DKI JAKARTA
SYAMSUL ANWAR
G24101030
SYAMSUL ANWAR
G24101030
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
Pada
Program Studi Geofisika dan Meteorologi
Menyetujui,
Mengetahui,
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 September 1982 , sebagai anak kedelapan dari
sepuluh bersaudara Pasangan H.Asmari dan Hj. Naseha. Sekolah dasar Madrasah Ibtidaiyah AHDI
melanjutkan ke MTSN 1 Jakarta kemudian SMU 49 Jakarta, diterima di IPB pada tahun 2001 seleksi
UMPTN, pernah mengikuti organisasi HIMAGRETO sebagai seksi Olahraga.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang telah
diberikan sehingga kita masih hidup sampai sekarang, dan tak lupa kita sanjungkan salawat serta salam
kepada junjungan kita kepada Nabi Muhammad saw. Terima kasih kepada semua teman-teman yang
telah mendukung penelitian saya yang berjudul Distribusi Spasial dan Temporal SO 2 dan NO2.
Terima kasih penulis ucapkan kepada pembimbing yang telah mau membimbing yaitu Bapak
Dr.Ir. Imam Santosa, dan Dosen Penguji Pak Sobry, dan Pak Idung, Pak Putu,kepada Ibu Rina BPLHD,
bang Andi,, Bapak Iwan BMG, Pak Winarno, dan juga kepada Erwin dan Kokom yang telah
membantu dalam pembuatan SIG. Anak- anak GFM 38, Kos Kemuning, Hamid, Sahrul, anak galih,
Hery Wijaya , nadar, oza, dian, merri, lintang, iqbal, jae, maedi, anto, haries, fikri Pak Djun, Pak
Supono, aa wahyu, iskandar, pak rizal dan semuanya yang berjasa mudah-mudahan Allah yang
membalasnya.
Ucapan spesial yang ditunjukkan kepada Ibu Hj. Naseha (alm) dan Bapak H.Asmari (alm), kepada
kakakku Nurhayati dan Kak Riri, Samsuri, Nasrulloh, Kamal, Nani, Lilah, Gofur serta Adikku Yuli
dan Yuyun.
Ucapan yang setulus -tulusnya kepada seorang yang berarti dalam hidupku An-an Mustika, serta
Bapak Dadang, Ibu Lilis, Teteh Nenden, A Teten, oceng.
Semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. i
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………. 1
1.2 Tujuan penelitian………………………………………………………….................. 1
LAMPIRAN…………………………………………………………………………………… 21
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kandungan Sulfur Dalam Bahan Bakar Minyak ( BBM).................................................... 4
2. Kontribusi Sektoral Emisi Pencemaran Udara di DKI Jakarta tahun 1991/1992................ 8
3. Lokasi Pemantauan Kualitas Udara ambien................................................................ ........ 10
4. Metode Analisa Kualitas Udara........................................................................................... 10
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Proses Kandungan Kimia dari Sumber Emisi dan Hujan Asam.......................................... 7
2. Proses Umum Siklus Nitrogen……………………………………………………………. 7
3. Proses Umum Siklus Sulfur……………………………………………... .......................... 7
4. Hubungan Antara Kecepatan kendaraan dan emisi NO 2..................................................... 8
5. Curah Hujan (Mm) DKI Jakarta.......................................................................................... 14
6. Konsentrasi SO2 (µg/m3) DKI Jakarta tahun 2003……………………………………….. 14
7. Konsentrasi NO2 (µg/m3) DKI Jakarta tahun 2003……………………………………..... 15
8. Distribusi Konsentrasi NO2 Bulan Juli............................................................................... 16
9. Distribusi Konsentrasi NO2 Bulan Agustus ........................................................................ 16
10. Distribusi Konsentrasi NO2 Bulan Oktober......................................................................... 17
11. Distribusi Konsentrasi NO2 Bulan November..................................................................... 12. 17
Distribusi Konsentrasi SO2 Bulan Juli................................................................................. 13. 18
Distribusi Konsentrasi SO2 Bulan Agustus......................................................................... 14. 18
Distribusi Konsentrasi SO2 Bulan Oktober......................................................................... 15. 19
Distribusi Konsentrasi SO2 Bulan November...................................................................... 19
DAFTAR LAMPIRAN
sulfur oksida, oksida nitrogen, hidrokarbon dan kepermu kaan bumi sebagai akibat gaya tarik
partikel-partikel padat (Anonimous, 1987). bumi.
Menurut Santosa (2005) proses pemanasan Anonimous (1983) menjelaskan bahwa
meliputi loncatan listrik, pembakaran bahan pencemaran udara memberi dampak long term
bakar minyak dapat menghasilkan gas pencemar effect dan long term poisioning kepada kesehatan
SO2 dan NO2. Pemanasan berupa loncatan listrik manusia maupun kelestarian lingkungan, acid
dengan suhu tinggi dapat menghasilkan gas NO2, deposition merupakan salah satunya yang
sedangkan pembakaran bahan bakar minyak terbentuk melalui proses yang panjang serta
(BBM) terutama menghasilkan gas SO2 dan memakan waktu yang lama dan akan turun ke
hanya sedikit sebagai SO3. bumi sebagai dry acid deposition ( dalam bentuk
Sulfur dioksida (SO2) yang berasal dari aerosol) dan wet acid deposition (hujan asam) .
proses pembakaran bahan bakar fosil (batu bara Deposit kering adalah peristiwa terkenanya
dan minyak bumi) dan oksida nitrogen (NOx) permukaan suatu benda atau makhluk hidup oleh
hasil buangan kendaraan bermotor dapat asam yang berada di udara atau dengan kata lain
menimbulkan gangguan bau, gangguan dalam deposit kering adalah transfer secara langsung
sistem pernafasan manusia dan menghambat dari gas-gas asam yang ada di udara. Keadaan ini
pertumbuhan tanaman. Pada keadaan biasanya terjadi dekat sumber pencemar
kelembaban tinggi SO2 dapat membentuk asam misalnya daerah industri yang dekat dengan
sulfat yang sifatnya sangat korosif pada berbagai permukiman dan daerah padat lalu lintas yang
benda –benda logam. Gas-gas polutan ini dapat dekat dengan pejalan kaki dan tumbuhan yang
bereaksi dengan uap air maupun air hujan dan dekat dengan jalan karena pengaruh angin
menghasilkan asam sulfat dan asam nitrat (Naibaho dan Kumalawati, 1998).
