(STRAIN GAGE)
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem instrumentasi elektronika)
oleh :
Vita Permatasari (0810630102)
Irfan Habiburrahman (0810633054)
1
KATA PENGANTAR
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Instrumentasi
Elektronika semester genap tahun ajaran 2010/2011. Banyak permasalahan timbul
karena kesalahan dalam pengukuran, pengetahuan mengenai pengukuran penting untuk
upaya antisipasi maupun pemeliharaan. Penulis mengangkat makalah berjudul
“Pengukuran Regangan (Strain Gage)” dengan tujuan memberikan pengetahuan
mengenai pengukuran regangan
Metode kajian yang digunakan dalam pembuatan makalah ini berupa studi
pustaka.
Puji syukur penulis panjatkan terhadap Allah SWT karena dengan rahmat dan
hidayahNya makalah ini dapat selesai dengan baik. Selain itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik
yang bersifat langsung maupun tidak langsung.
Karena isi makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan
kritik maupun saran sehingga penyempurnaan makalah ini dapat bermanfaat untuk
pembaca. Penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi acuan referensi dalam
berkomunikasi nonverbal dengan baik.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Cover i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Daftar Gambar iv
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Batasan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2
2.1 Sensor 2
2.1.1 Strain Gage 2
2.1.1.1 Strain, Stress dan Poisson’s Ratio 2
2.1.1.2 Pengertian Strain Gage 4
2.1.1.3 Karakteristik Strain Gage 5
2.1.1.4 Jenis-jenis Strain Gage 6
2.1.1.5 Elemen Pengindra Metal 13
2.1.1.6 Konfigurasi Strain Gage 14
2.1.1.7 Kompensasi Strain gage 15
2.1.1.8 Pemasangan Strain gage 17
2.1.1.9 Pemilihan Strain gage yang tepat 18
2.1.1.10 Aplikasi Strain gage 20
2.1.2 Rangkaian Jembatan Wheatstone 22
2.2 Penguat Instrumentasi 24
2,3 ATmega 8 26
2.4 LCD (Liquid Cristal Display) 28
BAB 3 PEMBAHASAN 31
3.1 Spesifikasi rancangan 31
3.2 Diagram Blok 31
3.3 Pemilihan dan Perancangan sistem sensor 31
3.4 Perancangan rangkaian Pengkondisi sinyal 33
3.5 Resolusi 34
3.6 Bagian Penampil (display) 35
3.7 Gambar rancangan keseluruhan 40
BAB 4 PENUTUP 41
4.1 Kesimpulan 41
4.2 Saran 42
Lampiran datasheet v
Daftar Pustaka vi
3
DAFTAR GAMBAR
4
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Mechanical Properties of Industrial Materials 4
Tabel 2. Nilai factor gage 5
Tabel 3 Konfigurasi pin-pin LCD 29
5
DAFTAR PUSTAKA
“Strain
Gage”.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18552/3/Chapter%20II.pd
f 4 Juli 2011
BAB 1
PENDAHULUAN
Penggunaan strain gage dalam jangka waktu pengukuran yang panjang dapat
menyebabkan terjadinya pergeseran (drift) pada hasil pengukuran strain gage itu
sendiri.
6
1.2 Batasan Masalah
1. Strain gage yang digunakan dalam perancangan adalah metal foil, tidak
membahas jenis-jenis lainnya secara mendalam.
