Abstrak
Kebutuhan gizi pasien tidak terpenuhi jika masih banyak terdapat sisa makanan. Sisa
makanan yang terjadi dalam jangka waktu yang lama akan mempengaruhi kesembuhan
penyakit. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari faktor yang berhubungan dengan
terjadinya sisa makanan pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya.
Penelitian secara cross sectional melibatkan 30 pasien, sampel penelitian dipilih secara
purposive sampling. Analisis data secara deskriptif dengan melihat koefisiensi
kontingensi yaitu kuat lemah hubungan. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar
pasien menyisakan makanan dalam jumlah banyak (> 25%) sebesar 53,3% dan yang
paling banyak menyisakan makanan adalah pasien baru sebesar 14%. Faktor internal
seperti jenis penyakit memiliki hubungan yang sangat kuat, jenis kelamin memiliki
hubungan yang kuat, umur, frekuensi makan, nafsu makan, dan persepsi besar porsi
makan memiliki hubungan yang lemah dengan terjadinya sisa makanan. Faktor eksternal
tekstur, warna, rasa makanan dan lama hari rawat inap memiliki hubungan yang sedang,
aroma makanan dan makanan dari luar rumah sakit memiliki hubungan yang lemah
dengan terjadinya sisa makanan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah masih terdapat
pasien yang menyisakan makanannya > 25%. Disarankan pada ahli gizi untuk
meningkatkan hospital culinary agar makanan semakin berkualitas dan memberi motivasi
khususnya kepada pasien baru untuk patuh dan selalu menghabiskan makanan yang
disajikan rumah sakit karena makanan sebagai penunjang kesembuhan.
Abstract
Nutritional needs of patients will not fulfilled if there are many food waste. Food waste
that occurs within a period of time will affect the cure of disease The purpose of this
research was to study the factors that related to food waste on inpatients instalation of
General Hospital Haji Surabaya. This research using cross-sectional design the samples
were 30 inpatients taken by purposive sampling. Analysis was performed using
descriptive analysis with contingency coefficient to assess the strength of relationship.
The results showed 53,3% of respondents left food more than 25% the majority of patient
who had left over food were new patient 14%. Internal factors that had very strong
relationship to food waste was type of disease, meanwhile sex had strong relationship,
other internal factor such as age, eating frequency, appetite and the perception of a food
portion had a weak relationship. Food waste related to external factors on the other hand
texture, color, flavor of food and length of stay had a moderate relationship. whether
smell of food and food from outside the hospital had a weak relationship. Food waste in
hospital was high more than 25%. It can be suggested that research is nutritionist should
to improve hospital culinary for more quality food and give motivation to the new patient
to be adhere and always eat food served by hospital, to improve patient health.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional. Data penelitian dikumpulkan
secara cross sectional dengan pendekatan survey. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua pasien rawat inap di ruang Shafa 3A kelas II dan Marwah 1C kelas II dan III
Rumah Sakit Umum Haji Surabaya yang menerima makanan biasa berbentuk nasi. Besar
sampel penelitian adalah 30 pasien. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode
purposive sampling. Pengambilan sampel penelitian termasuk non probability dan uji
statistik dengan melihat nilai koefisien kontingensi yaitu kuat lemah antar hubungan.
Penelitian telah mendapatkan persetujuan dari komisi etik. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga dengan no 327-KEPK.
Hasil dan Pembahasan
Analisis Univariat
Sisa Makanan
Sisa makanan adalah porsi makanan yang tersisa yang tidak dihabiskan oleh pasien
(Kemenkes RI, 2013). Sisa makanan terbagi menjadi dua pengertian yaitu waste adalah
makanan yang hilang karena tercecer dan platewaste adalah makanan yang tidak habis
dikonsumsi lalu terbuang (Williams Peter, dan Karen Walton, 2011).
Tabel 1. Sisa Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya
Tahun 2014
Sisa makan n %
> 25% (Memiliki sisa makanan banyak) 16 53,3
< 25% (Tidak bersisa, atau sisa makanan sedikit) 14 46,7
Total 30 100
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan umur 30-
49 tahun banyak memiliki sisa makanan, yaitu sebesar 23,3%, walaupun secara statistik
menunjukkan adanya hubungan yang lemah dengan nilai koefesien kontingensi yaitu
sebesar 0,149. Lemahnya hubungan antara umur dan sisa makanan adalah dikarenakan
faktor kondisi fisik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Djamaludin
(2005) di RS Sardjito Yogyakarta yaitu tidak ada hubungan antara umur dan sisa makan
pasien karena kemungkinan porsi yang diberikan sudah sesuai dengan kebutuhan pasien,
dan rata-rata subjek menyatakan persepsi baik terhadap makanan yang disajikan. Menurut
Wijayanti (2008) awal masa dewasa merupakan masa transisi dari masa remaja ke masa
dewasa. Pada masa ini kondisi fisik tidak hanya mencapai puncaknya tetapi juga mulai
menurun. Kepekaan indera seseorang terhadap bau dan rasa akan berkurang seiring
dengan bertambahnya umur. Menurunnya kepekaan indera ini dapat berpengaruh depada
terjadinya sisa makanan pasien.