(Sutamihardja, 1986). Jenis gas sulfur yang diendapkan adalah SO2
dan dari nitrogen adalah NO2 hiperoksiasetil
2.3 Hujan Asam dan Proses nitrat (PAN). Karena NOx lebih cepat dioksidasi
Pembentukannya. nitrat daripada SO2 menjadi sulfit, maka SO2 lebih
Environmental Resources Limited (1983) penting sebagai komponen deposit kering yang
mengatakan hujan asam adalah bentuk pre sipitasi diendapkan dalam jumlah besar (Anonimous,
yang mengandung pencemar SO2, SO3, NO2, 1983).
dan HNO3, yang larut dalam awan dan butir- Sedangkan menurut Naibaho dan
butir air sehingga membentuk asam sulfat dan Kumalawati (1998) deposit basah adalah
asam nitrat dalam air hujan sehingga menjadikan turunnya hujan disertai dengan turunnya asam
pH air hujan lebih kecil dari 5,6. Sedangkan pH yang mengenai benda atau makhluk hidup di
air hujan pada kondisi alami memiliki nilai 5,6 sekitarnya. Ada dua proses yang disebut dengan
atau lebih tetapi tidak lebih besar dari 7.00 (Lier, deposit basah menurut Winarso (1991) yaitu:
1980 dalam Harmantyo, 1988). Proses
pembentukan hujan asam ini dapat dijelaskan Rain out, yaitu reaksi kimia yang berlangsung
pada gambar 1. saat proses pembentukan butiran air dan
Hujan asam merupakan fenomena partikel udara hasil limbah industri pada awan
pencemaran udara yang banyak dikaitkan dengan (proses kondensasi). Dalam hal ini, aerosol
aktivitas energi yang mengemisikan unsur-unsur sulfat dan nitrat berlaku sebagai sebagai inti
prekursor utamanya yaitu SO 2 dan NOx. kondensasi. Gas SO2 diabsorbsi air di dalam
Aktivitas ini adalah aktivitas antropogenik yang awan kemudian dioksidasi menjadi sulfat
paling utama, terutama dalam konversi dan sebelum dipindahkan oleh hujan. Mekanisme
penggunaan akhir energi. ini terjadi untuk wilayah yang jauh dari
Hujan asam adalah istilah yang digunakan sumber pencemar.
untuk menggambarkan apa yang akan terjadi Wash out yaitu reaksi kimia yang berlangsung
apabila pencemar-pencemar yang bersifat asam saat air hujan turun dari awan yang dalam
di atmosfer turun kepermukaan bumi kita. perjalanannya turun ke bumi bereaksi dengan
Deposisi asam dapat terjadi dalam dua cara partikel hasil limbah industri dan transportasi.
yaitu: Sebagai hujan asam apabila bahan-bahan Proses ini dipacu oleh ukuran tetesan air hujan,
yang bersifat asam di atmosfer terbawa dan larut pH air hujan dan luas bagian yang terisi oleh
dalam air hujan atau dan s ebagai deposit kering SO2. Sebagai contoh, butiran air hujan yang
apabila bahan-bahan yang bersifat asam dalam besar sedikit kurang efektif pada penangkapan
bentuk butiran padat yang halus turun dan pelarutan SO 2 di atmosfer dari pada
butiran air hujan yang kecil. Hujan lebat, yang
3
hv
dicirikan dengan butiran air hujan yang besar O3 O2 + O
cenderung memiliki konsentrasi SO 2 yang
lebih rendah dari pada hujan rintik -rintik pada NO2 + O + x NO3 + x
atmosfer yang sama. Mekanisme ini lebih
sering terjadi di wilayah dekat dengan sumber NO2 + NO3 N2O5
pencemar. Kedua proses tersebut untuk
penambahan butiran sulfat dan nitrat yang x adalah permukaan katalis. Gas NO2 dan N2O5
terjadi melalui proses tumbukan, intersepsi, akan bereaksi dengan uap air yang kemudian
dan difusi Brownian . bersatu menjadi inti kondensasi dalam awan atau
bereaksi langsung dengan air hujan membentuk
2.3.1 Produksi Asam Nitrat di Atmosfer asam nitrat.
Turk (1980) dalam Nababan, B (1989)
mengatakan nitrogen biasanya terdapat dalam 3 NO2 + H2O 2 HNO3 + NO
jaringan kehidupan, minyak bumi dan batu bara.
Sumber nitrogen lainnya adalah dari proses 2 NO2 + H2O HNO3 + HNO2
denitrifikasi heterotropik, penguapan amonia ke
atmosfer dan senyawa nitrogen plutonik dari N2O5 + H2O 2HNO3
litosfer (Kennedy, 1986). (McEwan dan Phillips, 1975; Kennedy, 1986).
Pada suhu tinggi, gas nitrogen di atmosfer
akan bereaksi dengan gas oks igen dan Nababan, B (1989) perbedaan musim
menghasilkan gas nitrogen oksida (Sutamihardja, memberikan pengaruh sangat nyata terhadap
1981 dalam Nababan, B 1989). kandungan sulfat air hujan pada musim kemarau
relatif lebih tinggi dibandingkan dengan musim
N2 + O2 2 NO penghujan. Hal ini disebabkan pada musim
kemarau frekuensi kejadian hujan relatif kecil
Sumber lain yang paling banyak sebagai sehingga udara relatif lebih kotor dibandingkan
penghasil gas polutan nitrogen oksida (NO) dengan musim penghujan dan sifat dari polutan
adalah pembakaran minyak bumi dalam ruang SO2 dan SO3 yang cepat bereaksi dengan uap air.
pembakaran kendaraan bermotor (Santosa Sedangkan kandungan nitrat air hujan secara
2005). umum pada musim penghujan lebih tinggi
Di udara terbuka, gas nitrogen oksida oleh dibandingkan dengan musim kemarau.