2. Strain gage yang digunakan dalam perancangan untuk mengukur keretakan
3. Dalam perancangan srain gage dianggap ideal, tidak berpengaruh pada
lingkungan sekitar
4. Menganggap material bahan yang diukur tidak berpengaruh pada perhitungan.
5. Tidak memperhitungkan dissipasi daya
6. Tidak membahas rossete terlalu mendalam
1.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sensor
Ketika sebuah material menerima gaya tarik (tensile force) P, material akan
mengalami tekanan (stress) yang berhubungan dengan gaya yang dialaminya itu. Secara
proporsional dengan tekanan tersebut, penampang akan berkontraksi dan bertambah panjang
sebesar ΔL dari panjang material mula-mula L
7
Gambar 1. Batang yang mengalami gaya tarik dan gaya tekan
Rasio dari pertambahan panjang dengan panjang mula-mula disebut tensile strain dan
dirumuskan sebagai berikut:
∆𝐿
𝜀=
𝐿
ε : Strain
L : Panjang mula-mula
ΔL : Pertambahan panjang
Apabila material menerima gaya tekan (compressive force), maka material akan
mengalami compressive strain yang dirumuskan sebagai berikut:
−∆𝐿
𝜀=
𝐿
Strain adalah bilangan absolut dan dituliskan dengan nilai numeriknya beserta ×10-6
strain, μ ε atau μm/m. Hubungan dari stress dan strain yang diinisiasikan pada sebuah
material yang menerima gaya dirumuskan oleh hukum Hooke sebagai berikut:
8
𝜎 = 𝐸𝜀
𝜎 : Stress
E : Elastic modulus
ε : Strain
Stress diperoleh dengan mengkalikan strain dengan elastic modulus material. Ketika
material mengalami gaya tarik maka material akan memanjang pada arah axial dan juga akan
berkontraksi pada arah transversal. Perpanjangan pada arah axial dinamakan longitudinal
strain dan kontraksi pada arah transversal dinamakan transverse strain. Nilai absolut dari
perbandingan antara longitudinal strain dan transverse strain dinamakan Poisson’s ratio,
yang dirumuskan sebagai berikut:
𝜀1
𝑣=| |
𝜀2
v : Poisson’s ratio
ε1 : Longitudinal Strain
ε2 : Transverse Strain
9
Srtain Gage adalah sebuah transduser pasif yang mengubah suatu pergeseran mekanis
menjadi perubahan tahanan. Alat ini ditemukan pertama kali oleh Edward E.Simmons
pada tahun 1938. Strain gage merupakan sebuah alat seperti biskuit tipis (wafer), yang
dapat disatukan (bonded) ke berbagai bagian guna mengukur regangan yang diberikan
padanya. Strain Gage terbuat dari foil atau kawat tahanan berdiameter kecil. Tahanan
dari foil / kawat berubah terhadap panjang jika pada gage yang disatukan mengalami
tarikan atau tekanan. Perubahan tahanan ini sebanding dengan regangan yang di berikan
dan diukur dengan jembatan Wheatstone yang dipakai secara khusus. Sensitivitas sebuah
Strain Gage dijelaskan dengan suatu karakteristik yang disebut dengan faktor gage (gage
factor).
∆𝑅⁄ ∆𝑅⁄
𝐺𝑓 = 𝑅 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑅
∆𝐿⁄ 𝜀
𝐿
10
Nilai faktor gage bahan berbeda beda contohnya
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Gauge_factor
Idealnya resistansi dari strain gage akan berubah hanya merespon adanya perubahan
strain. Akan tetapi material strain gage, seperti halnya jenis material yang dipilih
sebagai pembentuknya akan dapat merspon perbuhan temperatur. Perusahan pembuat
strain gage berusaha meminimalis sensitivitas terhadap suhu (temperatur).
Gambar 2. Bentuk dari Transduser daya Strain Gage (a) Kawat; (b) Foil; (c) Load
Cell.
Sumber: http://repository.usu.ac.id/.../Chapter%20II.pdf
11
Gage mampu mengukur stain dengan ketelitian ± 1µm/m. dalam range strain
besar ±10%.
Ukuran gage kecil sehingga strain diperirakan dengan kesalahan kecil.
Respon gage, sebagian besar dikontrol oleh inersia, memungkinkan untuk
merekam strain dinamik dengan komponen-komponen melebihi 100 kHz.
Sistem gage mudah penempatan dan pembacaannya.
Keluaran gage selama periode pembacaan tidak bergantung kepada temperature
dan parameter lingkungan lainnya.
Gage dan peralatan pendukungnya rendah biaya dan dapat dipakai secara luas.
System gage mudah diinstal dan dioperasikan
Gage menunjukkan respon linier terhadap strain pada range lebar.
Gage cocok dipakai dalam elemen pengindera di dalam system transduser
lainnya dimana sebuah kuantitas tidak diketahui seperti tekanan diukur dalam
bentuk strain
12
Gambar 3. Bentuk-bentuk dasar dari Metal Wire Strain Gage. (a) Konfigurasi
dasar;(b) Desain pelindung gage;(c) Desain pelindung gage yang dapat di pindah-
pindahkan.
