Anda di halaman 1dari 9

JURNAL KEPERAWATAN, ISSN: 2086-3071 Versi online:

Volume 5, Nomor 1, Januari 2014 : 39 - 47 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc

PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI


SOSIAL ANAK AUTIS

(The Effect of Play Approach with Social Interaction Ability of Autism Children)

Rossyana Septyasih1, Swito Prastiwi2, Djoko Setyono3


1,2 & 3
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
Jalan besar Ijen No.77C Malang
e-mail. 1) hermawan.rossyana@gmail.com

ABSTRAK

Autisme merupakan kelainan genetik yang polimorfis. Adapun beberapa gangguannya adalah
dalam bidang bicara, bahasa, komunikasi, interaksi social, sensoris, pola bermain, perilaku, serta
emosi. Prevalensinya dari tahun ke tahun penderita autism mengalami peningkatan yang dratis.
Telah dikaji pendekatan bermain secara personal mampu meningkatkan kemampuan interaksi social
anak autis. Perlu dikaji pendekatan bermain menggunakan teman sebaya untuk meningkatkan
kemampuan interaksi social. Penelitian menggunakan desain Pre eksperimen. Populasi semua
Anak Autis yang berusia 2 tahun sampai 6 tahun di Pusat Terapi Terpadu A Plus Malang, sampel
diambil total sampling sejumlah 10 orang anak. Pengumpulan data dengan kuesioner dan observasi
untuk mengkaji perilaku interaksi social anak autis, data yang terkumpul dianalisa dengan analisa
deskriptif dan uji Rank Wilcoxon. Hasil penelitian didapatkan untuk hubungan timbale balik p value
0,045, alpha 0,05 berarti terdapat perbedaan hubungan timbale balik sebelum dan setelah dilakukan
pendekatan bermain dan untuk kualitas hubungan p value 0,108. Alpha 0,05, berarti tidak terdapat
perbedaan kualitas hubungan sebelum dan sesudah dilakukan pendekatan bermain. Total interaksi
social anak autis sebelum dan setelah dilakukan pendekatan bermain p value 0,001 , Alpha 0,05
berarti pendekatan bermain berpengaruh terhadap kemampuan interaksi social anak autis. Penelitian
menyarankan bagi lembagapendidikan autis untuk menggunakan pendekatan bermain sebagai
metode mengembangkan kompetensi interaksi social anak autis dengan melibatkan keluarga dan
teman sebaya.

Kata Kunci: Pendekatan bermain, interaksi social, anak autis.

ABSTRACT

Autism is a genetic disorder that polymorphic. children with autism have some
disturbances in the areas of speech, language, communication, social interaction, sensory,
play patterns, behavior, and emotion. Prevalence from year to year with autism has increased
dramatically. It has been studied in a personal approach to playing to increase social
interaction skills of autistic children. Needs to be studied approach play using peers to
improve social interaction. Research using Pre experimental designs. Population all Autistic
Children aged 2 years to 6 years at the Center for Integrated Therapy A Plus Malang, total
sample, sampling some 10 children. Data collection by questionnaire and observation to
examine the behavior of social interaction of children with autism, collected data
wereanalyzed with descriptive analysis and Wilcoxon Rank test. The results obtained for the
interrelationships p value 0,045 < Alpha 0,05 means there is a reciprocal relationship before
and after play andapproaches to relationship quality p value 0,108 > Alpha 0,05, meaning
there is no difference in the quality of relationships before and after approach play. Total
social interaction of children with autism before and after approach play p value 0,001 <
Alpha 0,05 means approach to playing effect on social interaction skills of autistic childesn.
Research suggests for autism sducation institutions to use the approach as a method to

Rossyana Septyasih1, Swito Prastiwi2 & Djoko Setyono3. Pengaruh Pendekatan Bermain Terhadap Kemampuan 39
Interaksi Sosial Anak Autis.
Versi online:
Rossyana Septyasih1, Swito Prastiwi2 & Djoko Setyono3 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc

develop competencies play social interaction of children with autism by involving family
and peers.

