
hari-hari libur sekolah dan kerja, karena letaknya bakar minyak tanah pada aktivitas rumah tangga.
yang berdekatan dengan pantai Ancol, telah Sedangkan keadaan yang rendah terjadi pada
terjadi pengaruh dari aktivitas alam yaitu proses lokasi Masjid Pondok Indah yang disebabkan
mikroorganisme laut dalam pembentukan protein oleh sedikitnya aktivitas penggunaan kendaraan
melalui proses asimilasi. berbahan bakar premium dan solar dan juga
Keadaan yang tidak sehat ini mempengaruhi rendahnya kegiatan dari sektor rumah tangga.
kesehatan dan kenyamanan wisatawan yang Pada bulan Agustus lokasi Masjid Pondok
berkunjung ke tempat tersebut. Hal ini tidak Indah masih kisaran aman, berbeda dengan
sesuai dengan lokasi peruntukannya sebagai Kecamatan Cilincing yang kisaran NO 2
tujuan wisata. mencapai 0.05 ppm sampai 0.254 ppm,
Sarana Olahraga nampaknya kisaran yang tinggi ini disebabkan
Sarana olahraga diwakili oleh lokasi tingginya jumlah kendaraan berbahan bakar
Senayan. Kisaran NO2 pada bulan Juli, Agustus, minyak premium dan kepadatan kendaraan.
Oktober, dan November di lokasi pengukuran Kecamatan Cilincing pada bulan Oktober
Senayan keadaan konsentrasinya tidak melewati kisaran NO2nya mencapai 0.02 ppm sampai 0.
baku mutu, kisaran konsentrasinya antara 0 049 ppm, kisaran ini mulai mendekati baku
sampai 0.019 ppm, hal ini berarti aktivitas mutu, keadaan ini lebih rendah dibandingkan
penggunaan kendaraan yang melewati lokasi pada bulan Juli dan Agustus, hal ini disebabkan
Senayan pada bulan-bulan pengukuran tidak adanya proses pencucian pada saat terjadinya
terlalu tinggi. Keadaan kualitas udara yang hujan karena bulan Oktober adalah bulan
masih dalam batas aman ini, sesuai dengan peralihan kehujan. Kisaran untuk lokasi Masjid
lokasi peruntukannya sebagai sarana olahraga. Pondok Indah sama dengan bulan-bulan
Industri pengukuran sebelumnya diduga penyebabnya
Lokasi pengukuran yang mewakili daerah juga sama.
Industri adalah lokasi PT. JIEP. Dimana keadaan Lokasi pengukuran Masjid Pondok Indah
konsentrasi NO2 pada bulan Juli menunjukkan dan lokasi pengukuran Kecamatan Cilincing
kisaran 0.05 sampai 0.462 ppm, bulan Agustus kisarannya sama yaitu berkisar antara 0 sampai
berkisar antara 0.05 sampai 0.254 ppm, pada 0.019 ppm, keadaan ini masih dalam batas aman.
bulan Oktober 0.02 sampai 0.049 ppm, dan bulan Penurunan kisaran pada kecamatan Cilincing
November 0.05 sampai 0.103 ppm. lebih disebabkan karena adanya pengaruh proses
pencucian oleh air hujan.
13