Sumber: http://repository.usu.ac.id/.../Chapter%20II.pdf
13
digunakan untuk gage wayar, jenis inilah yang paling umum dipakai untuk gage
permukaan yang bisa ditransfer.
Carrier permanen biasanya sangat tipis ketebalannya kurang lebih 0,03mm.
Penggunaan kertas nitrocellulosa biasanya untuk gage yang memiliki batas suhu
moderat, pemakaian kertas phenolik infrekmanated dapat meningkatkan batas suhu
operasi, pemakaian serat kaca (sebagai limenasi) juga akan meningkatkan batas suhu
operasi. Ressin polimida memberikan carrier yang cocok untuk suhu yang sangat
rendah ataupun suhu yang sangat tinggi.
14
Gambar 4. Metal Foil Strain Gage
Sumber: http://repository.usu.ac.id/.../Chapter%20II.pdf
15
Gambar 5. Macam-macam Rosette untuk Gage Foil
(a) Rosette dua elemen foil datar 90o.
(b)Rosette dua elemen foil geser datar 90o.
(c)Rosette dua elemen tumpukan 90o.
(d)Rosette tiga elemen 45o yang persegi empat timpang tindih.
(e)Rosette tiga elemen 45o.
(f) Rosette tiga elemen foil datar 60o.
Sumber: http://repository.usu.ac.id/.../Chapter%20II.pdf
16
Faktor gage dari Strain Gage Semikonduktor adalah antara 50 sampai 200 dan
biasanya adalah 125, sedangkan faktor gage dari Strain Gage logam tidak lebih dari
6 dan biasanya sekitar 2. Namun demikaian Strain Gage Semikonduktor cenderung
lebih sulit dipakai pada permukaan yang akan diukur, karena pada dasarnya terbuat
dari silikon tipis yang mudah pecah. Batas pengukuran regangannya baisanyan
terbatsa sekitar 3000μm, sedangkan batas dari Strain Gage metal mencapai
40.000μm.
Perubahan tahanan Strain Gage Semikonduktor dengan regangan yang dipakai
sifatnya tidak linier, suhu operasi maksimum lebih terbatas dan konpensasi suhu
lebih sulit. Karena kemampuan memberi sinyal keluaran dengan respon pada
regangan kecil, Strain gage Semikonduktor sedikit digunakan terutama dalam
transduser. Keunggulannya hanya pada percepatan, daya, dan tekanan yang membuat
elemen–elemen jauh lebih rendah difleksinya, misalnya diafragma dan tiang
pembengkok daripada gage logam yang memungkinkan pemakaian stifer. Pada
dasarnya elemen pengindera jauh lebih stabil dan memberikan respon dengan
frekuensi yang jauh lebih tinggi. Gambar di bawah menunjukkan jenis–jenis
konfigurasi Strain gage Semikonduktor.
Permukaan gage yang bisa ditransfer ataupun enkapsulasi pada carrier Rosette
dual element ataupun jembatan penuh bisa dibuat sehingga bisa mengkompensasi
17
sendiri untuk regangan. Dimensinya berkisar antara 1 sampai 5 mm, material untuk
lead biasanya terbuat dari emas, perak wayar ataupun pita nikel. Kompensasi untuk
potensial termolistrik yang dibangkitkan disekitar gage (silikon) cukup penting
karena silikon mengembangkan potensial termolistrik yang sangat tinggi.
Dengan menghamburkan doping secara langsung kedalam beberapa bagian
wafer silikon ataupun diafragma memungkinkan untuk mengolah elemen–elemen
pengindera tranduksi yang komplit. Karena densitasnya yang rendah dan kekuatan
silikon yang tinggi, maka elemen–elemen demikian dikenal dengan frekuensi
natural. Penyesuaian dan kompensasi gage bisa dipengaruhi oleh kontrol doping
yang tepat.
18
regangan antara 2 kali dan 20 kali, tergantung pada pilihan multiplier, umumnya
telah tersedia Strain Gage reguler biasa yang dimasukkan kedalam multiplier.