Keywords: approach play, social interaction, children with autism,

LATAR BELAKANG terapi wicara dan lain–lain termasuk perawat)


dan dengan treament ngan interes (Konggres
Autisme merupakan kelainan genetik Nasional Autisme Indonesia,2003).ro
yang polimorfis. Adapun beberapa developmental disorder) bisa
gangguannya adalah dalam bidang bicara, bermanisfestsnoezelan bisa mendorong
bahasa, komunikasi, interaksi social, sensoris, beberapa penyandang autisme bisa dibimbing
pola bermain, perilaku, serta emosi. untuk maksud aktivasi autisme dengan tujuan
Lingkungan yang akan diteliti terdapat 30 anak memperbaiki kualitas hidupnya (Ginanjar,
yang mengalami sindrom autisme ini. Angka 2001).
ini cukup besar dan menimbulkan minat Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
peneliti, utamanya akan perilaku interaksi di Pusat Terapi Terpadu A Plus Malang,
sosial anak autisme. Mengingat bahwa didapatkan gambaran stimuli bermain untuk
penyandang autisme dapat membaik asalkan kemampuan interaksi sosial anak autis jarang,
dengan intervensi secara dini, intensif, optimal bahkan tidak pernah dilakukan, orientasi
dan kompherensif. pembelajaran ke arah perubahan perilaku
Interaksi sosial dipandang penting bicara, okupasi, senam otak, visión, sensory
sebagai bekal anak autis untuk menghadapi integration belum menyentuh pembelajaran
masa depan. Pengembangan kemampuan aspek interaksi sosial. Padahal kemampuan
berinteraksi sosial pada anak autis di mulai interaksi sosial untuk anak autis juga sangat
dari lingkungan terbatas (keluarga) dan diperlukan untuk kesiapan anak autis masuk
lingkungan teman sebaya diharapkan anak ke sekolah umum. Kajian pada salah satu
autis dapat memiliki kemampuan interaksi anak autis yang mengikuti terapi di Pusat
sosial yang baik, sebagaimana anak normal. Terapi Terpadu A Plus Malang diketahui
Perkembangan sosial bagi anak pra sekolah bahwa anak autis cenderung menutup diri
adalah merupakan sarana yang paling pada lingkungan sekitar seperti contoh jika
dominan dalam perilaku kematangan sosial diajak bicara sulit untuk merespon dan tidak
anak. Aspek yang dilihat dari kematangan mau menatap muka lawan bicaranya (kontak
sosial dalam hal sosialisasi (socialization) matanya sangat kurang) sehingga terapis
tersebut meliputi kegiatan bersama teman- memegang wajah anak autis untuk diarahkan
temanya (http://www. damandiri.or.id/file.15 ke terapis agar dapat memfokuskan kontak
juni 2009) mata anak autis. Hasil penelitian Rossyana
Perolehan kompetensi sosial pada masa (2007), menyebutkan interaksi anak autis di
kanak-kanak demikian penting sehingga jika Pusat Terapi Terpadu A Plus Malang belum
anak tidak mencapai kompetensi sosial memiliki kemampuan interaksi sosial ditandai
minimum hingga sekitar 6 tahun, besar dengan: anak masih asyik dengan
kemungkinan mereka akan menghadapi lingkungannya sendiri, tidak menatap lawan
masalah pada masa dewasanya dalam hal- bicara, masih suka berbicara sendiri, dan tidak
hal tertentu. Melalui kerja sama dengan dapat berinteraksi orang lain yang tidak
berbagai kalangan (psikiater, psikolog, dokter dikenal. Dapat dikatakan bahwa anak belum
anak, Dr rehabilitasi medic, terapi okupasi,

