Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan
keberhasilannya dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan sebagai
suatu proses perubahan yang direncanakan mencakup semua aspek kehidupan
masyarakat. Efektifitas dan keberhasilan pembangunan terutama ditentukan
oleh dua faktor, yaitu sumber daya manusia, yakni (orang-orang yang terlibat
sejak dari perencanaan samapai pada pelaksanaan) dan pembiayaan.Diantara
dua faktor tersebut yang paling dominan adalah faktor manusianya.Indonesia
merupakan salah satu negara terkaya di Asia dilihat dari keanekaragaman
kekayaan sumber daya alamnya. Tetapi ironisnya, Negara tercinta ini
dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia bukanlah merupakan
sebuah negara yang kaya malahan termasuk negara yang miskin.Mengapa
demikian? Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas sumber daya
manusianya.Kualitas tersebut bukan hanya dari segi pengetahuan atau
intelektualnya tetapi juga menyangkut kualitas moral dan
kepribadiannya.Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari aparat
penyelenggara negara menyebabkan terjadinya korupsi.Korupsi di Indonesia
dewasa ini sudah merupakan patologi social (penyakit social) yang sangat
berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.Korupsi telah mengakibatkan kerugian materiil
keuangan negara yang sangat besar.Namun yang lebih memprihatinkan lagi
adalah terjadinya perampasan dan pengurasankeuangan negara yang
dilakukan secara kolektif oleh kalangan anggotalegislatif dengan dalih studi
banding, THR, uang pesangon dan lainsebagainya di luar batas
kewajaran.Bentuk perampasan dan pengurasan keuangan negara demikian
terjadi hampir di seluruh wilayah tanah air.Hal itumerupakan cerminan
rendahnya moralitas dan rasa malu, sehingga yang menonjol adalah sikap
kerakusan dan aji mumpung.Persoalannya adalah dapatkah korupsi
diberantas? Tidak ada jawaban lain kalau kita ingin maju, adalah korupsi

1
harus diberantas. Jika kita tidak berhasil memberantas korupsi,atau paling
tidak mengurangi sampai pada titik nadir yang paling rendahmaka jangan
harap Negara ini akan mampu mengejar ketertinggalannya dibandingkan
negara lain untuk menjadi sebuah negara yang maju. Karenakorupsi
membawa dampak negatif yang cukup luas dan dapat membawa negara ke
jurang kehancuran.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari korupsi?
2. Apa yang melatarbelakangi terjadinya korupsi?
3. Apakah macam-macam dari korupsi?
4. Apakah dampak dari korupsi?
5. Apa yang dapat dilakukan untuk memberantas korupsi?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian korupsi.
2. Untuk mengetahui penyebab atau latar belakang terjadinya korupsi.
3. Untuk mengetahui macam-macam dari korupsi.
4. Untuk mengetahui dampak adanya korupsi.
5. Untuk mengetahui langkah-langkah yang dapat dilakukan
untuk memberantas korupsi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi
Menurut Prof. Subekti, korupsi adalah suatu tindak perdana yang
memperkaya diri yang secara langsung merugikan negara atau perekonomian
negara. Jadi, unsur dalam perbuatan korupsi meliputi dua aspek.Aspek yang
memperkaya diri dengan menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan
uang negara untuk kepentingannya. Sementara itu, Syed Hussen Alatas
memberi batasan bahwa korupsimerupakan suatu transaksi yang tidak jujur
yang dapat menimbulkan kerugian uang, waktu, dan tenaga dari pihak lain.
Korupsi dapat berupa penyuapan (bribery), pemerasan (extortion) dan
nepotisme. Disitu ada istilah penyuapan,yaitu suatu tindakan melanggar
hukum, melalui tindakan tersebut si penyuap berharap mendapat perlakuan
khusus dari pihak yang disuap.
Seseorang yang menyuap izin agar lebih mudah menyuap pejabat
pembuat perizinan.Agar mudah mengurus KTP menyuap bagian tata
pemerintahan. Menyuap dosen agar memperoleh nilai baik.Pemerasan, suatu
tindakan yang menguntungkan diri sendiri yang dilakukan dengan
menggunakan sarana tertentu serta pihak lain denganterpaksa memberikan
apa yang diinginkan. Sarana pemerasan bisa berupa kekuasaan.Pejabat tinggi
yang memeras bawahannya.
Sedangkan nepotisme adalah bentuk kerjasama yang dilakukan atas
dasar kekerabatan, yang bertujuan untuk kepentingan keluarga dalam
bentuk kolaborasi dalam merugikan keuangan negara.
Adapun ciri-ciri korupsi, antara lain:
1. Melibatkan lebih dari satu orang. Setiap perbuatan korupsi tidak mungkin
dilakukan sendiri, pasti melibatkan lebih dari satu orang.Bahkan, pada
perkembangannya acap kali dilakukan secara bersama-sama untuk
menyulitkan pengusutan
2. Serba kerahasiaan. Meski dilakukan bersama-sama, korupsi
dilakukandalam koridor kerahasiaan yang sangat ketat. Masing-masing