dalam tahap aman yaitu antara 0 sampai 0.04


b. Sulfur dioksida (SO2) ppm. Bulan November kisarannya mengalami
Permukiman kenaikan antara 0.004 ppm sampai 0.013 ppm,
Pengukuran SO2 berdasarkan tata guna lahan tingginya konsentrasi SO 2 pada bulan ini
dapat dilihat pada tabel 3. Pada bulan Juli, menunjukkan tingginya penggunaan kendaraan
Agustus, Oktober keadaan konsentrasi SO 2 pada berbahan bakar solar untuk lokasi ini..
semua lokasi pengukuran untuk permukiman Industri
berkisar antara 0 sampai 0.04 ppm. Keadaan Lokasi yang mewakili daerah ini adalah PT.
tersebut masih dalam kis aran aman tetapi JIEP dimana kisaran yang terjadi pada bulan
berpengaruh terhadap tanaman, diduga sumber Juli, Agustus, Oktober, dan November antara 0
SO2 berasal dari tingginya penggunaan sampai 0.04 ppm , keadaan ini menunjukkan
kendaraan berbahan bakar solar (lihat tabel 1) kisaran aman. Kisaran ini menunjukkan bahwa
karena kandungan sulfurnya lebih tinggi rendahnya penggunaan kendaraan berbahan
dibandingkan premium. bakar solar pada daerah ini.
Sedangkan pada bulan November daerah Campuran
permukiman yang berkisar antara 0.004 ppm Lokasi peruntukan campuran, keadaan
sampai 0.013 ppm adalah lokasi BMG dan konsentrasi SO2 pada bulan Juli, Agustus,
daerah sekitar Lubang Buaya, sedangkan lokasi Oktober, dan November masih dalam kisaran
permukiman yang lain masih berada di bawah aman yaitu antara 0 sampai 0.043 ppm, keadaan
kisaran tersebut. Tingginya lokasi BMG dan ini berarti rendahnya aktivitas kendaraan
lokasi Lubang Buaya disebabkan karena berbahan bakar solar untuk lokasi ini.
tingginya kendaraan yang menggunakan solar,
juga dari sampah rumah tangga. 4.1.2 Analisis Peta Distribusi Konsentrasi
Perkantoran SO2 dan NO2 Berdasarkan Bulan
Pada bulan Juli, Agustus, dan Oktober Pengukuran.
kisaran untuk SO2 antara 0 sampai 0.04 ppm, Analisis ini dilakukan untuk melihat
keadaan SO2 masih dalam tahap aman, hal ini keadaan kualitas udara wilayah Jakarta
disebabkan karena rendahnya kendaraan yang berdasarkan kondisi pencemar SO2 dan NO2
melewati jalan di lokasi ini dan kendaraan lebih secara umum, dan membahas faktor yang
banyak menggunakan bahan bakar premium mempengaruhinya pada bulan pengukuran
dibandingkan solar. Pada bulan November lokasi tersebut.
Masjid istiqlal dan Kantor BPLHD kisarannya Penjelasan secara umum tentang keadaan
naik antara 0.004 ppm sampai 0.013 ppm, pencemar pada bulan pengukuran adalah sebagai
naiknya keadaan ini mengindikasikan tingginya berikut :
kendaraan yang menggunakan bahan bakar solar
melewati jalan di lokasi ini. Perbedaan terjadi a. Nitrogen dioksida (NO2)
pada lokasi Walikota Jakarta Barat dimana pada Musim Kemarau
bulan Juli, Agustus, dan Oktober kisarannya Musim kemarau diwakili oleh bulan Juli dan
antara 0.041ppm sampai 0.043 ppm, kisaran ini Agustus menunjukkan secara keseluruhan
menunjukkan jenis kendaraan yang melewati keadaan konsentrasinya berada pada kisaran
lokasi ini jenis kendaraan berbahan bakar solar. yang tidak aman, pada bulan ini menunjukkan
Pada bulan November keadaannya menunjukkan aktivitas penggunaan kendaraan sangat tinggi
kisaran yang aman. serta adanya kecenderungan akumulasi pencemar
Rekreasi NO2 dari tempat lain akibat pengaruh angin,
Kisaran konsentrasi SO2 pada bulan Juli, karena besarnya angin pada musim kemarau
Agustus, dan Oktober masih dalam tahap aman berpengaruh dalam membawa gas pencemar ke
yaitu antara 0 sampai 0.04 ppm, kecuali bulan tempat lain dibandingkan musim peralihan
November kisarannya mengalami kenaikan hujan.Sedangkan pada bulan Agustus
antara 0.004 ppm sampai 0.013 ppm, keadaan ini keadaannya juga hampir sama, diduga sumber
disebabkan penggunaan kendaraan berbahan pencemarnya juga sama.
bakar solar yang melewati lokasi dan dari Keadaan ini menunjukkan pada bulan-bulan
sumber alami yaitu evaporasi dari aerosol tersebut kualitas udara kota Jakarta kurang sehat,
percikan air laut. keadaan ini dapat menimbulkan masalah pada
Sarana Olahraga kesehatan saluran pernafasan dan menjadi racun
Lokasi Senayan kisaran konsentrasi SO 2nya bagi penduduk Jakarta.
pada bulan Juli, Agustus, dan Oktober masih Musim Peralihan Hujan
14