Data induktif untuk mengetahui kerusakan Fatigue-life berikutnya bisa
didasarkan pada hasil pengukuran sebelumnya, dimana sensor dipasang pada
spesimen replika yang didapat dari permukaan yang telah diukur, kemudian
disikluskan pada sebuah mesin penguji, sehingga kerekatan yang terjadi tidak ada
perubahan tahanan komulatif pada gage Fatigue-life pada saat kerekatan dimulai.
Gage dipasang pada sebagian permukaan yang diukur, dimana keretakan
diharapkan terjadi dengan konduktor yang menghubungkan keretakan yang
diharapkan itu. Jika keretakan merambat dibawah gage, maka setiap konduktor
dihubungkan secara paralel, tahanan yang diukur pada tab bus menigkat bila setiap
bagian sirkuit pecah. Bentuk dari Strain Gage aplikasi khusus dapat dilihat pada
gambar 7.
19
dapat digunakan pada kondisi temperatur yang ekstrim dan dalam pembebanan yang
lama, dan juga bisa mendisipasikan panas yang diinduksi sendiri dengan mudah.
Berbagai jenis bahan tahanan telah dikembangkan untuk pemakaian dalam gage-
gage kawat dan foil, seperti:
a. Constantan adalah paduan (alloy) tembaga-nikel dengan koefisien temperatur
rendah. Biasanya Constantan ditemukan dalam Gage yang digunakan untuk strain
dinamik, dimana perubahan level strain tidak melebihi ± 1500 μcm/cm. Batas
temperatur kerja adalah dari 10oC sampai 200oC.
b. Nichrome V adalah paduan nikel-chrome yang digunakan untuk pengukuran strain
statik sampai 375oC. dengan kompensasi temperatur, paduan ini dapat digunakan
untuk pengukuran static sampai 650oC dan pengukuran dinamik sampai 1000oC.
c. Dynaloy adalah paduan nikel-besi dengan Faktor Gage yang rendah dan ketahanan
yang tinggi terhadap kelelahan. Bahan ini digunakan untuk pengukuran strain
dinamik bila sensitivitas temperatur yang tinggi dapat di tolerir.
d. Stabiloy adalah paduan nikel-chrome yang dimodifikasi dengan rangkuman
kompensasi temperatur yang lebar. gage ini memikiki stabilitas yang sangat baik dan
temperatur cryogenic sampai sekitar 350oC dan ketahanan yang baik tehadap
kelelahan.
e. Paduan-paduan platina tungsten memberikan stabillitas yang sangat baik dan
ketahanan yang tinggi terhadap kelelahan pada temperatur tinggi. Gages ini
disarankan untuk pengukuran uji static sampai 700oC dan pengukuran dinamik
850°C.
20
sesuai. Namun untuk menyederhanakan pekerjaan ini dan untuk menghasilkan ketelitian
yang lebih besar, tersedia gage elemen ganda atau rosette.
Rosette dua elemen yang diperlihatkan pada Gambar 5. a,b, dan c, sering
digunakan dalam transduser gaya. Gage dirangkai dalam sebuah rangakian jembatan
Wheatstone guna memberikan keluaran yang paling besar. Untuk analisis tegangan
geser, elemen-elemen aksial dan melintang bisa memiliki tahanan yang berbada dan
dapat dipilih sehingga gabungan keluaran sebanding tegangan geser, sedangkan keluaran
dari elemen aksial sendiri sebanding dengan regangan. Rosette tiga elemen sering
digunakan untuk menentukan arah dan besarnya regangan utama yang dihasilkan dari
pembebanan utama yang dihasilkan dari pembebanan structural yang kompleks. Jenis
yang paling terkenal memiliki simpang sudut sebesar 45° atau 60° antara elemen-elemen
pengindera seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4.d,e, dan f. Rosette 60° digunakan bila
arah regangan utama tidak diketahui. Rosette 45° memberikan resolusi sudut yang lebih
besar dan biasanya digunakan bila arah regangan utama diketahui.
1 Nol Offset - Jika impedansi dari empat lengan pengukur tidak persis sama
setelah ikatan ukur ke kolektor kekuatan, akan ada offset nol yang dapat
dikompensasikan dengan memperkenalkan sebuah resistor paralel dengan satu
atau lebih dari lengan ukur.