40 JURNAL KEPERAWATAN, Volume 5, Nomor 1, Januari 2014: 39 - 47


JURNAL KEPERAWATAN, ISSN: 2086-3071 Versi online:
Volume 5, Nomor 1, Januari 2014 : 39 - 47 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc

siap untuk melanjutkan ke jenjang sekolah kemudian dihitung persentasenya, dengan


umum. sumus sebagai berikut:
Penelitian ini diharapkan dapat Sp
bermanfaat terutama bagi Institusi pendidikan N= X 100%
autis untuk mengembangkan kemampuan Sm
interaksi sosial anak yang autis, melalui Dimana :
pendekatan bermain, sehingga memperkaya N = Nilai
pendekatan yang ada untuk menangani Sp = Sekor yang didapat
kemampuan interaksi sosial sehingga perilaku Sm = Sekor tertinggi
interaksi sosial anak autis menjadi lebih baik
dan anak lebih memiliki kesiapan untuk Selanjutnya diinterpretasikan dengan
melanjutkan pendidikan ke jenjang umum. analisa kualitatif (modifikasi Arikunto, 2003)
dengan kriteria sebagai berikut:
METODE
- Baik jika didapatkan hasil
Desain Penelitian ini adalah Quasi
: 76 – 100%
eksperimen dengan rancangan pre and post
- cukup baik jika didapatkan hasil
test design.
: 50 – 75%
Populasi dalam penelitian ini adalah
- Kurang baik didapatkan hasil
seluruh anak autis yang di Pusat Terapi
: 40 – 49%
Terpadu A Plus Malang. Sampel diambil
- tidak baik jika didapatkan hasil
dengan purpossive Sampling dengan
: <40% (modifiaksi dari Arikunto, 2003)
kriteria:
Untuk menguji hipotesis penelitian,
Kriteria Inklusi:
dilakukan analisa data dengan menggunakan
a. Usia pre school
uji Rank untuk menguji perbedaan interaksi
b. Sehat fisik
social sebelum dan sesudah diberi intervensi
c. Tidak hiperaktif
bermain dengan bantuan Komputer Program
d. Anak dengan gangguan interaksi sosial
SPSS Rel.17.0 di Unit Litbang Prodi
(ASD)
Keperawatan Jurusan Keperawatan
e. Bersedia menjadi responden penelitian
Poltekkes Depkes Malang.

Kriteria Eksklusi: HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Anak sedang sakit
b. Anak usia sekolah Penyajian Data Hasil Peneliti
c. Anak hiperaktif
d. Tidak mengalami gangguan interaksi Penyajian data dengan tekstular/naratif,
sosial tabel dan diagram untuk melihat
e. Tidak bersedia sebsgai responden perkembangan interaksi social anak autis
sebelum dan setelah diberi teknik bermain.
Jumlah populasi dengan kriteria tersebut
terdapat 10 orang anak Karakteristik Anak Autis Berdasarkan
Data yang dikumpulkan, selanjutnya Tingkat Pendidikan
dilakukan pensekoran untuk setiap itemnya
jika benar skor = 1; salah =0, selanjutnya Berdasarkan tingkat pendidikan Anak
diperoleh skor total, jenis data adalah autis yang menjadi responden penelitian
perkembangan interaksi sosial anak autis, terdapat sebanyak 80% berpendidikan TK,

Rossyana Septyasih1, Swito Prastiwi2 & Djoko Setyono3. Pengaruh Pendekatan Bermain Terhadap Kemampuan 41
Interaksi Sosial Anak Autis.
Versi online:
Rossyana Septyasih1, Swito Prastiwi2 & Djoko Setyono3 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc

secara jelas dapat dilihat dalam gambar selengkapnya dapat dilihat dalam gambar
berikut: berikut:

Gambar 2: Karakteristik Anak Autis di Pusat


Terapi A Plus yang Menjadi
Gambar 1: Karakiteristik Anak Autis di Pusat Responden Penelitian
Terapi A Berdasarkan lama bergabung di
Pusat Terapi A Plus
Plus yang Menjadi Responden
Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan Hubungan Timbal Balik Anak Autis
Karakteristik Anak Autis Berdasarkan sebelum dan setelah Dilakukan
Lama Bergabung di Pusat Terapi A Plus Pendekatan Bermain
Berdasarkan lama bergabung Anak
Sebelum dan setelah dilakukan
autis yang menjadi responden penelitian
pendekatan bermain, sub aspek interaksi
terdapat sebanyak 60% relatif baru
social berupa hubungan timbale balik dapat
bergabung kurang lebih 1 tahun, data
dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 1: Distribusi frekuensi Hubungan Timbal Balik Anak Autis yang Menjadi Responden Penelitian
Sebelumdan sesudah dilakukan Pendekatan Bermain

