BAB VI
PEMBAHASAN
ini mencakup perbandingan antara hasil penelitian dengan konsep teoritis dan
atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi
1995)
68
sekitar 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok usia < 45
tahun.
2. Jenis Kelamin
Tabel 5.2 menggambarkan bahwa dari 55 responden sebagian besar
prevalensi yang lebih tinggi terdapat pada wanita.Hal tersebut sesuai pula
dengan hasil penelitian ini bahwa sebagian besar lanjut usia yang
3. Pendidikan
dari penduduk lansia di Indonesia tidak pernah sekolah dan hanya tamat
SD atau sederajat. Pada saat usia sekolah, mereka hidup dalam jaman
penjajahan dan jaman awal kemerdekaan. Pada saat itu mereka harus ikut
sedikit dari mereka yang dapat mengenyam pendidikan tinggi. Hal ini
70
sesuai dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa lansia yang
ini, hasilnya sebagian besar (50,9%) lansia hanya tamat pendidikan dasar
sebanyak 90,9% lansia atau hampir semua dari total lansia yang menjadi
4. Pekerjaan
Berdasarkan hasil analisis mengenai pekerjaan pada lansia. Tabel
bekerja. Hal ini bisa disebabkan karena menurunnya kekuatan fisik dan
daya tahan tubuh pada lansia dan sesuai dengan peraturan Pemerintah
bahwa masa pensiun di Indonesia itu apabila telah berusia 55 tahun keatas
usia dalam masyarakat ditentukan oleh 3 faktor, yaitu : faktor fisik, faktor
lansia sudah tidak bekerja lagi (76%) karena sudah memasuki masa
status kesehatannya.
5. Derajat Hipertensi
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
sesuai dengan hasil teori yang ada mengenai insiden hipertensi yang
60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan
hipertensi ringan.
6. Lama Menderita Hipertensi
Berdasarkan tabel 5.6 hasil analisis didapatkan bahwa lama
dicapai tidak sesuai dengan yang diharapkan. Jumlah obat yang diminum
oleh seseorang yang telah lama menderita hipertensi tapi belum kunjung
Tubuh (IMT) responden dalam penelitian ini sebagian besar yaitu gemuk
berat badan dan indeks massa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan
dan jantung akan bekerja lebih keras dalam memompa darah. Hal ini dapat
oksigen dalam darah yang cukup. Semakin banyak kalori yang dibakar,
maka akan semakin banyak pula pasokan oksigen dalam darah. Banyaknya
(Widharto, 2007)
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Juwita (2007) pada
orang (20,7%) lansia mengalami obesitas dari 121 responden. Hal tersebut
obesitas.
Penelitian ini juga sejalan dengan teori yang ada bahwa sebagian
bukti jawaban baik lisan atau tulisan, bukti atau tulisan tersebut merupakan
suatu reaksi dari suatu stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan atau tulisan
hipertensi, penyebab, faktor resiko, tanda dan gejala, komplikasi dan cara-cara
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
34 orang (61,8%) dan 3 orang (5,5%) memiliki pengetahuan yang kurang, jadi
hanya sedikit saja lansia di Posbindu Kelurahan Cempaka Putih yang belum
oleh kader dan petugas kesehatan mengenai hipertensi, namun lansia yang
2. Penyebab Hipertensi
Hasil penelitian pengetahuan lansia tentang penyebab hipertensi pada
resikonya.
muncul setelah terjadinya komplikasi pada ginjal, mata, otak dan jantung.
Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, marah, telinga
pusing.
Pada penelitian Gani dkk di Sumatera Selatan, pusing, cepat marah,
dan telinga berdenging merupakan gejala yang sering dijumpai selain gejala
lain seperti mimisan, sukar tidur, dan sesak napas. Penemuan ini tidak jauh
pusing, rasa berat ditengkuk, dan sukar tidur sebagai gejala yang paling sering
lain terkait tanda dan gejala pada hipertensi, didapatkan hasil gejala yang
paling banyak dijumpai sakit kepala, rasa berat ditengkuk, mata berkunang-
tentang apa saja tanda dan gejala yang dirasakan bila tekanan darahnya sedang
naik.
