Anda di halaman 1dari 2

Resume Talkshow Ocean Summit 2016

Pada 22 November 2016 lalu, talkshow diselenggarakan di Aula Barat ITB dengan diisi oleh
beberapa pembicara yang sangat menginspirasi dan membuka pikiran saya sebagai seorang
mahasiswa teknik kelautan yang akan turut berusaha membangun mimpi bersama, menjadikan
Indonesia sebagai poros maritime dunia. Acara talkshow tersebut berisikan:

POTENSI PASAR DAN TEKNOLOGI AKUAKULTUR


Ir. Wajan Sudja – Ketua Asosiasi Budidaya Ikan Laut Indonesia (ABILINDO)

Dalam sesi ini, Pak Wajan memaparkan bahwa untuk mengetahui potensi pasar diperlukan
estimasi nilai ekonomi sektor-sektor ekonomi kelautan berdasarkan data; termasuk di dalamnya yaitu
informasi bahwa produksi perikanan budidaya dunia kian bertumbuh sekitar 8% per tahun dan sudah
melampaui produksi perikanan tangkap dunia yang sudah stagnan. Berhadapan dengan situasi
tersebut, teknologi akuakultur dapat menjadi salah satu peluang untuk mengusahakan pembangunan
kelautan negeri ini. Maka itu perlu adanya strategi pengembangan usaha akuakultur berupa linkage
hulu-hilir yang seamless menjadi usaha yang terintegrasi. Prosesnya adalah: budidaya ikan laut 
pengolahan pemasaran (sebagai lokomotif industri pengolahan dan budidaya)  waralaba.

Teknologi akuakultur sejatinya memiliki beberapa tahap yakni teknik pembenihan untuk
menghasilkan benih unggul yang cepat besar, irit pakan, dan tahan penyakit karena merupakan hasil
teknik selective breeding (broodstock centres/genetika, larvae tanks, nursery). Teknik biosecurity
untuk menaikkan survival rate dengan teknik water treatment, sterilisasi, disinfeksi, vaksinasi, imuno
stimulant.

PENGEMBANGAN PELABUHAN MODERN UNTUK MENDUKUNG INDONESIA SEBAGAI POROS


MARITIM DUNIA
SAPTONO R. IRIANTO - DIREKTUR KOMERSIAL DAN PENGEMBANGAN USAHA PT. PELABUHAN
INDONESIA II (PERSERO)

IPC adalah Badan Usaha Milik Negara yang merupakan Port Operator terbesar di Indonesia,
mengoperasikan 12 pelabuhan di 10 provinsi, termasuk Pelabuhan Tanjung Priok sebagai gerbang
perdagangan menuju Jakarta. Anak Perusahaan IPC terdiri dari 3 bidang bisnis: CORE BUSINESS:
CARGO HANDLING (Kontainer Internasional dan Domestik, Penanganan Kendaraan/Alat Berat),
LOGISTIC AND PORT SERVICES (logistik, pengembang pelabuhan baru, perawatan peralatan, servis
perkapalan), SUPPORTING BUSINESSES AND UTILITIES (Manajemen Rumah Sakit, Penyediaan energi
di pelabuhan, pendidikan dan training center, e-business solutions seluruh wilayah Indonesia.

Pada sesi ini dibahas pula mengenai tantangan dan strategi maritim Indonesia. Indonesia
sebagai Bagian dari Rantai Pasokan Global yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia
dengan total luas daratan 1.9 juta km2 dan merupakan negara keempat dengan garis pantai terpanjang
di dunia. Perdagangan petikemas global didominasi oleh Intra-Asia, dan Indonesia memiliki lokasi
geografis yang strategis dalam jalur perdagangan antara negara-negara ASEAN.

Pemerintah Indonesia memiliki target pencapaian Indonesia sebagai poros maritim dunia
yakni: Menurunkan biaya logistik • Meningkatkan kepastian rantaipasokan • Menambah lapangan
pekerjaan • Meningkatkan daya tarik investasiswasta (termasuk investasidari pihak asing) •
Mendorong pertumbuhan ekonomi regional. Maka dari itu diperlukan langkah-langkah pencapaian
seperti: Meningkatkan posisi kompetitif Indonesia di dunia • Menurunkan biaya untukberbisnis •
Memperbaiki konektivitas • Mengintegrasikan industridan logistik • Meningkatkan kapasitas
pelabuhan. Kesimpulannya diperlukan terjadinya pengembangan pelabuhan berskala besar yang
terintegrasi dengan industri.