No Kreteria Prosentase Prosentase (%)


(%) Setelah
Sebelum
1. Baik 40 70
2. Cukup Baik 30 20
3. Kurang Baik 30 10
Total 100 100

Tabel 1 diatas menunjukkan sebanyak Kualitas Hubungan anak autis sebelum


40% anak autis sebelum dilakukan dan setelah dilakukan Pendekatan
pendekatan bermain memiliki hubungan timbal Bermain
balik baik, dan masing-masing terdapat 30%
anak autis yang memiliki hubungan timbale Aspek lain yang mengindekasikan
balik cukup dan kurang. Setelah dilakukan adanya interaksi social anak autis adalah
pendekatan bermain terdapat 70% yng kualitas hubungan timbale balik. Sebelum
memiliki hubungan timbale balik baik, dan dilakukan pendekatan bermain, anak autis
masih terdapat 10% yang memiliki hubungsn memiliki kualitas hubungan yang kurang baik,
timbsl balik kurang baik. setelah dilakukan pendekatan bermain
mengalami peningkatan paparan kualitas
hubungan anak autis dari sebelum dilakukan
pendekatan bermain. Lebih jelas dapat dilihat
dalam tabel beriku:

42 JURNAL KEPERAWATAN, Volume 5, Nomor 1, Januari 2014: 39 - 47


JURNAL KEPERAWATAN, ISSN: 2086-3071 Versi online:
Volume 5, Nomor 1, Januari 2014 : 39 - 47 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc

Tabel 2. Distribusi frekuensi Kualitas hubungan Anak Autis yang menjadi Responden Penelitian
sebelumdan setelah dilakukan Pendekatan Bermain.
No Kreteria Prosentase Prosentase
(%) (%)
Sebelum Setelah
1. Baik 0 20
2. Cukup Baik 30 50
3. Kurang 70 30
Baik
Total 100 100
Tabel diatas menunjukkan masih Total Interaksi Sosial Anak Autis
terdapat sebanyak 70% anak autis sebelum sebelum dan setelah dilakukan
dilakukan pendekatan bermain memiliki Pendekatan Bermain
kualitas hubungan timbale balik yang kurang
baik, dan terdapat 30% yang kualitas Akumulasi hubungan timbale balik dan
hubungannya cukup baik. Kualitas hubungan kualitas interaksi social anak autis menjadi
anak autis setelah dilakukan pendekatan interaksi social anak autis. Sebelum dan
bermain menunjukkan kondisi cukup baik setelah dilakukan pendekatan bermain kondisi
sebanyak 50%, dan masih terdapat sebanyak interaksi social anak autis dapat digambarkan
30% yang memiliki kualitas hubungan kurang dalam tabel berikut:
baik.
Tabel 3: Distribusi frekuensi Total Interaksi Sosial Anak Autis yang Menjadi Responden Penelitian
sebelum dan setelah dilakukan Pendekatan Bermain
No Kreteria Prosentase Prosentase
(%) (%)
Sebelum Setelah
1. Baik 40 60
2. Cukup Baik 30 30
3. Kurang 30 10
Baik
Total 100 100

Didapatkan gambaran total interaksi Hasil uji dengan menggunakan analisa


social anak autis sebelum dilakukan Uji Wilcoxon didapatkan perbedaan hubungan
pendekatan bermain terdapat sebanyak 40% timbale balik anak autis sebelum dan setelah
baik dan masing-masing sebanyak 30% yang dilakukan pendekatan bermain (P value 0,045
memiliki criteria interaksi social cukup dan < Alpha 0.05), yang berarti pendekatan
kurang. Setelah dilakukan pendekatan bermain mampu meningkatkan hubungan
bermain didapatkan sebanyak 60% memiliki timbale balik anak autis (lihat uji Rank
interaksi social baik dan hanya 10% yang Wilcoxon pada tabel 4). Hasil uji statistic ini
kurang baik. tentunya memperkuat deskripsi yang
menggambarkan perbedaan mean (rata-rata),
Pengaruh Pendekatan Bermain terhadap sebelum dan setelah dilakukan pendekatan
Interaksi Sosial Anak Autis
bermain, yang berarti terdapat perbedaan
Pengaruh Pendekatan Bermain terhadap hubungan timbale balik anak autis sebelum
Hubungan Timbal Balik dan kualitas dan setelah dilakukan pendekatan bermain
Hubungan Anak Autis (lihat tabel 4).