gas oksigen akan dioksidasi menjadi gas Sebagian besar nitrogen dalam ekosistem
nitrogen dioksida (NO 2) dalam waktu sekitar tiga adalah dalam bentuk bio -organik, bahan organik
hari (Sutamihardja, 1981). tanah, dan organisme hidup. Sedangkan sebagian
kecil dalam bentuk inorganik yang dapat
2NO + O2 2 NO2 digunakan oleh bakteri dan tanaman. Nitrogen
inorganik sebagai polutan dari pembakaran
Kennedy (1986) menambahkan reaksi minyak bumi juga penting dalam siklus N, yang
nitrogen oksida dalam atmosfer yang kompleks menyebabkan terjadinya hujan asam (lihat
dengan menggunakan katalis dan kehadiran ozon Gambar 2). Tahapan dari siklus N di atas adalah:
akan menghasilkan gas nitrogen dioksida (NO 2). 1. Fiksasi nitrogen secara biologik
2. Amonifikasi dari nitrogen organik
NO + O3 NO2 + O2 3. Nitrifikasi autotropik amonia menjadi
nitrat
NO + O + x NO2 + x 4. Absorbsi nitrogen oleh tanaman dan
mikro-organisme
x adalah permukaan katalis. Kadar gas nitrogen 5. Denitrifikasi heterotropik nitrat menjadi
dioksida di atmosfer akan semakin meningkat N2
dengan meningkatnya pembakaran minyak bumi 6. Penguapan amonia ke atmosfer
terutama hasil buangan gas kendaraan bermotor. 7. NO dari pembakaran minyak bumi
Adanya unsur oksigen hasil dissosiasi dari ozon 8. Fiksasi nitrogen secara industri
akan bereaksi dengan gas NO2 dengan bantuan 9. NO sebagai produk dari badai guntur
katalis dan menghasilkan gas nitrogen trioksida 10. Senyawa nitrogen plutonik dari litosfer
(NO3). Kemudian nitrogen trioksida ini akan 11. Pelepasan N ke sungai, danau dan laut
bereaksi dengan gas NO2 dan menghasilkan gas 12. Buangan dari kendaraan bermotor
nitrogen pentoksida (N2O5). (Kennedy, 1986)
4
Strauss dan Mainwaring (1984) untuk rata-rata 2.3 Keadaan Umum Provinsi DKI Jakarta
emisi gas (g/km) yaitu NO2 pada bensin 2.20 2.3.1 Luas dan Letak Geografis
g/km dan solar 0.68 – 1.02 g/km, sedangkan Daerah Khusus Ibukota Jakarta mempunyai
pada SO2 pada bensin 0.22 g/km dan solar 1.28 luas wilayah 661.52 km2 termasuk wilayah
g/km. daratan Kepulauan Seribu yang tersebar di teluk
3.1.2 Pengaruh yang ditimbulkan oleh Jakarta.
Pencemar SO2 dan NO2 Secara geografis wilayah DKI Jakarta
Anonimous (1983) kemampuan indera terletak antara 106 22’ 42" BT sampai 106 58’
penciuman manusia dalam mendeteksi NOx 18" BT dan -5 19’ 12" LS sampai -6 23’ 54" LS.
adalah pada konsentrasi 0.12 ppm, toksitas NO 2 Batas-batas wilayah DKI Jakarta adalah :
adalah kira -kira empat kali lebih tinggi daripada 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa
NO. Senyawa ini dapat melukai daun-daunan 2. Sebelah Timur berbatasan dengan
(akut) serta menurunkan produksinya. Pada Kabupaten Bekasi
konsentrasi di bawah 0.05 ppm, oksida nitrogen 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan
tidak menimbulkan efek yang berbahaya bagi Kabupaten Bogor
kesehatan. Paparan konsentrasi di atas ambang 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten
ini akan menyebabkan kejadian gangguan Tangerang
pernafasan akut pada tingkat konsentrasi yang Berdasarkan Pasal 6 UU No. 5/1974 dan
melampaui konsentrasi yang umum terdapat di Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25
atmosfer (0.05 ppm) nitrogen dioksida akan tahun 1978 wilayah DKI Jakarta dibagi habis
menjadi toksik. dalam 5 wilayah kota yang setingkat dengan
Penentuan dampak lingkungan NOx, diukur Kota Madya Daerah Tingkat II dan berada
dengan melihat perubahan pada konsentrasi NOx langsung di bawah Daerah Khusus Ibukota
yang akan terjadi akibat kegiatan yang berjalan. Jakarta yang terdiri dari 30 kecamatan dan 236
Bila perubahan tersebut kecil dan tidak merubah Kelurahan (http://www.bkkbn.go.id).
derajat tingkat konsentrasi yang ada (misalnya
masih tetap berada dalam rentang lingkungan 2.3.2 Keadaan Penduduk DKI Jakarta
berkualitas tinggi), dampaknya tidak berarti Menurut Kompas (2005), dengan jumlah
(insignificant). Bila kualitasnya turun menjadi penduduk 8.743.110 jiwa dan luas wilayah
sedang (moderate), dampaknya dianggap sedang 661.52 km2. Keadaan penduduk ini ditambah
pula. Namun bila perubahan yang timbul dengan penduduk Bogor, Tangerang, dan Bekasi
merubah kualitas kualitas lingkungan yang tinggi yang beraktivitas di Jakarta pada siang hari,
menjadi rendah, dampaknya dianggap penting maka jumlah penduduk pada siang hari lebih
(significant). tinggi.
Sedangkan untuk pengaruh pencemaran Berdasarkan Study on Integrated
akibat oksida-oksida sulfur adalah meningkatnya Transportation Master Plan (2000), jumlah
tingkat morbiditas, insedensi penyakit perjalanan di Jabotabek sebanyak 29,2 juta
pernafasan, seperti bronchitis, emphyesma dan perjalanan/hari. Adapun persentase angkutan
penurunan kesehatan umum. Oksida-oksida yang digunakan : sepeda motor 14,2 persen,
sulfur juga akan menimbulkan kerugian material, mobil pribadi 30,8 persen, bus 52,7 persen, dan
akibat pengaratan logam, penurunan panen, dsb- kereta api 2 persen maka wajar untuk persentase
nya. Efek sinergistik partikulat, ozon dan oksida- tersebut daerah-daerah disekitar pengukuran juga
oksida nitrogen menimbulkan kerugian tinggi untuk konsentrasi NO2 .
kesehatan dan material yang lebih besar. Selama kurun waktu tersebut kepadatan
Sedangkan hal yang lain menimbulkan penduduk DKI Jakarta diperkirakan naik menjadi
peningkatan yang tinggi dalam ke matian akibat lebih dari tiga kali lipat. Dari lima kotamadya di
bronchitis dan kanker paru-paru. DKI Jakarta, Jakarta Pusat merupakan wilayah
Miller (1992) pada konsentrasi minimum kotamadya yang paling padat penduduknya,
SOx dapat menimbulkan kerugian terhadap kemudian diikuti oleh Jakarta Barat, dan Jakarta
tanaman adalah 0.03 ppm. Pada konsentrasi selatan.
kurang dari 0.03 ppm, lingkungan udara masih Dengan padatnya penduduk DKI Jakarta,
dianggap aman. Kerugian akan meningkatnya penggunaan jasa angkutan bis umum untuk
konsentrasi ambien adalah visibilitas akan aktivitas harian penduduk tidak dapat dihindari.
terpengaruh.
