Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih
berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Endometriosis selama 30 tahun terakhir
menunjukkan angka kejadian yang meningkat. Endometriosis lebih sering ditemukan
pada wanita yang tidak menikah dan yang tidak memiliki anak. Beberapa teori
menjelaskan fungsi ovarium secara siklus yang terus menerus tanpa diselingi oleh
kehamilan memegang peranan terjadinya endometriosis. Oleh karena kejadiannya yang
terus meningkat, maka diperlukan pengetahuan tentang endometriosis, sehingga dapat
dideteksi secara dini agar dapat di tatalaksana dengan tepat dan memperbaiki prognosis
serta menghindarkan komplikasinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari Endometriosis?
2. Apa etiologi dari Endometriosis?
3. Apa patofisiologi dari Endometriosis?
4. Apa manifestasi klinis dari Endometriosis?
5. Apa saja jenis – jenis dari Endometriosis?
6. Apa penatalaksanaan dari Endometriosis?
7. Apa diagnosis dan pemeriksaan penunjang dari Endometriosis?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Endometriosis
2. Untuk mengetahui etiologi dari Endiometriosis
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari Endometriosis
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Endometriosis
5. Untuk mengetahui jenis dari Endometriosis
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Endometriosis
7. Untuk mengetahui diagnosis dan pemeriksaan penunjang dari Endometriosis

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Endometriosis yaitu suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih
berfungsi berada di luar kavum uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjar dan stroma,
terdapat di dalam endometriumn ataupun di luar uterus. Bila jaringan endometrium
terdapat di dalam miometrium disebut adenomiosis, bila berada di luar uterus disebut
endometriosis. Pembagian ini sudah tidak dianut lagi, karena secara patologik, klinik,
ataupun etiologic adenomiosis berbeda dengan endometriosis. Adenomiosis secara klinis
lebih banyak persamaan dengan mioma uteri. Adenomiosis sering ditemukan pada
multipara dalam masa premenopause, sedangkan endometriosis terdapat pada wanita
yang lebih muda dan yang infertile (Sarwono.2007).
Terdapat kurang lebih 15% wanita reproduksi dan pada 30% dari wanita yang
mengalami infertilitas. Implantasi endometriosis bisa terdapat pada ovarium, ligamentum
sakrouterina, kavum dauglasi, ligamentum latum dan ligamentum rotundum, tuba fallopi,
dan pada tempat-tempat ekstra peritoneal ( serviks, vagina, vulva, dan kelenjar-kelenjar
limfe).
Penampakan kasarnya bisa dalam bentuk luka berupa sebuah peninggian atau kista
yang berisi darah baru, merah atau biru-hitam. Karena termakan waktu, luka tersebut
berubah menjadi lebih rata dan berwarna coklat tua. Ukuran luka dapat berkisar dari luka
kecil dari 10 cm.

2.2 Etiologi
Sampai saat ini belum ada penyebab pasti dari endometriosis. Ada beberapa teori yang
menerangkan terjadinya endometriosis, seperti :
1. Teori implantasi yaitu implantasi sel endometrium akibat regurgitasi transtuba pada
saat menstruasi
2. Teori metaplasia, yaitu metaplasia sela multipotensial menjadi endometrium, namun
teori ini tidak didukung bukti klinis maupun eksperimen.
3. Teori induksi, yaitu kelanjutan teori metaplasia dimana faktor biokimia indogen
menginduksi perkembangan sel peritoneal yang tidak diperesiansi menjadi jaringan
endometrium (Mansjoer, 2001: 381).

2
4. Teori sistem kekebalan, kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi
tumbuh di daerah selain rahim.
5. Teori genetik, keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan
yang tinggi terhadap endometriosis. Bahwa anak ataupun Anda penderita
endometriosis beresiko besar mengalami endometriosis sendiri.
6. Teori Retrograde menstruation (menstruasi yang bergerak mundur) menurut teori ini,
endometriosis terjadi karena sel - sel endometrium yang dilepaskan pada saat
menstruasi mengalir kembali melalui tuba falopii lalu masuk ke dalam panggul atau
perut dan tumbuh di dalam rongga panggul/perut.
Setiap bulan ovarium menghasilkan hormon yang merangsang sel - sel pada lapisan
rahim untuk membengkak dan menebal (sebagai persiapan terhadap kemungkinan
terjadinya kehamilan). Endometriosis juga memberikan respon yang sama terhadap sinyal
ini, tetapi mereka tidak mampu memisahkan dirinya dari jaringan dan terlepas selama
menstruasi. Kadang terjadi perdarahan ringan tetapi akan segera membaik dan kembali
dirangsang pada siklus menstruasi berikutnya. Proses yang berlangsung terus menerus ini
menyebabkan pembentukan jaringan parut dan perlengketan di dalam tuba dan ovarium,
serta di sekitar fimbrietuba. Perlengketan ini bisa menyebabkan pelepasan sel telur dari
ovarium ke dalam tuba falopii terganggu atau tidak terlaksana.
Selain itu, perlengketan juga bisa menyebabkan terhalangnya perjalanan sel telur yang
telah dibuahi menuju ke rahim. Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya
endometriosis, antara lain :
1. Wanita usia produktif (15 - 44 tahun)
2. Menstruasi yang lama (<7 hari)
3. Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)
4. Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
5. Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
6. Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
7. Terpapar toksin dari lingkungan. Biasanya toksin yang berasal dari pestisida,
pengolahan kayu, dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah -
sampah perkotaan. (Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi.
Widya Medica:Jakarta)