Bulan yang termasuk musim peralihan hujan udara kering serta bersifat konvergen sehingga
pada saat pengukuran adalah bulan Oktober dan sedikit menghasilkan hujan terutama pada bulan
November, dari lima belas lokasi pengukuran Juli dan Agustus.
ternyata ada tujuh daerah lokasi pengukuran Suharsono (1982) menjelaskan hujan yang
yang tinggi konsentrasi NO2 tetapi tidak terjadi pada periode Juni sampai September
melewati baku mutu (Gambar 7). Bulan dihasilkan oleh kenaikan udara lembab yang
November konsentrasi secara umum masih berasal dari laut jawa dan konveksi di daratan
dalam tahap aman. Turunnya konsentrasi NO 2 (lembah) ke arah pegunungan.
dibandingkan pada bulan musim kemarau karena Menurut Darmawati, M (2005) Monsoon
adanya proses pencucian pencemar ini saat dicirikan sebagai bentuk pola hujan yang bersifat
terjadinya hujan. unimodal (satu puncak musim hujan) selama tiga
bulan curah hujan relatif tinggi yang biasa
b. Sulfur dioksida (SO2) disebut musim hujan Desember, Januari,
Musim Kemarau Februari (DJF). Dan tiga bulan curah hujan
Keadaan kisaran konsentrasi SO 2 pada bulan rendah bisa disebut musim kemarau periode Juni,
Juli dan Agustus untuk kota Jakarta masih di Juli, dan Agustus (JJA). Sedangkan enam bulan
bawah nilai 0.043 ppm, kisaran ini masih dalam peralihan (tiga bulan peralihan kemarau ke
batas aman. Konsentrasi yang rendah ini hujan, dan tiga bulan peralihan hujan ke
menunjukkan bahwa rendahnya penggunaan kemarau).
kendaraan solar untuk kota Jakarta. bulan peralihan musim kemarau yaitu bulan
Musim Peralihan Hujan Maret, April, dan Mei, sedangkan September,
Konsentrasi pada bulan Oktober pada titik Oktober, dan November peralihan musim hujan
lokasi Walikota Jakarta Barat lebih tinggi (Gambar 13).
dibandingkan bulan Juli dan Agustus hal ini Jakarta memasuki musim penghujan pada
nampak adanya akumulasi pencemar SO 2 dari bulan Januari sampai Maret. Hal tersebut
bulan-bulan sebelumnya dan umumnya terjadi ditandai dengan intensitas curah hujan yang
hujan lebat . Tetapi secara umum untuk wilayah tinggi (Aldrian, 2000).
Jakarta pada bulan Oktober dan November Di bawah ini adalah grafik keadaan curah
keadaan SO2 masih dibawah baku mutu, diduga hujan bulanan rata-rata DKI Jakarta dari stasiun-
penyebabnya karena rendahnya penggunaan stasiun meteorologi yang ada di Jakarta.
kendaraan yang menggunakan solar dan curah
hujan yang terjadi umumnya hujan rintik-rintik, CH Rata-rata 5 Stasiun Penguk uran

serta kelembaban udara yang lebih tinggi pada 600


bulan peralihan hujan ini, sehingga SO 2 banyak 500 KEMAYORAN
CH (mm)

yang berubah menjadi H 2SO3. 400 CENGKARENG


TANJUNG PRIOK
300 HALIM PERDANA K
4.1.3 Pengaruh Curah Hujan terhadap 200 PONDOK BETUNG
Konsentrasi Pencemar SO2 dan NO2. 100
Hujan dapat berfungsi sebagai pembersih 0
polutan di atmosfer karena saat hujan turun, 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
hujan dapat menangkap dan mengendapkan zat-
Bulan
zat pencemar seperti gas SO2 dan NO2 dan
bereaksi langsung dengan gas pencemar tersebut.
Gambar 13: Curah Hujan (mm) DKI Jakarta
Sehingga pada musim kemarau biasanya lebih tahun 2003.
tinggi konsentrasi pencemar SO2 dan NO2.
Curah hujan pada tahun 2003 di Jakarta
Dalam Nababan, B (1989) proses
berkisar antara 3 mm sampai 563 mm, terendah
pembersihan polutan yang paling penting adalah
terjadi pada stasiun Halim Perdana Kusuma
dalam pembentukan butiran hujan, ketika terjadi
sebesar 3 mm pada bulan Juni (musim kemarau),
hujan maka butiran hujan akan membersihkan
sedangkan tertinggi terjadi pada bulan Februari
beberapa partikel besar dalam lintasannya pada (musim hujan) 563 mm di stasiun Tanjung Priok.
saat proses penyatuan (Coalescene). Pada bulan Juni, Juli, Agustus, September curah
Hujan untuk wilayah Jakarta lebih hujan sangat sedikit untuk daerah-daerah di
dipengaruhi oleh angin Monsoon (Oldeman, Jakarta karena terjadinya peralihan musim
1975). Monsoon Timur akan melewati daerah
yaitu peralihan musim kemarau.
Jakarta pada bulan Juni sampai September yang
berasal dari daratan Australia dan membawa
15

SO2 tahun 2003 NO2 tahun 2003

300 100

NO2 (mikrogram/m^3)
NO2
SO2 (mikrogram/m^3)