3
pihak yang terlibat akan berusaha semaksimal mungkin menutupi apa
yang telah dilakukan.
3. Melibat elemen perizinan dan keuntungan timbal balik. Yang dimaksud
elemen perizinan adalah bidang strategis yang dikuasai oleh Negara
menyangkut pengembangan usaha tertentu. Misalnya izin mendirikan
bangunan, izin perusahaan,dan lain-lain.
4. Selalu berusaha menyembunyikan perbuatan/maksud tertentu
dibalik kebenaran.
5. Koruptor menginginkan keputusan-keputusan yang tegas dan memiliki
pengaruh. Senantiasa berusaha mempengaruhi pengambil kebijakan agar
berpihak padanya. Mengutamakan kepentingannya dan melindungi segala
apa yang diinginkan.
6. Tindakan korupsi mengundang penipuan yang dilakukan oleh badan
hukum publik dan masyarakat umum. Badan hukum yang dimaksud suatu
lembaga yang bergerak dalam pelayanan publik atau penyedia barang dan
jasa kepentingan publik.
7. Setiap tindak korupsi adalah pengkhianatan kepercayaan. Ketika seseorang
berjuang meraih kedudukan tertentu, dia pasti berjanji akan melakukan hal
yang terbaik untuk kepentingan semua pihak. Tetapi setelah mendapat
kepercayaan kedudukan tidak pernah melakukan apa yang telah dijanjikan.
8. Setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari
koruptor sendiri. Sikap dermawan dari koruptor yang acap ditampilkan di
hadapan publik adalah bentuk fungsi ganda yang kontradiktif. Di satu
pihak sang koruptor menunjukkan perilaku menyembunyikan tujuan untuk
menyeret semua pihak untuk ikut bertanggung jawab, di pihak lain dia
menggunakan perilaku tadi untuk meningkatkan posisi tawarannya.

B. Sebab-Sebab yang Melatarbelakangi Terjadinya Korupsi


Korupsi dapat terjadi karena beberapa factor yang mempengaruhi
pelaku korupsi itu sendiri atau yang biasa kita sebut koruptor
Adapun sebab-sebabnya, antara lain:
1. Klasik

4
a) Ketiadaan dan kelemahan pemimpin. Ketidakmampuan pemimpin
untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, merupakan peluang
bawahan melakukan korupsi. Pemimpin yang bodoh tidak mungkin
mampu melakukan kontrol manajemen lembaganya.kelemahan
pemimpin ini juga termasuk ke leader shipan, artinya, seorang
pemimpin yang tidak memiliki karisma, akan mudah dipermainkan
anak buahnya. Leadership dibutuhkan untuk menumbuhkan rasa
takut,ewuh poakewuhdi kalangan staf untuk melakukan penyimpangan.
b) Kelemahan pengajaran dan etika. Hal ini terkait dengan system
pendidikan dan substansi pengajaran yang diberikan.Pola pengajaran
etika dan moral lebih ditekankan pada pemahaman teoritis, tanpa
disertai dengan bentuk-bentuk pengimplementasiannya.
c) Kolonialisme dan penjajahan. Penjajah telah menjadikan bangsa ini
menjadi bangsa yang tergantung, lebih memilih pasrah
daripadaberusaha dan senantiasa menempatkan diri sebagai
bawahan.Sementara, dalam pengembangan usaha, mereka lebih
cenderung berlindung di balik kekuasaan (penjajah) dengan melakukan
kolusidan nepotisme.Sifat dan kepribadian inilah yang menyebabkan
munculnya kecenderungan sebagian orang melakukan korupsi.
d) Rendahnya pendidikan. Masalah ini sering pula sebagai penyebab
timbulnya korupsi.Minimnya ketrampilan, skill, dan kemampuan
membuka peluang usaha adalah wujud rendahnya pendidikan.Dengan
berbagai keterbatasan itulah mereka berupaya mencsri peluang dengan
menggunakan kedudukannya untuk memperoleh keuntungan
yangbesar.Yang dimaksud rendahnya pendidikan di sini adalah
komitmen terhadap pendidikan yang dimiliki. Karena pada
kenyataannya koruptor rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang
memadai,kemampuan, dan skill.
e) Kemiskinan. Keinginan yang berlebihan tanpa disertai instropeksi
diriatas kemampuan dan modal yang dimiliki mengantarkan seseorang
cenderung melakukan apa saja yang dapat mengangkat derajatnya.Atas

5
keinginannya yang berlebihan ini, orang akan menggunakan
kesempatan untuk mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya.
f) Tidak adanya hukuman yang keras, seperti hukuman mati, seumur
hidup atau di buang ke Pulau Nusa kambangan. Hukuman seperti itulah
yang diperlukan untuk menuntaskan tindak korupsi.
g) Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi.
2. Moderna
a) Rendahnya Sumber Daya Manusia.Penyebab korupsi yang tergolong
modern itu sebagai akibat rendahnya sumber daya manusia. Kelemahan
SDM ada empat komponen, sebagai berikut:
1) Bagian kepala, yakni menyangkut kemampuan seseorang menguasai
permasalahan yang berkaitan dengan sains dan knowledge.
2) Bagian hati, menyangkut komitmen moral masing-masing komponen
bangsa, baik dirinya maupun untuk kepentingan bangsa dan negara,
kepentingan dunia usaha, dan kepentingan seluruh umat
manusia.komitmen mengandung tanggung jawab untuk melakukan
sesuatu hanya yang terbaik dan menguntungkan semua pihak.
3) Aspek skill atau keterampilan, yakni kemampuan seseorang dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
4) Fisik atau kesehatan. Ini menyangkut kemanpuan seseorang
mengemban tanggung jawab yang diberikan. Betapa pun memiliki
kemampuan dan komitmen tinggi, tetapi bila tidak ditunjang dengan
kesehatan yang prima, tidak mungkin standar dalam mencapai
tujuann
b) Struktur Ekonomi Pada masa lalu struktur ekonomi yang terkait dengan
kebijakan ekonomi dan pengembangannya dilakukan secara
bertahap.Sekarang tidak ada konsep itu lagi. Dihapus tanpa ada
penggantinya,sehingga semuanya tidak karuan, tidak dijamin. Jadi, kita
terlalu memporak-perandakan produk lama yang bagus

6
C. Macam-Macam Korupsi
Tindak pidana korupsi yang dilakukan cukup beragam bentuk dan
jenisnya. Namun, bila diklasifikasikan ada dua jenis atau macamnya, yaitu
berdasarkan bentuk dan sifat.