6
2.3.5 Transportasi
Sektor transportasi merupakan aktivitas
yang sangat penting menggerakkan roda
perekonomian/aktivitas manusia di kota-kota
seluruh dunia. Walaupun bukan satu-satunya
penyumbang polusi pada pencemaran udara di
kota-kota besar, seharusnya dikendalikan sedini
mungkin. Sektor transportasi merupakan
penyumbang utama polusi pada pencemaran
kualitas udara untuk kota Jakarta. Transportasi
darat yang paling tinggi menyumbang polusi
adalah kendaraan bermotor.
Kendaraan bermotor mengemisikan gas
buang yang terdiri dari CO2, CO, NO2, H2,
hidrokarbon, dan SO2. makin tinggi kecepatan
kendaraan, emisi NO2 makin meningkat,
sementara emisi CO makin rendah ( Santosa, I
7
Gambar 1. Proses, Kandungan Kimia dari Sumber Emisi dan Hujan Asam
(Environmental Resources Limited, 1983)
w z
n dan NO2 dengan menggunakan asumsi-asumsi,
i i dimana keadaan topografi Jakarta tidak
ẑ o i 1
n
berpengaruh.
w
Bentuk interpolasi dilakukan pada bulan-
i bulan tertentu, hal ini karena ketersedian data
i 1 yang lebih lengkap. Adapun bulan untuk
dimana zomerupakan nilai yang diduga dan zi interpolasinya yaitu interpolasi untuk musim
merupakan sekumpulan nilai penduga. Nilai kemarau adalah bulan Juli, Agustus, dan
pembobot dalam teknik IDW umumnya dihitung Oktober, November yang masuk pada bulan
dengan rumus umum berikut : peralihan musim hujan pada tahun 2003.
1 Masing-masing wilayah DKI Jakarta
wi mempunyai beberapa titik lokasi pengukuran
d102
yaitu Jakarta selatan berjumlah 4 titik
dimana dio merupakan jarak antara titik pengukuran, Jakarta Utara 4 titik pengukuran,
pengamatan i dengan titik yang diduga. Jakarta timur 3 titik pengukuran, Jakarta pusat
Pembobotan nilai dengan melibatkan kuadrat dan Jakarta barat masing-masing 2 titik
jarak bukanlah ketetapan yang mutlak. Beberapa pengukuran.
varian dari penetapan nilai pembobot ini antara Hasil dari interpolasi konsentrasi SO2 dan
lain dengan teknik eksponensial dan teknik NO2 akan di overlay dengan peta jalan yang ada
decay. di Jakarta untuk dapat melihat pengaruh jalan
3.3.3 Analisis Konsentrasi SO2 dan NO2 terhadap konsentrasi SO2 dan NO2 tersebut,
Berdasarkan Lokasi Peruntukan konsentrasi kisaran pencemar pada peta untuk NO2
Lokasi peruntukkan pada masing-msaing berdasarkan atas kisaran aman (normal), mendekati
wilayah pengukuran akan dibahas secara metode baku mutu, dan melewati baku mutu, sedangkan
deskripsi sederhana. Dengan membahas kondisi untuk SO2 hanya berdasarkan kisaran aman, dan
pencemar tersebut pada masing-masing wilayah mendekati baku mutu. Untuk penggunaan warna
dihubungkan dengan keadaan lokasi pada kisaran tersebut yaitu warna yang semakin
peruntukkannya serta keadaan yang tebal berarti kisarannya semakin tinggi.
mempengaruhinya. Metode yang digunakan adalah model
3.3.4 Analisis Konsentrasi SO2 Dan NO2 pembobotan, model ini memakai asumsi yaitu :
Berdasarkan Keadaan Curah Hujan Di 1). Keadaan topografi DKI tidak
Jakarta. mempengaruhi karena hanya melihat
Pengaruh curah hujan untuk daerah Jakarta gambaran secara umum pada peta.
dihubungkan dengan keadaan pencemar SO2 dan 2). Kecepatan dan arah angin konstan.
NO2 pada keadaan curah hujan tertinggi dan 3). Sumber pencemar merupakan daerah yang
pada keadaan musim kemarau. paling tinggi konsentrasinya dan
3.3.5 Analisis Konsentrasi SO2 Dan NO2 dominannya berasal dari kendaraan
Berdasarkan Distribusi Temporal. bermotor.
Keadaan pencemar pada bulan-bulan Untuk distribusi konsentrasi SO2 dan NO2
pengukuran yaitu bulan Juli, Agustus, Oktober, DKI Jakarta pada 15 titik pengukuran
dan November dibandingkan berdasarkan bulan- menggunakan metode interpolasi non linier
bulan tersebut dan membahas perbedaan karena keadaan topografi Jakarta yang
konsentrasinya pada bulan pengukuran tersebut. merupakan daerah datar dan landai sehingga
dapat didekati dengan metode IDW.
Metode IDW hanya menghasilkan kisaran
10
1. Walikota Penggilin Permukim 3.0 Sumber : BPLHD Provinsi DKI Jakarta (2004)
gan an
madya
Jakarta
Timur
11
4.1.1 Analisis Peta Distribusi Konsentrasi ppm sampai 0.049 ppm, sedangkan lokasi
SO2 dan NO2 Berdasarkan Lokasi Kemayoran, Lubang Buaya, dan Walikota
Peruntukan. Jakarta Timur masih dalam kisaran normal
Untuk lokasi penguku ran berdasarkan tata antara 0 sampai 0.019 ppm. Tingginya keadaan
guna lahannya diwakili oleh daerah permukiman, pada empat lokasi tersebut ada kecenderungan
daerah perkantoran, daerah industri, dan daerah hampir sama dengan bulan Oktober.
campuran, daerah tersebut dianggap telah Keadaan konsentrasi NO 2 yang tinggi
mewakili masing-masing keadaan peruntukannya bahkan sampai melewati baku mutu pada lokasi
untuk daerah DKI Jakarta (tabel 3). Lokasi- permukiman bulan Juli dan Agustus
lokasi pengukuran ini adalah untuk mengukur menunjukkan keadaan kualitas udaranya tidak
SO2, NO2 serta pencemar-pencemar yang lain. sehat, sangat mengkhawatirkan sebab daerah ini
Penelitian ini didasarkan atas spasialnya yaitu merupakan daerah tempat tinggal. Paparan
menurut masing-masing lokasi peruntukkannya, konsentrasi di bawah baku mutu tidak
sedangkan menurut temporalnya hanya menimbulkan efek yang berbahaya bagi
berdasarkan atas penguku ran yang telah ada. kesehatan, tetapi paparan konsentrasi di atas 0.5
Keadaan konsentrasi kedua pencemar ppm dapat menyebabkan gangguan pernafasan
berdasarkan peruntukkannya dapat dijelaskan akut dan dapat menjadi toksik. Lokasi-lokasi ini
sebagai berikut : berpeluang terhadap penyakit gangguan
pernafasan.