Jenis kelamin perempuan lebih banyak memiliki sisa makan, yaitu sebesar 43,3%, dan
secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang kuat dengan nilai koefesien
kontingensi sebesar 0,526. Namun dalam hal terjadinya sisa makanan > 25% laki-laki
dengan nilai perbandingan 0,42 dan perempuan 0,56. Menurut U.S Departement of
Agriculture and U.S Departement of Health and Human Services (2010) jumlah kalori
yang dibutuhkan seseorang setiap hari bervariasi tergantung pada jenis kelamin.
Berdasarkan AKG, laki-laki memerlukan kalori lebih banyak dibandingkan perempuan,
oleh karena itu laki-laki lebih mampu untuk menghabiskan makanan dibandingkan
perempuan.
Nafsu makan tidak baik lebih banyak memiliki sisa makan, yaitu sebesar 36,6%.
Walaupun secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang lemah dengan nilai
koefesien kontingensi yaitu sebesar 0.010. Lemahnya hubungan antara nafsu makan
dengan terjadinya sisa makanan dikarenakan pasien mendapatkan makanan dari luar
rumah sakit. apabila hal ini selalu terjadi artinya pasien selalu makan makanan dari luar,
maka makanan yang disajikan oleh rumah sakit tidak termakan habis, akhirnya akan
berdampak pada terjadinya sisa makanan (Catur, 2003).
Kebiasaan makan responden dengan frekuensi makan 1 kali sehari cenderung
membuat responden untuk menyisakan makan lebih banyak, yaitu sebesar 23.3%.
walaupun secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang lemah dengan nilai
koefesien kontingensi yaitu sebesar 0,008. Lemahnya hubungan antara frekuensi makan
dengan sisa makanan adalah adanya responden dengan pola makan kurang dari tiga kali
sehari yang bertujuan untuk diet. Diet dengan mengurangi frekuensi makan sebenarnya
adalah diet yang tidak sehat (Heinberg, dkk, 2006) karena tidak dapat memenuhi
kebutuhan gizi sehari-hari. Hal ini menujukan adanya perbedaan frekuensi makan pasien
saat di rumah dan di rumah sakit, sehingga mempengaruhi daya terima makanan yang
disajikan oleh rumah sakit.
Berdasarkan hasil penelitian sebesar 20% responden dengan jenis penyakit jantung
dan patah tulang. Secara statistik memiliki hubungan yang sangat kuat dengan nilai
koefisien kontingensi sebesar 0,871. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Djamaludin (2005) di Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta yaitu terdapat hubungan
antara jenis penyakit dan sisa makanan responden. Jenis penyakit yang lebih banyak
menyisakan makanan pada penelitian Djamaludin (2005) adalah jenis penyakit kanker
karena pada umumnya penyakit kanker mempunyai tingkat stres yang lebih tinggi
sehingga mempengaruhi turunnya nafsu makan. Hubungan yang sangat kuat antara jenis
penyakit dengan terjadinya sisa makanan dikarenakan kondisi fisik responden yang
lemah. Kondisi fisik pasien dapat mempengaruhi nafsu makan menjadi berkurang dan
dapat mempengaruhi tingkat penerimaan pasien terhadap makanan yang diberikan.
Padahal ilmu kedokteran modern berpandangan bahwa terapi nutrisi bukan lagi
pemberian makanan melainkan sudah menjadi terapi medis seperti halnya pengobatan
dan tindakan medis lainnya (Hartono 2000). Jenis penyakit jantung dan patah tulang
memiliki sisa makanan paling banyak, ini kemungkinan dikarenakan pasien mengalami
depresi. Depresi bisa menyebabkan gangguan pada suasana hati karena menimbulkan
rasa sedih, putus asa, hilangnya minat untuk melakukan sesuatu hal hingga
mengakibatkan perubahan nafsu makan.
Persepsi responden terhadap besar porsi makan yang disajikan oleh rumah sakit
terkategori banyak dan menyisakan sisa makanan, yaitu sebesar 36,6%. Walaupun secara
statistik menunjukkan adanya hubungan yang lemah dengan nilai koefesien kontingensi
sebesar yaitu 0,054. Menurut National Health Service (2005) kebutuhan setiap individu
berbeda sesuai dengan kebiasaan makanannya. Besar porsi makan berkaitan dengan
perencanaan dan perhitungan bahan makanan atau disebut dengan standar porsi. Standar
porsi harus ditetapkan untuk setiap jenis makanan. Sisa makanan pasien akan meningkat
bila makanan yang disajikan dalam porsi besar.