2 Suhu Koefisien Faktor Gage (TCGF) - Ini adalah perubahan sensitivitas
perangkat untuk strain dengan perubahan suhu. Ini umumnya
dikompensasikan dengan pengenalan resistensi tetap di kaki masukan, dimana
tegangan yang diberikan yang efektif akan meningkat dengan suhu,
kompensasi untuk penurunan sensitivitas dengan suhu.
3 Pergeseran nol dengan suhu - Jika TCGF dari ukur masing-masing tidak sama,
akan ada pergeseran nol dengan suhu. Hal ini juga disebabkan oleh anomali
dalam kolektor berlaku. Hal ini biasanya dikompensasi dengan satu atau lebih
resistor strategis ditempatkan dalam jaringan kompensasi.
4 Linearitas - Ini adalah kesalahan dimana perubahan sensitivitas di berbagai
tekanan. Ini umumnya fungsi dari pilihan gaya koleksi ketebalan untuk
tekanan yang dimaksudkan dan / atau kualitas ikatan.
21
5 Histeresis - Ini adalah kesalahan kembali ke nol setelah kunjungan tekanan.
6 Pengulangan - Kesalahan ini seringkali berkaitan-dengan histeresis tetapi di
kisaran tekanan.
7 EMI disebabkan kesalahan - Sebagai alat pengukur regangan tegangan output
dalam kisaran mV, bahkan jika nv jembatan Wheatstone hard tegangan tetap
rendah untuk menghindari pemanasan diri dari elemen, perawatan khusus
harus diambil dalam amplifikasi output sinyal untuk menghindari amplifing
juga suara ditumpangkan . Sebuah solusi yang sering diadopsi adalah dengan
menggunakan "frekuensi pembawa" amplifier yang mengubah variasi
tegangan menjadi variasi frekuensi (seperti pada VCOs) dan memiliki
bandwidth yang sempit sehingga mengurangi keluar dari band EMI.
8 Overloading - Jika strain gauge dimuat melampaui batas desain (diukur dalam
microstrains) kinerja degradasi dan tidak dapat dipulihkan. Biasanya praktek
rekayasa yang baik menyarankan untuk tidak stres pengukur regangan luar + /
-3000 microstrains.
9 Kelembaban - Jika kabel yang menghubungkan strain gauge untuk
pengkondisi sinyal tidak dilindungi terhadap kelembaban (kawat telanjang)
resistensi parasit menciptakan antara kabel dan substrat dimana strain gauge
adalah terpaku, atau antara dua kabel sendiri. Resistensi ini memperkenalkan
kesalahan yang sebanding dengan perlawanan dari strain gauge. Untuk alasan
ini pengukur regangan resistansi rendah (120 Ohm) kurang rentan terhadap
jenis kesalahan. Untuk menghindari kesalahan ini adalah cukup untuk
melindungi pengukur regangan kabel dengan isolasi enamel (misalnya epoksi
atau polyurethanic jenis). Saring pengukur dengan kabel yang tidak dilindungi
dapat digunakan hanya dalam lingkungan laboratorium kering tetapi tidak
dalam satu industri.
22
2.1.1.8 Pemasangan Strain Gage
Pembersihan Permukaan.
Tidak peduli apa jenis strain gauge digunakan, permukaan benda uji harus
disiapkan sebelum instalasi. Fungsi utama dari proses persiapan adalah untuk
menciptakan permukaan bersih dan bebas dari partikulat lemak, debu dan lainnya
yang dapat mengganggu kualitas obligasi. Metode persiapan permukaan dapat
sedikit berbeda tergantung pada material dari benda uji. Logam seperti baja dan
aluminium disusun dengan membersihkan permukaan dengan pelarut, seperti
aseton, kemudian melakukan cahaya etch dengan asam ringan dan amplas halus.
Plastik dapat dipengaruhi oleh beberapa pelarut, sehingga mereka harus
dibersihkan dengan air dan surfaktan ringan, kemudian dikeringkan dengan kain
bersih.
23
Instalasi Welded Strain Gauge
Pengukur regangan dilas dipasang ke benda uji baja menggunakan tempat tukang
las portabel yang dirancang khusus untuk pengukur regangan. Pengukur dilas
sering digunakan di mana kondisi tidak kondusif untuk menggunakan perekat,
atau kondisi cuaca dapat membahayakan instalasi terikat dari waktu ke waktu.