250 JAF 1 80
JAF 2 JAF1
200
JAF 3 60 NO2
150
JAF 4 40 JAF2
100 JAF 5 NO2
50 BAKU 20
JAF3
MUTU
0 0 NO2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 JAF4
Bulan Bulan NO2
JAF5
Gambar 14: Konsentrasi SO2 (µg/m3) DKI Gambar 15: Konsentrasi NO2 (µg/m3BAKU ) DKIMUTU
Jakarta tahun 2003. Jakarta tahun 2003.
Konsentrasi SO2 bulanan pada tahun 2003 Konsentrasi pencemar NO2 di Jakarta belum
pada stasiun metode kontinyu (24) jam dengan melewati baku mutu 92.5 µg/m3 karena
outputnya 1/2 jam kisaran untuk keseluruhan konsentrasi NO2 berkisar antara 8,2 µg/m3sampai
stasiun antara 8,78 µg/m3 sampai 161 µg/m3. 70,72 µg/m3 , terendah terjadi pada stasiun Jaf 1
Terendah terjadi pada stasiun Jaf 3 sebesar 8,78 sebesar 8,2 µg/m3 pada bulan Oktober yang
µg/m3 bulan Januari dan tertinggi pada stasiun merupakan bulan peralihan musim hujan, diduga
Jaf 4 sebesar 161 µg/m3 bulan Oktober. Keadaan karena pengaruh pencucian oleh hujan. Keadaan
pada stasiun Jaf 4 untuk setiap bulannya tertinggi di stasiun Jaf 4 sebesar 70,72µg/m3
mengalami kenaikan konsentrasinya dan pada bulan April yang merupakan bulan
puncaknya pada bulan Oktober, hal ini namp ak peralihan musim kemarau, nampaknya pada
adanya akumulasi pencemar SO2 setiap bulan April telah terjadi akumulasi pencemar
bulannya, karena tidak adanya proses pencucian akibat pengaruh angin yang membawa pencemar
oleh air hujan. Kalau melihat baku mutu untuk SO2 NO2 dari tempat lain.
sebesar 260 µg/m3 maka untuk daerah DKI Jakarta Bulan musim hujan yaitu pada bulan
secara umum belum melewati baku mutu. Pada Desember, Januari, Februari keadaan konsentrasi
bulan musim hujan yaitu pada bulan Desember, NO2 masih dalam kisaran normal (Gambar 15)
Januari, Februari keadaan konsentrasi SO2 masih yaitu bulan Desember berkisar antara 9.85 µg/m3
dalam kisaran normal, pada bulan Desember sampai 45.45 µg/m3, bulan Januari berkisar
25.15 µg/m3 sampai 25.44 µg/m3, bulan Januari antara 14.5 µg/m3 sampai 54.5 µg/m3, dan 4.94
berkisar 8.78 µg/m3 sampai 79.91 µg/m3 , dan µg/m3 sampai 49.8 µg/ m3 pada bulan Februari.
11.99 µg/ m3 sampai 86.08 µg/m3 bulan Februari. Pada bulan Maret dan April konsentrasi NO2
Keadaan konsentrasi yang mengalami penurunan pada Jaf 4 (Walikota Jakarta Barat) mengalami
pada bulan musim hujan kenaikan, hal ini diduga karena bulan Maret dan
diduga pengaruh proses pencucian oleh hujan. April merupakan peralihan ke musim kemarau
Puncak hujan yaitu bulan Februari kisaran sehingga adanya akumulasi pencemar akibat
konsentrasi SO2 rendah, diduga karena intensitas tidak terjadi hujan.
curah hujan yang tinggi menyebabkan tercucinya Puncak hujan yaitu bulan Februari kisaran
pencemar ini. konsentrasi NO2 rendah, hal tersebut karena
Pada bulan musim kemarau yaitu Juni, Juli, NO2 pada bulan Februari diduga mengalami
Agustus (JJA) kisaran SO2 masih dibawah batas proses pencucian oleh air hujan sehingga
baku mutu (Gamb ar 14) tertinggi konsentrasi konsentrasi NO2nya berkurang. Pada bulan
SO2 pada bulan Agustus 125 µg/m3 stasiun Jaf 4 musim kemarau yaitu Juni, Juli, Agustus (JJA)
(metode kontinyu), hal ini karena daerah ini untuk kisaran NO2 masih dibawah batas baku
merupakan lokasi perkantoran sehingga mutu, terendah terjadi pada bulan Agustus
pengaruh terbesar berasal dari aktivitas pekerja sebesar 8.75 µg/m3 hal ini karena rendahnya
pada bulan tersebut yang tinggi. Terendah terjadi aktivitas masyarakat di bulan Agustus, tertinggi
pada bulan Agustus sebesar 24.57 µg/m3 di konsentrasi NO2 pada bulan Juli sebesar 60.97
stasiun Jaf 5, diduga karena lokasi tersebut µg/m3 stasiun Jaf 4 (metode kontinyu), hal ini
merupakan lokasi sarana olahraga sehingga diduga karena pada daerah pengukuran Jaf 4
kegiatan masyarakat yang telah berlangsung merupakan lokasi perkantoran, dan hal ini
lebih kepada aktivitas dan kegiatan olahraga. menunjukkan aktivitas pekerja yang
16

menggunakan kendaraan bermotor pada bulan


tersebut tinggi.