Tabel 5. Hubungan Faktor Eksternal dengan Terjadinya Sisa Makanan di Rumah Sakit
Umum Haji Surabaya Tahun 2014
Saran
Disarankan pada ahli gizi untuk meningkatkan hospital culinary agar makanan
semakin berkualitas dan memberi motivasi khususnya kepada pasien baru untuk patuh
dan selalu menghabiskan makanan yang disajikan rumah sakit karena makanan sebagai
penunjang kesembuhan.
Daftar Pustaka
Almatsier, S., 2005. Penuntun Diet Instalasi Gizi RS. Dr. CiptoMangunkusumo dan
Asosiasi Dietisien Indonesia. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Budiyanto, 2001. Dasar - Dasar Ilmu Gizi. Malang: MM Press.
Catur, A., 2003. Buku Kumpulan Abstrak Pertemuan Ilmiah Nasional (PIN).
Jogjakarta :Asdi.
Departemen Kesehatan RI., 2007. Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat
Jendral Bina Kesehatan Masyarakat
Djamaluddin, P. E.P. dan Paramastri Ira, 2005. Analisis Zat Gizi dan
Biava Sisa Makanan pada Pasien Dengan Makanan Biasa. JURNAL GIZI
KLINIK INDONESIA, Volume1, No.3, Maret 2005: 108-
112.http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/1824_MU.11030008.pdf. Sitasi
19-01- 2014.
Hartono, Andry, 2006. Terapi Gizi Dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: Kencana.
Heinberg, Leslie. J., Tompson, J. Kevin, Matzon, Jonas L. 2006 “Body Image
Dissatisfaction as a Motivator for Healthy Lifestyle Change: Is Some
Distress Beneficial”. Dalam Striegel, Ruth H., Moore, Smolak, Linda
(Ed).2002. Eating Disorder (Innovative Directions in Research and
Practice). Washington DC: American Psychological Association.
Instalasi Gizi RS Haji Surabaya. 2013, Laporan tahunan Instalasi Gizi RS Haji
Surabaya.
Kementrian Kesehatan RI, 2013. Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta. Direktorat Jendral
Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit
(PGRS).
Komalawati, Dewi, dkk, 2005. Pengaruh Lama Rawat Hari Inap Terhadap Sisa
Makanan Pasien Anak di Rumah Sakit Umum Dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten, JurnalKESMAS Vol. 6. 2005:1
Lumbantoruan., D.B.S, 2012. Hubungan Penampilan Makanan dan Faktor
Lainnya Dengan Sisa Makanan Biasa Pasien Kelas 3 Seruni RS Puri
Cinere Depok Bulan April – Mei 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Program Studi Serjana Gizi Universitas Indonesia Depok.
http://lontar.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddigital%2F20320509-S-PDF-
Dian%2520Berdhika%2520Sari%2520Lumbantoruan.pdf&ei=8A_iUs0Ph
oqtB8X1gaAF&usg=AFQjCNGjywPWhxkSXfAm-
RuDn8Yhg7Cbig&sig2=Gyuxi804V-
fbYvZdlBIf3Q&bvm=bv.59930103,d.bmk. Sitasi 16-01-2014
Kozier B., Erb G. 2009. Buku Ajar Praktik keperawatan klinis. Jakarta : Penerbit EGC.
Nadimin, Rauf, S., Ernawati, R., 2012. Daya Terima Pasien Terhadap
Makanan di Rumah Sakit Arifin Nu’mang Kabupaten Sidrap. Jurnal
Media Gizi Pangan, Vol. XIV, Edisi 2, 2012.
http://share.pdfonline.com/b6b35b1500fb47228a290c8265e3f8ab/4.%20N
ADIMIN.pdf. Sitasi 19-01-2014.
National Health Service (NHS), 2005. Managing Food Waste in the NHS.
Department of Health England. NHS Estates.
Proverawati, dan Kusumawati, 2010. Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
U.S Departement of Agriculture and U.S Departement of Health and Human Services.
2010. Dietary Guidelines for Americans. www.dietaryguidelines.gov. Sitasi 05-
07-2014.
Wijayanti, Rahayu, 2008. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Penyakit Artritis Gout.
Skripsi. Surabaya : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Williams Peter, dan Karen Walton, 2011. Plate Waste In Hospitals And Strategies For
Change. e-SPEN, The European e-Journal of Clinical Nutrition and Metabolism
6 (2011) e235-e241.
Witjaksono, L.A., 2010. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Sisa Makanan
Pasien di Ruang Perawatan Kelas I Rawat Inap Rumah Sakit PHC
Surabaya. Skripsi. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga.