Faktor Yang Berhubungan Dengan Keberhasilan Pengobatan Malaria Di Puskesmas
Faktor Yang Berhubungan Dengan Keberhasilan Pengobatan Malaria Di Puskesmas
ABSTRAK
Salah satu penyakit menular yang menjadi masalah global dalam bidang kesehatan
adalah penyakit malaria. Penyakit ini menyerang sedikitnya 350-500 juta orang setiap
tahunnya dan bertanggung jawab terhadap kematian sekitar 1 juta orang setiap tahunnya.
Diperkirakan masih sekitar 3,2 miliar orang hidup di daerah endemis malaria. Di Indonesia
pada tahun 2005 angka kejadian kasus Malaria menunjukkan kecenderungan yang sama
dibandingkan pada tahun 2004 yaitu sebesar 0,51 perseribu penduduk, sedangkan angka
klinis malaria sebesar 23,8 perseribu penduduk.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor biaya penunjang,
kepatuhan minum obat serta gambaran fasilitas kesehatan dan pengetahuan petugas kesehatan
dengan keberhasilan pengobatan malaria. Metode penelitian adalah Cross Sectional Study.
Populasi adalah penderita malaria dalam 6 bulan terakhir pada tahun 2007 yang tercatat di
Puskesmas Tarailu Kecamatan Sampaga, Kabupaten Mamujusebanyak 325 orang dan 25
orang petugas kesehatan. Metode pengambilan sampel yaitu Simple Random Sampling.
Sampel adalah penderita malaria yang mengikuti program pengobatan gratis yang berada
dalam wilayah kerja Puskesmas Tarailu, dengan kriteria sampel yaitu penderita yang berusia
di atas 15 tahun dan dalam keadaan sadar sebanyak 176 orang dan 25 orang petugas
kesehatan. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan 15 hari dari tanggal 3 Januari – 15
Maret 2008.
ABSTRACT
One of contagion becoming global problem in the field of health is malarian ailment.
This disease groan at least 350-500 million people every year and hold responsible to death
of about 1 million people every year. Estimated still about 3,2 people milliard live in area of
endemis malaria. In Indonesia on the year 2005 number of occurence of Malaria case show
the compared to same tendency in the year 2004 that is equal to 0,51 thousandth of resident,
while number of klinis malaria of equal to 23,8 thousandth of resident.
A. Pendahuluan
Salah satu penyakit menular yang menjadi masalah global dalam bidang kesehatan
adalah penyakit malaria. Dalam buku The World Malaria Report 2005, Badan Kesehatan
Dunia (WHO), menggambarkan walaupun berbagai upaya telah dilakukan, hingga tahun
2005 Malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 107 negara di dunia. Penyakit
ini menyerang sedikitnya 350-500 juta orang setiap tahunnya dan bertanggung jawab
terhadap kematian sekitar 1 juta orang setiap tahunnya. Diperkirakan masih sekitar 3,2
miliar orang hidup di daerah endemis malaria (Ndoen, 2006).
Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) di Indonesia terjadi
15 juta kasus malaria dengan 38.000 kematian setiap tahunnya. Pada tahun 2005 angka
kejadian kasus Malaria menunjukkan kecenderungan yang sama dibandingkan pada tahun
2004 yaitu sebesar 0,51 perseribu penduduk, sedangkan angka klinis malaria sebesar 23,8
perseribu penduduk. Proporsi kematian karena malaria berdasarkan hasil Survey
Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001, adalah sebesar 2%. Jumlah Kabupaten endemis di
Indonesia adalah 424 Kabupaten Dari 576 Kabupaten yang ada, dan diperkirakan 42,4 %
penduduk beresiko tertular (Sampri, 2007).
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Puskesmas Tarailu merupakan salah satu Unit pelayanan
kesehatan masyarakat yang terletak di Kec. Sampaga dengan Status Rawat Inap, yang
berada dalam naungan Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju. Puskesmas Tarailu
Merupakan salah satu Puskesmas Plus Perawatan yang ada di Kab. Mamuju. Puskemas
ini mewadahi 5 PUSTU yang tersebar di 6 desa yang termasuk wilayah kerjanya yaitu
Pustu Bunde yang terletak 4 Km dari Puskesmas Tarailu dan dapat dilalui kendaraan roda
empat dan dua, Pustu Sempaga terletak 3 Km dari Puskesmas Tarailu dapat dilalui
kendaraan roda empat dan dua, Pustu Salubara’na terletak 12 Km dari Puskesmas Tarailu
dan dapat dilalui roda empat dan dua, Pustu Tanam Buah terletak 9 Km roda empat dan
dua dan Pustu Kalonding terletak 14 Km dari Puskesmas Tarailu dan hanya dapat dilalui
dengan kendaraan roda dua.