Rossyana Septyasih1, Swito Prastiwi2 & Djoko Setyono3. Pengaruh Pendekatan Bermain Terhadap Kemampuan 43
Interaksi Sosial Anak Autis.
Versi online:
Rossyana Septyasih1, Swito Prastiwi2 & Djoko Setyono3 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc

Tabel 4. Rata-rata Hubungan Timbal Balik dan Kualitas Hubungan dan Hasil Test Statistics Uji
Beda sebelum dan setelah dilakukan Pendekatan Bermain.

Pret test-post N Mean Rank Sum of Wilco xon W Asymp.Sig


test Ranks (2-tailed)
Hubungan- Pret test 10 7.85 78.50 78.500
timbal balik
Post test 10 13.15 131.50 .045
Z -2.009
Kualitas- Prest test
Hubungan 10 8.40 84.00 84.000
Postest
10 12.60 126.00 .108
Z -1.606

Hasil uuji dengan menggunakan analisa sebelum dan setelah dilakukan pendekatan
uji Wilcoxon didapatkan terdapat perbedaan bermain (lihat tabel 4).
yang tidak signifikan kualitas hubungan anak
autis sebelum dan setelah dilakukan Pengaruh Pendekatan Bermain terhadap
pendekatan bermain (P value 0,108 > Alpha Total Interaksi Sosial Anak Autis
0,05), yang berarti pendekatan bermain belum
mampu meningkatkan kualitas hubungan anak Hasil uji statistic yang diawali dengan
autis (lihat uji Rank Wilcoxon). Hasil uji deskripsi mengindikasikan adanya perbedaan
statistic ini tidak mendukung deskripsi yang rerata interaksi social sebelum dilakukan
menggambarkan perbedaan mean (rata-rata), pendekatan bermain dengan rerata interaksi
sebelum dan setelah dilakukan pendekatan social setelah dilakukan pendekatan bermain,
bermain, yang secara deskripsi terdapat hasil selengkapnya dapat dilihat dalam tabel
perbedaan kualitas hubungsn anak autis berikut:

Tabel 5: Resume Rerata Interaksi Sosial Anak Autis sebelum dan setelah dilakukan Pendekatan
Bermain dan Hasil Uji Beda
Interaksi N Mean Rank Sum of Wilco Asymp.Sig (2-
Sosial Ranks xon W tailed)
Interaksi Pret test 10 14.85 148.50 61.500 .001
Sosial
Post test 10 6.15 61.50
Z -3.294
Total 20

Hasil perbandingan rerata tersebut di Pembahasan


atas, diperkuat dengan hasil penguji hipotesis
penelitian, dilakukan dengan menggunakan uji Anak autis sebagaimana diketahui
rank pada sampel yang berpasanagan. mengalami gangguan interaksi social yang
Berdasarkan tabel tersebut didapatkan hasil ditandai dengan kegagalan membina
penghitungan untuk signifikansi dua ekor hubungan social dengan teman sebaya,
0,001 < Alpha 0,05 sehingga dapat disimpulkan dimana mereka tidak mampu berbagi emosi,
terdapat perbedaan interaksi social anak autis aktivitas, dan interes bersama (Prasetyono,
sebelum dan setelah dilakukan pendekatan 2004). Indikator dari interaksi social anak autis
bermain. adalah hubungan timbal balik yang dilakukan
antara anak autis dengan orang-orang