Alat ukur regangan adalah pra-terikat pada shim logam tipis yang ditempelkan
pada potongan uji dengan menggunakan las. Ketika menginstal mengukur,
gunakan tukang las untuk membuat garis tipis las pada shim tersebut. Jauhkan
tempat lasan sebagai dekat dengan mengukur mungkin tanpa menyentuh
permukaan Polimida mengukur
1. Panjang Gage
Pemilihan panjang gauge bergantung pada objek / specimen. Gauge yang
pendek, dapat digunakan untuk lokalisasi pengukuran regangan, sedangkan
gauge yang panjang lebih banyak dipilih dan digunakan untuk mengukur
regangan rata-rata yang mewakili seluruh permukaan. Sebagai contoh pada
pengukuran regangan rata-rata pada beton pondasi (concrete), dibutuhkan
panjang gauge yang lebih panjang karena strukturnya yang terdiri atas semen
dan campuran pasir dan krikil.
Berikut adalah acuan panjang gauge merk Showa Instruments dan aplikasi-
aplikasinya:
• ≤ 1 mm Untuk pengukuran terpusat
• 2 ~ 6 mm Untuk logam dan penggunaan umum
• 10 ~ 20 mm Untuk mortar (semen campuran), kayu, FRP, dll
• ≥ 30 mm Untuk beton pondasi (concrete) dan material campuran kasar
2. Resistansi Gage
24
Menunjukkan nilai resistansi dalam besaran “Ω” [ohm], yang diukur pada
keadaan tanpa beban dan pada temperatur suhu ruang oleh pabrikan.
3. Mampu Ukur Regangan (Measurable Strain)
Menunjukkan besarnya regangan yang mampu diukur. Umumnya berkisar 2
sampai 4% maksimum. Namun dengan strain gauge foil-yielding dapat
mencapai 10%.
4. Rentang Suhu (Temperature Range)
Menunjukkan batasan suhu lingkungan yang disanggupi oleh strain gauge,
dengan kata lain strain gauge masih dapat menghasilkan nilai pengukuran
yang akurat. Umumnya berkisar antara -30ºC ~ +80ºC. Untuk jenis high-
temperature strain gauge, dapat mencapai +180ºC
5. Faktor Gage (K)
Nilai keluaran dari strain gauge adalah dalam besaran elektrik – resistansi.
Sedangkan besarnya yang menjadi tujuan pengukuran adalah nilai regangan.
Dengan demikian diperlukan suatu nilai konversi yang disebut factor gauge
(K).
6. Sensitifitas Transfers (Kt)
Pada kenyataanya nilai resisitansi strain gauge dapat juga berubah akibat
pengaruh adanya regangan yang arahnya tegak lurus terhadap aksis gauge –
regangan transfersal (εt). karena keduanya memiliki relasi kesebandingan,
maka ditetapkanlah suatu konstanta yang disebut dengan sensitifitas transfers
(Kt). Nilai ini biasanya ditulis dalam persen (%)
7. Termal Output
Didefinisikan sebagai adanya pergeseran / penyimpangan nilai regangan
akibat perbedaan temperatur suhu. Umumnya bernilai pada kisaran ±2µε/ºC.
Pada jenis strain gauge temperature tinggi diatas suhu 160 ºC, nilainya
mencapai ±5µε/ºC. Untuk lebih jelasnya hubungan antara nilai thermal output
terhadap suhu dapat dilihat pada contoh kurva dibawah ini.
25
Gambar 8. Thermal output fungsi dari temperatur
Selain regangan, suhu temperature juga mempengaruhi nilai faktor gauge.
Berikut adalah sampel kurva hubungan antara perubahan faktor gauge
terhadap perbedaan temperatur.