Gambar 5. Distribusi konsentrasi NO2 bulan Juli tahun 2003.


17

Gambar 6. Distribusi konsentrasi NO2 bulan Agustus tahun 2003.

Gambar 7. Distribusi konsentrasi NO2 bulan Oktober tahun 2003.


18

Gambar 8. Distribusi konsentrasi NO2 bulan November tahun 2003.

Gambar 9. Distribusi konsentrasi SO2 bulan Juli tahun 2003.


19

Gambar 10. Distribusi konsentrasi SO2 bulan Agustus tahun 2003.

Gambar 11. Distribusi konsentrasi SO2 bulan Oktober tahun 2003.


20

Gambar 12. Distribusi konsentrasi SO2 bulan Novemb er tahun 2003.

V. KESIMPULAN DAN SARAN karena lebih disebabkan oleh proses pencucian


hujan.
Kesimpulan Konsentrasi pencemar SO2 pada semua
Konsentrasi pencemar NO2 untuk kota lokasi peruntukkan masih dalam kisaran aman,
Jakarta menunjukkan keadaan yang tidak aman untuk penurunan kualitas udara kota Jakarta
seperti pada bulan Juli, Agustus, dan November, lebih disebabkan oleh NO2. Penggunaan
kisarannya menunjukkan keadaan yang tidak kendaraan lebih banyak pada jenis kendaraan
sehat dan mempengaruhi keadaan penduduk berbahan bakar premium dibandingkan solar.
Jakarta. Tingginya konsentrasi pada lokasi-lokasi Keadaan konsentrasi SO2 per bulan juga
peruntukkan seperti permukiman dan rekreasi menunjukkan keadaan yang lebih tinggi
yang merupakan lokasi penduduk paling banyak kisarannya pada bulan Oktober, hal ini diduga
membuat keadaan kualitas dan penduduk kota karena curah hujan yang terjadi umumnya curah
Jakarta semakin menurun. Hal ini menunjukkan hujan lebat, sehingga kurang efektif dalam
sumber pencemar untuk kota Jakarta berasal dari penangkapan dan pelarutan pen cemar SO2 di
tingginya penggunaan kendaraan bermotor pada atmosfer.
ruas-ruas jalan di Jakarta. Keadaan NO2 per Curah hujan sangat berpengaruh terhadap
bulannya mengalami penurunan, tertinggi pada konsentrasi setiap pencemar, Jakarta yang
bulan Juli mencapai 0.462 ppm dan terendah mempunyai pola iklim moonsun mempengaruhi
terjadi pada bulan Oktober mencapai 0.049 ppm. keadaan konsentrasi kedua pencemar ini,
Kisaran yang tinggi pada bulan Juli ini karena sehingga keadaan ini menjelaskan pada bulan
pada bulan Juli yang merupakan bulan Musim musim kemarau yaitu bulan Juni, Juli, dan
kemarau mengalami akumulasi pencemar setiap Agustus lebih tinggi konsentrasi NO 2 dan SO2
harinya dari kendaraan bermotor. Sedangkan dibandingkan bulan Desember, Januari dan
pada bulan Oktober menurun konsentrasinya Februari pada tahun 2003 di Jakarta.
21

Budiraharjo, E. 1991. Pencemaran Udara.


saran Widyapura No. 5 Tahun VII Januari
Penelitian ini hanya mendeskripsikan 1995.
penggambaran secara sederhana tentang keadaan
kualitas kota Jakarta berdasarkan pencemar NO2 Biro Pusat Statistik. 2004. Statistik Departeman
dan NO2 menggunakan data sekunder bukan data Perhubungan. Jakarta.
primer. Pengaruh terhadap kesehatan penduduk
Jakarta secara langsung ke lapangan belum Dewanto, S.D. 1989. Studi Evaluasi Kualitas
dilakukan. Pengendalian pencemaran, khususnya Udara Khususnya SOx, NOx, dan
untuk NO2 dapat dilakukan dengan melakukan Partikulat Akibat Pembakaran Batu
perawatan kendaraan, dan melakukan uji emisi Bara PLTU Suralaya. Skripsi. Jurusan
secara berkala. Teknik Lingkungan-ITB.Bandung.