44 JURNAL KEPERAWATAN, Volume 5, Nomor 1, Januari 2014: 39 - 47


JURNAL KEPERAWATAN, ISSN: 2086-3071 Versi online:
Volume 5, Nomor 1, Januari 2014 : 39 - 47 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc

disekitarnya, disamping kualitas hubungan itu Hasil penelitian setelah dilakukan terapi
sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bermain, baik secara deskripsi menunjukkan
hubungan social dan kualitas hubngan anak perbedaan rerata masing-masing aspek
autis sebelum dilakukan pendekatan bermain interaksi social (hubungan timbal balik dan
berada dalam kategori kurang dan tidak baik kualitas uinteraksi), maupun total interaksi
masing-masing 30% untuk aspek pertama, social secara analitik terdapat perbedaan
untuk aspek kualitas hubungan semakin buruk setiap aspek interaksi social sebelum dan
terdapat 70% yang berada dalam kategori setelah dilakukan pendekatan bermain. Hal
tidak baik, kondisi ini bisa saja dipicu intensitas yang samajuga saat dikompilasi aspek-aspek
latihan yang masih dirasakan kurang, yang tersebut menjadi total interaksi social
dideukung oleh data bahwa 60% dari menunjukkan perbedaan yang bermakna
responden belum lama bergabung di Pusat sebelum dan setelah dilakukan pendekatan
Terapi A Plus (bergabung antara 0 – 1 tahun). bermain. Hasil ini menhindikasikan terdapat
Kondisi yang sama juga bisa terjadi karena pengaruh yang luar biasa pendekatan bermain
intensitas bertemu dengan pembimbing juga secara kelompok terhadap perkembangan
hanya dalam kisaran 2 jam seminggu 2 sampai interaksi social anak autis. Hasil ini tidak
3 kali pertemuan. Dimungkinkan berbeda dengan yang dilakukan oleh peneliti-
perkembangan interaksi social yang lebih peneliti sebelumnya bahwa teknik olah raga
intensif dapat dilakukan di rumah bersama- sambil bermain pada anak autis didapatkan
sama dengan anggota keluarga anak autis kesimpulan program pembelajaran yang
terdekat. bersifat permainan sangat efektif bagi anak
Kondisi yang sama pada saat penyandang autis, khususnya bagi tingkat
diakomulasikan kedua aspek tersebut menjadi konsentrasi mereka (Burhan Malik, dkk,
total interaksi social anak autis, didapatkan 2010).
data sebelum dilakukan pendekatan bermain, Meskipun selama ini pendekatan
total interaksi social anak autis berada dalam bermain sudah banyak dilakukan dan
kategori kurang dan tidak baik masing-masing diterapkan untuk mengatasi berbagai masalah
sebesar 30%. Hal ini menunjukkan meskipun anak autis antara lain untuk mengatasi
yang dikaji peraspek interaksi social tidak ada kendala bahasa, disamping interaksi social,
bedanya dengan kompilasi menjadi total namun masih terbatas aplikasinya tidak
interaksi social anak autis, artinya sama-sama dilakukan secara kelompok. Sebagaimana
berada dalam situasi yang kurang dan tidak dikatakan oleh Bromfield, Lanyado, &
baik, sehingga diperlukan untuk merangsang Lowery dalam Landreth (2001) mengatakan
perkembangan interaksi social dengan bahwa klien mereka menunjukkan
stimulus berupa pendekatan bermain secara peningkatan dalam bidang perkembangan
kelompok, jikaq selama ini terapis melakukan bahasa, interaksi social, dan berkurangnya
teknik bermain dengan cara personal, hanya perilaku stereotip, setelah proses terapi.
antara terapis dengan anak didiknya, bisa Mereka dikatakan juga dapat mentransfer
dikondisikan dengan metode bermain dengan keterampilan ini di luar setting bermain. Masih
sebaya normal. menurut Landreth (2001), Wolfberg &
Kelebihan lain dengan pendekatan Schuler menyarankan penggunaan terapi
kelompok bersama teman sebaya yang bermain secara kelompok bagi anak-anak
menjadi intervensi dalam penelitian ini, dapat autistic dengan anak-anak normal dan secara
merangsang orangtua dan pengasuh di rumah hati-hati memilih alat bermain dan jenis
untuk memperlakukan anak autis tidak permainan yang dapat memfasilitasi proses
“istimewa” meraka harus dipersiapkan untuk bermain dan interaksi di antara mereka.
memasuki lingkup social yang lebih luas dari Fasilitator dewasa hanya berperan sebagai
keluarga.