5. Komplikasi Hipertensi
Hasil penelitian mengenai pengetahuan lansia tentang komplikasi
dan 10 orang (18,2%) memiliki tingkat pengetahuan cukup, tidak ada yang
pada otak, kardiovaskular, ginjal, dan mata (Brunner & Sudart, 2002)
6. Cara-cara Dalam Mengontrol Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi untuk mengontrol tekanan darah terdiri dari
terkontrol.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Anggara (2011)
tidak adanya sarana kegiatan Posbindu, berbeda dengan penelitian yang saat
meliputi kegiatan Posbindu yang rutin di datangi oleh para lansia di wilayah
dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga
memiliki perilaku baik. Penelitian Jannah (2013) tidak sejalan dengan hasil
pada normotensi 118,87 mmHg dan diastolik pada normotensi 76,74 mmHg.
90,59 mmHg. Tidak adanya hubungan antara asupan natriun dan kalium
orang lainnya (21,8%) memiliki perilaku yang buruk. Hal ini sejalan dengan
benar bahwa minum obat antihipertensi itu harus rutin dan tidak boleh hanya
ketika merasa pusing atau muncul gejala yang lain bahkan mungkin lansia
sudah merasa bosan meminum obat antihipertensi dalam jangka waktu yang
cukup lama dan hasil perbaikan kondisi kesehatannya belum sesuai dengan
yang diharapkan.
3. Mengkonsumsi Sayur dan Buah yang Mengandung Kalium
Banyak mengkomsumsi buah-buahan segar dan sayuran yang
berusia 35-50 tahun yang mengkonsumsi 2 buah pisang setiap hari mengalami
penurunan tekanan darah sampai 10% dalam satu minggu. Hal ini terjadi
karena kandungan kalium yang sangat tinggi dalam pisang mampu mendeplesi
natrium dalam ruang ekstrasel dan meningkatkan eksresi natrium dalam urin
Buah ini mengandung kadar kalium tinggi dan natrium yang rendah, sehingga
perilaku yang buruk. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Muniroh
dkk (2007) dalam pemberian jus buah belimbing dan mentimun selama dua
minggu akan memberikan efek terhadap penurunan tekanan darah baik sistolik
maupun diastolik.
4. Melakukan Olahraga Teratur
Hasil penelitian ini dalam perilaku melakukan olahraga secara teratur
tdak melakukan aktivitas atau olahraga mempunyai risiko 20-50% lebih tinggi
3-5 kali seminggu, dengan lama latihan 20-60 menit sekali latihan efektif
diantaranya adalah bawang putih, seledri, bunga rosella, belimbing wuluh dan
olahraga secara teratur untuk mengontrol tekanan darah pada lansia hipertensi
yang buruk.
6. Menghindari Rokok dan Alkohol
Berdasarkan penelitian Aulia (2008) menunjukan bahwa penghentian
dan infrak miokard. Telah terbukti bahwa dengan mengkonsumsi satu batang
rokok dapat terjadi peningkatan denyut jantung dan tekanan darah selama 15
menit. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kadar katekolamin dalam plasma
memiliki perilaku baik, 4 orang (7,3%) memiliki perilaku cukup, dan tidak ada
yang memiliki perilaku yang buruk. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian
hipertensi sekunder di kelompok ini.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini
karena sebagian besar responden dari penelitian ini adalah lansia perempuan
tinggi untuk mengontrol tekanan darah pada lansia hipertensi didapatkan hasil
perilaku cukup, dan 2 orang (3,6%) memiliki perilaku yang buruk. Hal ini
83
otak, ginjal, paru, daging kambing, dan minyak kelapa. (PERKI Pusat, 2002).
8. Menghindari Stress
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,
dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar pada ginjal
serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stress
stress untuk mengontrol tekanan darah pada lansia hipertensi didapatkan hasil
memiliki perilaku cukup, dan 9 orang (16,4%) memiliki perilaku yang buruk.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hastuti (2012) dari uji statistic
sepanjang hari, sesuai dengan situasi. Tekanan darah akan meningkat dalam
hipertensi harus rutin memerikakan ekanan darah untuk bisa terus memantau
84
Hasil penelitian ini dalam perilaku memeriksakan tekanan darah secara rutin
yang buruk.
Perilaku tersebut mungkin terbentuk karena memang sebagian besar
baik, lansia tersebut telah merasa jenuh melakukan pengobatan dan diet dalam
waktu yang lama tetapi kondisinya belum bisa seperti yang diharapkan.
D. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian
yang ada dalam kuesioner. Hal ini bisa menyebabkan bias informasi.
3. Menggali pengetahuan dan perilaku lansia dalam mengontrol hipertensi