(DLLAJR), Direktorat Lalu Lintas dan


DAFTAR PUSTAKA Angkutan Jalan Raya, Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat. 1998.
Anonimous. 1983. Acid Rain. A Review of The Emisi Kendaraan Bermotor.
Phenomenon in The EEC and Widyapura No. 6 Tahun V Oktober
Europe. Graham and Trotman 1998.
Limited. London.
[Dephub] Departemen Perhubungan DKI
.1986. Dampak Proyek pada Udara Jakarta. 2003. Study on Integrated
dan Kebisingan. Kumpulan Bahan Transportation Master Plan
Kuliah Training Dasar-dasar Analisis (Sitramp) for Jabotabek tahun 2000.
Lingkungan Bagian III. Hasil Jakarta.
Kerjasama KLH-Pusdi PSL
IPB.Bogor. Darmawati, M. 2005. Studi Curah Hujan
Daerah DKI Jakarta dan Kaitannya
.1987. Pengelolaan Pencemaran Dengan Fenomena Madden Julian
Udara. Debar Alam Sekitar. Edisi Oscillation (MJO). Skripsi. Jurusan
1986/1987. kantor Menteri Negara Geofisika dan Meteorologi,
Kependudukan dan Lingkungan FMIPA,IPB.Bogor.
Hidup, Jakarta.
.2003. Labolatory Certificate of Environmental resources Limited. 1983. Acid
Quality. Pertamina U.P. IV Cilacap. Rain. A Review Of The Phenomenon
In The EEC dan Europe. Graham dan
Aly, M. O. dan D.O. Faust. 1981. Chemistry of Trotman Limited. London.
Natural water. Ann Arbor Science
Publisher Inc The Butter-Worth Hafsari, A. 2000. Distribusi Spasial dan
Group. Michigan. Temporal Hujan Asam di Bogor.
Skripsi. Jurusan Geofisika dan
Adel, UA. 1995. Kebijaksanaan Pengendalian Meteorologi FMIPA-IPB. Bogor.
Emisi Gas Buang Kendaraan
Bermotor di Wilayah DKI Jakarta, Harmantyo, J. 1988. Studi Tentang Hujan Asam
Makalah dalam Panel Diskusi Forum Di Wilayah Jakarta dan Sekitarnya.
Komunikasi Lingkungan DKI Bahan Seminar Hasil Penelitian S3
Jakarta. Jakarta 23 Agustus 1995. 19- FPS IPB, Bogor.
32.
Hadi, SP. 1998. Perilaku Berkendaraan dan
Aldrian, E. 2000. Pola Hujan Rata-rata bulanan Pencemaran Udara di Perkotaan
Wilayah Indonesia; Tinjauan Hasil (Studi Kasus di Kodya Semarang).
Kontur Data Penangkar dengan Lingkungan dan Pembangunan 18
Resolusi ECHAM T-42, Jurnal Sains (3); 167-175pp.
dan Modifikasi Cuaca, Vol. 1, No.2,
Jakarta. Hamonangan, E. 2004. Air Pollution
Simulation Model. BPLHD 5:6-15.
22

Oldeman, L.R. 1975. An Agroclimatik Map of


http://www.bkkbn.go.id Java CRIA No. 17, Bogor.

Kennedy, I.R. 1986. Acid Soil and Acid Rain. Pandia, S, A. Husin, dan Z Masythah.1995.
The Impact on the Environment of Kimia Lingkungan Dikti Departemen
Nitrogen and Sulphur Cycling. Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Research Studies Press Ltd. John
Wiley and Sons Inc, New York. Rax, R. 1995/1996. Kualitas Udara di Wilayah
DKI Jakarta 1994/1995. Himpunan
Lutgens, F.K. dan E.J. Tarbuck. 1982. The Karangan Ilmiah di Bidang Perkotaan
Atmosphere An Introduction to dan Lingkungan Vol II/1995/1996.
Meteorology. 2rd edition Prentice-
Hall.Inc, Englewood Cliffs. New Sutamihardja, R.T.M. 1981. Masalah Kualitas
Jersey. dan Pencemaran Udara di Indonesia.
Kumpulan Bahan Kuliah Bagian II.
McEwan,M.J.and L.F. Philips .1975. Chemistry Training Analisa Dampak
of the Atmosphere. Edward Arnold Lingkungan. Hasil Kerjasama PPLH-
(Publisher), Ltd, London. UNDP-PUSDI-PSL, IPB.Bogor.

Mclean, W.J.,J.Y.Chen.,F.C. Gouldin and Suharsono, H. 1982. Beberapa Aspek Iklim


M.J.Oven.1980.Direct formation of Bogor. Masalah Khusus S1. Jurusan
NO2 in Combustion Products. In Agrometeorologi Departemen Ilmu
M.M.Benarie, ed. Atmospheric Pengetahuan Alam Fakultas Pertanian
Pollution 1980. Proceeding of the 14 Institut Pertanian Bogor.
th Internasional Colloqeuim, Paris,
France, May 5-8.1980. Elsevier Strauss W. And S.J. Mainwaring. 1984. Air
Scientific Publishing Co mpany, Pollution. London: Edward Arnold.
Amsterdam. 152 p.