Gambar 10. Aplikasi sensor strain gauge pada pemantauan beban pada lift
26
Gambar 11. aplikasi sensor strain gauge pada pemantauan beban penimbang
timbangan
27
Gambar 13. Strain gage pada robot bipedal untuk mengetahui berapa besar
beban tiap lengan
28
Gambar 15.Susunan strain gage dalam jembatan wheatstone
29
VR3
Va
R1 R3
VR4
Vb
R2 R4
VR3 VR4 R3 R2 R1 R4
V V
R1 R3 R2 R4 ( R1 R3 )( R2 R4 )
V1
+
- R1
R2 R3
RG -
Vout
R2
R1
+
-
R3
+
V2
30
Op Amp A3 dan dua resistor R2 dan dua resistor R3 membentuk sebuah
penguat deferensial dasar dengan gain sebesar R3/R2. Seperti yang terlihat dalam
Gambar 3, ada satu buah resistor lagi yang digunakan untuk menyetel penguatan,
yaitu RG. Persamaan tegangan adalah sebagai berikut:
2 R R
Vout 1 1 3 V2 V1
RG R2
31
2.3 ATmegs 8
32
33
2.4 LCD (Liquid Cristal Display)
LCD adalah suatu jenis media tampilan yang menggunakan kristal cair
sebagai penampil utama. Pada LCD berwarna semacam monitor terdapat banyak
sekali titik cahaya (pixel) yang terdiri dari satu buah kristal cair sebagai sebuah titik
cahaya. Walau disebut sebagai titik cahaya, namun kristal cair ini tidak
memancarkan cahaya sendiri. Sumber cahaya di dalam sebuah perangkat LCD
adalah lampu neon berwarna putih di bagian belakang susunan kristal cair tadi.
Titik cahaya yang jumlahnya puluhan ribu bahkan jutaan inilah yang
membentuk tampilan citra. Kutub kristal cair yang dilewati arus listrik akan berubah
karena pengaruh polarisasi medan magnetik yang timbul dan oleh karenanya akan
hanya membiarkan beberapa warna diteruskan sedangkan warna lainnya tersaring.
LCD (Liquid Crystal Display) yang dipakai 16 character x 2 baris (type
LMB1632A). LCD module ini bisa dipakai untuk interface dengan mikrokontroler /
mikroprosesor dengan lebar data 8 bit atau 4 bit. Setiap baris dan kolom character di
LCD mempunyai alamatnya sendiri-sendiri.
Pengiriman data ke LCD ada dua macam yaitu data sebagai instruksi dan data
sebagai character yang kita tampilkan di layer. Keduanya dibedakan oleh sebuah
kaki yang diberi nama RS (Register Select) dimana bila logika = ‘1’ (high) maka data
yang diterima LCD adalah data character sedangkan bila RS = ‘0’ (low) maka data
34
yang diterima LCD adalah data instruksi bagi LCD. Tabel 1 menunjukkan
konfigurasi pin-pin LCD.
Tabel 3. Konfigurasi Pin-Pin LCD
No.
Simbol Level Fungsi
Kaki
1 VSS - Ground
2 VDD - Power supply for
logic (+5Volt)
3 VO - Power Supply for
LCD
4 RS H/L Register Selection
H : Display data L :
Instruksi code
5 R/W H/L Read/Write Selection
H : Read operation L :
Write operation
6 E H, Enable Signal
L
7 DB0 H/L In 8-bit mode, used as
8 DB1 H/L low order
9 DB2 H/L bidirectional data bus.
10 DB3 H/L In 4-bit mode, open
these terminals.
11 DB4 H/L In 8-bit mode, used as
12 DB5 H/L high order
13 DB6 H/L bidirectional data bus.
14 DB7 H/L In 4-bit mode, used as
both high and low
order data bus.
15 LED A - LED Power Supply
(+5 Volt)
16 LED K - LED Power Supply (0
Volt)
35
LCD yang dipergunakan mempunyai spesifikasi sebagai berikut
1) Terdiri atas 32 karakter yang tersusun dalam dua baris (masing-masing 16
karakter) dengan display dot matrik 5 x 7
2) Karakter generator ROM denagan 192 tipe karakter
3) Karakter generator RAM dengan 8 tipe karakter
4) Display data RAM ukuran 80 x 8 bit
5) Catu daya + 5 volt
6) Reset pada saat power on
Bentuk fisik sebuah LCD (Liquid Cristal Display) ditunjukkan
36
BAB 3
PEMBAHASAN
SENSOR
(STRAIN RPS ATMega8 DISPLAY
GAGE)
37
Va
Vb
VR3 VR4 R3 R2 R1 R4
V V
R1 R3 R2 R4 ( R1 R3 )( R2 R4 )
∆𝑅
Dengan menganggap R kecil maka 𝑉𝑎 − 𝑉𝑏 = 𝑉 4𝑅
38
3.4 Perancangan rangkaian pengkondisi sinyal
Rangkaian pengkondisi sinyal ini diperlukan untuk memperkuat V . Penguat ini
mampu meredam frekuensi noise, memiliki impedansi masukan besar dan memiliki
variable yang dapat diubah-ubah. RPS yang sesuai adalah rangkaian penguat
instrumentasi.