1. Berdasarkan bentuk
Berdasarkan bentuk, Korupsi dapat berupa Bentuk Materiil dan
immateriil.Jadi korupsi tidak selamanya berkaitan dengan penyalahgunaan
uang negara. Korupsi yang berkaitan dengan uang termasuk jenis korupsi
materiil.Seorang pejabat yang dipercaya atasan untuk melaksanakan
proyek pembangunan, karena tergoda untuk mendapatkan keuntungan
besarproyek yang nilainya Rp 1.000.000,00 di mark-up (dinaikkan)
menjadi Rp 2.000.000,00 bentuknya jelas penggelembungan nilai proyek
yang terkait dengan keuntungan uang.Sedangkan yang immaterial adalah
korupsi yang berkaitan dengan pengkhianatan kepercayaan, tugas, dan
tanggung jawab. Tidak disiplin kerja adalah salah satu bentuk korupsi
immaterial.Memang negara tidak dirugikan secara langsung dalam praktik
ini.Tetapi, akibat perbuatan itu, pelayanan yang seharusnya dilakukan
negara akhirnya terhambat.Keterlambatan pelayanan inilah kerugian
immaterial yang harus ditanggung negara atau lembaga swasta.Begitu juga
dengan mereka yang secara sengaja memanfaatkan kedudukan atau
tanggung jawab yang dimiliki untuk mengeruk keuntungan pribadi.

2. Berdasarkan sifatnya
a) Korupsi Publik

Dari segi publik menyangkut nepotisme, fraus, bribery,dan


birokrasi.Nepotisme itu terkait dengan kerabat terdekat. Segala peluang
dan kesempatan yang ada sebesar-besarnya digunakan untuk
kemenangan kerabat dekat.Kerabat dekat bisa keponakan, adik-kakak,
nenek atau kroni.Fraus, artinya, berusaha mempertahankan posisinya
dari pengaruh luar. Berbagai cara dilakukan untuk kepentingan ini.
Sodok kanan, sikut kiri, suap kanan, suap kiri, semua dilakukan agar

7
posisi yang telah dicapai/diduduki tidak diambil pihak lain atau direbut
orang lain.

Bribery,artinya pemberian upeti pada orang yang diharapkan dapat


memberikan perlindungan atau pertolongan bagi kemudahan usahanya.

Bribery juga memiliki dampak yang cukup signifikan bagi


kemajuan usaha. Namun, sasarannya, lebih tertuju pada out put (hasil
kerja). Birokrasi juga bagian tak terpisahkan dari praktik
korupsi.Birokrasi yang seharusnya berfungsi mempermudah
memberikan pelayanan pada masyarakat, justru berubah menjadi
kendala pelayanan.Orang yang datang meminta pelayanan pada birokrat
seharusnya mendapat peta yang jelas dari pintu mana dia memulai
usahanya. Tetapi, sebaliknya, orang langsung melihat ketidakjelasan
terhadap apa yang diharapkan. Birokrasi tidak diciptakan untuk
kepentingan masyarakat, tetapi kepentingan birokrat.

b) Korupsi Privat
Sisi lain korupsi ditinjau dari privat, yang dimaksud privat ada
dua,yaitu badan hukum privat dan masyarakat. Praktik korupsi terjadi
dibadan umum privat dan masyarakat terjadi karena adanya interaksi
antara badan hukum privat dengan birokrasi, antara masyarakat dengan
birokrasi.Jadi, sifat interaksi yang terjadi adalah timbal balik.Interaksi
tersebut menghasilkan deal-deal tertentu yang saling menguntungkan.
Jadi, korupsi tidak hanya di lembaga-lembaga institusi negara, tetapi
dengan swasta bergulir, karena ada interaksi.Tanpa ada interaksi antar
swasta dengan pemerintah tidak akan terjadi.

D. Akibat dari Korupsi


1. Lesunya Perekonomian
Lesunya Perekonomian Korupsi memperlemah investasi dan
pertumbuhan ekonomi Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap
pendidikan dan kesehatan yang berkualitas Korupsi memperlemah
aktivitas ekonomi, memunculkan inefisiensi, dan nepotisme Korupsi
menyebabkan lumpuhnya keuangan atau ekonomi suatu negara Meluasnya

8
praktek korupsi di suatu negara mengakibatkan berkurangnya dukungan
negara donor, karena korupsi menggoyahkan sendi-sendi kepercayaan
pemilik modal asing

2. Meningkatnya Kemiskinan
Meningkatnya Kemiskinan Efek penghancuran yang hebat
terhadap orang miskin: Dampak langsung yang dirasakan oleh orang
miskin Dampak tidak langsung terhadap orang miskin Dua kategori
penduduk miskin di Indonesia: Kemiskinan kronis (chronic poverty)
Kemiskinan sementara (transient poverty) Empat risiko tinggi korupsi:
Ongkos finansial (financial costs) Modal manusia (human capital)
Kehancuran moral(moral decay) Hancurnya modal sosial (loss of capital
social).

3. Tingginya angka kriminalitas


Tingginya angka kriminalitas Korupsi menyuburkan berbagai jenis
kejahatan yang lain dalam masyarakat. Semakin tinggi tingkat korupsi,
semakin besar pula kejahatan. Menurut Transparency International,
terdapat pertalian erat antara jumlah korupsi dan jumlah kejahatan.
Rasionalnya, ketika angka korupsi meningkat, maka angka kejahatan yang
terjadi juga meningkat.Sebaliknya, ketika agka korusi berhasil dikurangi,
maka kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum (law
enforcement juga meningkat. Dengan mengurangi korupsi dapat juga
(secara tidak langsung) mengurangi kejahatan yang lain.

4. Demoralisasi
Demoralisasi Korupsi yang merajalela di lingkungan pemerintah
dalam penglihatan masyarakat umum akan menurunkan kredibilitas
pemerintah yang berkuasa. Jika pemerintah justru memakmurkan praktik
korupsi, maka lenyap pula unsur hormat dan trust (kepercayaan)
masyarakat kepada pemerintah.Praktik korupsi yang kronis menimbulkan
demoralisasi di kalangan warga masyarakat. Menurut Bank Dunia, korupsi
merupakan ancaman dan duri bagi pembangunan. Korupsi mengabaikan
aturan hukum dan juga menghancurkan pertumbuhan ekonomi.Lembaga

9
internasional menolak membantu negara-negara korup. Sun Yan Said:
korupsi menimbulkan demoralisasi, keresahan sosial, dan keterasingan
politik.

5. Kehancuran birokrasi
Kehancuran birokrasi Birokrasi pemerintah merupakan garda
depan yang behubungan dengan pelayanan umum kepada masyarakat.
Korupsi melemahkan birokrasi sebagai tulang punggung negara.Korupsi
menumbuhkan ketidakefisienan yang menyeluruh ke dalam birokrasi.
Korupsi dalam birokrasi dapat dikategorikan dalam dua kecenderungan
umum: yang menjangkiti masyarakat dan yang dilakukan di kalangan
mereka sendiri. Transparency International membagi kegiatan korupsi di
sektor publik ke dalam dua jenis, yaitu korupsi administratif dan korupsi
politik.

6. Terganggunya Sistem Politik dan Fungsi Pemerintahan


Terganggunya Sistem Politik dan Fungsi Pemerintahan Dampak
negatif terhadap suatu sistem politik : Korupsi Mengganggu kinerja sistem
politik yang berlaku. Publik cenderung meragukan citra dan kredibilitas
suatu lembaga yang diduga terkait dengan tindakan korupsi.Contohnya :
lembaga tinggi DPR yang sudah mulai kehilangan kepercayaan dari
Masyarakat Lembaga Politik diperalat untuk menopang terwujudnya
berbagai kepentingan pribadi dan kelompok.

7. Buyarnya Masa Depan Demokrasi


Buyarnya Masa Depan Demokrasi Faktor Penopang Korupsi
ditengah Negara Demokrasi Tersebarnya kekuasaan ditangan banyak
orang telah meretas peluang bagi merajalelanya penyuapan.Reformasi
neoliberal telah melibatkan pembukaan sejumlah lokus ekonomi bagi
penyuapan, khususnya yang melibatkan para broker perusaaan publik.
Pertambahan sejumlah pemimpin neopopulis yang memenangkan pemilu
berdasar pada kharisma personal malalui media, terutama televisi, yang
banyak mempraktekan korupsi dalam menggalang dana.

10
E. Penjatuhan Pidana Terhadap Koruptor

Hukuman terhadap orang yang melakukan tindak pidana korupsi.

a. Pidana mati
Dapat dipidanakan mati kepada orang yang melawan hukum atau
merugikan Negara ( perekonomian).

b. Pidana penjara
Seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama
20 tahun.
c. Pidana tambahan
Perampasan barang bergerak atau tidak bergerak yang diperoleh dari
tindak pidana korupsi.

F. Cara Memberantas Tindak Pidana Korupsi


1. Strategi Preventif Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan dengan
diarahkan pada hal-hal yang menjadi penyebab timbulnya korupsi.Setiap
penyebab yangterindikasi harus dibuat upaya preventifnya, sehingga dapat
meminimalkan penyebab korupsi.Disamping itu perlu dibuat upaya yang
dapat meminimalkan peluang untuk melakukan korupsi dan upaya ini
melibatkan banyak pihak dalam pelaksanaanya agar dapat berhasil dan
mampu mencegah adanya korupsi.
2. Strategi Deduktif Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama
dengan diarahkan agar apabila suatu perbuatan korupsi terlanjur terjadi,
maka perbuatan tersebut akan dapat diketahui dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya danseakurat-akuratnya, sehingga dapat ditindak
lanjuti dengan tepat. Dengan dasar pemikiran ini banyak sistem yang harus
dibenahi, sehingga sistem-sistem tersebut akan dapat berfungsi sebagai
aturan yang cukup tepat memberikan sinyal apabila terjadi suatu perbuatan
korupsi. Hal ini sangat membutuhkan adanya berbagai disiplin ilmu baik
itu ilmu hukum,ekonomi maupun ilmu politik dan sosial.

11
3. Strategi Represif Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama
dengan diarahkan untuk memberikan sanksi hukum yang setimpal secara
cepat dan tepatkepada pihak-pihak yang terlibat dalam korupsi. Dengan
dasar pemikiran ini proses penanganan korupsi sejak dari tahap
penyelidikan, penyidikan dan penuntutan sampai dengan peradilan perlu
dikaji untuk dapat disempurnakan di segala aspeknya, sehingga proses
penanganan tersebut dapat dilakukan secara cepat dan tepat. Namun
implementasinya harus dilakukan secara terintregasi.Bagi pemerintah
banyak pilihan yang dapat dilakukan sesuai denganstrategi yang hendak
dilaksanakan.Bahkan dari masyarakat dan para pemerhati / pengamat
masalah korupsi banyak memberikan sumbangan.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang
secara langsung merugikan negara atau perekonomian negara.Jadi, unsur
dalam perbuatan korupsi meliputi dua aspek.Aspek yang memperkaya diri
dengan menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang Negara
untuk kepentingannya.Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan dan
kelemahan pemimpin,kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme,
penjajahan rendahnya pendidikan, kemiskinan, tidak adanya hukuman yang
keras, kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi, rendahnya
sumber daya manusia, serta struktur ekonomi.Korupsi dapat diklasifikasikan
menjadi tiga jenis, yaitu bentuk, sifat,dan tujuan.Dampak korupsi dapat
terjadi di berbagai bidang diantaranya, bidang demokrasi, ekonomi, dan
kesejahteraan negara.

B. Saran
Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak
dini.Dan pencegahan korupsi dapat dimulai dari hal yang kecil.

13
DAFTAR PUSTAKA

Muzadi, H. 2004. MENUJU INDONESIA BARU, Strategi Pemberantasan


Tindak Pidana Korupsi. Malang : Bayumedia Publishing.
Lamintang, PAF dan Samosir, Djisman. 1985. Hukum Pidana Indonesia
.Bandung : Penerbit Sinar Baru.
Saleh, Wantjik. 1978. Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia .Jakarta :
GhaliaIndonesia
SUMBER: http://kumpulanmakalahcncnets.blogspot.com/2012/02/makalah-
korupsi.html

14

Anda mungkin juga menyukai