a. Nitrogen dioksida (NO2) Perkantoran
Permukiman Lokasi perkantoran diwakili oleh lokasi
Lokasi permukiman diwakili oleh daerah, pengukuran Masjid Istiqlal, Kantor BPLHD, dan
Lubang Buaya, Masjid Firdaus, Tebet, Dinas Walikota Jakarta Barat (lihat tabel 3). Bulan Juli
Pertamanan, Walikota Jakarta Timur, keadaan lokasi Masjid Istiqlal dan Kantor
Kemayoran, dan Kemayoran BMG ( tabel 3). BPLHD konsentrasi pencemar NO2 berada pada
Untuk konsentrasi pada bulan Juli keadaan kisaran 0.05 ppm sampai 0.462 ppm, kecuali
lokasi-lokasi tersebut hampir semuanya melewati Walikota Jakarta Barat kisarannya berada pada
baku mutu karena kisarannya sekitar 0.05 ppm kisaran aman, keadaan yang tinggi pada dua
sampai 0.462 ppm, kecuali daerah BMG dan lokasi tersebut lebih disebabkan karena
daerah Kemayoran berada pada kisaran 0.02 ppm kecenderungan penggunaan kendaraan pribadi
sampai 0.049 ppm, keadaan yang tinggi tersebut yang lebih tinggi dibandingkan dengan
karena pada daerah-daerah ini pencemar NO2 kendaraan umum, serta pengaruh kemacetan
yang dihasilkan tidak hanya dari sektor setiap harinya dimana kedua lokasi ini
penggunaan kendaraan bermotor tetapi juga merupakan daerah padat lalulintas. Menurut
berasal dari tingginya kegiatan rumah tangga Dephub (2003) daerah Jakarta merupakan daerah
seperti pembakaran sampah rumah tangga, dan rawan macet dan salah satunya adalah daerah
penggunaan minyak tanah dalam rumah tangga kawasan Thamrin dan kawasan Pintu air /lokasi
pada bulan tersebut dan pengaruh musim Masjid Istiqlal.
kemarau ( tabel 2). Keadaan konsentrasi NO 2 pada bulan
Pada bulan Agustus keadaannya sama Agustus tidak berbeda jauh dengan keadaan
dengan bulan Juli, diduga faktor penyebabnya pada bulan Juli, kecuali lokasi Walikota Jakarta
sama. Kisaran pada bulan Oktober untuk lokasi Barat yang rendah. diduga penyebab tingginya
permukiman tidak ada yang melewati baku mutu, kedua lokasi tersebut karena tingginya
hal ini karena adanya proses pencucian saat penggunaan kendaraan bermotor pada bulan
hujan terjadi. Kisaran yang tertinggi yaitu 0.02 Agustus yang mengalami akumulasi dan
ppm sampai 0.049 ppm terjadi pada lokasi BMG, pengaruh angin setiap harinya dimana bulan
Masjid Firdaus, Tebet Barat, Lubang Buaya, Agustus bukan musim hujan.
tingginya lokasi tersebut karena penggunaan Pada bulan Oktober keadaannya masih aman
kendaraan pribadi pada lokasi ini tinggi karena kisarannya masih dibawah baku mutu,
(Gambar 7), keadaan tersebut dilihat berdasarkan yaitu antara 0.02 ppm sampai 0.049 ppm, hal ini
jalan utama yang ada di daerah tersebut, karena pada bulan tersebut merupakan masa
sedangkan untuk Masjid Firdaus karena ada peralihan ke musim hujan, diduga telah terjadi
pengaruh sumber kegiatan rumah tangga. proses pencucian oleh hujan pada saat terjadi
Bulan November keadaan konsentrasi hujan.
tertinggi terjadi pada BMG, Masjid Firdaus, Bulan November kisarannya untuk semua
Tebet Barat, Lubang Buaya, berkisar antara 0.02 lokasi perkantoran tersebut, berada di bawah
12
ambang baku mutu, yaitu 0.02 ppm sampai 0.049 Setiap bulan-bulan pengukuran di lokasi
ppm, keadaan ini nampaknya lebih karena tersebut selalu tinggi dan melewati baku mutu
terjadinya proses pencucian oleh air hujan pada 0.05 ppm, kecuali pada bulan Oktober.
saat terjadi hujan. Tingginya konsentrasi tersebut pada tiga bulan
Keadaan konsentrasi NO2 pada bulan Juli pengukuran disebabkan tingginya penggunaan
dan Agustus menunjukkan kualitas lingkungan kendaraan bermotor yang melewati lokasi ini,
yang tidak sehat yaitu pada lokasi Kantor dan juga pengaruh dari emisi industri tersebut,
BPLHD dan Masjid Istiqlal, keadaan ini tidak tingginya konsentrasi NO 2 pada bulan
mempengaruhi aktivitas bekerja seseorang pada Oktober lebih disebabkan karena pengaruh
bulan-bulan tersebut. proses pencucian oleh air hujan pada saat terjadi
Rekreasi hujan.
Lokasi parawisata/rekreasi diwakili oleh Campuran
Dufan. Konsentrasi NO2 di lokasi pengukuran Lokasi yang mewakili daerah ini adalah
Dufan pada bulan Juli melewati baku mutu Kecamatan Cilincing, dan Masjid Pondok Indah.