Rossyana Septyasih1, Swito Prastiwi2 & Djoko Setyono3. Pengaruh Pendekatan Bermain Terhadap Kemampuan 45
Interaksi Sosial Anak Autis.
Versi online:
Rossyana Septyasih1, Swito Prastiwi2 & Djoko Setyono3 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc

pendukung dan mendorong terjadinya proses setelah dilakukan pendekatan bermain.


interaksi yang tepat. Hal ini yang sama Kompilasi dari kedua aspek tersebut yang
dilakukan oleh Mundschenk & Sasso juga disebut peneliti sebagai aspek total interaksi
menggunakan terapi bermain kelompok ini. didapatkan perbedaan rerata interaksi social
Mereka melatih anak-anak non-autistik untuk sebelum dan setelah dilakukan pendekatan
berinteraksi dengan anak-anak autistic dalam bermain. 2) Hasil uji dengan menggunakan
kelompok. Namun efektivitas penggunaan uji rank pada kelompok berpasanagan
terapi bermain masih cukup sulit diketahui menunjukkan ada pengaruh pendekatan
karena sampai saat ini kebanyakan literature bermain terhadap hubungan timbal balik
masih memaparkan hasil kasus per kasus. penderita autis, dan tidak terdapat pengaruh
Terbukti dalam penelitian ini pendekatan pendekatan bermain terhadap kualitas
bermain yang disetting dengan cara kelompok hubungan anak autis. 3) Pendekatan bermain
dengan menggunakan teman sebaya yang berpengaruh terhadap total interaksi social
tidak autis mampu meningkatkankemampuan anak autis. Sesuai kesimpulan diatas peneliti
interaksi social anak autis tersebut. memberikan saran sebagai berikut : 1)
Disarankan bagi Institusi/Lembaga Terapis
Keterbatasan Penelitian anakAutis, dapatr menggunakan pendekatan
bermain sebagai upaya untuk meningkatkan
- Secara konseptual interaksi social anak kemampuan interaksi social anak autis,
autis tidak hanya dipengaruhi oleh peran sebagai salah satu pendekatan yang dapat
dari institusi atau lembaga pendidikan, digunakan bervariasi dengan pensdekatan lain
namun juga peran keluarga yang dilakukan bersama-sama (kelompok) dengan
memiliki interaksi lebih banyak dengan melibatkan anak sebaya. Pendekatan dapat
anak autis dan yang menentukan dilakukan secara periodic dengan melibatkan
hubungan timbale balik dan kualitas berkolaborasi dengan pihak keluarga
hubungan. Untuk aspek keluarga belum pnederita autis. 2) Disarankan bagi peneliti
dikaji dalam penelitian ini. lain untuk merancang penelitian
- Penelitian ini tidak menggunakan denganpendekatan case-control dengan
kelompok control, rancangan masih membandingkan efektivitas pendekatan
sangat sederhana, untuk hasil yang bermain yang dilakukan secara berkelompok
maksimal perlu dilakukan dengan dan secara individual, dengan mengendalikan
rancangan yang lebih baik. peran keluarga dan peran terapis, suasana
- Keterbatasan dalam melakukan tempat terapis. Jika menggunakan
pengamatan perubahan interaksi dari pendekatan deskriptif atau kualitatif dapat
waktu ke waktu yang dilakukan oleh mengkaji persepsi keluarga anak autis tentang
peneliti dengan jumlah observer peneliti Tumbuh Kembang anak autis, oleh karena
yang terbatas, memungkinkan bias yang keluarga merupakan aspek penting dan
disebabkan karena pengumpulan data. berperan besar dalam perkembangan anak
Disamping alat penggali datanya masih khususnya interaksi social anak autis.
memiliki keterbatasan, belum dilakukan
uji validitas dan reliabilitas. DAFTAR PUSTAKA