3
2.3 Patofisiologi

Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau
saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena
penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh
wanita tersebut. Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat
mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan
sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel
endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel - sel
endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan
progesteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah - sampah perkotaan menyebabkan
mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mikroorganisme tersebut akan menghasilkan
makrofag yang menyebabkan respon imun menurun yang menyebabkan faktor
pertumbuhan sel - sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan
perkembangbiakan sel abnormal. Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus,
terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari
infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya.
Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai
endometriosis. Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga
sel endometrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan
menuju ke bagian tubuh lainnya. Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial
ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh
siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan progesteron meningkat, jaringan
endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar
estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan
menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvik.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan
menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan
darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis.
Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga 9 nyeri pada daerah
permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan
seks.

4
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus
menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii
menyebabkan gerakan spontan ujung - ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus
menjadi terhambat. Hal - hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada
endometriosis. (Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya
Medica: Jakarta. Spero f, Leon. 2005) dan (Clinical Gynecologic Endocrinology and
Infertility. Lippincot Williams & Wilkins : Philadelphia)

2.4 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala endometriosis antara lain:

1. Nyeri :
 Dismenore sekunder
 Dismenore primer yang buruk
 Dispareunia (nyeri ketika melakukan hubungan seksual)
 Nyeri ovulasi
 Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian
abdomen bawah selama siklus menstruasi.
 Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
 Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
2. Perdarahan abnormal
 Hipermenorea
 Menoragia
 Spotting sebelum menstruasi
 Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di
akhir menstruasi
3. Keluhan buang air besar dan buang air kecil
 Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar
 Darah pada feses
 Diare, konstipasi dan kolik (Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan
Gynekologi. Widya Medica : Jakarta)

2.5 Jenis – jenis Endometriosis


Berdasarkan lokasi tempat endometriosis dibagi menjadi :
a. Endometriosis Interna (adenomiosi uteri)

5
Fokus Endometriosis berada multilokuler di dalam otot uterus. Akan terjadi penebalan
atau pembesaran uterus. Ada dua gejala yang khas buat adenomiosis uterus, yaitu:
- Nyeri saat haid.
- Perdarahan haid yang banyak atau haid yang memanjang.
b. Endometriosis Tuba.
Yang paling sering terkena adalah bagian proksimal tuba. Akibatnya adalah:
- Saluran tuba tertutup,terjadi infertilitas.
- Resiko terjadinya kehamilan ektopik.
- Hematosalping
c. Edometriosis Ovarium
Akibat adanya endometriosis pada ovarium akan terbentuk kista coklat. Kista coklat
ini sering mengadakan perlekatan dengan organ-organ di sekitarnya dan membentuk
suatu konglomerasi.
d. Endometriosis Retroservikalis.
Pada rectal toucher sering teraba benjolan yang nyeri pada cavum Douglas. Benjolan-
benjolan ini akan melekat dengan uterus dan rectum, akibatnya adalah :
- Nyeri pada saat haid.
- Nyeri pada saat senggama.
e. Endometriosis Ekstragenital.
Setiap nyeri yang timbul pada organ tubuh tertentu pada organ tbuh tertentu
bersamaan dengan datangnya haid harus dipikirkan adanya endometriosis.

2.6 Penatalaksanaan
Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, observasi, terapi hormonal,
pembedahan dan radiasi.
1. Pencegahan
Bila disminorea yang berat terjadi pada seorang pasien muda, kemungkinannya
bermacam-macam tingkat sumbatan pada aliran haid harus dipertimbangkan.
kemungkinan munculnya suatu tanduk rahim yang tumpul pada Rahim bikornuata
atau sebuah sumbatan septum rahim atau vaginal harus diingat dilatasi serviks untuk
memungkinkan pengeluaran darah haid yang lebih mudah pada pasien dengan tingkat
disminorea yang hebat.
Kemudian, adapula pendapat dari Meigs. Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah
pencegahan yang paling baik untuk endometriosis. Gejala- gejala endometriosis
memang berkurang pada waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium
dalam sarang-sarang endometriosis. Maka dari itu perkawinan hendaknya jangan
ditunda terlalu lama dan diusahakan secepatnya memiliki anak yang diinginkan dalam
waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian tidak hanya merupaka profilaksis yang
baik untuk endometriosis, melainkan juga mrnghindari terjadinya infertilitas sesudah
endometrium timbul.selain itu juga jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau

6
kerokan saat haid, karena dapat mengalirkan darah haid dari uterus ke tuba fallopi dan
rongga panggul
2. Observasi
pengobatab ini akan berguna bagi wanita dengan gejala dan kelainan fisik yang
ringan. Pada wanita yang agak berumur, pengawasan ini bisa dilanjutkan sampai
menopause, karena sesudah itu gejala-gejala endometriosis hilang sendiri. Dalam
masa observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetik untuk
mengurangi rasa nyeri.
3. Pengobatan Hormonal
Prinsip pertama pengobatan hormonal ini adalah menciptakan ingkungan
hormone rendah estrogen dan asiklik. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan
atrofi jaringan endometriosis. Keadaan yang asiklik mencegah terjadinya haid, yang
berarti tidak terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal ataupun jaringan
endometriosis. Dengan demikian dapat dihindari timbulnya sarang endometriosis
yang baru karena transport retrograde jaringan endometrium yang lepas serta
mencegah pelepasan dan perdarahan jaringan endometriosis yang menimbulkan rasa
nyeri karena rangsangan peritoneum.
Prinsip kedua yaitu menciptakan lingkungan tinggi androgen atau tinggi
progesterone yang secara langsung dapat menyebabkan atrofi jaringan
endomeetriosis.
4. Pembedahan
adanya jaringan endometrium yang berfungsi merupakan syarat mutlak tumbuhnya
endometriosis. Oleh krarena itu pada waktu pembedahan,harus dapat menentukan
apakah ovarium dipertahankan atau tidak. Pada andometriosis dini , pada wanita yang
ingin mempunyai anak fungsi ovarium harus dipertahankan. Sebaliknya pada
endometriosis yang sudah menyebar luas pada pelvis, khususnya pada wanita usia
lanjut. Umumnya pada terapi pembedahan yang konservatif sarang endometriosis
diangkat dengan meninggalkan uterus dan jaringan ovarium yang sehat, dan
perlekatan sedapatnya dilepaskan. Pada operasi konservatif, perlu pula dilakukan
suspensi uterus, dan pengangkatan kelainan patologik pelvis. Hasil pembedahan untuk
infertile sangat tergantung pada tingkat endometriosis, maka pada penderita dengan
penyakit berat, operasi untuk keperluan infertile tidak dianjurkan
5. Radiasi
pengobatan ini bertujuan menghentikan fungsi ovarium, tapi sudah tidak dilakukan
lagi, kecuali jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan.

2.7 Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang

7
Secara klinis endometriosis sering sulit dibedakan dari penyakit radang pelvis atau
kista ovarium lainnya. Visualisasi endometriosis diperlukan untuk memastikan diagnosis.
Cara yang biasa dilakukan untuk menegakan diagnose yaitu dengan melakukan
pemeriksan laparoskopi untuk melihat luka dan mengambil specimen biopsy.
Pemeriksaan ultrasonografi pelvis bias membantu untuk menilai massa dan bisa menduga
adanya endometriosis.
Adapun Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan yaitu :
a. Laparoskopi
Bila ada kecurigaan endometriosis panggul , maka untuk menegakan diagnosis yang
akurat diperlukan pemeriksaan secara langsung ke rongga abdomen per laparoskopi.
Pada lapang pandang laparoskopi tampak pulau-pulau endometriosis yang berwarna
kebiruan yang biasanya berkapsul. Pemeriksaan laparoskopi sangat diperlukan untuk
mendiagnosis pasti endometriosis, guna menyingkirkan diagnosis banding antara
radang panggul dan keganasan di daerah pelviks. Moeloek mendiagnosis pasien
dengan adneksitis pada pemeriksaam dalam, ternyata dengan laparoskopi kekeliruan
diagnosisnya 54%, sedangkan terhadap pasien yang dicurigai endometriosis,
kesesuaian dengan pemeriksaan laparoskopi adalah 70,8%.
b. Pemeriksaan Ultrasonografi
Secara pemeriksaan, USG tidak dapat membantu menentukan adanya endometriosis,
kecuali ditemukan massa kistik di daerah parametrium, maka pada pemeriksaan USG
didapatkan gambaran sonolusen dengan echo dasar kuat tanpa gambaran yang spesifik
untuk endometriosis.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan
pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa
tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligament pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di
apendiks, colon, ureter dan pelvis. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli
mengemukakan teori berikut:
1. Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur)
2. Teori sistem kekebalan
3. Teori genetik

Faktor lain yang meningkatkan resiko terjadinya endometriosis adalah memiliki rahim
yang abnormal, melahirkan pertama kali pada usia diatas 30 tahun dan kulit putih.
Endometriosis diperkirakan terjadi pada 10 - 15% wanita subur yang berusia 25 - 44
tahun, 25 - 50% wanita mandul dan bisa juga terjadi pada usia remaja. Endometriosis
yang berat bisa menyebabkan kemandulan karena menghalangi jalannya sel telur dari
ovarium ke rahim

9
DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/viewFile/754/12189

https://www.scribd.com/doc/106325803/MAKALAH-ENDOMETRITIS

https://yosefw.wordpress.com/2008/01/06/endometriosis/

Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Jakarta: Widya Medica.
Sperof, Leon. 2005. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. (Lippincot Williams
& Wilkins : Philadelphia ).

10

Anda mungkin juga menyukai