berkisar antara 0.05 ppm sampai 0.462 ppm, Keadaan konsentrasi NO2 pada bulan Juli
bulan Agustus keadaan konsentrasi NO 2 menunjukkan kisaran melewati baku mutu, yaitu
melewati baku mutu berkisar antara 0.05 ppm 0.05 ppm sampai 0.462 ppm, sedangkan untuk
sampai 0.254 ppm. Bulan Oktober kisarannya Masjid pondok Indah berkisar antara 0 sampai
antara 0.02 ppm sampai 0.049 ppm. Bulan 0.019 ppm kisaran ini masih aman, konsentrasi
November berkisar antara 0.05 ppm sampai yang tinggi pada lokasi Kecamatan Cilincing
0.103 ppm, keadaan yang selalu tinggi tersebut ini lebih disebabkan jumlah kendaraan bermotor
pada setiap bulan pengukurannya kecuali bulan pada ruas -ruas jalan utama, dan padatnya arus
Oktober, lebih disebabkan karena tujuan wisata kendaraan bermotor pada daerah tersebut, dan
ke lokasi tersebut meningkat dengan juga pengaruh dari sumber rumah tangga seperti
menggunakan kendaraan bermotor, apalagi pada pembakaran sampah, dan penggunaan bahan
hari-hari libur sekolah dan kerja, karena letaknya bakar minyak tanah pada aktivitas rumah tangga.
yang berdekatan dengan pantai Ancol, telah Sedangkan keadaan yang rendah terjadi pada
terjadi pengaruh dari aktivitas alam yaitu proses lokasi Masjid Pondok Indah yang disebabkan
mikroorganisme laut dalam pembentukan protein oleh sedikitnya aktivitas penggunaan kendaraan
melalui proses asimilasi. berbahan bakar premium dan solar dan juga
Keadaan yang tidak sehat ini mempengaruhi rendahnya kegiatan dari sektor rumah tangga.
kesehatan dan kenyamanan wisatawan yang Pada bulan Agustus lokasi Masjid Pondok
berkunjung ke tempat tersebut. Hal ini tidak Indah masih kisaran aman, berbeda dengan
sesuai dengan lokasi peruntukannya sebagai Kecamatan Cilincing yang kisaran NO 2
tujuan wisata. mencapai 0.05 ppm sampai 0.254 ppm,
Sarana Olahraga nampaknya kisaran yang tinggi ini disebabkan
Sarana olahraga diwakili oleh lokasi tingginya jumlah kendaraan berbahan bakar
Senayan. Kisaran NO2 pada bulan Juli, Agustus, minyak premium dan kepadatan kendaraan.
Oktober, dan November di lokasi pengukuran Kecamatan Cilincing pada bulan Oktober
Senayan keadaan konsentrasinya tidak melewati kisaran NO2nya mencapai 0.02 ppm sampai 0.
baku mutu, kisaran konsentrasinya antara 0 049 ppm, kisaran ini mulai mendekati baku
sampai 0.019 ppm, hal ini berarti aktivitas mutu, keadaan ini lebih rendah dibandingkan
penggunaan kendaraan yang melewati lokasi pada bulan Juli dan Agustus, hal ini disebabkan
Senayan pada bulan-bulan pengukuran tidak adanya proses pencucian pada saat terjadinya
terlalu tinggi. Keadaan kualitas udara yang hujan karena bulan Oktober adalah bulan
masih dalam batas aman ini, sesuai dengan peralihan kehujan. Kisaran untuk lokasi Masjid
lokasi peruntukannya sebagai sarana olahraga. Pondok Indah sama dengan bulan-bulan
Industri pengukuran sebelumnya diduga penyebabnya
Lokasi pengukuran yang mewakili daerah juga sama.
Industri adalah lokasi PT. JIEP. Dimana keadaan Lokasi pengukuran Masjid Pondok Indah
konsentrasi NO2 pada bulan Juli menunjukkan dan lokasi pengukuran Kecamatan Cilincing
kisaran 0.05 sampai 0.462 ppm, bulan Agustus kisarannya sama yaitu berkisar antara 0 sampai
berkisar antara 0.05 sampai 0.254 ppm, pada 0.019 ppm, keadaan ini masih dalam batas aman.
bulan Oktober 0.02 sampai 0.049 ppm, dan bulan Penurunan kisaran pada kecamatan Cilincing
November 0.05 sampai 0.103 ppm. lebih disebabkan karena adanya pengaruh proses
pencucian oleh air hujan.
13
Bulan yang termasuk musim peralihan hujan udara kering serta bersifat konvergen sehingga
pada saat pengukuran adalah bulan Oktober dan sedikit menghasilkan hujan terutama pada bulan
November, dari lima belas lokasi pengukuran Juli dan Agustus.
ternyata ada tujuh daerah lokasi pengukuran Suharsono (1982) menjelaskan hujan yang
yang tinggi konsentrasi NO2 tetapi tidak terjadi pada periode Juni sampai September
melewati baku mutu (Gambar 7). Bulan dihasilkan oleh kenaikan udara lembab yang
November konsentrasi secara umum masih berasal dari laut jawa dan konveksi di daratan
dalam tahap aman. Turunnya konsentrasi NO 2 (lembah) ke arah pegunungan.
dibandingkan pada bulan musim kemarau karena Menurut Darmawati, M (2005) Monsoon
adanya proses pencucian pencemar ini saat dicirikan sebagai bentuk pola hujan yang bersifat
terjadinya hujan. unimodal (satu puncak musim hujan) selama tiga
bulan curah hujan relatif tinggi yang biasa
b. Sulfur dioksida (SO2) disebut musim hujan Desember, Januari,
Musim Kemarau Februari (DJF). Dan tiga bulan curah hujan
Keadaan kisaran konsentrasi SO 2 pada bulan rendah bisa disebut musim kemarau periode Juni,
Juli dan Agustus untuk kota Jakarta masih di Juli, dan Agustus (JJA). Sedangkan enam bulan
bawah nilai 0.043 ppm, kisaran ini masih dalam peralihan (tiga bulan peralihan kemarau ke
batas aman. Konsentrasi yang rendah ini hujan, dan tiga bulan peralihan hujan ke
menunjukkan bahwa rendahnya penggunaan kemarau).
kendaraan solar untuk kota Jakarta. bulan peralihan musim kemarau yaitu bulan
Musim Peralihan Hujan Maret, April, dan Mei, sedangkan September,
Konsentrasi pada bulan Oktober pada titik Oktober, dan November peralihan musim hujan
lokasi Walikota Jakarta Barat lebih tinggi (Gambar 13).
dibandingkan bulan Juli dan Agustus hal ini Jakarta memasuki musim penghujan pada
nampak adanya akumulasi pencemar SO 2 dari bulan Januari sampai Maret. Hal tersebut
bulan-bulan sebelumnya dan umumnya terjadi ditandai dengan intensitas curah hujan yang
hujan lebat . Tetapi secara umum untuk wilayah tinggi (Aldrian, 2000).