Ardhana. 2008. Penelitian Deskriptif (On


KESIMPULAN DAN SARAN line). http://ardhana12.wordpress.com.
27 Februari 2008
Kesimpulan dari penelitian ini : 1) Ada
perbedaan rerata kedua aspek interaksi Arikunto, S. 2006. Prosedur Suatu
sebelum dilakukan pendekatan bermain dan Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta

46 JURNAL KEPERAWATAN, Volume 5, Nomor 1, Januari 2014: 39 - 47


JURNAL KEPERAWATAN, ISSN: 2086-3071 Versi online:
Volume 5, Nomor 1, Januari 2014 : 39 - 47 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi


Astuti, YT. 2003 Pola Interaksi Autis (On Penelitian Kesehatan Edisi Revisi.
line). http://etd.eprints.ums.ac.id. Mei Jakarta: Rineka Cipta
2008
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Berhman, Kliegman dan Nelson Arvin. 1996. Metodologi Penelitian Ilmu
Ilmu Kesehatan Anak Nelson bagian Keperawatan edisi kedua. Surabaya:
I Edisi 12. Terjemahan oleh Samik Salemba Medika
Wahab. 1996. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC Prasetyono. 2008 Serba Serbi Anak Autis:
Mengenal, Menangani, dan
Ginanjar, AS. 2007. Memahami Spectrum Mengatasinya dengan Tepat dan
Autistik (Disertasi). Jakarta : Bijak. Jogjakarta: Diva Press
Universitas Indonesia Fakultas Psikologi
Siswanto, dkk. 2005. Tingkat Pengetahuan
Ginanjar, AS. 2009. Penanganan Terpadu Keluarga tentang Penatalaksanaan
Bagi Anak Autis (On line). http://cari- Anak Autisme di R. Wijaya Kusuma
pdf.com. 08 September 2009 RS. Jiwa Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang. Jurnal
Hakim, RN. 2010. Autisme Bukan Kesehatan: 3 (I): 21-25
Penghalang Keberhasilan (On line).
www.wikipedi.co.id. Januari 2010 Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk
Keperawatan. Jakarta. EGC
Handojo, Y. 2003. Autisma. Jakarta: PT
Bhuana Ilmu Populer Wenar, C. 1994. Developmental
Hidayat, AA. 2005. Pengantar Ilmu Psychopatology (On line). http://cari-
Keperawatan Anak 1 edisi pertama. pdf.com. Juni 2003
Jakarta: Salemba Medika
Wijaya, NS. 2009. Pemahaman Tentang
Hidayat, AA. 2007. Riset Keperawatan dan Autisme Terhadap Penerimaan
Teknik Penelusuran Ilmiah edisi Orang Tua Yang Memiliki Anak
kedua. Jakarta: Salemba Medika Autisme (On line). http://
fpsikologi.wisnuwardhana.ac.id. 29 Mei
Judarwanto, W. 2008. Pencegahan Autism 2009
( O n l i n e ) . h t t p : / /
dietbehaviour.blogspot.com200804pencegahan- Yatim, F. 2007. Autisme: Suatu Gangguan
autism.html.mht. 30 November 2008 Jiwa pada Anak-anak. Jakarta:
Pustaka Populer Obor
Kaplan. 2009. Autisme (On line). www.bs-
ba.facebook.com/topic.php. Desember Yusuf, EA. 2008. Autisme (On line). http://
2009 duniapsikologi.dagdigdug.com.
November 2008
Maualana, M. 2007. Anak Autis : Mendidik
Anak Autis dan Gangguan Mental ______. 2009. Merasa Autis? Coba Cek
Lain Menuju Anak Cerdas dan Sehat. Dulu Ciri-Cirinya Di sini... (On line).
Jogjakarta: Katahati h t t p : / /
microwordofcattleya.wordpress.com.
22 Februari 2009

Rossyana Septyasih1, Swito Prastiwi2 & Djoko Setyono3. Pengaruh Pendekatan Bermain Terhadap Kemampuan 47
Interaksi Sosial Anak Autis.

Anda mungkin juga menyukai