Meetham, A.R. , D.W. Bottom., S. Cayton., A. Soedomo, M dan Irsyad M. 1993. Studi
Henderson - Sellers and D. Pencemaran Udara dari Industri
Chambers. 1981. Atmospheric Semen. LPM ITB- BAPEDAL.
Pollution its History, Origins and
Prevention. Pergamon Press, Oxford. Soedomo, M. 2001. Pencemaran Udara
(Kumpulan karya ilmiah). Bandung:
Miller, G. T. 1992. Environmental Sciences. ITB.
Sustaining the Earth. 4 th edition. .
Wadsworth Publishing Company Santosa, I. 2005. Model Penyebaran Pencemar
Belmont, California. Udara dari Kendaraan Bermotor
menggunakan metode Volu me
Manahan, S.E. 1994. Environmental Chemistry. terhingga : Studi Kasus Di Kota
6th edition. Lewis Peblishers. Bogor. Desertasi, Bogor : Program
Pascasarjana, FMIPA-IPB.
Nababan, B. 1989. Studi Hujan Asam di daerah
Kotamadya Bogor dan sekitarnya. Turk. J. 1980. Introduction to Environmental
Skripsi. Jurusan Geofisika dan Studies. Saunders Golden Sumburst
Meteorologi FMIPA-IPB. Bogor. Series In Environmental Science, W.
B. Saunders. Philadelpia.
Naibaho, M. dan R. Kumalawati. 1998.
Analisis Hujan Asam di Indonesia Tolgyessy, J.1993. Studies in Environmental
dan Mekanisme pembentukannya. Science, Chemistry and Biology of
Bull. Meteorologi. 3 : 39-43. Water Air and Soil. Environmental
Aspects. Elsevier.
Napitupulu E. L. 10 Agust 2005. Bodetabekjur
Jadi Megapolitan. Kompas. Turyanti, A. 2004. Bahan Kuliah Kapita Selekta
Polusi Udara. IPB.Bogor.
23

Trisasongko, B.H. dan S. Diar. 2005. Penuntun


Praktikum SIG.IPB. Bogor.

USEPA, 1976. Visible Emissions Evaluation.Air


Pollution Training Institute. Research
Triangle Park.

Vesilind, P. A. J.J. Pierce, dan R.F.


Weiner.1990. Environmental
rd
Engineering. 3 edition. Butterworth-
Heinemann.

Winarso, P.A. 1991. Studi tentang keasaman air


hujan. Widyapura 5 (VII) : 55 -59.
Udara dan Bising. Jakarta.
21
21

Lampiran 1. Data Kualitas Udara 15 Stasiun Pengamatan DKI Jakarta Tahun 2003

Bulan Derajat Juli Agustus Oktober November


No NO2 SO2 NO2 SO2 NO2 SO2 NO2 SO2
STASIUN BUJUR LINTANG
(ppm ) (ppm ) (ppm ) (ppm ) (ppm ) (ppm ) (ppm ) (ppm )

1 Masjid Firdaus 106.7 -6.12 0.38813 0.00120 0.12400 0.00090 0.02363 0.00217 0.02237 0.00363

2 Dufan 106.82 -6.13 0.34023 0.00130 0.19167 0.00133 0.02730 0.00107 0.05663 0.00360

3 Kec.Cilincing 106.95 -6.11 0.33957 0.00087 0.06627 0.00100 0.02053 0.00230 0.01013 0.00387

4 Lubang Buaya 106.91 -6.29 0.35880 0.00113 0.13010 0.00097 - - - -

5 Masjid Istiqlal 106.84 -6.17 0.46217 0.00113 0.18833 0.00160 0.02517 0.00327 0.02163 0.00420

6 Tebet Barat 106.86 -6.24 0.43457 0.00073 0.16473 0.00123 0.04810 0.00237 0.03127 0.00313

7 Dinas pertamanan 106.81 -6.36 0.34727 0.00097 0.25443 0.00070 0.01727 0.00257 0.01377 0.00253

8 PT. JIEP 106.93 -6.18 0.29270 0.00097 0.11497 0.00190 0.04223 0.00243 0.10297 0.00253

9 Kantor BPLHD 106.83 -6.24 0.46273 0.00087 0.11760 0.00103 0.02927 0.00243 0.02100 0.01243

10 BMG 106.86 -6.16 0.02300 0.00800 0.03700 0.00700 0.03800 0.00900 0.03800 0.01300

Walikota Jakarta
11 106.94 -6.22 0.06013 0.00000 0.06678 0.00000 0.00436 0.00000 0.00000 0.00000
Timur (JAF1)
Kemayoran
12 106.95 -6.14 0.03244 0.04329 0.00000 0.04807 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
(JAF2)
Pondok Indah
13 106.78 -6.26 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
(JAF3)
Walikota Jakarta
14 106.74 -6.19 0.00002 0.04329 0.00003 0.04807 0.00003 0.06187 0.00000 0.00000
Barat (JAF4)