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah penderita malaria yang tercatat
dan dilaporkan di Puskesmas Tarailu dari bulan Juni – Desember tahun 2007 sebanyak
325 orang dan petugas kesehatan yang menangani penderita malaria sebanyak 25 orang.
Sedangkan yang menjadi sampel adalah penderita malaria yang mengikuti program
pengobatan gratis yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas Tarailu yang dianggap
mampu memberikan informasi/keterangan dengan benar tentang variabel yang diteliti dan
telah diketahui menderita malaria berdasarkan diagnosa klinik dan hasil pemeriksaan
DDR di laboratorium Puskesmas Tarailu Kec. Sampaga Kab. Mamuju yang terpilih
sesuai kriteria dengan menggunakan metode Simple Random Sampling. Kriteria sampel
adalah sebagai berikut :
Pengumpulan data
1. Data Primer, yang dilakukan dengan wawancara langsung dengan responden yang
terpilih sebagai sampel dengan menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan yang telah
tersedia) sebagai instrumen. Hal-hal yang dianggap penting dan tidak tercantum
dalam daftar pertanyaan dimasukkan kedalam blok catatan lapangan.
Jenis Variabel
1. Biaya Penunjang adalah biaya yang dikeluarkan oleh penderita selama menjalani
pengobatan malaria yang meliputi biaya transportasi (jika menggunakan kendaraan
umum), biaya makan (jika pasien di rawat inap) dan biaya obat (jika pasien menderita
komplikasi penyakit lain selain malaria). Ada Bila penderita tidak memiliki biaya
untuk menunjang pengobatan, tidak bila tidak sama dengan kriteria ada.
3. Fasilitas kesehatan Adalah adanya alat bantu untuk mendiagnosa dan menunjang
pengobatan penyakit malaria. Memadai bila ada alat bantu untuk mendiagnosa dan
menunjang pengobatan malaria, tidak memadai bila tidak sama dengan kriteria
memadai.
Analisis data
Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat yaitu analisis distribusi
frekuensi dan persentase tunggal yang terkait dengan tujuan penelitian; dan analisis
bivariat yaitu analisis variabel dependen dan independen dengan tabulasi silang (crosstab)
disertai dengan uji hipotesis melalui uji Chi Square. Hipotesis yang diuji adalah hipotesis
nol (H0).
1. Karakteristik Responden
a. Penderita Malaria
Berdasarkan hasil penelitian dari 176 responden , pada umumnya berumur 23-
30 tahun (29,5%), responden laki-laki lebih banyak (56,8%) dibandingkan dengan
perempuan (43,2%), dilihat dari pekerjaan responden yang terbanyak adalah
petani (38,1%), dan berdasarkan desa tempat tinggal (alamat) responden yang
terbanyak berasal dari Desa Tarailu (22,7%)
b. Petugas Kesehatan
Tabel 1
Variabel n %
Biaya Penunjang : 144 81,8
Ada 32 18,2
Tidak Ada
Jumlah 176 100
Kepatuhan Minum Obat : 159 90,3
Patuh 17 9,7
Tidak Patuh
Jumlah 176 100
Fasilitas Kesehatan : 17 68
Memadai 8 32
Tidak Memadai
Jumlah 25 100
Pengetahuan Petugas Kesehatan : 19 76
Tahu 6 24
Tidak Tahu
Jumlah 25 100
Keberhasilan Pengobatan Malaria : 89 50,6
Berhasil 87 49,4
Tidak Berhasil
Jumlah 176 100
Berdasarkan Tabel 1 di atas diperoleh informasi bahwa sebagian besar
responden memiliki biaya penunjang untuk berobat ke puskesmas. Ini dapat dilihat
dari tingkat persentasenya yaitu sebesar 81,8 % yang berarti puskesmas tetap menjadi
pilhan utama dalam pemilihan tempat pengobatan dan sebagian responden tetap
menyediakan biaya agar dapat menjangkau Puskesmas (biaya transportasi) atau
mendapatkan perawatan yang intensif dengn rawat inap yang tentu harus
mengeluarkan biaya lebih untuk itu (biaya transportasi dan biaya makan) walaupun
biaya penunjang untuk pengobatan mahal. Sedangkan yang tidak memiliki yaitu
sebesar 18,2 % dengan alasan biaya mahal atau mereka tidak memiliki penghasilan.