2 R R
Vout 1 1 3 V2 V1
RG R2
2 R1
Dengan mengatur 1 dan menetapkakan R1=100 kΩ
RG
39
Vout
V1
V2
3.5 Resolusi
Pada perancangan, saat pertambahan regangan 0 %, tegangan yang dihasilkan 0 V,
saat pertambahan regangan maksimum 10 % tegangan 0.06 V. ADC 10 bit dengan
tegangan acuan (VR)5 V. Jadi sensitifitas =
Regangan maksimum terukur= 11111111111111
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
𝑉𝑥 = 5 ( + + + + + + + + + )
2 4 8 16 32 64 128 256 512 1024
𝑉𝑥 = 4.995 𝑣
4.995
Gain yang diperlukan = = 83.25
0.06
40
3.6 Bagian penampil (display)
Untuk menggunakan ADC dan LCD maka kita perlu menulis sebuah program
menggunakan CVAVR seperti berikut ini:
/*****************************************************
This program was produced by the
CodeWizardAVR V1.24.8d Professional
Automatic Program Generator
© Copyright 1998-2006 Pavel Haiduc, HP InfoTech s.r.l.
http://www.hpinfotech.com
Project :
Version :
Date : 4/13/2011
Author : F4CG
Company : F4CG
Comments:
#include <mega8.h>
#include <delay.h>
#include <stdio.h>
41
#include <lcd.h>
unsigned int x;
float y;
char data_adc[33];
void main(void)
{
// Declare your local variables here
42
// Port C initialization
// Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In
// State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T
PORTC=0x00;
DDRC=0x00;
// Port D initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T
PORTD=0x00;
DDRD=0x00;
// Timer/Counter 0 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: Timer 0 Stopped
TCCR0=0x00;
TCNT0=0x00;
// Timer/Counter 1 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: Timer 1 Stopped
// Mode: Normal top=FFFFh
// OC1A output: Discon.
// OC1B output: Discon.
// Noise Canceler: Off
// Input Capture on Falling Edge
// Timer 1 Overflow Interrupt: Off
// Input Capture Interrupt: Off
// Compare A Match Interrupt: Off
// Compare B Match Interrupt: Off
TCCR1A=0x00;
TCCR1B=0x00;
TCNT1H=0x00;
TCNT1L=0x00;
ICR1H=0x00;
43
ICR1L=0x00;
OCR1AH=0x00;
OCR1AL=0x00;
OCR1BH=0x00;
OCR1BL=0x00;
// Timer/Counter 2 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: Timer 2 Stopped
// Mode: Normal top=FFh
// OC2 output: Disconnected
ASSR=0x00;
TCCR2=0x00;
TCNT2=0x00;
OCR2=0x00;
// ADC initialization
// ADC Clock frequency: 125.000 kHz
// ADC Voltage Reference: AVCC pin
ADMUX=ADC_VREF_TYPE;
ADCSRA=0x86;
44
// LCD module initialization
lcd_init(16);
while (1)
{
x=read_adc(0);
y=(float)x/102.3;
delay_ms(300);
lcd_gotoxy(0,1);
sprintf(data_adc," regangan: %f ",y);
lcd_puts(data_adc);
lcd_gotoxy(9,1);
sprintf(data_adc,"%");
};
}
45
3.7 Gambar Perancangan Kesel
46
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem pengukuran regangan menggunakan sensor regangan sebagai pengubah
besaran gaya menjadi besaran elektrik berupa resistansi, Jembatan wheatstone
sebagai pengubah besaran resistansi menjadi besaran tegangan, Pengkondisi sinyal
sebagai penyelaras tegangan menggunakan penguat instrumentasi yang kemudian
akan diproses oleh ATMega8 dan ditampilkan dalam LCD
4.2 Saran
47