15 Senayan (JAF5) 106.81 -6.21 0.00001 0.01005 0.00001 0.01251 0.00001 0.01389 0.00001 0.01202

Ket: (-) Tidak ada pengukuran


21

Lampiran 2. Baku Mutu SO2 dan NO2 Serta Tabel Konversi

KEPUTUSAN GUBERNUR DKI JAKARTA


Nomor : 551/2001
Tanggal : 7 Pebruari 2001

BAKU MUTU UDARA AMBIEN

Waktu
No. Parameter Baku Mutu
Pengukuran
1. SO2 1 Jam 900 µg/m3 (0.34 ppm)
24 Jam 260 µg/m3 (0.1 ppm)
1 Tahun 60 µg/m3 (0.02 ppm)
2. NO2 1 Jam 400 µg/m3 (0.2 ppm)
24 Jam 92.5 µg/m3 (0.05 ppm)
1 Tahun 60 µg/m3 (0.03 ppm)

Faktor Konversi

Parameter µg/m3 ppm


SO2 1 3.83 x 10-4
NO2 1 5.32 x 10-4

Parameter ppm µg/m3

SO2 1 2610
NO2 1 1880
21

Lampiran 3. Sistem Pencemaran Udara

SUMBER
1. Antropogenik :
 Kendaraan bermotor UPAYA PERATURAN
 Industri PENGENDALIAN
 PLTU
 Domestik
2. Alamiah : Biogenik, Vulkanik, dll

EMISI PENCEMAR PRIMER


SOX, NOX, NH3, CO, Partikulat

STRATEGI
PENGENDALIAN
PILIHAN

METEOROLOGI TRANSFORMASI FISIKA -KIMIA :


DISPERSI DAN TRANSPORT MENJADI PENCEMAR SEKUNDER :
Kepulan PLTU, Perkotaan, awan, Asam Sulfit, Sulfat
kabut, hujan, dll. Asam Nitrit, Nitrat
Oksidan fotokimia :
O3, PAN, Aldehida, Peroksida, radikal
Lain-lain : Partikel Organik, HNO2

PEMANTAUAN UDARA AMBIEN


KUALITAS UDARA MODEL-MODEL
PREDIKSI

PENCEMAR UDARA
DEPOSISI BASAH & KERING FOTOKIMIA (Misal OZON)
(HUJAN ASAM)

DAMPAK TERHADAP PENERIMA (RESEPTOR)


Manusia, Hewan, Tumbuhan, Hutan, danau, visibilitas,
material, dsb.

Sistem Pencemaran Udara


21

Lampiran 4. Data Curah Hujan DKI Jakarta Tahun 2003

Jumlah Curah Hujan ( mm )


Stasiun
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
745 Kemayoran 142.9 473.1 112.5 70.3 61.3 3.4 0.0 2.6 23.6 230 195.2 436.3
Cengkareng 40.0 148.0 75.9 151.1 85.2 5.6 0.0 20.0 29.6 107.6 55.2 363.4
Tanjung Priok 103.7 563.1 81.0 41.0 23.7 0.0 0.5 2.5 69.3 217.1 109.0 344.0
Halim Perdana K 142.3 277.8 225.9 174.2 120.9 0.5 0.0 0.0 83.3 238.8 249.5
Pondok Betung 176.8 447.8 265.8 121.5 169.1 0.8 0.0 5.2 231.9 224.1 254.5 262.3
21

Lampiran 5. Data Konsentrasi Bulanan SO2 dan NO2 dalam (µg/m3 ), DKI Jakarta Tahun 2003

Nama
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Oktober Nov Des
Stasiun
SO2 24.8 26.3 27 31.64 25.2 27.7
Jaf1
NO2 14.5 9.8 16.3 18.5 8.4 10.36 8.75 10.19 8.2 11.48 9.85
SO2 26.67 34.27 37.93 50 50.02 60.2 69.94 74.09 25.44
Jaf2
NO2 24.45 47.72 37.45 19.6 21.08 27.67 13.5 44.72
SO2 8.78 11.99 16.15 22.19 19.97
Jaf3
NO2 4.94 0.18
SO2 79.91 86.08 95.08 99.12 98.5 104 113 125 156 161
Jaf4
NO2 54.5 49.8 67.65 70.72 43.28 52.9 60.97 26.43 58.94 50.65 45.45
SO2 14.4 17.88 20.1 19.96 20.43 24.57 26.25 32.66 34.61 36.26 31.39 25.15
Jaf5
NO2 27.5 50.71 47.54 45.51 46.26 50.98 55.2 54.37 38.47 30.52 32.21

Anda mungkin juga menyukai