Salah satu yang menjadi tantangan adalah pembangunan pelabuhan yang perlu dilakukan
untuk kapasitas yang tepat. Hal ini tidak hanya mempertimbangkan trend ukuran kapal (ukuran kapal
yang semakin besar bertujuan untuk mencapai skala ekonomis) namun juga berdasarkan proyeksi
trafik barang. Tantangan yang dialami oleh sektor pelabuhan bukan hanya dalam penyediaan
infrastruktur/suprastruktur yang memadai dan dapat melayani ukuran kapal sesuai dengan trend dan
pertumbuhan perdagangan dunia, namun juga menjamin distribusi kargo yang efisien sepanjang mata
rantai logistik dalam rangka menurunkan biaya logistik Indonesia secara keseluruhan.

Tol laut adalah alur perdagangan yang menghubungkan Indonesia bagian barat dan Timur,
melalui koridor utama: Belawan - Tanjung Priok- Tanjung Perak – Makassar – Sorong, yang kemudian
terhubung dengan wilayah lain di Indonesia melalui koridor pendukung yang bertujuan menurunkan
biaya logistik dengan 3 pilar utamanya: peningkatan produktivitas pelabuhan (standardisasi),
implementasi berth window (kepastianwaktu kapal di pelabuhan), dan restrukturisasi rute pelayaran
(integrasi rute pelayarandomestik).

Untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, perlu dilakukan pengembangan
pelabuhan modern yang meliputi pengembangan soft infrastructure (pengembangan SDM,
peningkatan pelayanan operasional, penggunaan ICT) dan hard infrastructure (modernisasi alat
bongkar muat, penataan fasilitas eksisting, pengembang pelabuhan baru).

MENINGKATKAN NILAI TAMBAH PADA PENGURASAN CADANGAN MIGAS


DR. Ir. Gde Pradnyana - Senior Advisor SKKMIGAS

Menurut penuturan DR. Ir. Gde Pradnyana, ditemukan potensi gas lebih banyak dibandingkan
minyak pada saat ini. Sumber cadangan migas lebih banyak ditemukan di daerah timur Indonesia,
bahkan di daerah-daerah perintis; karena lautnya lebih dalam (offshore). Maka itu, intensif yang
dilakukan Indonesia adalah pemulihan atau Enhanced Oil Recovery (EOR) di bagian barat, offshore di
bagian timur, dan pemrosesan hidrokarbon nonkonvensional seperti CBM dan shale gas.

Alur bisnis dari Potensi sumber daya  Cadangan  Produksi dengan berbagai kegiatannya
adalah sebagai berikut: Eksplorasi sumber daya yang ada melalui kegiatan survei, pengeboran, dan
studi G&G sehingga ditemukan potensi cadangan migas. Selanjutnya akan dilakukan tahap produksi
melalui kegiatan pengeboran, stimulasi, EOR, proyek, dan pemeliharaan (maintenance). Setelah
diproduksi, akan diproses lebih lanjut dalam industri hilir untuk menjadi konsumsi publik sehingga
terjadi cost recovery. Dikatakan bahwa cost recovery bukan berdampak pengurangan net revenue saja,
tapi juga memiliki dimensi investasi. Semakin kecil cost recovery maka investasi juga makin kecil,
sehingga produksi juga makin kecil. Cost recovery sebagai wujud investasi sekaligus meminimalisasi
penerimaa serta penggerak perekonomian dengan membelanjakannya untuk membeli produk dalam
negeri.

Sebagai penutup, diberitahukan bahwa pada dasarnya industri migas masih menjanjikan untuk
perairan dalam. Tugas kita sebagai penjawab tantangan terhadap teknologi dalam mengeksekusi
lapangan. Offshore untuk perkembangan industri migas menjadi peluang yang cukup menjanjikan
dengan beberapa insentif PSC; yang turut membangun Indonesia menjadi poros maritim dunia.

Anda mungkin juga menyukai