Dari Tabel di atas juga diperoleh informasi bahwa terdapat 159 orang atau 90,3%
responden yang patuh minum obat selama menderita malaria. Ini berarti sebagian
responden sadar bahwa jika mereka patuh minum obat maka penyembuhan yang
optimal akan mudah diraih. Sedangkan terdapat 17 orang responden atau 9,7% yang
tidak patuh minum obat. Dapat dilihat pula bahwa 68% responden mengatakan
fasilitas kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tarailu memadai. Sedangkan
32% responden mengatakan fasilitas kesehatan tidak memadai karena sebagian
responden adalah petugas kesehatan yang bertugas di Puskesmas Pembantu yang ada
di wilayah kerja Puskesmas Tarailu. memberikan informasi bahwa pengetahuan
petugas kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tarailu yang dikategorikan
”tahu” sebanyak 76% responden. Sedangkan pengetahuan petugas kesehatan yang
dikategorikan ”tidak tahu” sebanyak 24% responden, maka tabel 9 di atas
memperlihatkan bahwa sebagian besar petugas kesehatan memiliki pengetahuan yang
cukup tentang pengobatan malaria. Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa 50,6%
responden yang menjalani pengobatan malaria di wilayah kerja Puskesmas Tarailu
sembuh dibawah atau sama dengan 3 hari atau dapat dikatakan pengobatannya
berhasil. Sedangkan 49,4% responden penderita penyakit malaria sembuh setelah lebih
dari 3 hari menjalani pengobatan malaria atau pengobatannya tidak berhasil.
Tabel 2
Hubungan Biaya Penunjang dengan Keberhasilan Pengobatan Malaria
Tahun 2008
Keberhasilan Pengobatan
Biaya Tidak
Jumlah (p)
Berhasil
Penunjang Berhasil
n % n % n % p = 0,02
Ada 79 54,9 65 45,1 144 100
Tabel 3
Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p = 0,03, karena p < style=""> ditolak
dan Ha diterima.
4. Pembahasan
Pengetahuan adalah apa yang diketahui dan mampu diingat oleh setiap
individu setelah ia mendengar, mengalami, menyaksikan dan mengamati sejak lahir
hingga dewasa. Pengetahuan sangat berhubungan dengan kemampuan seseorang
untuk menerima informasi termasuk informasi tentang kesehatan. Hasil dari
penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas menyatakan bahwa sebagian
besar petugas kesehatan memiliki pengetahuan cukup tentang pengobatan malaria
yaitu sebesar 76%. Pengetahuan petugas yang cukup tentunya dapat menjadi salah
satu faktor pendukung keberhasilan pengobatan karena berpengaruh terhadap
ketepatan diagnosis dan pemberian dosis yang tepat. Sedangkan petugas kesehatan
yang memiliki pengetahuan kurang tentang pengobatan malaria yaitu sebesar 24%.
Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Pribadi, dkk (1997) bahwa
pengobatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan sendiri yang tidak adekuat baik
dosis maupun cara pemberiannya yang kurang tepat, akan membuat pengobatan
malaria menjadi tidak efektif dan tidak rasional. Keadaan ini juga cenderung
meningkatkan resistensi P. falciparum terhadap obat anti-malaria.
Kesimpulan
1. Terdapat hubungan antara biaya penunjang yaitu biaya transportasi dan biaya makan
(jika dirawat inap) dengan keberhasilan pengobatan malaria.
Saran
1. Disarankan kepada pemerintah setempat melalui Dinas Kesehatan, pada wilayah yang
jauh dari sarana kesehatan dan transportasi tidak lancar diadakan penambahan sarana
kesehatan sehingga masyarakat tidak mengeluarkan biaya penunjang seperti biaya
transport untuk menjangkau sarana kesehatan.
4. Sebaiknya diadakan pelatihan dan pendidikan untuk petugas kesehatan yang ada
khususnya bagi petugas kesehatan yang bekerja di puskesmas pembantu yang tidak
ditunjang dengan sarana laboratorium.
Penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-
Nya kepada penulis dalam kelancaran proses penelitian. Karya ini penulis persembahkan
kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Hamzah Sula dan Ibunda Hj.Maria Rande.
Seluruh keluarga dan saudara-saudaraku tercinta (dr. Acci, Ipha dan Saddam) dan
almarhum adikku Wawan terima kasih atas dukungan dan semangatnya.atas atas doa,
dukungan, dan semangat yang tak ternilai, Kepada Bapak Prof. Dr. A. Arsunan A, M.Kes,
bapak Dr. Ridwan Amiruddin, SKM, M.Kes dan bapak Dr. drg. A. Zulkifli A., MS dalam
bimbingan dan masukannya untuk penyelesaian artikel ini. Kepada Bapak Bupati
Mamuju, Camat Sampaga, Kepala Desa Bunde, Desa Tarailu, Desa Sampaga, Desa
Salubara’na, Desa Tanam Buah dan Desa Kalonding, dan seluruh petugas kesehatan yang
bertugas di wilayah kerja Puskesmas Tarailu atas izin yang diberikan selama penelitian.
Teman-teman angkatan 2004, teman-teman Himapid, teman-teman Magang Epidemiologi
Lokasi RSUD Pangkep terima kasih atas bantuan dan kebersamaannya. Zaldy Alqadri,
yang telah memberi banyak semangat, percaya dan kesabaran selama ini.