Jakarta pada bulan Oktober dan November Di bawah ini adalah grafik keadaan curah
keadaan SO2 masih dibawah baku mutu, diduga hujan bulanan rata-rata DKI Jakarta dari stasiun-
penyebabnya karena rendahnya penggunaan stasiun meteorologi yang ada di Jakarta.
kendaraan yang menggunakan solar dan curah
hujan yang terjadi umumnya hujan rintik-rintik, CH Rata-rata 5 Stasiun Penguk uran
300 100
NO2 (mikrogram/m^3)
NO2
SO2 (mikrogram/m^3)
250 JAF 1 80
JAF 2 JAF1
200
JAF 3 60 NO2
150
JAF 4 40 JAF2
100 JAF 5 NO2
50 BAKU 20
JAF3
MUTU
0 0 NO2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 JAF4
Bulan Bulan NO2
JAF5
Gambar 14: Konsentrasi SO2 (µg/m3) DKI Gambar 15: Konsentrasi NO2 (µg/m3BAKU ) DKIMUTU
Jakarta tahun 2003. Jakarta tahun 2003.
Konsentrasi SO2 bulanan pada tahun 2003 Konsentrasi pencemar NO2 di Jakarta belum
pada stasiun metode kontinyu (24) jam dengan melewati baku mutu 92.5 µg/m3 karena
outputnya 1/2 jam kisaran untuk keseluruhan konsentrasi NO2 berkisar antara 8,2 µg/m3sampai
stasiun antara 8,78 µg/m3 sampai 161 µg/m3. 70,72 µg/m3 , terendah terjadi pada stasiun Jaf 1
Terendah terjadi pada stasiun Jaf 3 sebesar 8,78 sebesar 8,2 µg/m3 pada bulan Oktober yang
µg/m3 bulan Januari dan tertinggi pada stasiun merupakan bulan peralihan musim hujan, diduga
Jaf 4 sebesar 161 µg/m3 bulan Oktober. Keadaan karena pengaruh pencucian oleh hujan. Keadaan
pada stasiun Jaf 4 untuk setiap bulannya tertinggi di stasiun Jaf 4 sebesar 70,72µg/m3
mengalami kenaikan konsentrasinya dan pada bulan April yang merupakan bulan
puncaknya pada bulan Oktober, hal ini namp ak peralihan musim kemarau, nampaknya pada
adanya akumulasi pencemar SO2 setiap bulan April telah terjadi akumulasi pencemar
bulannya, karena tidak adanya proses pencucian akibat pengaruh angin yang membawa pencemar
oleh air hujan. Kalau melihat baku mutu untuk SO2 NO2 dari tempat lain.
sebesar 260 µg/m3 maka untuk daerah DKI Jakarta Bulan musim hujan yaitu pada bulan
secara umum belum melewati baku mutu. Pada Desember, Januari, Februari keadaan konsentrasi
bulan musim hujan yaitu pada bulan Desember, NO2 masih dalam kisaran normal (Gambar 15)
Januari, Februari keadaan konsentrasi SO2 masih yaitu bulan Desember berkisar antara 9.85 µg/m3
dalam kisaran normal, pada bulan Desember sampai 45.45 µg/m3, bulan Januari berkisar
25.15 µg/m3 sampai 25.44 µg/m3, bulan Januari antara 14.5 µg/m3 sampai 54.5 µg/m3, dan 4.94
berkisar 8.78 µg/m3 sampai 79.91 µg/m3 , dan µg/m3 sampai 49.8 µg/ m3 pada bulan Februari.
11.99 µg/ m3 sampai 86.08 µg/m3 bulan Februari. Pada bulan Maret dan April konsentrasi NO2
Keadaan konsentrasi yang mengalami penurunan pada Jaf 4 (Walikota Jakarta Barat) mengalami
pada bulan musim hujan kenaikan, hal ini diduga karena bulan Maret dan
diduga pengaruh proses pencucian oleh hujan. April merupakan peralihan ke musim kemarau
Puncak hujan yaitu bulan Februari kisaran sehingga adanya akumulasi pencemar akibat
konsentrasi SO2 rendah, diduga karena intensitas tidak terjadi hujan.
curah hujan yang tinggi menyebabkan tercucinya Puncak hujan yaitu bulan Februari kisaran
pencemar ini. konsentrasi NO2 rendah, hal tersebut karena
Pada bulan musim kemarau yaitu Juni, Juli, NO2 pada bulan Februari diduga mengalami
Agustus (JJA) kisaran SO2 masih dibawah batas proses pencucian oleh air hujan sehingga
baku mutu (Gamb ar 14) tertinggi konsentrasi konsentrasi NO2nya berkurang. Pada bulan
SO2 pada bulan Agustus 125 µg/m3 stasiun Jaf 4 musim kemarau yaitu Juni, Juli, Agustus (JJA)
(metode kontinyu), hal ini karena daerah ini untuk kisaran NO2 masih dibawah batas baku
merupakan lokasi perkantoran sehingga mutu, terendah terjadi pada bulan Agustus
pengaruh terbesar berasal dari aktivitas pekerja sebesar 8.75 µg/m3 hal ini karena rendahnya
pada bulan tersebut yang tinggi. Terendah terjadi aktivitas masyarakat di bulan Agustus, tertinggi
pada bulan Agustus sebesar 24.57 µg/m3 di konsentrasi NO2 pada bulan Juli sebesar 60.97
stasiun Jaf 5, diduga karena lokasi tersebut µg/m3 stasiun Jaf 4 (metode kontinyu), hal ini
merupakan lokasi sarana olahraga sehingga diduga karena pada daerah pengukuran Jaf 4
kegiatan masyarakat yang telah berlangsung merupakan lokasi perkantoran, dan hal ini
lebih kepada aktivitas dan kegiatan olahraga. menunjukkan aktivitas pekerja yang
16
Kennedy, I.R. 1986. Acid Soil and Acid Rain. Pandia, S, A. Husin, dan Z Masythah.1995.
The Impact on the Environment of Kimia Lingkungan Dikti Departemen
Nitrogen and Sulphur Cycling. Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Research Studies Press Ltd. John
Wiley and Sons Inc, New York. Rax, R. 1995/1996. Kualitas Udara di Wilayah
DKI Jakarta 1994/1995. Himpunan
Lutgens, F.K. dan E.J. Tarbuck. 1982. The Karangan Ilmiah di Bidang Perkotaan
Atmosphere An Introduction to dan Lingkungan Vol II/1995/1996.
Meteorology. 2rd edition Prentice-
Hall.Inc, Englewood Cliffs. New Sutamihardja, R.T.M. 1981. Masalah Kualitas
Jersey. dan Pencemaran Udara di Indonesia.
Kumpulan Bahan Kuliah Bagian II.
McEwan,M.J.and L.F. Philips .1975. Chemistry Training Analisa Dampak
of the Atmosphere. Edward Arnold Lingkungan. Hasil Kerjasama PPLH-
(Publisher), Ltd, London. UNDP-PUSDI-PSL, IPB.Bogor.
Meetham, A.R. , D.W. Bottom., S. Cayton., A. Soedomo, M dan Irsyad M. 1993. Studi
Henderson - Sellers and D. Pencemaran Udara dari Industri
Chambers. 1981. Atmospheric Semen. LPM ITB- BAPEDAL.
Pollution its History, Origins and
Prevention. Pergamon Press, Oxford. Soedomo, M. 2001. Pencemaran Udara
(Kumpulan karya ilmiah). Bandung:
Miller, G. T. 1992. Environmental Sciences. ITB.
Sustaining the Earth. 4 th edition. .
Wadsworth Publishing Company Santosa, I. 2005. Model Penyebaran Pencemar
Belmont, California. Udara dari Kendaraan Bermotor
menggunakan metode Volu me
Manahan, S.E. 1994. Environmental Chemistry. terhingga : Studi Kasus Di Kota
6th edition. Lewis Peblishers. Bogor. Desertasi, Bogor : Program
Pascasarjana, FMIPA-IPB.
Nababan, B. 1989. Studi Hujan Asam di daerah
Kotamadya Bogor dan sekitarnya. Turk. J. 1980. Introduction to Environmental
Skripsi. Jurusan Geofisika dan Studies. Saunders Golden Sumburst
Meteorologi FMIPA-IPB. Bogor. Series In Environmental Science, W.
B. Saunders. Philadelpia.
Naibaho, M. dan R. Kumalawati. 1998.
Analisis Hujan Asam di Indonesia Tolgyessy, J.1993. Studies in Environmental
dan Mekanisme pembentukannya. Science, Chemistry and Biology of
Bull. Meteorologi. 3 : 39-43. Water Air and Soil. Environmental
Aspects. Elsevier.
Napitupulu E. L. 10 Agust 2005. Bodetabekjur
Jadi Megapolitan. Kompas. Turyanti, A. 2004. Bahan Kuliah Kapita Selekta
Polusi Udara. IPB.Bogor.
23
Lampiran 1. Data Kualitas Udara 15 Stasiun Pengamatan DKI Jakarta Tahun 2003
1 Masjid Firdaus 106.7 -6.12 0.38813 0.00120 0.12400 0.00090 0.02363 0.00217 0.02237 0.00363
2 Dufan 106.82 -6.13 0.34023 0.00130 0.19167 0.00133 0.02730 0.00107 0.05663 0.00360
3 Kec.Cilincing 106.95 -6.11 0.33957 0.00087 0.06627 0.00100 0.02053 0.00230 0.01013 0.00387
5 Masjid Istiqlal 106.84 -6.17 0.46217 0.00113 0.18833 0.00160 0.02517 0.00327 0.02163 0.00420
6 Tebet Barat 106.86 -6.24 0.43457 0.00073 0.16473 0.00123 0.04810 0.00237 0.03127 0.00313
7 Dinas pertamanan 106.81 -6.36 0.34727 0.00097 0.25443 0.00070 0.01727 0.00257 0.01377 0.00253
8 PT. JIEP 106.93 -6.18 0.29270 0.00097 0.11497 0.00190 0.04223 0.00243 0.10297 0.00253
9 Kantor BPLHD 106.83 -6.24 0.46273 0.00087 0.11760 0.00103 0.02927 0.00243 0.02100 0.01243
10 BMG 106.86 -6.16 0.02300 0.00800 0.03700 0.00700 0.03800 0.00900 0.03800 0.01300
Walikota Jakarta
11 106.94 -6.22 0.06013 0.00000 0.06678 0.00000 0.00436 0.00000 0.00000 0.00000
Timur (JAF1)
Kemayoran
12 106.95 -6.14 0.03244 0.04329 0.00000 0.04807 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
(JAF2)
Pondok Indah
13 106.78 -6.26 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
(JAF3)
Walikota Jakarta
14 106.74 -6.19 0.00002 0.04329 0.00003 0.04807 0.00003 0.06187 0.00000 0.00000
Barat (JAF4)
15 Senayan (JAF5) 106.81 -6.21 0.00001 0.01005 0.00001 0.01251 0.00001 0.01389 0.00001 0.01202
Waktu
No. Parameter Baku Mutu
Pengukuran
1. SO2 1 Jam 900 µg/m3 (0.34 ppm)
24 Jam 260 µg/m3 (0.1 ppm)
1 Tahun 60 µg/m3 (0.02 ppm)
2. NO2 1 Jam 400 µg/m3 (0.2 ppm)
24 Jam 92.5 µg/m3 (0.05 ppm)
1 Tahun 60 µg/m3 (0.03 ppm)
Faktor Konversi
SO2 1 2610
NO2 1 1880
21
SUMBER
1. Antropogenik :
Kendaraan bermotor UPAYA PERATURAN
Industri PENGENDALIAN
PLTU
Domestik
2. Alamiah : Biogenik, Vulkanik, dll
STRATEGI
PENGENDALIAN
PILIHAN
PENCEMAR UDARA
DEPOSISI BASAH & KERING FOTOKIMIA (Misal OZON)
(HUJAN ASAM)
Lampiran 5. Data Konsentrasi Bulanan SO2 dan NO2 dalam (µg/m3 ), DKI Jakarta Tahun 2003
Nama
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Oktober Nov Des
Stasiun
SO2 24.8 26.3 27 31.64 25.2 27.7
Jaf1
NO2 14.5 9.8 16.3 18.5 8.4 10.36 8.75 10.19 8.2 11.48 9.85
SO2 26.67 34.27 37.93 50 50.02 60.2 69.94 74.09 25.44
Jaf2
NO2 24.45 47.72 37.45 19.6 21.08 27.67 13.5 44.72
SO2 8.78 11.99 16.15 22.19 19.97
Jaf3
NO2 4.94 0.18
SO2 79.91 86.08 95.08 99.12 98.5 104 113 125 156 161
Jaf4
NO2 54.5 49.8 67.65 70.72 43.28 52.9 60.97 26.43 58.94 50.65 45.45
SO2 14.4 17.88 20.1 19.96 20.43 24.57 26.25 32.66 34.61 36.26 31.39 25.15
Jaf5
NO2 27.5 50.71 47.54 45.51 46.26 50.98 55.2 54.37 38.47 30.52 32.21